Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“KELEMBAGAAN TAREKAT”
Mata Kuliah: Akhlak dan Tasawuf
Dosen Pengampu: Dr. Malik Ibrahim, M. Ag.

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Maulana Achsan Al Farisi (NIM: 19103050076)


Akmal (NIM: 19103050077)

AL- AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita haturkan atas kehadirat Allah swt. Karena berkat rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam, semoga selalu tercurahkan atas keharibaan nabi besar Muhammad saw. semoga kita
termasuk umat beliau yang akan mendapatkan syafa’atnya di yaumil mahsyar kelak, amin ya
rabbal ‘alamin.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Akhlak Tasawuf
pada semester I dengan mengangkat tema “Kelembagaan Tarekat”. Diharapkan, makalah ini
akan dapat membuka pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai kelembagaan tarekat, in
syaa Allah.

Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Malik Ibrahim, M.Ag selaku dosen
pengampu mata kuliah akhlak tasawuf yang telah memberi kami kesempatan untuk
memaparkan materi ini serta telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.

Demikianlah, kepada Allah kami memohon ampun dan kepada Allah kami senantiasa
berharap, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi diri pemakalah sendiri dan bagi
pembaca sekalian umumnya.

Yogyakarta, 21 September 2019

Kelompok VI

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Tarekat Dalam Ilmu Tasawuf ................................................................................. 3


B. Bentuk-Bentuk Tarekat Muktabarah Yang Ada Di Indonesia Serta Ajarannya ..... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 14

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16

BIODATA PENULIS ......................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tarekat adalah hasil dari suatu yang telah dilakukan oleh seorang sufi yang diikuti
oleh murid-muridnya, yang dilakukan dengan cara dan aturan tertentu yang bertujuan
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.1

Pada dasarnya, tujuan utama dari penciptaan manusia di muka bumi, tidak lain ialah
untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah swt. Sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam firman Allah Q.S Adz-Dzaariyaat : 56

٥٦ ‫ون‬ َ ‫َو َما َخلَ ۡقت ٱ ۡل ِجن َوٱ ۡ ِۡل‬


ِ ‫نس إِّل ِليَعۡ بد‬

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.

Namun, kiat seorang hamba dalam mengabdikan dirinya kepada Allah tidaklah
semata-mata dengan hanya melaksanakan perintah melalui jasmani dan fisik saja, dengan
tujuan agar taklif maupun beban syari’at yang dia emban telah gugur, tetapi jiwa dan
rohaninya harus dapat diaplikasikan dalam nilai-nilai individual dan sosial. Agar tali yang
menghubungkan antara hamba tersebut dengan Allah (hablun minallah) maupun dengan
sesama manusia (hablun minannaas) memiliki relevan yang sesuai dengan tuntunan yang
telah diajarkan oleh Rasulullah saw.

Oleh sebab itu, praktek ilmu tasawuf telah diaplikasikan dan diajarkan oleh
Rasulullah kepada umatnya dalam rangka membawa manusia naik setingkat demi
setingkat untuk mendekatkan diri kepada tuhannya (taqarrub ilallah) atau berada dalam
kehadiratnya tanpa dibatasi hijab. Sesuai dengan fungsi agama dalam kehidupan.
Setidaknya ada 4 fungsi agama dalam kehidupan, yaitu agama memberi bimbingan dan
petunjuk dalam hidup, agama adalah penolong dalam kesukaran, agama menentramkan
batin,serta agama berfungsi untuk mengendalikan moral.

1
Said Usman, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Medan: Proyek Binpertais, 1982) hal.259

1
Diharapkan agar masyarakat dapat lebih memahami istilah tarikat secara holistik
agar dapat menghidupkan syari’at sebagai amalan lahir dan amalan batin secara sungguh-
sungguh dan istiqomah dalam rangka menguatkan keimanan dalam hati. In sya Allah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dari tarekat dalam ilmu tasawuf?
2. Apa saja bentuk-bentuk tarekat? Jelaskan ajarannya masing-masing!
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui arti dari tarekat dalam ilmu tasawuf, serta aspek-aspek yang terkait
dengan ilmu tarekat.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari tarekat yang ada di Indonesia serta ajarannya
masing-masing.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TAREKAT DALAM ILMU TASAWUF


1. Pengertian Tarekat
Secara bahasa, kata tarekat berasal dari bahasa Arab, yaitu thoriqah yang
merupakan bentuk mashdar (kata benda) dari kata tharaqa-yathruqu-thariqatan yang
memiliki arti kaifiyyah (jalan, cara), uslub (metode, sistem), madzhab (aliran, haluan),
dan hal (keadaan).2
Sedangkan secara istilah, pengertian tarekat dapat dilihat dari berbagai macam
pendapat ulama sebagai berikut:
a. Zamakhsyari Dhofier
Zamakhsyari Dhofier mengartikan tarekat sebagai suatu kelompok
organisasi (dalam lingkungan islam tradisional) yang melakukan amalan-amalan
zikir tertentu dan menyampaikan sumpah yang formulanya telah ditentukan oleh
pimpinan organisasi tarekat tersebut.
b. Trimingham
Trimingham mendefinisikan tarekat sebagai suatu metode praktis untuk
menuntun dan membimbing seorang murid secara berencana dengan jalan pikiran
dan tindakan, yang terkendali secara terus menerus kepada suatu rangkaian
tingkatan untuk dapat merasakan hakikat yang sebenarnya.
c. Al-Jurjânî
Al-Jurjânî mengartikan tarekat sebagai jalan atau tingkah laku tertentu bagi
orang-orang yang beribadah kepada Allah malalui pos (manazil), hingga sampai
kepada tingkat lebih tinggi yang disebut stasiun (maqamat).
d. Harun Nasution
Harun Nasution mendefinisikan tarekat sebagai jalan yang harus ditempuh
oleh seorang sufi dalam tujuan untuk berada sedekat mungkin dengan Tuhan,
yang kemudian mengandung arti organisasi, syaikh, upacara ritual dan bentuk
zikir sendiri.

2
Rahmawati, Tarekat dan perkembangannya, (Kendari: Al-Munzir Vol. 7. No. 1. Mei 2014) hal. 85

3
e. Abbas Husayn Basri
Abbas Husayn Basri mengartikan tarekat sebagai suatu jalan yang ditempuh
berdasarkan syariat Allah dan peraturannya dan mengikuti perintah Rasulullah
saw. yang datang dengan segala petunjuk dan cahaya kebenaran.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa tarekat memiliki arti
suatu rumusan doktrin, metode dan teknik, serta syarat tertentu, yang dipercaya bisa
membawa seseorang kepada tujuan tasawuf yang sebenarnya, yakni taqarrub ilallah.3

2. Tujuan Tarekat
Secara umum, tujuan tarekat adalah untuk mempertebal hati pengikut-
pengikutnya sedemikian rupa, sehingga tidak ada yang dirasa indah dan dicintai
kecuali keindahan dan kecintaan kepada Allah, dan kecintaan tersebut dapat
melupakan dirinya sendiri dan dunia ini seluruhnya atau yang biasa disebt dengan
zuhud.
Beberapa pakar teologi merincikan tujuan tarekat antara lain: Dari melihat sisi
pengamalan, tujuan tarekat berarti mengadakan latihan (riyadhah) dan berjuang
melawan nafsu (mujahadah), membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan diisi
dengan sifat-sifat yang terpuji dengan melalui perbaikan budi dalam berbagai segi.
Dari sisi tadzakkur, tujuan tarekat adalah untuk mewujudkan rasa ingat kepada
Allah Dzat Yang Maha Besar dan Maha Kuasa atas segalanya dengan melalui jalan
mengamalkan wirid dan dzikir yang dibarengi dengan tafakur secara terus menerus.
Munculnya rasa takut kepada Allah sehingga timbul pula dalam diri seseorang itu
usaha untuk menghindarkan diri dari segala macam pengaruh duniawi yang dapat
menyebabkan lupa kepada Allah.
Tujuan tarekat terakhir adalah untuk mencapai tingkat ma’rifat, hal ini apabila
semua amalnya didasari akan keikhlasan dan ketaatan kepada Allah, sehingga akan
dapat diketahui segala rahasia dibalik tabir cahaya Allah dan Rasul-Nya secara terang
benderang.
Tujuan tarekat tersebut akan dapat dicapai oleh setiap orang yang mengamalkan
tarekat. Jelasnya ia dapat mengerjakan syari’at Allah dan Rasul-Nya dengan melalui
jalan atau sistem yang mengantarkan tercapainya tujuan hakikat yang sebenarnya
sesuai dengan yang dikehendaki oleh syari’at itu sendiri.

3
Siregar Hidayat L, Sejarah Tarekat dan Dinamika Sosial, (Medan: Miqot Vol. 33. No. 2. Juli-Desember 2009)
hal. 172-173

4
Sedangkan fungsi tarekat, merupakan semacam keluarga besar dan semua
anggotanya menganggap diri mereka bersaudara satu sama lain. Tarekat dapat juga
bermuatan politik, hal ini dikarenakan banyaknya pengikut atau anggota-anggotanya,
sehingga pimpinan (guru atau syekh) memiliki pengaruh yang kuat bagi anggotanya.4
3. Unsur-unsur Tarekat
Seperti hal-hal yang lain, tarekat juga memiliki beberapa unsur. Sebagai berikut:
a. Mursyid
Mursyid dianggap telah mencapai tahap mukasyafah, telah terbuka tabir
antara dirinya dan Tuhan. Mursyid atau guru bertugas untuk menemani dan
membimbing para penempuh jalan spiritual untuk mendekati Allah, seperti yang
terjadi pada diri sang guru. Guru spiritual itu kadang disebut dengan istilah
thayyur al-quds (burung suci) atau Khidir. Dalam tarekat, bimbingan guru yang
telah mengalami perjalanan rohani secara pribadi dan mengetahui prosedur-
prosedur setiap mikraj rohani adalah sangat penting.
b. Baiat
Baiat atau talqin adalah janji setia seorang murid kepada gurunya, bahwa ia
akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh sang guru.
c. Murid
Murid adalah orang yang sedang mencari bimbingan perjalanannya menuju
Allah. Dalam pandangan pengikut tarekat, seorang yang melakukan perjalanan
rohani menuju Tuhan tanpa bimbingan guru yang berpengalaman melewati
berbagai tahap (maqamat) dan mampu mengatasi keadaan jiwa dalam perjalanan
spiritualnya, maka orang tersebut mudah tersesat.
d. Ajaran
Ajaran adalah praktik-praktik dan ilmu-ilmu tertentu yang diajarkan dalam
sebuah tarekat. Biasanya, masing-masing tarekat memiliki kekhasan ajaran dan
metode khusus dalam mendekati Tuhan. Guru-guru tarekat yang sama
mengajarkan metode yang sama kepada murid-muridnya.5
e. Silsilah
Silsilah tarekat adalah nisbah, hubungan guru terdahulu sambung-
menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi. Hal ini harus ada sebab

4
Labib MZ dan Moh. Al-Aziz, Tasawwuf dan Jalan Hidup Para Wali.( Surabaya: Bintang Usaha, 2000) hal. 6-
7
5
Burhani, Najib Ahmad, Tarekat tanpa Tarekat, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002) hal. 36-37

5
bimbingan kerohanian yang diambil dari guru-guru itu harus benar-benar berasal
dari Nabi. Kalau tidak demikian halnya berarti tarekat itu terputus dan palsu,
bukan warisan dari Nabi.6
4. Sejarah Perkembangan Tarekat
Pada abad ke-3 dan ke-4 H, periode sufi awal, tasawuf masih merupakan
fenomena individual yang menekankan hidup asketis untuk sepenuhnya meneladani
perikehidupan spiritual Nabi Muhammad saw.
Selanjutnya, menginjak abad ke-5 dan ke-6 H, para elit sufi sepakat untuk
melembagakan ajaran-ajaran spiritual mereka dalam sebuah sistem mistik praktikal
agar mudah dipelajari dan dipraktikkan oleh para pengikut mereka. Sistem mistik
tersebut pada prinsipnya berisi ajaran tentang maqamat, sebuah tahapan-tahapan yang
secara gradual diikuti dan diamalkan para sufi untuk sampai ke tingkat ma’rifat dan
ahwal, yaitu kondisi psiko-spiritual yang memungkinkan seseorang (salik) dapat
merasakan kenikmatan spiritual sebagai manifestasi dari pengenalan yang hakiki
terhadap Allah swt.
Pada akhirnya (abad ke-6 dan ke-7 H.), para sufi melembaga sebagai sebuah
organisasi atau ordo sufi yang terdiri dari syekh, murid, dan doktrin atau ajaran sufi
yang selanjutnya dikenal dengan ta'ifah sufiyyah, dan lebih teknis lagi sebagai tarekat.
Dengan demikian, tarekat dapat disebut sebagai sebuah madzhab sufistik yang
mencerminkan suatu produk pemikiran dan doktrin mistik teknikal untuk
menyediakan metode spiritual tertentu bagi mereka yang menghendaki jalan mistik
menuju ma’rifat billah.7
Tarekat mengalami perkembangan dari segi organisasi, yang mulanya hanya
sebuah ikatan sederhana dan bersahaja antara guru dan murid. Namun seiring
berjalannya waktu, tarekat semakin berpotensi untuk berkembang, baik secara
struktural maupun fungsional.
Secara struktural, misalnya terdapat suatu ordotarekat yang mengembangkan
jaringan-jaringan seperti pendidikan, ekonomi, perdagangan, pertanian, dan bahkan
sistem dan struktur politik. Struktur tarekat tersebut bermanifestasi dalam sebuah
asosiasi-asosiasi yang pada akhirnya memperbesar tubuh atau organisasi tarekat yang

6
Mulyati Sri, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005)
hal. 9-10
7
Riyadi Agus, Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf, (Jakarta: At-Taqaddum Vol. 6. No. 2, November 2014)
hal. 362

6
bersangkutan. Salah satu contoh dari perkembangan institusi atau organisasi tarekat
sebagaimana yang dikatakan oleh Harun Nasution secara garis besar melalui tiga
tahap yaitu tahap khanaqah, tahap tariqah, dan tahap ta’ifah.
a. Tahap Khanaqah
Tahap khanaqah biasa disebut dengan pusat pertemuan sufi, dimana syekh
mempunyai sejumlah murid yang hidup bersama-sama di bawah peraturan yang
tidak ketat, syekh menjadi mursyid yang dipatuhi. Kontemplasi dan latihan-
latihan spiritual dilakukan secara individual dan secara kolektif. Ini terjadi sekitar
abad 10 M, gerakan ini mempunyai bentuk aristokratis. Masa khanaqah ini
merupakan masa keemasan tasawuf.8

b. Tahap Tariqah

Sekitar abad 13 M, merupakan masa terbentuknya ajaran-ajaran, peraturan,


dan metode tasawuf. Pada masa ini muncul pusat-pusat yang mengajarkan
tasawuf, serta masa dimana berkembangnya metode-metode kolektif baru untuk
mencapai kedekatan diri kepada Allah swt.

c. Tahap Ta’ifah

Terjadi sekitar abad 17 M. Disini terjadi transmisi ajaran dan peraturan


kepada pengikut. Pada masa ini muncul organisasi-organisasi tasawuf yang
mempunyai cabang-cabang ditempat lain. Pada tahap ta’ifah inilah tarekat
mengandung arti lain, yaitu organisasi sufi yang melestarikan ajaran syekh
tertentu seperti tarekat Qadiriyah, tarekat Naqyabandiyah, tarekat Syadziliyah,
dan lain-lain.9

Sedangkan secara fungsional, tarekat dapat mengembangkan fungsi-fungsi


strategis yang bervariasi, misalnya sebagai lembaga pendidikan, lembaga dakwah
Islam, lembaga ekonomi, dan bahkan lembaga sosial-politik yang menampung
aspirasi para murid tarekat.10

8
Riyadi Agus, Op.Cit., hal. 364
9
Ibid, hal. 366
10
Ibid, hal. 367

7
B. BENTUK-BENTUK TAREKAT MUKTABARAH YANG ADA DI INDONESIA
SERTA AJARANNYA
Ada banyak tarekat yang berkembang di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
1. Tarekat Qadiriyah
Tarekat ini menempati posisi yang amat penting, karena menjadi pelopor lahirnya
organisasi-organisasi tarekat dan juga menjadi cikal bakal munculnya berbagai tarikat
di dunia islam. Nama qadiriyah diambil dari nama pendirinya, yaitu ‘Abd al-Qadir
Jailani, yang lebih dikenal dengan sebutan Syeikh ‘Abd al-Qadir Jailani al-Ghawsts
atau Quthb al-Awliya. Beliau lahir di desa Naif kota Gilan tahun 470/1077 dan wafat
di Baghdad pada tahun 561/1166.11
Adapun ajaran yang dimiliki tarekat qadiriyah antara lain:
a. Taubat
b. Zuhud
c. Tawakal
d. Syukur
e. Sabar
f. Ridha
g. Jujur12
2. Tarekat Syadziliyah
Tarekat Syadzaliyah menisbahkan nama kepada pendirinya, yaitu Abu al-Hasan
asy-Syadzali. Nama lengkap beliau adalah ‘Ali bin Abdulah bin ‘Abd al-Jabbar Abu
al-Hasan asy-Syadzali. Beliau adalah keturunan Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi
Thalib, dengan demikian berarti juga keturunan Siti Fatimah, anak Nabi Muhammad
saw. Beliau dilahikan di desa Ghumara, di utara Maroko pada ahun 573 H.13
Adapun pemikiran-pemikiran tarekat Syadziliyah adalah sebagai berikut:
a. Tidak menganjurkan kepada muridnya untuk meninggalkan profesi dunia
mereka.
b. Tidak mengabaikan dalam menjalankan syariat Islam.
c. Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia, karena pada dasarnya zuhud adalah
mengkosongkan hati dari selain Tuhan.

11
Mulyati Sri, Op.Cit., hal. 27
12
Ibid, hal. 38-43
13
Ibid, hal. 57

8
d. Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi miliuner yang kaya, asalkan
hatinya tidak bergantung pada harta yang dimilikinya.
e. Berusaha merespons apa yang sedang mengancam umat.
f. Tasawuf adalah latihan jiwa dalam rangka ibadah sesuai dengan ketentuan Allah
swt.
g. Ma’rifah adalah salah satu tujuan ahli tarekat atau tasawuf.14
3. Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat Naqsyabandiyah didirikan oleh seorang pemuka tasawuf yang terkenal,
yaitu Muhammah bin Muhammad Baha’ ad-din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi.
Beliau dilahirkan di sebuah desa yang bernama Qashrul Arifah, kurang lebih 4 mil
dari Bukhara, tempat kelahiran imam Bukhari. Beliau lahir pada tahun 717 H/1318
M, dan wafat pada tahun 719 H/1389M. 15
Tarekat Naqsyabandiyah adalah sebuah tarekat yang mempunyai pengaruh yang
besar bagi masyarakat muslim di berbagai daerah. Tarekat ini pertama kali didirikan
di Asia Tengah kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India.16 Syeikh
Yusuf Makassari adalah orang yang pertama memperkenalkan Tarekat
Naqsyabandiyah di Nusantara. Sebagaimana yang tercantum dalam bukunya, Safinah
an-Najah, beliau menerima ijazah dari Syeikh Muhammad Abd al-Baqi di Yaman,
kemudian mempelajari tarekat ketika berada di Madinah di bawah bimbingan Syeikh
Ibrahim al-Kurani.17
Adapun ajaran dasar tarekat Naqsyabandiyah sebagai berikut:
a. Husy dar dam (sadar sewaktu bernafas) adalah menjaga diri dari kekhilafan ketika
keluar masuk nafas supaya hati selalu merasakan kehadiran Allah.
b. Nazhar bar qadam (menjaga langkah) adalah menjalani khalwat suluk, bila
berjalan menundukan kepala.
c. Safar dar wathan (melakukan perjalannya di tanah kelahirannya) adalah
berpindah dari sifat manusia yang rendah kepada sifat malaikat yang terpuji.
d. Khalwat dar anjuman (sepi dalam keramaian).

14
Mulyati Sri, Op.Cit., hal. 74-75
15
Ibid, hal. 89
16
Ibid, hal. 91
17
Ibid, hal.95

9
e. Yad krad (ingat atau menyebut) adalah senantiasa mengingat Allah dengan
melakukan dzikir, baik zikir adz-Dzat (menyebut Allah) maupun zikir nafi itsbat
(menyebut la ilaha illallah).
f. Baz gasht (memperbarui) adalah mengendalikan hati agar tidak tergetar untuk
melakukan hal-hal yang menyimpang.
g. Nigah dasyt (waspada) adalah menjaga hati, pikiran, dan perasaan dari sesuatu
walaupun hanya sekejap ketika melakukan zikir tauhid.
h. Yad dasyt (mengingat kembali) adalah tawajuh (menghadapkan diri) kepada
Allah tanpa berkata-kata.18
Adapun tiga ajaran lain yang berasal dari Syeikh Baha’ ad-din Naqsyabandi
sebagai berikut:
a. Wuquf zamani (memeriksa penggunaan waktu) adalah selalu mengamati dan
memperhatikan keadaan dirinya setiap dua atau tiga jam sekali.
b. Wuquf ‘adadi (memeriksa hitungan zikir) adalah berkonsentrasi penuh ketika
memelihara bilangan ganjil pada zikir nafi itsbat, 3 atau 5 sampai 21 kali.
c. Wuquf qalbi (menjaga hati tetap terkontrol).19
4. Tarekat Khalwatiyah
Nama khalwatiyah diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang makassar
abad ke-17, syaikh Yusuf al-Makassari al-Khalwati yang sampai sekarang masih
dihormati. Tarikat ini banyak dianut oleh suku Bugis dan Makassar, Riau, Malaysia,
Kalimantan, Ambon, dan Irian Barat.20
Adapun ajaran dasar tarekat Khalwatiyah sebagai berikut:
a. Yazqa: kesadaran dirinya sebagai makhluk yang hina dihadapan Allah.
b. Taubah: memohon ampunan atas segala dosa.
c. Muhasabah: introspeksi diri.
d. Inabah: berhasrat kembali pada Allah.
e. Tafakkur: merenung tentang kebesaran Allah.
f. I’tisan: selalu bertindak sebagai khalifah Allah di bumi.
g. Firar: lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna.
h. Riyadah: melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya.
i. Tasyakur: selalu bersyukur kepada Allah.

18
Mulyati Sri, Op.Cit., hal. 103-105
19
Ibid, hal. 105
20
Ibid, hal. 117

10
j. Sima’: mengonsentrasikan seluruh anggota tubuh dalam mengikuti perintah-
perintah Allah terutama pendengaran.21
5. Tarekat Syattariyah
Seperti halnya dengan tarekat yang lain, nama Syattariyah juga dinisbahkan
kepada pendirinya, yaitu syeikh Abdullah as-Syathtari.22 Di Iran tarekat ini dikenal
dengan nama Isyqiyyah dan Bistamiyah di Turki Usmani.23 Salah satu karya dari
syeikh Abdullah adalah kitab Lata’if al-Gaibiyyah yang isinya tentang prinsip-prinsip
dasar ajaran tarikat Syattariyah, yang disebutnya sebagai cara tercepat untuk mencapai
tingkat makrifat.24
Adapun ajaran dasar tarekat Syattariyah sebagai berikut:
a. Yama (pengendalian diri).
b. Niyama (ketaatan dalam beribadah).
c. Asana (duduk dengan posisi tertentu).
d. Pranayama (mengatur nafas).
e. Pratyahara (menutup seluruh panca indra).25
6. Tarekat Sammaniyah
Didirikan oleh Muhammad bin Abd al-Karim al-Madani al-Syafi’i al-Samman
(1130-1189/1718-1775). Ia lahir di Madinah dari keluarga Quraisy.26 Sejarah hidup
syeikh Samman bisa kita dapatkan pada kitab Manaqib Syeikh al-Waliy as-Syahir
Muhammad Samman maupun kitab Hakikat Syeikh Muhammad Samman. Namun,
yang lebih ditonjolkan pada kedua kitab tersebut adalah membahahas sisi karamah
yang beliau miliki.27
Adapun ajaran dasar tarekat Sammaniyah sebagai berikut:
a. Tawassul adalah memohon berkah kepada pihak tertentu yang dijadikan wasilah
(perantara) agar sesuatu yang dimaksud bisa tercapai.28

21
Mulyati Sri, Op.Cit., hal. 130-131
22
Ibid, hal. 153
23
Ibid, hal. 154
24
Ibid, hal. 155
25
Ibid, hal. 157
26
Ibid, hal. 182
27
Ibid, hal. 185
28
Ibid, hal. 207

11
b. Wahdat al-Wujud merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh seorang sufi
dalam mujahadatnya yang terbagi menjadi empat tataran yaitu syariat, tarikat,
makrifat, dan hakikat.29
c. Nur Muhammad adalah salah satu rahasia Allah yang kemudian diberi maqam.
Nur muhammad juga berarti pangkal terbentuknya alam semesta dan memang
dari wujudnya generasi segala makhluk terjadi.30
d. Insan Kamil, hanya manusia yang berpredikat insan kamil sajalah yang bisa
mendekati Tuhan bahkan bersatu dengan-Nya.31
e. Syathahat adalah sesuatu yang terucapkan yang gagasannya datang dari Allah.32
7. Tarekat Tijaniyah
Tarekat Tijaniyah didirikan oleh seorang syeikh yang lahir di ‘Ain Madi, Aljazair
Selatan pada tahun 1150 H/1737 M. yang bernama Syeikh Ahmad bin Muhammad at-
Tijani. Beliau wafat di Fez, Maroko pada tahun 1230 H/1815 M. 33
Ajaran tarekat Tijaniyah adalah berupa amalan wirid. Adapun wirid dalam tarekat
Tijaniyah terdiri dari tiga unsur pokok, sebagai berikut:
a. Istigfar berfungsi sebagai tahap pembersihan jiwa dari noda-noda maksiat dan
perilaku yang bertentangan dengan perintah Allah.
b. Shalawat berfungsi sebagai cahaya penerang hati, pembersihan sisa-sisa kotoran,
dan pelebur kegelapan hati.
c. Tahlil berfungsi untuk mendapatkan tempat di sisi tuhan sedekat-dekatnya.34
8. Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah adalah sebuah tarekat gabungan dari Tarekat
Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah (TQN). Pendiri tarekat ini adalah syeikh
Ahmad Khatib Sambas (1802-1872). Sambas adalah nama sebuah kota yang berada
di bagian utara Pontianak, Kalimantan Barat.35
Ajaran tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah gabungan dari unsur-unsur
ajaran Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah, yaitu tata cara membaiat,

29
Mulyati Sri, Op.Cit., hal. 207
30
Ibid, hal. 208
31
Ibid, hal. 210
32
Ibid, hal. 211
33
Ibid, hal. 217
34
Ibid, hal. 235-236
35
Ibid, hal. 253

12
sepuluh macam lathaif, bentuk banyak dari lathifah yang berarti titik halus yang ada
di dalam tubuh manusia.
Kemudian syeikh Ahmad Khatib Sambas menerangkan tentang tiga syarat yang
harus dipenuhi oleh seorang yang sedang berjalan menuju Allah, yaitu zikir diam
dalam mengingat, merasa selalu diawasi Allah di dalam hatinya dan pengabdian
kepada syeikh, kemudian diakhiri dengan penjelasan rinci tentang dua puluh macam
meditasi (muraqabah).36

36
Mulyati Sri, Op.Cit., hal.258

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kata tarekat berasal dari bahasa Arab, yaitu thoriqah yang memiliki arti jalan atau
metode. Sedangkan menurut istilah, tarekat adalah suatu rumusan doktrin, metode dan
teknik, serta syarat tertentu, yang dipercaya bisa membawa seseorang kepada tujuan
tasawuf yang sebenarnya, yakni taqarrub ilallah

Tujuan tarekat terakhir adalah untuk mencapai tingkat ma’rifat, hal ini apabila semua
amalnya didasari akan keikhlasan dan ketaatan kepada Allah, sehingga akan dapat
diketahui segala rahasia dibalik tabir cahaya Allah dan Rasul-Nya secara terang
benderang.

Dari segi fungsional, tarekat dapat mengembangkan fungsi-fungsi strategis yang


bervariasi, misalnya sebagai lembaga pendidikan, lembaga dakwah Islam, lembaga
ekonomi, dan bahkan lembaga sosial-politik yang menampung aspirasi para murid tarekat.
Hal ini menunjukkan bahwa tarekat tidak hanya berfungsi untuk kehidupan akhirat.
Namun juga berfungsi untuk kehidupan keduniawian.

Ada banyak tarekat yang bekemang di dunia islam, dan di Indonesia terdapat delapan
tarekat yang muktabarah, yaitu Tarekat Qadiriyah, Syadziliyah, Naqsyabandiyah,
Khalwatiyah, Syattariyah, Sammaniyah, Tijaniyah, dan Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.

Ditinjau dari redaksi dan substansi yang menjadi dasar masing-masing tarekat, tujuan
utamanya adalah semata-mata mendekatkan diri kepada Allah dan yang berbeda hanyalah
cara-cara pelaksanaannya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Berawal dari perbedaan
pendapat syeikh yang mempelopori berdirinya tarekat tersebut. Dengan kata lain, bahwa
pemberian nama suatu kelompok tarekat dinisbahkan kepada nama seorang syeikh yang
memiliki pengalaman dan metode khusus dalam menyalurkan ajarannya kepada murid-
muridnya.

B. SARAN

Setelah membaca dan memahami penjelasan tentang kelembagaan tarekat, diharapkan


dalam memahami tarekat tidak cukup hanya dengan mempelajari sekilas saja. Karena
seluk-beluk tarekat sangatlah rumit dan penuh dengan teka-teki. Sebab ruang lingkup

14
tarekat adalah spiritual yang tidak bisa dipelajari kecuali dengan pengalaman batiniyah
tersendiri. Untuk itu, kita dilarang menghakimi orang lain secara sepihak, karena semua
orang memiliki pendapat dan wawasan masing-masing.

15
DAFTAR PUSAKA

Said Usman. 1982. Pengantar Ilmu Tasawuf. Proyek Binpertais. Medan.

Rahmawati. 2014. Tarekat dan perkembangannya. Al-Munzir Vol. 7. No. 1. Kendari.

Siregar Hidayat L. 2009. Sejarah Tarekat dan Dinamika Sosial. Miqot Vol. 33. No. 2. Medan.

Labib MZ, Moh. Al-Aziz. 2000. Tasawwuf dan Jalan Hidup Para Wali. Bintang Usaha.
Surabaya.

Burhani, Najib Ahmad. 2002. Tarekat tanpa Tarekat. Serambi Ilmu Semesta. Jakarta.

Mulyati Sri. 2005. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia.


Kencana. Jakarta.

Riyadi Agus. 2014.Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf. At-Taqaddum Vol. 6. No. 2. Jakarta.

16
BIODATA PENULIS

Nama: Maulana Achsan Al Farisi Nama: Akmal


NIM: 19103050076 NIM:19103050077
Kelas: HKI-B Kelas: HKI-B
TTL: Semarang, 17 Februari 2001 TTL: Rantawan, 03 September 2001
Alamat Asal: Jl. Palapa Indah 1 Blok GG 13 Alamat Asal: Jl. Brigjen H. Hasan Basri
Mranggen, Demak KM. 5,5 No. 041 Rt. 06 Rw. 02, Desa
Alamat Sekarang: jl. Timoho Gg. Gading Rantawan, Kec. Amuntai Tengah, Kab.
No. 4 Ngentak Sapen, Sleman Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan
Asal Sekolah: MAN 1 Kota Semarang Alamat Sekarang: Jl. Purwodadi 2 No. 098
Cita-cita: Hakim/ Menteri Agama Rt. 05 Rw. 55, Dusun Krapyak, Desa
Hobi: Menyanyi Wedomartani, Kec. Ngemplak, Kab.
Motto: Hidup Kesempatan Bukanlah Hal Sleman, Yogyakarta
Yang Kebetulan, Maka Dari Itu Ciptakanlah Asal Sekolah: MA NIPA RAKHA Amuntai,
Kesempatan Kalimantan Selatan
Cita-cita: Dosen sekaligus Pengusaha
Hobi: Futsal
Motto Hidup: Kerja Cepat, Kerja Tepat

17

Anda mungkin juga menyukai