Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PEMBAHASAN

Berdasarkan studi sejarah Islam di Indonesia banyak dikemukakan bahwa


kelompok-kelompok tarekat telah berkembang pesat sejak abad ke 13. Perkiraan
bahwa kelompok tarekat merupakan kelompok yang mentradisikan tahlilan/zikir
didasarkan pada konsep ajaran-ajaran yang dikembangkan. Aawal mula acara
tahlila/zikrullah tersebut berasal dari upacara peribadatan (selamatan) nenek
moyang bangsa indonesia yang mayoritasnya Hindu dan Budha. Upacara tersebut
sebagai bentuk penghormatan dan mendo'akan orang yang telah meninggalkan
dunia yang diselenggarakan pada waktu seperi halnya tahlilan. Namun acara
tahlilan secara praktis di lapangan berbeda dengan prosesi selamatan agama lain
yaitu dengan cara mengganti mantra dan do'a-do'a ala agama lain dengan
bacaan dari Al-Qur'an, maupun dzikir-dzikir dan do'a-do'a versi islam.
Dapat disebutkan inti ajaran tarekat adalah pelaksanaan zikrullah sebagai jalan
untuk mensucikan dan mendekatkan diri kepada Sang khaliq. Upacara selamatan
bagi orang meninggal (tradisi tahlilan) hari ke-1, 2, 3, 7, 40, 100 atau seribu
hari hingga haul (ulang tahun kematian yang dilaksanakan setiap tahun) dengan
kegiatan tahlil adalah suatu tradisi untuk menanamkan tauhid ditengah suasana
keharuan duka yang sentimental dan sugestif. Aktifitas tahlil/zikir yang berawal
dari ajaran tarekat itulah yang kemudian meluas menjadi tradisi tahlilan.
Dikatakan sebagai tahlil, karena memang dalam pelaksanaanya lebih banyak
membaca kalimat-kalimat tahlil yang mengesakan Allah seperti 'tahlil' (membaca
lailaha illallah), tahmid, dan lain sebagainya sesuai dengan tradisi masyarakat
setempat atau pemahaman dari guru (syekh) suatu daerah tertentu.
Kehadiran instrument islam akan selalu mengakibatkan transformasi social
menuju suatu bentuk baru yang tidak serta merta memotong habis masa lampau
budaya local yang dimasukinya, melainkan dapat juga melestarikan apa saja yang
baik dan benar dari masa lampau. Seperti jilbab pada masyarakat Arab, sirwal
pada masyarakat India, dan lain sebagainya. Tradisi tahlilan tidak hanya dikenal

dikalangan umat Isalam di Indonesia. Menurut Agus Sunyotopenulis buku


Syekh Siti Jenarberpendapat bahwa tahlil juga dilaksanakan di Iran, Hal
tersebut didasarkann pada kenyataan bahwa ketika Imam Khomeini-pemimpin
Syi'ah-meninggal juga diadakan tahlil untuk mendo'akanya.

Pembahasan
A.Pengertian.
Kata tahlil merupakan masdar yang berasal dari bahasa arab yaitu : Halalatahlilan-tahlil, artinya membaca/mengucap kalimat "Laa ila ha illallah" makna
inilah yang dimaksud dengan pengertian tahlilan. Dikatakan sebagai tahlil, karena
memang dalam pelaksanaanya lebih banyak membaca kalimat-kalimat tahlil yang
mengesakan Allah seperti 'tahlil' (membaca laa ila ha illallah), tahmid. Dan lain
sebagainya sesuai dengan tradisi masyarakat setempat atau pemahaman dari guru
(syekh) suatu daerah tertentu. Pada pelaksanaan tahlilan selain bacaan tahlil ada
juga beberapa ayat Al-Qur'an, tasbih, hamdalah, sahalawat dan lain sebagainya
yang bagi umat muslim dianggap memiliki fadhilah dan syafaat. Mereka sering
mengamalkanya dalam segala macam acara ritual, bahkan dalam resepsi (sebelum
atau sesudah akad nikah pun mereka tidak meninggalkan amalan tahlilan ini.
Dengan kata lain : digunakan bacaan-bacaan tetentu yang mengandung banyak
keutamaan (fadhilah). Fenomena yang terlihat di masyrakat ada beberapa jenis
makna penyebutan kata pelaksanaan tahlilan umumnya dipakai untuk
persembahan yang dikelompokan menurut jenis, maksud,dan suasana; ketika
dipakai untuk peristiwa gembira disebut syukuran, untuk peristiwa sedih
(kematian) atau untuk meminta perlindungan (pindah rumah, menempati
kantor/rumah baru, awal membuka usaha dll.) disebut selamatan (mohon
perlindungan), dan untuk meminta sesuatu disebut hajatan (menghasratkan
sesuatau). Disamping itu juga tahlil dilaksanakan pada acara-acara tetentu seperti
pada saat seseorang akan pergi jauh dan dalam waktu yang cukup lama (pergi haji,
merantau belajar, atau bekerja diluar negeri), acara pertemuan keluarga seperti
arisan keluarga maupun halal- bihalal, khitanan. Tradisi tahlil dalam masyrakat
jawa juga sering disebut dengan kata sedekah (sedekahan, karena dalam setiap
kegiatannya diangggap selalu memberikan sedekah (pemberian) baik bagi mereka
yang datang berkunjung atau bagi pemilik hajat. Jadi masing-masing saling
bersedekah (memberi) dalam bentuk barang atau pun berupa dukungan moral
yang sangat mereka harapkan. Dukungan moral diantara mereka secara psikologis

dapat saling memberi motivasi. Dalam kenyataan istilah syukuran, hajatan dan
sedekah sulit dibedakan, mereka lebih sering menggunakan kata tahlilan.

B.Prosesnya
Telah kita maklumi bersama bahwa acara tahlilan merupakan upacara ritual
seremonial yang biasa dilakukan oleh keumuman masyarakat Indonesaia untuk
memperingati hari kematian. Secara bersama-sama , berkumpul sanak saudara,
handai taulan, beserta masyarakat sekitarnya. Membaca beberapa ayat Al-Qur'an ,
dzikir-dzikir dan disertai dengan do'a-do'a tertentu untuk dikirimkan kepada si
mayit. Karena dari sekian materi bacaanya terdapat kalimat tahlil yang dilulangulang (ratusan kali bahkan ada yang sampai ribuan kali), maka acara tersebut
dikenal dengan istilah tahlilan. Dalam masyarakat acara tahlilan ini biasanya ada
dua versi dalam pelaksanaanya yaitu; pertama acara tahlilan yang diselenggarakan
setelah selesai proses penguburan (terkadang dilakukan sebelum penguburan
mayit), kemudian terus berlangsung setiap hari sampai hari ketujuh. Lalu
diselenggaran kembali pada hari ke- 40, 100 dan 1000. Untuk selanjutnya acara
tersebut diadakan tiap tahun dari hari kematian si mayit, walaupun terkadang
berbeda antar satu tempat dengan tempat lainnnya. Untuk rincianya adalah
sebagai berikut :
Geblag atau surtanah yang diadakan pada saat meninggalnya seseorang
Nelung dina, Yaitu selamatan kematian yang diselenggarakan pada hari ketiga
sesudah saat meninggalnya seseorang.
Mitung dina,Yaitu selamatan kematian yang diselenggarakan pada hari ketujuh
sesudah saat meninggalnya seseorang.
Matang puluh,Yaitu selamatan kematian yang diselenggarakan pada hari
keempat puluh sesudah saat meninggalnya seseorang.
Nyatus, Yaitu selamatan kematian yang diselenggarakan pada hari keseratus
sesudah saat meninggalnya seseorang.
Mendak sepisan dan mendak pindo, masing-masing selamatan kematian yang
dilakukan pada waktu sesudah satu tahun dan dua tahunnya dari saat meningalnya

seseorang.
Nyewu, sebagai selamatan saat-saat sesudah kematian seseorang yang
bertyepatan dengan genap keseribu harinya. Selamat ini kadang-kadang disebut
juga dengan sedejah nguwis-nguwisi. Artinya yang terakhir kali.
Kedua, untuk acara rutinitas suatu desa pada setiap malam jum'at dan
dilaksanakan secara bergilir dari rumah ke rumah. Adapun nanti setiap rumah
yang mendapatkan gilirannya, tuan rumah biasanya akan mempersiapkan sajian
hidangan berupa makanan kecil/snack atau kadang ada prasmanan. Akan tetapi
penyajian hidangan ini tidak ditentukan, jadi menurut kemampuan masing-masing
dari tuan rumah. Biasanya, di pedesaan tahlilan diadakan pada malam hari (setelah
sholat isya')akan tetapi jika di kota tahlilan biasanya pada waktu makan siang
(setelah sholat duhur) ataupun pada malam harii (setelah sholat magib).
C.Analisis
Acara tahlilan -paling tidak- terfokus pada dua acara yang paling penting yaitu:
Pertama: pembacaan beberapa ayat/surat Al-Qur'an, dzikir-dzikir dan disertai
dengan do'a-do'a tertentu. Pada umumnya bacaan-bacaan yang dibaca adalah
pertama dengan membaca surat Al-Fatihah beberapa kali kemudian dilanjutkan
dengan membaca Surat Yasin setelah itu Surat Al-Ikhlas 3x, Surat Al-Falaq 1x,
Surat An-nas 1x dilanjutkan sebagian dari ayat-ayat dari surat Al-Baqarah dan
bacaan sholawat, tasbih, tahmid, istigfar dan tahlil dan ditutup dengan bacaan
do'a.
Kedua : Penyajian hidangan. Setelah proses pembacaan tahlil selesai kemudian
dilanjutkan dengan penyajian hidangan yang sudah disiapkan sebelumnya oleh
tuan rumah. Pada umumnya hidangan yang disajikan adalah berupa snack/makaan
kecil akan tetapi kadang juga dilanjutkan dengan prasmanan( makan bersama).
Urgensi
Geertz menjelaskan bahwa selamatan (tahlilan) tidak hanya dilakukan dengan
maksud untuk memelihara rasa solidaritas bagi manusia yang melakukannya akan
tetapi juga dalam rangka memelihara hubungan baik dengan arwah nenek
moyang. Kecuali itu menurut Geertz selamatan juga mempunyai aspek-aspek

keagamaan, karena selama kegiatan ini berlangsung segala perasaan agresif


terhadap orang lain akana hilang, dan akan mersa tenang.

Pengertian dan hukum dari tahlilan-Tahlilan adalah acara ritual


(serimonial) memperingati hari kematian yang biasa dilaku-kan oleh umumnya
masyarakat Indone-sia. Acara tersebut diselenggarakan keti-ka salah seorang dari
anggota keluarga telah meninggal dunia. Secara bersama-sama, setelah proses
penguburan selesai dilakukan, seluruh keluarga, handai tau-lan, serta masyarakat
sekitar berkumpul di rumah keluarga mayit hendak menye-lenggarakan acara
pembacaan beberapa ayat al Quran, dzikir, dan doa-doa yang ditujukan untuk
mayit di alam sana karena dari sekian materi bacaannya ter-dapat kalimat tahlil
) yang diulang-ulang (ratusan kali), maka acara tersebut biasa dikenal
(
dengan istilah Tahlilan.
Pada saat itu pula, keluarga mayit menghidangkan makanan serta minuman untuk
menjamu orang-orang yang se-dang berkumpul di rumahnya tersebut. Biasanya
acara seperti itu terus berlang-sung setiap hari dari hari pertama hingga hari
ketujuh, kemudian dilanjutkan pada hari ke-40, hari ke-100, hingga mengin-jak
tempo setahun serta tiga tahun dari waktu kematian, dengan hidangan yang
disajikan disetiap acaranya biasanya akan lebih istimewa, dengan model hidangan
yang berbeda-beda sesuai dengan adat kebiasaan yang biasa berjalan di tempat
tersebut. Sehingga secara sepintas acara tersebut layaknya sebuah pesta kecilkecilan belaka, bahkan tidak jarang muncul senda gurau dan gelak tawa di dalam
acara tersebut. Sehingga akhirnya muncul opini publik yang memberikan
kesimpulan bahwa acara tersebut adalah merupakan salah satu bagian dari ciri
khas penganut mazhab Syafii.
Dalil pembolehan perjamuan tahli-lan
Orang yang membolehkan acara per-jamuan tahlilan mempunyai dua argumen
yaitu argumen naqli (nash) dan argumen aqli (akal).
Adapun argumen naqli, mereka berdalil-kan keterangan dari kitab Hasyiyah ala
Maraqy al Falah karangan Ahmad ibn Ismail Ath Thahawy, yaitu (yang artinya):
Dimakruhkannya hukum penghidangan makanan oleh keluarga mayit, bertentangan dengan keterangan yang diriwayat-kan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud

dengan sanad yang shahih dari Ashim bin Kulaib dari bapaknya dari laki-laki
Anshar, ia berkata :
r
((
)) r

Kami bersama Rasulullah r keluar menuju pemakaman janazah, sewaktu hendak
pulang muncullah isterinya mayit, mengundang untuk singgah, kemudian ia
menghidangkan makanan. Rasulullah pun mengambil makanan tersebut dan
kemu-dian para shahabat turut mengambil pula dan mencicipinya dan pada mulut
Rasulullah r terdapat sekerat daging.
Hadits tersebut menunjukkan bahwa diperbolehkan keluarga mayit menghidangkan makanan, berikut mengundang masyarakat terhadap hidangan
tersebut.
Landasan lain yang digunakan seba-gai alat justifikasi oleh pihak yang menerima acara tersebut adalah melalui argumen aqly (akal) yaitu tepatnya me-lalui
istihsan (menganggap sesuatu itu baik berdasarkan logika)

Anda mungkin juga menyukai