Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA DAN AGAMA

Tujuan Pembuatan Makalah ini untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pancasila
Dosen pengampu: Ahmad Jukari, MH.

Disusun oleh:
ACHMAD SOLICHIN (1121086)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan tulisan ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunannya dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya.
Penulis mohon maaf jika di dalam penyusunan tulisan ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia.

Pati, 4 oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila dan Agama…………………………………………….2
B. Hubungan Pancasila dan Agama……………………………………………..2
C. Peran Tokoh-Tokoh Ulama’ Islam…………………………………………...3
D. Pandangan Tokoh-Tokoh Islam Sekarang……………………………………6
E. Kontrovensi Pancasila dan Agama…………………………………………..8
F. Implikasi Agama Dalam Kehidupan Berdasarkan Pancasila………………...9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………….10
B. Saran………………………………………………………………………...10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar negara, dan pemersatu bangsa indonesia yang majemuk.
Pancasila juga jati diri bangsa indonesia, sebagai falsafah, idiologi, dan alat pemersatu
bangsa indonesia. Mengapa begitu besar pengaruh pancasila terhadap bangsa dan
negara indonesia ? hal ini dikarenakan bangsa indonesia memiliki keragaman suku,
agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh
berbeda satu sama lain.
Sejarah pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara indonesia. Sehingga tidak
heran bagi sebagian rakyat indonesia, pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral
yang harus kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur dalamnya.
Mengapa banyak orang yang menentang pancasila dengan alasan agama. Masalah
pokoknya adalah kurangnya pemahaman mereka tentang idiologi pancasila dan juga
kesalahan mereka dalam menafsirkan pelajaran pelajaran atau ilmu agama yang mereka
dapatkan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pancasila dan agama
2. Bagaimana hubungan pancasila dan agama
3. Bagaimana peran tokoh-tokoh ulama’ islam
4. Bagaimana pandangan tokoh-tokoh islam sekarang
5. Bagaimana kontrovensi pancasila dan agama
6. Bagaimana implikasi agama dalam kehidupan berdasarkan pancasila
C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pancasila dan agama
2. Mengetahui hubungan pancasila dan agama
3. Mengetahui peran tokoh-tokoh ulama’ islam
4. Mengetahui Bagaimana pandangan tokoh-tokoh islam sekarang
5. Mengetahui kontrovensi pancasila dan agama
6. Mengetahui implikasi agama dalam kehidupan berdasarkan pancasila
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila dan Agama


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari sanskerta : panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat indonesia. Pancasila adalah pedoman luhur yang wajib ditaati dan di jalankan
oleh setiap warga negara indonesia untuk menuju kehidupan yang sejahtera tentram,
adil, aman,dan sentosa.
Agama adalah ajaran sistem yang mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan
manusia serta lingkungan (KBBI)
B. Hubungan Pancasila dan Agama
Pancasila yang didalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara dan agama
merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui The Founding Fathers Negara
Republik Indonesia. Konsep pemikiran para pendiri Negara yang tertuang dalam
pancasila merupakan karya khas yang secara antropologis merupakan local genius
bangsa Indonesia (Ayathrohaedi dalam Kaelan,2012). Begitu pentingnya memantapkan
kedudukan pancasila , maka pancasila pun mengisyaratkan bahwa kesadaran akan
adanya Tuhan milik semua orang dan berbagai agama. Tuhan menurut terminology
Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tak terbagi, yang maknanya sejalan
dengan agama Islam,Kristen,Budha, Hindu, dan bahkan juga animism
(Chaidar,1998:36)
Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat berjalan saling
menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh
dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan
menanggalkan yang lain. Selanjutnya Kiai Achmad Siddiq menyatakan bahwa salah
satu hambatan utama bagi proporsionalisasi ini berwujud hambatan psikologis, yaitu
kecurigaan dan kekhawatiran yang dating dari dua arah (Zada dan Sjadzili (ed) 2010:
79).
Hubungan Negara dengan agama menurut NKRI yang berdasarkan Pancasila
adalah sebagai berikut (Kaelan, 2012:215-216):
1. Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang berKetuhanan yang Maha Esa.
Konsekuensinya setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama masing- masing
3. Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme karena hakikatnya manusia
berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan
4. Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk
agama serta antar pemeluk agama
5. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan itu bukan hasil paksaan
bagi siapapun juga
6. Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam Negara
7. Segala aspek dalam melaksanakan Negara harus sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan
yang Maha Esa terutama norma-norma hokum positif maupun norma moral baik
moral agama maupun moral para penyelenggara Negara
8. Negara pada hakikatnya adalah merupakan “ berkat rahmat Allah Yang Maha Esa”
C. Peran Tokoh-Tokoh Ulama’ Islam
Pancasila merupakan rumusan dasar negara yang dicetus dalam Sidang BPUPKI
pada 1 Juni 1945. Oleh sebab itu, setiap tanggal 1 Juni akan diperingati sebagai Hari
Kesaktian Pancasila. Namun, di balik terciptanya Pancasila, perlu diketahui bahwa
terdapat tiga tokoh yang berperan penting dalam perumusan Pancasila. Ketiga tokoh
tersebut adalah: Mohammad Yamin, Soepomo, Soekarno.
1. Mohammad Yamin
Mohammad Yamin Mohammad Yamin adalah seorang sastrawan, sejarawan,
budayawan, politikus, serta ahli hukum. Dalam perumusan Pancasila, Mohammad
Yamin turut menuturkan gagasannya pada 29 Mei 1945 secara lisan yang berisi:
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Peri
Kebangsaan Peri Kemanusiaan Peri Ketuhanan Peri Kerakyatan Kesejahteraan
Rakyat Kemudian Mohammad Yamin juga menyampaikan rumusan dasar negara
yang diajukan secara tertulis, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa Kebangsaan
Persatuan Indonesia Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada 1945, Moh Yamin terpilih sebagai anggota Badan Penyidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Moh Yamin
menjelaskan gagasannya. Gagasan dasar negara yang diutarakan Moh Yamin ada
lima, di antaranya perikemanusiaan, periketuhanan, perikerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat.
Selain gagasan secara lisan, ia juga menyampaikan usulan tertulis mengenai
rancangan dasar negara. Rancangan yang diajukan Yamin adalah Ketuhanan Yang
Maha Esa; kebangsaan persatuan Indonesia; rasa kemanusiaan yang adil dan
beradab; kerakyatan yang dipimpin oleh hHikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
2. Dr Soepomo
Soepomo adalah seorang ahli hukum yang juga dikenal sebagai arsitek
Undang-undang Dasar 1945. Rumusan dasar negara yang diusulkan Soepomo
disampaikan saat sidang BPUPKI yang digelar pada 31 Mei 1945. Ia memberikan
lima rumusan untuk dijadikan sebagai dasar negara, yaitu: Persatuan Kekeluargaan
Keseimbangan lahir dan batin Musyawarah Keadilan rakyat.
Dr. Soepomo lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah. Karena berasal dari keluarga
priyayi, ia mendapatkan kesempatan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Pendidikannya
diawali di di ELS (Europeesche Lagere School) di Boyolali (1917), MULO (Meer
Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Solo (1920), dan menyelesaikan pendidikan
kejuruan hukum di Bataviasche Rechtsschool di Batavia pada tahun 1923. Pada
sidang BPUPKI 31 Mei 1945, giliran Soepomo yang mengungkapkan rancangannya
soal dasar negara. Rancangan versi Soepomo meilputi persatuan, kekeluargaan,
keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, dan keadilan rakyat.
3. Soekarno
Soekarno adalah Presiden pertama Indonesia yang juga ikut serta merumuskan
dasar negara. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan
gagasannya mengenai dasar negara yang terdiri dari lima butir, yaitu: Kebangsaan
Indonesia Internasionalisme dan perikemanusiaan Mufakat atau Demokrasi
Kesejahteraan Sosial Ketuhanan yang Maha Esa Tidak hanya itu, Soekarno juga
mengusulkan tiga dasar negara yang bernama Ekasila, Trisila, dan Pancasila. Dari
ketiga dasar negara tersebut diputuskan bahwa Pancasila yang menjadi rumusan
dasar negara. Setelah Pancasila diterima secara resmi sebagai dasar negara, terbitlah
beberapa dokumen sebagai penetapan Pancasila, yaitu: Rumusan pertama: Piagam
Jakarta (22 Juni 1945) Rumusan kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar (18
Agustus 1945) Rumusan ketiga: Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat
(27 Desember 1949) Rumusan keempat: Mukadimah Undang-undang Dasar
Sementara (15 Agustus 1945) Rumusan kelima: Rumusan kedua yang dijiwai oleh
rumusan pertama (merujuk pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959).
Pada 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil
melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur Pemikiran dan perjuangannya ketika
berada di Surabaya terasah oleh HOS Cokroaminoto. Di sana, Soekarno banyak
bertemu dengan tokoh Sarekat Islam, kemudian tergabung dalam Tri Koro Dharmo
dan Budi Utomo. Soekarno juga tercatat sebagai anggota BPUPKI. Saat sidang
BPUPKI 1 Juni 1945, Ir Soekarno menyampaikan pidato dan mengemukakan
gagasan mengenai dasar negara yang terdiri dari 5 butir. Gagasan Soekarno yaitu
kebangsaan Indonesia, internasionalisme dan perikemanusiaan, mufakat atau
demokrasi, kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada akhir
pidatonya, Soekarno menamakan gagasan tersebut dengan Pancasila. Panca yang
berarti lima, dan sila yang berarti prinsip.
KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Hasbullah mengumpulkan para Ulama se-
JawaTimur dan Madura, dan pada 22 Oktober 1945 mengobarkan fatwa-resolusi
Jihad bela Republik Indonesia gagalkan manuver Belanda.Ia melanjutkan eksistensi
NKRI sempat kembali terancam dengan agresi militer Belanda pada 1948. Saat itu
tokoh Partai Islam Masyumi Sjafruddin Prawiranegara muncul sebagai penyelamat
NKRI dengan membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada 19
Desember 1948.
Manuver Belanda, sambung Hidayat, bisa kembali digagalkan oleh tokoh
Partai Masyumi, M Natsir. Sebagai Partai yang menolak KMB, M Natsir bertemu
dengan banyak tokoh daerah juga dengan pimpinan fraksi-fraksi di DPR RIS, dari
yang paling kanan hingga kiri, termasuk dengan Ketua Partai Katolik dan Kristen.
Kemudian M Natsir berpidato pada 3 April 1950, di depan sidang DPR RIS, agar
Indonesia kembali menjadi NKRI."Melalui pidato yang dikenal dengan mosi integral
itu, Pak Natsir mengoreksi RIS, dan agar Indonesia kembali ke cita-cita awal
Indonesia merdeka, yakni NKRI. Beliau menyampaikan hal itu dari aspirasi rakyat,
dan berhasil mengkomunikasikan dengan partai lain di parlemen, sehingga semua
setuju untuk kembali ke negara kesatuan,"
Berangkat dari sejarah tersebut, Hidayat menyatakan umat Islam di Indonesia
perlu meneladani perjuangan para ulama di masa lalu dengan ikut menyelamatkan
Pancasila dan NKRI. Di sisi lain, ia meminta agar umat Islam di Indonesia tidak
dipojokan sebagai anti-Pancasila maupun anti-NKRI, karena itu tidak sesuai dengan
fakta sejarah yang sudah tercatat.
"Jangan ada Indonesiaphobia, tapi jangan juga Islamophobia. Itulah pentingnya
Jas Merah (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah) dan Jas Hijau (Jangan Sekali-
kali Hilangkan Jasa Ulama)," pesan Hidayat."Sejarah tersebut perlu dipahami agar
kita semakin mengenal, menyayangi, dan mencintai NKRI ini, dan berani
mengkoreksi apabila ada tindakan dari siapapun yang menyimpang dari kesepakatan
dan tujuan kita bernegara, dengan Pancasila dan NKRI.
D. Bagaimana Pandangan Tokoh-Tokoh Islam Sekarang
1. Menurut Gus Dur
Pancasila justru merupakan doktrin politik religius yang sesuai dengan Islam.
Nilai-nilai agama ini menyinari ruang publik bangsa.Salah satu jejak itu ialah
perumusan keselarasan Islam dan Pancasila. Bersama Rais Aam Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) saat itu, KH Ahmad Shiddiq, Gus Dur adalah kreator
keselarasan tersebut yang melahirkan Piagam Munas Alim Ulama di Situbondo,
1983. Di dalam piagam itu, NU menerima kebijakan asas tunggal Pancasila karena
alasan teologis, bukan politis. Karena, Pancasila merupakan cerminan tauhid dan
syariah, tidak ada alasan warga NU untuk menolak Pancasila.
2. Ketua Dewan Pertimbangan MUI Prof. Din Syamsuddin
Beliau mengungkapkan pentingnya mengamalkan Pancasila secara konsisten
dan konsekuen.Sebab, Pancasila adalah modal bagi bangsa Indonesia yang majemuk
untuk tetap menjaga harmoni hubungan antarsesama pemeluk agama maupun luar
agama.
"Seyogyanya tidak terdapat ketegangan antara negara dan Islam atau umat
Islam. Harmoni hubungan akan tetap terpelihara jika semua pihak mengamalkan
Pancasila secara konsekuen dan konsisten,beliau mengatakan Pancasila dan juga
UUD adalah kesepakatan yang telah dicapai bangsa Indonesia saat merumuskan
nilai-nilai dasar kebangsaan dan kenegaraan di era Indonesia terbentuk.
Ia juga mengatakan rancang bangun negara kebangsaan Indonesia merupakan ijtihad
politik para pendiri bangsa yang di dalamnya terdapat sejumlah tokoh Islam
Karena itu, Din menyebut Pancasila maupun UUD 1945 telah disesuaikan
menampilkan prinsip jalan tengah Islam (Wasatiyyat Islam). Din Syamauddin
memberikan tentang prinsip perekonomian konstitusional dalam Pasal 33 UUD 1945
merupakan jalan tengah karena tidak condong kepada kapitalisme dan juga
sosialisme.
"Prinsip tersebut menekankan kegotongroyongan dan kekuargaan, dua ajaran
Islam yang sentral,Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015 itu juga
menyampaikan peran-peran ormas Islam di Indonesia dalam pembaruan pemikiran
Islam.
Menurut Din, peran itu sangat nyata pada perumusan nilai-nilai dasar
kebangsaan dan kenegaraan yang menghasilkan Dasar Negara Pancasila dan
Konstitusi Negara UUD 1945. Keduanya menurut Din Syamsuddin, mengandung
dan merupakan kristitalisasi nilai-nilai Islam.
Din Syamsuddin juga menjelaskan bahwa nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persaudaraan/persatuan, permusyawaratan, dan keadilan merupakan nilai-nilai Islam
utama. Begitu pula, arsitektur ketatanegaraan dan pemerintahan Indonesia
merupakan manifestasi pemikiran politik dalam paradigma Sunni.
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Prof. Din Syamsuddin sejak 26 Januari
berada di Kairo bersama Pimpinan Pondok Modern Tazakka Batang Jawa Tengah
KH. Anizar Masyhadi. Konferensi diselenggarakan atas arahan Presiden Mesir
Abdul Fattah As-sisi dan Syaikh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Thoyyib.
3. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Mahfud
MD
Pancasila harus dimaknai sebagai satu ideologi secara utuh atau tidak terpecah-
pecah meskipun terdapat lima asas di dalamnya. "Bagi pemerintah, Pancasila itu
adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan pemahaman, yang harus diutarakan
atau dimaknai dalam satu tarikan napas. Tidak bisa disebut satu sila, dua sila, tiga
sila atau empat sila, tetapi lima sila sekaligus," kata Mahfud setelah menemui Wakil
Presiden Ma'ruf Amin di rumah
Mahfud mengatakan, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(Tap MPRS) RI Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966 menjadi dasar bagi setiap
pembahasan mengenai ideologi negara, termasuk haluan ideologi Pancasila.
Tap MPRS tersebut memuat tentang pembubaran Partai Komunis Indonesia
(PKI), pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah NKRI bagi PKI,
dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan paham atau
ajaran komunisme/marxisme-leninisme. Alasan penolakan pemerintah berikutnya
yakni rumusan Pancasila merupakan hasil keputusan akhir dan konsensus nasional
dari para pendiri bangsa yang lahir dari berbagai diskusi. "(Pancasila) Itu adalah
rumusan terakhir yang terdiri dari lima sila, dia merupakan hasil rangkaian dari
diskusi-diskusi dan substansi yang disampaikan Bung Karno pada 1 Juni 1945,
kemudian diperbaiki dengan kesepakatan baru melalui Piagam Jakarta 22 Juni 1945,
dan disahkan oleh BPUPKI pada 18 Agustus 1945,"
4. Dewan Pengarah Pembinaan Idiologi Pancasila (BPIP) Said Aqil Siradj
Dewan pengarah pembinaan idiologi pancasila (bpip) said aqil siradj
menegaskan nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila tidak bertentangan dengan
ajaran islam.
Hal itu dikatakan dalam diskusi bertajuk “mewujudkan Negara yang damai
dan toleran untuk Indonesia yang lebih maju” Awalnya ia bercerita perjalanan
nahdlatul ulama (nu) yang menerima asas tunggal pancasila kerena tidak
bertentangan dengan islam. (muktamar ke-27 di situbondo).Implikasi agama dalam
kehidupan berdasarkan pancasila
Pancasila dan agama dapat diaplikasikan seiring sejalan dan saling mendukung.
Agama dapat mendorong aplikasi nilai-nilai pancasila, begitu pula pancasila
memberikan ruang gerak yang seluas-luasnya terhadap usaha-usaha peningkatan
pemahamam, penghayatan dan pengamalan agama (Eksan, 2000).
E. Kontrovensi Pancasila dan Agama
Sebagai sebuah Negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, maka
pancasila sendiri sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh agama
yang etrtuang dalam sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang
pada awalnya berbunyi “… dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknya” yang sejak itu dikenal sebagai Piagam Jakarta. Anmun ada dua ormas
Islam saat yang menentang bunyi sial pertama tersebut, karean dua orma Islam tersebut
menyadari bahwa jika syariat islam diterapkan maka secara tidak langsung akan
menjadikan.
Indonesia sebagai Negara Islam yang utuh maka hal tersebut dapat memojokkan
umat beragama lainnya. Yang lebih buruk lagi adalah akan memecah belah bangsa ini
khusunya bagi provinsi-provinsi yang sebagian besar penduduknya nonmuslim. Karena
itulah sampai detik ini bunyi sila pertama adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang
berarti bahwa pancasila mengakui dan menyakralkan keberadaan Agama,tidak hanya
Islam namun termasuk juga Kristen, Katolik, Budha, Khonhucu dan Hindu sebagai
agama resmi Negara pada saat itu.
F. Implikasi Agama dalam Kehidupan Berdasarkan Pancasila
Pancasila dan agama dapat diaplikasikann seiring sejalan dan saling mendukung.
Agama dapat mendorong aplikasi nilai-nilai Pancasila, begitu pula Pancasila
memberikan ruang gerak yang seluas-luasnya terhadap usaha-usaha peningkatan
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan agama (Eksan, 2020). Gusdur pun
menjelaskan sudah tidak relevan lagi untuk melihat apakah nilai-nilai dasar itu ditarik
oleh Pancasila dari agama-agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
akrena ajaran agama-agam juga tetap menjadi referensi umum bagi Pancasila, dan
agama-agama harus memperhitungkan eksistensi Pancasila sebagai”polisi lalu lintas”
yang akan menjamin semua pihak dapat menggunakan jalan raya kehidupan bangsa
tanpa terkecuali (Oesman dan Alfin, 1990:167-168).
Moral pancasila bersifat rasional, objektif, dan universal dalam arti berlaku bagi
seluruh bangsa Indonesia. Moral pancasila juga dapat disebut otonom karena nilai-
nilainya tidak mendapat pengaruh dari luar hakikat manusia Indonesia, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara filosofis. Tidak dapat pula diletakkan adanya bantuan
dari nilai-nilai agama, adat, dan budaya, karena secara de facto nilai- nilai pancasila
berasal dari agama-agama serta budaya manusia Indonesia. Hanya saja nilai-nilai yang
hidup tersebut tidak menentukan dasar-dasar Pancasila, tetapi memberikan bantuan dan
memperkuat (Anshoriy, 2008:177).
Dengan penerimaan Pancasila oleh hamper seluruh kekuatan bangsa, sebenarnya
tidak ada alas an lagi untuk mempertentangkan nilai-nilai Pancasila dengan agama
manapun di Indonesia. Penerimaan sadar ini memerlukan waktu lama tidak kurang dari
40 tahun dalam perhitungan Maarif, sebuah pergulatan sengit yang telah menguras
energy kita sebagai bangsa. Sebagai buah dari pergumulan panjang itu, sekarang secara
teoritik dari kelima nilai Pancasila tidak satupun lagi dianggap berlawanan dengan
agama Sila pertama berupa “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dikunci oleh sila kelima.
Untuk semakin memperkuat rasa bangga terhadap Pancasila dan memahami
tentang kerukunan beragama maka, perlu adanya peningkatan pengamalan butir-butir
pancasila khususnya sila kesatu. Untuk menjadi sebuah Negara Pancasila yang nyaman
bagi rakyatnya diperlukan adanya jaminan keamanan dan kesejahteraan setiap
masyarakat yang ada di dalamnya khususnya jaminan keamanan dalam melaksanakan
kegiatan beribadah
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: sebagai negara yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras, dan bahasa
Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan di Negara Indonesia.
Sehingga jika ideologi pancasila diganti oleh ideology yang berlatar belakang agam
akan terjadi ketidaknyamanan bagi rakyat yang memeluk agam di luar agama yang
dijadikan ideology Negara tersebut. Dengan tetap menjunjung tinggi ideology Pancasila
sebagai dasar Negara maka perwujudan untuk menuju Negara yang aman dan sejahtera
pasti akan tercapai

B. Saran
Untuk mengembangkan nilai-nilai pancasila dan memadukannya dengan agama,
harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Selain itu , kita juga harus mempunyai
kemauan yang keras guna mewujudkan negara Indonesia yang aman,makmur dan
nyaman bagi setiap orang yang berada didalamnya serta selalu rukun antar umat
beragam dengan cara saling menghormati dan menghargai
DAFTAR PUSTAKA

Noprin. 1980.Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, cet 9. Jakarta : Pancoran


Tujuh.
Notonegoro.1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancsila dengan Kelangsungan
Agama, Cet 8. Jakarta: Pantjoran Tujuh.
Kompas.com dengan judul "Tokoh yang Mengusulkan Dasar Negara: Moh Yamin,
Soepomo, Soekarno", Klik untuk
https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/14/113331679/tokoh-yang-mengusulkan-
dasar-negara-moh-yamin-soepomo-soekarno?page=all. REPUBLIKA.CO.ID
Kompas.com dengan judul "Mahfud: Bagi Pemerintah, Pancasila Dimaknai dalam Satu
Tarikan Napas"
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/17/06320011/mahfud-bagi-pemerintah-
pancasila-dimaknai-dalam-satu-tarikan-napas.
: https://apple.co/3hXWJ0L
Kompas.com dengan judul "Para Tokoh di Balik Lahirnya Pancasila", Klik untuk
baca: https://nasional.kompas.com/read/2018/06/01/09000021/para-tokoh-di-balik-
lahirnya-pancasila?page=2
Baca artikel detiknews, "HNW Kisahkan Peran Ulama dalam Perumusan Pancasila"
selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5379421/hnw-kisahkan-peran-ulama-dalam-
perumusan-pancasila
http://www.teoma.com
http://ww.goodgovernance-bappenas.go.id/artikel_148.htm
http://www.detik.com
http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertian-agama.html

Anda mungkin juga menyukai