1. Deskripsi Singkat
Di dalam bahasa mana pun, semua konsep dinyatakan dengan kata
atau rangkaian kata. Hal ini berarti bahwa pada waktu kita berbahasa atau
menuangkan pikiran/gagasan dalam bentuk tulisan maupun lisan, kita harus
mencari kata-kata yang tepat untuk mewadahi pikiran tersebut. Selain itu,
dalam memilih kata, kita harus hati-hati karena ada perbedaan penggunaan
kata sesuai dengan kalangan tertentu untuk keperluan komunikasi di antara
dunia mereka, yang dikenal dengan istilah Bahasa Indonesia Selingkung
(BIS).
Pilihan kata berhubungan dengan tutur dan tata tulis untuk
mewadahi pikiran. Untuk memilih kata yang tepat, diperlukan penguasaan
kosakata yang memadai. Kata yang dipilih harus dapat memberi ketepatan
makna karena pada masyarakat tertentu, sebuah kata sering mempunyai
makna yang baik, dan pada masyarakat lain memberikan makna kurang
baik. Dengan demikian, penggunaan kata harus disesuaikan dengan norma
kebahasaan suatu kalangan masyarakat.
Di dalam pemakaiannya, kata-kata itu dirangkaikan menjadi
kelompok kata, klausa, dan kalimat. Dalam hal ini ada beberapa kaidah
sehubungan dengan pembentukan kalimat bahasa Indonesia.
Pada bab ini akan dibahas hal-hal menyangkut pemilihan kata karena
kata-kata itu harus digunakan secara tepat dan sesuai. Ketepatan dan
kesesuaian, serta kelaziman ini perlu diperhatikan karena penulisan ilmiah
menghendaki ketepatan dan keajekkan, baik dalam makna maupun dalam
bentuk.
3. Kompetensi Dasar
5. Materi Kuliah
Kata meninggal pada kalimat (5) adalah kata yang baku, di samping
kata mati dan wafat. Akan tetapi, ketiganya memiliki kelaziman pemakaian
masing-masing. Jika kita perhatikan kalimat ini, istilah surat kematian tentu
tidak akan lazim jika digantikan dengan surat kemeninggalan atau surat
kewafatan. Dan, kalimat ayah saya telah meninggal lebih dilazim daripada
ayah saya telah wafat atau ayah saya telah mati.
Berkenan dengan kelaziman itu, pemakai bahasa memang perlu juga
memperhatikan nilai rasa atau konotasi sebuah kata. Sugono, (2011:42),
menyatakan bahwa konotasi ialah tautan pikiran yang menerbitkan nilai
rasa. Konotasi ini dapat bersifat pribadi dan bergantung pada pengalaman
orang-seorang sehubungan dengan kata atau dengan gagasan yang diacu
oleh kata itu. Contohnya, untuk kata mati, meninggal, gugur, wafat,
mangkat, dan tewas. Kata mati digunakan dengan pengertian yang netral
dan tidak bernilai rasa hormat. Oleh sebab itu, hanya digunakan untuk
tanaman dan binatang. Untuk para pahlawan atau orang-orang yang berjasa
bagi negara yang meninggal sewaktu menjalankan tugas digunakan kata
gugur. Kata wafat digunakan untuk orang yang kita hormati. Kata mangkat
dianggap lebih lazim atau takzim darpada wafat. Selanjutnya kata tewas
digunakan secara netral untuk orang yang meninggal dalam suatu musibah.
Perhatikan lagi contoh berikut ini!
Jadi, pada hakikatnya memilih kata secara baik merupakan upaya agar pesan
yang hendak disampaikan dapat diterima secara tepat.
Di samping itu, masih ada lagi kelompok kata-kata yang sama bunyi
atau tulisannya yang mempunyai arti yang sama sekali tidak berhubungan.
Hal ini berkaitan dengan sinonim, homofon, dan homograf.
Sinonim, Homofon, Homograf
Sinonim adalah Kata yang mempunyai makna yang sama atau mirip.
Contoh: hasil, produksi, keluaran
muka, paras, wajah, tampang.
Homofon adalah Kata yang sama bentuk, lafal dan bunyi, tetapi beda
makna.
Contoh: Rapat (pertemuan)
Rapat (tidak ada jarak)
Homograf: adalah kata yang sama bentuk, tetapi beda lafal, bunyi dan
makna.
Contoh: Teras (inti)
Teras (bagian bangunan)
Slang adalah kata-kata tidak baku yang dibentuk secara khas sebagai
cetusan keinginan akan sesuatu yang baru. Kata-kata ini bersifat sementara,
dan mungkin hanya dikenal di daerah tertentu. Slang menurut Kridalaksana
(2008:225) adalah ragam bahasa tak resmi yang dipakai oleh kaum remaja
atau kelompok-kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern sebagai
usaha supaya orang-orang kelompok lain tidak mengerti; berupa kosakata
yang serba baru dan berubah-ubah; misalnya, bahasa Prokem di kalangan
remaja sebelum tahun 80-an. Kata-kata ini bersifat sementara. Kalau sudah
terasa usang, akan hilang dan tergantikan dengan kata-kata yang lain.
Contoh:
Mana tahan, habis gila, spokat, doku, nyokap, cape dech, kanker, dll.
Abstrak/
Kesehatan Keadaan umum/
Luas/kurang
Penyakit jelas
Kesehatan
Penyakit
Penyakit Darah
Leukemia
Konkret/khusus/
sempit/jelas
Latihan
Rangkuman
Seorang pembaca atau penulis akan memilih kata yang “terbaik”
untuk mengungkapkan pesan yang ingin disampaikannya. Pilihan kata yang
“terbaik” adalah yang memenuhi persyaratan (1) tepat (mengungkapkan
gagasan secara cermat), (2) benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), dan
(3) lazim pemakaiannya.
Kaidah pilihan kata terdiri atas (1) pilihan kata dalam kaidah
sintaksis, (2) pilihan kata dalam kaidah makna, dan pilihan kata dalam
kaidah sosial.
Di samping itu, masih ada lagi kelompok kata-kata yang sama bunyi
atau tulisannya yang mempunyai arti yang sama sekali tidak berhubungan.
Hal ini berkaitan dengan sinonim, homofon, dan homograf. Denotatif ialah
makna objektif, konseptual atau sebenarnya. Secara eksplisit, denotatif
merupakan hasil observasi, dapat diukur, dapat dibatasi. Bahasa ilmiah
menggunakan makna denotatif dalam mengungkapkan pikiran (Rahayu,
2007:69).
Makin umum suatu kata makin banyak kemungkinan salah paham
atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang
lingkupnya, makin sedikit kemungkinan terjadi salah paham. Dengan kata
lain, makin khusus kata yang dipakai, makin dekat penulis atau pembicara
kepada ketepatan pilihan katanya. Namun demikian, suatu kata khusus atau
konkret masih juga menimbulkan gambaran yang berbeda-beda pada
individu, yaitu sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan masing-masing
mengenai kata tersebut.
Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa
59
Evaluasi
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA
Petunjuk :
Soal-Soal:
1) Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan Diksi?
2) Kaidah apakah yang yang harus diperhatikan di dalam
memilih kata? Jelaskanlah!
3) Jelaskanlah persyaratan pokok di dalam memilih kata!
Daftar Rujukan