Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA

Disusun oleh:

Kelompok 8

1. Anastasya Cahya Lestari (1914301061)


2. M. Luthfan Amirudin (1914301095)
3. Rheinabila (1914301067)
4. Eti Rohayati (1914301090)

KEMENTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
Kata Pengantar
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah Tata Kalimat Bahasa
Indonesia yang insyaallah tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa adanya
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat
penulis butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar lampung, 01 Agustus 2019

Kelompok 8

i
Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 2

1.3 Tujuan makalah ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kalimat .................................................................................... 3

2.2 Unsur-unsur kalimat.................................................................................. 4

2.3 Jenis-jenis kalimat..................................................................................... 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 19

3.2 Saran ....................................................................................................... 19

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sehubungan dengan adanya tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia, saya akan
menjelaskan tentang Tata Kalimat. Makalah ini berisi tata kalimat atau cara penyusunan
kalimat yang benar.
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota
masyarakat lain pemakai bahas itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang
ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat
mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu
dapat diterima oleh pendengar atauu pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya
secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat
dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang
disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh pembicara atau penulisnya. Akan
tetapi kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau
pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakaiannya secara tepat, unsur
kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat
seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak
ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam ini dapat diukur
berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat
sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang
dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca
sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif.
Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas tata kalimat dengan segala
permasalahannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kalimat?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa saja jenis-jenis kalimat?

1.3 Tujuan Makalah


1. Memberi informasi kepada pembaca tentang Tata Kalimat.
2. Memberi informasi kepada pembaca tentang unsur-unsur kalimat.
3. Member informasi kepada pembaca tentang jenis-jenis kalimat.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat

Pengertian kalimat secara umun adalah sebuah satuan terkecil dari bahasa yang
berwujud lisan maupun tulisan yang mengutarakan pikiran seseorang.
Kalimat lisan berwujud suara yang ditandai dengan naik turunnya, lemah, lembut, jeda dan
diakhiri dengan intonasi. Secara lisan, kalimat merupakan bagian terkecil ujaran yang
mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.
Secara tulisan, kalimat merupakan bagian terkecil teks atau wacana yang mengungkapkan
pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dilihat dari segi penulisannya, kalimat selalu
diakhiri dengan tanda titik (.) atau tanda Tanya (?), atau tanda seru (!), dengan menyetarakan
tanda-tanda baca lainnya dan spasi kosong pada bentuk tertentu.

Pengertian kalimat menurut para ahli:


a. Pengertian kalimat menurut Dardjowidojo
Beliau mengemukakan bahwa kalimat adalah bagian terkecil dari sebuah ujaran dan
teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.

b. Pengertian Kalimat Menurut Slamet Muljana


Beliu mengemukakan bahwa kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yang
berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan, mungkin yang dipakai
hanya satu kata, mungkin lebih.

c. Pengertian Kalimat Menurut Kridalaksana


Beliau mengungkapkan kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari
klausa, klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan, satuan proposisi yang
merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan
bebas, jawaban minimal, seruan, salam, dsb.

3
2.2 Unsur-unsur Kalimat

2.2.1 Subjek
Dalam pembicaraan tentang kalimat sudah disinggung-singgung tentang subjek, yaitu
unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Namun, di sini
perlu dibicarakan cirri-ciri subjek secara lebih terperinci untuk memperkaya wawasan kita
tentang struktur kalimat bahasa Indonesia. Dengan demikian, kalimat-kalimat yang kita
hasilkan dapat terpelihara strukturnya. Dengan mengenali unsur subjek, kita dapat mengenali
kalimat-kalimat yang gramatikal dan kalimat yang tidak gramatikal.

Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa.


Di dalam pembicaraan tentang syarat-syarat kalimat telah dibicarakan bagaimana
mencari predikat suatu pernyataan. Setelah itu, penentuan subjek kalimat. Penentuan subjek
dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan
dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata
Tanya siapa, misalnya pada kalimat berikut.

(1) Rennel belajar.


Kita tahu bahwa (1) itu kalimat karena verba belajar berfungsi sebagai predikat.
Untuk mencari subjek kalimat itu, kita dapat mencari jawaban atas pertanyaan siapa yang
belajar. Jawaban dari informasi kalimat (1) adalah Rennel. Oleh karena itu, subjek kalimat
(1) itu adalah Rennel. Demikian juga kalimat (2) berikut. Dengan mencari jawaban atas
pertanyaan siapa yang telah dinikahkan, kita dapat menemukan subjek kalimat ini.
(2) Reni telah dinikahkan dengan lelaki pilihan orang tuanya.
Jika subjek kalimat bukan berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya apa.
Misalnya, pada kalimat (3) berikut, apa yang telah maju dengan pesat? Jawabannya ialah
perusahaan itu.
(3) Perusahaan itu telah maju dengan pesat.
Subjek kalimat berikut dapat ditemukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa
yang ditemukan? Jawabannya ialah surat-surat berharga.
(4) Di dalam koper orang itu telah ditemukan surat-surat berharga.
Jika kita perhatikan kalimat (4) itu, ternyata subjek tidak selalu mendahului predikat.
Terutama dalam kalimat pasif yang mengedepankan keterangan, kebanyakan subjek terdapat

4
sesudah predikat. Dalam bahasa surat pada alinea pembuka dan penutup biasanya terdapat
susunan kalimat pasif seperti (4) itu. Pada alinea pembuka biasanya terdapat kalimat (5).
(5) Kami beri tahukan bahwa kuliah semester ganjil akan berakhir bulan ini.
Predikat kalimat (5) itu ialah kami beri tahukan (jika pelaku orang ke tiga tunggal
bentuk verba pasif menjadi diberitahukan). Oleh karena itu, pertanyaan untuk menemukan
subjek ialah apa yang kami beri tahukan. Jawabannya ialah bahwa kuliah semester ganjil
akan berakhir bulan ini. Jadi, subjek kalimat (5) itu bukan kami, melainkan bahwa kuliah
semester ganjil akan berakhir bulan ini (berupa anak kalimat). Berbeda halnya jika dikatakan
(5a) berikut.
(5a) Kami memberitahukan bahwa kuliah semester ganjil akan berakhir bulan ini.
Predikat kalimat (5a) ialah memberitahukan. Subjek kalimat (5a) itu ialah jawaban
atas pertanyaan siapa yang memberitahukan, yakni kami. Demikian juga, pada alinea
penutup surat sering kita temukan kalimat seperti (6) ini.
(6) Atas perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih.
Predikat kalimat (6) itu ialah kami ucapkan. Apa yang kami ucapkan? Jawabnya ialah
terima kasih. Oleh karena itu, subjek kalimat (6) itu ialah terima kasih dan atas perhatian
saudara merupakan keterangan. Jadi, subjek kalimat (6) itu bukan kami. Kami menjadi
subjek dalam pernyataan seperti itu jika strukturnya berubah menjadi kalimat aktif sebagai
berikut.
(6a) Atas perhatian saudara, kami mengucapkan terima kasih.
Siapa yang mengucapkan terima kasih? Jawabannya ialah kami. Jadi subjek kalimat
(6a) ialah kami, sedangkan terima kasih merupakan objek.

2.2.2 Predikat
Sebagaimana dijelaskan dalam pembicaraan tentang kalimat, predikat merupakan
unsur utama suatu kalimat, di samping subjek. Bagaimana menentukan predikat suatu kalimat
pada prinsipnya telah dibicarakan dalam pembicaraan tentang syarat-syarat kalimat. Pada
bagian ini khusus dibicarakan cirri-ciri predikat secara lebiih terperinci.

5
Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana.
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan
mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Dalam kalimat (7) menyusun merupakan
jawaban atas pertanyaan mengapa Sulistio dan (8) baik-baik merupakan jawaban atas
pertanyaan bagaimana Andriani.
(7) Sulistio menyusun skripsi.
(8) Andriani baik-baik.
Dengan demikian, predikat kalimat (7) adalah menyusun dan predikat kalimat (8)
adalah baik-baik. Jawaban atas pertanyaan bagaimana Candi Borobudur dan mengapa badan
organisasi PBB dalam kalimat berikut diperoleh informasi bahwa (9) dipugar merupakan
jawaban atas pertanyaan pertama dan (10) memberi merupakan jawaban dari pertanyaan
kedua.
(9) Candi Borobudur telah dipugar untuk mempertahankan kejayaan masa lampau.
(10) Badan organisasi PBB memberi bantuan pemugaran itu.
Pada keempat kalimat tersebut, predikat terletak sesudah subjek, sedangkan pada
contoh berikut predikat mendahului subjek.
(11) Sungguh mengagumkan hamparan bunga tulip di Keykenhof, Negeri Belanda.
(12) Sejak beberapa waktu yang lalu telah diperdebatkan masalah kehadiran senjata
nuklir.
Bagaimana hamparan bunga tulip? Jawabannya adalah sungguh mengagumkan. Jadi,
predikat kalimat (11) ialah sungguh mengagumkan, dan predikat kalimat (12) ialah telah
diperdebatkan karena pernyataan itu merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana
masalah kehadiran senjata nuklir. Dari beberapa contoh tersebut, tampak bahwa pertanyaan
mengapa digunakan untuk mencari predikat yang berupa satu tindakan/perbuatan yang
dilakukan subjek, sedangkan pertanyaan bagaimana digunakan untuk mencari predikat yang
merupakan suatu keadaan tentang subjek, termasuk predikat verba pasif menyatakan keadaan
tentang subjek.

2.2.3 Objek
Objek merupakan unsur kalimat yang dapat diperlawankan dengan subjek. Unsur
kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat yang berpredikat verba aktif, pada
umumnya berawalan me-, tidak terdapat dalam kalimat pasif ataupun kalimat intransitif,
berpredikat verba berawalan ber-, ke-an. Dengan kata lain, objek hanya terdapat pada kalimat

6
aktif transitif, yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat,
dan objek. Beberapa kalimat berikut memperlihatkan hal itu.

Langsung di belakang predikat.


Sebagaimana dibicarakan di atas, objek terdapat dalam struktur kalimat aktif transitif,
yaitu kalimat yang memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Dalam struktur kalimat aktif
hanya ada dua pilihan urutan, yaitu (1) urutan dasar (paling umum dipakai): subjek-predikat-
objek dan (2) urutan variasi: predikat-objek-subjek. Dari kedua pola urutan itu, terlihat bahwa
objek tidak mempunyai kebebasan tempat, selalu menempati posisi di belakang predikat, baik
pada urutan dasar maupun variasi. Contoh berikut memperjelas hal itu.
(13) Dia // menciptakan // sejumlah opera.
(13a) Menciptakan // sejumlah opera // dia.
Pada kalimat (13) mempuyai urutan S-P-O, sedangkan kalimat (13a) mempunyai
urutan P-O-S.

Dapat menjadi subjek kalimat pasif.


(14) Pemuda Indonesia // dapat menciptakan // teknologi sasrabahu.
Kalimat (14) dapat dijadikan pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan
perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai
dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
(14a) Teknologi sasrabahu // dapat diciptakan // (oleh) pemuda Indonesia.
Unsur teknologi sasrabahu yang menjadi objek kalimat aktif (14) menjadi subjek
kalimat pasif (14a).

2.2.4 Pelengkap
Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan
pelengkap di belakang predikat kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif,
bukan pelengkap. Dalam contoh di bawah ini buku kamus adalah pelengkap sedangkan saya
adalah objek.
(15) Hedi memberi saya buku kamus.
Objek saya menjadi subjek dalam kalimat pasif, sedangkan pelengkap buku kamus
tetap sebagai pelengkap, seperti kalimat (16).
(16) Saya diberi buku kamus oleh Hedi.

7
Di belakang predikat.
Pelengkap terdapat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat. Cirri ini
sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek, pada struktur dwitransitif.
(17) Dia mengirimi saya buku baru.
Unsur buku baru tudak mendahului predikat baik pada posisi depan maupun di antara
subjek dan predikat.

2.2.5 Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang
suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya memberi informasi tentang tempat, waktu,
cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.

Bukan unsur utama.


Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keteragan merupakan unsur
tambahan. Yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib. Jika
dalam sebuah kalimat tidak terdapat unsur keterangan, kalimat itu masih tetap benar asalkan
syarat utama terpenuhi, yaitu adanya unsur subjek, predikat, (objek, dan pelengkap).
(18) Sekarang // manusia telah dapat menciptakan teknologi canggih.
(19) Dengan komputer // pesawat itu dapat dipantau // dari bumi.
Unsur (18) sekarang, (19) dengan komputer dan dari bumi merupakan keterangan.
Jika unsur keterangan itu ditiadakan kalimat-kalimat itu masih gramatikal, seperti terlihat di
bawah ini.
(18a) Manusia // telah dapat menciptakan // teknologi canggih.
(19a) Pesawat itu // dapat dipantau.

Jenis jenis keterangan:


1. Keterangan waktu
Contoh: Kini semua rombongan haji menggunakan jasa penerbangan.
2. Keterangan tempat
Contoh: Di Jawa tengah terdapat Candi Borobudur
3. keterangan cara
Contoh: Berbicaralah baik-baik.

8
4. keterangan sebab
Contoh: Dia masuk fakultas ekonomi karena kemauan orang tuanya.
5. Keterangan tujuan
Contoh: Kita harus bekerja keras agar penelitian ini dapat kita selesaikan sesuai
dengan rencana.
6. Keterangan aposisi
Contoh: Lena (anak sulung pak Hariyanto) diterima di fakultas hukum.
7. Keterangan tambahan
Contoh: Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
8. Keterangan pewatas
Contoh: Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.

2.3 Jenis-jenis Kalimat

A. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Pengucapannya

1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung merupakan kalimat hasil kutipan dari ucapan seseorang tanpa
melalui perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang ia utarakan. Kalimat ini ditandai
dengan penggunaan tanda petik untuk membedakan kalimat kutipan dengan kalimat penjelas.
Contoh :
“Riana akan pulang nanti sore,” Desti memberi kabar.
Andriana berkata, “Aku mungkin tidak akan pulang malam ini. Besok aku beri kabar lagi.”

2. Kalimat Tidak Langsung


Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang menceritakan kembali isi atau pokok
ucapan yang pernah disampaikan seseorang tanpa perlu mengutip keseluruhan kalimatnya.
Contoh :
Aku pernah mendengar Aisya bercerita bahwa sebenarnya ia tidak terlalu senang dengan
kabar perjodohan yang diatur oleh orang tuanya.
Tadi Bu Neti berpesan jika hari beliau tidak dapat masuk kelas karena suatu urusan. Namun,
beliau memberikan tugas untuk mengerjakan LKS halaman 75.

9
B. Pembagian jenis jenis kalimat berdasarkan jumlah frasanya (struktur gramatical)
Dilihat dari jumlah frasanya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal (terdiri
dari kalimat nominal dan kalimat verbal) serta kalimat majemuk (terdiri dari kalimat
majemuk setara, majemuk bertingkat, dan majemuk campuran).

1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa, yang
terbentuk dari satu pola. Berikut ini pola – pola dalam kalimat tunggal beserta contohnya:

No Pola Kalimat Kategori Kata Contoh


Kata Benda (KB) + Kata Kerja (KK) Pendemo berorasi.
Pemilik vila itu
Kata Benda + Kata Sifat (KS)
1 Subjek (S) + Predikat (P) menakutkan.
Harga sofa itu dua juta
Kata Benda + Kata Bilangan (KBil)
rupiah
Ayu menari dengan
2 S + P + Keterangan (K) KB + KK +(Konjungsi + Kata Benda)
gemulai.
Mukanya bersemu
3 S + P + Pelengkap (Pel) KB1 + KK + KB2
merah.
4 S+P+O KB1 + KK + KB2 Ayah membeli roti.
Rasya menikahi gadis
5 S+P+O+K KB1 + KK + KB2 +(Konjungsi + KB3)
itu di Bali.
Ayah membelikan aku
6 S + P + O + Pel KB1 + KK + KB2 + KB3
sebuah bunga.

Kalimat tunggal berdasarkan jenis predikat yang digunakan, dibagi menjadi dua
yakni kalimat nomina dan kalimat verbal.

 Kalimat Nomina
Kalimat nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata benda (kata bilangan atau
kata sifat) sebagi predikat.
Contoh :
Tentara itu tewas di medan perang.
Adik saya ada dua orang.

10
 Kalimat Verbal
Kalimat verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikat.
Contoh :
Andi mengayuh sepedanya pelan.
Siska makan di kamarnya.

2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal
yang saling berhubungan. Berdasarkan kedudukan satu kalimat tunggal dengan yang lain,
kalimat majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk setara, bertingkat, dan campuran.

 Kalimat Majemuk Setara


Kalimat majemuk setara merupakan kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal, di mana
kedudukan masing masing kalimat tersebut setara. Kalimat majemuk setara dibagi lagi
menjadi beberapa jenis, seperti berikut.
1. Kalimat majemuk setara penggabungan, biasanya ditandai dengan penggunaan kata
hubung (konjungsi) “dan” atau “serta”.
Contoh :
Saya bertanggung jawab atas kedatangan peserta hingga ke penginapan dan Andi akan
mengambil tanggung jawab tentang segala keperluan peserta sesampainya di sana.

2. Kalimat majemuk setara pertentangan, biasanya ditandai dengan kata hubung (konjungsi)
“tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”, dan sebagainya.
Contoh :
Kelas kami akan mengadakan study tour ke Palembang, namun dia memilih untuk tidak ikut.

3. Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata hubung “atau”.
Contoh :
Riana masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah di Jerman atau tetap
tinggal di sini bersama ayahnya.

4. Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan kata hubung “bahkan”.
Contoh :

11
Dia memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-17 ia sudah mendapatkan gelar
sarjana pertamanya.

 Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang menggabungkan dua kalimat tunggal
atau lebih di mana satu sama lain memiliki kedudukan yang berbeda, yakni sebagai induk
kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat dapat dibagi menjadi 10 jenis
berdasarkan penggunaan kata hubung atau konjungsinya, yakni:
1. Waktu : “ketika”, “sejak”, “saat ini”, dsb.
Contoh :
Anak itu sudah lama hidup sendiri semenjak orang tuanya meninggal ketika dia masih bayi.

2. Sebab: “karena”, “oleh karena itu”, “sebab”, “oleh sebab itu”, dsb.
Contoh :
Tia memutuskan pergi dari rumah karena ia tidak kuat lagi melihat kelakuan ayahnya.

3. Akibat: “hingga”, “sehingga”, “maka”, dsb.


Contoh :
Kebakaran hutan itu meluas hingga asap kabut yang ditimbulkan berdampak hingga
Singapura dan Malaysia.

4. Syarat: “ jika”, “asalkan”, “apabila”, dsb.


Contoh :
Ani bersedia menerima lamaran Ali, apabila kedua orang tuanya merestui hubungan mereka.

5. Perlawanan: “meskipun”, “walaupun”, dsb.


Contoh :
Meskipun diiming – imingi uang ganti rugi yang besar, warga Kampung Barang tetap
menolak dipindahkan.

6. Pengandaian: “andaikata”, “seandainya”, dsb.


Contoh :
Seandainya Risko menunggu lebih lama lagi, ia pasti akan berjumpa dengan Dewi di kafe itu.

12
7. Tujuan: “agar”, “supaya”, “untuk”, dsb.
Contoh:
Triana menutuskan pindah ke apartemen ini agar lebih dekat dengan kantornya.

8. Perbandingan: “bagai”, “laksana”, “ibarat”, “seperti”, dsb.


Contoh :
Budak itu jatuh cinta pada putri kerajaan bagaikan punguk yang merindukan bulan.

9. Pengecualian: “kecuali”, “selain”, dsb.


Contoh :
Dia sangat jago di semua mata pelajaran kecuali pelajaran olahraga.

10. Alat: “dengan + kata benda”


Contoh:
Orang itu pergi ke kantor dengan menggunakan mobil.

 Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk setara merupakan kalimat majemuk yang menggabungkan kalimat
majemuk setara dengan kalimat majemuk setingkat. Kalimat majemuk campuran terdiri dari
sekurang – kurangnya tiga kalimat tunggal.
Contoh :
Patria sedang memasak dan Toni menonton TV di ruang keluarga, ketika aku tiba di rumah
mereka.
(kata hubung “dan” menyatakan kaimat majemuk setara, kata hubung “ketika” menyatakan
kalimat majemuk bertingkat.)

C. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Isi Atau Fungsinya:


1. Kalimat Berita atau Pernyataan (Kalimat Deklaratif)
Merupakan kalimat yang bertujuan untuk menyampaian suatu informasi. Kalimat ini
dalam penulisannya di akhiri dengan tanda baca titik (.). Dalam pembacaannya, pada akhir
kalimat biasanya memiliki intonasi yang menurun.
Contoh :
Ari tengah berlari ke hutan. (memberitahu kepastian)
Aku menolak hadir dalam acara tersebut. (memberitahu pengingkaran)

13
2. Kalimat Tanya (Kalimat Interogatif)
Merupakan kalimat digunakan untuk mencari tahu suatu informasi atau jawaban atau
respon dari lawan bicara. Kalimat ini dalam penulisannya di akhiri dengan tanda baca tanya
(?).
Contoh :
Bagaimana kabarmu hari ini?
Apakah kau sudah bertemu langsung dengan ayahnya?

3. Kalimat Perintah (Kalimat Imperatif)


Kalimat perintah merupakan kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah
kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam penulisannya, kalimat perintah akan
diakhiri dengan tanda baca seru (!). Serta dalam pembacaannya, pada akhir kalimat biasanya
digunakan intonasi yang meninggi.
Contoh :
Tolong ambilkan kertas di meja itu! (permohonan)
Jangan mendekat! (larangan)
Mari kita jaga kelestarian hutan lindung! (ajakan)

4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Sama seperti kalimat
perintah, dalam pelafalannya pada akhir kalimat biasanya ditandai dengan intonasi yang
tinggi. Dalam penulisannya, kalimat seruan juga diakhiri dengan tanda seru (!).
Contoh :
Wah, indah sekali pantai!
Hore, aku menang!

5. Kalimat Pengandaian
Kalimat pengandaian bertujuan untuk menggambarkan keinginan atau tujuan dari
penulis atau pembicara yang belum atau tidak terwujud. Kalimat pengandaian dalam
penulisannya diakhiri dengan tanda baca titik (.).
Contoh:
Andai saja aku bisa mengulang waktu kembali.
Seandainya aku menjadi dokter nantinya, aku hanya akan pergi ke daerah terpencil dan
memberikan pengobatan bagi yang membutuhkan di sana.

14
D. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat

1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap merupakan kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas sebuah
subjek dan sebuah predikat. Kalimat majas dapat dikategorikan sebagai kalimat lengkap.
Contoh:
Anak – anak bermain di lapangan
S P K
Ayah membeli mobil baru
S P O

2. Kalimat Tidak Lengkap


Kalimat tidak lengkap merupakan kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan
bentuk tidak sempurna kadang hanya memiliki sebuah subjek saja, sebuah predikat, atau
bahkan hanya terdiri atas objek dan keterangan. Kalimat ini biasanya digunakan untuk
kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan,
dan kekaguman.
Contoh:
(Hei, Diana!), (Rajin pangkal pandai.), ( Wah, indah sekali!), (Terima kasih.), (Selamat
sore!), (Tidak.)

E. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Pola Subjek – Predikat

1. Kalimat Versi
Kalimat versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar pada
Bahasa Indonesia (S – P) atau (S – P – O – K) atau (S – P – K ) dan lain sebagainya.

Contoh:
Aku berjalan sejauh tiga kilometer.
S P K
Diah membeli sepatu di Pasar Anyer
S P O K

15
2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi merupakan kalimat yang memiki ciri khas adanya predikat yang
mendahului kata subjek. Kaliman versi biasanya digunakan untuk menyampaikan penekanan
atau ketegasan makna. Kata pertama yang muncul merupakan kaa yang menjadi penentu
makna kalimat sekaligus menjadi kata yang menimbulkan kesan terhadap pembaca maupun
pendengarnya.
Contoh:
Bawa gadis itu ke hadapanku!
P S K

F. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Gaya Penyajian

1. Kalimat yang Melepas


Kalimat ini merupakan kalimat yang ditulis maupun diucapkan menggunakan dengan
gaya penyajian melepas. Gaya penulisan melepas ditandai dengan kalimat majemuk di awali
dengan induk kalimat atau kalimat utama serta diikuti oleh anak kalimatnya.
Contoh :
Putri tidak akan tertinggal kereta jika di jalan tadi tidak terjadi kecelekaan yang
menyebabkan kemacetan panjang.
(“Putri tidak akan tertinggal kereta” merupakan kalimat induk, “kereta jika di jalan tadi
tidak terjadi kecelekaan yang menyebabkan kemacetan panjang” merupakan anak kalimat.)

2. Kalimat yang Klimaks

Kalimat ini terbentuk ketika suatu kalimat majemuk disajikan dengan cara
menempatkan anak kalimat di depan kalimat induknya. Kalimat ini biasanya ditandai dengan
penggunaan tanda baca koma (,).

Contoh :
Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat, mungkin nyawanya masih bisa tertolong
(“Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat” merupakan anak kalimat, “mungkin
nyawanya masih bisa tertolong” merupakan kalimat utama)

16
3. Kalimat yang Berimbang
Biasanya tersusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau kalimat majemuk
campuran. Gaya penyajian berimbang bertujuan untuk menunjukan kesejajaran bentuk dan
informasi.
Contoh :
Harga daging sapi menjelang Idul Adha melonjak, pedagang dan konsumen mengeluhkan
tingginya kenaikan.

G. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Subjeknya

1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat di mana unsur subjek di dalamnya melakukan suatu
tindakan (pekerjaan). Kalimat jenis ini akan menggunakan predikat dengan awalan “me-” dan
“ber-” serta predikat yang berupa kata kerja yang tidak dapat diberikan awalan “me-”, seperti
mandi, pergi, tidur, dan lain sebagainya.
Contoh :
Ani pergi ke pasar.
Surya merangkak di kegelapan agar tidak terlihat musuh.

Kalimat aktif dapat dikategorikan kembali menjadi 3 jenis, yaitu,

 Kalimat Aktif Transitif


Kalimat aktif ini dapat disisipi unsur objek di dalamnya. Kalimat aktif ini biasanya memiliki
predikat yang berawalan “me-” dan dapat dirubah ke dalam bentuk pasif.
Contoh :
Mereka membuat peta dengan skala 1 : 1.000.000. (bentuk aktif)
Peta dengan skala 1 : 1.000.000 dibuat oleh mereka. (bentuk pasif)

 Kalimat Aktif Intransitif


Kalimat aktif ini tidak memungkinkan diikuti oleh objek di dalamnya. Kalimat aktif ini
biasanya menggunakan predikat yang berawalan “ber-” dan tidak dapat di rumah menjadi
kalimat pasif.
Contoh :
Polisi berjaga di sekitar tempat pengeboman.
Kucingku beranak tiga.

17
 Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini merupakan kalimat aktif yang tidak dapat dirubah menjadi bentuk pasif karena
kalimat ini diikuti oleh unsur pelengkap bukan objek.
Contoh :
Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden keenam Indonesia
S P Pel
Keputusan ini berdasarkan hasil musyawarah
S P Pel

2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau tindakan. Kalimat pasif
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan “di-” dan “ter-” serta diikuti kata
depan “oleh”. Kalimat pasif dibedakan kembali menjadi dua bentuk, yakni

 Kalimat Pasif Biasa


Kalimat pasif ini merupakan kalimat hasil dari transformasi kalimat aktif transitif. Kalimat
pasif ini memiliki predikat yang memilki imbuhan “di-”, “ter-”, “ke-an”.
Contoh:
Bola ditendang Adnan.
Kertas itu tertiup angin.

 Kalimat Pasif Zero


Kalimat pasif ini memiliki objek pelaku yang berdekatan dengan objek penderita tanpa
adanya sisipan kata lain. Predikat pada kalimat ini menggunakan akhiran “-kan” dan tanpa
disertai awalan “di-”. Selain itu, predikatnya juga dapat berupa kata dasar dari kata kerja.
Contoh :
Akan aku tunjukan kemampuanku disini.
Akan saya sampaikan pesanmu padanya.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tata kalimat adalah kaidah penyusunan kata sehingga menjadi kalimat yang baik dan
benar dan mempunyai arti sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran dengan
ciri-ciri terdapat subjek, predikat, objek dan keterangan.
Kalimat merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan makna
minimal terdiri dari subjek dan predikat dan diakhiri oleh tanda baca.
Terdapat pula jenis kalimat, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk, dan yang lainnya.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini saya harap dapat lebih dikembangkan lagi, dalam segi
penulisan masih kurangnya keterangan tentang “Tata Kalimat”, dalam penyusunan makalah
dan lain-lain. Kami menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan dalam jurnal yang kami
buat.

19
Daftar Pustaka

Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Yamilah, M. 1994. Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai