Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP KATA

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
Nama: Aldan Reyqi Alhadi
Dosen Pengampu: Refril Dani, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MUARA BUNGO
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT kamipanjatkan puja dan puji


syukuratas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yangmembahas materi bahasan “Konsep Kata” makalahini telah kami
susundengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehinggadapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu,
kamimenyampaikan banyak terima kasih kepadasemuapihak yang
telahberkontribusidan bekerjasamadalampenyusunan atau dalam
pembuatanmakalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
adakekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Olehkarena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala bentuk sarandan
kritik yang membangun. Semoga makalah ini dapat memberikanmanfaat dan
inspirasi bagi pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Jenis Kata.........................................................................................................3

B. Kelas Kata........................................................................................................5

C. Makna Kata......................................................................................................9

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A. Simpulan........................................................................................................15

B. Saran..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasayang
mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatankomunikasi, katakata
dijalin satukan dalam suatu konstruksi yang lebihbesar berdasarkan kaidah-kaidah
sintaksis yang ada dalam suatubahasa. Untuk menyatakan katakata yang mana
akan dipakai untukmenyampaikan suatu gagasan, akan tetapi pilihan kata tidak
hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, namun juga mempersoalkan
apakah kata yang dipilih itu dapat diterima atau tidak merusak suasana yang ada
(Keraf, 2004:24) Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dariupaya
memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa.
Pemilihan kata dilakukan apabila tersedia sejumlah kata yang artinya
hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata
mana yang tepat, melainkan jugakata mana yang cocok.Cocok dalamhalini
berartisesuaidengankonteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat pemakainya (Finoza,
1993:91- 92).
Diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk menggambarkan efek
tertentu dalam karang mengarang Kridalaksana (dalam Markhamah,2011:149-
150). Dalam menyusun suatu kalimat memilih kata yang tepatsesuai dengan
maknanya. Ketidak tepatan pemilihan kata yang di gunakan dalam kalimat dapat
menyebabkan makna kalimat tidak jelas. kata sedikit pada kalmat (1) kurang
tepat. Kata yang tepat adalahsebentar. Kata orang pada kalimat (2) kurang tepat
bila dihubungkan dengan unsur kalimat lainnya, yakni infrastruktur. Kata
infrastruktur memiliki kesamaan makna dengan kata prasarana. Diksi kepala dan
bingung bukan merupakan pasangan yang lazim. Pasangan yang umum adalah
kepala dan pusing. Maksudnya, memilih kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsu yang sangat penting,baik dalam dunia
2

karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Kata yang tepat akan
membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Pemilihan kata itu sesuai dengan
situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Pilihan kata yang tepat dan sesuai
hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau
pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata
atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah
bahasa. Pilihan kata atau diksi bukan hanya memilih kata-kata yang cocok dan
tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga
menyangkut persoalanfraseologi (cara memakai kata atau frase di dalam
konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran), ungkapan,
dan gaya bahasa. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan
atau susunannya, atau menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan
ungkapan. Pemilihan gaya bahasa yang akan digunakan merupakan kegiatan
memilih kata menyangkut gaya-gaya ungkapan secara individu.

B. Rumusan Masalah
Adapunrumusan masalahdarimakalah iniadalahsebagaiberikut:
1. Apayangdimaksuddenganjeniskata?
2. Apayangdimaksuddengankelaskata?
3. Apayangdimaksuddenganmaknakata
C. Tujuan Penulisan
Adapuntujuanpenulisandarimakalahiniadalahsebagaiberikut:
1. Untukmengetahuikonsepjeniskata
2. Untuk mengetahui konsep kelas kata
3. Untuk mengetahui makna kata
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis Kata
Secara umum kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasayang
mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata‘kata’ dalam bahasa
melayu dan Indonesia diambil dari bahasaSansekerta kathā. Dalam bahasa
Sansekerta kathā sebenarnya artinyaadalah ‘konversasi’, ‘bahasa’atau ‘dongeng’.
Dalam bahasa Melayu danIndonesia terjadi penyempitan arti semantic menjadi
‘kata’.Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1997) memberikan beberapa
definisi mengenai kata:
1. Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan ataudituliskan dan
merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam
berbahasa
2. konversasi,bahasa
3. Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk
yang bebas
4. . Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfe (contoh kata)
atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan) Definisi pertama KBBI bisa
diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi lema atau entrisebuahkamus. Lalu
definisikedua mirip dengan salah satu arti sesungguhnya kathā dalam bahasa
Sansekerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat bisa diartikan sebagai sebuah
morfem atau gabungan morfem Kata merupakan tanda lahiriah (ucapan suara
yang diartikulasikan atau tanda yang tertulis) untuk menyatakan pengertian dan
barangnya.
Misalnya pernyataan ‘kucing makan tikus’, apa yang diungkapkan dalam
pernyataan itu meliputibaik
‘pengertiannya’maupun‘bendanya’yangkonkrit.Namunharus dicatat, ‘kata itu
tidak sama dengan pengertian’. Sering kali orang memakai kata-kata yang
berlainan untuk menunjukkan ‘pengertian’ atau ‘kenyataan’ yang sama (misalnya:
4

biaya=ongkos, sebab, karena, dan sebagainya). Singkatnya, kata kata adalah


ekspresi dantang dan pengertian, tetapi tanda yang tidak sempurna. Pemakaian
kata BAyaBnIIg salah kerapkali menjadi sumber kesalahpahaman. Oleh karena
itu, sangat penting untuk menyadari kata - kata yang dipakai, yaitu pengertian apa
yang dipakai di dalamnya dan kenyataan apa yang hendak ditunjukkan dengan
kata tersebut. Pengertian (kata) dapat juga dilihat dari sudut fungsinya dalam
suatu keputusan (kalimat). Pengertian (kata) dapat berfungsi sebagai subyek atau
predikat dalam suatu keputusan (kalimat). Term adalah kata atau rangkaian kata
yang berfungsi sebagai subyek atau predikat dalam suatu keputusan (kalimat).
Misal ‘kucing itu tidur’; kata ‘kucing’ logika, kata-kata hanya penting
sebagaiterm, artinya kata-kata itu hanya penting sebagaisubyek atau predikat
dalam suatu kalimat. Term bisa berupa term tunggal atau term majemuk. Term itu
tunggal apabila hanya atas satu kata saja, misalnya ‘binatang’, ‘membeli’,
‘mahal’, ‘kucing’, dan seterusnya. Term itu majemuk, apabila terdiri dari dua atau
tiga kata, dan bersama-sama merupakan suatu keseluruhan, menunjukkan satu dan
berfungsi sebagai subyek atau paredikat dalam suatu kalimat, misal ‘jam dinding
itu mati’, ‘lapangan bola kaki itu penuh rumput’, dan seterusnya Luas pengertian
(kata atau term), adalah benda-benda (lingkungan realitas) yang dapat dinyatakan
oleh pengertian tertentu. Kenyataan menunjukkan bahwa: (1) setiap pengertian
mempunyai daerah lingkungannya sendiri. Misal, pengertianatau term‘manusia’
adalahsemua manusia tanpa pengecualiandan pembatasan apa pun; pengertian
atau term ‘kuda’ menunjukkan hanya semua makhluk (hewan) tertentu yang
dinyatakan oleh pengertian itu dan bukan makhluk (hewan lainnya); (2)
pengertianpengertian itu juga tidak sama luasnya. Misal, pengertian ‘hewan’ lebih
luas dari pengertian ‘kuda’. Dengan demikian pengertian ‘kuda’ merupakan
bawahan dari pengertian ‘hewan’.Kata ‘makhluk’ lebih luas dari kata ‘manusia’,
dan ‘fulan’. Jenis kata di dalam bahasa Indonesia, telah banyak dikemukakan
oleh beberapaahlibahasa(Linguistik),baik dalam pandangannya secaratradisional
(lama) maupun secara struktural (baru).Jenis kata dalam bahasa Indonesia
menurut Kridalaksana (1994: 20) dibagi dalam sepuluh macam, yaitu kata benda,
kata keadaan, kata ganti, kata kerja, kata bilangan, kata sandang, kata depan, kata
5

keterangan, kata sambung (konjungsi), dan (konjungsi) karena penggunaan


konjungsi pada siswa sering salah penempatan atau pemilihan, sehingga
menimbulkan makna gramatikal yang tidak utuh Menurut Sumarlan (2003: 32),
konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara
menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana. Menurut
Kridalaksana (1994: 102), konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk
meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu
menghubungkandua satuan lainatau lebih dalamkonstruksi. Konjungsi
menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak
setataran.
Contoh:
1. Ia pergi karen asaya
2. Ia pergi karena saya mengusirnya
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konjungsi sama
dengan kata sambung, disebut juga dengan konjungtor, dantermasuk kata tuga
menghubungkan kata dengan kata,frasa dengan frasa,kalimat dengan kalimat.
Dari kalimat tersebut tampak bahwa yang dihubungkanolehkonjungsi adalah
klausa. Meskipun demikian, konjungsi juga menghubungkan dua kata atau frasa.
Konjungsi dan, atau tersebut membentuk frasa mangga dan pisang, adik nya atau
kakaknya mempunyai keanggotaan ganda,yakni sebagai prep osisi dan sebagai
konjungsi. Jika kata itu dipakai sebagai pembentuk frasa maka statusnya adalah
sebagai preposisi. Dalam kenyataannya akan diketahui Bahwa sebagian dari
preposisi ada pula yang bertindak sebagai konjungsi.

B. Kelas Kata
Konsep kelas kata penting diketahui mahasiswa yang mengambil mata
kuliah Morfologi Bahasa Indonesia karena konsep ini akan menjadi pendukung
dalam menguasai materi selanjutnya,yakni konsep derivasi dan infleksi. Konsep
derivasi dan infleksi melibatkan proses morfologis. Proses morfologis merupakan
proses pembentukan kata yang mempengaruhi kelas kata dan perubahan kelas
kata. Pengelompokkan kelas kata sebuah bahasa pada umumnya dibedakan atas
6

dua tahap, yakni klasifikasiprimer dan sekunder (Parera, 2007: 7). Klasifikasi
primer dilakukan berdasarkan distribusi kata secara sintaksis dan frasal.
Klasifikasi primer menggolongkan katakata yang berstatus sebagai morfem bebas
atau kata yang bermorfem tunggal, di antaranya kata ibu, tas, dan minum. Berbeda
halnya denganm klasifikasi sekunder, klasifikasi ini dilakukan berdasarkan
distribusi sintaksis dan frasal dalam bentuk kata kompleks, misalnya bermain,
mencaci, dan anak-anak. Menurut Ida Bagus (2008: 43), kata adalah bentuk yang
mempunyai susunan fonologis stabil yang tidak berubah dan keluar mempunyai
kemungkinan mobilitas di dalam kalimat. Kata dalam morfologi merupakan
satuan terbesar yang dibentuk melalui salah satu proses morfologi. Proses
morfologis yang dapat menghasilkan kata diantaranya afiksasi, reduplikasi, dan
komposisi Selanjutnya, pengertian kelas kata menurut Ida Bagus (2008: 44)
adalah perangkat kata yang sedikit banyak berprilaku sintaksis sama. Kelas kata
dalam bahasa Indonesia banyak dibahas oleh beberapa pakar bahasa. Salah satu
pakar bahasa yang banyak membahas mengenai kelas kata adalah Harimurti
Kridalaksana (1986). Menurutnya, konsep kelas kata hanya diberikan kepada
satuan sintaktis, yaitu kata.
Berikut istilah-istilah yang digunakan dalam menggolongkan kelas kata:
1. verba, misalnyapergi,menulis,danbernyanyi;
2. ajektiva,misalnyaadil,melarat,danmudamuda;
3. nomina,misalnyakertas,keluarga,dankemenangan;
4. pronomina,misalnyasaya,dia,danmasing-masing
5. numeralia,misalnyatiga,berlima,dankeseluruhan
6. adverbia, misalnyasangat,terlalu, danpagipagi;
7. interogativa,misalnyaapa,bila,danmengapa;
8. demonstrativa,misalnyaini, begitu,dansekian;
9. artikula, misalnyasi,sang,danpara;
10. preposisi, misalnyadi,dari,danmelalui;
11. konjungsi,misalnyadan,karena,dan,sedangkan;
12. kategorifatis,misalnyakok,deh,danselamat;
13. interjeksimisalnyaaduhai,amboi,danaduh.
7

Berbeda dengan sekelompk ahli bahasa dari Pusat Pembinaan dan


Pengembangan Bahasa, Hasan Alwi, dkk yang memaparkan kelas kata sebanyak 5
kelas kata. Pengelompokkan tersebut terdiri atas: verba (kata kerja), nomina (kata
benda), ajektiva (kata sifat), adverbia, dan kata tugas.Dalam pandangannya, kata
dapat digolongkan berdasarkan ciri-cirinya.
Berdasarkan maknanya kata dapat digolongkan menjadi dua yaitu kata
penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang memiliki makna leksikal. Kata
tugas adalah kata yang tidak memiliki makna leksikal dan hanya memiliki makna
gramatikal.
Kata penuh meliputi verba, adjektiva, adverbia, dan nomina,pronomina,
dan numeralia. Kata tugas meliputi preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula, dan
partikel penegas. Kata tugas merupakan kelas kata yang hanya memiliki makna
gramatikal dan tidak memiliki makna leksikal. Kata tugas baru bermakna apabila
dirangkai dengan kelas kata lain. Misalnya di rumah, aku dan kau, setelah kita
makan, dll Perbedaan pembagian kelas kata yang berbeda antar pakar bahasa di
Indonesia, seperti sekelompok ahli bahasa dari Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Hasan Alwi, dkk yang membagi penggolongan kata
sebanyak 5 kelas kata dan Harimurti Kridalaksana yang mengusulkan
penggolongan kata sebanyak 13 kelas kata menunjukkan bahwa keduanya
memiliki caranya sendiri untuk mengkategorikan kata ke dalam kelas kata. Kelas
kata adalah perangkat kata yang setidaknya berperilaku sintaktis sama
(Kridalaksana, 2007: 43). Kriteria ini yang akan menjadi pembatas yang jelas
Untuk menentukan kelas kata dalam bahasa Indonesia. Dalam pembagian kelas
kata, konsep penting yang tidak diabaikan adalah konsep perilaku sintaktis.
Berikut konsep perilaku sintaktis untuk menentukan kelas kata:
1. Posisisatuangramatikalyangmungkinatauyangnyata-nyatadalam satuan
yang lebih besar.
2. Kemungkinan satuan gramatikal di dampingi atau tidak didampingi oleh
satuan lain dalam konstruksi (dependensi).
3. Kemungkinan satu angramatikal disubsitusikan dengan satuan lain.
4. Fungsi sintaksis seperti subjek,predikat,dan sebagainya.
8

5. Paradigma sintaksis seperti aktif-pasif, deklaratif-imperatif, dan


sebagainya.
6. Para digmamorfologis Darikeenam perilaku sintaktis diatas yang
diutamakan untuk menentukan kelas kata dalam bahasa Indonesia adalah
jenis (1), (2), dan (3).Jenis (4), (5), dan(6)hanya dipergunakan
seperlunya.Pengutamaan perilaku sintaktister sebut dilakukan karena
dalam bahasa Indonesia terdapat ketidak jelasan perbedaan antara infleksi
dan derivasi (Kridalaksana,2007:44).Dengan de mikian,dapat dikatakan
bahwa kriteria perilaku sintaktis dapat dijadikan Pedoman dalam
menentukan kelas kata sehingga menjadi pembatas yang jelas.
Pembahasan kelas kata belum dianggap tuntas selama pembelaja rbelum
memahami dan mempersoalkan masalah pertindihan kelas. Misalnya,
pembelajar menemukan sebuah kata yang kemungkinan dapat dianggap
Sebagai verba atau kelas kata yang lain.
Berikut contoh pertindihan kelas.
1. Kucingnyamati*
2. Matibukanakhir segalanya** Baik contoh (1) maupun (2), kata mati
merupakan satu contoh pertindihan kelas. Permasalahan ini dapat diselesaikan
dengan berbagai cara. Pertama, persoalan pertindihan kelas diselesaikan dengan
cara menggolongkan kata mati pada contoh (1) sebagai verba, yakni verba
intransitif dan contoh (2) sebagai nomina. Cara pertama ini ditempuh dengan
pandangan bahwa tiada batas yang jelas dalam menentukan kelaskata.Arifin dan
Junaiyah (2007:13) menyebut ini sebagai transposisi. Transposisi memungkinkan
sebuahkata memiliki dua kategori yang berbeda
Cara kedua dapat diselesaikan dengan jalan menggolongkan contoh (1)
sebagai kategori dasar dan contoh (2) sebagai kategori turunan. Contoh (1)
menggolongkan kata mati sebagai verba dan contoh (2) menggolongkan kata mati
sebagai nomina. Cara ini ditempuh dengan pandangan bahwa kata dapat
menduduki lebih dari satu kelas kata. Berikut gambaran penggolongan kelas kata
dengan cara kedua Terakhir, cara ketiga dapat ditempuh dengan jalan memandang
9

kata mati pada contoh (1) maupun contoh (2) adalah berkategori verba, yakni
verba intransitif. Kridalaksana (2007: 122) mengemukakan bahwa cara ini
memandang bahwa benar terdapat perbedaan kata mati pada contoh (1) dan (2),
tetapi perbedaannya tidak dalam kategori, melainkan dalam fungsi. Dasar cara
ketiga ini ditempuh dengan pendirian bahwa fungsi gramatikal tidakdapat dipakai
dalam menentukan ciri kelas kata. Berikut gambaran cara menggolongkan kelas
kata dengan cara ketiga tanpa memandang perbedaan dari fungsi sehingga tidak
mengubah kategori.
Selain pembatas yang jelas, hal lain yang harus diperhatikan dalam
menentukan kelas kata adalahperpindahan kelas. Perpindahan kelasn adalah
perubahan kelas kata yang terjadi pada bentuk baru yangdihasilkan dariproses
morfologis. Perubahan kelas kata yang diakibatkan karena adanya proses
morfologis menyebabkan hadirnya bentuk derivasi. Sebaliknya, jika bentuk baru
tidak berubah kelas katanya, maka akan menghadirkan bentuk infleksi.Dengan
kata lain, perpindahan kelas mungkin terjadi karena adanya proses morfologis.

C. Makna Kata
Makna kata merupakan bidang kajian yang dibahas dalam ilmu semantik.
Semantik berkedudukan sebagai salah satu cabang ilmu linguistik yang
mempelajari tentang makna suatu kata dalam bahasa, sedangkan linguistik
merupakan ilmu yang mengkaji bahasa lisan dan tulisan yang memiliki
ciricirisistematik,rasional,empiris sebagai pemerians trukturdanaturan11 aturan
bahasa (Nurhayati, 2009:3). Berdasarkan pendapat di atas dapatdisimpulkan
bahwa makna suatu kata dalam bahasa dapat diketahui dengan landasan ilmu
semantik.
Hornby(dalamPateda,1989:45)berpendapat bahwamakna ialahapa yang
kita artikan atau apa yang kita maksud. Poerwadarminta (dalam Pateda, 1989:45)
mengatakan makna : arti atau maksud. Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam
Pateda, 2001:82) kata makna diartikan : (i) arti: ia memperhatikan makna setiap
kata yang terdapat dalam tulisan kuno itu, (ii) maksud pembicara atau penulis, (iii)
pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Makna ialah
10

hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh
para pemaka ibahasa sehingga dapat saling dimengerti(Aminuddin,1988:53).
Daribatasan pengertian itu dapat diketahui adanya tiga unsur pokok yang
tercakup di dalamnya, yakni (1) makna adalah hasil hubungan antara bahasa
dengan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para
pemakai, serta (3) perwujudan makna itudapat digunakan untuk menyampaikan
informasi sehingga dapat saling dimengerti Menurut pendapat Fatimah (1993:5)
makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri
(terutama kata-kata).
Menurut Palmer (dalam Fatimah, 1993:5) makna hanya menyangkut
intrabahasa. Sejalan dengan pendapat tersebut, Lyons (dalam Fatimah, 1993:5)
menyebutkan bahwa mengkaji makna atau memberikan makna suatu kata ialah
memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan
makna yang membuat kata tersebut berbeda dari katakata lain. Harimurti
(2008:148) berpendapat makna (meaning, linguistic meaning, sense) yaitu: (1)
maksud pembicara, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau
perilaku manusia atau kelompok manusia, (3) hubungan, dalam arti kesepadanan
atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran
dan semua hal yang ditunjuknya, (4) cara menggunakan Lambang lambang
bahasa.Dari beberapa pendapat diatas,dapat disimpulkan bahwa makna
merupakan arti dari suatu kata atau maksud pembicara yang membuat kata
tersebut berbeda dengan kata-kata lain.
Makna suatu kata merupakan bahan yang dikaji dalam ilmu semantik.
Makna kata terbagi menjadi beberapa jenis. Seperti yang dikemukakan oleh
Palmer (dalam Pateda, 2001:96) jenis makna terdiri dari: (i) makna kognitif (co
makna proposisi (propositional meaning), sedangkan Shipley (dalam dalam
Pateda, 2001:96) berpendapat bahwa makna mempunyai jenis: (i) makna emotif
(emotif meaning), (ii)makna kognitif (cognitiv meaning) atau makna deskriptif
(descriptive meaning), (iii) maknreferensial (referential meaning), (iv) makna
pictorial (pictorial meaning), (v) makna kamus (dictionary meaning), (vi) makna
samping (fringe meaning), dan (vii) makna inti(core meaning). Leech (dalam
11

Chaer, 1989:61) membedakan adanya tujuh tipe makna, yaitu (1) makna
konseptual, (2) makna konotatif, (3) makna stilistika, (4) makna afektif, (5) makna
refleksi, (6) makna kolokatif, (7) makna tematik Pendapat lain dikemukakan oleh
Chaer(1989:61),yang membedakan jenis makna menjadi beberapa kriteria sebagai
berikut.
Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan
makna gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata/leksem
dapat dibedakan adanya maknareferensialdanmaknanonreferesial, berdasarkan ada
tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna
denotative dan makna konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal adanya
makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu
berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-
makna asosiasif, kolokatif, reflektif, idiomatik, dan sebagainya. Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis makna memang
sangat beragam. Keberagaman makna tampak dari masing-masing pendapat.
Pateda (2001:97) membagi jenis-jenis makna menjadi dua puluh sembilan yaitu
makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau
pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat, makna deskriptif (descriptive
meaning) yang biasa disebut pula makna kognitif (cognitive meaning) atau makna
referensial (referential meaning) adalah makna yang terkandung di dalam setiap
kata, makna ekstensi adalah makna yangmencakup semua ciri objek atau konsep
(Kridalaksana, 2008:148), makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya
reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai terhadap apa yang dipikirkan
atau dirasakan, makna gereflekter yaitu makna kata yang sering berhubungan
dengan kata atau ungkapan tabu, makna gramatikal adalah makna yang muncul
sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat, makna ideasional adalah makna
yangmuncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep, makna intensi adalah
makna yang menekankan maksud pembicara, makna khusus adalah makna kata
atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada bidang tertentu, makna kiasan
adalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya, makna kognitif adalah
makna yang ditunjukan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat
12

hubungannya dengan dunia luar bahasa,objekataugagasan, dan dapat dijelaskan


berdasarkan analisis komponennya.
Makna selanjutnya adalah makna kolokasi biasanya berhubungan dengan
penggunaan beberapa kata didalam lingkungan yang sama, makna konseptual
adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna konstruksiadalah makna
yang terdapat di dalam suatu konstruksi kebahasaan, makna kontekstual muncul
sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks, makna leksikal adalah makna
kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau berimbuhan
yang maknanya kurang lebihtetap, sepertiyang dapat dibaca didalam kamus
bahasa tertentu,makna lokusi, makna luas menunjukan bahwa makna yang
terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang dipertimbangkan, makna
pictorial adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca
terhadap kata yang didengar atau dibaca, makna proposisional adalah makna
yang muncul apabila seseorang membatasi pengertiannya tentang sesuatu,makna
pusat adalah makna yang dimiliki setiap kata meskipun kata tersebut tidak berada
di dalam konteks kalimat, makna referensial adalah makna yang langsung
berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata, makna sempit merupakan
makna yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran, makna stilistika adalah
makna yang timbul akibat pemakaian bahasa, makna tekstual adalah makna yang
timbul setelah seseorang membaca teks secara keseluruhan, makna tematis akan
dipahami setelah dikomunikasikan oleh pembicara atau penulis melalui urutan
kata-kata, makna umum adalah makna yang menyangkut keseluruhan atau
semuanya, tidak menyangkut yang khusus atau tertentu, makna denotatif adalah
makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara suatu
bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat, dan
makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan
pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca.
1. Maknakonotatif
Menurut Keraf (1994:29) makna konotatif adalah suatu jenis makna
dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Konotasi atau
makna konotatif disebut juga maknakonotasional, maknaemotif,atau makna
13

evaluatif. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan


perasaan setuju atau tidak setuju, senang atau tidak senang, dan sebagainya pada
pihak pendengar, dipihak lain kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa
pembicaranya juga memendam perasaan yang sama. Makna konotatif sebenarnya
adalah makna denotasi yang mengalami penambahan. Hal ini sependapat dengan
pengertian konotasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:725) yakni
konotasi adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
berhadapan dengan sebuah kata, makna yang ditambahkan pada makna denotasi.
Aminuddin(2001:88) berpendapat makna konotatif adalah makna kata yang telah
mengalami penambahan terhadap makna dasarnya. Makna konotatif disebut juga
dengan makna tambahan.Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi
perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau dibaca. Zgusta (dalam
Aminuddin, 2001:112) berpendapat makna konotatif adalah makna semua
komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi
menandai. Harimurti (dalam Aminuddin, 2001:112) berpendapat aspek makna
sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang
timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca).
Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu
mempunyai “nilai rasa”, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki rasa
maka dikatakan tidak memiliki konotasi. Tetapi dapat juga disebut
berkonotasinetral(Chaer, 1995:65).Dua buah kata atau lebih yang mempunyai
makna denotasi yang sama dapat menjadi berbeda makna keseluruhannya akibat
pandangan masyarakat berdasarkan nilai-nilai atau normanorma budaya yang
berlaku dalam masyarakat tersebut.
Misalnya dalam bahasa Jawa, kata abdinipun, pembantu, pekathik, dan
batur mempunyai makna denotasi yang sama, tetapi kedua kata tersebut
mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata abdinipun mempunyai nilairasa yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kata pembantu, pekathik, danbatur. Makna
konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata
yang didengar atau kata yang dibaca (Pateda, 2001:112) Positif dan negatifnya
nilai rasa sebuah kata seringkali juga terjadi sebagai akibat digunakannya referen
14

kata itu sebagai sebuah perlambang. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang
positif maka akan bernilai rasa yang positif,dan jika digunakan sebagai lambang
sesuatu yang negatif maka akan bernilairasa negatif. Misalnya, burung garuda
karena dijadikan lambang negara republik Indonesia maka menjadi bernilai rasa
positif sedangkan makna konotasi yang bernilai rasa negatif seperti buaya yang
dijadikan lambang kejahatan.Padahal binatang buaya itu sendiri tidak tahu
menahu kalau dunia manusia Indonesia menjadikan mereka lambang yang
Tidak baik.Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya.
Misalnya, kata amplop dalam kalimat “diwenehi amplop wae ben
urusanmu ndang rampung”, maka kata amplop bermakna konotatif, yang
mengandung arti berilah ia uang. Kata amplop dan uang masih ada hubungan,
karena uang dapat saja diisi di dalam amplop Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan makna konotatif adalah makna yang tidak sebenarnya,
makna yang telah mengalami penambahan pada makna dasarnya, yakni hanya
tambahan yang sifatnya memberi nilai rasa, baik positif maupun negatif. Makna
konotatif atau konotasi kata mengacu pada makna kias atau makna bukan
sebenarnya. makna konotatif mengandung imajinasi, nilai rasa, dan dimaksudkan
untuk menggugah rasa. Padaantologicerkak majalah Djaka Lodang edisi
bulanMei-Juli 2009, terdapat kata-kata yang mempunyai nilai rasa tertentu.
Nilai rasa atau konotasi yang terdapat dalam antologi cerkak majalah
Djaka Lodang edisi bulan Mei-Juli 2009 tergantung pada konteks kalimat, baik
konotasipositif maupun konotasi negatif. Menurut pendapat Tarigan (1985:60)
ragam konotasi dibagi menjadi dua macam, yaitu konotasi baik dan konotasitidak
baik.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian dan terdiri dari
satu atau lebih morfem. Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata
terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat,a
keterangan,a ganti, kata bilangan, dan kata tugas yang mencakup preposisi (kata
depan), konjungsi (kata sambung), artikula (kata sandang), interjeksi
(kataseru),sertapartikel. Karakteristik danstruktur penulisansetiap jeniskata itu
berbeda, ada yang bisa didampingi adverbia negasi tidak, ada yang hanya bisa
didampingi adverbia negasi bukan, dan masih banyak beberapa adverbia lain yang
dapat mendampingi setiap jenis kata tersebut. Hal itu dikarenakan makna yang
timbul dari setiap jenis kata dan fungsinya dalam kalimat berbeda.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
diperlukan penelitian lanjutan, baik dengan pendekatan yang sama maupun
pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, diperoleh hasil yang sesuai dengan
harapan semua pihak, terutama mereka yang menekuni bidang manajemen
pendidikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Idabagus,Putrayasa.2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasi dan Infleksi).


Bandung: Refika Aditama
Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalamBahasa Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Parera, Jos Daniel. 2007. Morfologi Bahasa. Jakarta: GramediaPustaka.
Tarigan, Jjago dkk. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra diKelas Rendah,
Jakarta:UT
Mansoer Pateda.2001.Semantik Leksikal. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Keraf, G. (1994. Komposisi. Jakarta: Nusa indah.

16

Anda mungkin juga menyukai