Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
a. Simpulan................................................................................................................13
b. Saran ..................................................................................................................14
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat
dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan.
Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga
memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata
itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat
pemakainya.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara
aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-
kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek
daripada bodoh), mampus (lebih jelek daripada mati), gubuk (lebih jelek daripada
rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang
terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu
dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih berperan dalam hal
ini.
1. Setiap pembeli berhak untuk menentukkan pilihan barang. Karena itu dia
berhak pula untuk meneliti barang yang akan dibelinya.
2. Setiap pembeli berhak menentukan pilihan barang. Karena itu, dia berhak
pula untuk memeriksa barang yang akan dibelinya.
3. Setiap pembeli berhak untuk menentukan pilihan barang. Karena itu, dia
berhak pula untuk melihat barang yang akan dibelinya.
Dapat dilihat bahwa kata meneliti pada kalimat (1) dipilih karena
maknanya lebih intensif daripada kata memeriksa pada kalimat (2), dan kata
melihat pada kalimat (3) tidak seintensif kata meneliti dan memeriksa. Kita tidak
dihadapkan pada penggunaan kata yang salah atau benar, tetapi pada tingkat
intensitas makna kata.
Pilihan kata yang berbeda tingkat emotifnya berdampak pada makna kalimat,
seperti contoh berikut :
1. Keluarga Agus sedang dalam suasana duka. Dua orang anaknya meninggal
dalam kecelakaan lalu lintas.
2. Keluarga Agus sedang dalam suasana sedih. Dua orang anaknya
meninggal dalam kecelakaan lalu lintas.
3. Keluarga Agus sedang dalam suasana susah. Dua orang anaknya
meninggal dalam kecelakaan lalu lintas.
4) Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri,
jika pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :
Modern : canggih (secara subjektif)
Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak
mengetahui, bergaya intelektual (menurut kamus)
Contoh berikut adalah hasil rekaman dari sebuah diskusi dalam seminar
Bahasa Indonesia tahun 1996 di Jakarta :
Pertanyaan yang pertama, di sini memang sengaja saya tidak membedakan
antara istilah jenis kata atau word classes atau parts of speech. Jadi ketiganya
saya artikan sama di sini. Maksud saya ialah kelas-kelas kata, jadi penggolongan
kata, dan hal itu tergantung kepada dari mana kita melihat dan dasar apa yang
kita pakai untuk menggolongkannya. .......(selanjutnya)
2. IDIOM
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari pembahasan yang diuraikan di atas, kesimpulan beberapa poin penting yaitu :
1. Diksi atau pilhan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar.
2. Diksi berfungsi sebagai alat agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pembaca
atau penulis terhadap pendengar atau pembaca dalam berkomunikasi.
3. Diksi memiliki beberapa syarat-syarat ketepatan agar menimbulkan imajinasi
yang sesuai antara pembicara dan pendengar.
4. Fungsi diksi secara umum ialah agar masyarakat dapat berkomunikasi dengan
baik dan benar agar terhindar dari salah penafsiran dan kesalahpahaman antara
pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca.
5. Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara
penutur mengungkapkan maksudnya.
6. Gaya bahasa menurut pilihan kata dalam bahasa standar (bahasa baku) terbagi
menjadi 3 jenis yaitu : Gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa
percakapan.
7. Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara
langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu,
idiom adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang
membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
B. SARAN
Sebagai seorang mahasiswa, perlu sekali mempelajari dan memahami
bagaimana penggunaan diksi yang tepat dan cermat karena seorang mahasiswa itu
selalu dibebankan dan berkelut dengan karya-karya tulis dalam setiap tugas
perkuliahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Kelas: BG1D
Kelompok 3
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan dan dorongan teman-teman sehingga makalah ini dapat
kami selesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul diksi atau pilihan kata ini
membahas mengenai bagaimana menggunakan bahasa yang tepat dalam
berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal
itu di karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan. Wassalam