Anda di halaman 1dari 10

PRINSIP DAN FENOMENA MODERASI ISLAM

DALAM TRADISIHUKUM ISLAM

Moderat Islam, its Principle and Issues in Islamic Law Tradition

Abd. Rauf Muhammad Amin

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar


Jl. Sultan Alauddin No.36 Samata-Gowa
Email: raufcai@gmail.com

Abstrak

Artikel ini akan memfokuskan kajian dan pembahasannya pada prinsip-prinsip dan fenomena moderasi
Islam dalam bidang Hukum Islam. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap dan menggambarkan
berbagai prinsip bagi moderasi Islam yang telah dirumuskan oleh pakar hukum Islam baik dari
kalangan Ushuliyyun maupun Fuqaha. Artikel ini juga bertujuan untuk mengemukakan fenomena-
fenomena moderasi Hukum Islam yang telah ditunjukkan oleh ulama fiqih Islam dalam tradisi istinbath
hukum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif -diskriptif dengan cara
mencoba mendiskripsikan prinsip dan fenomena moderasi Hukum Islam dengan menganalisis dan
menginterpretasi naskah-naskah yang berbentuk karya buku dan tulisan pakar dan ulama Hukum Islam
mengenai perkara yang dimaksud. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya-karya ulama Fiqih Islam
sangat sarat dengan bukti-bukti teoritis dan praksis mengenai prinsip Wasathiyyah dan Moderasi Islam
yang dinginkan oleh ulama Fiqih tidak seperti yang dikemukakan oleh kalangan liberal yang sedikit
banyaknya sudah terpengaruh oleh konsep moderasi Islam perspektif barat.

Kata kunci: prinsip, fenomena, moderasi Islam, hukum Islam

Abstract

This article will focus on the study and discussion on the principles and phenomena of Islamic moderation
in the field of Islamic Law. Tiiis article aims to uncover and describe the principles of Islamic moderation
which has been formulated by experts in Islamic law from both Ushuliyyun and Fuqaha. This article is also
aimed at addressing the phenomenon of Islamic Law moderation has been shown by scholars of Islam in
the istinbath tradition in Islamic law. The method used in this study is a qualitative method '-diskriptive by
trying to describe the principles of Islamic law and moderation phenomenon by analyzing and interpreting
texts like books and writings of experts and scholars of Islamic law regarding the case mentioned. The
results showed that the works of Islamic scholars Fiqih contains with evidence regarding the theoretical and
practical principles of Islamic moderation not as proposed by liberals who has been affected by the concept
of Islamic moderation western perspective.

Keywords: principles, phenomena, Islamic moderation, Islamic law

PENDAHULUAN yang tidak dapat terbantahkan bahwa hanya


Islam sebagai sebuah agama yang memiliki sifat

D
alam pandangan umat Islam, dari sekian universal dan komprehensif. Sifat inilah yang
banyak agama, ideologi, dan falsafah kemudian meniscayakan sejumlah keistemewaan-
yang mengemuka di dunia, hanya Islam keistimewaan yang melekat pada Islam dan tidak
yang akan bisa bertahan menghadapi tantangan- pada agama-agama lain. •
tantangan zaman. Pandangan ini bahkan bagi Sumber utama Islam yakni Alquran dan al-
sebagian dari mereka sudah menjadi keyakinan. Sunnah banyak sekali menyebut keistemewaan-
Pandangan ini berdasarkan pada sebuah kenyataan keistemewaan yang dimaksud baik secara eksplisit

Prinsip dan Fenomena Moderasi Islam dalam Tradisi Hukum Islam - Abd. Rauf M u h a m m a d A m i n | 23
maupun implisit. QS Saba ayat 28, misalnya, prinsip Moderasi Islam melalui eksplorasi terhadap
menyebut risalah Islam sebagai misi universal yang wacana ini dalam tradisi Hukum Islam agar dapat
dapat menjadi bimbingan bagi seluruh manusia. dibedakan kemudian mana bentuk moderasi yang
"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan Islami dan formulasi yang tidak diinginkan oleh
kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa Islam karena menyalahi prinsip-prinsip Islam secara
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, umum dan prinsip-prinsip moderasi secara khusus.
tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." Penelitian ini dianggap penting selain karena
Kemudian QS al-Maidah ayat 3 menegaskan content yang ingin diajukannya menarik juga
sifat komprehensifitas Islam, Pada hari ini telah karena setelah menelusuri berbagai literatur yang
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah terjangkau oleh peneliti ternyata belum ada karya
Ku-cukupkan kepadamu nVmat-Ku, dan telah Ku- yang sangat spesifik melakukan kajian mendalam
ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Bahkan pada terhadap isu prinsip-prinsip moderasi Islam
ayat ini juga Allah menegaskan sifat fleksibilitas perspektif Hukum Islam kecuali karya-karya ulama
Islam dengan selalu mengakomodir kondisi-kondisi terkait isu yang dimaksud di berbagai literatur yang
abnormal manusia sebagai penerima dan pelaku tidak utuh dan berserakan. Namun demikian, ada
ajaran-ajaran Islam. Fleksibilitas Islam kemudian beberapa literatur yang layak untuk disebut disini
menjadi ciri dan pilar utama bagi prinsip Moderasi karena temanya memiliki keterkaitan dengan
Islam, sebuah karakter Islam yang selalu menjadi tema penelitian ini. Di antaranya karya Yusuf al-
perbincangan hangat bagi banyak kalangan, baik Qaradawi yang berjudul kalimat fi al-Wasathiyyah
dari kalangan Islamis maupun kalangan pemikir wa Maalimiha, Kairo: Dar al-Syuruq thn 2011; karya
barat. Wahbah al-Zuhaili, al-Washatiyyah Mathlabun Syar
Diskursus mengenai Moderasi Islam dapat 'iyyun wa Haddriyyun, tidak terbit; Zuhairi Misrawi,
dikatakan sebagai sebuah wacana yarig paling Pandangan Muslim Moderat, Kompas, 2010. Buku-
santer di abad ini, terutama setelah kelompok dan buku dan tulisan-tulisan yang dimaksud membahas
gerakan Islam radikal bermunculan terutama pasca dan mendiskusikan moderasi Islam dari perspektif
peristiwa 30 September (Abdul Munim Muhammad yang berbeda-beda dan tidak fokus pada fokus
Husain, 2012: 5). Sebagai hasil dari peristiwa itu, kajian penelitian ini.
barat kemudian mendisain proyek-proyek yang
dapat menjinakkan gerakan-gerakan ini dengan Metode Penelitian
mengarus utamakan wacana Moderasi Islam di Penelitian ini menggunakan metode
semua wilayah dan daerah Islam. kualitatif-diskriptif dengan mencoba menelusuri
Ironisnya, Moderasi Islam yang dikehendaki berbagai karya dan tulisan yang berhubungan
barat ternyata tidak seperti yang diinginkan dengan fokus kajian, baik secara langsung maupun
Islam. Barat membangun dan mengarusutamakan tidak langsung. Karya-karya itu dibaca secara
Moderasi Islam lebih mengarah kepada sekularisasi seksama lalu dianalis dan diinterpretasi secara
dan liberalisasi Islam. Dari sinilah proyek ini oleh kualitatif mengikut permasalahan kajian yang sudah
banyak kalangan muslim yang sudah tercerahkan ditentukan sebelumnya.
ditolak bukan karena Moderasi Islam bukan ajaran
inti dari Islam, tapi karena Moderasi Islam telah Tinjauan Pustaka
dieksploitasi oleh barat menjadi senjata untuk Prinsip Moderasi Islam dalam Tradisi Hukum
menghancurkan Islam. Islam
Pengertian Moderasi Islam
Fokus Penelitian Moderasi Islam dalam bahasa arab disebut
Fokus penelitian ini diarahkan untuk dengan al-Wasathiyyah al-Islamiyyah. Al-Qaradawi
mengungkapkan secara gamblang prinsip-prinsip menyebut beberapa kosakata yang serupa makna
al-Wasathiyyah al-Islamiyyah (Moderasi Islam) dengannya termasuk katan Tawazun, I'tidal,
sebagai referensi bagi wacana Moderasi Islam yang Ta'adul dan Istiqamah. Sementara dalam bahasa
telah dan sedang menjadi sorotan utama dalam inggris sebagai Islamic Moderation. Moderasi
kajian dan studi Islam kontemporer sekaligus Islam adalah sebuah pandangan atau sikap yang
menggambarkan fenomena-fenomena Moderasi selalu berusaha mengambil posisi tengah dari dua
Islam dalam bidang Hukum Islam. Penelitian ini sikap yang berseberangan dan berlebihan sehingga
bertujuan untuk mengetahui secara pasti prinsip- salah satu dari kedua sikap yang dimaksud tidak

24 | Jurnal "Al-Qalam" Volum'e 20 Edisi Khusus Desember 2014


mendominasi dalam pikiran dan sikap seseorang. Karena wacananya sudah berlangsung cukup
Dengan kata lain seorang muslim moderat adalah lama, maka isu standarisasi Moderasi Islam tentu
muslim yang memberi setiap nilai atau aspek yang tidak luput dari pantaun tulisan dan kupasan para
berseberangan bagian tertentu tidak lebih dari porsi pengkaji. Yusuf Qaradawi misalnya, mengulas
yang semestinya. Karena manusia-siapa pun ia- hal ini dengan memberi sub tema Malamih al-
tidak mampu melepaskan dirinya dari pengaruh Wasathiyyah atau Profil/indikator Moderasi Islam,
dan bias baik pengaruh tradisi, pikiran, keluarga, tidak menggunakan terma Mabadi' atau Ushul yang
zaman dan tempatnya, maka ia tidak mungkin berarti prinsip, begitu pula tidak memfokuskan
merepresentasikan atau mempersembahkan pada kajian Hukum Islam (Yusuf al-Qaradawi,
moderasi penuh dalam dunia nyata. Hanya 2011: 39). Dalam ulasannya mengenai indikator
Allah yang mampu melakukan hal itu (Yusuf al- Moderasi Islam, Qaradawi mengajukan 30
Qaradhawi, 2011: 13). indikator penting bagi terwujudnya Moderasi Islam
Pengertian di atas hampir diadopsi oleh termasuk di antaranya pemahaman komprehensif
kalangan pemikir dan intelektual muslim yang terhadap Islam, kombinasi perkara-perkara konstan
menulis tentang Moderasi Islam meskipun dengan dan fleksibel dalam Islam, perlunya melakukan
redaksi yang berbeda namun semuanya memiliki pembaruan dan ijtihad dan lain-lain.
substansi dan esensi makna yang sama. Wahba Setelah memerhatikan tiga puluh indikator
Zuhaili, misalnya, mengartikan Moderasi Islam Moderasi Islam yang diajukannya dapat dipahami
sebagai berikut: bahwa Qaradawi tidak fokus pada diskursus Prinsip
Moderasi dalam pengertian umum di zaman yang diinginkan dalam penelitian ini. Prinsip yang
kita berarti keseimbangan dalam keyakinan, sikap, dikehendaki dalam penelitian ini sesungguhnya
perilaku, tatanan, muamalah dan moralitas. Ini peletakan dasar bagi Moderasi Islam dalam
berarti bahwa Islam adalah agama yang sangat hukum Islam. Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah
moderat, tidak berlebihan dalam segala perkara, perlunya mengakui hal-hal berikut sebagai pilar bagi
tidak berlebihan dalam agama, tidak ekstrim pada pandangan moderat dalam Hukum Islam yakni;
keyakinan, tidak angkuh atau lemah lembut dan Prinsip Qath 'i-Dzanni, Prinsip Maqasid-Wasail,
lain-lain (Wahbah al-Zuhaili, t.th: 5) Prinsip Ushul-Furu dan Prinsip 3R dalam kajian
Dalam realitas kehidupan nyata, manusia tidak hukum Islam. Dengan demikian, apabila sebuah
dapat menghindarkan diri dari perkara-perkara pemikiran keislaman secara umum dan pemikiran
yang berseberangan. Karena itu al-Wasathiyyah hukum Islam secara khusus tidak mengakomodir
Islamiyyah mengapresiasi unsur rabbaniyyah dualisme di atas, maka pemikirannya sudah dapat
(ketuhanan) dan Insaniyyah (kemanusiaan), dipastikan akan menjadi ekstrim atau radikal dan
mengkombinasi antara Maddiyyah (materialisme) tentu tidak berjalan sesuai yang diinginkan oleh
dan ruhiyyah (spiritualisme), menggabungkan Islam. Moderasi Islam versi barat, misalnya, yang
antara wahyu (revelation) dan akal {reason), antara tidak mengakui dualisme-dualisme itu dan hanya
maslahah ammah (al-jamaaiyyah) dan maslahah ingin memperlakukan ajaran-ajaran atau hukum-
individu (al-fardiyyah). Konsekuensi dari moderasi hukum Islam sebatas Zanni (fleksibel), Wasa.il
Islam sebagai agama, maka tidak satupun unsur atau (sarana/alat) maka tidak mungkin dapat disebut
hakikat-hakikat yang disebutkan di atas dirugikan sebagai Moderasi Islam. Sama halnya tidak mungkin
(Yusuf al-Qaradhawi, 2011: 13). pemikir-pemikir muslim yang komitmen dengan
prinsip-prinsip di atas sebagai kalangan ekstrim
Prinsip-Prinsip Moderasi Islam Perspektif Hukum atau radikal.
Islam
Diskursus Moderasi Islam adalah isu yang Prinsip Qath'i Zanni
menarik dan telah banyak menyita waktu dan Prinsip ini adalah yang pertama dan utama
perhatian para pengkaji Islam, baik dari kalangan yang harus dipahami dan diamalkan oleh setiap
Islam maupun dari kalangan non-Islam, terutama pemikir muslim setiap kali ingin memberi respon
pemikir barat dengan tujuan kajian yang berbeda- terhadap setiap isu keagamaan dalam Islam agar
beda. Fokus kajian mereka hampir semuanya terkait tidak terjebak dalam pemahaman yang salah. Qath'i
konsep Moderasi dalam Islam secara umum dan artinya sesuatu yang pasti dan Qath'iyydt artinya
tidak atau kurang sekali memfokuskan diri pada perkara-perakara yang pasti. Sesuatu atau perkara
kondisi wacana ini dalam bidang Hukum Islam. yang pasti dalam Islam bisa berupa makna teks

Prjnsip dan Fenomena Moderasi Islam dalam Tradisi Hukum Islam - Abd. Rauf M u h a m m a d A m i n | 25
baik teks Alquran maupun teks Sunnah, hukum Dari remark di atas dapat dipahami pula
pasti atau dalil yang pasti dan tidak mengandung bahwa Moderasi Islam juga meyakini bahwa
kemungkinan yang lain. Contoh yang paling sering meskipun teks atau Nash mengandung makna dan
diajukan oleh pakar Hukum Islam ialah bilangan- hukum yang Qath'i dan tidak bisa digugat lagi tapi
bilangan nominal dalam Alquran dan al-Sunnah ia juga meyakini bahwa masih terbuka baginya
seperti 100 kali dera terkait hukuman bagi pezina untuk melakukan ijtihad pada alasan dan tujuan
dan lain-lain. Sementara Zanni artinya sesuatu hukum yang pasti itu. Proses untuk yang dijalani
yang tidak pasti karena memungkinkan adanya ijtihad untuk menemukan alasan hukum disebut
makna atau hukum lain. Dengan demikian gerak Ta 'HI al-Nushus sementara untuk menemukan
ijtihad disini sangat luas dan ia bisa memilih makna tujuan hukum dinamakan Taqsid al-Nushus. (Abd
atau hukum berdasarkan kemaslahatan agama, Rauf Amin, 2013: 118). Tabel di bawah ini dapat
individu atau sosial mengikut aturan-aturan yang dirujuk untuk melihat gambaran cara kerja seorang
sudah digariskan dalam ilmu Ushul Fiqih, Qawdid mujtahid terkait penafsiran dan penerapan Nash-
Fiqihyyah dan Maqasid al-Syariah. Berbeda dengan Nash Qath'i:
wilayah Zanni, wilayah Qath'i tidak diperlukan
adanya ijtihad untuk menemukan makna atau
hukum lain kecuali pada aspek penerapannya,
karena Nash yang Qath'i meskipun pemaknaannya
sudah selesai dan ditutup tetapi masih terbuka
ijtihad pada aspek bagaimana menerapkannya (Abd
Rauf Amin, 2009: 33).
Penerapan makna teks yang pasti yang masih
terbuka dapat dilihat pada beberapa kebijakan
Umar bin Khattab di antaranya pemberhentian
hukum bagian zakat bagi muallaf. Hukum bagian
zakat bagi muallaf adalah hukum pasti tapi Umar
memberhentikan sementara bukan karena Umar Dengan merujuk ke penjelasan di atas, dapat
tidak memahami teks hukum terkait tapi Umar dipahami bahwa sebuah teks hukum baik Alquran
menerapkan teks berdasarkan ruh dan substansi maupun al-Sunnah yang memiliki status pasti dari
teks dengan menggunakan pisau Maqasid al-Syariah segi sumber (Qath 'iyyu al-Tsubiit) dan dari segi
(Muhammad Baltaji, 1970: 175). makna (Qath 'iyyu al-Dalalah) masih terbuka untuk
Contoh kedua penerapan teks berbasis al- dilakukan ijtihad terhadapnya dalam tiga aspek;
Maqdsid, pada masa Nabi sampai pemerintahan ijtihad untuk mengetahui 'Illatnya (alasannya);
umar, kriminal Miras(minuman keras) diberi sanksi ijtihad untuk mengetahui Maqdsidnya (tujuannya).
40 kali dera. Saat itu, kasus minuman keras relatif Berdasarkan Prinsip Qath 'i-Zanni di atas,
jarang ditemukan dibanding pada masa umar. maka wilayah Zanni sangat berpotensi bagi
Ketika Umar menjabat sebagai Khalifah, beliau pengembangan Moderasi Islam. Namun demikian,
menyaksikan sebuah kecenderungan kriminal ijtihad tetap saja selalu mempertimbangkan hal-hal
miras yang lebih intens dari masyarakat. Umar yang pasti yang tidak digugat oleh apapun kecuali
ketika itu mendialogkan antara hukum miras itu menyangkut penerapan yang menghadapi situasi
dengan substansi atau tujuan hukum miras. Beliau abnormal sebagaimana yang sudah dikemukakan
menemukan bahwa hukum 40 kali dera yang sebelumnya.
dikandung oleh beberapa teks tidak lagi mampu
membendung pelecehan hukum miras. Lalu Umar a. Prinsip Maqasid-Wasail
mengajak para sahabat untuk meninjau ulang Prinsip ini tidak kalah pentingnya dari prinsip
hukum miras. Ali mengusulkan supaya ditambah Qath 'i-Zanni. Maqasid artinya tujuan-tujuan yang
sampai 80 kali dera. Ali Sadar bahwa hukum 40 dibidik oleh Allah dari semua sistem hukumnya.
tidak lagi mampu mewujudkan tujuan hukum Para penulis kontemporer sering menyebutnya
yaitu penjeraan perilaku miras. Kata sejarah, semua sebagai ide-ide moral. Wasdil artinya sarana-
sahabat yang dilibatkan dalam sidang sepakat atas sarana atau instrument yang digunakan oleh
usulan Ali. Atas nama konsensus, Umar menetapkan Allah untuk mewujudkan tujuan-tujuan atau ide
80 kali dera sebagai hukuman bagi pelaku miras moral tadi. Instrumen-instrumen yang dimaksud
(Muhammad Mustafa Syalabi: 1 9 8 1 ) . berupa hukum-hukum Islam formil. Dalam prinsip

26 I Jurnal "Al-Qalam" Volume 20 Edisi Khusus Desember 2 0 1 4


ini Wasail semestinya mengikut Maqasid sebab pada apakah ia masih atau tidak lagi mewujudkan
secara logika sederhana Wasail diadakan untuk tujuannya (Maqasid) (Abd Rauf Amin, 2011:129).
mewujudkan Maqasidnya. Jika Maqasid tidak lagi Sekali lagi, hal penting perlu ditegaskan dalam
diperlukan, secara otomatis Wasail juga sudah tidak konteks ini ialah Umar telah menerapkan teks
diperlukan. Begitu pula halnya jika Wasail tidak hukum mengenai bagian zakat muallaf dengan
dapat mewujudkan lagi Maqasidnya maka Wasail sebaik-baiknya dan tidak mengabaikan atau
itu perlu ditinjau ulang karena boleh jadi sudah menganulir teks hukum mengenainya sebagaimana
tidak tepat lagi untuk menjadi Wasail dan mesti yang dituduhkan oleh sebagian penulis kontemporer
mencari Wasail yang lain yang dapat mewujudkan liberal.
Maqasid yang dimaksud. Hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk
Contoh kasus ijtihad yang mengaitkan dikemukakan dalam konteks keterkaitan antara
Maqasid dan Wasailnya adalah kisah yang sangat Maqasid dan Wasail ialah suatu perkara dapat
populer dalam pemikiran hukum Islam dan sering berfungsi ganda. Ia bisa berfungsi sebagai Wasail
disalahpahami oleh banyak orang. Kasus yang dan pada saat yang sama ia juga berfungsi sebagai
dimaksud adalah hukum pemberian bagian zakat Maqasid. Misalnya shalat dan wudhu. Shalat
bagi seorang muallaf. berfungsi sebagai sarana untuk mengingat Allah
Bagian zakat seorang muallaf telah ditegaskan sebagai sebuah tujuan tapi shalat juga menjadi
Alquran dan Nabi pun pernah memberikan tujuan yang tidak boleh ditinggalkan kapan pun.
bagian itu kepada muallaf di zamannya. Di banyak Wudhu juga demikian, ia sarana untuk shalat
kesempatan Nabi mengatakan, "saya sangat suka sebagai tujuan tapi ia tetap saja diperlukan meskipun
memberi seseorang untuk membujuk hatinya." shalat tidak dilaksanakan. Kesalahan pemikir dan
Orang-orang muallaf saat itu ada yang sudah penulis kontemporer dalam bidang pemikiran Islam
masuk Islam tapi masih lemah imannya dan zakat umumnya dan bidang pemikiran hukum Islam
diberikan untuk memperkuat imannya, ada juga khususnya adalah pengabaiannya terhadap teori
yang belum masuk Islam dan ia diberi bagian zakat ini, sehingga bagi mereka hampir semua ajaran-
untuk membujuk hatinya untuk masuk Islam. ajaran hukum Islam dalam teks-teks suci adalah
Kondisi ini berlanjut setelah wafatnya Nabi sebatas Wasail yang bisa berubah-ubah. Pada point
sampai satu saat di mana Abu Bakar didatangi oleh ini mereka tidak mungkin disebut sebagai orang
dua orang dari kelompok muallaf bernama 'Uyaynah moderat (Ahmad Idris al-Haj, 2004: 21; Abd Rauf
bin Husan dan al-Aqra bin Habis. Keduanya Amin, 2013: 541).
mengatakan kepada Abu Bakar, "Wahai sang
khalifah, negara kita punya sebidang tanah yang b. Prinsip Ushul-Furii'.
tidak dikelola, apa tidak sebaiknya sang khalifah Prinsip ini memiliki hubungan yang erat
mengalokasikan sebagian dari tanah itu untuk kami dengan prinsip Maqasid dan Wasail. Ushul artinya
berdua?" Abu Bakar kemudian menuliskan surat hal-hal yang prinsipil sementara Furu' artinya hal-
hak kelola untuk keduanya. Lalu keduanya pergi hal yang bersifat cabang. Dalam Islam dari semua
menemui Umar untuk menjadi saksi atas hak itu. aspeknya baik aqidah, syariah, akhlak dan lain
ketika bertemu Umar, surat itu kemudian diambil lain ada Ushul ada juga Furu. Dalam aspek aqidah
oleh Umar lalu diludahi yang membuat keduanya misalnya, keesaan Allah merupakan hal prinsipil
tersinggung sampai mengeluarkan kata-kata kasar. dan tidak boleh diperdebatkan. Tetapi terkait
Umar kemudian mengatakan, "Dulu waktu Nabi apakah Allah dapat dilihat di hari kiamat atau tidak
masih hidup, kalian dapat bagian zakat waktu itu adalah persoalan aqidah yang masuk dalam kategori
karena kondisi Islam masih lemah sehingga umat 1
Furu . Dalam aspek Syariah (Hukum Islam) hal yang
Islam membutuhkan penguatan, sekarang Islam termasuk prinsipil ialah kewajiban berpuasa pada
sudah kuat dan tidak butuh lagi kalian, pergilah bulan ramadhan. Hukum ini tidak boleh digugat
Anda berdua mencari usaha sendiri. Ketika Abu dan tidak terbuka ijtihad untuk mempersoalkannya,
Bakar mengetahui perlakuan Umar kepada kedua namun memulai puasa dengan metode rukyah atau
muallaf itu, ia tidak menyalahkannya. Bahkan cara hisab adalah bagian dari cabang yang terbuka
bukan hanya Abu Bakar, tapi semua sahabat tidak ijtihad untuk melihat mana yang lebih tepat untuk
ada yang menggugat perilaku Umar itu sehingga diterapkan. Dalam ilmu p'olitikhukum Islam (Siyasah
bisa dipahami bahwa terjadi ijma sahabat mengenai Syar'iyyah), dalam konteks ini pemerintah punya
teori " Hukum tergantung pada ada atau tidaknya hak untuk menetapkan metode apa yang ia akan
illatnya" . Atau hukum (Wasail) sangat tergantung gunakan demi ketertiban. Ketika keputusan sudah

Pfinsip dan Fenomena Moderasi Islam dalam Tradisi Hukum Islam - Abd. R a u f M u h a m m a d Amin | 27
keluar, yang lain baik individu maupun ormas tidak Hukum Islam fleksibel dan dapat diperbarui
boleh menyalahi pemerintah hanya karena alasan karena ia sangat terpengaruh oleh banyak faktor.
metode yang lain juga benar. Sebab menggunakan Ibn al-Qayyim menegaskan bahwa fatwa (hukum
metode yang berbeda dengan metode yang dipilih Islam) dapat berubah karena perubahan zaman,
dan diputuskan oleh pemerintah bagian dari cabang waktu, kondisi, tradisi dan niat (Ibn al-Qayyim,
(furu) yang tidak perlu dibela mati-matian dengan 1973, 2 :425). Selain kelima faktor di atas, al-Syatibi
mengorbankan moralitas Islam, yakni keseragaman menambah faktor lainnya yaitu mempertimbangkan
dalam memulai dan mengakhiri puasa. Karena itu efek atau implikasi perbuatan muallaf dan
mengakui dan mengamalkan prinsip Ushul dan mempertimbangkan tujuan-tujuan mukallaf dari
Furu termasuk indikator penting bagi seseorang perbuatannya, baik itu tujuan baik atau buruk (al-
apakah ia layak disebut sebagai seorang muslim Syatibi, t.th: 194).
moderat atau tidak. Dengan demikian, merujuk Seorang pakar hukum di barat mengatakan
kepada prinsip ini, maka mengakui status furu' "Islam sangat menyesuaikan dirinya dengan
bagi penggunaan metode memulai dan mengakhiri kebutuhan-kebutuhan rill dan mampu berkembang
puasa tetapi tidak menggunakannya bagian dari beberapa abad tanpa mengalami kelemahan
sikap ekstrim dan bukan sikap moderat. (Yusuf dan mampu bertahan hidup dengan kekuatan
al-Qaradawi, 2004: 207). Hal-hal prinsip dalam dan fleksibilitasnya." Faktor lain yang dapat
Islam biasanya didukung oleh banyak teks-teks memperkokoh fleksibilitas hukum Islam adalah
Alquran dan Sunnah dan merupakan esensi Islam karena teks-teks hukum, baik Alquran maupun
yang tidak dapat diperdebatkan seperti prinsip al-Sunnah sen diri yang fleksibel, yang dapat
keadilan, persamaan, kebebasan, toleransi, stabilitas mengakomodir segala bentuk perkembangan
umum, persatuan dan lain-lain. Teori al-Kulliyydt zaman dan kebaruan yang mengemuka dalam dunia
al-Khamsah yakni memelihara agama, jiwa, akal, realitas. Ia relevan pada zaman sebelum Islam, masa
keturunan dan harta masuk dalam kategori ini. Nabi, masa setelahnya, masa sekarang dan masa
yang akan datang. Bahkan lebih dari itu, fleksibilitas
Fenomena Moderasi Islam dalam Tradisi Hukum Islam juga ditopang oleh kondisi di mana Allah
Islam sebagai sumber hukum telah memberi ruang yang
Fenomena yang dimaksud di sini dapat sangat luas bagi ulama untuk menetapkan hukum
disamakan dengan indikator atau tradisi yang sudah bagi perkara-perkara yang lepas dari sentuhan
menjadi sikap Hukum Islam di semua level baik teks-teks Alquran. Perkara-perkara yang dimaksud
dalam aspek fiqih Ibadah, Muamalah, Munakahat, dipopulerkan dengan istilah 'Mantiqat al-Fardg al-
dan lain-lain. Indikator-indikator Moderasi Islam Tasyri 'i\ Perkara-perkara ini telah diisyaratkan oleh
dalam aspek Hukum Islam dapat dikatakan sangat Nabi dengan sabdanya, misalnya, "apa yang telah
banyak dan bervariasi baik indikasinya kuat atau dihalalkan oleh Allah dalam kitabnya maka itu jelas
tidak. Penelitian ini hanya akan difokuskan pada halal dan apa yang telah diharamkan oleh Allah
fenomena atau indikator penting yang indikasinya dalam kitabnya maka itu adalah jelas haram dan
terhadap moderasi Islam sangat jelas dan kuat. apa yang telah didiamkannya (tidak ada penjelasan)
Berikut penjelasannya. maka itu adalah kemaafan Allah maka terimalah
kemaafannya karena Dia sesungguhnya bukanlah
a. Fleksibilitas dan Pembaruan {al-Muruah/al- pelupa" (HR al-Hakim).
Tajdid) Sebagai konsekuensi dari 'kekosongan
Salah satu indikator moderasi dalam hukum hukum', ulama semestinya mengisi kekosongan itu
Islam adalah karakternya yang fleksibel, dapat dengan memproduk pemikiran-pemikiran hukum
menerima pembaruan, dapat menyesuaikan diri yang sesuai dengan tradisi hukum hukum syariat
dengan kebutuhan zaman dan mengakomodasi dengan mengacu kepada kemaslahatan sebagai kata
isu-isu yang muncul, dan itu sebagai implementasi kunci utama, kemaslahatan yang seiring dengan
dari ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin. keinginan Allah.
Fleksibilitas Hukum Islam telah diakui oleh seorang Di beberapa karyanya, Yusuf al-Qaradawi
orientalis sekaliber Thomas Arnold. Ia mengatakan mengulas faktor-faktor penting yang menyebabkan
'Kesederhanaan dan kejelasan ajaran Islam fleksibilitas hukum Islam dan menyebutkan
sesungguhnya menunjukkan sebuah kekuatan Islam setidaknya lima faktor; Perhatian Syariat Islam
yang efektif terutama dalam kegiatan dakwah Islam terhadap kondisi-kondisi darurat; Eksistensi teks-
(al-Mara'shli, Mahmud: 2003: 45). teks hukum yang bersifat global yang hanya memuat

28 I Jurnal "Al-Qalam" Volume 20 Edisi Khusus Desember 2 0 1 4


prinsip-prinsip umum; Eksistensi teks-teks hukum Ayat: 6), dan prinsip keringanan (Takhfif): Allah
parsial yang terbuka untuk berbagai interpretasi dan ingin meringankan bagimu dan manusia diciptakan
pemahaman; Adanya wilayah yang terbuka lebar dalam keadaan lemah (QS: al-Nisa, Ayat:28).
bagi ijtihad dan yang terakhir, Perubahan fatwa Untuk semakin memperkuat sikap dan
karena perubahan zaman, tempat, kondisi, tradisi argumentasinya, Qaradawi pun tidak lupa
(Yusuf al-qaradawi, 1999: 84). mengungkit beberapa kasus dalam sunnah Nabi
Kalau fleksibilitas menjadi indikator kuat yang mengindikasikan perlunya menyuguhkan
bagi prinsip Moderasi Islam, maka faktor-faktor Islam atas dasar dan prinsip al-Taysir. Misalnya,
yang dapat memungkinkan hukum-hukum kasus seorang arab badwi yang kencing di mesjid
Islam menjadi fleksibel ternyata banyak sekali. lalu para sahabat ingin mencegat kencingnya lalu
Penerimaan hukum Islam terhadap pembaruan itu Nabi melarangnya dan membiarkan orang badwi
karena ia sangat fleksibel dan akomodatif terhadap itu melanjutkan kencingnya kemudian selanjutnya
kondisi-kondisi manusia yang berbeda. sahabat diminta untuk menyirami air. Juga kasus
pengiriman Muaz dan Abu Musa al-Asy'ari ke
b. Kemudahan (al-Taysir) Yaman, mereka dipesan agar dalam mengajarkan
Islam bukan hanya mengakui kondisi-kondisi Islam selalu melihat sisi kemudahan dan jangan
darurat yang lazim dialami oleh manusia sebagai mempersulit. Begitu pula kasus seorang arab yang
perkara yang tidak dapat dihindari dan kemudian meninggal karena fatwa yang mengharuskan dia
memberi hukum berdasarkan kondisi tertentu. harus mandi sementara dia semestinya tayammum
Namun Islam juga memiliki trend mempermudah karena dia dalam kondisi sakit yang mengharuskan
pelaksanaan hukum-hukumnya apabila manusia harus dapat rukhsah. Ketika persoalan itu diangkat
mengalami kesulitan dalam pelaksanaan hukum. ke Nabi, ia mengomentari bahwa yang membunuh
Dengan demikian, apabila kekakuan dan kesusahan dia adalah kalian sendiri.
merupakan ciri ekstrimisme dalam Islam, sudah Salah satu di antaranya adalah pernyataan
tentu sikap yang selalu mencari kemudahan bagi Sufyan al-Thauri yang mengatakan: "Innama al-
terlaksananya hukum Islam merupakan ciri utama Fiqhu al-Rruksatu min thiqatin Wa al-Tasydidu
bagi muslim moderat. yuhsinuhu kullu ahadin' (Fiqih yang sebenarnya
Salah satu tulisan bagus tentang fiqih al- adalah sisi kemudahan yang dilihat oleh faqih yang
Taysir adalah tulisan Yusuf al-Qaradawi. Buku itu terpercaya dan al-Tasydid (baca: sikap yang selalu
telah dibedah oleh penulis sendiri dan menjadi mempersulit) itu fiqih orang awam.
sub tema dalam buku 'Mendiskusikan pendekatan Jadi fiqih yang rendah adalah fiqih al-Tasydid
marginal dalam kajian hukum Islam'. Hal penting (Fiqih yang menyiksa) begitu pula sebaliknya.
yang perlu diketengahkan di sini dari buku itu Sejarah fiqih menunjukkan bahwa semakin jauh
ialah penegasan Qaradawi mengenai status fiqih ini fikhi itu dari zaman risalah semakin kentara bias
untuk menghindari tuduhan yang tidak diharapkan. tasydidnya. Ulama-ulama salaf ketika memberikan
Untuk menghindari tuduhan atau kesalahpahaman, fatwa kepada orang lalu ditanya kenapa sampai
Qaradawi segera menjelaskan bahwa Fiqih Al-Taysir kesimpulan fatwanya seperti itu dia menjawab:
yang ia maksudkan sama sekali tidak bertujuan Haza arfaqu linnas (karena fatwa itulah yang lebih
untuk mendobrak hukum-hukum yang pasti dalam santun bagi orang).
agama. Juga dia tidak menginginkan menciptakan Upaya penyederhanaan hukum-hukum fiqih
bid'ah. Tapi dia hanya menginginkan agar Ijtihad penting untuk mendorong umat Islam menjalankan
ulama dulu diperbarui kembali dengan ijtihad baru hukum-hukum agamanya dengan mudah sehingga
agar mudah dipahami dan diamalkan oleh ummat mereka bisa konsisten selamanya. Qaradawi
Islam yang hidup pada zaman yang sangat jauh dari mengajukan formasi-formasi metodologis untuk
kondisi umat Islam dulu dari segi tatanan sosial- mencapai sasaran itu.
politiknya (Yusuf al-Qaradawi, 1999: 15). 1. Memerhatikan sisi ruksah. Qaradawi di sini
Di antara sederet ayat Alquran yang menginginkan agar sebelum memberi jawaban
meperkuat prinsip kemudahan dalam agama hukum terlebih dahulu mencermati kondisi yang
adalah QS:2, Ayat: 185 : Allah mengiginkan bagimu meminta jawaban hukum. Ini memungkinkan
kemudahan dan tidak menginginkan kesulitan, dan pemberlakuan rukhsah pada objek yang sesuai.
menghilangkan kesempitan (Raf'ul al-Harj) : Allah 2. Memerhatikan sisi Dharurah dan kondisi yang
tidak menginginkan padamu kesempitan akan meringankan.
tetapi dia ingin mensucikanmu (QS: Almaidah, 3. Zaman sekarang ini perlu memilih alternatif

Prinsip dan Fenomena Moderasi Islam dalam Tradisi Hukum Islam - Abd. R a u f M u h a m m a d A m i n | 29
yang memudahkan dan menghindari al- sumber sumber syariah dan kaedah-kaedahnya.
Ahwat (berhati-hati). Tindakan itu diperlukan Dan sebenarnya inilah yang banyak dilakukan
mengingat: Pertama, ringannya ajaran agama ulama fiqih pada beberapa mazhab terutama
pada mayoritas orang. Kedua, kecenderungan pada masa masa terakhir. Mereka berusaha
materialistis semakin mengental. Ketiga, umat mencarikan solusi agar tindakan dan perilaku
Islam dengan fasilitas alat komunikasi yang seorang muslim itu mendapat legitimasi dari fiqih
canggih sudah terpengaruh dengan dunia luar . dengan car a: merubah sedikit dari bentuknya
Baginya, inilah yang ulama dulu katakan sebagai (takyiyf) sehinggapunya dasar dalam agama, atau
Tagayyur al-Zaman atau Fasad al-Zaman (zaman dengan membuat tipuan legal (hilah fiqihyyah),
yang sudah berubah dan rusak). Dalam konteks atau dengan cara mengambilpendapatyang tidak
ini Ibnu Abidin mengatakan : populer atau lemah pada mazhab tertentu atau
"Mayoritas hukum-hukum itu berbeda karena membolehkan mengambil mazhab yang lain.
perbedaan zaman, karena berubahnya tradisi 7. Memerhatikan Maqasid al-syariah.
masyarakat suatu zaman, atau karena terjadinya 8. Selalu memerhatikan perubahan zaman , tempat
dharurah, atau karena rusaknya masyarakat dan kondisi (Abd Rauf Amin, 2009: 77)
zaman itu, sehingga kalau masih diterapkan
hukum yang dulu akan tercipta kesulitan dan c. Fasilitas Rukhsah
darurah bagi manusia, lalu itu akan menyalahi Rukhsah diartikan secara umum dengan
kaedah-kaedah agama yang didasarkan pada keringanan. Secara terminologi Rukhsah diartikan
keringanan dan kemudahan dan menolak sebagai hal-hal yang tidak boleh dilakukan tetapi
kemafsadatan dan darurah ". kemudian dapat dilakukan oleh seorang mukallaf
4. Mempersempit lapangan wajib dan haram. karena adanya alasan-alasan tertentu yang diakui
Setiap orang, -terutama ulama,- befhati hati oleh agama (al-Gazali, Abu Hamid, 1413: 79).
mengharamkan dan mewajibkan sesuatu tanpa Pemberian keringanan atau Rukhsah ini adalah
ada dalil yang jelas dilalahnya (maknanya) dan bagian penting dari fenomena Moderasi Islam
autentitasnya (sumbernya). Tanpa itu tidak boleh dalam bidang hukum atau fiqih Islam. Meskipun
ada haram dan wajib. Kita harus mencontoh dalam Hukum Islam kita dapat menemukan banyak
sikap salaf dan yang populer bagi ulama dulu bentuk keringanan dalam menjalankan hukum
kalau tidak menemukan dalil yang pasti mereka Islam, namun Islam tetap memberi petunjuk
hanya mengatakan saya cenderung mengatakan bahwa apabila alasan-alasan yang menyebabkan
begini, atau saya mengangap baik begini. keringanan itu telah tiada, maka mukallaf harus
5. Membebaskan diri dari fanatisme Mazhab. Agar kembali lagi ke hukum Azimah (hukum pertama),
tercipta Fiqih Al-Taysir, tidak boleh komitmen dan lagi-lagi ini menunjukkan betapa sistematisnya
kepada satu mazhab tertentu pada semua konsep Moderasi dalam Hukum Islam.
masalah fiqihyyah, meskipun pada saat mazhab Jenis-jenis keringanan dalam hukum Islam di
itu mempersulit dan mempersempit, atau antaranya keringanan dalam bentuk pengguguran
dalilnya lemah dibanding dengan mazhab yang kewajiban seperti gugurnya kewajiban salat Jumat
lain. dan puasa bagi seorang musafir; keringanan dalam
6. Mempermudah pada masalah yang sudah bentuk pengurangan kewajiban seperti pengurangan
mengglobal pada masyarat. Sebagai contoh jumlah rakaat salat (salat Qasar); keringanan dalam
masalah global itu seperti taharah dan najis. bentuk penggantian seperti mengganti wudhu
Dalam masalah taharah dan najis tidak mesti dengan tayammum; keringanan dalam bentuk
mengambil mazhab syafti -bagi yang bermazhab percepatan pelaksanaan kewajiban seperti jama
syafii- tapi ia boleh mengambil mazhab maliki taqdim; Keringanan dalam bentuk penangguhan
yang mengatakan semua yang dimakan pelaksanaan kewajiban seperti jama' ta'khir;
dagingnya maka kotoran dan kencingnya bersih. keringanan dalam bentuk kelonggaran seperti boleh
Kata al-Gazali: saya menginginkan mazhab makan bangkai ketika terdesak; keringanan dalam
syafi'i dalam masalah Thaharah seperti mazhab bentuk perubahan pelaksanaan kewajiban seperti
Maliki. Dalam hal ini Qaradawi berkomentar perubahan bentuk salat dalam peperangan (salat
seperti ini: khauf) (Haji Hasan bin Haji Ahmad & Haji Mohd
Seorang fakih seharusnya selalu berusaha Salleh bin Haji Ahmad, 2002: 604-605)
seoptimal mungkin mencari sisi benar perilaku Dalam pandangan Islam, pembebanan
dan tindakan umat Islam dari dalam fiqih dan atau kewajiban-kewajiban hukum yang berlaku

30 | Jurnal "Al-Qalam" Volumfc 20 Edisi Khusus Desember 2 0 1 4


atas mukallaf sejatinya tidak bertujuan untuk keras) dan pengharaman riba. Pengharaman
mempersulit atau menyusahkan mereka, tetapi keduanya bertahap sampai empat kali tahapan.
karena dalam kewajiban itu terdapat kemaslahatan- Pengharaman khamar diawali dengan turunnya Q.S.
kemaslahatan yang kembali kepada manusia. al-Nahl ayat 67 yang hanya menekankan perbedaan
Berdasarkan hal itu, keringanan dalam Islam antara rezki yang baik dengan khamar yang dapat
dengan berbagai jenisnya dihadirkan untuk dipahami bahwa khamar itu bukanlah termasuk
menghilangkan kesempitan atau kesulitan yang rezki yang baik. Kemudian disusul dengan turunnya
menjerat mereka. Bahkan dalam kajian Maqasid al~ Q.S. al-Baqarah ayat 219 yang menyatakan bahwa
Syariah, menghilangkan atau mengangkat kesulitan khamar di samping mengandung manfaat juga
dari manusia adalah bagian penting dari tujuan- mengandung lebih banyak dosa dan keburukan.
tujuan umum hukum Islam sekaligus menjadi teori Pada ayat ini Allah sudah memberi isyarat dan
penting dalam kajian hukum Islam (al-Nadawi, indikasi sebagai cikal bakal pengharaman final
Ahmad Ali, 1998: 302). Khamar. Lalu turunlah Q.S. al-Nisa ayat 43 yang
Penetapan atau penentuan jenis-jenis menegaskan larangan mabuk pada saat waktu
keringanan dalam Islam sejatinya memberi salat sudah dekat. Finalisasi pengharaman khamar
petunjuk bagi umat Islam dan para ulama pada ditandai dengan turunnya Q.S. al-Maidah ayat 90-
khususnya, bahwa perlu adanya pemantauan yang 91 yang jelas-jelas Allah menggunakan perintah
berkelanjutan mengenai proses penerapan hukum- untuk meninggalkan larangan khamar sekaligus
hukum Islam untuk memastikan apakah penerapan menerangkan alasan hukum pengharaman itu,
hukum itu berjalan normal atau berjalan dengan yakni karena setan akan menggunakan minum
dilingkupi oleh oleh situasi dan kondisi yang boleh khamar itu sebagai jalan untuk menciptakan konflik
jadi menciptakan kesulitan bagi pelakunya. Bila dan permusuhan antara manusia. Dengan metode
dapat dipastikan bahwa di situ ada -kesulitan di kebertahapan pelarangan khamar, masyarakat saat
luar kebiasaan maka hal itu dapat mengundang itu dapat menerima dengan baik, padahal tradisi
terjadinya keringanan atau kemudahan. Karena miras dalam kehidupan mereka sangat mendarah
itulah salah satu teori hukum yang populer ialah daging bahkan di dunia sekalipun (Bek, Muhammad
'al-Masyaqqatu Tajlibu al-Taysira artinya kesulitan al-Khudari, 15).
yang dihadapi oleh seorang mukallaf apabila ia Kasus kedua adalah kasus pengharaman
hendak melaksanakan ajaran atau hukum Islam riba. Riba dengan berbagai jenis dan bentuknya
maka kesulitan itu memungkinkannya untuk saat itu merupakan penggerak utama ekonomi
mendapatkan keringanan atau kemudahan. di masyarakat Arab bahkan di Roma dan Persia.
Hukum Islam sangat sarat dengan teori-teori Karena itu, sekiranya pengharamannya ditempuh
terkait dengan fasilitas kemudahan dalam hukum dengan cara revolusioner dan sekaligus sudah
Islam. Memahami dan mengaplikasikan teori-teori dapat dipastikan akan menggoncangkan kehidupan
itu dengan baik, benar dan tepat akan berpotensi sosial-ekonomi saat itu. Berdasarkan pertimbangan
untuk memperkokoh prinsip Moderasi Islam dalam itu, Alquran kemudian menempuh cara bertahap
kehidupan nyata dan pada akhirnya manusia akan dimulai dengan turunnya Q.S. Ali-Imran ayat 30
sangat mudah menaruh simpati pada hukum- yang menegaskan larangan riba secara berlipat
hukum Islam. ganda. Dengan turunnya ayat itu riba belum
diharamkan secara total tetapi sudah menjadi cikal
d. Kebertahapan Pembebanan Hukum (al- bakal pengharaman riba secara tuntas. Berselang
Tadarruj al-Tasyri 'i) beberapa waktu Allah kemudian mengharamkan
Pembebanan Hukum secara berangsur, riba secara total, ditandai turunnya Q.S. al-Baqarah
bertahap dan tidak sekaligus merupakan asas ayat 78 yang menegaskan kepada umat Islam untuk
penting dalam pensyariatan hukum Islam sebagai meninggalkan semua sisa-sisa riba meski sedikitpun,
bentuk kasih sayang Allah atas manusia. Tujuan dan mengaitkan antara keimanan dengan ketaatan
utama dari keberangsuran pembebanan hukum untuk meninggalkannya.
adalah untuk memperkuat kesiapan penerimaan
manusia terhadap hukum agar dapat meresap dan PENUTUP
menjadi kokoh dalam jiwanya dan tidak mudah Setelah mengulas'isu Moderasi Islam dalam
untuk ditolak kemudian. tradisi Hukum Islam dengan penekanan fokus
Keberangsuran dalam Alquran dapat kita lihat kajian pada prinsip dan fenomenanya dalam
misalnya pada kasus pengharaman miras (minuman berbagai literatur Hukum Islam, pada akhirnya

Prinsip dan Fenomena Moderasi Islam dalam Tradisi Hukum Islam - Abd. R a u f M u h a m m a d A m i n | 31
dapat dibuat rumusan-rumusan ringkas yang Makassar: Alauddin Press.
menjadi kesimpulan pembahasan-pembahasan . 2011. al-Ijtihdd fi Dhaui Maqdsid
dalam artikel ini. Kita dapat mengatakan bahwa al-Syariah: Maldmih wa Dhawdbith, Brunei
bidang hukum Islam sangat sarat dengan isu dan Darussalam: KUPU Press.
wacana al-Wasathiyyah. Bagian wacana Moderasi . 2013. al-Ijtihdd Ta'aththuruhu wa
Islam dalam tradisi Hukum Islam yang sangat Ta'thiruhu fi Fiqhai al-Maqdsidi wa al-Wdqi.
menarik ialah wacana prinsip-prinsip moderasi Beirut: Dar al-Kutub al- llmiyyah.
yang antara lain perlunya mengakui dualisme Qat'i Baltaji, Muhammad. T.th. Manhaj Umar fi al-
-Zanni, Maqdsid-Wasdil, Ushul-Furu. Ketigaprinsip
Tasyri'i. Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi.
ini, apabila diindahkan dan ditaati akan menjamin
Bek, Muhammad Khudari. 1995. Tdrik al-Tasyri''al-
keberlangsungan hukum-hukum Islam tanpa harus
Isldmi. Beirut: Dar al-Fikr.
meninggalkan esensi-esensi ajaran Islam dan ketiga
Al-Gazali, Abu Hamid. 1413. Al-Mustasfa fi 'Urn al-
prinsip ini menjadi pemisah antara Moderasi Islam
Ushul. Beirut: Dar al-Kutub al-Tlmiyyah.
yang diinginkan oleh barat dan moderasi yang betul-
Al-Haj, Ahmad Idris al-Tha an. 2004. al-Madkhal
betul yang dikehendaki oleh Islam. Setelah Islam
al-Maqasidi li al-Khithab al-Armani' al-
meletakkan prinsip-prinsip di atas literatur hukum
Islam juga menunjukkan beberapa indikator atau Muslim al-Mu'ashir 114/21
fenomena moderasi dalam Islam; fleksibilitas hukum Al-Mara 'asyli, Mahmudi. 2003. Al-Tajdiid fi al-Fiqh
Islam dan keterbukaanya terhadap pembaruan al-Islami'. Al-Muslim al-Muashir 110/45.
yang dipicu oleh pengakuannya terhadap peran Muhammad Husain, Abdul Munim. 2012. Al-
zaman, tempat, kondisi dan tradisi masyarakat Wasathiyyah al-lslamiyyah Kamanhaji Fikrin
terhadap rumusan hukum; trend hukum Islam yang wa Haydtin. T.tp: Dar Nasyiri li al-Nasyr al-
memudahkan; penetapan berbagai keringanan- Elektroni.
keringanan; dan keberangsuran pembebanan Al-Nadawi, Ahmad Ali. 1998. Al-Qawdid al-
hukum. Empat indikator itu diharapkan dapat Fiqihyyah. Dimasyq: Dar al-Qalam.
menginspirasi umat Islam terutama ulama dan Al-Qaradawi, Yusuf. 1999. Al-Fiqh al-Islami bain
pakar hukum Islam untuk mentransmisi dalam al-Ashdlati wa al-Tajdid. Kairo : Maktabah
kehidupan nyata sehingga ciri khas Islam sebagai Wahbah.
agama yang moderat semakin kuat dan semakin . 1999. Taysir al-Fiqih li al-Muslim
menarik simpati dari manusia yang berujung pada al-Mu ashir fi Dhau Alquran wa al-Sunnah.
terwujudnya universalitas Islam di muka bumi. Kairo: Maktabah Wahbah.
. 2004. Fatawd Muashira. Kuwait.
Ucapan Terima Kasih Dar al-Qalam.
Bagian akhir dalam tulisan ini, penulis . 2011. kalimat fi al-Wasathiyyah
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
wa Madlimiha, Kairo: Dar al-Syuruq
yang telah membantu terlaksananya penelitian
al-Qayyim, Ibn. 1973. / 'lam al-Muwaqqi 'in.
ini. Serta kepada Redaksi Jurnal Al-Qalam Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar Beirut: Dar al-JTl.
yang telah memuat tulisan ini. Shalabi, Muhammad Mustafa. T.fhn. Ta'lil
al-Ahkam, Beirut: D a r al-Nahdah al-
' Arabi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Syatibi. T.thn. dl-Muwdfaqdt. Beirut: Dar al-Ma
Ahmad, Haji Hasan bin Haji & Salleh bin Haji 'rifah.
Ahmad, Haji Mohd. 2002. Usui Fiqh dan al-Zuhaili, Wahbah. al-Washatiyyah Mathlabun Syar
Qawa'id Fiqihyyah. Kuala Lumpur: Pustaka 'iyyun wa Hadariyyun, tidak terbit; Zuhairi
Hj Abd Majid. Misrawi. 2010. Pandangan Muslim Moderat,
Amin, Abd. Rauf. 2009. Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Kompas.

32 | Jurnal "Al-Qalam" Volume 20 Edisi Khusus Desember 2 0 1 4

Anda mungkin juga menyukai