Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EVALUASI PEMBELJARAN FIKIH

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

PEMBELAJARAN FIKIH

DOSEN PENGAMPU: H. Drs. ASROIE THOHIER, M.Pd

DISUSUN OLEH

ROFIN NAWAWI NIM.176010053

ALIF RIYADI NIM 176010058

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2020
EVALUASI PEMBELAJARAN FIKIH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta
didik, supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya.
Dengan demikian akan menimbulkan perubahan-perubahandalam dirinya yang
memungkinkan untuk berfungsi secara berkualitas dalam kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan sangat
dibutuhkan oleh manusia, tanpa adanya pendidikan kehidupan manusia tidak akan
maju dan berkembang. Pada kenyataannya kehidupan pada masa sekarang ini sudah
banyak sekali mengalami perubahan dalam berbagai hal, sehinnga pembekalan
pendidikan khususnnya pendidikan agama sangatlah diperlukan, terutama pendidikan
agama islam. Pendidikan agama islam merupakan suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara
menyeluruh. Pendidikan agama islam merupakan kebutuhan manusia, secara
keseluruhan pendidikan agama islam ada beberapa aspek, yaitu al Qur’an Hadist,
aqidah akhlak, fiqh dan sejarah kebudayaan islam. Fiqh merupakan salah satu mata
pelajaran rumpun PAI yang menekankan pada amalan ibadah dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Rumusan masalah
1. Apa tujuan Pembeljaran Fiqih?
2. Apa Prinsip evaluasi pembeljaran Fiqih?
3. Bagaimana teknik evaluasi pembeljaran fiqh?
4. Apa Instrumen Penilaian evaluasi Pembelajaran Fiqh?
C. Tujuan
1. Mengetahui tujuan pembeljaran fiqih
2. Mengetahu prinsip evaluasi pembeljaran fiqh
3. Mengetahu teknik evaluasi pembeljaran fiqh
4. Mengetahui instrument evaluasi pembeljaran fiqh

1
BAB II

PEMBAHASAN
1. Tujuan Pembelajaran Fikih
Tujuan pembelajaran merupakan bentuk harapan kepada siswa setelah
mereka mengikuti pembelajaran. Tujuan pembelajaran itu tidak lain
dirumuskan dalam bentuk kompetensi, yakni kemampuan yang harus dimiliki
oleh siswa.1
Mata pelajaran Fikih merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang
mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan
pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya
dalam kehidupan sehari-hari, serta fikih muamalah yang menyangkut
pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan
dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara
pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
Mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam
dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu
sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.
Pembelajaran Fikih tidak hanya dilakukan di dalam kelas, akan tetapiseluruh
kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan Fikih. Selain itu,
pembelajaran Fikih juga banyak mengandung aspek nilai, maka
pembelajaranyang hanya mengarah pada aspek kognitif saja merupakan suatu
kesalahanbesar. Oleh karena itu, pembelajarannya harus mengarah pada tiga
aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Mak,a materi Fikih perlu

1
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain System Pembelajaran (Jakarta: Kencana, Cet.
Kelima 2012), hlm. 232

2
dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi Keimanan,
Pengamalan, Pembiasaan, Rasional, Emosional, Fungsional dan Keteladanan.2
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 pasal 67.
Pendidikan agama Islam di madrasah tidak semata-mata didasarkan pada
transfer of knowledge tetapi lebih ditekankan kepada bagaimana nilai-nilai
agama Islam menjadi perilaku kehidupan sehari-hari melalui kegiatan
pembiasaan dan penanaman nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-
hari.
Adapun tujuan fikih adalah menerapkan aturan-aturan atau hukum-
hukum syari’ah dalam kehidupan sehari-hari.3 Dari tujuan fiqh tersebut maka
dapat dirumuskan bahwa tujuan pembelajaran fikih , yaitu sebagai berikut
agar peserta didik dapat:
a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksaan hukum Islam baik yang
menyangkut aspek ibadah maupun mu’amalah untuk dijadikan pedoman
hidup dalam kehidupan pribadi dan social.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan baik dan
benar, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama
Islam, baik dalam hubungannya dengan Allah, diri sendiri, orang lain,
makhluk lain, maupun hubungannya dengan lingkungan. Karena peserta
didik masih kanak-kanak maka standar kompetensi lulusan (SKL) dari
mata pelajaran Fikih dirumuskan agar peserta didik mampu mengenal dan
melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun Islam mulai dari
ketentuan dan tata cara pelaksanaan thaharah, shalat, puasa, zakat, sampai
dengan pelaksanaan ibadah haji.
Dalam Permenag No. 2 tahun 2008 dijelaskan bahwa Standar
Kompetensi Lulusan mata pelajaran Fikih adalah siswa mampu mengenal
dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun Islam
2
Heriansyah, “Evaluasi Pembelajaran Fiqih Dalam Mengembangkan Sikap Toleransi
Mahasisiwa Universitas Muhammadiyah Pontianak”, Jurnal Tarbawi Khatulistiwa, Vol. 2 No. 2
Tahun 2016, hlm. 45.
3
Ahmad Rofi’i, Pembelajan Fiqih (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen
Agama RI), 2009. hlm. 6

3
,mengetahui tentang makanan dan minuman, khitan, qurban, dan tata cara
jual beli dan pinjam meminjam.
2. Prinsip Penilaian Fiqih
Penilaian secara umum bertujuan untuk menghimpun bahan-bahan
keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan
atau taraf kemajuan yang dialami oleh peserta didik, setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Penilaian juga untuk
mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.4
Untuk itu, penilaian Fikih bertujuan untuk memperoleh, menganalisis
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi bahan informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penilaian Fikih yaitu, dapat dilakukan melalui tes dan non-
tes serta mencakup tiga aspek kemampuan dibidang pengetahuan,
keterampilan dan sikap secara seimbang. Aspek pengetahuan dilakukan
setelah siswa mempelajari suatu kompetensi dasar yang harus dicapai, aspek
keterampilan dilakukan selama proses pembelajaran dan aspek sikap
dilakukan dalam proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun diluar
kelas.5
Guru dalam menguasai kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan
melakukan evaluasi terhadap perencanaan kompetensi siswa yang sangat
menentukan dalam perencanaan berikutnya atau kebijakan perlakuan terhadap
siswa terkait dengan konsep belajar tuntas. Dengan kata lain, tidak ada
satupun usaha untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar yang dapat
dilakukan dengan baik tanpa disertai langkah evaluasi.6

4
Anas Sujiono, Pengantar evaluasi pendidikan (Jakarta: Raja Graffindo Persada, 2009), hlm.
216
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2005), hlm. 151
5

Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT. Remaja
6

Rosdakarya), 2004, hlm. 3

4
Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5161
Tahun 2018 tentang petunjuk teknis penilaian hasil belajar pada Madrasah
Ibtidaiyah bahwa penilaian hasil belajar wajib ditindaklanjuti untuk keperluan,
yaitu sebagai berikut:

a. Perbaikan proses belajar peserta didik;


b. Tindak lanjut hasil belajar peserta didik, prestasi
c. Belajar dan pijakan belajar peserta didik pada tahap berikutnya
d. Evaluasi pengelolaan pembelajaran dalam ruang lingkup kelas maupun
satuan pendidikan.
Adapun prinsip penilaian, yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip berkesinambungan (continuity)
Prinsip berkesinambungan adalah kegiatan evaluasi dilaksanakan
secara terus-menerus. Evaluasi tidak hanya dilakukan sekali setahun atau
sekalu setiap semester, melainkan evaluasi juga dilakukan secara
berkelanjutan mulai dari proses pembelajaran sampai siswa tersebut
menampatkan studinya di lembaga tersebut.
b. Prinsip menyeluruh (comprehensive)
Prinsip menyeluruh adalah dalam melakukan evaluasi haruslah
melihat keseluruhan dari aspek kognitif, apektif, dan psikomotorik.
c. Prinsip objektivitas (objektivity)
Prinsip objektivitas adalah menilai proses pembelajaran siswa
secara objektif berdasarkan keadaan yang sesungguhnya, bukan
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
d. Prinsip Akuntabel
e. Prinsip valididitas (validity)

5
Prinsip valididitas adalah evaluasi yang dilakukan harus
menggunakan alat ukur yang shahih yaitu alat ukur yang telah teruji dapat
mengukur objek dengan sebenar-benarnya.7
3. Teknik Evaluasi Fiqih
Jika berbicara tentang evaluasi pembelajaran, tidak terlepas dari teknik
evaluasi itu sendiri. Ajaran Islam juga menaruh perhatian sangat besar
terhadap evaluasi. Adapun yang mendasari evaluasi dalam proses pendidikan,
khususnya Islam dijelaskan dalam al-Qur`anyang artinya: “ Kami akan
memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka Tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya seberat biji
sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai
Pembuat perhitungan”.8
Ada dua macam teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan
evaluasi pelajaran fikih , yaitu sebagai berikut:
a. Teknik tes
Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan
kegiatan evaluasi yang didalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian
tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa. Sebagai alat ukur, tes
hasil belajar didefinisikan sebagai kumpulan butir soal yang berisikan
pertanyaan atau persoalan mengenai suatu hal yang telah dipelajari oleh
siswa. Tes hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan kepada siswa dalam
jangka waktu tertentu.9
Untuk dapat mengukur hasil belajar siswa yang sesuai dengan
tujuan pengajaran perlu kecakapan di dalam menyusun berbagai macam
bentuk soaldan alat evaluasi. Setiap jenis alat evaluasi dan setiap macam
bentuk soal hanya cocok untuk mengukur suatu jenis kemampuan tertentu.
7
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta, Bumi
Aksara, 2009), hlm. 180
8
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Bumi Aksara, 1975), hlm.
501
9
Mudijo, Tes Hasil Belajar (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 248

6
Oleh karena itu menyusun tes harus sesuai dengan jenis kemampuan hasil
belajar yang hendak diukur dengan tes tersebut.10
Dalam membuat soal tes yang baik bukan hal yang mudah, dilain
pihak guru dituntut secara serius agar mampu menyusun alat evaluasi mulai
dari pembuatan kisi-kisi soal sampai pada perakitan tes, sehingga materi
yang tercantum dalam item-item tes tersebut dapat mewakili materi yang
diberikan guru yang bersumber pada tujuan pembelajaran, rencana
pembelajaran, serta buku-buku pedoman, agar dapat menghasilkan suatu
alat ukur yang berkualitas. Suatu tes hasil belajar dikatakan baik apabila
memiliki butir-butir soal yang baik juga.
1) Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di kelas yang
dilakukan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung atau di akhir
pembelajaran.
2) Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis, baik pertanyaan maupun
jawabannya.
3) Tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes yang dilaksanakan dengan
jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan.
b. Teknik Non Tes
Teknik non-tes dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek
individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga
aspek afektif dan psikomotori.11

4. Instrumen Fiqih
a. Tes
1) Tes tertulis
a) Tes uraian (subjektif)
Yaitu pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dengan bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,

10
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip…, hlm. 4
11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil…, hlm. 152-153

7
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri. Tes subjektif dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
(1) Tes uraian bebas, artinya butir soal itu hanya menyangkut
masalah utama yang dibicarakan, tanpa memberikan arahan
tertentu dalam menjawab.
(2) Tes uraian terbatas, artinya siswa diberi kebebasan untuk
menjawab soal yang ditanyakan namun arahan jawaban dibatasi
sedemikian rupa, sehingga kebebasan tersebut menjadi bebas
yang terarah.12
b) Tes objektif
Yaitu item-item yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu
alternatif yang benar dari sejumlah alternative yang tersedia, atau
dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa pertanyaan
atau simbol. Jenis-jenis tes objektif yaitu:
(1) Tes benar salah (True-False)
Yaitu “tes yang terdiri dari pernyataanpernyataan yang
mengandung salah satu dari kemungkinan, salah atau benar.
(2) Tes pilihan ganda (Multiple Choice)
Yaitu bentuk soal yang menyediakan sejumlah kemungkinan
jawaban, satu di antaranya adalah jawaban benar.
(3) Menjodohkan (Matching)
Yaitu peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau memilih
pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis pada stimulus
yang terdapat dilajur sebelah kiri dengan respon yang terdapat
pada lajur sebelah kanan.
(4) Jawaban singkat (Short Answer)

12
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op.Cit., hlm. 35.

8
Yaitu soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban
singkat berupa kata, frase, nama tempat, nama tokoh, lambang
atau kalimat yang sudah pasti.13
2) Tes lisan
Yaitu guru memberikan pertanyaan secara lisan dan siswa langsung
diminta menjawab secara lisan pula.
3) Tes Perbuatan
Yaitu tes dimana respon atau jawaban yang dituntut dari peserta didik
berupa tindakan, tingkah laku kongkrit. Alat yang digunakan untuk
melakukan tes ini, yaitu observasi atau pengamatan terhadap tingkah
laku tersebut.14
b. Non Tes
1) Daftar cocok (check list)
Yaitu deretan pertanyaan (yang biasa disingkat-singkat), dimana
responden tinggal membubuhkan tanda (√) di tempat yang sudah
disediakan.
2) Wawancara (interview)
Yaitu suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interview bebas dan terpimpin.
Interview bebas yaitu responden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi patokanpatokan oleh
interviewer. Adapun interview terpimpin dimana responden harus
menjawab dengan pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu oleh
interviewer.
3) Pengamatan (observation) Suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

13
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), hlm. 219.
14
Sumarna Surapranata, Op.Cit., hlm. 9

9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang evaluasi pembelajaran
mata pelajaran fiqh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pada
tahap pelaksanaan evaluasi pembelajaraan guru mata pelajaraan fiqh
melakukan persiapan sesuai dengan prosedur yang seharusnya, yaitu membuat
perencanaan evaluasi, pelaksanaan evaluasi dan menglah data hasil evaluasi.
Hal ini berarti evaluasi mata pelajaran fiqh sudah sesuai prosedur yang
teoritis. Sehinggga pelaksanaan evaluasi mata pelajaran fiqh dapat dikatakan
baik. Teknik evaluasi yang digunakan yaitu teknik tes dan non tes. Untuk
teknik tes yaitu tes tertulis dalam bentuk uraian , pilihan ganda, dan
menjodohkan dan tes lisan. Sedangkan teknik non tes yaitu berupa observasi,
unjuk kerja, skala sikap dan portofolio. Untuk pelaksanaan masing-masing
teknik guru mata pelajaran fiqh juga melaksanankan dengan tertebih dahulu
melakukan langkahlangkah yang seharusnya dilakukan dan sesuai dengan
teorinya. Atau dengan kata laian tidak asal-asalan.

10
Daftar Pustaka
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain System Pembelajaran (Jakarta: Kencana,
Cet. Kelima 2012),
Heriansyah, “Evaluasi Pembelajaran Fiqih Dalam Mengembangkan Sikap Toleransi
Mahasisiwa Universitas Muhammadiyah Pontianak”, Jurnal Tarbawi Khatulistiwa,
Vol. 2 No. 2 Tahun 2016
Ahmad Rofi’i, Pembelajan Fiqih (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen
Agama RI), 2009
Anas Sujiono, Pengantar evaluasi pendidikan (Jakarta: Raja Graffindo Persada, 2009
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2005
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya), 2004
Mudijo, Tes Hasil Belajar Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2000)

11

Anda mungkin juga menyukai