1. Definisi Diksi
Dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary (bahasa Inggris
yang kata dasarnya diction) berarti perihal pemilihan kata. Dalam Websters (Edisi
ketiga, 1996) diction diuraikan sebagai choice of words esp with regard to
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pilihan kata yang
pendapat Gorys Keraf bahwa pilihan kata atau diksi adalah kemampuan
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang
tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi; kedua,
pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-
nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situsi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengar; ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
bahasa itu. Sementara itu, yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosakata
suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
Dari beberapa pendapat di atas, secara umum Penulis menyimpulkan
bahwa diksi adalah pilihan kata yang sesuai dengan makna atau gagasan yang
harus tepat digunakan dalam situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
tulisan mampu dipahami oleh pembaca sesuai dengan tingkat keahlian di mana
kata per kata. Namun, pada praktiknya, dalam pengalihan pesan itu, sering
terjemahan suatu kata atau istilah menjadi kendala yang agak sulit diatasi,
suatu kelompok kata merupakan frasa atau klausa biasa ataukah ungkapan atau
peribahasa.
Indonesia atau memang dalam bahasa Indonesia tidak ada padanannya. Salah satu
budaya materi, religi, sosial, organisasi sosial, adat istiadat, kegiatan, prosedur,
bahasa isyarat, ekologi (Newmark: 1988: 95, seperti yang dikutip oleh Nababan,
2004). Masalahnya, terkadang padanan kata itu ada dalam bahasa Indonesia, tetapi
konotasinya berbeda. Atau sebaliknya, kata tersebut dalam teks asal memiliki
berbagai makna yang harus dipilih dengan jeli oleh penerjemah. Memang
paham betul apa yang dimaksud pengarang, tetapi mendapat kesulitan bagaimana
menuangkannya dalam bahasa Indonesia gara-gara satu kata atau istilah saja.
nama diri, sebutan, gelar, kata sapaan, nama peralatan, tumbuh-tumbuhan, bunga-
44
bungaan, buah-buahan,dan hewan.
antaranya:
dengan makna yang lebih luas, misalnya dalam bahasa Inggris, kata rice yang
dapat berarti ’padi/beras/nasi’. Dalam hal ini, konteks sangat menentukan padanan
• Suatu kata dari bahasa sumber dapat memiliki makna ganda dan mempunyai dua
padanan dalam bahasa Indonesia, misalnya, dalam bahasa Arab, kata maktab
dapat berarti ’meja’ atau ’kantor’. Penerjemah harus memilih yang mana yang
Indonesia, tetapi dengan konotasi khusus, misalnya, dalam bahasa Inggris, kata
Rasa rendah diri dan kebiasaan berbahasa orang Indonesia tampaknya ikut
Istilah "dapur" digunakan untuk dapur tradisional yang kotor, sedangkan kalau
dapur itu bersih dan modern namanya kitchen. Dari istilah itu muncul kitchen-set
di mana-mana. Sama halnya dengan keempat istilah lain yang tersebut di atas.
Ada yang dipinjam bulat-bulat dalam bentuk aslinya, ada pula yang secara
tumbuhan, makanan dan minuman. Contoh, dalam bahasa Arab kata al-basyaam
tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia, tetapi di kamus al-Munawwir, kata
tersebut diartikan ‘nama pohon’. Dalam hal ini, seorang penerjemah harus kreatif
untuk mencari padanan yang cocok dalam bahasa Indonesia, misalnya dengan
3. Peranti-peranti Diksi
Secara etimologi, kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma
yang berarti ‘nama’, dan syn yang berarti ‘dengan’. Maka secara harfiah kata
sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara semantik,
Verhaar mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frasa, atau kalimat)
46
yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Dikatakan
kurang lebih, karena tidak akan ada dua buah kata berlainan yang maknanya
sinonim adalah persamaan kata atau kata-kata yang sama maknanya. Pernyataan
ini jelas kurang tepat, sebab selain yang sama bukan maknanya, yang bersinonim
pun bukan hanya kata dengan kata, tetapi juga banyak terjadi antara satuan-satuan
bantuannya.”
b. Sinonim antara kata dengan kata, seperti antara mati dengan meninggal.
d. Sinonim antara frasa dengan frasa. Misalnya, antara ayah ibu dengan
orangtua.
kata beras, salju, batu, kuning, dan lain-lain tidak memiliki sinonim.
Ada kata-kata yang bersinonim pada bentuk dasar tetapi tidak pada bentuk
jadian. Misalnya kata benar bersinonim dengan kata betul, tetapi kata
kata yang tidak mempunyai sinonim pada bentuk dasar, tetapi memiliki
Kata-kata yang bersinonim ada yang dapat saling menggantikan ada pula
yang tidak. 48 Contoh kata yang dapat digantikan satu sama lain: kata semua
umum; kata melirik memiliki makna melihat dengan sudut mata; kata menonton
melihat dari tempat jauh; dan kata mengintip memiliki makna melihat dari atau
itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk mana
yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi
yang dihadapinya.
Makna denotasi dan konotasi dibedakan berdasarkan ada tidaknya nilai rasa dalam
sebuah kata. Kata denotasi tidak bernilai rasa, sedangkan kata konotasi memiliki
nilai rasa. Makna denotasi sering disebut makna konseptual, makna sebenarnya,
Konotasi terbagi dua, yakni konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi
positif adalah makna tambahan dari makna kata sebenarnya yang bernilai rasa
tinggi, baik, sopan, santun, sakral, dan sejenisnya. Sementara itu, makna konotasi
negatif adalah makna tambahan dari makna kata sebenarnya yang bernilai rasa
rendah, kotor, jelek, dan sejenisnya. 51 Contoh, kata ramping memiliki konotasi
Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok
yang luas bidang lingkupnya. 52 Kata khusus (hiponim) ialah bentuk (istilah) yang
53
maknanya terangkum oleh bentuk kata umum (superordinat)nya.
kata khusus daripada kata umum, karena kata khusus memperlihatkan pertalian
yang khusus atau kepada obyek yang khusus, maka kesesuaian akan lebih cepat
diperoleh antara pembaca dan penulis. Misalnya, jika seorang mengatakan, “Si
Cathy, kucing Rani, mencakar adik saya,” maka, kata si Cathy tidak akan
menimbulkan salah interpretasi antara pembicara dan pendengar atau penulis dan
pembaca. Karena, si Cathy mengacu kepada obyek yang khusus, yaitu kucing
50
51
Rahardi, h. 105.
Chaer, Linguistik Umum, h. 292.
52
53
Keraf, h. 90.
Mahmudah Fitriyah dan Ramlan A. Gani, Pembinaan Bahasa Indonesia (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2007), cet. ke-1, h. 83.
d. Penggunaan Kata Abstrak dan Konkret
karena referennya berupa konsep. Konsep ialah gambaran dari obyek atau proses
54
yang berada di luar bahasa dan memahaminya harus menggunakan akal budi.
Kata perdamaian, peradaban, dan lain-lain tidak dapat ditunjukkan dengan hanya
dapat dilihat, didengar, dirasakan, atau diraba. Contoh, kata mobil, meja,
Singkatnya, kata abstrak merupakan kata yang tidak mudah diserap oleh
pancaindra. Sebaliknya, kata konkret merupakan kata yang mudah diserap oleh
pancaindra.
Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna
55
unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal.
dan tidak dapat diceraikan. Contoh, sesuai dengan, sehubungan dengan, berharap
akan, berbicara tentang, dan lain-lain. 56 Jadi, tidak cocok apabila ditulis sesuai
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk idiom, yaitu idiom penuh
dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara
54 Ibid., h. 83.
55 Chaer, Linguistik Umum, h. 296.
56
Rahardi, h. 106.
keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna, contoh
membanting tulang, menjual gigi, dan meja hijau. Sedang pada idiom sebagian
masih ada unsur yang memiliki makna leksikalnya sendiri. Misalnya, daftar hitam
bersalah.’57 Untuk mengetahui makna sebuah idiom sebuah kata (frasa atau
pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau
pembicara.58 Hal ini menyangkut pula masalah makna kata dan kosakata
seseorang.
Dalam persoalan ketepatan kita bertanya apakah pilihan kata yang dipakai
untuk mencapai maksud tersebut, karena dengan begitu tidak akan menimbulkan
Beberapa syarat berikut hendaknya diperhatikan setiap orang agar bisa mencapai
1. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi. Dari dua kata yang
mempunyai makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana
memilih kata konotatif sesuai dengan sasaran yang akan dicapainya itu.
yang berlainan.
Misalnya kata modern sering diartikan ‘canggih’. Padahal, kedua kata itu
7. Harus dapat membedakan kata umum dan kata khusus. Kata khusus lebih
tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.
perasa).
Semua butir yang dikemukakan di atas dirangkum dari Diksi dan Gaya
Bahasa (Gorys Keraf) dan Seni Memilih Kata (Kunjana Rahardi). Butir a, b, f, g
pikiran kita dengan cara yang sama dalam semua kesempatan dan lingkungan
yang kita masuki. Dengan kata lain, pilihan kata dan gaya bahasa yang
hadir.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis atau pembicara, agar kata-
kata yang dipergunakan tidak akan mengganggu suasana, dan tidak akan
menimbulkan ketegangan antara penulis atau pembicara dengan para hadirin atau
2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi
yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata
pertentangan kontradiksi
kekacauan anarki
kemunduran depresi
lainnya.
sedikit yang dapat hidup terus; kedua, pada umumnya kata-kata slang
bertenaga lagi. Kata lekang yang berarti ‘retak atau belah’ akan memiliki
kemarau yang panjang dan sinar matahari yang terik. Tetapi akan
kehilangan tenaga dalam ungkapan seperti: Adat dan pusaka yang tak
Biasa : Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.
Syarat kesesuaian di atas disarikan dari buku Diksi dan Gaya Bahasa. 60
Keraf, h. 103.