Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

Pemilihan Kata

MATA KULIAH
Bahasa Indonesia
DOSEN : Asri Soraya Afsari M.Hum.

DISUSUN OLEH:

Ghina Rosyidah – 10118223 – IF6

Yana Juliana – 10118225 – IF6

Moch. Ilham Fauzan – 10118246 – IF6

Rizaldi Naufal Ghiffari - 10118262 – IF6

Sandi Maulana – 10118263 – IF6

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

TEKNIK INFORMATIKA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
,dan juga sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.Maka dari itu
kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua
yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang
kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

I
Daftar Isi

BAB I

BAB I .................................................................................................................................... 3
Pendahuluan ....................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 3
1.2. Tujuan.................................................................................................................. 3
1.3. Manfaat ............................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................... 4
KajianPustaka ...................................................................................................................... 4
2.1 Pilihan Kata (Diksi) ........................................................................................... 4
2.2 Syarat Ketetapan Pemiliahan Kata .................................................................. 7
2.3 Kalimat........................................................................................................... 12
2.4 Unsur-Unsur Kalimat ..................................................................................... 15
2.5 Pola Kalimat Dasar......................................................................................... 18
2.6 Jenis Kalimat .................................................................................................. 21
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 32
Kontribusi .......................................................................................................................... 33

II
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Dalam penulisan ilmiah menggunakan bahasa Indonesia, terdapat
aturan tata bahasa. Aturan ini berguna untuk membantu pemahaman
pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan
secara terulis. Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian
bahasa yang penting tidak lain karena melalui kalimatlah seseorang dapat
menyampaikan maksudnya dengan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita
kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalnya tidak)
dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kedua bentuk itu, kata dan
frasa, tidak dapat mengungkapkan suatu maksud dengan jelas, kecuali jika
keduanya sedang berperan sebagai kalimat. Untuk dapat berkalimat
dengan baik, perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu
kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal
subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu
sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis
adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan
struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat
bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak
mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan
sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai
pengungkap maksud penuturannya.

1.2. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memaparkan serta merangkum materi
Bahasa Indonesia yang berjudul Pemilihan Kata.

1.3. Manfaat
Dengan adanya makalah ini memudahkan pembaca memahami
mengenai materi Pemilihan Kata. Serta menjadi bacaan untuk menambah
wawasan bagi pembaca.

3
BAB II
KajianPustaka
2.1 Pilihan Kata (Diksi)

pilihan kata adalah hasil dari proses atau tindakan memilih kata tersebut.
Bandingkan, misalnya, dengan istilah penulisan dan tulisan. Penulisan merupakan
proses atau tindakan menulis, sedangkan tulisan merupakan hasil dari proses
menulis.

Dalam kegiatan berbahasa, pilihan kata merupakan aspek yang sangat penting
karena pilihan kata yang tidak tepat selain dapat menyebabkan ketidakefektifan
bahasa yang digunakan, juga dapat mengganggu kejelasan informasi yang
disampaikan. Selain itu, kesalahan dalam pilihan kata dapat menimbulkan
kelasahan informasi dan rusaknya situasi komunikasi.

Contoh pada ungkapan “Diam!” Dan “Saya harap anda tenang.” Memiliki
kesamaan makna, yaitu untuk meredakan situasi. Akan tetapi dalam kedua kata
tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa kondisi pada kata ke dua lebih dapat
dikendalikan.

Perlunya memperhatikan, menimbangnimbang, dan memikirkan lebih dahulu


kata-kata yang akan digunakan juga sudah diingatkan oleh pendahulu kita melalui
pepatah-pepatah dan peribahasa-peribahasa.

Misalnya:

 Mulutmu adalah harimaumu.


 Lidah itu lebih tajam daripada pedang.
Ungkapan-ungkapan bijak tersebut mengingatkan kepada kita agar dalam
berbicara atau dalam berkomunikasi kita berhati-hati memilih kata.

Kehati-hatian itu dimaksudkan agar kata-kata yang kita gunakan tidak berbalik
mencelakai diri kita sendiri ataupun menyebabkan orang lain merasa sakit hati.

Berdasarkan penjelasan tersebut, ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan di


dalam memilih kata.

4
Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 Ketepatan
 Kecermatan
 Keserasian

1. Ketepatan
Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata
yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima
secara tepat pula oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, pilihan kata
yang digunakan harus mampu mewakili gagasan secara tepat dan dapat
menimbulkan gagasan yang sama pada pikiran pembaca atau pendengarnya.
Ketepatan pilihan kata semacam itu dapat dicapai jika pemakai bahasa mampu
memahami perbedaan penggunaan kata-kata yang bermakna

(1) denotasi dan konotasi,

(2) sinonim,

(3) eufemisme,

(4) generik dan spesifik, serta

(5) konkret dan abstrak.

2. Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata
yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Agar dapat
memilih kata secara cermat, pemakai bahasa dituntut untuk mampu memahami
ekonomi bahasa dan menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menyebabkan
kemubaziran.

Dalam kaitan itu, yang dimaksud ekonomi bahasa adalah kehematan dalam
penggunaan unsurunsur kebahasaan. Dengan demikian, kalau ada kata atau
ungkapan yang lebih singkat, kita tidak perlu menggunakan kata atau ungkapan
yang lebih panjang karena hal itu tidak ekonomis.

5
Sementara itu, pemakai bahasa juga dituntut untuk mampu memahami penyebab
terjadinya kemubaziran kata. Hal itu dimaksudkan agar ia dapat memilih dan
menentukan kata secara cermat sehingga tidak terjebak pada penggunaan kata
yang mubazir. Dalam hal ini, yang dimaksud kata yang mubazir adalah kata-kata
yang kehadirannya dalam konteks pemakaian bahasa tidak diperlukan. Dengan
memahami kata-kata yang mubazir, pemakai bahasa dapat menghindari
penggunaan kata yang tidak perlu dalam konteks tertentu.

Sehubungan dengan masalah tersebut, perlu pula dipahami adanya beberapa


penyebab timbulnya kemubaziran suatu kata. Penyebab kemubaziran kata itu,
antara lain, adalah sebagai berikut.

 Penggunaan kata yang bermakna jamak secara ganda


 Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara
ganda
 Penggunaan kata yang bermakna ‘saling’ secara ganda
 Penggunaan kata yang tidak sesuai dengan konteksnya

3. Keserasian
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan menggunakan
kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian yang
dimaksud dalam hal ini erat kaitannya dengan faktor kebahasaan dan faktor
nonkebahasaan.

Faktor kabahasaan yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemilihan kata,


antara lain, adalah sebagai berikut.

(1) Penggunaan kata yang sesuai dengan konteks kalimat

(2) Penggunaan bentuk gramatikal

(3) Penggunaan idiom

(4) Penggunaan ungkapan idiomatis

(5) Penggunaan majas

(6) Penggunaan kata yang lazim

Faktor nonkebahasaan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata agar serasi,
antara lain, adalah sebagai berikut.

6
(1) Situasi pembicaraan

(2) Mitra bicara/lawan bicara

(3) Sarana bicara

(4) Kelayakan geografis

(5) Kelayakan temporal

2.2 Syarat Ketetapan Pemiliahan Kata

1. Makna Denotatif dan Konotatif


Makna konotatif sifatnya lebih professional dan operasional daripada makna
denotative. Makna denotative adalah makna yang umum. Dengan kata lain,
makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi
tertentu.
Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang
menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai
tautan pikiran, peranan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu.
Dengan kata lain makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedangkan
makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.

Perhatikan kalimat dibawah ini !


Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan
masyarakat.
Kata membanting tulang (yang mengambil suatu denotatif kata perkerjaan
membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan
sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukkan ke dalam
golongan kata yang bermakna konotatif.

2. Makna Kata Bersinonim


Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna
yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak. Hanya
ada kesamaan atau kemiripan Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan
pemakaian kata pada empat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan.
Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan
Bahasa seseorang dan mengonkretkan bahasa seseorang segingga kejelasan
komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat
memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakan sesuai dengan

7
kebutuhan dan situai yang dihadapinya.
Kita ambil contoh kata cerdas dan kata cerdik. Kedua kata itu bersinonim, tetapi
kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih
berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.

3. Makna Kata yang Mirip Dalam Ejaannya


Bila penulis sendiri tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya
itu, makna akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham. Kata-
kata yang mirip dalam tulisannya itu misalnya: bahwa-bawah-bawa, interferensi-
inferensi, karton-kartun, preposisi-proposisi, korporasi-koperasi, dan lain
sebagainya.

4. Hindari Kata Ciptaan Sendiri


Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dalam
masyarakat. Perkembangan bahasa pertama-tama tampak dari pertambahan
jumlah kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap orang boleh
menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali
karena dipakai oleh orang-orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota
masyarakat lainnya menerima kata itu, maka kata itu lama-kelamaan akan menjadi
milik masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan sebuah kata lama
dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam kelompok ini.

5. Penggunaan Istilah Asing dan Akhirannya

Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing


yang mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan: favorable-
favorit, idiom-idiomatik, progress-progresif, kultur-kultural, dan sebagainya.

Kata-kata atau istilah-istilah asing boleh dipakai (mungkin kita pilih) dengan
pertimbangan sebagai berikut :

a. Lebih cocok karena notasinya, misalnya:

kritik -kecaman
profesional -bayaran
asimilasi -persenyawaan
aposisi -gelaran
dianalisis –diolah.

b. Lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahannya, misalnya:


eksekusi -pelaksanaan hukuman mati

8
imunisasi -pengebalan terhadap penyakit
inovasi -perubahan secara baru
kontrasepsi -alat pencegah kehamilan
mutasi -perpindahan tugas kepagawaian.

c. Bersifat internasional, misalnya:


matematika -ilmu pasti
oksigen -zat asam
hidrogen -zat air
valensi -martabat
fisiologi -ilmu faal
predikat –sebutan.

6. Pemakaian Kata Idiom

Karangan yang cermat dalam diksinya sebaiknya bersifat idiomatik.


Perhatikan bentuk-bentuk contoh dibawah ini !

Betul Salah,
Bergantung kepada atau pada tergantung dari,
Tergantung dari pada,
Bergantung dari,
Berbeda dengan berbeda dari/dari pada,
Disebabkan oleh disebabkan karena,
Hormat akan/kepada/terhadap hormat atas /sama,
Terdiri atas terdiri/terdiri dari,
Sesuai dengan sesuai,
Bertemu dengan bertemu/bertemu sama.

7. Makna Umum dan Khusus

Kata-kata umum (Generik) ialah kata-kata yang luas ruang lingkupnya,


sedangkan kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Makin
umum, makin kabur gambarannya dalam angan-angan. Sebaliknya, makin khusus,

9
mikin jelas dan tepat. Karena itu, untuk mengefektifkan penuturan lebih tepat
dipakai kata-kata khusus dari pada kat-kata umum.

Umum khusus,
Melihat memandang (gunung sawah, laut),
Menonton (wayang),
Menengok (orang sakit),
Menatap (gambar),
Menoleh (kiri-kanan),
Meninjau (daerah),
Menyaksikan (pertandingan sepak bola)

8. Kata Konkret dan AbstrakKata-kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk


kepada objek yang dilihat, didengar, disarakan, diraba, atau dibau; sedangkan
kata-kata abstrak ialah kata-kata yang menunjuk kepada sifat, konsep, atau
gagasan. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami dari pada kata-kata abstrak.
Karena itu, dalam karangan sebaiknya dipakai kata konkret sebanyak-
banyaknya agar isi karangan itu menjadi labih jelas.
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca indra disebut kata konkret,
seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan
sebuah kata tidak mudah diserap panca indra, kata itu disebut kata abstrak,
seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk
mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara
halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak
terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu
dapat menjadi samara dan tidak cermat.
Kata-kata konkrit dapat lebih efektif jika dipakai dalam karangan narasi atau
deskripsi sebab, dalam merangsang panca indra. Kata-kata abstrak sering
dipakai untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide yang rumit.

9. Pemakaian Kata Indria

Suatu jenis pengkhususan dalam memilih kata-kata yang tepat adalah


penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pegalaman-pengalaman yang diserap
oleh panca indra, yaitu serapan indra penglihatan, pendengaran, peraba, perasa,
dan penciuman.
Tetapi sering kali terjadi hubungan antara indria dengan indria yang lain dirasakan
begitu rapatnya, sehingga kata yang sebenarnya dikenakan kepada suatu indria
dikenakan pula pada indria lainnya. Gejala semacam ini disebut sinestesia.Contoh
: wajahnya manis sekali.
Suaranya manis kedengarannya
Kata-kata yang lazim dipakai untuk menyatakan penserapan itu adalah
Peraba : dingin, panas, lembab, basah, kering, dan kasar

10
Perasa : pedas, pahit, asam, dan manis
Pencium : basi, busuk, anyer dan tenggek
Pendengaran : dengung, derung, ringkik, lengking, dan kicau
Penglihatan : kabur, mengkilat, kemerah-merahan, dan seri
Karena kata-kata indria melukiskan suatu sifat yang khas dari penserapan panca
indria, maka pemakaiannya harus tepat.

10. Perubahan MaknaPerubahan-perubahan yang penting adalah:

a. Perluasan Arti
Kata yang dimaksud dengan perluasan arti adalah suatu proses
perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung
suatau makna yang khusus, tetapi kemudia meluas sehingga meliputi
sebuah kelas makna yang lebih umum.
Contoh : kata berlayar dipakai dengan pengertian bergerak dilaut
dengan menggunakan layar. Sekarang setindakan yang mengarungi
lautan atau perairan dengan menggunakan alat apa saja.

b. Penyempitan Arti
Penyempitan arti sebuah kata adalah sebuah proses yang dialami
sebuah kata dimana makna yang lama lebih luas cakupannya dari
makna yang baru
contoh: kata sarjana dulu dipakai untuk menyebut sebuah
cendekiawan. Sekarang dipakai untuk gelar universiter.

c. Ameliorasi
Amilorasi adalah suatu proses perubahan makna, dimana arti yang
baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama.
Contoh : kata wanita dirasakan nilainya lebih tinggi dari kata
perempuan, istri dan bini, pria dan laki-laki.

d. Peyorasi
peyorasi adalah suatu proses perubahan makna bebagai kebalikan dari
amiliorasi.

e. Metafora
Metafora adalah perubahan makna karena perbedaan sifat dua objek
contoh: matahari (sang surya), putri malam (untuk bulan), pulau (empu
laut), semuanya dibentuk berdasarkan metafora. Salah satu sub tipe
dari metafora adalah sinestesia yaitu perubahan makna berdasarkan
pergeseran istilah antara dua indria misalnya, dari peraba ke
penciuman.

11
f. Metonimi
Metonimi sebagai suatu proses perubahan makna terjadi karena
hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu
lingkungan makna yang sama, dan dapat diklasifikasi menurut tempat
atau waktu, hubungan isi dan kulit, dan antara sebab dan akibat.
Contoh :kata kota tadinya berati susunan batu yang dibuat mengelilingi
sebuah tempat pemukiman sebagai pertahanan dari luar. Sekarang
tempat pemukiman itu disebut kota, walaupun sudah tidak ada susunan
batunya lagi.

11. Kelangsungan Pilihan Kata

Suatu cara lain untuk menjaga ketepatat pilihan kata adalah kelangsungan.
Yang dimaksud dengan kelangsungan pilihan kata adalah tehnik memilih kata
yang sedemikian rupa sehingga maksud dan pikiran seseorang dapat disampaikan
secara tepat dan efektif.

12. Pemakaian Kata Yang Lugas

Dalam karangan sebaiknya dipaki kata-kata yang lugas, yaitu kata-kata yang
bersahaja, apa adanya, tidak berupa frase yang panjang.

Perhatikanlah contoh berikut dan bandingkan!

 sepanjang pengetahuan saya Struktur Bahasa Tengger belum pernah


diadakan penelitian.

 setahu saya Struktur Bahasa Tengger belum pernah diteliti.

Jadi dalam karangan sedapat-dapatnya dipakai kalimat lugas dan ringkas namun
tetap tidak mengubah maknanya.

2.3 Kalimat

Pengertian

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan suatu pikiran yang utuh dan dapat berdiri sendiri. Kalimat
umumnya berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek

12
(S) dan predikat (P). Jika predikat kalimat itu berupa kata kerja transitif, unsur
kalimat yang disebut objek juga harus hadir. Unsur-unsur kalimat yang lainnya-
pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket), kehadirannya bersifat tidak
wajib.Kelompok kata pembentuk kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).Namun ada juga
kalimat yang hanya terdiri dari predikat. Misalnya:Belajar! Lari! Kalimat seperti
ini sering dijumpai dalam percakapan santai/nonformal.

a) Kata

Perhatikan contoh berikut! Belajar dibentuk oleh satu satuan kata Anton
belajar dibentuk oleh dua satuan kata.

b) Frase

Pengertian Frase adalah kelompok kata (satuan gramatikal) yang tidak


melebihi batas fungsi kalimat. Walaupun merupakan kelompok kata, frase tidak
mengandung fungsi subjek dan predikat serta fungsi-fungsi lainnya (objek,
pelengkap dan keterangan).

Contoh :

Kalimat: Aleks sedang menimbang sampel pakan di laboratorium kimia pakan.


Kalimat di atas dapat dibagi menjadi beberapa frase dan fungsinya.

Kalimat di atas dapat dibagi menjadi beberapa frase dan fungsinya dalam
kalimatseperti pada Tabel berikut.

Frase Fungsi frase dalam kalimat


Aleks fungsi subjek dalam kalimat,bukan
frase karena hanya terdiri atas satu
kata
sedang menimbang fungsi predikat
sampel pakan fungsi objek
di laboratorium kimia pakan funsi keterangan
Selain pengertian seperti tersebut di atas,frase dapat juga didefinisikan sebagai
kelompok kata yang unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya.
Definis iini digunakan untuk membedakan frase dengan kata majemuk. Unsur-
unsur pembentuk frase tidak membentuk makna baru sebagaimana halnya kata
majemuk.

13
Contoh:

Kata Majemuk Frase


Pisang goreng Goreng pisang
Panjang tangan Tangan panjang

Ciri- ciri frase : 1. Dibentuk oleh dua kata atau lebih

2. Tidak mengandung unsur sunjek dan predikat

3. Unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya

Macam-macam frase :

1) Frase Eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang mempunyai distribusi
(penyebaran)yang tidak sama dengan unsurnyaatautidak mempunyai
inti frase. Frase ini umumnya didahului oleh kata depan dan kata
sambung. Contoh:dihalaman ,pada temannya.
2) Frase Endosentris
Frase endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang
sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu
unsurnya.Dengan lain perkataan, frase endosentris adalah frase yang
mempunyai inti frase.
3) Frase Berdasarkan Kategori /Jenis Kata
Dengan menitikberatkan pada jenis kata yang menduduki unsur inti
frase dibedakan:
a. frase kata benda
contoh: gedung sekolah, keadilan sosial
b. frase kata kerja
contoh: akan belajar, sedang membaca
c. frase kata sifat
contoh: sangat besar, panjang sekali
d. frase kata keterangan
contoh: bulan depan, tadi pagi
e.frase kata depan
contoh: di rumah, ke sekolah
4) Frase Ambigu
Frase ambigu adalah frase yang bermakna ganda atau lebih dari
satu. Contoh: perancang busana wanita Frase ini dapat bermakna

14
perancang busana wanita yang berjenis kelamin wanita atau orang
(laki-laki atau wanita) yang pekerjaannya merancang busana wanita.

5) Perluasan Frase
Unsur-unsur pembentuk frase bersifat longgar; unsur-unsur
tersebut dapatdiperluas atau dipersempit. Perluasan atau penyempitan
unsur-unsur frase berbanding terbalik dengan makna yang
dibentuknya.

c) Klausa
klausa, seperti frase, merupakan kelompok kata. Akan tetapi, klausa
merupakankelompok kata yang memilikikonstruksi sintaksis yang
mengandung unsursubjekdanpredikasi,sedangkan frase tidak.Perbedaan
lainnya antara klausa dan frase adalah:
klausa tidak berintonasi akhir dan tidak bertanda baca
kalimat berintonasi akhir, bertanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru
Contoh:
ia datang→ klausa
ketika ia pergi→ klausa
Ia datang.→ kalimat
Ia pergi?→ kalimat
Pergi!→ kalimat

2.4 Unsur-Unsur Kalimat

Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah


tata bahasa,kita perlu mengenal ciri-ciri subyek, predikat, objek, pelengkap
dan keterangan. Kalimat yangbenar harus memiliki kelengkapan unsur
kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan
untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya.

Ciri-ciri Subjek
a) Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subyek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk

15
subyek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya
siapa.
b) Biasanya disertai kata itu, ini, yang dan tersebut(sebagai pembatas
antara subyek dan predikat)
c) Didahului kata bahwa
Kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya
adalah anak kalimat pengisi fungsi subyek. Di samping itu, kata bahwa
juga merupakan penanda subyek yang berupa anak kalimat pada
kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
d) Mempunyai keterangan pewatas/atribut yang
Kata yang menjadi subyek suatu kalimat dapat diberi keterangan
lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini
dinamakan keterangan pewatas.
e) Tidak didahului preposisi
Subyek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke,
kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan
kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang
dihasilkan tidak bersubyek.
f) Berupa kata benda atau frase kata benda
Subyek kebanyakan berupa kata benda atau frase kata benda. Di
samping kata benda, subyek dapat berupa kata kerja atau kata sifat,
biasanya, disertai kata penunjuk itu.

Ciri-ciri Predikat
a) Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana Dilihat dari segi
makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan
mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan
sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan
predikat yang berupakata benda. penggolong (identifikasi). Kata
tanyaberapadapat digunakan untuk menentukanpredikat yang
berupa numeralia (kata bilangan) ataufrasenumeralia.
b) Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu
terutama digunakan jikasubyek kalimat berupa unsur yang panjang
sehingga batas antara subyek dan pelengkap tidak jelas.
c) Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran
yang diwujudkan oleh kata tidak.

16
d) Predikat kalimat yang berupa kata kerja atau kata sifat dapat
disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan
akan.
e) Predikat suatu kalimat dapat berupa:
1.Kata, misalnya kata kerja, kata sifat, atau kata benda.
2.Frase, misalnya frase kata kerja, frase kata sifat, frase kata benda,
frase
numeralia (bilangan).

Ciri-Ciri Objek
a) Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak
pernah mendahului predikat.
b) Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat
dan tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara
predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
c) Kategori katanya kata benda/ frase kata benda.
d) Dapat dinganti dengan-nya.
e) Didahului kata bahwa.
f) Anak kalimat pengganti kata benda ditandai oleh kata
bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek
dalam kalimat transitif.
g) Kebanyakan kata kerja berawalan ber -atau ter- tidak
memerlukan objek (intransitif).
h) Kebanyakan kata kerja berawalan me- memerlukan
objek(transitif).

Ciri-ciri Pelengkap
a) Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di
belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi
unsur lain, yaitu objek.
b) Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur
kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri
unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
c) Kategori katanya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata
sifat.

17
Ciri-ciri Keterangan

a) Berbeda dari subyek, predikat, objek, dan pelengkap,


keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya
dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
b) Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang
memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati
posisi di awal atau akhir kalimat, atau diantara subyek dan
predikat. Jika tidak dapat di pindah-pindahkan, maka unsur
tersebut tidak termasuk keterangan.
c) Umumnya didahului oleh kata depan, seperti, di, dari, ke,
tentang.

2.5 Pola Kalimat Dasar

Struktur inti kalimat bahasa Indonesia ragam tulis sebenarnya sangat


sederhana, yaitu hanya berupa subjek dan predikat (S-P). Struktur inti tersebut
dapat diperluas menjadi beberapa tipe kalimat dasar. Perhatikan contoh berikut.

(iii)

a) Anak itu sering melamun. (Subjek + Predikat)


b) Sukarno dan Mohammad Hatta mempersatukan bangsa ini. (Subjek +
Predikat +Objek)
c) Ajaran Mahatma Gandhi ditakuti penjajah Inggris. (Subjek + Predikat +
Pelengkap)
d) Raja Jawa menghadiahi VOC Pesisir Utara Pulau Jawa. (Subjek + Predikat
+ Objek + Pelengkap)
e) Jamu itu sangat baik untuk kesehatan. (Subjek + Predikat + Keterangan)
f) Zulkarnain membersihkan tinta itu dengan sabun. (Subjek + Predikat +
Objek + Keterangan)
Berdasarkan beberapa contoh di atas tampak bahwa struktur inti kalimat
bahasa Indonesia adalah subjek + predikat yang dapat ditambah dengan objek,
pelengkap, dan/atau keterangan S + P + ({O} + {Pel} + {K}). Dalam pemakaian
seharihari terdapat pula pemakaian kalimat seperti berikut.

(iv)

18
a. Sangat banyak tumbuhan yang bisa dijadikan obatobatan. (Predikat +
Subjek)
b. Ada mahasiswa yang mendatangi saya. (Predikat + Subjek)
Meskipun terdapat kalimat P-S seperti contoh di atas, struktur inti kalimat
bahasa Indonesia tetaplah S-P bukan sebaliknya sebab kalimat (iv) tersebut dapat
dikembalikan ke struktur aslinya, yaitu struktur S-P seperti tampak di bawah ini.

(v)

a. Tumbuhan yang bisa dijadikan obat-obatan sangat banyak. (Subjek


+Predikat)
b. Mahasiswa yang mendatangi saya ada. (Subjek + Predikat)
Struktur inti kalimat tersebut dapat diperluas menjadi beberapa tipe kalimat
dasar. Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa, lengkap unsur-unsurnya, dan paling lazim pola urutannya. Struktur
kalimat dasar bahasa Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tipe
berikut.

(1) subjek-predikat (S-P)


(2) subjek-predikat-objek (S-P-O)
(3) subjek-predikat-pelengkap (S-P-Pel)
(4) subjek-predikat-objek-pelengkap (S-P-O-Pel)
(5) subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K)
(6) subjek-predikat-keterangan (S-P-K)
Berikut disajikan beberapa contoh struktur kalimat yang bertipe (1—6) di atas.

(29) a. Obat ini/sangat mujarab.

b. Komputer itu/sudah kuno.

c. Kakinya/terkilir. (Tipe S-P)

(30) a. Ia/sedang memprogram/komputer.

b. Orang itu/sedang memikirkan/nasib anaknya.

c. Peristiwa itu/mengilhami imajinasinya. (Tipe S-P-O)

19
(31) a. Sukarno/dikenal/sebagai Sang Fajar.

b. Ia termasuk tokoh yang luas pemikirannya.

c. Janji-janji Jepang/hanya merupakan/isapan jempol. (Tipe S-P-Pel)

(32) a. Hermawan/memebelikan/ibunya/batik tulis.

b. Pak Joni/menghadiahi/anaknya/komputer.

c. Dia/menganggap/suaminya/patung yang bisu. (Tipe S-P-O-Pel)

(33) a. Pak Syahrul/menyerahkan/permasalahan itu/kepada pihak berwajib.

b. Lelaki itu/melaporkan/atasannya/kepada pejabat di Senayan.

c. Sugono/pernah memarahi/Wardani/pada saat rapat. (Tipe S-P-O-K)

(34) a. Tugu Monas/berada/di Jakarta.

b. Rumah ibunya/menghadap/ke selatan.

c. Perjanjian itu/dibuat/secara sepihak. (Tipe S-P-K)

Kalimat dasar tersebut dapat diperluas menjadi puluhan tipe kalimat


bahasa Indonesia. Kalimat dasar tipe (1) S-P-Pel, misalnya, dapat diperluas
menjadi (1a) S-P-Pel-K, (1b) K-S-PPel, dan (1c) S-K-P-Pel; kalimat dasar tipe (2)
S-P-O-Pel dapat diperluas menjadi (2a) S-P-O-Pel-K, (2b) K-S-P-O-Pel, dan (2c)
S-K-P-O-Pel; dan kalimat dasar tipe (3) S-P-K dapat diperluas menjadi (3a) K-S-
P dan (3b) S-K-P.

Jika kalimat-kalimat tersebut disusun secara padu, baik padu dalam makna
(koherensi) maupun padu dalam struktur (kohesi), akan dihasilkan suatu paragraf
yang apik. Agar dapat membuat paragraf secara baik, penguasaan terhadap
kalimat dasar tersebut tidak dapat ditawar-tawar lagi dan agar dapat membuat
kalimat secara baik, unsur-unsur dalam kalimat harus dikenali secara baik pula.
Unsur kalimat itu lazim disebut konstituen yang biasanya berupa kata, frasa, atau
klausa dan lazimnya konstituen tersebut menduduki atau mengisi salah satu fungsi

20
dalam kalimat. Fungsi di dalam kalimat berupa subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. Agar lebih jelas, di bawah ini akan diuraikan ciri
subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.

2.6 Jenis Kalimat

A. Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan
orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan
bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai
dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat
perintah.

Contoh:

– Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”

– “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.

2. Kalimat Tak Langsung


Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan
atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda
petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.

Contoh:

– Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.

– Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.

B. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)


Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang
terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat
dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam
kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola
pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:

21
* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)

Contoh: Victoria bernyanyi


. S P

* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)

Contoh: Ika sangat rajin


. S P

* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)

Contoh: Masalahnya seribu satu.


. S P

Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.


Contoh : Saya siswa kelas VI.

2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.


Contoh : Adik bernyanyi.

Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata


pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari
kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua
puluh atau lebih. Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:

1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali,


sekeliling kota.

2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin
sore, minggu kedua bulan ini.

3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-
undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.

4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya,


sepatutnya.

5. Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati,


seenaknya saja, selekas mungkin.

6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.

7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi
mereka.

22
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.

9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti:


penerima Sepatu Emas, David Beckham.

10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang
memperhatikan rakyat.

Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:

1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.

2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.

3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat
dibedakan atas 3 jenis, yaitu:

2.1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)


Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap
kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa bagian, yaitu:

* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata dan atau serta.
Contoh:

– Kami mencari bahan dan mereka meramunya.

– Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.

* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh


kata tetapi, sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan
hubungan pertentangan.
Contoh:

– Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk


negara yang sudah maju.

– Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.

* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata atau.
Contoh:

23
– Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.

– Aku atau dia yang akan kamu pilih.

* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan


kata bahkan.
Contoh:

– Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.

– Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan
sadis.

* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:

– Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD,


kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.

2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)


Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku
kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang
tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan)
disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah
kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).

Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat


majemuk bertingkat, yaitu:

1. Waktu : ketika, sejak

2. Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu

3. Akibat: hingga, sehingga, maka

4. Syarat: jika, asalkan, apabila

5. Perlawanan: meskipun, walaupun

6. Pengandaian: andaikata, seandainya

7. Tujuan: agar, supaya, untukbiar

8. Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah

9. Pembatasan: kecuali, selain

24
10. Alat: dengan+ katabenda: dengan tongkat

11. Kesertaan: dengan+ orang

Contoh:

– Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para


hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.

2.3 Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.

Contoh:

– Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.

KMC: Kami berhenti karena hari sudah malam.

Kami langsung pulang karena hari sudah malam.h

– Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum


selesai.

KMS: Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.

KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

C. Berdasarkan Isi atau Fungsinya


Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri
dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat
perintah ditandai dengan intonasi tinggi.

Macam-macam kalimat perintah :

* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.

Contoh : Gantilah bajumu !

25
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.

Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !

* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.

Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !

2. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam
penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya
dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk
memberikan tanggapan.

Macam-macam kalimat berita :

* Kalimat berita kepastian

Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.

* Kalimat berita pengingkaran

Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.

* Kalimat berita kesangsian

Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.

* Kalmat berita bentuk lainnya

Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.

3. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi
atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?)
dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun.
Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.

Contoh:

– Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?

– Kapan Becks kembali ke Inggris?

4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa
‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi

26
yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.)
dalam penulisannya.

Contoh:

– Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

– Bukan main, eloknya.

D. Berdasarkan Unsur Kalimat


Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu
buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat
lengkap.

Contoh :

– Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.


. S P K

– Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.


. S P O

2. Kalimat Tidak Lengkap


Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya
memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja.
Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan,
ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.

Contoh:

– Selamat sore

– Silakan Masuk!

– Kapan menikah?

– Hei, Kawan…

E. Berdasarkan Susunan S-P


Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

27
1. Kalimat Inversi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya.
Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan
mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata
atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk
penekanan atau ketegasan makna.

Contoh:

– Ambilkan koran di atas kursi itu!


. P S

– Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.


. S P K

2. Kalimat Versi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai
dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).

Contoh:

– Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.


. S P O K

– Aku dan dia bertemu di cafe ini.


. S P K

F. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)


Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

1. Kalimat Yang Melepas


Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh
unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat).
Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur
anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.

Contoh;

– Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.

– Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang


berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.

28
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali
oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami
jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih
ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat
ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.

Contoh:

– Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.

– Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis itu dibebaskan juga.3.

3. Kalimat Yang Berimbang


Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran
yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.

Contoh:

– Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik


berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.

– Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang


dan dapat beribadat dengan leluasa.

G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kaliamat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja
yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata
kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur,
mandi, dll (kecuali makan dan minum).

Contoh:

– Mereka akan berangkat besok pagi.

– Kakak membantu ibu di dapur.

29
Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:

1.1 Kalimat Aktif Transitif


Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1).
Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah
menjadi kalimat pasif.

Contoh: Eni mencuci piring.


. S P O1

1.2 Kalimat Aktif Intransitif


Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek
penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang
berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi
kalimat pasif.

Contoh:

– Mereka berangkat minggu depan.


. S P K

– Amel menangis tersedu-sedu di kamar.


. S P K

1.3 Kalimat Semi Transitif


Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap
bukan objek.

Contoh:

– Dian kehilangan pensil.


S P Pel.

– Soni selalu mengenderai sepeda motor ke kampus.


S P Pel K

2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan.
Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter-
dan diikuti oleh kata depan oleh.

Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

2.1 Kalimat Pasif Biasa

Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada
kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.

30
Contoh:

– Piring dicuci Eni.


S P O2

2.2 Kalimat Pasif Zero


Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat
berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini
berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat
berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini
berhubungan dengan kalimat baku.

Contoh:

– Ku pukul adik.
O2 P S

– Akan saya sampaikan pesanmu.


O2 P S

Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :

1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.

2. Awalan me- diganti dengan di-.

3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.

Contoh :

– Bapak memancing ikan. (aktif)

– Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)

4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat
dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.

Contoh :

– Aku harus memngerjakan PR. (aktif)

– PR harus kukerjakan. (pasif)

31
Daftar Pustaka
 Drs. Mustakim, M.Hum,2014. BENTUK DAN PILIHAN KATA. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

 https://7assalam9.wordpress.com/ketepatan-pilihan-kata/

 https://akmalik.files.wordpress.com/2011/03/modul-2-unsur-unsur-
pembentuk-kalimat
 Sasangka Wisnu Tjatur, SS. 2014. KALIMAT. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
 https://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat/
10/04/2019/19:06

32
Kontribusi
 Materi 2.1 (Sandi Maulana)
 Materi 2.2 (Ghina Rosidah)
 Materi 2.3 dan Materi 2.4 (Ilham Fauzan)
 Materi 2.5 (Rizaldi Naufal)
 Materi 2.6 (Yana Juliana)
 Penyusun Makalah Bab I (Yana Juliana)
 Sampul Makalah dan Kata Pengantar (Ilham Fauzan)

33

Anda mungkin juga menyukai