Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN ERICH FROMM:


PSIKOANALISIS HUMANISTIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Teori Kepribadian Psikodinamika dan Neo-Freudian

Disusun Oleh :
Muhammad Saiful Arbi 1511415066
Yuniar Rafikasari 1511417036
Gayatri Kartika D. 1511417100
Ruth Adelia M. 15114157136

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2018
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Makalah ini membahas mengenai teori kepribadian Erich Fromm.Sebelumnya kita telah

mengetahui tentang teori-teori kepribadian dilihat dari berbagai pandangan, baik itu secara

konstitusi, tempramen, dan budaya. Teori kepribadian milik Erich Fromm kali ini lebih dilihat

dari sudut pandang psikoanalisis humanistik. Erich Fromm inginmenunjukkan perhatiannya

terhadap perjuangan manusia yang tidak pernah menyerah untukmemperoleh martabat dan

kebebasan, dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia

ntuk berhubungan dengan orang lain. Dia mencoba menggabungkan teori Freud dengan teoriMar

x. Fromm yakin bahwa banyak temuan Freud, seperti peran ketidaksadaran

dalamtingkah laku manusia, sangat signifikan unutk memahami kepribadian

manusia, tetapimenurutnya Freud melakukan kesalahan dalam beberapa hal, khusunya

mengenai penekanannya terhadap fungsi individual melebihi pentingnya interelasi antara individ

udengan lingkungan, dan mengenai asal-mula tingkah laku seksual.

1.2 Tujuan

1. Untuk menambah pengetahuan baik untuk pembaca maupun penulis.

2. Untuk memahami bagaimana teori kepribadian milik Erich Fromm.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi Erich Fromm?

2. Bagaimana teori kepribadian Erick Fromm dalam memandang hakekat manusia?

3. Bagaimana konsep teori kepribadian Erick Fromm?

4. Bagaimana konsep kesehatan mental menurut teori kepribadian Erick Fromm?


5. Bagaimana bentuk psikoterapi dari teori kepribadian Erick Fromm?

6. Apa kritik terhadap teori kepribadian Erick Fromm?


KAJIAN TEORI

2.1 Biografi

Fromm lahir pada tanggal 23 Maret 1900 di Frankfurt, Jerman.Ia merupakan anak

tunggal dari orang tua Yahudi Ortodoks kelas menengah. Ayahnya adalah Naphtali Fromm dan

Ibunya bernama Rosa Krause Fromm. Masa kecil Fromm jauh dari kehidupan ideal, ia ingat

bahwa ia memiliki orang tua neurotic. Dan bahwa ia juga mungkin seorang anak neurotik yang

agak di luar batas.Saat Fromm berusia 14 tahun, pada saat pecahnya perang dunia 1. Dan semasa

remaja, Fromm sangat tergerak oleh tulisan Freud dan Karl Marx.Setelah perang, Fromm

menjadi seorang sosialis. Walaupun pada saat itu ia tidak mau bergabung dengan partai sosialis.

Dari tahun 1925 sampai 1930, ia mempelajari psikoanalisis, pertama di Munich lalu di

Frankfurt kemudian di Berlin Psychoanalitic Institute.Pada tahun 1926, tahun yang sama dimana

ia keluar dari agama ortodoks, Fromm menikahi Frieda Reichman (analisnya) yang berusia 10

tahun lebih tua darinya. Namun mereka bercerai pada tahun 1930.Pada tahun 1930, Fromm dan

beberapa orang lainnya ,mendirikan South German Institute for Psychoanalitic di Frankfurt. Pada

tahun 1941, Fromm bergabung dengan Asosiasi untuk Perkembangan Psikoanalisis.

Pada tahun 1944 Fromm menikahi Henry Gurland, seorang wanita yang dua tahun lebih

muda darinya dan memiliki minta pada agama dan pikiran mistis, kemudian mendorong hasrat

Fromm akan Budhisme zen lebih jauh. Namun istrinya meninggal pada tahun 1952.Di meksiko,

ia bertemu dengan Annis Freeman yang ia nikahi pada tahun 1953.Erich Fromm meninggal pada

tanggal 18 Maret 1980 setelah ulang tahun yang ke 80 di Swiss.

2.2 Pandangan Tentang Manusia


Asumsi dasar Fromm adalah bahwa kepribadian individu dapat dimengerti hanya dengan

memahami sejarah manusia. “Diskusi mengenai keadaan manusia harus mendahulukan fakta

bahwa kepribadian dan psikologi harus didasari oleh konsep antropologis-filosofis akan

keberadaan manusia” (Fromm, 1947, hlm.45).

Fromm (1947) percaya bahwa manusia tidak seperti binatang lainnya yang telah tercerai

berai dari kesatuan prasejarahnya dengan alam. Mereka tidak memiliki insting kuat untuk

beradaptasi dengan dunia yang berubah, melainkan mereka telah memperoleh

kemampuanbernalar-keadaan yang disebut Fromm sebagai dilemma manusia. Manusia

mengalami dilema dasar ini karena mereka telah terpisah dengan alam, namun memiliki

kemampuan untuk menyadari bahwa diri mereka telah menjadi makhluk yang terasing. Oleh

karenanya kemampuan bernalar manusia adalah anugerah dan juga kutukan. Di satu sisi,

kemampuan ini membiarkan manusia tetap bertahan, namun di sisi lain hal ini memaksa manusia

berusaha untuk menyelesaikan dikotomi dasar yang tidak ada jalan keluarnya. Fromm menyebut

hal tersebut sebagai “dikotomi eksistensial” (existensial dichotomies) karena hal ini berakar dari

keberadaan atau eksistensi manusia. Manusia tidak dapat menghapuskan dikotomi eksistensial

ini. Mereka hanya bias bereaksi terhadap dikotomi ini tergantung pada kultur dan kepribadian

masing-masing individu.

Dikotomi pertama dan paling fundamental adalah antara hidup dan mati. Realisasi diri

dan nalar mengatakan bahwa kita akan mati, namun kita berusaha mengingkari hal ini dengan

menganggap adanya kehidupan setelah kematian, usaha yang tidak merubah fakta bahwa hidup

kita akan diakhiri dengan kematian.

Dikotomi eksistensial kedua adalah bahwa manusia membentuk konsep tujuan dari

realisasi diri utuh, namun kita juga menyadari bahwa hidup terlalu singkat untuk mencapai
tujuan tertentu. “Hanya bila rentang kehidupan seorang individu sama panjangnya dengan

rentang kehidupan seluruh umat manusia, maka ia bisa beradaptasi dalam perkembangan

manusia yang terjadi dalam proses sejarah” (Fromm, 1947, hlm. 42). Beberapa orang mencoba

mengatasi dikotomi ini dengan berasumsi bahwa masa lalu dalam sejarah mereka adalah

pencapaian sempurna dalam kemanusiaan. Sedangkan yang lain menganggap adanya kelanjutan

hidup selama kematian.

Dikotomi eksistensial ketiga adalah manusia pada akhirnya hanya sendiri, namun kita

tetap tidak bisa menerima pengucilan atau isolasi. Mereka sadar bahwa dirinya adalah individu

yang terpisah, di saat yang bersamaan mereka percaya bahwa kebahagiaan mereka bergantung

pada ikatan mereka dengan manusia lain. Walaupun manusia tidak dapat menyelesaikan

permasalahan antara kesendirian atau ikatan kebersamaan, mereka harus berusaha atau mereka

terancam menjadi gila

2.3 Konsep Teori

KONDISI EKSISTENSI MANUSIA

Dilema Eksistensi

Filsafat dualisme, menyatakan bahwa semua gerak didunia ini dilatarbelakangi oleh pertentangan

antara tesa dan antitesa. Tesa adalah suatu persoalan atau problem tertentu, sedangkan antitesa adalah

suatu reaksi, tanggapan, ataupun komentar kritis terhadap tesa (argumen dari tesa). Dari pertentangan

antar tesa dan antitesa tersebut akan memunculkan sintesa, yang merupakan sebuah kesimpulan yang

nantinya dapat dipandang sebagai tesa baru yang akan memunculkan antitesa lainnya. Dinamika ini terus

berputar dan tidak pernah berhenti bergerak.

Mengikuti filsafat ini, Fromm memandang bahwa hakikat manusia bersifat dualistik. Dalam diri

manusia setidaknya ada empat dualistik, yaitu:


1. Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia

Manusia sebagai binatang mempunyai kebutuhan yang bersifat fisiologik yang harus

dipenuhi, seperti minum, makan, dan kebutuhan seksual. Sedangkan manusia sebagai manusia

mempunyai kebutuhan kesadaran diri, berfikir, dan berimajinasi. Kebutuhan manusia itu terwujud

dalam pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, kasihan, perhatian,

tanggung jawab, identitas, integritas, sedih, transedensi, kebebasan, nilai, dan normal.

2. Hidup dan mati

Manusia sadar sepenuhnya bahwa suatu saat dia pasti akan mati, namun manusia selalu

meyakini dan mengingkari bahwa nantinya akan ada kehidupan setelah kematian. Usaha ini

menurut Fromm tidak sesuai fakta yang ada. Sebab faktanya bahwa kehidupan berakhir dengan

kematian.

3. Ketidak sempurnaan dan kesempurnaan

Manusia mampu untuk mengonsepkan dan membayangkan realisasi diri yang sempurna,

namun kesempurnaan itu tidak dapat dicapai dikarenakan hidup itu pendek. Untuk menghadapi

pernyataan ini ada orang yang akan mengisi hidupnya dengan berprestasi di bidang kemanusiaan

dan ada juga manusia yang meyakini dalil kelanjutan perkembangannya setelah mati.

4. Kesendirian dan kebersamaan

Manusia merupakan pribadi yang sendiri dan senantiasa ingin mandiri. Namun disisi lain

manusia juga memerlukan orang lain dalam menjalani kehidupan dan tidak bisa menerima

kesendiriannya tersebut dan juga manusia juga menyadari bahwa kebahagiaannya datang dari

kebersamaannya dengan orang lain.

Keempat dualisme tersebut merupakan konsdisi dasar dari eksistensi manusia. Dilema

dari dualisme-dualisme ini tidak akan pernah selesai, namun manusia harus mengatasi ini agar dia

tidak menjadi gila. Pemahaman tentang jiwa manusia harus berdasarkan analisis tentang

kebutuhan-kebutuhan manusia yang berasal dari kondisi-kondisi eksistensi manusia.


Dilema eksistensi adalah konflik antara tesa dan antitesa eksistensi manusia yang dibawa

dari lahir. Ada dua cara untuk menghindari dilema eksistensi ini, cara pertama itu dengan tunduk

kepada penguasa dan menyesuaikan diri dengan masyarakat hal ini dilakukan untuk mendapatkan

perlindungan atau rasa aman. Cara kedua dengan bersatu dengan orang lain yang mempunyai

semangat cinta dan kerja yang sama, menciptakan ikatan dan tanggung jawab bersama dari

masyarakat yang lebih baik.

KEBUTUHAN MANUSIA

Umumnya kebutuhan dapat diartikan sebagai kebutuhan fisik yang menurut Fromm sebagai

kebutuhan aspek kebinatangan manusia. Sedangkan kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai

dengan eksistensinya sebagai manusia, ada dua kelompok yaitu kebutuhan kebebasan dan ketertarikan

atau kebutuhan untuk menjad bagian dari sesuatu dan menjadi otonom dan kebutuhan untuk memahami

dan beraktivitas atau kebutuhan untuk memahami dunia, mempunyai tujuan dan memanfaatkan sifat unik

manusia.

Kebutuhan Kebebasan dan Ketertarikan

1. Keterhubungan (relatedness) : merupakan kebutuhan untuk bergabung dengan manusia

lainnya dan menjadi bagian dari sesuatu untuk mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi

dari lingkungan dan dari dirinya sendiri. keterhubungan ini bersifat positif bila hubungan

didasari oleh cinta, perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pengertian dari oranglain.

Keterhubungan ini bersifat negatif bila hubungan didasari oleh kepatuhan atau kekuasaan.

2. Keberakaran (rootedness) : merupakan kebutuhan untuk memiliki ikatan yang dapat

membuatnya nyaman didunia. Manusia kehilangan keberakarannya karena dua alasan yaitu;
pertama, dia direngut dari akar-akar hubungan oleh situasi. Kedua, pikiran dan kebebasannya

sendiri justru memutuskan ikatan alami dan menimbulkan perasaan isolasi dan tak berdaya.

3. Menjadi pencipta (transcedency): merupakan kebutuhan untuk meningkatkan diri, berubah

dari makhluk pasif yang dikuasai alam menjadi makhluk aktif, bertujuan bebas, berubah dari

makhluk ciptaan menjadi pencipta. Individu butuh untuk menjadi pencipta dikarenakan

individu menyadari bahwa betapa kuat dan menakutkannya nya alam semesta itu dan

individu ingin mengatasi perasaan takut dan ketidakpastiaan dari kemarahan alam dan alam

yang tak menentu. Kebutuhan ini bisa postif yaitu menciptakan sesuatu atau negatif yaitu

merusak atau menghancurkan sesuatu.

4. Kesatuan (unity) : merupakan kebutuhan untuk mengatasi dualisme eksistensi kebinatangan

dan kemanusiaan pada seseorang. Manusia dapat mencapai kesatuan dengan cara

memperoleh kepuasan (tanpa menyakiti orang dan diri sendiri) dari hakikat kebinatangan dan

kemanusiaan yang didamaikan, dan hanya berusaha menjadi manusia seutuhnya, dengan

berbagi cinta dan kerja sama dengan orang lain.

Identitas (Identity) : merupakan kebutuhan menjadi “aku”yang selalu mengontrol nasibnya sendiri,

membuat keputusan, serta meras berkuasa penuh pada hidupnya sendiri. Orang yang sehat memmiliki

perasaan identitas yang autentik.

KEBUTUHAN UNTUK MEMAHAMI DAN BERAKTIVITAS

1. Kerangka orientasi (frame of orientation)

Orang membutuhkan peta mengenai dunia sosial dan dunia alaminya. Tanpa peta

itu dia akan bingung dan tidak mampu bertingkah laku yang ajeg mempribadi. Manusia

selain dihadapkan dengan fenomena alam yang membingungkan dari realita yang

menakutkan mereka membutuhkan hidupnya menjadi bermakna. Dia berkeinginan untuk

meramalkan kompleksitas eksistensi. Kerangka oreintasi adalah seperangkat keyakinan


mengenai eksistensi hidup perjalanan hidup, tingkah laku bagaimana yang harus

dikerjakannya, yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.

2. Kerangka kesetiaan (frame of devotion)

Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang mutlak.; Tuhan. Orang

membutuhkan sesuatu yang dapat menerima seluruh pengabdian hidupnya, sesuatu yang

membuat hidupnya menjadi bermakna. Kerangka pengadilan adalah peta yang

mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nilai-nilai dan titik puncak dari

semua perjudian.

3. Keterangsangan – stimuli (excitation – stimulation)

Kebutuhan untuk melatih sistem syaraf; untuk memanfaatkan kemajuan otak.

Manusia membutuhkan bukan hanya sekedar stimulus sederhana (misalnya; makanan),

tetapi stimuli yang membangkitkan jiwa (misalnya; puisi atau hukum fisika). Stimuli

yang tidak cukup direaksi saat itu, tetapi harus direspon secara aktif, produktif, dan

berkelanjutan

4. Keefektivan (effectivity)

Kebutuhan untuk menyadari diri sendiri, melawan perasaan tidak mampu dan

melatih kompetensi atau kemampuan.

Mekanisme melarikan diri dari kebebasan

Masyarakat kapitalis kontemporer menempatkan orang sebagai korban dari pekerjaan

mereka sendiri. Konflik antara kencenderungan mandiri dengan ketidak berjayaan dapat merusak

kesehatan mental. Menurut Fromm, ciri orang yang normal atau yang mentalnya sehat adalah

orang yang mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya, sekaligus

mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang penuh cinta. Menurut Fromm normalitas
adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan ( kebersamaan) dari

individu.

Pada dasarnya ada dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam

kehidupan. Pertama, mencapai kebebasan positif yakni berusaha menyatu dengan orang lain

tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi. Ini adalah pendekatan yang optimistik dan

aluristik, yang menghubungkan diri dengan orang lain melalui kerja dan cinta, melalui apresiasi

perasaan dan kemampuan intelektual yang tulus dan terbuka. Oleh Fromm disebut dengan

pendekatan humanistik, yang membuat orang tidak merasa kesepian dan tertekan, karena semua

menjadi saudara yang lain.

Cara kedua memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan

bulat individualitas dan integrasi diri kepada suatu kelompok (bisa orang atau lembaga) yang

dapat memberi rasa aman. Solusi semacam ini dapat menghilangkan kecemasan karena

kesendirian dan ketidakberdayaan namun menjadi negatif karena tidak mengijinkan orang

mengekspresikan diri dan mengembangkan diri. Cara memperoleh rasa aman dengan berlinang

dibawah kekuatan lain, disebut Fromm; mekanisme pelarian.

Otoritarianisme (authoritarianism)

Otoritarianisme (authoritarianism) adalah kecenderungan untuk menyerahkan

kemandirian diri dan menggabungkan dengan seseorang atau sesuatu diluar dirinya, untuk

memperoleh kekuatan yang dirasakan tidak dimilikinya. Kebutuhan untuk bergabung dengan

partner yang memiliki kekuatan bisa berupa masokisme atau sadisme. Masokisme merupakan

hasil dari perasaan dasar tidak berdaya , lemah dan inferior yang dibawa saat menggabungkan

diri dengan orang atau intuisi yang memiliki power, sehingga kekuatan itu tertuju atau memindas
dirinya. Sadisme, seperti masokisme dipakai untuk meredakan kecemasan dasar melalui

penyatuan dasar dengan orang lain atau intuisi. Ada tiga jenis sadisme yang saling berhubungan

yaitu; membuat orang lain bergantung pada dirinya, mengeksploitasi dan mengambil keuntungan

dari orang lain, dan kecenderungan melihat orang lain sengsara secara fisik atau psikis.

Perusakan (destruktiveness)

Perusakan (destruktiveness) berakar pada perasaan kesepian, isolasi dan tak berdaya.

Destruktif mencari kekuatan tidak melalui membangun hubungan dengan pihak luar, tetapi

melalui usaha membalas atau merusak kekuatan orang lain.

Penyesuaian (conformity)

Penyesuaian (conformity) adalah bentuk pelarian dari perasaan kesepian dan isolasi

penyerahan individualitas dan menjadi apa saja yang diinginkan kekuatan luar. Konformis tidak

pernah mengekpresikan opini dirinya, menyerahkan diri kepada standar tingkah laku yang

diharapkan, dan sering tampil diam dan mekanis.

TIPOLOGI SOSIAL

Karakter Sosial

Menurut Fromm karakter berkembang dan dibentuk oleh social arrangements dimana

orang tersebut hidup. Mirip dengan Freud, tetapi karakter itu bukan dihasilkan oleh penyaluran

energi seksual anak-anak, tetapi dihasilkan dari tekanan sosial untuk bertingkah laku dengan cara

tertentu. Fromm membedakan dua karakter sosial dalam pasangan, yakni productiveness (hidup

yang berorientasi positif) dan nonproductiveness (hidup yang berorientasi negatif). Masing-
masing diuraikan menjadi lima pasang katagori yaitu accepting-receptive, preserving-hoarding,

taking-exploitative, exchanging-marketing, biophilous-necrophilous.

Karakter dan Masyarakat

Masyarakat membentuk karakter pribadi melalui orang tua dan pendidikan yang

membuat anak bersedia bertingkah laku seperti yang dikehendaki masyarakat.

2.4 Konsep Kesehatan Mental

2.5 Psikoterapi

2.6 Kritik Terhadap Teori

Erich Fromm mungkin seorang esais yang paling brilian dari semua diantara teorisi

kepribadian. Dia menulis esai-esai yang indah mengenai politik internasional (Fromm, 1961)

mengenai relevansi alkitab bagi manusia-manusia dewasa ini (Fromm, 1986), mengenai

masalah-masalah psikologis di usia senja (Fromm, 1981), mengenai Marx, Hitler, Freud dan

Kristus, dan mengenai beragam topik lainnya.apapun intinya di semua tulisan Fromm kita dapat

menemukan sebuah upaya untuk menyingkap sebuah esensi dari hakekat manusia.

Sebagaimana teoretikus teori psikodinamika lainnya, Fromm cenderung menggunakan

pendekatan global untuk konstruksi teori, menegakkan bentuk abstrak yang tinggi dan megah

yang lebih bersifat filosofis ketimbang ilmiah. Pemahamannya akan sifat manusia disambut

gembira oleh banyak orang, terbukti dengan popularitas buku-bukunya. Sayangnya, esai-esai dan

argument-argumennya tidak sepopuler seperi lima puluh tahun yang lalu. Paul Roazen (1996)

menyatakan bahwa, seseorang tidak dianggap terdidik bila ia tidak membaca tulisan Fromm,
yaitu Escape from Freedom yang ditulis secara fasih. Akan tetapi sekarang ini, buku-buku

Fromm bukan bacaan wajib di kampus-kampus perguruan tinggi.

Fasihat tentunya tidak sama artinya dengan ilmu pengetahuan. Dari sudut pandang

ilmiah, kita harus mempertanyakan bagaimana gagasan-gagasan Fromm memenuhi keenam

kriteria teori yang berguna, yakni:

1. Istilah- istilah fromm yang tidak jelas dan samar menjadikan gagasan- gagasannya tidak

dapat dijadikan generatorpenelitian empiris. sebenarnya pencarian kita selama 45 tahun terakhir

akan literatur psikologi menghasilkan kurang dari selusin penelitian empirisyang menguji

langsung asumsi-asumsi teori fromm. Kekurangan investigasi ilmiah ini menempatkannya di

antara teoritikus- teoritikus yang paling tidak terbukti secara empiris dalam buku ini.

2. Teori fromm terlalu filosofis untuk dapat dibenarkan atau diverifikasi. Hampir semua

penemuan empiris yang dihasilkan teori fromm (apabila benar- benar ada) dapat dijelaskan

dengan teori- teori alternatif.

3. Teori fromm memungkinkannya untuk mengorganisir dan menjelaskan banyak hal yang

dikenal sebagai kepribadian manusia. Sudut pandang sosial, politik, dan sejarah fromm

memberikan cakupan yang luas dan kedalaman untuk memahami kondisi manusia, namun

teorinya yang kurang memiliki ketepatan menyebabkan sulitnya prediksi dan mustahilnya

pembenaran.

4. Sebagai pemandu tindakan, nilai utama tulisan fromm teralu mendorong pemabaca untuk

berpikir produktif. Sayangnya, baik peneliti maupun terapis tidak menerima informasi praktis

dan essai fromm.


5. Pandangan fromm konsisten secara internal, dalam arti terdapat tema tunggal dalam

seluruh tulisannya. Akan tetapi, teori tersebut kurang meiliki taksonomi yang terstruktur,

serangkaian istilah yang didefinisikan secara operasional, dan batasan lingkup yang jelas. Oleh

karena itu, teori fromm mendapatkan nilai rendah dalam hal konsistensi internal.

Karena fromm enggan meninggalkan konsep- konsepnya yang terdahulu utnuk

menghubungkannya dengan gagasan- gagasan selanjutnya, maka teorinya kurang memiliki

kelugasan dan kesatuan. Untuk alasan- alasan ini, kami menilai teori fromm rendah dalam

kriteria kesederhanaan (parsimony).


PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tesis dasar Erich Fromm menyatakan bahwa manusia pada masa modern ini

telahterpisah dari kesatuan pra sejarah mereka dengan alam dan juga satu sama lain,

namunmereka memiliki kekuatan akal, antisipasi, dan imajinasi. Paduan akan kurangnya insting

kebinatangan dan adanya pikiran rasional menjadikan manusia sebagai suatu keganjilandalam

alam semesta. Kesadaran diri ambil bagian dalam adanya perasaan kesendirian,isolasi, dan

kehilangan tempat berpulang. Dengan latar belakang pendidikan

ajaran psikoanalisis Freud dan dipengaruhi oleh Karl Marx, Karen Horney, dan teoritikus berorie

ntasi sosial lainnya, Fromm mengembangkan teori kepribadian yang menenkankan pengaruh

faktor sosiobiologis, sejarah, ekonomi, dan struktur kelas. Fromm menegakkan bentuk abstrak

yang tinggi dan megah yang lebih bersifat filosofis ketimbang ilmiah
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.


Feist J., G. J. (2013). Teori Kepribadian (7 ed.). Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai