Disusun oleh:
Kelompok 8
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa adanya
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat
penulis butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Kelompok 8
i
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sehubungan dengan adanya tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia, saya akan
menjelaskan tentang Tata Kalimat. Makalah ini berisi tata kalimat atau cara penyusunan
kalimat yang benar.
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota
masyarakat lain pemakai bahas itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang
ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat
mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu
dapat diterima oleh pendengar atauu pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya
secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat
dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang
disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh pembicara atau penulisnya. Akan
tetapi kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau
pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakaiannya secara tepat, unsur
kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat
seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak
ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam ini dapat diukur
berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat
sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang
dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca
sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif.
Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas tata kalimat dengan segala
permasalahannya.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kalimat?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa saja jenis-jenis kalimat?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat
Pengertian kalimat secara umun adalah sebuah satuan terkecil dari bahasa yang
berwujud lisan maupun tulisan yang mengutarakan pikiran seseorang.
Kalimat lisan berwujud suara yang ditandai dengan naik turunnya, lemah, lembut, jeda dan
diakhiri dengan intonasi. Secara lisan, kalimat merupakan bagian terkecil ujaran yang
mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.
Secara tulisan, kalimat merupakan bagian terkecil teks atau wacana yang mengungkapkan
pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dilihat dari segi penulisannya, kalimat selalu
diakhiri dengan tanda titik (.) atau tanda Tanya (?), atau tanda seru (!), dengan menyetarakan
tanda-tanda baca lainnya dan spasi kosong pada bentuk tertentu.
3
2.2 Unsur-unsur Kalimat
2.2.1 Subjek
Dalam pembicaraan tentang kalimat sudah disinggung-singgung tentang subjek, yaitu
unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Namun, di sini
perlu dibicarakan cirri-ciri subjek secara lebih terperinci untuk memperkaya wawasan kita
tentang struktur kalimat bahasa Indonesia. Dengan demikian, kalimat-kalimat yang kita
hasilkan dapat terpelihara strukturnya. Dengan mengenali unsur subjek, kita dapat mengenali
kalimat-kalimat yang gramatikal dan kalimat yang tidak gramatikal.
4
sesudah predikat. Dalam bahasa surat pada alinea pembuka dan penutup biasanya terdapat
susunan kalimat pasif seperti (4) itu. Pada alinea pembuka biasanya terdapat kalimat (5).
(5) Kami beri tahukan bahwa kuliah semester ganjil akan berakhir bulan ini.
Predikat kalimat (5) itu ialah kami beri tahukan (jika pelaku orang ke tiga tunggal
bentuk verba pasif menjadi diberitahukan). Oleh karena itu, pertanyaan untuk menemukan
subjek ialah apa yang kami beri tahukan. Jawabannya ialah bahwa kuliah semester ganjil
akan berakhir bulan ini. Jadi, subjek kalimat (5) itu bukan kami, melainkan bahwa kuliah
semester ganjil akan berakhir bulan ini (berupa anak kalimat). Berbeda halnya jika dikatakan
(5a) berikut.
(5a) Kami memberitahukan bahwa kuliah semester ganjil akan berakhir bulan ini.
Predikat kalimat (5a) ialah memberitahukan. Subjek kalimat (5a) itu ialah jawaban
atas pertanyaan siapa yang memberitahukan, yakni kami. Demikian juga, pada alinea
penutup surat sering kita temukan kalimat seperti (6) ini.
(6) Atas perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih.
Predikat kalimat (6) itu ialah kami ucapkan. Apa yang kami ucapkan? Jawabnya ialah
terima kasih. Oleh karena itu, subjek kalimat (6) itu ialah terima kasih dan atas perhatian
saudara merupakan keterangan. Jadi, subjek kalimat (6) itu bukan kami. Kami menjadi
subjek dalam pernyataan seperti itu jika strukturnya berubah menjadi kalimat aktif sebagai
berikut.
(6a) Atas perhatian saudara, kami mengucapkan terima kasih.
Siapa yang mengucapkan terima kasih? Jawabannya ialah kami. Jadi subjek kalimat
(6a) ialah kami, sedangkan terima kasih merupakan objek.
2.2.2 Predikat
Sebagaimana dijelaskan dalam pembicaraan tentang kalimat, predikat merupakan
unsur utama suatu kalimat, di samping subjek. Bagaimana menentukan predikat suatu kalimat
pada prinsipnya telah dibicarakan dalam pembicaraan tentang syarat-syarat kalimat. Pada
bagian ini khusus dibicarakan cirri-ciri predikat secara lebiih terperinci.
5
Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana.
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan
mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Dalam kalimat (7) menyusun merupakan
jawaban atas pertanyaan mengapa Sulistio dan (8) baik-baik merupakan jawaban atas
pertanyaan bagaimana Andriani.
(7) Sulistio menyusun skripsi.
(8) Andriani baik-baik.
Dengan demikian, predikat kalimat (7) adalah menyusun dan predikat kalimat (8)
adalah baik-baik. Jawaban atas pertanyaan bagaimana Candi Borobudur dan mengapa badan
organisasi PBB dalam kalimat berikut diperoleh informasi bahwa (9) dipugar merupakan
jawaban atas pertanyaan pertama dan (10) memberi merupakan jawaban dari pertanyaan
kedua.
(9) Candi Borobudur telah dipugar untuk mempertahankan kejayaan masa lampau.
(10) Badan organisasi PBB memberi bantuan pemugaran itu.
Pada keempat kalimat tersebut, predikat terletak sesudah subjek, sedangkan pada
contoh berikut predikat mendahului subjek.
(11) Sungguh mengagumkan hamparan bunga tulip di Keykenhof, Negeri Belanda.
(12) Sejak beberapa waktu yang lalu telah diperdebatkan masalah kehadiran senjata
nuklir.
Bagaimana hamparan bunga tulip? Jawabannya adalah sungguh mengagumkan. Jadi,
predikat kalimat (11) ialah sungguh mengagumkan, dan predikat kalimat (12) ialah telah
diperdebatkan karena pernyataan itu merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana
masalah kehadiran senjata nuklir. Dari beberapa contoh tersebut, tampak bahwa pertanyaan
mengapa digunakan untuk mencari predikat yang berupa satu tindakan/perbuatan yang
dilakukan subjek, sedangkan pertanyaan bagaimana digunakan untuk mencari predikat yang
merupakan suatu keadaan tentang subjek, termasuk predikat verba pasif menyatakan keadaan
tentang subjek.
2.2.3 Objek
Objek merupakan unsur kalimat yang dapat diperlawankan dengan subjek. Unsur
kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat yang berpredikat verba aktif, pada
umumnya berawalan me-, tidak terdapat dalam kalimat pasif ataupun kalimat intransitif,
berpredikat verba berawalan ber-, ke-an. Dengan kata lain, objek hanya terdapat pada kalimat
6
aktif transitif, yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat,
dan objek. Beberapa kalimat berikut memperlihatkan hal itu.
2.2.4 Pelengkap
Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan
pelengkap di belakang predikat kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif,
bukan pelengkap. Dalam contoh di bawah ini buku kamus adalah pelengkap sedangkan saya
adalah objek.
(15) Hedi memberi saya buku kamus.
Objek saya menjadi subjek dalam kalimat pasif, sedangkan pelengkap buku kamus
tetap sebagai pelengkap, seperti kalimat (16).
(16) Saya diberi buku kamus oleh Hedi.
7
Di belakang predikat.
Pelengkap terdapat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat. Cirri ini
sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek, pada struktur dwitransitif.
(17) Dia mengirimi saya buku baru.
Unsur buku baru tudak mendahului predikat baik pada posisi depan maupun di antara
subjek dan predikat.
2.2.5 Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang
suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya memberi informasi tentang tempat, waktu,
cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
8
4. keterangan sebab
Contoh: Dia masuk fakultas ekonomi karena kemauan orang tuanya.
5. Keterangan tujuan
Contoh: Kita harus bekerja keras agar penelitian ini dapat kita selesaikan sesuai
dengan rencana.
6. Keterangan aposisi
Contoh: Lena (anak sulung pak Hariyanto) diterima di fakultas hukum.
7. Keterangan tambahan
Contoh: Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
8. Keterangan pewatas
Contoh: Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung merupakan kalimat hasil kutipan dari ucapan seseorang tanpa
melalui perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang ia utarakan. Kalimat ini ditandai
dengan penggunaan tanda petik untuk membedakan kalimat kutipan dengan kalimat penjelas.
Contoh :
“Riana akan pulang nanti sore,” Desti memberi kabar.
Andriana berkata, “Aku mungkin tidak akan pulang malam ini. Besok aku beri kabar lagi.”
9
B. Pembagian jenis jenis kalimat berdasarkan jumlah frasanya (struktur gramatical)
Dilihat dari jumlah frasanya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal (terdiri
dari kalimat nominal dan kalimat verbal) serta kalimat majemuk (terdiri dari kalimat
majemuk setara, majemuk bertingkat, dan majemuk campuran).
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa, yang
terbentuk dari satu pola. Berikut ini pola – pola dalam kalimat tunggal beserta contohnya:
Kalimat tunggal berdasarkan jenis predikat yang digunakan, dibagi menjadi dua
yakni kalimat nomina dan kalimat verbal.
Kalimat Nomina
Kalimat nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata benda (kata bilangan atau
kata sifat) sebagi predikat.
Contoh :
Tentara itu tewas di medan perang.
Adik saya ada dua orang.
10
Kalimat Verbal
Kalimat verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikat.
Contoh :
Andi mengayuh sepedanya pelan.
Siska makan di kamarnya.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal
yang saling berhubungan. Berdasarkan kedudukan satu kalimat tunggal dengan yang lain,
kalimat majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk setara, bertingkat, dan campuran.
2. Kalimat majemuk setara pertentangan, biasanya ditandai dengan kata hubung (konjungsi)
“tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”, dan sebagainya.
Contoh :
Kelas kami akan mengadakan study tour ke Palembang, namun dia memilih untuk tidak ikut.
3. Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata hubung “atau”.
Contoh :
Riana masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah di Jerman atau tetap
tinggal di sini bersama ayahnya.
4. Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan kata hubung “bahkan”.
Contoh :
11
Dia memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-17 ia sudah mendapatkan gelar
sarjana pertamanya.
2. Sebab: “karena”, “oleh karena itu”, “sebab”, “oleh sebab itu”, dsb.
Contoh :
Tia memutuskan pergi dari rumah karena ia tidak kuat lagi melihat kelakuan ayahnya.
12
7. Tujuan: “agar”, “supaya”, “untuk”, dsb.
Contoh:
Triana menutuskan pindah ke apartemen ini agar lebih dekat dengan kantornya.
13
2. Kalimat Tanya (Kalimat Interogatif)
Merupakan kalimat digunakan untuk mencari tahu suatu informasi atau jawaban atau
respon dari lawan bicara. Kalimat ini dalam penulisannya di akhiri dengan tanda baca tanya
(?).
Contoh :
Bagaimana kabarmu hari ini?
Apakah kau sudah bertemu langsung dengan ayahnya?
4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Sama seperti kalimat
perintah, dalam pelafalannya pada akhir kalimat biasanya ditandai dengan intonasi yang
tinggi. Dalam penulisannya, kalimat seruan juga diakhiri dengan tanda seru (!).
Contoh :
Wah, indah sekali pantai!
Hore, aku menang!
5. Kalimat Pengandaian
Kalimat pengandaian bertujuan untuk menggambarkan keinginan atau tujuan dari
penulis atau pembicara yang belum atau tidak terwujud. Kalimat pengandaian dalam
penulisannya diakhiri dengan tanda baca titik (.).
Contoh:
Andai saja aku bisa mengulang waktu kembali.
Seandainya aku menjadi dokter nantinya, aku hanya akan pergi ke daerah terpencil dan
memberikan pengobatan bagi yang membutuhkan di sana.
14
D. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap merupakan kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas sebuah
subjek dan sebuah predikat. Kalimat majas dapat dikategorikan sebagai kalimat lengkap.
Contoh:
Anak – anak bermain di lapangan
S P K
Ayah membeli mobil baru
S P O
1. Kalimat Versi
Kalimat versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar pada
Bahasa Indonesia (S – P) atau (S – P – O – K) atau (S – P – K ) dan lain sebagainya.
Contoh:
Aku berjalan sejauh tiga kilometer.
S P K
Diah membeli sepatu di Pasar Anyer
S P O K
15
2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi merupakan kalimat yang memiki ciri khas adanya predikat yang
mendahului kata subjek. Kaliman versi biasanya digunakan untuk menyampaikan penekanan
atau ketegasan makna. Kata pertama yang muncul merupakan kaa yang menjadi penentu
makna kalimat sekaligus menjadi kata yang menimbulkan kesan terhadap pembaca maupun
pendengarnya.
Contoh:
Bawa gadis itu ke hadapanku!
P S K
Kalimat ini terbentuk ketika suatu kalimat majemuk disajikan dengan cara
menempatkan anak kalimat di depan kalimat induknya. Kalimat ini biasanya ditandai dengan
penggunaan tanda baca koma (,).
Contoh :
Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat, mungkin nyawanya masih bisa tertolong
(“Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat” merupakan anak kalimat, “mungkin
nyawanya masih bisa tertolong” merupakan kalimat utama)
16
3. Kalimat yang Berimbang
Biasanya tersusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau kalimat majemuk
campuran. Gaya penyajian berimbang bertujuan untuk menunjukan kesejajaran bentuk dan
informasi.
Contoh :
Harga daging sapi menjelang Idul Adha melonjak, pedagang dan konsumen mengeluhkan
tingginya kenaikan.
1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat di mana unsur subjek di dalamnya melakukan suatu
tindakan (pekerjaan). Kalimat jenis ini akan menggunakan predikat dengan awalan “me-” dan
“ber-” serta predikat yang berupa kata kerja yang tidak dapat diberikan awalan “me-”, seperti
mandi, pergi, tidur, dan lain sebagainya.
Contoh :
Ani pergi ke pasar.
Surya merangkak di kegelapan agar tidak terlihat musuh.
17
Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini merupakan kalimat aktif yang tidak dapat dirubah menjadi bentuk pasif karena
kalimat ini diikuti oleh unsur pelengkap bukan objek.
Contoh :
Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden keenam Indonesia
S P Pel
Keputusan ini berdasarkan hasil musyawarah
S P Pel
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau tindakan. Kalimat pasif
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan “di-” dan “ter-” serta diikuti kata
depan “oleh”. Kalimat pasif dibedakan kembali menjadi dua bentuk, yakni
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tata kalimat adalah kaidah penyusunan kata sehingga menjadi kalimat yang baik dan
benar dan mempunyai arti sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran dengan
ciri-ciri terdapat subjek, predikat, objek dan keterangan.
Kalimat merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan makna
minimal terdiri dari subjek dan predikat dan diakhiri oleh tanda baca.
Terdapat pula jenis kalimat, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk, dan yang lainnya.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini saya harap dapat lebih dikembangkan lagi, dalam segi
penulisan masih kurangnya keterangan tentang “Tata Kalimat”, dalam penyusunan makalah
dan lain-lain. Kami menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan dalam jurnal yang kami
buat.
19
Daftar Pustaka
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Yamilah, M. 1994. Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
20