Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................i

Daftar Isi .................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

a.    Latar Belakang Masalah .........................................................................................


1

b.    Rumusan Masalah ..................................................................................................


2

c.    Tujuan Penulisan ....................................................................................................


2

Bab II Pembahasan

a.    Pengertian Diksi .....................................................................................................


3

b.    Syarat-syarat Ketepatan Diksi ...............................................................................


4

c.    Gaya Bahasa dan Idiom ........................................................................................10

Bab III Penutup

a.    Simpulan................................................................................................................13
b.    Saran ..................................................................................................................14

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG MASALAH

Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran


terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis
dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan.
Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik,
supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang
digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana.
Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus
mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus -
menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran,
maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang
membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang
terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian
dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat
diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam
mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi
tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang,
tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.
Secara menyolok aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenarnya
berkisar pada persoalan kosa kata. Sepanjang hari ia harus mengikuti perkuliahan
atau membuat soal-soal ujian, menulis karya-karya tulis atau skripsi; pada waktu
istirahat ia harus bertukar pikiran dengan kawan mahasiswanya atau berkonsultasi
dengan para dosen. Malam hari, ia harus mempelajari lagi bahan-bahan kuliah,
baik dari catatan-catatannya maupun dari buku-buku yang diwajibkan atau yang
dianjurkan.
C.      RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini meliputi
A. pengertian diksi atau pilihan kata?
B. syarat-syarat ketepatan diksi?
C. gaya bahasa dan idiom?

B.       TUJUAN PENULISAN


Dengan dibuatnya makalah ini kami berharap informasi yang terdapat
pada makalah ini dapat berguna bagi kami dan teman diskusi.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
 Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana tata cara dalam
penyusunan / pembuatan sebuah makalah yang baik dan benar.
 Makalah ini dapat dijadikan media untuk menambah ilmu pengetahuan
para mahasiswa/i universitas muhammadiyah makassar.
 Sebagai modul pembelajaran bagi mahasiswa/i dari mata kuliah Bahasa
Indonesia pembahasan mengenai Diksi atau Pilihan Kata.
BAB II
PEMBAHASAN

A.        PENGERTIAN DIKSI ATAU PILIHAN KATA

Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat
dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan.
Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga
memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata
itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat
pemakainya.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara
aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.

Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,


pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi
antara lain :
a)    Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b)    Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c)    Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d)    Mencegah perbedaan penafsiran.
e)    Mencagah salah pemahaman.
f)     Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
B.        SYARAT-SYARAT KETEPATAN DIKSI
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang
sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan
oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha
secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan
tidak akan menimbulkan salah paham.
Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut pesyaratan
yang harus di penuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang
sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah :
1)     Membedakan secara cermat denotatif dan konotatif.
Denotatatif ialah makna yang lugas yang menyampaikan sesuatu secara
faktual. Makna denotatife tidak akan mengalami perubahan makna.
Contoh :
Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotatif)

Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya, yang umumnya


bersifat sindiran dan merupakan makna denotatif yang mengalami penambahan.
kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda.
Konotatif ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-macam makna,
Makna konotatif selalu berubah dari zaman ke zaman.
Contoh:
Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotatif)
Kalimat di bawah ini menunjukkan hal itu.

 Dia adalah wanita cantik (denotatif)


 Dia adalah wanita manis (konotatif)
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan
memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata
manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.

Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-
kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek
daripada bodoh), mampus (lebih jelek daripada mati), gubuk (lebih jelek daripada
rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang
terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu
dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih berperan dalam hal
ini.

2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.


Contoh :
        Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
        Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan
yang selama ini memberatkan pengusaha.
Dalam sebuah bahasa sering ditemukan kata bersinonim. Sinonim adalah
kata-kata yang memiliki kesamaan arti secara struktural atau leksikal dalam
berbagai urutan kata-kata sehingga memiliki daya tukar (substitusi). Diperlukan
kejelian kita  untuk mencari perbedaanya agar kita dapat memilih dengan tepat
dalam  penggunaan kata-kata bersinonim tersebut. Ada baiknya kita memahami
terlebih dahulu kategori kata yang bersinonim tersebut agar dapat memilih salah
satu dari anggota sinonim dengan tepat :
Pertama, Sinonim yang salah  satu anggotanya bermakna lebih umum,
sementara yang lain lebih khusu. Ukuranya adalah keluasan kandungan makna :
kata yang umum memiliki makna lebih luas daripada anggota sinonim yang lain,
seperti pada contoh di bawah ini :

Bermakna Umum Bermakna Khusus


Buku Kitab
Pemberian Sedekah
Bersekolah Berkuliah
Guru Dosen
Buku Kitab

Menghadapi kata-kata yang demikian, kita perlu mempertimbangkan


prinsip-prinsip penggunaaan kata dengan memilih kata yang sesuai dengan
kebutuhan komunikasi. Perhatikan contoh berikut :
- Ayah saya bekerja sebagai seorang guru.
- Ayah saya bekerja sebagai seorang dosen
Dalam memilih kata guru pada kalimat (1) bermaksud bahwa kita ingin
menunjukkan kata yang umum. Ada kemungkinan bahwa kata ayah dalam kalimat
tersebut bisa seorang guru SD, Guru SMP, Guru SMA, dan lain-lain. Pada kalimat
(2) pilihan kata dosen menunjukkan bahwa ayah yang disebutkan dalam kalimat
adalah seorang yang mengajar di perguruan tinggi.
Kedua, jenis sinonim yang letak perbedaannya terletak pada intensitas
makna. Salah satu anggota sinonim bermakna lebih intensif daripada makna yang
lain. Perhatikan daftar sinonim berikut :

Lebih Intensif Kurang Intensif


Meneliti memeriksa, mempelajari
Memeriksa Melihat
Melihat Melirik
Menjenguk Menengok
Mengganggu Mengacau
Perhatikan contoh kalimat berikut :

1. Setiap pembeli berhak untuk menentukkan pilihan barang. Karena itu dia
berhak pula untuk meneliti barang yang akan dibelinya.
2. Setiap pembeli berhak menentukan pilihan barang. Karena itu, dia berhak
pula untuk memeriksa barang yang akan dibelinya.
3. Setiap pembeli berhak untuk menentukan  pilihan barang. Karena itu, dia
berhak pula untuk melihat barang yang akan dibelinya.

Dapat dilihat bahwa kata meneliti pada kalimat (1) dipilih karena
maknanya lebih intensif daripada kata memeriksa pada kalimat (2), dan kata
melihat pada kalimat (3) tidak seintensif kata meneliti dan memeriksa. Kita tidak
dihadapkan pada penggunaan kata yang salah atau benar, tetapi pada tingkat
intensitas makna kata.

Ketiga, jenis sinonim yang perbedaannya terletak pada makna emotifnya.


Dua kata atau lebih memiliki makna yang hampir sama, dan perbedaannya pada
makna emotifnya. Perhatikan contoh sinonim berikut :
LebihEmotif Kurang Emotif
Bengis Kejam
Nyaman Enak
Duka sedih, susah
Ikhlas Lega

Pilihan kata yang berbeda tingkat emotifnya berdampak pada makna kalimat,
seperti contoh berikut :
1. Keluarga Agus sedang dalam suasana duka. Dua orang anaknya meninggal
dalam kecelakaan lalu lintas.
2. Keluarga Agus sedang dalam suasana sedih. Dua orang anaknya
meninggal dalam kecelakaan lalu lintas.
3. Keluarga Agus sedang dalam suasana susah. Dua orang anaknya
meninggal dalam kecelakaan lalu lintas.

Keempat, jenis sinonim yang berbeda dalam penggunaan umum dan


teknis. Satu anggota kata yang bersinonim itu berlaku pada penggunaan bahasa
dalam ragam komunikasi umum, sedangkan kata yang lain berlaku dalam ragam
bahasa teknis. Ragam bahasa teknis adalah ragam bahasa yang digunakan dalam
bidang ilmu tertentu. Daftar berikut menunjukkan perbedaan tersebut :
Umum Teknis
Dubur Anus
Mutasi Perpindahan
Amputasi Potong
Renovasi Perbaikan

Dalam kata bersinonim yang letak perbedaannya pada penggunaan umum


dan teknis. Kita tidak dihadapkan pada penggunaan kata yang salah atau benar.
Pilihan kata yang kita gunakan ditentukan oleh jenis ragam bahasa yang kita
gunakan.

Kelima,  jenis sinonim yang memiliki perbedaan tingkat kebakuannya.


Kita tidak dihadapkan pada pilihan kata yang salah dan benar, tetapi pada kata
yang baku dan tidak baku. Kata baku dan tidak baku boleh digunakan dalam
tulisan, tergantung pada ragam bahasa yang kita gunakan. Jika ragam bahasa yang
kita gunakan adalah ragam bahasa baku, kata-kata yang kita gunakan juga kata-
kata yang baku. Daftar berikut dipaparkan kata berciri baku dan tidak baku
berdasarkan pilihan leksikon:

Leksikon Baku Leksikon Tidak Baku


Tetapi Tapi
Bagi Buat
Lepas Copot
karena Lantaran

3)     Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.


Contoh :
         Intensif – insensif
         Karton – kartun

4)     Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri,
jika pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :
         Modern : canggih (secara subjektif)
         Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
         Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak
mengetahui, bergaya intelektual (menurut kamus)

5)     Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.


Contoh :
         Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
         Koordinir seharusnya koordinasi.
6)     Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :

Pasangan yang salah Pasangan yang benar

antara ..... dengan .... antara .... dan .....

tidak ..... melainkan ..... tidak ..... tetapi .....

baik ..... ataupun ..... baik ..... maupun .....

bukan ..... tetapi ..... bukan ...... melainkan .....

7)     Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.


Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok
yang luas bidang lingkupnya.
kata khusus adalah kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang
khusus dan kongkret.
Contoh :
 Kata umum : melihat..
 Kata khusus : melotot, membelak, melirik, mengintai, mengamati,
mengawasi, menonton, memandang, menatap .
8)    Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Contoh :
         Isu (berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara.
         Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya,
Kabar angin, desas-desus.

9)     Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.


Contoh :
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama.
Homofoni adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan,
dan berbeda makna.
Homografi adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan
berbeda makna.
Contoh :
  Sinonim : Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
 Homofoni : Bank (tempat menyimpan uang) – Bang (panggilan kakak laki-
laki)
  Homografi : Apel (buah) – Apel (upacara)
10)  Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret
mempunyai referensi objek yang diamati.
Contoh :
         Kata abstrak
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
         Kata konkret
APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
C.        GAYA BAHASA DAN IDIOM

1.    GAYA BAHASA


Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah
cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk
mengungkapkan maksud. Ada cara yang memakai perlambang (majas metafora,
personifikasi) ada cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes)
dan masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan
corak seni berbahasa untuk menimbulkan kesan tertentu bagi mitra komunikasi
kita (pembaca/pendengar).
Sebelum menampilkan gaya tertentu ada enam faktor yang mempengaruhi
tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya,
yaitu :
a)     Cara dan media komunikasi : lisan atau tulisan, langsung atau tidak langsung,
media cetak atau media elektronik.
b)     Bidang ilmu : filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dll.
c)     Situasi : resmi, tidak resmi, setangah resmi.
d)     Ruang atau konteks : seminar, kuliah, ceramah, pidato.
e)     Khalayak : dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua);
jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status sosial (rendah,
menengah, tinggi).
f)      Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.
Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang


paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat
tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam
masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan
kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.

Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapat dibedakan menjadi :


A.    Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuknya yang lengkap,
gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang
dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan
terpelihara. Gaya bahasa resmi biasa kita jumpai dalam penyampaian amanat
kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk rencana, pidato-
pidato yang penting, artikel-artikel yang serius atau esai yang memuat subyej-
subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan gaya bahasa resmi.
Contoh dalam pembukaan UUD 1945,
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan diatas du nia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagai dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur ...(selanjutnya)
B.    Gaya Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan
dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak
formal atau kurang formal. Gaya bahasa ini biasanya dipergunakan dalam karya-
karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik,
dalam perkuliahan, dan sebagainya. Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah
gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar.
Contoh :
Sumpah pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah
peristiwa nasional, yang mengandung benih nasionalisme. Sumpah Pemuda
dicetuskan pada zaman penjajahan. Nasionalisme pada zaman penjajahan
mempunyai watak khusus yakni anti penjajahan. Peringatan kepada Sumpah
Pemuda sewajarnya berupa usaha merealisasikan gagasan-gagasan Sumpah
Pemuda.
C.    Gaya Bahasa Percakapan
Dalam gaya bahasa percakapan, pilihan katanya adalah kata-kata populer
dan kata-kata percakapan. Kalau dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tak
resmi, maka gaya bahasa percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa
dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu
kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan
ini agak longgar bila dibandingkan dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan
tak resmi.

Contoh berikut adalah hasil rekaman dari sebuah diskusi dalam seminar
Bahasa Indonesia tahun 1996 di Jakarta :
Pertanyaan yang pertama, di sini memang sengaja saya tidak membedakan
antara istilah jenis kata atau word classes atau parts of speech. Jadi ketiganya
saya artikan sama di sini. Maksud saya ialah kelas-kelas kata, jadi penggolongan
kata, dan hal itu tergantung kepada dari mana kita melihat dan dasar apa yang
kita pakai untuk menggolongkannya. .......(selanjutnya)

2.    IDIOM

Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak


secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut
Badudu , idiom adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang
membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh
dihilangkan. Setiap idiom sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai
bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar
idiom yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka
tembok tidak boleh dipertukarkan susunannya menjadi *tikar gulung, *domba
adu, *tembok muka karena ketiga kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom.

BAB III
PENUTUP
A.       SIMPULAN

Dari pembahasan yang diuraikan di atas, kesimpulan beberapa poin penting yaitu :
1.  Diksi atau pilhan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar.
2.  Diksi berfungsi sebagai alat agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pembaca
atau penulis terhadap pendengar atau pembaca dalam berkomunikasi.
3.  Diksi memiliki beberapa syarat-syarat ketepatan agar menimbulkan imajinasi
yang sesuai antara pembicara dan pendengar.
4.  Fungsi diksi secara umum ialah agar masyarakat dapat berkomunikasi dengan
baik dan benar agar terhindar dari salah penafsiran dan kesalahpahaman antara
pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca.
5.  Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara
penutur mengungkapkan maksudnya.
6.  Gaya bahasa menurut pilihan kata dalam bahasa standar (bahasa baku) terbagi
menjadi 3 jenis yaitu : Gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa
percakapan.
7.  Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara
langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu,
idiom adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang
membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
B.       SARAN
Sebagai seorang mahasiswa, perlu sekali mempelajari dan memahami
bagaimana penggunaan diksi yang tepat dan cermat karena seorang mahasiswa itu
selalu dibebankan dan berkelut dengan karya-karya tulis dalam setiap tugas
perkuliahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. 2006.


Hs, Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengenmbangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo. 2007
__________________. Komposisi Bahasa Indonesia. ___________: _______. ______ 
TUGAS KELOMPOK
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampuh : Fitrianingsih
Makalah
DIKSI ATAU PILIHAN KATA :
PENGERTIAN, SYARAT-SYARAT, GAYA BAHASA DAN IDIOM

Oleh :

Kelas: BG1D

Kelompok 3

A. 1. Jannatul uyun (Ketua) NIM : 105351111416


2. Indrayani (Sekertaris) NIM : 105351113016
3 . Ainul hilmi (Anggota) NIM : 105351112216
4. Yahya Anugrah (Anggota) NIM : 105351114616
5 Nurnabila Islamia (Anggota) NIM : 105351113816
Kelas: BG1D
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2016 - 2017

KATA PENGANTAR

Rasa syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Bahwa


kami telah menyelesaikan tugas mata kuliah bahasa indonesia dengan membahas
makalah tentang DIKSI atau PILIHAN KATA.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan dan dorongan teman-teman sehingga makalah ini dapat
kami selesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul diksi atau pilihan kata ini
membahas mengenai bagaimana menggunakan bahasa yang tepat dalam
berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal
itu di karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan. Wassalam

Makassar, 10 Oktober 2016


Penulis

Anda mungkin juga menyukai