Pemilihan Kata
MATA KULIAH
Bahasa Indonesia
DOSEN : Asri Soraya Afsari M.Hum.
DISUSUN OLEH:
TEKNIK INFORMATIKA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
,dan juga sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.Maka dari itu
kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua
yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang
kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
I
Daftar Isi
BAB I
BAB I .................................................................................................................................... 3
Pendahuluan ....................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 3
1.2. Tujuan.................................................................................................................. 3
1.3. Manfaat ............................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................... 4
KajianPustaka ...................................................................................................................... 4
2.1 Pilihan Kata (Diksi) ........................................................................................... 4
2.2 Syarat Ketetapan Pemiliahan Kata .................................................................. 7
2.3 Kalimat........................................................................................................... 12
2.4 Unsur-Unsur Kalimat ..................................................................................... 15
2.5 Pola Kalimat Dasar......................................................................................... 18
2.6 Jenis Kalimat .................................................................................................. 21
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 32
Kontribusi .......................................................................................................................... 33
II
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Dalam penulisan ilmiah menggunakan bahasa Indonesia, terdapat
aturan tata bahasa. Aturan ini berguna untuk membantu pemahaman
pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan
secara terulis. Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian
bahasa yang penting tidak lain karena melalui kalimatlah seseorang dapat
menyampaikan maksudnya dengan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita
kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalnya tidak)
dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kedua bentuk itu, kata dan
frasa, tidak dapat mengungkapkan suatu maksud dengan jelas, kecuali jika
keduanya sedang berperan sebagai kalimat. Untuk dapat berkalimat
dengan baik, perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu
kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal
subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu
sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis
adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan
struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat
bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak
mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan
sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai
pengungkap maksud penuturannya.
1.2. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memaparkan serta merangkum materi
Bahasa Indonesia yang berjudul Pemilihan Kata.
1.3. Manfaat
Dengan adanya makalah ini memudahkan pembaca memahami
mengenai materi Pemilihan Kata. Serta menjadi bacaan untuk menambah
wawasan bagi pembaca.
3
BAB II
KajianPustaka
2.1 Pilihan Kata (Diksi)
pilihan kata adalah hasil dari proses atau tindakan memilih kata tersebut.
Bandingkan, misalnya, dengan istilah penulisan dan tulisan. Penulisan merupakan
proses atau tindakan menulis, sedangkan tulisan merupakan hasil dari proses
menulis.
Dalam kegiatan berbahasa, pilihan kata merupakan aspek yang sangat penting
karena pilihan kata yang tidak tepat selain dapat menyebabkan ketidakefektifan
bahasa yang digunakan, juga dapat mengganggu kejelasan informasi yang
disampaikan. Selain itu, kesalahan dalam pilihan kata dapat menimbulkan
kelasahan informasi dan rusaknya situasi komunikasi.
Contoh pada ungkapan “Diam!” Dan “Saya harap anda tenang.” Memiliki
kesamaan makna, yaitu untuk meredakan situasi. Akan tetapi dalam kedua kata
tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa kondisi pada kata ke dua lebih dapat
dikendalikan.
Misalnya:
Kehati-hatian itu dimaksudkan agar kata-kata yang kita gunakan tidak berbalik
mencelakai diri kita sendiri ataupun menyebabkan orang lain merasa sakit hati.
4
Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Ketepatan
Kecermatan
Keserasian
1. Ketepatan
Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata
yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima
secara tepat pula oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, pilihan kata
yang digunakan harus mampu mewakili gagasan secara tepat dan dapat
menimbulkan gagasan yang sama pada pikiran pembaca atau pendengarnya.
Ketepatan pilihan kata semacam itu dapat dicapai jika pemakai bahasa mampu
memahami perbedaan penggunaan kata-kata yang bermakna
(2) sinonim,
(3) eufemisme,
2. Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata
yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Agar dapat
memilih kata secara cermat, pemakai bahasa dituntut untuk mampu memahami
ekonomi bahasa dan menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menyebabkan
kemubaziran.
Dalam kaitan itu, yang dimaksud ekonomi bahasa adalah kehematan dalam
penggunaan unsurunsur kebahasaan. Dengan demikian, kalau ada kata atau
ungkapan yang lebih singkat, kita tidak perlu menggunakan kata atau ungkapan
yang lebih panjang karena hal itu tidak ekonomis.
5
Sementara itu, pemakai bahasa juga dituntut untuk mampu memahami penyebab
terjadinya kemubaziran kata. Hal itu dimaksudkan agar ia dapat memilih dan
menentukan kata secara cermat sehingga tidak terjebak pada penggunaan kata
yang mubazir. Dalam hal ini, yang dimaksud kata yang mubazir adalah kata-kata
yang kehadirannya dalam konteks pemakaian bahasa tidak diperlukan. Dengan
memahami kata-kata yang mubazir, pemakai bahasa dapat menghindari
penggunaan kata yang tidak perlu dalam konteks tertentu.
3. Keserasian
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan menggunakan
kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian yang
dimaksud dalam hal ini erat kaitannya dengan faktor kebahasaan dan faktor
nonkebahasaan.
Faktor nonkebahasaan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata agar serasi,
antara lain, adalah sebagai berikut.
6
(1) Situasi pembicaraan
7
kebutuhan dan situai yang dihadapinya.
Kita ambil contoh kata cerdas dan kata cerdik. Kedua kata itu bersinonim, tetapi
kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih
berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
Kata-kata atau istilah-istilah asing boleh dipakai (mungkin kita pilih) dengan
pertimbangan sebagai berikut :
kritik -kecaman
profesional -bayaran
asimilasi -persenyawaan
aposisi -gelaran
dianalisis –diolah.
8
imunisasi -pengebalan terhadap penyakit
inovasi -perubahan secara baru
kontrasepsi -alat pencegah kehamilan
mutasi -perpindahan tugas kepagawaian.
Betul Salah,
Bergantung kepada atau pada tergantung dari,
Tergantung dari pada,
Bergantung dari,
Berbeda dengan berbeda dari/dari pada,
Disebabkan oleh disebabkan karena,
Hormat akan/kepada/terhadap hormat atas /sama,
Terdiri atas terdiri/terdiri dari,
Sesuai dengan sesuai,
Bertemu dengan bertemu/bertemu sama.
9
mikin jelas dan tepat. Karena itu, untuk mengefektifkan penuturan lebih tepat
dipakai kata-kata khusus dari pada kat-kata umum.
Umum khusus,
Melihat memandang (gunung sawah, laut),
Menonton (wayang),
Menengok (orang sakit),
Menatap (gambar),
Menoleh (kiri-kanan),
Meninjau (daerah),
Menyaksikan (pertandingan sepak bola)
10
Perasa : pedas, pahit, asam, dan manis
Pencium : basi, busuk, anyer dan tenggek
Pendengaran : dengung, derung, ringkik, lengking, dan kicau
Penglihatan : kabur, mengkilat, kemerah-merahan, dan seri
Karena kata-kata indria melukiskan suatu sifat yang khas dari penserapan panca
indria, maka pemakaiannya harus tepat.
a. Perluasan Arti
Kata yang dimaksud dengan perluasan arti adalah suatu proses
perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung
suatau makna yang khusus, tetapi kemudia meluas sehingga meliputi
sebuah kelas makna yang lebih umum.
Contoh : kata berlayar dipakai dengan pengertian bergerak dilaut
dengan menggunakan layar. Sekarang setindakan yang mengarungi
lautan atau perairan dengan menggunakan alat apa saja.
b. Penyempitan Arti
Penyempitan arti sebuah kata adalah sebuah proses yang dialami
sebuah kata dimana makna yang lama lebih luas cakupannya dari
makna yang baru
contoh: kata sarjana dulu dipakai untuk menyebut sebuah
cendekiawan. Sekarang dipakai untuk gelar universiter.
c. Ameliorasi
Amilorasi adalah suatu proses perubahan makna, dimana arti yang
baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama.
Contoh : kata wanita dirasakan nilainya lebih tinggi dari kata
perempuan, istri dan bini, pria dan laki-laki.
d. Peyorasi
peyorasi adalah suatu proses perubahan makna bebagai kebalikan dari
amiliorasi.
e. Metafora
Metafora adalah perubahan makna karena perbedaan sifat dua objek
contoh: matahari (sang surya), putri malam (untuk bulan), pulau (empu
laut), semuanya dibentuk berdasarkan metafora. Salah satu sub tipe
dari metafora adalah sinestesia yaitu perubahan makna berdasarkan
pergeseran istilah antara dua indria misalnya, dari peraba ke
penciuman.
11
f. Metonimi
Metonimi sebagai suatu proses perubahan makna terjadi karena
hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu
lingkungan makna yang sama, dan dapat diklasifikasi menurut tempat
atau waktu, hubungan isi dan kulit, dan antara sebab dan akibat.
Contoh :kata kota tadinya berati susunan batu yang dibuat mengelilingi
sebuah tempat pemukiman sebagai pertahanan dari luar. Sekarang
tempat pemukiman itu disebut kota, walaupun sudah tidak ada susunan
batunya lagi.
Suatu cara lain untuk menjaga ketepatat pilihan kata adalah kelangsungan.
Yang dimaksud dengan kelangsungan pilihan kata adalah tehnik memilih kata
yang sedemikian rupa sehingga maksud dan pikiran seseorang dapat disampaikan
secara tepat dan efektif.
Dalam karangan sebaiknya dipaki kata-kata yang lugas, yaitu kata-kata yang
bersahaja, apa adanya, tidak berupa frase yang panjang.
Jadi dalam karangan sedapat-dapatnya dipakai kalimat lugas dan ringkas namun
tetap tidak mengubah maknanya.
2.3 Kalimat
Pengertian
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan suatu pikiran yang utuh dan dapat berdiri sendiri. Kalimat
umumnya berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek
12
(S) dan predikat (P). Jika predikat kalimat itu berupa kata kerja transitif, unsur
kalimat yang disebut objek juga harus hadir. Unsur-unsur kalimat yang lainnya-
pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket), kehadirannya bersifat tidak
wajib.Kelompok kata pembentuk kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).Namun ada juga
kalimat yang hanya terdiri dari predikat. Misalnya:Belajar! Lari! Kalimat seperti
ini sering dijumpai dalam percakapan santai/nonformal.
a) Kata
Perhatikan contoh berikut! Belajar dibentuk oleh satu satuan kata Anton
belajar dibentuk oleh dua satuan kata.
b) Frase
Contoh :
Kalimat di atas dapat dibagi menjadi beberapa frase dan fungsinya dalam
kalimatseperti pada Tabel berikut.
13
Contoh:
Macam-macam frase :
1) Frase Eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang mempunyai distribusi
(penyebaran)yang tidak sama dengan unsurnyaatautidak mempunyai
inti frase. Frase ini umumnya didahului oleh kata depan dan kata
sambung. Contoh:dihalaman ,pada temannya.
2) Frase Endosentris
Frase endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang
sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu
unsurnya.Dengan lain perkataan, frase endosentris adalah frase yang
mempunyai inti frase.
3) Frase Berdasarkan Kategori /Jenis Kata
Dengan menitikberatkan pada jenis kata yang menduduki unsur inti
frase dibedakan:
a. frase kata benda
contoh: gedung sekolah, keadilan sosial
b. frase kata kerja
contoh: akan belajar, sedang membaca
c. frase kata sifat
contoh: sangat besar, panjang sekali
d. frase kata keterangan
contoh: bulan depan, tadi pagi
e.frase kata depan
contoh: di rumah, ke sekolah
4) Frase Ambigu
Frase ambigu adalah frase yang bermakna ganda atau lebih dari
satu. Contoh: perancang busana wanita Frase ini dapat bermakna
14
perancang busana wanita yang berjenis kelamin wanita atau orang
(laki-laki atau wanita) yang pekerjaannya merancang busana wanita.
5) Perluasan Frase
Unsur-unsur pembentuk frase bersifat longgar; unsur-unsur
tersebut dapatdiperluas atau dipersempit. Perluasan atau penyempitan
unsur-unsur frase berbanding terbalik dengan makna yang
dibentuknya.
c) Klausa
klausa, seperti frase, merupakan kelompok kata. Akan tetapi, klausa
merupakankelompok kata yang memilikikonstruksi sintaksis yang
mengandung unsursubjekdanpredikasi,sedangkan frase tidak.Perbedaan
lainnya antara klausa dan frase adalah:
klausa tidak berintonasi akhir dan tidak bertanda baca
kalimat berintonasi akhir, bertanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru
Contoh:
ia datang→ klausa
ketika ia pergi→ klausa
Ia datang.→ kalimat
Ia pergi?→ kalimat
Pergi!→ kalimat
Ciri-ciri Subjek
a) Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subyek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk
15
subyek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya
siapa.
b) Biasanya disertai kata itu, ini, yang dan tersebut(sebagai pembatas
antara subyek dan predikat)
c) Didahului kata bahwa
Kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya
adalah anak kalimat pengisi fungsi subyek. Di samping itu, kata bahwa
juga merupakan penanda subyek yang berupa anak kalimat pada
kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
d) Mempunyai keterangan pewatas/atribut yang
Kata yang menjadi subyek suatu kalimat dapat diberi keterangan
lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini
dinamakan keterangan pewatas.
e) Tidak didahului preposisi
Subyek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke,
kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan
kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang
dihasilkan tidak bersubyek.
f) Berupa kata benda atau frase kata benda
Subyek kebanyakan berupa kata benda atau frase kata benda. Di
samping kata benda, subyek dapat berupa kata kerja atau kata sifat,
biasanya, disertai kata penunjuk itu.
Ciri-ciri Predikat
a) Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana Dilihat dari segi
makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan
mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan
sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan
predikat yang berupakata benda. penggolong (identifikasi). Kata
tanyaberapadapat digunakan untuk menentukanpredikat yang
berupa numeralia (kata bilangan) ataufrasenumeralia.
b) Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu
terutama digunakan jikasubyek kalimat berupa unsur yang panjang
sehingga batas antara subyek dan pelengkap tidak jelas.
c) Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran
yang diwujudkan oleh kata tidak.
16
d) Predikat kalimat yang berupa kata kerja atau kata sifat dapat
disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan
akan.
e) Predikat suatu kalimat dapat berupa:
1.Kata, misalnya kata kerja, kata sifat, atau kata benda.
2.Frase, misalnya frase kata kerja, frase kata sifat, frase kata benda,
frase
numeralia (bilangan).
Ciri-Ciri Objek
a) Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak
pernah mendahului predikat.
b) Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat
dan tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara
predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
c) Kategori katanya kata benda/ frase kata benda.
d) Dapat dinganti dengan-nya.
e) Didahului kata bahwa.
f) Anak kalimat pengganti kata benda ditandai oleh kata
bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek
dalam kalimat transitif.
g) Kebanyakan kata kerja berawalan ber -atau ter- tidak
memerlukan objek (intransitif).
h) Kebanyakan kata kerja berawalan me- memerlukan
objek(transitif).
Ciri-ciri Pelengkap
a) Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di
belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi
unsur lain, yaitu objek.
b) Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur
kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri
unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
c) Kategori katanya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata
sifat.
17
Ciri-ciri Keterangan
(iii)
(iv)
18
a. Sangat banyak tumbuhan yang bisa dijadikan obatobatan. (Predikat +
Subjek)
b. Ada mahasiswa yang mendatangi saya. (Predikat + Subjek)
Meskipun terdapat kalimat P-S seperti contoh di atas, struktur inti kalimat
bahasa Indonesia tetaplah S-P bukan sebaliknya sebab kalimat (iv) tersebut dapat
dikembalikan ke struktur aslinya, yaitu struktur S-P seperti tampak di bawah ini.
(v)
19
(31) a. Sukarno/dikenal/sebagai Sang Fajar.
b. Pak Joni/menghadiahi/anaknya/komputer.
Jika kalimat-kalimat tersebut disusun secara padu, baik padu dalam makna
(koherensi) maupun padu dalam struktur (kohesi), akan dihasilkan suatu paragraf
yang apik. Agar dapat membuat paragraf secara baik, penguasaan terhadap
kalimat dasar tersebut tidak dapat ditawar-tawar lagi dan agar dapat membuat
kalimat secara baik, unsur-unsur dalam kalimat harus dikenali secara baik pula.
Unsur kalimat itu lazim disebut konstituen yang biasanya berupa kata, frasa, atau
klausa dan lazimnya konstituen tersebut menduduki atau mengisi salah satu fungsi
20
dalam kalimat. Fungsi di dalam kalimat berupa subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. Agar lebih jelas, di bawah ini akan diuraikan ciri
subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
A. Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan
orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan
bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai
dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat
perintah.
Contoh:
Contoh:
– Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
1. Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang
terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat
dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam
kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola
pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
21
* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin
sore, minggu kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-
undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi
mereka.
22
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang
memperhatikan rakyat.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat
dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata dan atau serta.
Contoh:
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata atau.
Contoh:
23
– Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
– Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
– Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan
sadis.
* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:
24
10. Alat: dengan+ katabenda: dengan tongkat
Contoh:
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Contoh:
1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri
dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat
perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
25
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
2. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam
penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya
dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk
memberikan tanggapan.
3. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi
atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?)
dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun.
Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:
4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa
‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi
26
yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.)
dalam penulisannya.
Contoh:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu
buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat
lengkap.
Contoh :
Contoh:
– Selamat sore
– Silakan Masuk!
– Kapan menikah?
– Hei, Kawan…
27
1. Kalimat Inversi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya.
Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan
mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata
atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk
penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
2. Kalimat Versi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai
dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
Contoh;
– Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
28
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali
oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami
jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih
ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat
ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
– Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis itu dibebaskan juga.3.
Contoh:
G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kaliamat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja
yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata
kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur,
mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
29
Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
Contoh:
Contoh:
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan.
Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter-
dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada
kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
30
Contoh:
Contoh:
– Ku pukul adik.
O2 P S
Contoh :
4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat
dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh :
31
Daftar Pustaka
Drs. Mustakim, M.Hum,2014. BENTUK DAN PILIHAN KATA. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
https://7assalam9.wordpress.com/ketepatan-pilihan-kata/
https://akmalik.files.wordpress.com/2011/03/modul-2-unsur-unsur-
pembentuk-kalimat
Sasangka Wisnu Tjatur, SS. 2014. KALIMAT. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
https://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat/
10/04/2019/19:06
32
Kontribusi
Materi 2.1 (Sandi Maulana)
Materi 2.2 (Ghina Rosidah)
Materi 2.3 dan Materi 2.4 (Ilham Fauzan)
Materi 2.5 (Rizaldi Naufal)
Materi 2.6 (Yana Juliana)
Penyusun Makalah Bab I (Yana Juliana)
Sampul Makalah dan Kata Pengantar (Ilham Fauzan)
33