A. INFORMASI UMUM
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Kode/SKS : UNP 1.60.1404/2 SKS
Pokok bahasan : Kosakata dan Diksi
Pertemuan Ke 2
Dosen : Tim Dosen MK Bahasa Indonesia
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan kosakata dan diksi
dengan tepat.
C. MATERI
Berikut akan dijelaskan beberapa materi mengenai kosakata dan diksi yang berkaitan
dengan penggunaan kosakata yang tepat dalam kalimat-kalimat yang disusun.
A C
[payung]
Berdasarkan pengertian tentang diksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
diksi bertujuan untuk penguasaan terhadap pengertian-pengertian yang tepat dan penafsiran
makna kata, kalimat, maupun wacana dalam bahasa Indonesia yang merupakan hasil dari proses
pemilihan kata yang akan digunakan.
2. Sumber Kosakata
Seperti penjelasan di atas, diketahui bahwa kosakata merupakan kumpulan kata-kata
yang digunakan dalam masyarakat. Kumpulan kata-kata yang ada di masyarakat bersumber dari
kamus (Keraf, 2005). Kamus merupakan sebuah buku referensi yang memuat daftar kosakata
yang terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis disertai keterangan bagaimana
menggunakan kata-kata tersebut dalam percakapan sehari-hari (Keraf, 2005). Menurut luas
lingkup isinya kamus dibedakan menjadi beberapa, yaitu kamus umum, kamus khusus, kamus
eka bahasa, kamus dwi bahasa, dan kamus multi bahasa. Lebih lanjut, keraf menjelaskan bahwa
kamus umum adalah kamus yang memuat segala macam topik yang ada dalam sebuah bahasa,
sedangkan jika kamus tersebut memuat kata-kata dari suatu bidang tertentu maka disebut dengan
kamus khusus atau kamus istilah. Selain itu, adalagi kamus eka bahasa yang menjelaskan
mengenai sesuatu dalam suatu bahasa sedangkan kamus dwi bahasa dan multi bahasa merupakan
kamus yang berisi penjelasan mengenai suatu kata dalam dua bahasa atau lebih. Sedangkan
kamus yang memuat kosakata dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Kamus Umum Bahasa
Indonesia yang menjadi patokan dalam menggunakan diksi yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari.
Inti dari kamus adalah memberikan batasan pengertian dari sebuah kata (Keraf, 2005).
Hal ini perlu dilakukan karena setiap kata mengalami perubahan dan pergeseran. Oleh karena itu,
kamus harus menggunakan sistem yang konsisten dalam mengurutkan makna kata, serta
memberikan tanda-tanda penjelasan arti yang khusus bagi masing-masing penutur. Dengan kata
lain, kamus memberikan penjelasan dan gambaran kepada masyarakat mengenai makna kata
yang sesungguhnya serta memberikan batasan penggunaan kata yang tepat dan tidak tepat
kepada
masyarakat secara tidak langsung. Dengan memahami bahwa kamus adalah sumber kosakata
akan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk berpedoman kepada kamus dalam
memilih dan menggunakan kata yang tepat dalam berkomunikasi sehari-hari.
3. Kriteria Pemilihan Kata
Persoalan kriteria pemilihan kata pada dasarnya berkisar pada prinsip dalam memilih kata
yang akan digunakan dalam suatu wacana bahasa Indonesia. Menurut Keraf (2003:87-110), ada
dua jenis kriteria pemilihan kata yaitu ketepatan dan kesesuaian. Berikut ini dijabarkan lebih
mendetail mengenai kriteria menurut Keraf tersebut.
(6) Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.
Kata kerja yang digunakan dalam wacana bahasa Indonesia harus sesuai dengan kaidah.
Seperti: berharap, berharap akan, berbahaya, berbahaya bagi, dan sebagainya.
(9) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal
Perubahan makna pada sudatu kata sangat perlu diperhatikan oleh penulis maupun
pembicara. Apabila tidak diperhatikan, maka akan terjadi salah tafsir pagi pembaca maupun
pendengar. Perluasan makna adalah suatu proses perubahan makna kata yang dialami sebuah
kata yang sebelumnya mengandung suatu makna yang khusus, tetapi kemudian meluas sehingga
melingkupi sebuah kelas makna yang lebih umum. Kata yang sudah mengalami perubahan
makna salah satu contohnya yakni putra-putri. Dahulu, putra-putri dipakai untuk sebutan anak-
anak raja, tetapi sekarang dipakai untuk melambangkan anak laki-laki dan wanita.
(1) Hindarilah bahasa atau unsur substandar dalam situasi yang formal.
Bahasa standar adalah semacam dialek kelas dan dapat dibatasi sebagai tutur mereka
yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam
masyarakat. Lain halnya dengan bahasa nonstandar yang merupakan bahasa dari mereka yang
tidak memeperoleh kedudukan atau pendidikan yang tinggi, seperti bahasa yang dipakai untuk
pergaulan biasa yang tidak dipakai dalam suatu tulisan. Oleh sebab itu, dalam situasi yang
formal lebih baik menggunakan bahasa standar atau bahasa yang sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
f. Polisemi
Polisemi adalah kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu karena adanya
banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata. Satu kata seperti kata "kepala" dapat
diartikan bermacam-macam walaupun arti utama kepala adalah bagian tubuh manusia yang ada
di atas leher (Ivan, 2008:2).
Contoh:
(1) Guru yang dulunya pernah menderita cacat mental itu sekarang menjadi kepala sekolah
smp kroto emas. (kepala bermakna pemimpin).
(2) Kepala anak kecil itu besar sekali karena terkena penyakit hidrosepalus. (kepala
berarti bagian tubuh manusia yang ada di atas).
(3) Tiap kepala harus membayar upeti sekodi tiwul kepada ki joko cempreng. (kepala
berarti individu).
(4) Pak Sukatro membuat kepala surat untuk pengumuman di laptop yang baru dibelinya
di mangga satu. (kepala berarti bagian dari surat).