Anda di halaman 1dari 10

Analisis Penggunaan Diksi

Fauzy Arroihan1, Fery Sanjaya2, Josua Septian3


Politeknik Pembangunan Pertanian Medan, Sumatra Utara, Indonesia
fauzilbs22@gmail.com, ferysanjy@gmail.com, tampubolonjosuaseptian@gmail.com
ABSTRAK
Dalam sebuah cerpen , tidak jarang ditemukan penggunaan diksi. Diksi yang dapat berupa
bentuk denotasi, konotasi, sinonim, dan jenis diksi lainnya sudah biasa kita dengar atau baca
didalam cerpen. Sebagai penyampaian dengan menyertakan diksi di dalam cerpen tersebut.
Tidak heran lagi, wawasan luas dari seorang selaku penulis cerpen Indonesia
memudahkannya dalam menyusun kata-kata untuk menyampaikan pikiran dan
perasaannya yang berupa bentuk cerpen kepada para pembaca di seluruh Indonesia dengan
menggunakan diksi konotatif, denotatif, makna khusus, umum, serta memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan kata pada kondisi dan tempatnya.
Diksi atau pilihan kata digunakan oleh penulis atau untuk menyampaikan ide, pikiran,
perasaan, bahkan pengalaman kepada pembaca atau pendengar. Sesesorang yang menguasai
perbendaharaan kata yang luas akan mudah memilihkata atau melakukan seleksi kata
untuk menyampaikan apa yang dimaksud. Ketepatan pemilihan kata harus memperhatikan
kesesuaian kata tersebut. Diksi yang digunakan dalam suatu kalimat harus dapat diterima atau
memiliki nilai makna yang sama dengan nilai masyaratatau suatu kelompok tertentu
tergantung dimanakata tersebut digunakan.
Kata kunci : Dikis,majas,cerpen

PENDAHULUAN
Bahasa memiliki andil yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai sarana
komunikasi. Dimana diantara setiap individu maupun kelompok akan selalu ada komunikasi
untuk menyampaikan pikiran, ide, atau bahkan pengalaman kepada orang lain. Dalam
berkomunikasi dengan individu lain, hendaknya menggunakan perkataan maupun perilaku
yang baik. Dalam hal ini, diksi atau pilihan kata yang sesuai akan membuat percakapan
antara komunikator dan komunikan berjalan dengan baik dan efektif.
Seseorang dikatakan mampu memilih kata yang tepat apabila ia menguasai
ketersediaan kata yang cukup luas. Dari ketesediaan kata itu, ia dapat meletakkan kata sesuai
pada tempatnya bahkan untuk kata yang memiliki makna yang sama sekalipun.
Pemilihan kata disini bukan hanya tentang memilih kata yang tepat, akan tetapi juga
memilih kata yang cocok. Cocok dalam konteks ini maksudnya menempatkan kata tersebut
sesuai pada keadaan dan kondisinya. Perlu diperhatikan bahwa tidak setiap kata akan sesuai
di semua tempat, begitupun sebaliknya tidak setiap tempat sesuai dengan kata yang
diucapkan. Artinya, makna dari kata tersebut tidak bertentangan dengan nilai rasa suatu
kelompok pemakainya.
KERANGKA TEORI
DIKSI
Berbicara tentang diksi, ada banyak pendapat mengenai pengertian diksi ini. Di
antaranya adalah sebagai berikut :
a) Keraf, Enre (1988: 102) mendeskripsikan diksi sebagai pilihan kata dan penggunaan
kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam
pola suatu kalimat.
b) Widyamartaya (1990: 45) menjelaskan pengertiandiksi adalah kemampuan
seseorang untuk membedakan nuansa makna secara tepat sesuai dengan gagasan yang
ingin disampaikannya.
c) Susilo Mansurudin mendefinisikan diksi dengan singkat yaitu sebagai pilihan kata.
Menurut susilo, pemakaian diksi yang cermat, tepat, dan benar dapat membantu
memberi nilai pada suatu kata dan dapat mencegah kesalahan penafsiran dalam
konteks yang berbeda.
d) Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian diksi adalah pilihan kata yang tepat dan
selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh
suatu efek tertentu (seperti yang diharapkan).

Dari beberapa pendapat ahli bahasa mengenai pengertian diksi ini, dapat ditarik tiga
kesimpulan. Pertama, diksi didefinisikan sebagai pilihan kata yang digunakan oleh seseorang
untuk menyalurkan ide ataupun menggambarkan perasaan kepada pendengar. Kedua, diksi
merupakan kemampuan untuk memilih kata-katayang cocok untuk ditempatkan sesuai
dengan kebutuhan kata tersebut, dan mampu membedakan kata yang memiliki makna
serumpun dengan baik. Ketiga, pilihan kata yang tepat ini apabila menguasai ketersediaan
kata yang melimpah serta menguasai perbendaharaan kata. Keraf (1984:23-24), definisi dari
perbendaharaan kata tersebut adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa.
Dengan menguasai ketersediaan kata yang banyak, seseorang akan mudah memilih dan
memilah kata yang akan ia pakai agar mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya.
Ketepatan pilihan kata menyangkut logika, makna, dan juga kesamaan maksud. Kata
yang dipilih harus benar-benar menunjukkan apa yang ingin disampaikan oleh penulis
atau pengarang. Sehingga pembaca atau pendengar dapat langsung menerjemahkan atau
memahami kata tersebut sesuai dengan maksud penulis. Sementara itu, kesesuaian kata
adalah ketika kata-kata yang digunakan tersebut dapat menyatu dengan konteks sosial,
maksudnya adalah makna dari kata-kata yang dipilih dan digunakan tersebut tidak
bertentangan dengan nilai makna dan rasa yang dimiliki pendengar atau masyarakat, atau
dengan kata lain dapat diterima oleh masyarakat, pembaca, ataupun pendengar.Untuk
mengetahui tepat tidaknya diksi yang digunakan, Keraf (2006: 102- 103) mengemukakan
persyaratan ketepatan diksi yaitu sebagai berikut:
a. Membedakan secara cermat konotasi dan denotasi,
b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang yang maknanya sama (sinonim),
c. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya,
d. Menghindari kata-kata yang diciptakan sendiri,
e. Memperhatikan penggunaan kata asing,
f. Mampu membedakan kata khusus dan kata umum,
g. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal,
h. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis,
i. Mempergunakan kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus,
j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
Kehati-hatian penulis atau pengarang dalam memilih kata-kata sangat diperlukan.
Contohnya, saat menggunakan diksi dalam berita politik, penulis harus memperhatikan
pilihan kata yang tepat yang akan digunakan pada isi berita agar pembaca tidak salah
memahami berita yang disampaikan. Dalam menyusun diksi, penulis juga harus
memperhatikan unsur-unsur pembangun diksi, di antaranya adalah: a) fonem,adalahbunyi
bahasa yang terdengar mirip tapi sebenarnya berbeda,b) vokal dan konsonan, sebuah kata
bisa tersusun atas konsonan saja, vokal saja, atau gabungan keduanya, c) konjungsi, suatu
penghubung antara kata, kalimat dan ungkapan, d) silabel, suku kata yang berperan sebagai
unit dalam pembentuk fonem,vokal dan konsonan,e) kata benda,yaitu kata yang menyatakan
nama tempat, benda, maupun nama seseorang, f) kata kerja, predikat dalam suatu susunan
kalimat, g) infleksi,perubahan bentuk kata tanpa merubah identitas kata tersebut, h)
uterans,unsur yang mempengaruhi tepat tidaknya pilihan kata dengan penggunaan dan
pemahaman yang efektif berdasarkan kemampuan bahasa.
Agar lebih mudah dalam memahami dan menyusun pilihan kata yang tepat, maka hal
yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah bagaimana ciri-ciri dari diksi tersebut, di
antaranya sebagai berikut:
a. Menggunakan kosakata yang umum dikenali oleh masyarakat. Misalnya, masyarakat yang
tinggal di Sumatera kurang bisa memahamibahasa Sunda. Sehingga, dapat ditentukan bahwa
ciri diksi ini adalah menggunakan kata yang sesuai dengan kondisinya,
b. Menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan konteksnya, sehingga tidak menimbulkan
berbagai penafsiran berbeda dari setiap pembaca,
c. Diksi yang digunakan dapat membedakan nuansa makna kata dan bentuk dari kata itu
yang sesuai dengan nilai, situasi, dan perspektif pembaca atau pendengar.

DENOTASI
Denotasi merupakan makna kata yang sebenarnya, makna asli dari kata atau
kalimatnya. Kosasih (2003:147) mendefinisikan denotasi sebagai makna lugas, yang tidak
mengalami penambahan makna, sesuai dengan konsep dan apa adanya. Contohnya:
a. Mahasiswa : Siswa yang belajar di perguruan tinggi
b. Mahasiswa POLBANGTAN : Siswa yang belajar di POLBANGTAN
KONOTASI
Konotasi memiliki pengertian sebagai makna yang bukan sebenarnya. Makna kiasan
ini diangkat dari makna denotasi yang telah mengalami perubahan. Makna konotasi
mencakup konteks yang sangat luas, karna makna ini didasarkan pada pemikiran seseorang
ataupun kelompok sesuai dengan suatu kebiasaan dan nilai-nilai dari suatu kelompok
tersebut.

Unsur makna konotatif dalam kalimat biasanya digunakan untuk memperindah bahasa
danuntuk meningkatkan intensitas maknanya. Contohnya:
a. Dayat menjadi buah bibir setelah sukses menjadi bos dari usaha nya sendiri
b. Kedekatan antara Nur dan Farhan bukan hanya kabar angin.
c. Ahmad menjadi tangan kanan Pak Adi untuk membantu masalah perkebunan.
e. Nilai tertinggi yang diperoleh Ainun membuatnya menjadi lupa daratan.
f. Siti menjadi bunga desa karena parasnya yang cantik.

SINONIM
Sinonim diartikan sebagai kata yang memiliki makna yang sama tapi bentuk yang
berbeda-beda. Sinonim juga diartikan sebagai padanan kata, memiliki arti yang sama. Dengan
menggunakan sinonim, kalimat menjadi lebih menarik dan mudah dipahami. Ketika penulis
menggunakan kata sinonim dalam tulisannya, maka tulisan itu akan lebih mudah untuk
dibaca dan diungkapkan karna kalimatnya tidak kaku serta secara tidak langsung telah
mengajak para pembaca untuk mengetahui kekayaan bahasa dan menambahkan pengetahuan
bagi pembaca atau pendengar.
Fungsi lain dari sinonim tidak lain yaitu memperindah diksi. Membuat penulis agar
lebih mudah untuk menyampaikan ide, pikiran dan mengungkapkan perasaannya kepada
pembaca. Contohnya:
a. Flora > Tanaman
b. Insomnia > Susah tidur
c. Ekonomis> Hemat

KATA UMUM DAN KATA KHUSUS


Kata umum dan kata khusus terus berkembang mengikuti perkembanganbahasa yang
semakin kaya. Pengertian dari kata umum adalah kata yang digunakan dalam kalimat yang
memiliki makna atau cakupan luas. Kata khusus adalah kata yang digunakan dengan
memiliki makna lebih spesifik. Artinya kata khusus memiliki cakupan yang sempit dan
mengarah pada hal-hal yang lebih spesifik. Penggunaan kata umum dan kata khusus memiliki
fungsi untuk memudahkan pembaca memahami tulisan.
Contohnya:
Kata umum : Tanaman Holtikultura
Kata khusus: Padi,Jagung

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan
bentuk kumpulan data secara faktual yang terdapat dalam keempat cerpen yang ada dalam
himpunan tulisan “ Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit” Jilid 3 karya Taufiq Ismail
dengan objek penelitian adalah pengunaan majas dalam buku tersebut. Adapun fokus
penelitian ini adalah penggunaan majas yang terdapat dalam cerpen Taufiq Ismail berjudul
Kuliah Pagi di Bulan April yang terdapat pada halaman 517-521 dalam himpunan tulisan
“Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit” Jilid 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

https://www.instagram.com/p/CYeKz8kO3-Y/?utm_medium=copy_link

Pada gambar di atas terdapat data:

Detonasi

“Semua orang punya hati, tapi tidak semua orang bisa menghargai”

Maksudnya memiliki hati tidak menjadikan sesorang dapat menghargai orang lain.

(D1/MO/IG/KI)
https://www.instagram.com/p/CXs0cyOPxD-/?utm_medium=copy_link

Pada gambar diatas terdapat data:

Sinonim

“Kulacino: Bekas air di meja akibat gelas dingin atau basah”

Setelah gelas basah atau dingin diletakkan diatas meja biasanya akan meninggal kan bekas
air. Bekas air itu disebut “Kulacino”

“Nirmala : Tanpa cacat cela; bersih; suci; tidak bernoda”

Kata "Nirmala" Merupakan arti dari tanpa cacat cela; bersih; suci; tidak bernoda.

“Nuraga: simpati; berbagi rasa’

Kata “Nuraga” Merupakan arti dari simpati; berbagi rasa.


1. Menganalisiskonotasi, denotasidansinonimdariaplikasiinstagram

Instagramadalah media sosialberbasisgambar yang


memberikanlayananberbagifotoatau video secara
online.Setiappenggunajugabebasmemberikancaption
ataudeskripsisingkatdisetiapfotoatau video yang diunggahnya. Instagramjuga media
pengirimanpesandanbisamenjadisumberinformasimengenaiapasaja yang telahterjadi
di masyarakat. Di Indionesialebihdari 91 jutapenggunainstagrampadaoktober
2021.Makadariitusayamemilihaplikasiinstagramsebagaisumberuntukmenganalisiskon
otasi, denotasi, dansinonim.Berikutadalahanalisisnya.

Sumber: https://www.instagram.com/p/CYaNboev3ox/?utm_medium=copy_link

“SelamatpagidariNegeri Di AtasAwan” (D2/MO/IG/K1)

Dari data di atasbisakitalihatadapenggunaankonotasi, yaitu:


“Negeri DiAtasAwan” yang bermaknagumpalanawantebal yang
membentuksepertilautanawan yang dapatdilihatdari kaki gunungataupuncakgungung .

Sumber: https://www.instagram.com/p/CX9u7ZhvYOm/?utm_medium=copy_link

“Enggakada kata
telatuntukberusahasehat.Memperbaikidiridanlingkungan.DeadlinenyaCuma pas
kitadead” (D2/MO/IG/K1/K3)

Dari data di ataskitabisalihatadapenggunaandenotasidansinonim, yaitu


Denotasi :
“Deadline” yang bermaknabatas
“Dead” yang bermaknameninggal

Sinonim :
“enggak” sinonimnyatidak
“telat” sinonimnyaterlambat
Sumber: https://www.instagram.com/p/CYeSwkdpAFH/?utm_medium=copy_link

“Sulitdimegerti, semogaharimuselaluharisenin”(D2/MO/IG/K1)

dari data di atasbisakitalihatadapenggunaankonatasidansinonim, yaitu.

Konotasi:
“harisenin” yang bermakanasulitatauberatkarenasebagianbesar orang
merasasulitatauberatuntukmelaluiharisenin.

Sinonim:
“sulit” sinonimnyasusahatausukar
“dimengerti” sinonimnyadipahami

KESIMPULAN
Diksi puitis yang dibangun Taufik Ismail (TI) dalam cerpennya Kuliah Pagi di Bulan
April menggunakan majas. Terdiri dari majas perumpamaan, majas penginsanan, majas
hiprbola. Adapun 9 majas lainnya, yakni majas antitesis, oksimoron, paranomasia, paralipsis,
zeugma, gradasi, aliterasi, antanaklasis, dan kiasmus tidak digunakan TI dalam membangun
cerpen-cerpennya yang terdapat pada himpunan tulisan Mengakar ke Bumi Menggapai ke
Langit Jilid 3. Di antara macam-macam majas tersebut, majas yang paling mendominasi
adalah majas elipsis dengan jumlah 35 atau 22,44%.

DAFTAR PUSTAKA
Amri, Yusni Khairul. 2015. Pemahaman Dasar-dasar Bahasa Indonesia. Atap Buku
Yogyakarta.
Irfariati. 2017. “Diksi dalam Retorika Agus Harimurti Yudhoyono Sebagai Calon Gubernur
DKI Jakarta” dalamMetalingua:Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 41–52. Balai Bahasa Provinsi Riau.
https://www.google.com/search?
q=baca+cerpen+mengakar+langit+jilid+3&source=lmns&bih=657&biw=1366&hl=id&sa=X
&ved=2ahUKEwiZg5qVkJf1AhU4-DgGHSn_C3YQ_AUoAHoECAEQAA

Anda mungkin juga menyukai