Anda di halaman 1dari 15

BAB IV PILIHAN KATA

1. Deskripsi Singkat
Di dalam bahasa mana pun, semua konsep dinyatakan dengan kata
atau rangkaian kata. Hal ini berarti bahwa pada waktu kita berbahasa atau
menuangkan pikiran/gagasan dalam bentuk tulisan maupun lisan, kita harus
mencari kata-kata yang tepat untuk mewadahi pikiran tersebut. Selain itu,
dalam memilih kata, kita harus hati-hati karena ada perbedaan penggunaan
kata sesuai dengan kalangan tertentu untuk keperluan komunikasi di antara
dunia mereka, yang dikenal dengan istilah Bahasa Indonesia Selingkung
(BIS).
Pilihan kata berhubungan dengan tutur dan tata tulis untuk
mewadahi pikiran. Untuk memilih kata yang tepat, diperlukan penguasaan
kosakata yang memadai. Kata yang dipilih harus dapat memberi ketepatan
makna karena pada masyarakat tertentu, sebuah kata sering mempunyai
makna yang baik, dan pada masyarakat lain memberikan makna kurang
baik. Dengan demikian, penggunaan kata harus disesuaikan dengan norma
kebahasaan suatu kalangan masyarakat.
Di dalam pemakaiannya, kata-kata itu dirangkaikan menjadi
kelompok kata, klausa, dan kalimat. Dalam hal ini ada beberapa kaidah
sehubungan dengan pembentukan kalimat bahasa Indonesia.
Pada bab ini akan dibahas hal-hal menyangkut pemilihan kata karena
kata-kata itu harus digunakan secara tepat dan sesuai. Ketepatan dan
kesesuaian, serta kelaziman ini perlu diperhatikan karena penulisan ilmiah
menghendaki ketepatan dan keajekkan, baik dalam makna maupun dalam
bentuk.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


46
2. Relevansi
Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi-materi
sebelumnya, tetapi memiliki kaitan yang erat karena pada materi Diksi,
pengetahuan dan pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh mahasiswa,
akan lebih diasah, karena mahasiswa akan mempelajari setiap kata dengan
kaidah penggunaannya, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam tutur dan
tulisan secara tepat.

3. Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan


pilihan kata dan kaidahnya, serta persyaratan dalam memilih kata.
Kompetensi Dasar ini terdiri atas tiga indikator, antara lain:
1. menjelaskan pengertian pilihan kata atau diksi;
2. menjelaskan persyaratan pokok yang harus diperhatikan
dalam memilih kata;
3. menjelaskan beberapa kaidah dalam memilih kata;
4. menggunakan pilihan kata di dalam tuturan dan kalimat.

4. Urutan Bahan Kajian atau Materi


Materi-materi yang disajikan dalam BAB IV ini antara lain:
a. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata;
b. Persyaratan Pokok dalam Memilih Kata;
c. Kaidah dalam Pilihan Kata.

5. Materi Kuliah

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


47
A. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata
Diksi menurut Kridalaksana (2008:50), adalah pilihan kata dan
kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan
umum atau dalam karang-mengarang. Yang paling utama yang harus
diperlihatkan dalam pemilihan kata adalah maknanya. Bentuk kata yang
maknanya sama atau mirip dapat bermakna lain dalam konteks yang
berbeda jika kita salah memilih kata. Perhatikan contoh penggunaan kata
semua, seluruh, segala, sekalian, dan segenap berikut ini!

a) Semua warga kota diungsikan


b) Seluruh warga kota diungsikan
Kata semua pada kalimat (a) bermakna setiap anggota terkena atau
termasuk dalam hitungan.
Kata seluruh pada kalimat (b) juga mengandung makna bahwa setiap
anggota termasuk dalam hitungan, tetapi dalam pengertian
kekelompokkan atau kolektif. Jadi, kedua kata ini dapat
dipertukarkan.
Namun, pada dua kalimat berikut, pemakaian kedua kata itu memiliki
makna yang berbeda.
c) Semua bangsa Indonesia menjunjung bahasa persatuan.
d) Seluruh bangsa Indonesia menjunjung bahasa persatuan.
Perbedaan itu terjadi karena pemakaian kata semua ditekankan pada
jumlah yang banyak, sedangkan pemakaian kata seluruh ditekankan pada
satu benda yang merupakan kesatuan yang utuh. Bangsa Indonesia pada
kalimat (c) dan (d) jumlahnya hanya satu. Oleh karena itu, penggunaan kata
seluruh pada kalimat itu lebih tepat daripada kata semua. Hal itu dapat
dijelaskan juga pada contoh berikut.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


48
e) Semua ruangan akan dibersihkan dan dicat lagi.
f) Seluruh ruangan akan dibersihkan dan dicat lagi.
Pada kalimat (e), semua ruangan menyiratkan makna adanya
beberapa ruangan. Sementara itu, seluruh ruangan pada kalimat (f)
mengandung pengertian adanya satu ruangan yang semua bagiannya
dibersihkan dan dicat lagi.

g) Dewi ingin melihat segala bunga yang terdapat di kebun itu.


h) Segala siswa kelas enam akan menghadapi ujian akhir.
Kata segala menyiratkan makna beragam. Makna pada kalimat (g)
adalah di kebun itu ada berbagai jenis bunga. Sedangkan penggunaan
segala pada kalimat (h) terasa janggal. Kata segala dapat digunakan sebagai
penunjuk jumlah untuk benda mati dan hidup kecuali manusia.

i) Sekalian meja akan diangkut ke tempat lain.


j) Sekalian orang di ruangan itu menengok kepadanya.
Kata sekalian menyiratkan makna keserentakan. Kata itu hanya
digunakan pada orang atau manusia. Oleh karena itu, jika digunakan pada
acuan yang bukan orang atau manusia, akan terdengar janggal.

k) Segenap bangsa Indonesia menjunjung bahasa persatuan.


l) Kita akan melindungi segenap binatang dari kepunahan.
Kata segenap juga menyatakan makna semua, tetapi dalam
pengertian kelengkapan. Dalam hal ini maknanya mirip dengan kata
seluruh. Perbedaanya dengan kata seluruh ialah bahwa kata ini biasanya
diikuti oleh kata yang menyatakan manusia. Jadi, kalimat (l) tidaklah lazim.

Kata semua, seluruh, segala, sekalian, dan segenap memiliki


persamaan dan perbedaan arti. Persamaan arti menyebabkan kata itu dapat
saling dipertukarkan, sedangkan perbedaan arti menyebabkan kata tidak

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


49
dapat saling dipertukarkan. Dengan demikian, kita perlu berhati-hati dalam
memilih kata-kata yang akan digunakan dalam menulis atau bertutur,
sehingga tidak memunculkan salah paham dan kesenjangan komunikasi.

B. Persyaratan Pokok dalam Memilih Kata

Seorang pembaca atau penulis akan memilih kata yang “terbaik”


untuk mengungkapkan pesan yang ingin disampaikannya. Pilihan kata yang
“terbaik” adalah yang memenuhi persyaratan (1) tepat (mengungkapkan
gagasan secara cermat), (2) benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), dan
(3) lazim pemakaiannya.

Berikut ini adalah contoh pemilhan kata yang tidak tepat.


1) Sidik tidak mau lagi mendengarkan kata-kata temannya yang sudah
terbukti suka membual. Ia mengacuhkan janji-janji yang diobral
temannya itu dan menganggapnya angin lalu.
2) Pingkan sangat senang mendengar kabar itu dan ia berkilah kepada
teman-temannya dengan bangga “Ternyata saya lulus”.

Jika dilihat konteknya, dalam kalimat (1) kata mengabaikan lebih


tepat daripada mengacuhkan yang berarti ‘memperhatikan’ dan pada
kalimat (2) kata berkata lebih tepat daripada berkilah yang bermakna
‘berdalih’.

Pilihan kata yang tidak benar dapat dicontohkan berikut ini.


3) Polisi itu berhasil menangkap pelaku pengrusakan gedung sekolah
itu.
4) Kedua remaja itu telah lama saling menyinta.

Kata pengrusakan dan menyinta bukanlah kata yang terbentuk


secara benar. Bentuk yang benar adalah perusakan dan mencinta.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


50
5) Petugas rumah sakit menyerahkan surat kematian yang menerangkan
bahwa ayah saya telah meninggal setelah operasi yang gagal itu.

Kata meninggal pada kalimat (5) adalah kata yang baku, di samping
kata mati dan wafat. Akan tetapi, ketiganya memiliki kelaziman pemakaian
masing-masing. Jika kita perhatikan kalimat ini, istilah surat kematian tentu
tidak akan lazim jika digantikan dengan surat kemeninggalan atau surat
kewafatan. Dan, kalimat ayah saya telah meninggal lebih dilazim daripada
ayah saya telah wafat atau ayah saya telah mati.
Berkenan dengan kelaziman itu, pemakai bahasa memang perlu juga
memperhatikan nilai rasa atau konotasi sebuah kata. Sugono, (2011:42),
menyatakan bahwa konotasi ialah tautan pikiran yang menerbitkan nilai
rasa. Konotasi ini dapat bersifat pribadi dan bergantung pada pengalaman
orang-seorang sehubungan dengan kata atau dengan gagasan yang diacu
oleh kata itu. Contohnya, untuk kata mati, meninggal, gugur, wafat,
mangkat, dan tewas. Kata mati digunakan dengan pengertian yang netral
dan tidak bernilai rasa hormat. Oleh sebab itu, hanya digunakan untuk
tanaman dan binatang. Untuk para pahlawan atau orang-orang yang berjasa
bagi negara yang meninggal sewaktu menjalankan tugas digunakan kata
gugur. Kata wafat digunakan untuk orang yang kita hormati. Kata mangkat
dianggap lebih lazim atau takzim darpada wafat. Selanjutnya kata tewas
digunakan secara netral untuk orang yang meninggal dalam suatu musibah.
Perhatikan lagi contoh berikut ini!

6) Saudara-saudara, atas nama Pemerintah, saya menyampaikan salut


setinggi-tingginya atas partisipasi aktif yang Anda berikan dengan
penuh dedikasi dan penuh antusias dalam menyelesaikan proyek
irigasi ini sebagai salah satu kegiatan dari pilot proyek modernisasi
dalam semua aspek kehidupan kita, baik mental maupun spiritual.
Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa
51
Kalimat (6) menuntut seorang pembicara untuk memperhatikan
kawan bicaranya atau mitra tuturnya. Keadaan kawan bicara perlu
diperhatikan agar pesan yang akan disampaikan dapat dipahami. Sekalipun
pemilihan katanya sudah memenuhi semua syarat dalam pilihan kata,
namun jika khalayak pendengarnya bukan golongan terpelajar dan tidak
terbiasa dengan kata-kata yang digunakan itu, ada kemungkinan pesan tidak
terpahami dengan baik. Penggunaan kata-kata yang dicetak miring pada
kalimat (6) dapat digantikan dengan padanan kata- kata seperti berikut.

Salut : hormat, penghormatan


Partisipasi : peran serta
Dedikasi :pengabdian (pengorbanan tenaga dan waktu untuk
keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia)
Antusias : bersemangat
Irigasi : pengairan (cara pengaturan pembagian air untuk sawah)
Pilot proyek : proyek perintis, percontohan.

Jadi, pada hakikatnya memilih kata secara baik merupakan upaya agar pesan
yang hendak disampaikan dapat diterima secara tepat.

C. Kaidah dalam Pilihan Kata

Pilihan kata harus dilakukan dengan tepat dan memperhatikan


kaidah penggunaannya. Kaidah ini menurut Rahayu (2007:68-70) terdiri
atas (1) pilihan kata dalam kaidah sintaksis, (2) pilihan kata dalam kaidah
makna, dan pilihan kata dalam kaidah sosial.

1. Pilihan Kata dalam Kaidah Sintaksis


Rahayu (2007:68) menyatakan bahwa kaidah sintaksis mensyaratkan
pilihan kata yang tepat, saksama, dan lazim. Tepat berarti penempatan kata

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


52
sesuai dengan kelompoknya dalam sintaksis, saksama berhubungan dengan
kesesuaian antara makna dan pikiran, dan lazim berarti kata yang sudah
menjadi milik bersama.
Contoh:
besar, agung, raya, merupakan kata yang bersamaan maknanya. Kita dapat
membentuk hari raya, hari besar (tepat dan lazim), tetapi tidak bisa jaksa
raya, jaksa agung (tidak saksama dan tidak lazim).

2. Pilihan Kata dalam Kaidah Makna

Pilihan kata dalam kaidah makna harus memperhatikan beberapa hal


berikut ini:

1) Kata sebagai Lambang

Kata adalah lambang objek, pengertian atau konsep. Kata juga


adalah apa yang diucapkan atau didengar. Jika kita membaca atau
mendengar sebuah kata, dalam benak kita akan timbul gambaran terhadap
kata tersebut. Hubungan antara kata dan gambaran menurut Rahayu
(2007:68) dapat dilihat berikut ini.
Gambar yang ditimbulkan oleh kata tersebut (Referensi)

Kata (simbol) Benda/konsep


yang didukung (Referen)
Benda; kata konkret
Konsep: kata abstrak

2) Sinonim, Homofon dan Homograf

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


53
Jika di dalam bahasa setiap kata hanya melambangkan tepat satu
objek atau konsep, maka akan berkuranglah kesulitan komunikasi antara
anggota suatu masyarakat. Namun, kenyataannya tidaklah demikian.
Hubungan antara kata dengan maknanya sering menjadi rumit. Hal ini
disebabkan karena ada beberapa kata yang mempunyai makna yang sama
atau mirip, seperti kata-kata berikut.

a) rancangan, rencana, desain;


b) urutan, peringkat;
c) sulit, rumit, sukar, dll.

Di samping itu, masih ada lagi kelompok kata-kata yang sama bunyi
atau tulisannya yang mempunyai arti yang sama sekali tidak berhubungan.
Hal ini berkaitan dengan sinonim, homofon, dan homograf.
Sinonim, Homofon, Homograf

Sinonim adalah Kata yang mempunyai makna yang sama atau mirip.
Contoh: hasil, produksi, keluaran
muka, paras, wajah, tampang.

Homofon adalah Kata yang sama bentuk, lafal dan bunyi, tetapi beda
makna.
Contoh: Rapat (pertemuan)
Rapat (tidak ada jarak)

Homograf: adalah kata yang sama bentuk, tetapi beda lafal, bunyi dan
makna.
Contoh: Teras (inti)
Teras (bagian bangunan)

3) Makna Denotatif dan konotatif

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


54
Denotatif ialah makna objektif, konseptual atau sebenarnya. Secara
eksplisit, denotatif merupakan hasil observasi, dapat diukur, dapat dibatasi.
Bahasa ilmiah menggunakan makna denotatif dalam mengungkapkan
pikiran (Rahayu, 2007:69). Sedangkan Harimukti (2008: 46) mengatakan
denotasi adalaah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas
penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan
atas konvensi tertentu; sifatnya obyektif.
Selanjutnya Rahayu (2007:69) mendefinisikan makna konotatif
sebagai makna yang bukan sebenarnya. Makna ini disebut juga makna
asosiatif dan makna tambahan. Kridalaksana (2008: 132) mengatakan
makna konotasi adalah aspek sebuah makna atau sekelompok kata yang
didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada
pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca).
Contoh:
1. a) Ia bekerja sebagai pramuniaga

b) Ia bekerja sebagai pelayan toko

4) Kata Abstrak dan Kata Konkret

Menurut Akhadiah dkk, (1998:86), kata Abstrak adalah kata yang


mempunyai referen berupa konsep, sedangkan kata konkret adalah kata
yang referen berupa objek yang dapat diamati. Kata abstrak lebih slit
dipahami daripada kata konkret.
Contoh:
- Keadaan kesehatan anak-anak di desa sangat buruk
- Banyak yang menderita malaria, radang paru-paru, cacingan, dan
kekurangan gizi.

5) Jargon dan Slang

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


55
Jargon menurut Kridalaksana (2008:98) adalah kosakata yang khas
yang dipakai dalam bidang kehidupan tertentu, seperti yang dipakai oleh
montir-montir mobil, tukang kayu, guru bahasa, dsb. Jargon adalah kata
sandi/kode rahasia untuk kalangan tertentu.
Contoh:
Kep (kapten), dok (dokter), prik (suntik), dll.

Slang adalah kata-kata tidak baku yang dibentuk secara khas sebagai
cetusan keinginan akan sesuatu yang baru. Kata-kata ini bersifat sementara,
dan mungkin hanya dikenal di daerah tertentu. Slang menurut Kridalaksana
(2008:225) adalah ragam bahasa tak resmi yang dipakai oleh kaum remaja
atau kelompok-kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern sebagai
usaha supaya orang-orang kelompok lain tidak mengerti; berupa kosakata
yang serba baru dan berubah-ubah; misalnya, bahasa Prokem di kalangan
remaja sebelum tahun 80-an. Kata-kata ini bersifat sementara. Kalau sudah
terasa usang, akan hilang dan tergantikan dengan kata-kata yang lain.
Contoh:
Mana tahan, habis gila, spokat, doku, nyokap, cape dech, kanker, dll.

3. Pilihan Kata dalam Kaidah Sosial

Dalam memilih kata, harus disesuaikan dengan lingkungan pemakai,


yang dibedakan atas:

1) Kata Umum dan Kata Khusus

Menurut Akhadiah dkk. (1998:87), Kata Umum dan khusus


dibedakan atas ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkupnya, makin
umum sifatnya, dan makin sempit ruang lingkupnya, makin khusus sifatnya.
Kata-kata abstrak biasanya merupakan kata umum, tetapi kata umum
tidak selalu abstrak. Kata konkret lebih khusus daripada kata abstrak.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


Keadaan 56
Tingkat keumuman kata itu dapat digambarkan sebagai suatu piramida
terbalik.

Abstrak/
Kesehatan Keadaan umum/
Luas/kurang
Penyakit jelas
Kesehatan

Penyakit
Penyakit Darah

Leukemia

Konkret/khusus/
sempit/jelas

Makin umum suatu kata makin banyak kemungkinan salah paham


atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang
lingkupnya, makin sedikit kemungkinan terjadi salah paham. Dengan kata
lain, makin khusus kata yang dipakai, makin dekat penulis atau pembicara
kepada ketepatan pilihan katanya. Namun demikian, suatu kata khusus atau
konkret masih juga menimbulkan gambaran yang berbeda-beda pada
individu, yaitu sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan masing-masing
mengenai kata tersebut.

2) Kata Populer dan Kata Kajian

Kata populer adalah kata-kata yang digunakan pada berbagai


kesempatan dalam komunikasi sehari-hari di kalangan semua lapisan
masyarakat. Kelompok kata yang lain hanya dikenal dan dipergunakan
secara terbatas dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Kata-kata ini adalah
kata kajian. Kata Kajian adalah kata yang digunakan oleh para ilmuwan atau
Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa
57
kelompok profesi tertentu dalam makalah atau perbincangan khusus.
Banyak di antara kata-kata ini merupakan kata serapan atau kata asing.
Pembentukan kata-kata kajian dalam bahasa Indonesia dewasa ini
dilakukan secara sadar oleh suatu badan/komisi. Sebagai contoh, perhatikan
kata-kata berikut.
Contoh:
Populer Kajian
- Besar - Makro
- Penduduk – Populasi
- Isi – Volume
- Bunyi – Fonem
- Tahap – Stadium, dll.

Latihan

1) Bentuklah kelompok diskusi yang


terdiri atas 5-6 orang, kemudian diskusikanlah kapan penggunaan kata-
kata berikut ini disertai contoh kalimatnya!
b. Sebentar, sejenak, sekejap, sekilas, sepintas,dan sejurus.
c. Kedai, warung, pasar, toko, dan plaza.
d. Yang terhormat, yang saya hormati
e. Nyaris, hampir
f. Diselenggarakan, dilangsungkan, dilaksanakan.

2) Gunakanlah kata-kata berikut ini pada


bagian kalimat yang rumpang.
Anggota, nasabah, dividen, cacat, kekurangan, kelainan, fakta,
informasi, keterangan, tantangan, gangguan, hambatan, polis, diskon,
potongan harga.
(1) Sebagai ... bank, Anda perlu mengetahui hak Anda.

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


58
(2) Tim dokter sedang mempelajari ... pada pasien.
(3) Jika Anda ragu bertanyalah kepada bagian ... kantor itu.
(4) Kelemahan merupakan ... untuk maju.
(5) Jika membeli dengan tunai, Anda akan mendapatkan ....

Rangkuman
Seorang pembaca atau penulis akan memilih kata yang “terbaik”
untuk mengungkapkan pesan yang ingin disampaikannya. Pilihan kata yang
“terbaik” adalah yang memenuhi persyaratan (1) tepat (mengungkapkan
gagasan secara cermat), (2) benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), dan
(3) lazim pemakaiannya.
Kaidah pilihan kata terdiri atas (1) pilihan kata dalam kaidah
sintaksis, (2) pilihan kata dalam kaidah makna, dan pilihan kata dalam
kaidah sosial.
Di samping itu, masih ada lagi kelompok kata-kata yang sama bunyi
atau tulisannya yang mempunyai arti yang sama sekali tidak berhubungan.
Hal ini berkaitan dengan sinonim, homofon, dan homograf. Denotatif ialah
makna objektif, konseptual atau sebenarnya. Secara eksplisit, denotatif
merupakan hasil observasi, dapat diukur, dapat dibatasi. Bahasa ilmiah
menggunakan makna denotatif dalam mengungkapkan pikiran (Rahayu,
2007:69).
Makin umum suatu kata makin banyak kemungkinan salah paham
atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang
lingkupnya, makin sedikit kemungkinan terjadi salah paham. Dengan kata
lain, makin khusus kata yang dipakai, makin dekat penulis atau pembicara
kepada ketepatan pilihan katanya. Namun demikian, suatu kata khusus atau
konkret masih juga menimbulkan gambaran yang berbeda-beda pada
individu, yaitu sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan masing-masing
mengenai kata tersebut.
Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa
59
Evaluasi
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA

Petunjuk :

1) Berkelompoklah 4-5 orang.


2) Pelajari sekali lagi materi tentang Diksi, dan kerjakanlah
soal-soal di bawah ini.
3) Selesaikan tugas ini dalam kelompok secara bersama.
4) Jika mengalami kesulitan, perhatikan materi sekali lagi atau
bertanya kepada dosen.
5) Waktu Anda adalah 20 menit.

Soal-Soal:
1) Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan Diksi?
2) Kaidah apakah yang yang harus diperhatikan di dalam
memilih kata? Jelaskanlah!
3) Jelaskanlah persyaratan pokok di dalam memilih kata!

Daftar Rujukan

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa


Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Grasindo.
Sugono, Dendy (ed.). 2011. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Sugono, Dendy (ed.). 2011. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa


60

Anda mungkin juga menyukai