Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
Mesy agustin:2020112025
Putri amelia:2020112031
Wayan sunarte:2020112032
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, serta hidayah-Nya
sehingga makalah berjudul Produksi kalimat ’’
” ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan selalu
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, serta umat yang
senantiasa mengikuti dan melaksanakan ajarannya.
Makalah ini akan membahas tentang Produksi kalimat .Selama pelaksanaan penyusunan
makalah ini, kami tidak lepas dari kesulitan dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Namun atas
bantuan bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Maka dari itu, dengan rendahan hati kami ucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
“Tiada gading yang tak retak”, demikian kata pepatah. Oleh karena itu, tegur sapa yang
bersifat membangun sangat dinantikan demi perbaikan penyusunan makalah yang akan datang.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca.
COVER.......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 8
DAFTARPUSTAKA...................... ........................................................................... 14
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui apa itu pengertian Produksi kalimat.
2.Untuk mengetahui apa saja tahap unit-unit kiler lidah.
Bab II
PEMBAHASAN
2.1 Produksi Kalimant
Senyapan dan Kilir Lidah Kegiatan pada waktu berujar merupakan suatu proses
yang terjadi pada mental (otak) manusia. Proses mental pada waktu berujar tersebut
ada dua macam yaitu, senyapan (pause) dan kekeliruan (errors).
1. Senyapan Senyapan beasal dari kata senyap yang artinya berhenti sejenak
(pause) pada saat sedang berbicara atau mengucapkan sebuah kalimat. Tidak
semua orang dapat berbicara dengan baik dan lancar. Orang berbicara pada
umumnya sambil berpikir sehingga semakin sulit topik yang dibicarakan maka,
kemungkinan besar jumlah senyapan yang terjadi. Senyapan yang lebih umum terjadi
adalah pada waktu orang ragu-ragu (hesitation). Keraguan tersebut bisa terjadi karena si
penutur lupa atau sedang mencari kata-kata yang paling tepat yang ingin ia ujarkan.
Menurut Dardjowidjojo (2008:144) ada berbagai alasan mengapa orang senyap. Pertama,
orang senyap karena dia telah terlanjur mulai dengan ujarannya, tapi sebenarnya dia belum
siap untuk mengujarkan seluruh kalimat itu. Oleh karena itu, dia senyap sejenak untuk
mencari kata atau kata-kata untuk melanjutkan ujarannya. Kedua, kesenyapan terjadi
karena dia lupa akan kata-kata yang dia perlukan. Kemudian alasan ketiga, bahwa dia harus
sangat berhati-hati di dalam memilih kata. Berdasarkan ketidaksiapan dan terlalu berhati-
hati dalam berujar kesenyapan ada dua macam yaitu: senyapan diam dan senyapan terisi.
a. Senyapan Diam Senyapan diam adalahsenyapan ketika sedang berbicara terhenti
sejenak, terdiam tampa suara apapun sehingga ujaran terputus sampai ia menemukan kata-
kata yang ingin diujarkan. Contoh: Itu Bapak … yang masuk di kelas kita kemarin?
b. Senyapan Terisi Senyapan terisi adalah Senyapan yang diisi dengan kata-kata tertentu
yang hanya pengisi kekosongan saja. Hal ini dapat memancing mengingat kembali kata
yang ingin diujarkan. Contoh: Itu siapa itu (kemarin masuk ke kelas kita?). Selain kata anu
banyak cara orang-orang mengisi kesenyapan atau jedah ketika berbicara dengan kata-kata
lain seperti, -eh dan uh yang hanya sekedar merupakan pengisi belaka. Kesenyapan-
kesenyapan seperti ini tidak hanya terjadi pada kalangan orang-orang biasa tetapi tidak
jarang juga terjadi pada kalangan pejabat atau penyiar televisi dengan alasan karena
keberhati-hatian dia untuk tidak menimbulkan dampak yang keliru atau menggegerkan.
Senyapan-senyapan terjadi berdasarkan tempatnya. Ada pun tempat-tempat biasa
terjadinya senyapan antara lain: jeda gramatikal, batas konstituen dengan konsituen lain,
dan di tempat sebelum kata utama pertama pada konsituen. Jedah gramatikal adalah
tempat senyapan pada saat merencanakan ujaran yang akan diujarkan selanjutnya.
Senyapan di tempat ini biasanya terjadi agak sering dan lama. Tipe senyapan yang terjadi
bukan karena keraguan dan biasa juga senyapan ini untuk mengambil nafas. Hal ini
berbeda dengan senyapan yang terjadi pada batas antara satu konstituen dengan
konstituen lainnya.
Senyapan yang terjadi pada batas antara satu konstituen dengan konstituen lainnya ini pada
umumnya adalah senyapan yang berisi. Sedangkan yang terjadi pada tempat senyapan
sebelum kata dalam konstituen umumnya senyapan tipe diam.
2. Kekeliruan Kekeliruan yang terjadi pada saat berbicara atau ketika mengujarkan suatu
kalimat dapat disebabkan oleh dua hal yaitu, karena kilir lidah dan terkena penyakit afasia.
a. Lidah Kilir lidah adalah proses produksi suatu ujaran yang tidak sesuai dengan ujaran
yang ingin diujarkan. Kilir lidah ini disebabkan oleh: seleksi yang keliru (kekeliruan seleksi)
dan kekeliruan asembling. Kekeliruan seleksi adalah kilir lidah yang disebabkan oleh
kekeliruan pemilihan semantik atau yang sifatnya berhubungan dengan medan
semantik.Contohnya: Kamu nanti beli pensil, maksud saya, pena, ya. pensil dan pena dalam
hal ini masih memiliki medan makna yaitu, alat tulis. Hal ini tidak mungkin terjadi kekeliruan
seperti, Kamu nanti beli sepatu, maksud saya, pensil, ya. Karena sepatu dengan pensil
bukan merupakan medan makna. Sementara, kekeliruan asembling adalah proses
pengucapan kata-kata yang keliru padahal pemilihan kata-katanya sudah benar. Selain itu
bisa juga karena proses pemindahan bunyi atau kata dari satu posisi ke posisi lain.
Contohnya dalam bahasa Inggris: I need a gas of tank, padahal yang dimaksud adalah I
need a tank of gas. Sementara dalam bahasa Indonesia “seluling bambu”/”seluring bambu”
padahal yang ingin diucapkannya adalah “seruling” (Dardjowidjojo, 2008:149).
b. Afasia Afasia adalah salah satu penyakit gangguan pada berbicara. Penyakit ini
dikarenakn kekurangn oksigen pada otak dan pernah mengalami stroke. Sehingga orang
yang terkena penyakit ini tidak bisa berbicara dengan baik.
FORMULATION
ARTICULATION ·
Kekeliruan ujaran lain yang sering terjadi ialah pertukaran bunyi (sound exchange). Pada
kekeliruan ini kita telah berhasil memilah konsep yang benar dan menyusunnya kedalam
susunan lemma. Namun kata yang terucap tidak terdengar seperti urutan bunyi yang
seharusnya, contohnya seseorang yang ingin mengatakan tiup, namun yang terdengar dari
ujarannya bukan tiup melainkan tuip. Kekeliruan ini memberikan kita bukti bahwa ada
tahapan selanjutnya yang kita lewati setelah kita berhasil menyusun lemma. Kesalahan ini
terjadi pada tahap setelah lemma dan morphem telah ditentukan namun kita belum
merampungkan perencanaan artikulasi (rancangan pergerakan otot-otot articulator). Yang
perlu digaris bawahi disini adalah, berdasarkan penelitian, dalam hal susunan kata dalam
satu bentuk prase, kekeliruan semacam ini hanya terjadi umumnya pada kata-kata yang
terdapat dalam satu kelompok prase yang sama. Menurut model produksi ujaran yang
diajukan oleh Dell dalam Taxler (2012), ketika kita telah selesai menyeleksi lemma yang
tepat, setiap phonem tunggal yang terkandung di dalamnya akan diaktifkan dan diletakkan
ke dalam kerangka. Kerangka ini terwakili dalam setiap suku kata. Kemudian kita akan
mengaktifkan fonem yang kita butuhkan dalam tiap suku kata tersebut, yang mana setiap
fonem ini akan di susun dengan urutan yang sesuai. Urutan ini yang kemudian menjadi
pedoman bagi sistem selanjutnya untuk menentukan bunyi mana yang disebutkan pertama,
kedua, dan seterusnya. Oleh karena kerangka suku kata dan urutan phoneme yang
dibutuhkan ini diaktifkan hampir bersamaan, mengakibatkan proses selanjutnya kadang
menjadi keliru untuk memilih bunyi mana yang ada pada urutan pertama dan selanjutnya,
dan menghasilkan kekeliruan ujaran yang mana bunyi dari kata-katanya tertukar
Kekeliruan selanjutnya terjadi pada tingkat susunan kalimat ataupun prase. Seringkali kita
mendengarkan seseorang yang menukarkan posisi kata-kata dalam satu kalimat ujarannya.
Kekeliruan ini disebut pertukaran kata (word exchange). Kekeliruan ini terwujud ketika dalam
satu ujaran, kata yang semestinya berada pada posisi tertentu kemudian diproduksi dalam
posisi yang berbeda, yang tentunya tidak sesuai dengan apa yang kita konsepsikan.
Misalnya anda ingin mengatakan “Anjing mengejar kucing” namun yang terucap pada ujaran
adalah kalimat “Kucing mengejar anjing.” Dalam kasus ini kata anjing dan kucing terlibat
dalam pertukaran posisi kata dari posisi yang seharusnya. Sebagian besar kekeliruan ini
terjadi dalam kerangka kategori. Kerangka kategori ialah kelas kata untuk setiap kata dalam
satu ujaran (kata benda, kerja, sifat, depan dsb.). Kekeliruan ini terjadi dalam wujud
pertukaran posisi kata hanya dari satu kelas kata yang sama.
Karena sebagian besar ujaran terwujud dalam bentuk susunan kalimat, maka proses
perencanaan ujaran lebih banyak terjadi dalam bentuk proses penyusunan kalimat
dibandingkan hanya satu kata tunggal. Oleh karena itu, berdasarkan model frame-and-slot,
proses produksi kalimat terjadi dengan membentuk kerangka kalimat yang terdiri dari
beberapa slot yang siap diisi dengan kata-kata yang sesuai baik makna, posisi, serta
bentuknya secara gramatikal dalam satu kalimat atau klausa. Setiap slot ini diberikan tanda
yang menunjukkan kelas kata apa yang seharusnya diletakkan di dalam slot tersebut (kata
benda, kerja, sifat, dsb.). Pertukaran posisi kata terjadi ketika lebih dari satu “calon” kata
yang mengisi slot dalam kalimat diaktifkan secara hampir bersamaan, yang mana kata-kata
ini memiliki kelas kata yang sama, sehingga kata ini mungkin dimasukkan kedalam slot yang
bertanda sama dalam kalimat. Oleh karena itu, bisa terjadi kekeliruan dalam memasukkan
kata yang diinginkan kedalam slot yang belum terisi (yang berlabel sama). Namun demikian,
mengingat setiap slot ini diberikan tanda tertentu (kata kerja, benda, sifat) maka kekeliruan
ini tidak pernah nampak pada pertukaran kata dari kelas kata yang berbeda, misalnya kata
kerja mengisi slot yang seharusnya untuk kata benda dan sebaliknya.
Bab III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Melalui penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terkadang kita pada saat berkomunikasi
mengeluarkan ujaran terasa begitu cepat sehingga seolah-olah kita tidak melakukan proses
mental yang kompleks sebelum berujar. Nyatanya berujar itu membutuhkan tahapan mental
sebelum kita mengeksekusi setiap ide yang dimiliki melalui alat artikulasi yang ada.
Rentetan bunyi yang terdengar sepertinya sangat sederhana, namun ada banyak tahapan
penting yang harus dilakukan untuk merefresentasikan ide atau konsep yang ada dalam
pikiran kita sebelum terwujud dalam bentuk ujaran atau bunyi yang memiliki makna yang
bisa dipahami oleh pendengar. Kita perlu membentuk konsep ide yang mau disampaikan
terlebih dahulu, kemudian memproses ide tersebut menjadi bentuk-bentuk linguistik dalam
mental kita, kemudian akhirnya terwujudlah dalam bentuk ujaran.
Produksi dari ujaran ini menjadi instrumen bagi kita untuk menganalisis proses apa yang
terjadi sebelum memproduksi ujaran atau kalimat. Produksi ujaran atau kalimat ini tidak
selamanya sesuai dengan apa yang dalam konsep pikiran kita, dengan demikian muncullah
kekeliruan-kekeliruan dalam berbahasa yang nampak pada ujarn yang kita lakukan.
Kekeliruan inilah yang menjadi bukti bahwa ada serangkaian proses yang kita lakukan
sebelum berujar. Sebab tidak akan mungkin bisa meneliti atau menganalisis proses mental
dalam produksi uajaran, melaikan lewat produksi ujaran yang dilakukan.
3.2. Saran
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Penulis tetap
berharap agar maklah ini tetap dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Namun jika ada
saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dan makalah
yang nantinya akan saya buat kedepannya dengan besar hati saya persilahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Field, John. 2004. Psycholinguistics: The Key Concepts. London: Routledge.
Harley, Trevor A. 2001. Psychology of Language. New York: Psychology Press
Taxler, Matthew J. 2012. Introduction to Psycholinguistics Understanding Language
Science. West Sussex: Wiley-Blackwell.
Taxler, Matthew J., Gernsbacher, Morton A, eds. 2006. Handbook of Psycholinguistics.
London:Elsevier.