Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MENULIS DASAR

MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PILIHAN KATA


(PENGERTIAN, SYARAT-SYARAT, GAYA BAHASA DAN IDIOM)

Disusun Oleh:

Muhammad Engga Saputra


2004420011

Dosen Pengampu :
dr. Nurulaningsih M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRIDINANTI

PALEMBANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pilihan kata atau diksi digunakan pengarang untuk memilih kata yang tepat
untuk menciptakan makna tertentu dalam karya sastra. Dengan diksi itulah
pengarang dapat menyusun kata demi kata dalam tulisannya. Diksi juga digunakan
untuk menyampaikan suatu gagasan dari pengarang. Ungkapan kata yang ditulis
haruslah dipahami oleh pembaca dengan tepat. Untuk itulah, seorang penulis harus
bisa memilih diksi yang tepat untuk tulisannya. Selain itu pilihan kata merupakan
satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang mengarang maupun dalam
dunia tutur setiap hari.
Dasar penggunaan bahasa dalam karya sastra bukan hanya sekedar paham,
tetapi yang lebih penting adalah keberdayaan pilihan kata yang dapat mengusik dan
meninggalkan kesan terhadap sensitivitas pembaca. Setiap kata yang dipilih oleh
pengarang dapat diasosiasikan ke dalam berbagai pengertian. Misalnya kata ayu,
bagus, apik, elok, memiliki denotasi atau arti yang sama, tetapi kesan kata-kata ini
diarahkan pada sensitivitas yang berbeda. Setiap kata dan kalimat yang dipilih pada
umumnya dilakukan atas kesadaran untuk menimbulkan efek keindahan.
Gaya bahasa juga digunakan oleh pengarang untuk memperindah tulisannya.
Pengarang berusaha untuk menambahkan sebuah gaya bahasa di dalamnya.
Penggunaan gaya bahasa atau bahasa kias dalam karya sastra dimaksudkan untuk
memperoleh efek estetis atau keindahan sehingga pembaca akan lebih tertarik.
Penggunaan bahasa kias dilakukan sebagai suatu cara untuk menimbulkan efek
tertentu, sehingga penerima pesan lebih tertarik.
Pada dasarnya dalam karya sastra, gaya bahasa memegang peranan penting.
Gaya bahasa dan penulisan merupakan salah satu unsur yang menarik dalam sebuah
bacaan. Karena itu, pengarang memiliki gaya yang berbeda-beda dalam
menuangkan setiap ide tulisannya. Setiap tulisan yang dihasilkan nantinya
mempunyai gaya yang dipengaruhi oleh penulisnya, sehingga dapat dikatakan,
watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya yang dihasilkannya.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. Apakah pengertian, syarat-syarat ketepatan, dan jenis-jenis pilihan kata?
2. Apakah pengertian, syarat-syarat, dan jenis-jenis gaya bahasa?
3. Apakah pengertian dan bentuk-bentuk idiom?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu,
1. Untuk menjelaskan pengertian, syarat-syarat ketepatan, syarat-syarat
kesesuaian, dan jenis-jenis pilihan kata.
2. Untuk menjelaskan pengertian, syarat-syarat, dan jenis-jenis gaya bahasa.
3. Untuk menjelaskan pengertian dan bentuk-bentuk idiom.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah: :
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana tata cara dalam
penyusunan/pembuatan sebuah makalah yang baik dan benar.
2. Sebagai modul pembelajaran bagi mahasiswa/i agar bisa memahami dan
menjelaskan mengenai pilihan kata.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pilihan Kata
1. Pengertian Pilihan Kata
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih
kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata
dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau
bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat,
melainkan juga memilih kata yang cocok.
Menurut keraf [CITATION Ker10 \p 21-22 \l 1057 ] , diksi adalah pilihan kata
jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh hubungan kata-kata itu. Istilah
ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai
untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi fraseologi,
gaya bahasa, dan ungkapan.
Triningsih menyatakan, bahwa diksi atau pilihan kata merupakan
ketepatan seseorang dalam memilih dan menggunakan kata sesuai dengan
situasi dan kondisi. Artinya, seorang penulis harus mampu memilih kata agar
informasi yang disampaikan tidak ambigu atau tepat. [CITATION Tri09 \p 15 \l
1057 ]
Finoza menyatakan, bahwa pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah
hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, serta
wacana. Berdasarkan pendapat pakar tersebut, penulis mengulas, bahwa diksi
merupakan hasil dari memilih kata dengan penguasaan kosa kata yang dimiliki
seseorang yang menurutnya tepat untuk digunakan dalam mengarang ataupun
berbicara. [CITATION Fin18 \p 137 \l 1057 ]
Hidayanti menyatakan, bahwa ketepatan pilihan kata mempersoalkan
kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada
imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan
oleh penulis atau pembaca. Artinya, pilihan kata memiliki dampak terhadap
pembaca atau pendengar. [CITATION Hid18 \p 96 \l 1057 ]

3
Dari pernyataan beberapa pakar di atas dapat disimpulkan, bahwa diksi
sangat penting dalam menulis ataupun berbicara karena berhubungan dengan
informasi yang akan disampaikan. Informasi yang disampaikan haruslah tepat,
yang dimaksud oleh penulis haruslah sampai kepada pembaca.

2. Syarat-Syarat Ketepatan Pilihan Kata


Keraf menyatakan, bahwa ketepatan adalah kemampuan sebuah kata
untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau
pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara,
maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih
kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. [CITATION Ker10 \p 88-89 \l
1057 ] Sehubungan dengan pendapat Keraf, Finoza menyatakan, bahwa
seseorang harus menguasai sejumlah persyaratan ketepatan pilihan kata.
Berikut syarat-syarat ketepatan pilihan kata. (Finoza, 2018, hlm. 141)
1. Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi
Contoh:
a. Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (gunung)
b. Jika bunga bank tinggi, orang enggan mengambil kredit bank.
2. Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim
Contoh:
a. Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
b. Pembebasan bea masuk untuk jeni barang tertentu adalah peubah
peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha.
3. Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya
Contoh:
intensif – insentif
interferensi – inferensi
karton – kartun
preposisi – proposisi
korporasi – koperasi

4
4. Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak
Contoh:
keadilan, kebahagiaan, keluhuran,
kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan
5. Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat
Contoh:
Pasangan yang salah Pasangan yang benar
antara ..... dengan .... antara .... dan .....
tidak ..... melainkan ..... tidak ..... tetapi .....
baik ..... ataupun ..... baik ..... maupun .....
bukan ..... tetapi ..... bukan ...... melainkan .....

Contoh pemakaian kata penghubung yang salah:


a. Antara hak dengan kewajiban pegawai haruslah seimbang.
b. Korban PHK itu tidak menuntut bonus, melainkan pesangon.
c. Baik dosen ataupun mahasiswa ikut memperjuangkan reformasi.
d. Bukan aku yang tidak mau, tetapi dia yang tidak suka.
Contoh pemakaian kata penghubung yang benar:
a. Antara hak dan kewajiban pegawai haruslah seimbang.
b. Korban PHK itu tidak menuntut bonus, tetapi pesangon.
c. Baik dosen maupun mahasiswa ikut memperjuangkan reformasi.
d. Bukan aku yang tidak mau, melainkan dia yang tidak suka.
6. Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-kata yang
khusus
Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau
kelompok yang luas bidang lingkupnya. Kata khusus adalah kata yang
mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.
Contoh :
Kata umum : melihat;
Kata khusus : melotot, membelalak, melirik, mengerling, mengintai,
mengintip, memandang, menatap, memperhatikan, mengamati,
mengawasi, menonton, meneropong.

5
3. Jenis-Jenis Pilihan Kata
Menurut Keraf, pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan
pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu
dapat juga diterima atau tidak merusak suasana yang ada. Keraf menyatakan
jenis-jenis pilihan kata atau diksi sebagai berikut. [CITATION Ker10 \p 24 \l
1057 ]
a. Berdasarkan makna
Ketepatan pilihan kata atau kesesuaian pilihan kata tergantung
pula pada makna yang didukung oleh bermacam-macam bentuk makna
sebagai berikut.
1) Makna denotatif
Makna denotatif menyatakan arti yang sebenarnya dari
sebuah kata. Makna denotatif berhubungan dengan bahasa ilmiah.
Makna denotasi dapat dibedakan atas dua macam relasi. Pertama,
relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang
diwakilinya. Kedua, relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau
diwakilinya. Kedua, relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau
perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Contoh: Rumah itu luasnya 250 meter persegi.
2) Makna konotatif
Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti
bukan sebenarnya. Makna konotatif adalah suatu jenis makna di
mana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional.
Contoh: Rumah itu luas sekali.
b. Berdasarkan konteks
Kata atau bentuk bahasa mempunyai relasi dengan dunia nyata.
Sehingga istilah referensi dipakai untuk menyatakan relasi antara
bahasa dengan sesuatu yang bukan bahasa. Tentang itu, akan dijelaskan
lebih dalam sebagai berikut.
1) Konteks nonlinguistik

6
Relasi yang pertama erat hubungannya dengan konteks
nonlinguistik. Konteks nonlinguistik mencakup dua hal, yaitu
hubungan antara kata dan barang atau hal, dan hubungan antara
bahasa dan masyarakat atau disebut juga konteks sosial. Konteks
sosial ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam
penggunaan kata atau bahasa. Penggunaan kata seperti istri kawan
saya dan bini kawan saya, buaya darat itu telah melahap semua
harta bendanya, dan orang itu telah melahap semua harta
bendanya, kami mohon maaf dan kami mohon ampun, semuanya
dilakukan berdasarkan konteks sosial, atau situasi yang dihadapi.
2) Konteks linguistik
Konteks linguistik adalah hubungan antara unsur bahasa yang
satu dengan unsur bahasa yang lain. Konteks liguistik mencakup
konteks hubungan antara kata dengan kata dalam frasa atau
kalimat, hubungan antara frasa dalam sebuah kalimat atau wacana,
dan juga hubungan antara kalimat dalam wacana. Sebaiknya, dalam
konteks linguistik dapat muncul pengertian tertentu akibat
perpaduan antara dua buah kata, misalnya: rumah ayah
mengandung pengertian “milik”, rumah batu mengandung
pengertian dari atau bahannya dari, membelikan ayah mengandung
pengertian untuk atau beneaktif.
c. Berdasarkan struktur leksikal
Struktur leksikal adalah bermacam-macam relasi semantik yang
terdapat pada kata, yang dijelaskan sebagai berikut.
1) Sinonimi adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama
Contoh: pria dan laki-laki, pintar dan pandai.
2) Polisemi dan homonimi, polisemi berarti satu bentuk mempunyai
beberapa makna, mirip dengan homonimi, yang berarti dua kata
atau lebih tetapi memiliki bentuk yang sama. Perbedaan mendasar
dari polisemi dan homonim adalah, polisemi maknanya masih
saling berhubungan atau berdekatan, sedangkan homonim

7
maknanya tidak berhubungan. Contoh polisemi: korban, contoh
homonimi: bisa. Homonim dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu homonim yang homograf, homofon, serta homograf dan
homofon. Homograf berarti ejannya sama tetapi ucapannya
berbeda. Contoh: apel. Homofon berarti dua kata yang memiliki
kesamaan ucapan, tetapi tulisannya berbeda. Contoh: Bang. Yang
terakhir adalah, homonim yang homograf dan homofon yang
berarti memiliki ejaan dan ucapan yang sama, tetapi maknanya
berbeda. Contoh: bisa.
3) Hiponimi adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas-
bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen
yang lain. Kelas bawah disebut hiponim, contoh: burung, ikan,
insek, dan binatang penyusu.
4) Antonim adalah dua buah kata yang maknanya berlawanan.
Contoh: kaya dan miskin, jantan dan betina.

B. Gaya Bahasa dan Idiom


1. Gaya Bahasa
a. Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas
adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Secara umum, dapat
dikatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, baik
melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian dan sebagainya. Dilihat dari segi
bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa
memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan
seseorang yang mempergunakan bahasa itu.
Gaya bahasa menurut Dale adalah bahasa indah yang digunakan
untuk meningkatkan efek dengan menjelaskan dan membandingkan suatu
benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
Penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan
konotasi tertentu. [CITATION Tar09 \p 4 \l 1057 ]

8
Gaya bahasa dapat juga diartikan sebagai segala sesuatu yang
memberikan ciri khas pada sebuah teks, menjadikan teks itu semacam
individu bila dibandingkan dengan teks-teks lainnya. [CITATION Lux84 \p
105 \l 1057 ]
Berdasarkan beberapa pengertian tentang gaya bahasa di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa gaya bahasa adalah sifat, tabiat dan kebiasaan
perorangan yang besar sekali pengaruhnya dalam pemakaian kata, susunan
kalimat atau lagu kalimatnya.
b. Syarat-Syarat Gaya Bahasa
Syarat-syarat gaya bahasa yang baik menurut Keraf harus
mengandung tiga unsur, yaitu kejujuran, sopan-santun, dan menarik.
[CITATION Ker10 \p 113 \l 1057 ]
1) Kejujuran, dalam bahasa berarti mengikuti aturan-aturan, kaidah-
kaidah yang baik dan benar dalam bahasa. Tidak menggunakan kata-
kata yang kabur dn tidak terarah, serta penggunaan kalimat yang
berbelit-belit karena bisa mengundang ketidakjujuran.
2) Sopan-santun, artinya memberikan penghargaan atau menghormati
pembaca. Rasa hormat dalam gaya bahasa diwujudkan melalui
kejelasan dan kesingkatan. Kejelasan bisa diukur dalam beberapa butir
kaidah berikut, yaitu kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan
kalimat, korespondensi dengan fakta yang diungkapkan melalui kata-
kata atau kalimat, pengurutan ide secara logis, dan penggunaan kiasan
dan perbandingan. Sedangkan kesingkatan dapat dicapai melalui
usaha untuk menggunakan kata-kata secara efisien, meniadakan
penggunaan dua kata atau lebih yang bersinonim secara longgar,
menghindari tautologi, atau mengadakan repetisi yang tidak perlu.
3) Menarik, gaya bahasa dikatakan menarik dapat diukur melalui
beberapa komponen berikut, yaitu variasi, humor yang sehat,
pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalisasi), dan penuh daya khayal
(imajinasi). Pengunaan variasi akan menghindari nada, struktur, dan
pilihan kata yang monoton. Humor yang sehat berarti gaya bahasa itu

9
mengandung tenaga untuk menciptakan rasa gembira dan nikmat.
Vitalitas dan daya khayal adalah pembawaan yang berangsur-angsur
dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pegalaman.
c. Jenis-Jenis Gaya Bahasa
Gaya bahasa menurut Keraf dibedakan menjadi dua yaitu dari segi
nonbahasa dan bahasa. Dari segi nonbahasa dapat dibagi menjadi tujuh
yaitu berdasarkan pengaruh, massa, media, subjek, tempat, objek dan
tujuan. Sedangkan dari segi bahasa, gaya bahasa dibedakan berdasarkan
titik tolak unsur bahasa yang digunakan, yaitu pertama, gaya bahasa
berdasarkan pilihan kata yang terdiri dari. [CITATION Ker10 \p 115 \l 1057 ]
1) Gaya Bahasa Resmi
Gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan
dalam kesempatan-kesempatan resmi. Misalnya, artikel-artikel yang
serius atau esai yang memuat subjek-subjek yang penting.
Kencenderungan kalimatnya adalah panjang-panjang dan biasanya
menggunakan inversi. Tata bahasanya lebih bersifat konservatif dan
sering sintaksisinya agak kompleks. Gaya ini memanfaatkan secara
maksimal segala perbendaharaan kata yang ada, dan memilih kata-
kata yang tidak membingungkan. Gaya bahasa resmi juga
memanfaatkan bidang bahasa yag lain seperti nada, tata bahasa, dan
tata kalimat. Unsur yang paling penting adalah pilihan kata, yang
semuanya diambil dari bahasa standar yang terpilih.
2) Gaya Bahasa Tidak Resmi
Gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar,
khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau
kurang formal. Misalnya digunakan dalam karya-karya tulis, buku-
buku pegangan, artikel mingguan atau bulanan yang baik, editorial,
kolumnis dan sebagainya. Bentuknya tidak terlalu konservatif.
Singkatnya gaya bahasa tidak resmi adalah gaya bahasa yang umum
dan normal bagi pelajar. Menurut sifatnya, gaya bahasa ini dapat juga
memperlihatkan suatu jangka variasi, mulai dari bentuk informal yang

10
paling tinggi (yang sudah bercampur dan mendekati gaya resmi)
hingga gaya bahasa tidak resmi yang sudah bercampur dengan gaya
bahasa percakapan pelajar. Pilihan kata dalam gaya bahasa tidak resmi
lebih sederhana. Kalimatnya lebih singkat, efek keseluruhan kurang
luhur bila dibandingkan dengan gaya bahasa resmi.
3) Percakapan
Pilihan kata dalam bahasa percakapan adalah kata-kata populer
dan kata-kata percakapan. Bahasa yang digunakan tetap bahasa
standar, hanya terdapat banyak konstruksi yang dipergunakan oleh
orang-orang terpelajar, tetapi tidak pernah digunakan bila ia harus
menulis sesuatu. Kalimat-kalimatnya singkat dan bersifat fragmenter;
sering kalimat-kalimat yang singkat itu terdengar seolah-olah tidak
dipisahkan oleh perhentian-perhentian final, seakan-akan disambung
terus menerus.
Kedua, gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam
wacana terdiri dari:
1) Gaya Sederhana
Gaya ini biasanya digunakan untuk memberikan instruksi, perintah,
atau pelajaran, maka sesuai untuk menyampaikan fakta dan
pembuktian-pembuktian. Gaya ini tidak memerlukan emosi dalam
penggunaannya.
2) Gaya Mulia dan Bertenaga
Gaya ini penuh dengan vitalitas dan energi, dan biasanya
dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu. Penulis dapat
menggunakan nada keagungan dan kemuliaan, yang di dalamnya
terkandung terselubung sebuah tenaga yang halus tetapi aktif
meyakinkan pembaca.
3) Gaya Menengah
Gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana
senang dan damai. Nada yang digunakan bersifat lemah lembut, kasih

11
sayang, dan mengandung humor yang sehat. Gaya ini biasanya
menggunakan metafora sebagai pilihan katanya.
Ketiga, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat maksudnya tempat
sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut, apakah
gagasan tersebut ditekankan di akhir kalimat, di awal kalimat atau
menyebar secara seimbang pada kalimat terdiri dari lima jenis sebagai
berikut:
1) Klimaks
Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik,
yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin
meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.
2) Antiklimaks
Gaya bahasa yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting
berturut-turut ke gagasan yang kurang penting.
3) Paralelisme
Gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian
kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam
bentuk gramatikal yang sama.
4) Antitesis
Gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan,
dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
berlawanan.
5) Repetisi
Gaya bahasa pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat
yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai.
Keempat, gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna
biasanya disebut sebagai majas atau figure of speech yaitu penyimpangan
bahasa secara evaluative atau secara emotif dari bahasa biasa, misalnya
dalam ejaan, pembentukan kata, konstruksi (kalimat, klausa, frasa), atau

12
aplikasi sebuah istilah, untuk memperoleh kejelasan, penekanan, hiasan,
humor, atau sesuatu efek yang lain.

2. Idiom
a. Pengertian Idiom
Penamaan idiom berasal dari bahasa Yunani yaitu idios yang
berarti sendiri, khas, dan khusus. Idiom kadang juga disebut dengan
istilah langgam bahasa, bahasa yang dilazimkan penggunaanya oleh
golongan tertentu, dialek, peribahasa, sebutan yang aneh atau yang sukar
diterjemahkan dengan tepat ke dalam bahasa yang lain. Idiom merupakan
salah satu bentuk ekspresi bahasa. Ekspresi bahasa merupakan
penyebutan sesuatu yang dialami oleh pemakainya. [CITATION Sud09 \p
81 \l 1057 ]
Selain Sudaryat, ada beberapa ahli yang mendefinisikan idiom.
Kridalaksana, mengatakan idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak
sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. [CITATION
Kri08 \p 107 \l 1057 ] Idiom adalah satuan bahasa (berupa kata, frasa,
maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat ditarik dari kaidah umum
gramatikal yang berlaku dalam bahasa tersebut [CITATION Cha07 \p 296
\l 1057 ] Idiom adalah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frasa)
yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan menurut makna
unsur pembentuknya. [CITATION Sud09 \p 77 \l 1057 ]
Dari beberapa pengertian para ahli tentang idiom dapat ditarik
simpulan bahwa idiom adalah ungkapan, konstruksi satuan bahasa dapat
berupa kata, frasa, maupun kalimat yang maknanya tidak sama dengan
makna leksikal maupun makna gramatikal dari satuan-satuan
pembentuknya.

b. Bentuk-Bentuk Idiom

Menurut Chaer idiom terbagi atas dua jenis yaitu idiom penuh dan
idiom sebagian. Di bawah ini peneliti akan menjelaskan yang dimaksud
dengan kedua jenis idiom tersebut. [CITATION Cha07 \p 296 \l 1057 ]

13
1) Idiom Penuh

Idiom penuh adalah idiom yang semua unsur-unsurnya sudah


melebur menjadi satu kesatuan sehingga makna yang dimiliki berasal
dari seluruh kesatuan itu. Misalnya, ringan tangan berarti suka
membantu.

2) Idiom Sebagian

Idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih


memiliki makna leksikalnya sendiri. Misalnya, gelap gulita berarti
situasi yang sunyi. Tangan besi berarti kuasa karena kekerasan.

Dengan kata lain idiom ialah sekelompok kata hasil penelitian berita,
dua buah kata atau lebih untuk menyatakan suatu maksud yang
mempunyai asumsi, berkias atau berkonotasi. Memiliki dari frekuensi
pemakaiannya ungkapan lebih banyak digunakan dalam bahasa sehari-
hari, maupun karangan jika dibandingkan dengan peribahasa. Bagian dari
unsur inti dan unsur penjelas yang dibangun oleh dua unsur tetap ada.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pilihan kata sangat penting dalam menulis ataupun berbicara karena
berhubungan dengan informasi yang akan disampaikan. Informasi yang
disampaikan haruslah tepat, yang dimaksud oleh penulis haruslah sampai kepada
pembaca. Syarat-syarat ketepatan pilihan kata, meliputi: 1) dapat membedakan
antara denotasi dan konotasi, 2) dapat membedakan kata-kata yang hampir
bersinonim, 3) dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya, 4)
dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak, 5) dapat memakai kata
penghubung yang berpasangan secara tepat, dan 6) dapat membedakan antara kata-
kata yang umum dan kata-kata yang khusus. Adapun jenis-jenis pilihan kata terbagi
menjadi tiga bagian yaitu, 1) berdasarkan makna, 2) berdasarkan konteks, dan 3)
berdasarkan struktur leksikal.
Gaya bahasa adalah sifat, tabiat dan kebiasaan perorangan yang besar sekali
pengaruhnya dalam pemakaian kata, susunan kalimat atau lagu kalimatnya. Syarat-
syarat gaya bahasa yaitu, 1) kejujuran, 2) sopan santun, dan 3) menarik. Adapun
jenis-jenis gaya bahasa antara lain, 1) gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, 2) gaya
bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana, 3) gaya bahasa
berdasarkan struktur kalimat, dan 4) gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan
makna biasanya disebut sebagai majas.
Idiom adalah ungkapan, konstruksi satuan bahasa dapat berupa kata, frasa,
maupun kalimat yang maknanya tidak sama dengan makna leksikal maupun makna
gramatikal dari satuan-satuan pembentuknya. Bentuk idiom terbagi menjadi 2 yaitu,
1) idiom penuh dan 2) idiom sebagian.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Finoza, L. (2018). Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Hidayati, R. P. (2018). Pembelajaran Menulis Esai Berorientasi Peta Berpikir Kritis.


Bandung: Perpustakaan Nasional.

Keraf, G. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Luxemburg, J. (1984). Pengantar Ilmu Sastra (Terjemahan Dick Hartoko). Jakarta:


Gramedia.

Sudaryat, Y. (2009). Makna dalam wacana. Bandung: CV Yrama Widya.

Tarigan, H. G. (2009). Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

Triningsih, D. E. (2009). Diksi (Pilihan Kata). Klaten: Intan Pariwisata.

16

Anda mungkin juga menyukai