Anda di halaman 1dari 60

Makalah

Anak Berkebutuhan Khusus Anak Berbakat, Jenius,


dan Downsyndrome
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengembangan
Kurikulum”

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Masyitoh Nur Rohmah (D97217101)
2. M. Rifqi Zam-zami (D97217104)
3. Nanda Nailil Farihah (D97217105)
4. Nurul Aini Sodiq (D97217107)
5. Yanti Sindy Fatikah (D97217118)

Dosen Pengampu :
Uswatun Chasanah, M.Pd.I.

Progam Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Surabaya
Tahun 2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat, hidayah serta
inayah-Nya kepada kami selaku penulis makalah agar dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan semestinya.
Makalah yang kami buat ini memuat materi-materi “Anak Berkebutuhan
Khusus Anak Berbakat, Jenius, dan Downsyndrome”. Semoga dengan adanya
makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kami tak lupa berterimakasih pula kepada para pihak yang telah berkenan
membantu kami dalam proses pembuatan makalah “Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berbakat, Jenius, dan Downsyndrome” ini, karena kami ini hanyalah
manusia biasa yang pasti membutuhkan bantuan orang lain. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu kami yaitu Ibu Uswatun
Chasanah, M.Pd.I yang telah membimbing kami dan memberikan tugas ini kepada
kami agar kami bisa mengetahui bagaimana “Anak Berkebutuhan Khusus Anak
Berbakat, Jenius, dan Downsyndrome” ini.
Kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu, kami membutuhkan saran dan kritikan yang
membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini dengan lebih baik lagi.

Surabaya, 29 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................ ii

Bab 1 Pendahuluan ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1

Bab 2 Pembahasan ......................................................................................... 3

A. Anak Berbakat .................................................................................. 3


B. Jenius........ ........................................................................................ 24
C. Downsyndrome ................................................................................ 35

Bab 3 Penutup ................................................................................................ 53

A. Simpulan ......................................................................................... 53
B. Saran ............................................................................................... 55

Daftar Pustaka ............................................................................................... 56

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Meskipun manusia itu adalah
makhluk yang paling sempurna baik dalam dimensi perfoma dan fisiknya,
namun terdapat sebagian manusia diberikan kelebihan oleh tuhan dan
sebagian diberikan kekurangan baik dalam bentuk fisik maupun psikis.
Namun demikian, setiap manusia yang diberikan kelebihan pastilah ada
sedikit kekurangan yang ada dalam diri mereka, dan begitu juga sebaliknya.
Setiap manusia yang diberikan kekurangan baik dalam bentuk fisik maupun
psikisnya, kemungkinan mereka juga mempunyai kelebihan yang luar biasa
yang ada dalam dirinya.
Setiap individu dilahirkan ke dunia ini secara khusus memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, dari perbedaan inilah kadang-kadang
individu dihadapkan pada sejumlah permasalahan, baik itu disadari ataupun
tidak disadari. Jika saja gejala-gejala permasalahan yang dihadapi individu,
khususnya pada peserta didik Sekolah dasar sudah disadari, maka perlu
diperhatikan dan diupayakan untuk dicarikan alternatif pemecahnya.
Permasalahan utama yang penulis kemukakan dalam penulisan makalah ini
adalah “Bagaimana layanan pendidikan terhadap anak-anak berbakat, genius
pada sekolah dasar agar potensinya dapat dikembangkan seoptimal mungkin.
Dan bagaimana layanan pendidikan anak-anak down syndrome.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anak berbakat, genius, dan down syndrome?
2. Apa saja karakteristik anak berbakat, genius, dan down syndrome?
3. Bagaimana cara belajar anak berbakat, genius, dan down syndrome?
4. Bagaimana cara mengatasi belajar anak berbakat, genius, dan down
syndrome?
C. Tujuan Penyusunan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian anak berbakat, genius, dan down
syndrome.

1
2

2. Untuk mengetahui karakteristik anak berbakat, genius, dan down


syndrome.
3. Untuk mengetahui cara belajar anak berbakat, genius, dan down
syndrome.
4. Untuk mengetahui cara mengatasi belajar anak berbakat, genius, dan
down syndrome.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anak Berbakat
A. Pengertian
Yang dimaksud dengan anak berbakat (menurut keputusan Seminar
Nasional Pengembangan Pendidikan Luar Biasa 15-17 September 1980)
adalah: “Mereka yang oleh orang professional diidentifikasi sebagai anak
yang mampu mencapai prestasi menonjol karena mempunyai kemampuan-
kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program
pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan
program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka
terhadap masyarakat maupun terhadap diri sendiri.”
Kemampuan-kemampuan tersebut, baik secara potensial maupun
yang telah nyata, meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan
akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan
memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni dan kemampuan
psikomotor.1
Menurut Milgram, R.M anak berbakat adalah mereka yang
mempunyai skor IQ 140 atau lebih jika diukur dengan instrument Stanford
Binet (Terman, 1952) mempunyai kreativitas tinggi, kemampuan
memimpin dan kemampuan dalam seni drama, seni tari dan seni rupa.
Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai kemampuan-
kemampuan yang unggul dalam segi intelektual, teknik, estetika, sosial,
fisik, akademik, psikomotor dan psikososial. (Sisk, 1987 dalam Amin, M.,
1996).2
Renzuli berpendapat bahwa anak berbakat merupakan satu interaksi
diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu, ikatan terdiri dari
kemampuan umum dengan tingkatnya diatas kemampuan rata-rata,

1
Utami Munandar, Anak-anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, (Jakarta Utara: PT Raja
Grafindo Persada, 1993), hlm.107-108
2
Meita Shanty, Strategi Belajar Untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Familia, 2015),
hlm. 34

3
4

komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi.


Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam
mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam
setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga
sifat itu memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan
yang berbeda dengan program-program pengajaran yang regular.
(Swssing, 1985).3
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak berbakat adalah anak yang
mempunyai potensi unggul diatas potensi yang dimiliki oleh anak-anak
normal. Para ahli dalam bidang anak-anak berbakat memiliki pandangan
sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan daripada manipulasi
lingkungan sesudah anak dilahirkan. 4
Indonesia mempunyai perumusan tersendiri tentang anak berbakat
ini yang dicantumkan dalam rencana tujuh tahun pelayanan pendidikan
anak berbakat (1982-1989). Menjelaskan bahwa yang dimaksud anak
berbakat ialah mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan
yang luar biasa unggul, mampu mencapai prestasi yang tinggi.
Diantarannya termasuk yang unggul secara konsisten dalam kapasitas
intelektual umum, kapasitas akademik khusus, dalam bidang pemikiran
kreatif-produktif, bidang kenestetik/psikomotorik, dan dalam bidang
psikososial. Mereka membutuhkan program pendidikan berorganisasi dan
atau pelayanan pendidikan khusus di luar jangkauan, apa yang diberikan
dalam program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan dirinya maupun
sumbangannya terhadap masyarakat. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
1982.5
Istilah anak gifted atau gifted children dalam bahasa Indonesia sering
digunakan untuk menyebut anak berbakat, anak luar biasa, dan untuk
anak-anak jenius. Beberapa kalangan ahli anak berbakat sering membagi

3
Hargio Santoso, Cara Memahami & Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Gosyen
Publishing, 2012), hlm.57
4
Ibid, hlm. 58
5
Nuraeni, Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hlm.130
5

keberbakatan dalam tingkatan IQ, yaitu 130-140 adalah moderate gifted, 140-
150 adalah highly gifted, dan > 150 adalah anak jenius.
Ormrod mendefinisikan keberbakatan sebagai kemampuan atau
bakat yang sangat tinggi di satu atau lebih bidang (misalnya dalam
matematika, sains, menulis kreatif, seni atau musik).
Marland keberbakatan dimaknai sebagai anak yang memiliki
kemampuan tinggi dapat dalam satu bidang tertentu, tetapi tidak menutup
kemungkinan kemampuan yang dimiliki lebih dari satu bidang. 6
Menurut Joseph Renzulli keberbakatan adalah: rata-rata (namun
tidak selalu tinggi) kemampuan umum dan atau tertentu, tingkat komitmen
tugas yang tinggi (motivasi), dan tingkat kreativitas yang tinggi. Anak-
anak berkemampuan unggul dan berbakat khusus, adalah mereka yang
memiliki kemampuan mengembangkan sifat-sifat gabungan tersebut dan
menerapkannya terhadap bidang yang bernilai potensial dari prestasi
manusia.7
Munandar menyatakan bahwa yang dimaksud anak berbakat adalah
mereka orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak yang
mampu mencapai prestasi tinggi karena mempunyai kemampuan-
kemampuan yang unggul.
Krik & Gallagher Dalam kebudayaan Yunani kuno yang dimaksud
dengan anak berbakat adalah anak yang memiliki kecakapan luar biasa
dalam berpidato, sedangkan di Roma ialah insinyur atau prajurit.
Pengertian berbakat di Amerika Serikat adalah anak- anak yang memiliki
skor IQ 125 atau lebih.
Menurut skala intelligensi yang dibuat oleh Wechler, murid berbakat
adalah murid yang memiliki taraf intelligensi 125 atau lebih, yang

6
Muhammad Idrus, “Layanan Pendidikan Bagi Anak Gifted Education Services For Cilderen
Gifted“,PSIKOPEDAGOGIA Jumal Bimbingan dan Konseling , Vol. 2, 2013, hlm. 118
7
J. Dafid Smith, Inklusi Sekolah Rana Untuk Semua, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2006), hlm. 308
6

dibedakan atas luar biasa cerdas atau Gifted, (IQ 125 keatas) dan sangat
cerdas atau Superior (IQ 110-125).8

B. Ciri-ciri/Karakteristik
Berikut identifikasi anak berbakat atau anak yang memiliki kecerdasan
dan kemampuan yang luar biasa:9
1. Membaca pada usia lebih muda
2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak
3. Memliki perbendaharaan kata yang luas
4. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
5. Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa
6. Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri
7. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
8. Member jawaban-jawaban yang baik
9. Dapat memberikan banyak gagasan
10. Luwes dalam berpikir
11. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
12. Mempunyai pengamatan yang tajam
13. Dapat berkosentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama
terhadap tugas atau bidang yang diminati
14. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
15. Senang mencoba hal-hal baru
16. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang
tinggi
17. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
18. Cepat menangkap hubungan sebabakibat
19. Berperilaku terarah pada tujuan
20. Mempunyai daya imajinasi yang kuat

8
Luhur Wicaksono, Bimbingan Konseling Bagi Siswa Cerdas dan Berbakat, Jurnal
Pembelajaran Prospektif, Vol. 1, 2016, hlm. 32
9
Meita Shanty, Strategi Belajar Untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Familia, 2015),
hlm. 35
7

21. Mempunyai banyak kegemaran (hobi)


22. Mempunyai daya ingat yang kuat
23. Tidak cepat puas dengan prestasinya
24. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi)
25. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Ciri-ciri anak berbakat meliputi cirri-ciri fisik, ciri-ciri mental-
intelektual, ciri-ciri emosional dan cirri-ciri sosial.10
1. Ciri-ciri fisik antara lain:
a. Sehat dan perkembangan psikomotorik lebih cepat dari rata-
rata, dalam kemampuan koordinasi.
2. Ciri-ciri mental intelektual antara lain:
a. Usia mental lebih tinggi daripada rata-rata anak normal. Daya
tangkap dan pemahaman lebih cepat dan luas.
b. Dapat berbicara lebih dini.
c. Hasrat ingin tahu lebih besar, selalu ingin mencari jawab.
Kreatif. Mandiri dalam bekerja dan belajar dan mempunyai
cara belajar yang khas.
3. Ciri-ciri emosional antara lain:
a. Punya kepercayaan diri yang kuat.
b. Persisten sampai keinginannya terpenuhi.
c. Peka terhadap situasi di sekelilingnya.
d. Senang dalam hal-hal yang baru.
e. Ciri-ciri tersebut dapat berkembang pula menjadi ciri-ciri yang
negatif seperti: lekas bosan terhadap hal-hal rutin, egois, dsb.
4. Ciri-ciri sosial antara lain:
a. Senang bergaul dengan anak-anak yang lebih tua.
b. Suka permainan yang mengandung pemecahan masalah.
c. Suka bekerja sendiri.
5. Ciri-ciri kepemimpinan antara lain:

10
Utami Munandar, Anak-anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, (Jakarta Utara: PT Raja
Grafindo Persada, 1993), hlm.112-113
8

a. Ditinjau dari segi negatif dapat berkembang ciri-ciri seperti:


b. Sukar bergaul dengan teman sebaya.
c. Sukar menyesuaikan diri dalam berbagai bidang.
Untuk mengenali karakteristik anak-anak berbakat dapat dilihat
beberapa segi diantarannya sebagai berikut11
1. Potensi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak
berbakat memiliki potensi yang unggul. Berdasarkan studi yang
dilakukan U.Branfenbrenner (1972) dan Scarr Salaptek (1975)
terhadap tingkat kecerdasan bahwa mereka menyatakan secara
tegas tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai
andil yang besar terhadap kemampuan mental seseorang.
Menurut penelitian Terman (1925) pada saat anak berbakat
dilahirkan memiliki berat badan diatas berat badan normal. Dari
segifisik pada umumnya mereka juga memiliki keunggulan seperti
terlihat dari berat dan tinggi badan, koordinasi, daya tahan tubuh
dan kondisi kesehatan pada umumnya. Mereka juga sangat energik
sehingga orang salah mendiagnosa sebagai anak yang hyperactive.
Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan
sangat cepat bila dibandingkan dengan ukuran perkembangan yang
normal. Bila guru menemukan anak seperti itu maka guru dapat
menduga bahwa itu ank-anak yang berbakat. Hal ini disebabkan
anak berbakat memiliki superioritas intelektual, mampu dengan
cepat melakukan analisis, dan dalam irama perkembangan
kemajuan yang mantap. Bahkan dalam berpikir mereka sering
meloncat dari urutan berpikir yang normal.
Selain potensi intelegensi anak-anak berbakat memiliki
keunggulan pada aspek psikologis yang lain, yaitu emosi. Menurut
French dan Gearheart anak-anak yang berbakat memiliki stabilitas

11
Hargio Santoso, Cara Memahami & Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta:
Gosyen Publishing, 2012), hlm.60-61
9

emosi yang mantap sehingga mereka akan mampu mengendalikan


masalah-masalah personal. Rasa tanggung jawab mereka sangat
tinggi serta mempunyai cita rasa humor yang tinggi pula.
Karakteristik sosial yang dimiliki anak-anak berbakat ialah
cakap mengevaluasi keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki
dirinya dan orang lain. Sifat ini akan membuat anak berbakat,
tampil bijaksana.
2. Cara menghadapi masalah
Setiap anak berbakat dalam menghadapi masalah selalu
melibatkan seluruh aspek psikologis dan biologis pada saat mereka
berhadapan dengan masalah tersebut. Mereka akan memilih
metode, pendekatan dan alat strategis sehingga diperoleh
pemecahan masalah yang efisien dan efektif. Langkah awal dapat
dilihat bahwa setiap anak berbakat mempunyai keinginan yang
kuat untuk mengetahui banyak hal kemudian mereka akan
melakukan ekspedisi dan eksplorasi terhadap pengukuran saja.
Perilaku anak berbakat akan muncul dari hasil pemikiran. Tingkah
laku yang dimunculkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan kritis.
Pertanyaan ini ditujukan pada diri sendiri atau orang lain (sebaya
atau orang dewasa).
Dalam menghadapi masalah, anak berbakat memiliki
karakteristiknya diantaranya:
a. Mampu melihat hubungan permasalahan itu secara
komprehensif dan juga mengaplikasikan konsep-konsep yang
kompleks dalam situasi yang kongkrit
b. Akan terpusat pada pencapai tujuan yang ditetapkan
c. Suka bekerja secara independent dan membutuhkan kebebasan
dalam bergerak dan bertindak
10

d. Menyukai cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu dan


mempunyai potensi untuk berkreasi.12
3. Prestasi
Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik, psikologis,
akademik dan sosial. Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh anak-
anak berbakat ialah mereka memiliki daya tahan tubuh yang prima
serta koordinasi gerak fisik yang harmonis.
Anak berbakat mampu berjalan dan berbicara lebih awal
dibandingkan dengan masa berjalan anak-anak normal. Secara
psikologis anak berbakat memiliki kemampuan esmosi yang
unggul dan secara social pada umumnya mereka adalah anak-anak
yang populer serta lebih mudah diterima.
Berdasarkan prestasi akademik, anak berbakat pada dasarnya
memiliki sistem syaraf pusat (otak dan spinal cord) yang prima.
Oleh karena itu anak-anak berbakat dapat mencapai tingkat
kognitif yang tinggi. Menurut Bloom kognitif tingkat tinggi
meliputi berpikir aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kognitif
tingkat rendah terdiri dari berpikir mengetahui dan komprehensif.
Dalam usia yang lebih muda dari anak-anak normal, anak-anak
berbakat sudah mampu membaca dan kemampuan ini berkembang
secara konsisten. Mereka mampu menggunakan perbendaharaan
kata yang sudah maju.13
Perlu juga diketahui, bahwa kecemerlangan anak-anak juga disertai
tingkah laku yang menyimpang dan perlu diperhatikan serta ditangani.
Tingkah laku tersebut ialah:
1. Secara fisik anak-anak berbakat biasanya bertubuh tinggi, besar, kuat,
energik, lebih daripada anak normal dan seusianya. Juga lingkaran
kepala lebih besar ketimbang teman sebayanya.
2. Mereka ini biasanya juga menonjol dalam nomor olahraga

12
Ibid. Hlm 61-62
13
Ibid. Hlm. 63
11

3. Dari segi psikologis mereka ini biasanya:


 Cepat menangkap hal atau situasi baru
 Selalu haus akan pengetahuan, banyak menanyakan hal yang
berbobot, cepat mengembangkan diri dengan penemuan
 Daya ingatannya sangat kuat dan tinggi
 Kaya kosakata, memiliki keterangan bahasa yang tinggi, rasa
humornya berkembang dan bahasa lebih cepat dari temannyaa
 Telah belajar membaca pada usia kecil
 Konsentrasinya pada sesuatu kuat dan bertahan lama
 Belajar bahasa kedua juga cepat
4. Perkembangan sosialnya yang tinggi dibuktikannya dengan perannya
yang senantiasa jadi ketua dalam kelompok sosial
5. Hal-hal yang menyimpang bagi dirinya sendiri dapat menjadi masalah,
seperti:
 Cepat frustasi karena banyak orang di sekelilingnya termasuk
temannya tidak dapat mengerti ide-idenya
 Cepat bosan dengan pelajaran di sekolah karena dianggapnya
gampang
 Sering meremehkan sesuatu atau orang lain
 Sering menjadi gugup karena proses berpikirnya lebih cepat dari
berbicaranya14
Banyak pakar yang mengajukan pendapat tentang definisi atau batasan
anakberbakat. Secara tradisional orang mengatakan bahwa anak yang
berbakat adalah mereka yang memiliki IQ diatas rata-rata. Tetapi
kemudian ditentang muncul batasan baru yang sifatnya kebih menyeluruh.
Dikatakan anak berbakat jika:
 Berkembang cepat (precocity) lebih cepat dari teman sebayanya
 Genius, memiliki IQ tinggi mampu menerapkan kemampuannya pada
berbagai bidang, mampu memecahkan masalah

14
Nuraeni, Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hlm.131-132
12

 Kreatif, bertanggung jawab, mampu menciptakan masalah baru yang


berguna
 Bertalenta, memiliki kemampuan keacakapan khusus.15
Karakteristik khas anak-anak gifted, beberapa di antaranya adalah:
1) Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi, biasanya
ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal
IQ diatas 130.
2) Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidang bahasa,
matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan
prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
3) Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk
menemukan ide-ide baru.
4) Kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai
dengan harapan kelompok.
5) Prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain,
pendekatan terhadap tugas
6) Standar performa yang tinggi (kadangkala terlalu perfeksionis)
7) Konsep diri yang positif, khususnya dalam kaitan dengan dengan
usaha-usaha akademis .
8) Perkembangan social dan penyesuaian emosi di atas rata-rata
(meskipun beberapa anak berbakat yang ekstrim mungkin mengalami
kesulitan karena mereka sangat berbeda dari teman-teman sebayanya.
9) Memiliki motif intrinsik.16
Menurut Clark anak Berbakat memiliki lima ranah sifat yaitu:
1) Ranah kognitif meliputi sejenis kemampuan tinggi dan pembelajar
yang cepat dan pengingat informasi yang unggul, mereka dapat juga
dengan cepat melihat hubungan antara sesuatu yang mereka pelajari
dalam konteks yang berbeda.
15
Conny Semiawan, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1997), hlm. 70
16
Muhammad Idrus, “Layanan Pendidikan Bagi Anak Gifted Education Services For Cilderen
Gifted“,PSIKOPEDAGOGIA Jumal Bimbingan dan Konseling , Vol. 2, 2013, hlm. 119
13

2) Ranah afektif adalah suatu kecenderungan terhadap kedalaman


emosional dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain dan
kecenderungan terhadap tingkat-tingkat penilaian moral yang tinggi.
Perkembangan emosi individu cerdas dan berbakat lebih matang dan
stabil, karena ia mempunyai kemampuan kognitif yang tinggi.
Kemampuan kognitif tersebut membuat individu cerdas berbakat
mampu mengolah informasi sehingga menumbuhkan kesadaran akan
diri dan dunianya. Kondisi demikian menimbulkan perasaan bahwa
dirinya “berbeda” dibandingkan dengan yang lain. Tingkat
perkembangan yang bersifat psikologis lebih tinggi dari anak
seusianya.
3) Ranah fisik suatu perbedaan yang tidak lazim antara perkembangan
fisik dan intelektual, juga dengan sekolah yang mungkin mengalami
kesenjangan, dikhawatirkan secara tidak sengaja akan menjadi
penghambat aktivitas individu (siswa), terutama berkaitan dengan
pembelajaran. Perkembangan fisik yang tidak sejalan dengan
perkembangan intelektual, membuat individu (siswa) merasa kurang
sesuai secara fisik. Di lain sisi bila tuntutan sensasi fisik terasa kurang
menantang secara intelektual, maka siswa menjadi kurang tertarik
untuk berkompetisi dengan teman sebaya, karena dia merasa tidak
akan memperoleh kepuasan. Anak berbakat bisa jadi menunjukkan
aktifitas fisik yang berlebihan, namun bisa jadi dia malah menghindari
keterlibatannya dalam aktivitas fisik, dan hanya membatasi pada
aktifitas mental.
4) Ranah intuitif bahwa siswa yang berbakat dapat menunjukkan
kapasitas kreatif yang luar biasa dalam bidang usaha kreatif.
5) Ranah sosial peserta didik yang berbakat menunjukkan keinginan yang
kuat untuk memenuhi potensi-potensi pribadi mereka, sementara ia
juga membuat kontribusi sosial yang positif. Mereka dapat
14

menggunakan kemampuan intelektual tinggi terhadap solusi masalah-


masalah lingkungan budaya mereka.17
Menurut Treffinger mengemukakan sejumlah karakteristik unik anak
berbakat ialah bahwa anak berbakat memiliki karakteristik berikut:
a. Rasa ingin tahu yang tinggi (Curiosity).
b. Berimajinasi (Imagination).
c. Produktif (productivity).
d. Independen dalam berpikir dan menilai (Independence in thought and
judgment).
e. Mau mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan informasi dan
mewujudkan ide-ide (extensive fund of information and ideas).
f. Memiliki ketekunan (persistence).18
Ohio Association for Gifted Children mengemukakan karakteristik dan
perilaku yang positif anak berbakat, yaitu sebagai berikut.

Karakteristik Tingkah Laku yang Positif


a. Mengingat dan menguasai fakta-
a. Belajar dengan cepat/mudah
fakta secara cepat
b. Dapat membaca secara intensif
b. Membaca banyak buku dan
c. Memiliki perbendaharaan kata
menggunakan perpustakaan
yang bias
pribadi
d. Memiliki banyak informasi
c. Dapat mengkomunikasikan
e. Memiliki perhatian yang cukup
berbagai gagasan dengan baik.
lama
d. Cepat mengingat dan merespon
f. Memiliki rasa ingin tahu atau
e. Menyelesaikan tugas-tugas
interes terhadap berbagai hal
f. Banyak mengajukan pertanyaan,
g. Bekerja secara mandiri
atau memperoleh berbagai gagasan
h. Senang mengamati
g. Merancang sesuatu di luar
i. Memiliki rasa humor

17
J. Dafid Smith, Inklusi Sekolah Rana Untuk Semua, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2006), hlm.
311
18
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung, : PT Refika Aditama, 2006), hlm.
170
15

j. Mengerti atau mengenal tugasnya


hubungan-hubungan h. Mengenal masalah
k. Memiliki prestasi akademik i. Dapat menertawakan diri sendiri
yang tinggi j. Dapat memecahkan masalah-
l. Lancar dalam berbahasa masalah sosial sendiri
m. Individualistik k. Dapat mengerjakan tugas-tugas
n. Memiliki motif intrinsik. sekolah dengan baik
l. Memiliki perbendaharaan kata
yang luas, dan dapat mengarahkan
teman sebaya dengan cam yang
positif
m. Senang mempertahankan pendapat
sendiri, dan memiliki sedikit
teman
n. Memerlukan sedikit bantuan
guru.19
Ormrodseorang ahli bidang kreativitas dan anak berbakat, mendeskripsikan
tiga kriteria yang menjadi ciri anak berbakat:
a. Dewasa lebih dini (procecity).
Kecenderungan yang muncul pada anak berbakat adalah anak
mengalami masa dewasa sebelum waktunya apabila diberi kesempatan
untuk menggunakan bakat atau talenta mereka.
b. Kecenderungan individu gifted.
Dalam belajar terlihat dengan lebih kuatnya dorongan belajar
menuruti kemauan mereka sendiri. Lazimnya anak berbakat akan
belajar secara berbeda dengan anak lain yang tak berbakat pada
umumnya. Dengan begitu pada dasarnya mereka tidak model
scafollding dalam belajar (teknik untuk mengubah level bantuan untuk
belajar) dan orang dewasa. Kuatnya dorongan belajar atas kemauan

19
Muhammad Idrus, Layanan Pendidikan Bagi Anak Gifted Education Services For Cilderen
Gifted, PSIKOPEDAGOGIA Jumal Bimbingan dan Konseling , Vol. 2, 2013, hlm. 120
16

sendiri ini pada akhirnya sering menjadikan para anak gifted tidak mau
menerima instruksi dari orang lain secara detil. Hanya saja, dalam
bidang-bidang tertentu yang diidentifikasi keberbakatan mereka-
mereka dapat berprestasi dengan membuat penemuan atau
memecahkan masalah sendiri dengan cara yang unik, namun boleh jadi
kemampuan mereka di bidang normal.
c. Anak-anak gifrted memperlihatkan minat yang besar dan obsesif
bidang tertentu, Selain hal istimewa sebagai karakteristik anak gifted,
dalam kehidupan empiris anak gifted juga mengalami masalah justru
terkait dengan karakteristik yang dimilikinya Hasill penelitian yang
dilakukan oleh Ohio’s State Board of Education mengindikasikan
bahwa banyak anak berbakat mengalami “drop out” dari sekolah,
karena tidak memperoleh layanan akademik atau pembelajaran yang
dibutuhkan; anak berbakat yang tidak mendapatkan tantangan, atau
stimulasi yang dapat mengembangkan potensinya, cenderung kurang
siap menerima tantangan, tugas-tugas di sekolah yang lebih tinggi; 85
% anak berbakat mengalami “underachiever”, karena mereka tidak
memperoleh layanan pendidikan yang diharapkan; mereka sering
mengalami rasa bosan, kurang bersemangat, frustrasi, rasa marah, dan
merasa kurang berharga. 20

C. Cara Penanganan
Penanganan pendidikan yang dikemukakan Drs. Herry Widyastomo
MPd Pusbangkurrandik Balitbang menyebutkan bahwa layanan kepada
anak-anak ini dapat dianjurkan dengan berbagai alternative, seperti:
1. Pencapaian (exaltation) yakni loncatan dari satu jenjang satu kepada
jenjang yang lebih tinggi dan sesuai (di sekolah bisa loncat melewati
satu atau dua kelas diatas)
2. Memperkaya (enrichment) anak tetap di kelas tetapi ditambahkan jam
pengayaan
20
Ibid, hlm. 121
17

3. Pemisahan (segretation) yaitu diselenggarakan sekolah khusus untuk


mereka. Semacam SMA Nusantara di Magelang. 21
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat
akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah:
1. Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat
kompleksitas
2. Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi
juga mengembangkan kecerdasan emosional
3. Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.
Model-model layanan yang bisa diberikan pada anak berbakat yaitu
model layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan
bidang khusus.22
Dalam usaha membantu perkembangan anak untuk
mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki agar berfungsi secara
optimal terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar mencapai
hasil yang diharapkan, ialah:
1. Faktor intern anak
Dalam usaha memberikan pendidikan khusus kepada anak
berbakat perlu terlebih dahulu mengenali faktor bawaan dari dalam diri
anak artinya mengetahui semua ciri khusus yang ada pada anak secara
obyektif dan membedakan beberapa pengertian yakni:
a. Berbakat luar biasa pada fungsi-fungsi yang berhubungan dengan
proses informasi (kognitif) dan karena itu mempengaruhi aspek-
aspek lain
b. Berbakat luar biasa hanya pada salah satu atau beberapa aspek,
bias mengenai aspek kognitif atau aspek yang berhubungan dengan
keterampilan-keterampilan khusus. Sedangkan aspek-aspek lain
secara umum tergolong biasa saja.
21
Nuraeni, Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hlm.132
22
Meita Shanty, Strategi Belajar Untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Familia, 2015),
hlm. 40
18

2. Faktor kurikulum
a. Kurikulum berisi dan cara pelaksanaan yang disesuaikan dengan
keadaan anak atau berpusat oada anak (Chilearning disorder
centered) dan dengan sendirinya telah dilakukan identifikasi
mengenai keadaan khusus yang ada pada anak secara obyektif.
b. Kurikulum pada pendidikan kusus perlu menekankan bahwa
hendaknya tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan
untuk anak lain. Perbedaan hanya terletak pada penekanan dan
penambahan sesuatu bidang sesuai dengan kebutuhannya dan tetap
terpadu dengan kurikulum dasar
c. Kurikulum khusus diarahkan agar perangsangan yang diberikan
mempunyai pengaruh untuk menambah atau memperkaya program
(enrichment program) dan tidak semata-mata untuk mempercepat
(accelerate) berfungsi sesuai bakat luar biasa yang dimiliki
d. Isi kurikulum harus mengarah pada perkembangan kemampuan
anak yang berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta
berorientasi untuk mencapai sesuatu dan tidak hanya sekedar
memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif. 23
Dalam menghadapi anak berbakat, orang tua harus menunjukan sikap
memahami, peduli, terhadap pikiran dan perasaan anak, bersikap terbuka
dan memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan dirinya. Orang
tua mesti berperan sebagai guru bagi anak berbakat bagi keluarga.
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua dalam membantu dan
membimbinga anak berbakat ialah:
a. Menciptakan komunikasi terbuka antara orang tua dengan anak, antara
anak dengan anak disertai penuh kasih sayang, dan menghindarkan
sikap tekanan mental terhadap masalah anak.
b. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk
menghadapi dan memecahkan masalah. Hal ini penting untuk

23
Hargio Santoso, Cara Memahami & Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta:
Gosyen Publishing, 2012), hlm.64-65
19

mendorong anak untuk mengekspresikan diri secara kreatif,


memperoleh pengertian-pengertian yang terkandung dalam suatu
masalah, melakukan eksplorasi dan eksperimen.
c. Menyertakan anak dalam kegiatan orang tua sehingga anak
memperoleh wawasan yang lebih luas dan mendalam.
d. Memperhatikan kebutuhan utama anak dan mengupayakan untuk
memenuhi secara wajar.
e. Memberikan anak kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang
dipikirkan dan disenanginya.
f. Menghargai upaya dan hasil kerja anak dan ikuti perkembangannya,
bila mungkin didorong untuk mencapai hasil kerja yang sempurna.
g. Membantu anak untuk mengembangkan, memahami, dan
menyesuaikan kebutuhan-kebutuhannya.
h. Membantu anak menyusun skala prioritas kegiatan agar energi yang
ada pada dirinya dapat memanfaatkan dan tersalurkan dengan sebaik-
baiknya.
i. Menyediakan fasilitas dan sumber informasi yang dapat dimanfaatkan
oleh anak untuk memenuhi hasrat ingin tahunya.
j. Membantu anak untuk memahami perbedaan individual melalui
pembentukan pengertian
k. Memperhatikan kebutuhan gizi dan kesehatan anak
l. Menunjukkan rasa bahagia dalam hidup bersama dengan dia.24

D. Cara Belajar
Mayoritas anak-anak yang berbakat menghabiskan jam sekolahnya di
kelas-kelas umum. Bahkan ketika terlibat sekalipun dalam program-
program khusus, pada umumnya pengajaran mereka dilakukan di kelas-
kelas umum. Suatu penelitian jenis layanan khusus yang paling umum

24
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung, : PT Refika Aditama, 2006), hlm.
182
20

diberikan kepada sisiwa di tempat kelas umum. Layanan-layanan


pembelajaran tersebut menurut Cox, Daniel dan Boston adalah:
a. Kelas khusus paruh waktu(part time special class).
b. Belajar mandiri (independent study)
c. Ruang sumber (resource room)
d. Guru bantu (itenerant) atau guru pembimbing khusus (consulting
teacher)25
Jenis layanan khusus/ cara belajar yang diberikan anak berbakat:
a. Kajian dimensi program pendidikan
Dimensi karakteristik dan kebutuhan anak berbakat merupakan
salah satu dimensi yang harus dipertimbangkan dalam
mengembangkan program pendidikannya. Dimensi lain yang harus
dipertimbangkan dalam mengembangkan program pendidikannya.
Dimensi lain yang harus dipertimbangkan ialah dimensi (a) filosofis,
(b) tujuan program, (c) struktur/ isi program, (d) lingkungan belajar,
dan (e) model evaluasi.secara berkesinambungan dilakukan. Dalam
evaluasi ini tampaknya peran serta peserta didik amat diperlukan
sehingga modifikasi dan penyesuaian program dilakukan dengan
mempertimbangkan wilayah-wilayah interes mereka.
Sementara itu persoalan yang perlu dikaji lebih lanjut ialah
evaluasi hasil. Anak berbakat cenderung akan selalu mencapai tingkat
penguasaan yang tuntas.26
b. Program Bimbingan
Program bimbingan bagi siswa cerdas dan berbakat dapat
digolongkan ke dalam bentuk sebagai berikut:
1) Pengayaan (Enrichment)
Enrichment merupakan bimbingan bagi siswa dengan jalan
menyediakan kesempatan serta fasilitas belajar tambahan yang

25
J. Dafid Smith, Inklusi Sekolah Rana Untuk Semua, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2006), hlm.
310
26
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung, : PT Refika Aditama, 2006), hlm.
182
21

bersifat vertikal (pendalaman) dan horizontal (perluasan) setelah


siswa menyelesaikan semua tugas yang diprogramkan terhadap
siswa pada umumnya termasuk siswa yang bersangkutan. Bentuk
tugas ini dapat dilakukan dengan pemberian tugas mencari materi
di perpustakaan, belajar mandiri (independent study), proyek
penelitian, studi kasus, dan sebagainya.
2) Percepatan (Acceleration)
Pembinaan siswa berbakat dilakukan dengan memperbolehkan
siswa naik kelas secara melompat atau menyelesaikan program
reguler dalam jangka waktu yang lebih cepat. Bentuk percepatan
seperti masuk kelas lebih awal, naik kelas sebelum waktunya,
mempercepat pelajaran, dan sebagainya.
3) Pengelompokan khusus (Segregation)
Program Segregation ini dapat dilakukan secara penuh atau
sebagian. Kegiatan ini dilakukan dengan terlebih dahulu
mengumpulkan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan
luarbiasa (cerdas dan berbakat) dan diberi kesempatan untuk secara
khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
potensinya. Pelaksanaannya dapat diselenggarakan seminggu
sekali atau tiap hari dalam satu semester penuh. Bentuk
Segregation antara lain; homogeneus grouping, cluster grouping,
subgrouping dan cross grouping.
c. Teknik Bimbingan Bagi Siswa Cerdas dan Berbakat
Program Layanan Bimbingan dan Konseling yang dikembangkan
bagi siswa cerdas dan berbakat mengacu pada keadaan individu
sebagai manusia seutuhnya sehingga menyentuh semua dimensi
perkembangan pribadinya. Teknik untuk menangani siswa tersebut
mengarah pada unsur-unsur yang berhubungan dengan:
1) Pengembangan ranah kognitif/intelektual
Guru pada pengembangan ini diharapkan menyediakan
rentangan pengalaman belajar yang luas serta dapat diakselerasikan
22

dan mengakselerasi perkembangan kognitif siswa berbakat.


Pengolahan bahan dan tugas ajar dilakukan secara khusus yang
mendasarkan pada kurikulum yang ada sehingga dapat
memberikan layanan optimal bagi siswa cerdas dan berbakat.27
2) Pengembangan ranah afektif
Pembimbing diharapkan memahami pikiran dan harapan anak
berbakat dengan sikap terbuka, serta membantu anak memahami
pikiran dan harapan yang ada pada dirinya dana kemungkinan
pemenuhannya di dalam kehidupan berkelompok.
Pemahaman sikap, pemikiran dan harapan terhadap orang lain
(dalam hal ini khususnya individu cerdas dan berbakat) tidak
mungkin dilakukan oleh seseorang yang berfikir negatif terhadap
dia, namun oleh orang yang mempunyai pemikiran “bersih”,
dengan bertanya langsung kepada yang bersangkutan “dari tangan
pertama” dan bukan berdasarkan berita “bukan dari tangan orang
lain”. Data atau informasi dari orang lain tanpa adanya cross check
terhadap yang bersangkutan bisa jadi akan menjadi fitnah yang
akan merugikan semua pihak. Mengapa demikian, karena
penanganan yang keliru terhadap mereka bisa berakibat aset
bangsa yang sangat berharga akan tidak termanfaatkan secara
optimal. Dan tentu saja tidak ada bangsa yang bodoh serta tidak
ingin maju kecuali mereka yang mensia-siakan aset yang sangat
berharga ini. Mudah-mudahan bangsa kita tidak termasuk yang
demikian.
Pemahaman atas sikap, pemikiran dan harapan terhadap
individu cerdas dan berbakat tergantung kepada keterbukaan dua
belah pihak yang dilandasi oleh kepercayaan dan penerimaan diri.
Ini merupakan dasar dari pengembangan ranah afektif, mengingat
individu cerdas dan berbakat agak sedikit “rumit”. Rumitnya

27
Luhur Wicaksono, “Bimbingan Konseling Bagi Siswa Cerdas dan Berbakat”, Jurnal
Pembelajaran Prospektif, Vol. 1, 2016, hlm. 34-35
23

individu ini karena ia mempunyai variasi pemikiran dengan


jangkauan yang sangat luas dan mendalam, sehingga untuk
Pembimbing yang kurang mempunyai wawasan dan “sedang-
sedang saja” akan cenderung pada terlalu cepatnya memberikan
vonis dan atribusi kepada individu cerdas dan berbakat dengan
sesuatu yang kurang baik. Jika demikian ketidaksuksesan
penanganan dengan teknik ini justru karena kesalahan pembimbing
berkait dengan ketidakmampuannya atau keterbatasan
kemampuannya.
3) Pengembangan ranah fisik
Pembimbing diharapkan memberikan layanan yang dapat
memberikan kemungkinan siswa memperoleh pengalaman
memadukan pola perkembangan berfikir dengan perkembangan
fisik. Layanan Bimbingan yang dapat diberikan adalah membantu
siswa memilih kegiatan fisik yang sesuai dengan
perkembangannya dan memberikan peran-peran yang sesuai di
dalam kelompoknya.28
4) Pengembangan ranah intuitif
Fungsi intuitif merupakan fungsi yang terlibat di dalam
pemunculan wawasan dan tindakan yang kreatif. Mengingat
fungsinya yang demikian itu, maka layanan bagi siswa berbakat
perlu mempedulikan pengembangan pengalaman yang mendorong
individu untuk berimajinasi dan berkreasi. Pengembangan
lingkungan belajar yang merangsang stimulus baru sebagai daya
imajinasi dan kreativitas individu, dapat dirancang sebagai bentuk
layanannya. Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian stimulus
yang mendorong siswa mencari informasi baru sebagai alternatif
pemecahannnya.

28
Ibid, hlm. 35
24

5) Pengembangan ranah masyarakat


Pemberian layanan dapat dilakukan dengan membantu siswa
memperoleh pengalaman mengembangkan diri menjadi anggota
kelompok, serta mampu berpartisipasi dalam proses kelompok,
memperluas perasaan keanggotaan kelompok menjadi anggota
keanggotaan masyarakat, memperluas identifikasi diri dari
masyarakat terbatas kearah identifikasi terhadap masyarakat luas.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan merancang kegiatan-
kegiatan kelompok khusus.29

2. Genius
A. Pengertian
Genius dapat kita pahami dari pendapat para pakar. Dalam buku,
Pendidikan bagi Anak Genius, Sri Rumini mengatakan bahwa terdapat
beberapa pendapat yang berbeda-beda tentang kata genius.
Banyak orang awam yang berpendapat bahwa semua anak yang
cerdas, cemerlang, dan memiliki kemampuan tinggi adalah anak cerdas.
Terman berpendapat, batasan IQ anak genius adalah 140. Dalam The
Wood Book Encyclopedia, Volume 8, halaman 87 dinyatakan bahwa dari
sudut pandang psikologi, genius adalah seseorang yang mempunyai IQ
140 atau lebih.
Ruth Strong mempunyai pendapat lain lagi terhadap para genius.
Menurutnya, kata genius sering diterapkan pada individu yang mempunyai
kapasitas istimewa (luar biasa) dan mampu menciptakan sesuatu yang
sangat tinggi nilainya. Jadi titik beratnya pada hasil ciptaannya, tidak pada
tingkatan inteligensinya.
Baker juga mengakui bahwa belum ada keseragaman pendapat
mengenai kriteria genius dan gifted. Ia berpendapat, Definitions of the
gifted are always troublesome since there are many different

29
Ibid, hlm. 34-35
25

interpretations, as illustrated by ‘genius’ special talent. Intelligence


quotients of 200 or bigher, the bigbest one or two percent, etc.30
Menurut Sutartinah Tirtonegoro, genius adalah anak yang memiliki
kecerdasan yang luar biasa, sehingga dapat menciptakan sesuatu yang
tinggi nilainya. Intelligence Quotien-nya (IQ) berkisar antara 140- 200.31
Dalam Ensiklopedia Anak Berkebutuhan Khusus disebutkan
bahwa, Genius adalah anak-anak yang memiliki tingkat inteligensi atau IQ
diatas 140. Anak-anak yang tergolong kedalam anak genius memiliki
kehebatan tak terkira di satu atau beberapa bidang sekaligus. Pola pikir
anak genius sungguh jauh diatas anak-anak seusia mereka. Bahkan saat
dewasa kelak, apa yang menjadi pikiran anak genius kadangkala lebih
dahulu timbul sampai sulit untuk di jangkau oleh orang-orang yang ber-IQ
rata-rata. Misalnya Bill Gates yang dengan cemerlang menciptakan
program computer, Da Vinci dengan lukisan dan karya arsitekturnya, atau
B.J Habibie dengan sayap pesawatnya. Seorang yang genius memiliki
originalitas/keaslian dalam berkarya. Sehingga pantang bagi mereka untuk
menyadur dari karya orang lain selain tujuan memperbaiki dan
memaksimalkan kemampuan hasil penemuan tersebut.32
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
anak genius adalah anak yang luar biasa cerdasnya, sehingga dapat
menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Bila diukur dengan tes
inteligensi, IQ mereka paling rendah 140, sedang yang paling tinggi dapat
mencapai 200 lebih. Jumlah anak genius kurang lebih 1-2% dari populasi
penduduk.

30
Jamal Ma’mur Asmani, Mencetak Anak Genius, (Jogjakarta : Diva Press, 2009), hlm. 42-44
31
Wardani, Materi Pokok Pendidikan Luar Biasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 29
32
Afin Murtie, Ensiklopedi Anak Berkebutuhan Khusus, (Jogjakarta: Redaksi Maksima, 2016),
hlm. 144
26

B. Karakteristik Anak Genius (IQ 140-200)


SCU Munandar dalam buku Laporan Penataran Guru Anak
Berbakat mengemukakan pendapat Renzulli bahwa yang menentukan
bakat seseorang ada tiga ciri-ciri, yaitu:
a. Kemampuan di atas rata-rata (above average)
b. Kreativitas (creativity)
c. Tanggung jawab terhadap tugas (task commitment)

Berdasarkan pola tersebut dapat disimpulkan bahwa yang


menentukan bakat seseorang ialah interaksi antara ketiga cluster tersebut.
Setiap cluster mempunyai peran yang sama-sama menentukan. Jadi, bukan
kemampuan di atas rata-rata saja, tetapi kreativitas dan tanggung jawab
atau pengikatan diri terhadap tugas, sama pentingnya. Yaitu:
a. Kemampuan umum ialah bidang-bidang kemampuan umum yang
biasanya diukur dengan tes intelegensi, prestasi, aptitude dan tes
kemampuan mental primer.
b. Kreativitas yaitu meliputi ciri-ciri aptitude (kelancaran, fleksibelitas,
dan originalitas dalam berfikir) maupun ciri-ciri aptitude seperti
pelibatan diri sepenuhnya untuk mencipta sesuatu.
c. Peningkatan diri terhadap tugas yaitu semangat dan peningkatan diri
sepenuhnya untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu tugas. 33
Teman dan kawan-kawan mengadakan suatu studi longitudinal
yang intensif dari 1528 anak genius. Peneliti tersebut mempelajari
karakteristik fisik, mental, social dan emosional pada kelompok anak
genius , yaitu:
1. Karakteristik fisik
Karakteristik secara fisik lebih baik dibandingkan anak normal.
Diantara mereka memiliki prestasi gemilang di bidang olahraga.

33
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Yogyakarta: PT Bumi
Aksara, 2015), hlm. 34
27

2. Karakteristik mental
Anak genius memperlihatkan superioritas dalam membaca, berbahas,
aritmetika, science, literature, dan seni. Mereka lebih aik dalam
kemampuan reasoning, generalization dan comprehention.
3. Karakteristik minat
Minat anak genius sangat banyak. Mereka belajar lebih mudah dan
memiliki minat yang besar terhadap buku dan sangat tertarik pada
subjek-subjek yang abstrak.
4. Karakteristik social
Anak genius lebih dapat dipercaya, jujur, ikhlas, dan cenderung peka.
5. Karakteristik lain, yaitu: prestasi akademik yang tinggi, terpusat pada
ide abstrak, percaya diri, kekuatan ego tinggi, lebih senang kebebasan,
lebih matang dalam hubungannya dengan dunia luar.34
Ciri-ciri anak genius mempunyai dua macam sifat, positif dan
negative. Mereka mempunyai kekuatan dan kelemahan. Jadi, yang ada
adalah kecenderungan-kecenderungan tertentu. Jika dalam lingkungan
yang baik, ia berkembang menjadi ciri-ciri yang positif. Sedangkan dalam
lingkungan yang tidak menguntungkan, akan berkembang menjadi ciri-ciri
yang negatif.
a. Sifat-sifat positif anak genius35
1) Memiliki kecerdasan yang sangat tinggi dan mampu menciptakan
hasil karya yang bermutu
2) Daya abstraksinya sangat baik
3) Kaya dengan ide-ide dan konsep pemikiran yang imajinatif
4) Memiliki cara berpikir logis, kritis, dan objektif
5) Analitis
6) Pandai mengevaluasi (evaluator yang kritis)
7) Sangat kreatif
8) Senang belajar dan bekerja secara mandiri
34
Retno Kumolohadi, Tahap-Tahap Penting dalam Penanganan anak jenius, Jurnal Psikologika
nomor 6 tahun III 1998
35
Jamal Ma’mur Asmani, Mencetak Anak Genius, (Jogjakarta : Diva Press, 2009), hlm. 47-48
28

9) Peka dan tanggap dalam melihat sesuatu


10) Serba ingin tahu
11) Bertindak cepat dan tepat dalam menyelesaikan tugas pekerjaan
12) Senang mencoba (eksperimentasi)
13) Senang meneliti
14) Senang dan mampu memecahkan masalah (problem solving)
15) Dapat cepat mengambil kesimpulan
16) Perkembangan kecakapan dimulai pada waktu umur masih
sangat muda
17) Jujur dan korektif
18) Spontan
19) Senang mengkritik dengan objektif
20) Tidak mudah percaya segala sesuatu berdasarkan pertimbangan
pikir
21) Senang membuktikan kebenaran sesuatu
22) Walaupun para genius mempunyai keunggulan yang tersebar
dalam segala bidang, tetapi lebih banyak yang berkarakteristik
menghasilkan ilmu dari pada inspirasi artistic
23) Menonjol pada suatu bidang tertentu (talent)
b. Sifat-sifat Negatif Anak Genius36
1) Cenderung mementingkan dirinya sendiri (egois)
2) Tempramennya tinggi, cepat bereaksi (emosional)
3) Tidak mudah bergaul (asocial)
4) Sukar menyesuaikan diri dengan orang lain (intolerant)
5) Perkembangan pribadinya tidak seimbang (immaturity)
6) Sering menyendiri, sibuk melakukan penelitian dan percobaan-
percobaan, sehingga lupa diri akan tugas sehari-hari (isolasi)
7) Sering melakukan hal-hal yang tidak umum, karena kacaunya
pikirannya (eksentrik)
36
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Yogyakarta: PT
Bumi Aksara, 2015), hlm. 41
29

8) Tidak mudah menerima pendapat orang lain


9) Sering melakukan tindakan-tindakan yang melampaui batas
(ekstrem)
10) Perkembangan mentalnya sering tidak terarah, sering cemas, dan
tak tahu arah ke mana langkah-langkah yang harus dilaluinya.
Lebih-lebih genius yang IQ-nya mendekati 200.
Menurut penelitan Dr. Linda Silverman, direktur givted
development center di Kanada ciri-ciri khas anak jenius yaitu:
a. Mampu mempelajari satu hal dengan lebih cepat dibanding anak
seusianya.
b. Memiliki perbendaharaan kata yang banyak dan daya ingat luar biasa.
c. Mampu menjaga daya konsentrasi secara intensif.
d. Memiliki kepekaan secara moral, peduli, suka membantu, dan
mengembangkan rasa adil.
e. Suka bergaul dengan orang yang lebih tua, memiliki perasaan peka,
mudah tersinggung, dan perfeksionis.
f. Memiliki rasa ingin tahu yang besar, minat beragam dalam segala
bidang, suka mengamati dan bisa memecahkan masalah dengan
matang.
g. Tubuhnya sehat, stamina tinggi, dan memiliki banyak ide kreatif.
h. Memiliki kecenderungan gemar berimajinasi, menyenangkan, dan suka
membaca.
i. Cakap dalam berhitung, kritis dan ahli bermain puzzle hingga
berbentuk banguna yang spektakuler.37

C. Menggali Potensi Anak Genius


a. Mengembangkan rasa cinta dan penerimaan sepenuhnya terhadap
segala kelebihan dan kekurangan anak.

37
Afin Murtie, Ensiklopedi Anak Berkebutuhan Khusus, (Jogjakarta: Redaksi Maksima, 2016),
hlm. 144-145
30

Setiap anak, genius sekalipun akan memiliki kelebihan dan


kekurangan masing-masing. Sebagai orang tua yang ingin
memaksimalkan potensi anak harus mau menerima kedua sisi
kekurangan dan kelebihan tersebut dengan lapang dada sehingga
nantinya anak bisa memaksimalkan potensi mereka dengan tetap
merasa dicintai sepenuh hati oleh orangtua mereka.
b. Menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, dan menyenangkan
bagi anak.
Potensi anak akan mampu berkembang apabila mereka berada di
lingkungan yang nyaman, aman, dan menyenangkan. Dalam fisik yang
sehat dan psikis yang bahagia maka potensi anak genius bisa tergali
dengan optimal. Mereka tak segan melakukan hal-hal yang
dianggapnya menyenangkan untuk mendapatkan hasil yang
38
spektakuler.
c. Menggali bakat dan potensi anak dengan memberi stimulasi secara
konsisten.
Bakat dan potensi anak genius bisa digali dengan memberikan
stimulasi secara konsisten pada beberapa bidang sekaligus. Saat anak-
anak masih usia balita, mereka lebih mudah menangkap informasi dan
pemebalajaran ketrampilan yang sesuai dengan kesukaan mereka.
Misalnya anak-anak yang suka bermusik, akan lebih optimal jika
diikutkan satu les music dengan guru pendamping daripada dibiarkan
belgjar sendiri di rumah. Saat masa-masa penggalian bakat ini
orangtua tak perlu merasa lelah karena memang akan banyak yang
ingin dilakukan oleh anak genius. Semangat dan staminanya yang
tinggi membuat mereka merasa nyaman menghabiskan waktu dengan
belajar dan mencoba berbagai kursus ketrampilan diwaktu
senggangnya.
d. Melengkapi sarana dan prasaran sesuai dengan minat dan kemampuan
anak.

38
Ibid, hlm. 145-146
31

Jer Basuki Mawa Beya, begitu kira-kira pepatah jawa dalam


menyikapi adanya biaya yang harus dikeluarkan jika seseorang ingin
mencapai tujuannya. Demikian pula dengan penggalian potensi dan
pelatihan berbagai ketrampilan yang perlu diberikan kepada anak-anak
genius. Saat telah tampak ketertarikan mereka terhadap satu bidang
maka berikanlah sarana dan prasarana penunjang agar apa yang
dilakukan bisa maksimal dan optimal. Misalnya anak-anak yang suka
meneliti tumbuhan, maka orangtua perlu menyediakan kebun mungil
dan tempat pendidikan agar mereka bisa mengeksplorasi kemampuan
dan aplikasi dari berbagai bacaan yang selama ini ditekuninya.
e. Memberikan reward (hadiah) saat anak mencapai keberhasilan dan
ketekunan.
Bukan hanya keberhasilan berbentuk prestasi saja yang perlu
ditunjang dengan pemberian reward, ketekunan anak melakukan satu
hal agar mencapai tujuan yang diinginkannya juga perlu mendapat
reward dari orang tua. Sebab dengan pemberian reward tersebut maka
anak akan merasa dihargai serta berkeinginan untuk mencapai hasil
yang lebih baik lagi saat melakukan percobaan dan menuangkan
kreativitas berikutnya.39

D. Tahap Tahap Penanganan Anak Genius


Penanganan sebaiknya dilakukan secara bertahap dan dipantau
perkembangannya secara terus menerus. Penahapan ini dilakukan agar
suatu program dapat berdaya guna sehingga dapat tepat mengenai sasaran
program itu sendiri. Adapun tahap-tahap penanganan tersebut adalah:
a. Identifikasi
Menurut Whitmore sebelum anak genius memperoleh penanganan
tertentu, terlebih dahulu diperlukan pengumpulan data-data yang
relevan, yang dapat diperoleh melalui observasi yang hati-hati
terhadap performa dan perilaku mereka dalam berbagai situasi (metode

39
Ibid, hlm. 145-146.
32

pengumpulan data yang lain dapat berupa wawancara, assessment,


dokumentasi), membuat hipotesis kemudian mengembangkan suatu
partnership dengan siswa yang bertujuan kearah pemecahan masalah.
Identifikasi sangat penting karena mungkin saja di lapangan akan
didapat anak-anak yang kelihatannya genius tetapi ternyata kapasitas
yang sesungguhnya adalah biasa-biasa saja. Orang mudah terkecoh
dengan perilaku anak yang kelihatannya aktif, banyak bicara,
bersemangat, dikatakan anak pintar. Merujuk pada konsep Renzuli
mengenai keberbakatan itu tidak hanya menyentuh kawasan intelektual
tetapi juga pada kawasan non intelektual. Dimensi-dimensi non
intelektual mencakup komitmen pada tugas dan kreativitas dapat
diketahui dari hasil pengumpulan data dari guru maupun teman
sebayanya.
b. Tahap perlakuan/tindakan
Setelah dilakukan identifikasi, tindakan berikutnya adalah tahap
kelanjutannya. Program alternatif tindakan pada anak genius tak
kurang dari 30 model namun demikian secara konvensional dapat
digolongkan menjadi 3 model, yaitu: enrichment (pengayaan),
acceleration (akselerasi) maupun kelas khusus.
Tindakan nyata dengan suatu program pengayaan adalah dengan
mengeliminasi perilaku guru yang kurang medidik termasuk perilaku
yang merendahkan harga diri siswa, dan terlalu kaku dalam membuat
aturan di kelas. Program pengayaan dapat dilakukan dengan cara:
memberikan tambahan pelajaran, ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang yang cukup memadai, mengikutsertakan dalam pendidikan
non formal, memberikan kesempatan untuk naik kelas sebelum
waktunya (loncat kelas). Program pengayaan dapat menjadikan anak
genius terpisah dari kelopok usia sebayanya dan menjadi orang
eksklusif ditingkat pendidikan tertentu ketika ia harus loncat kelas.
Tindakan ini dilakukan sekolah dengan alasan kuat, yaitu untuk
menghindari rasa bosan pada diri anak karena semua materi pelajaran
33

dicerna dengan begitu mudahnya sehingga kurang menimbulkan


tantangan lagi. Akibatnya mereka seka mengganggu temannya di
kelas.
Program akselerasi adalah alternatif lain suatu tindakan. Program
ini mampu melibatkan pengalaman sosial-emosional anak genius.
Model ini dianggap lebih menyentuh aspek kepribadian siswa dan
diberi nama akselerasi plus, maksudnya dengan memperhatikan
perkembangan kognitif yang mengajak siswa berfikir divergent,
perkembangan social serta emosional kemudian ditambah dengan
layanan khusus berupa mentoring, studi mandiri, bimbingan konseling
serta program-program berdasarkan sumber masyarakat.
Implementasi berikutnya dan program optimalisasi kemampuan ini
adalah dengan memindahkan anak genius ke sekolah dengan standar
kompetisi siswa-siswa unggulan. Harapannya, anak genius dapat
saling berbagi pengetahuan, dan pengalaman sehingga akan merasa
sepenanggungan.
c. Tahap penilaian
Serangkaian yang diadakan dalam program pengayaan dan
akselerasi dipantau keberhasilannya melalui berbagai mekanisme
penilaian, misalnya: untuk kegiatan tambahan ekstrakurikuler yang
bersifat wajib diadakan ujian tersendiri tiap akhir tahun ajaran dan
mendapat sertifikat. Kegiatan penilaian ini merupakan tahap terakhir
dari keseluruhan program.40

E. Pola pengasuhan anak genius menggunakan metode pendidikan ala


Rasulullah SAW
Anak genius merupakan anak dengan kemampuan diatas rata-rata
anak. Dia akan berfikir jauh melampaui teman sebayanya. Pertanyaan
yang diajukan lebih kritis disbanding anak normal lainnya. Maka perlu

40
Retno Kumolohadi, Tahap-Tahap Penting dalam Penanganan anak jenius, Jurnal Psikologika
nomor 6 tahun III 1998
34

metode yang tepat untuk menjawabnya agar proses berfikirnya tidak


mandeg dan terus melesat sehingga kehausannya akan pengetahuan bisa
dicukupi dan berguna bagi pengembangan dirinya kelak. Penerapan pola
asuh, pendidikan dan pengajaran ala Rasulullah pada anak genius
diantaranya:41
a. Metode modeling dan etika mulia
Guru sebagai role model bagi anak genius. Seorang guru harus
memberikan contoh kepada semua peserta didik tak terkecuali anak
genius. Contoh yang diberikan dengan tulus yang dilaksanakan bukan
hanya sekedar memberi contoh tapi cerminan kepribadian yang baik
dari diri guru, akan sangat membekas pada anak genius.
b. Metode pengajaran graduasi
Pembelajaran graduasi adalah pembelajaran bertahap. Bagi anak
genius tahapan pembelajaran lebih cepat dibandingkan anak dengan
inteligensi normal. Maka guru harus memberikan hak mereka untuk
belajar sesuai kemampuan mereka.
c. Metode situasional dan kondisional
Anak genius memiliki kondisi yang berbeda dengan teman sebayanya
yang normal. Disatu sisi dia mengalami kemajuan yang sangat cepat
namun disisi lain ada perkembangannya yang lambat. Guru harus
memahami situasi dan kondisi peserta didik yang merupakan anak
genius. Disisi perkembangannya yang pesat, guru seyogyanya
memberikan penguatan dan materi tambahan namun disisi yang
terhambat, guru mendukung dan melatih pelan-pelan untuk
menyelaraskan agar tidak jauh tertinggal dibanding teman sebayanya.
d. Metode pertanyaan (berpikir logis/rasional)
Guru menggunakan metode pertanyaan untuk memancing agar peserta
didik berfikir logis. Anak genius dengan intelegensi yang tinggi akan
terasah pola pikirnya dengan metode pertanyaan. Guru juga bisa

41
Novita Pancaningrum, Pola Asuh Anak Cerdas Istimewa ala Rosulullah vol. 5 no. 2 Juli-
Desember 2017.
35

mengecek pemahaman peserta didik agar tidak melenceng dari yang


seharusnya.
e. Metode pertanyaan untuk menyelami kecerdasan dan pemahaman
Metode ini sangat disukai anak genius, guru bisa memberi tebak-
tebakan yang membuat pembelajaran sangat menyenangkan.
f. Metode tasybih (membuat kesamaan antara beberapa hal yang
berbeda)
Anak genius memiliki kecerdasan yang luar biasa. Guru bisa mengajak
peserta didik bermain melihat persamaan dari hal-hal yang berbeda.
g. Metode selektif dan disesuaikan dengan kompetensi peserta didik
Potensi yang dimiliki peserta didik berbeda-beda. Guru yang
menguasai ilmu pendagogik mengerti kompetensi yang dimiliki setiap
peserta didiknya. Anak genius memiliki kepekaan sendiri-sendiri.
Maka guru harus bisa memberikan pembelajaran disesuaikan dengan
kompetensi masing-masing dengan mengingat kepekaan anak genius
yang dia ajar.42

3. Downsyndrome
A. Pengertian

Secara statistik, sindroma down adalah sumber gangguan yang terjadi


sebesar 5-6% dari total status tunagrahita. Mesti terhitung sedikit jika
dilihat dari jumlah keseluruhan kasus tunagrahita, down syndrome lebih
menyita perhatian karena karakteristik fisiknya yang mudah dikenali.

John Langdon Down ada;ah dokter inggris yang mula-mula


mendeskripsikan sindroma ini di tahun 1866. Karena putri dan cucu
Langdon Down sendiri dilahirkan dengan kondisi penyandang down
syndrom. Dari 1.000 anak yang dilahirkan, terdapat satu orang yang
mengalami down syndrom. Kecenderungan tersebut meningkat apabila
meningkat apabila usia si ibu di atas 35 tahun saat mengandung. Walau

42
Ibid jurnal vol. 5 no. 2 Juli-Desember 2017
36

begitu banyak juga anak-anak down syndrome berasal dari ibu hamil di
akhir usia 20-an. Down Syndrome dikenal juga dengan istilah Trisomy 21
yakni terjadinya kelainan pada kromosom ke-21. Penyimpangan tersebut
tertangkap dalam penelitian oleh dr.Jerome Lejeune di thaun 1959. Down
Syndrome adalah suatu kelainan genetik dibawa sejak lahir bayi,terjadi
ketika saat masa embrio (cikal bakal bayi) disebabkan kesalahan salam
pembelahan sel yang disebut “nondisjunction” embrio yang biasanya
menghasilkan dua salinan dua salinan kromosom 21, namun pada kelainan
down syndrome menghasilkan tiga salinan kromsom 21,akibatnya bayi
memiliki 47 kromosom bukan 46 kromosom pad lazimnya.

Menurut Dra.Teti Ihsan, M.Si, peneliti down syndrome, salah satu


dampak dari abnormalitas kromosom 21 pada anak yang memiliki down
syndrome adalah keterbelakangan intelektual yang erat kaitannya dengan
kemampuan akademik, kecerdasan majemuk, memberikan ruang untuk
dapat berkembangnya berbagai unsur-unsur dari kecedasan tersebut.
Namun apabila mereka difasilitasi, didorong dan diberi kesempatan dalam
mengembangkan kecedasan tersebut, tidak menutup kemungkinan mereka
mampu mencapai eptimalisasi sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya 43

Jenis down syndrome dapat dibagi menjadi 2 atas dasar jumlah


kombinasi kromosom, yaitu : (1) Mocaicism, Down Syndrome dimana
kombinasi sel beberapa mengandung 46 kromosom biasa dan beberapa
mengandung 47, jenis Down Syndrome ini hanya menyumbangkan 1%
dari seluruh jenis Down Syndrome yang ada, dan memiliki lebih sedikit
karakteristik Down Syndrome daripada mereka dengan jenis Sindrom
Down lainnya. (2) Translocation, Down Syndrome dimana jumlah total
kromosom dalam sel tetap 46, namun salinan kromosom 21 penuh atau
parsial tambahan melekat pada kromosom lainnya. Down Syndrome jenis

43
Dewa pandji, Sudahkah Kita Ramah Anak Special Needs, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo,2013) hlm 10- 11
37

ini menyumbang 4% dari kasus Down Syndrome yang ada. Memiliki lebih
banyak karakteristik Down Syndrome.

Diagnosis Down Syndrome bagi para ibu dan anaknya dapat dilakukan
menggunakan dua cara, yaitu :

1. Sebelum Lahir

Ada dua kategori tes untuk Sindrom Down yang dapat dilakukan
sebelum bayi lahir: tes skrining dan tes diagnostik. Pemeriksaan
prenatal memperkirakan kemungkinan janin mengalami Down
Syndrome. Tes ini tidak dapat memberikan kepastian apakah janin
menderita Down Syndrome atau tidak, namun tes ini memberikan
diagnosis pasti dengan akurasi hampir 100%.

Tes skrining pralahir yang sekarang tersedia untuk wanita hamil


adalah tes darah dan USG (sonogram). Tes darah (tes skrining serum)
mengukur jumlah berbagai zat dalam darah ibu. Bersama dengan usia
wanita, ini digunakan untuk memperkirakan peluangnya untuk
memiliki anak dengan Down Syndrome. Tes darah ini sering dilakukan
bersamaan dengan sonogram terperinci untuk memeriksa "penanda"
(karakteristik yang diperkirakan memiliki hubungan signifikan dengan
Down Syndrome). Skrining prenatal baru yang canggih sekarang dapat
mendeteksi materi kromosom dari janin yang bersirkulasi dalam darah
ibu. Tes ini tidak invasif, tetapi memberikan tingkat akurasi yang
tinggi. Prosedur diagnostik lain yang tersedia untuk diagnosis Down
Syndrome pada saat prenatal adalah chorionic villus sampling (CVS)
dan amniosentesis. Prosedur-prosedur ini, yang membawa risiko 1%
menyebabkan keguguran, namun memberikan hampir 100% akurat
dalam mendiagnosis Down Syndrome. Amniosentesis biasanya
38

dilakukan pada trimester kedua antara 15 dan 20 minggu kehamilan,


CVS pada trimester pertama antara 9 dan 14 minggu. 44

2. Saat Lahir

Down Syndrome biasanya diidentifikasi saat lahir dengan adanya


ciri-ciri fisik tertentu: tonus otot rendah, lipatan dalam tunggal di
telapak tangan, profil wajah sedikit rata dan miring ke atas ke mata.
Fitur-fitur ini dapat terjadi juga pada bayi tanpa Down Syndrome,
analisis kromosom yang disebut kariotipe dilakukan untuk
mengkonfirmasi diagnosis. Untuk mendapatkan kariotipe, dokter
mengambil sampel darah untuk memeriksa sel-sel bayi. Kromosom
dipotret, kemudian dikelompokkan berdasarkan ukuran, jumlah, dan
bentuk. Dengan memeriksa kariotipe, dokter dapat mendiagnosis
Down Syndrome. Tes genetik lain yang disebut FISH dapat
menerapkan prinsip-prinsip serupa dan mengonfirmasi diagnosis
dalam waktu yang lebih singkat.45

B. Karakteristik Down Syndrome

Anak penyandang Down Syndrome memiliki risiko lebih tinggi akan


masalah kesehatan dibandingkan dengan anak-anak normal. Beberapa
masalah yang erat kaitannya dengan anak-anak ini adalah: kelainan
jantung, kepekaan terdadap infeksi pada mata maupun kelainan pada
bentuk otak.

Cacat tambahan seperti usus pendek, tidak beranus/dubur, busung


dada, lemah otot maupun kerusakan syaraf adalah gambaran umum bagi
penyandang Sindrom Down dan pada usia dewasa kemungkinan terserang
penyakit Alzhimer (kehilangan sebagian besar memori) lebih besar 25%
dibandingkan dewasa normal yang hanya 6%. Anak yang murni Down

44
Wardah, “Antara Fakta dan Harapan Sindrom Down” (Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan
RI, 2019), hlm 1-2
45
Ibid. Hlm. 2-3
39

Syndrome pun belum tentu akan sehat sempurna selamanya, suatu waktu
akan terlihat jelas kemunduran kesehatannya. 46

Beberapa masalah fisik yang mungkin akan dialami anak-anak dengan


Down Syndrome, walaupun tidak semua anak mengalami masalah yang
sama dengan derajat gangguan yang sama pula. Gangguan yang dapat
dialami anak Down Syndrome antara lain:

 Gangguan Pendengaran

Banyak anak Down Syndrome memiliki rongga hidung yang kecil,


yang membuat mereka sulit untuk melawan flu dan infeksi. Apabila
hal ini tidak ditangani sedini mungkin, anak akan mngalami gangguan
pendengaran dan belajar.

 Gangguan komunikasi, bicara dan bahasa

Banyak anak Down Syndrome memiliki rongga hidung yang kecil,


yang membuat mereka sulit untuk melawan flu dan infeksi. Apabila
hal ini tidak ditangani sedini mungkin, anak akan mengalami gangguan
pendengaran dan belajar.

Biasanya bayi terdiagnosa sebagai Down Syndrome lebih karena


roman mukanya, yaitu:

 Lemah otot (Muscle Hypotenia)


 Profil muka yang datar (Flat Facial Profile)
 Bentuk mata yang keatas (Oblique Palpebral Fissures)
 Bentuk kuping yang abnormal (Dysplastic Ear)
 Satu garis horisontal pada telapak tangan (Simian Crease)
 Kelenturan yang berlebihan pada persendian (Hyperflexibility)

46
Frieda Handayani Kawanto, Soedjatmiko, Pemantauan Tumbuh Kembang Anak dengan
Sindrom Down, Vol. 9 No.3, 2007. hlm 186
40

 Jari kelingking (jari kecil) hanya ada satu sendi (Dysplastic Middle
Phalanx of the fifth finger)
 Lipatan pada dalam ujung mata (Epicanthal folds)
 Jarak yang berlebihan antara jempol kaki dan telunjuk kaki
(Exessive space between large and second toe)
 Lidah besar yang tidak sebanding dengan mulutnya (Enlargment of
tongue)47

Anak-anak down syndrome memiliki ciri-ciri khusus yang memang


langsung bisa dilihat perbedaannya dengan anak normal. Down syndrome
juga biasa disebut sebagai mongoloidism karena karakter wajahnya yang
khas yaitu kepala tengkorak kecil, lidahnya yang besar menonjol keluar,
mulut kecil, wajah lebar, mata menyipit berbentuk seperti kacang dengan
alis mata yang miring, dan hidung sedikit datar (pesek), dan jari yang lebar
Ciri-ciri Fisik Down Syndrome (Selekowitz, 1990)
Wajah Terlihat bulat dan tampak rata jika dilihat dari
samping
Kepala Bagian belakang terlihat rata, bentuk kepala yang
relatif kecil dari normal (microchephaly)
Mata Sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan
(epicanthalfolds)
Rambut Lembut dan lurus
Leher Pada bayi yang baru lahir terlihat adanya kulit
berlebihan pada belakang leher
Mulut Terlihat lebih kecil pada rongga oral, lidah yang
menonjol keluar (macroglossia).

Tangan telapak tangan cenderung melebar dengan jari yang pendek


Anak dengan down syndrome kemungkinan akan mengalami kelambatan
perkembangan, biasanya mereka mengalami keterlambatan dalam hal

47
Ibid, “Antara Fakta dan Harapan Sindrom Down”, hlm 3-4
41

kemampuan berdiri, duduk dan berespon. Hal ini kemungkinan


berhubungan dengan lemahnyaotot tubuh. Mereka juga mengalami
keterlambatan pada perkembangan bicara dan bahasa, namun mereka
harus tetap mengembangakan ketrampilan berkomunikasi
(www.medicineNet.com )
Anak down syndrome juga memiiki gangguan penyerta berupa
penyakit pada sistem pernafasan, pencernaan, jantung, mata, telinga, gigi
(Selekowitz, 1990). Selain itu beberapa karakteristik medis anak down
syndrom, yaitu kerusakan hati bawaan, rentan terhadap penyakit infeksi,
masalah pada sistem pernapasan, gangguan pencernaan, defisit
pendengaran, masalah penglihatan, seperti katarak dan strabismus,
Masalah pertumbuhan dalam masa perkembangan bayi dan kegemukan di
masa perkembangan remaja, disfungsi tyroid, masalah pertumbuhan tulang
(sambungan tulang yang lemah dan atlantoaxial instability), beresiko
terkena penyakit Alzheimer’s dan leukemia. Kondisi medis inilah yang
dahulu menyebabkan usia harapan hidup anak down syndrome tergolong
pendek.
Namun dengan berkembangan kemajuan pengobatan medis, penyakit-
penyakit yang menyertai Down Syndrome semakin dapat terobati sehingga
usia harapan hidup anak Down Syndrome juga meningkat. 70 % anak
down syndrome dapat mencapai usia sekitar 60 tahun namun beresiko
terkena Alzheimer (Papalia & Olds, 2001).48

C. Faktor Resiko Down Syndrome

Anak dengan Down Syndrome pada dasarnya tetap memiliki potensi


sama dengan anak-anak pada umumnya. Selain memberikan pelatihan
untuk menstimulus perkembangan otak maupun fisiknya, penderita Down
Syndrome juga memerlukan perhatian dari lingkungan sosialnya.

48
Nur Eva, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, (Malang: Fakultas Pendidikan Psikologi
(Fppsi,2015), hlm 68
42

Berteman dan berinteraksi dengan mereka dapat meningkatkan


kepercayaan dirinya sehingga akan mendorong mereka untuk mandiri.49

Down Syndrome dapat dideteksi melalui pemeriksaan dan pengujian


antenatal. Pemeriksaan antenatal digunakan untuk melihat hal tidak
normal yang berkembang selama masa kehamilan. Jika dalam
pemeriksaan dinyatakan kemungkinan cukup tinggi janin terkena Down
Syndrome, maka dilakukan tes diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan
kesehatan rutin pada ibu hamil wajib dilakukan untuk mengurangi risiko
anak lahir dengan Down Syndrome.

Faktor risiko mungkin berbeda untuk setiap jenis Down Syndrome, tapi
umumnya termasuk:

1. Usia Ibu Saat Hamil

Seorang ibu yang hamil dan melahirkan terlalu muda maupun


terlalu tua dapat berisisko melahirkan anak denagn Down Syndrome.
Umur terlalu muda untuk hamil dan melahirkan itu berkisar di bawah
20 tahun dan terlalu tua di atas 35 tahun. Namun NDSS (National
Down Syndrome Society) mengungkapkan semakin bertambahusia ibu
saaat kehamilan semakin tinggi probalitas mempunyai anak Down
Syndrome.

2. Genetik Turunan Orangtua

Dilansir dari Mayo Clinic, sekitar 4% kasus Down Syndrome


adalah hasil dari genetik warisan salah satu pihak orangtua. Baik pria
dan wanita bisa menjadi pembawa Down Syndrome di dalam gennya.
Pembawa genetik disebut sebagai carrier. Seorang pembawa (carrier)
bisa tidak menunjukkan tanda atau gejala Down Syndrome, tapi ia bisa
menurunkan proses kelainan tersebut ke janinnya, menyebabkan
tambahan kromosom 21. Risiko menurunkan Down Syndrome akan
49
Wardah, “Antara Fakta dan Harapan Sindrom Down” (Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan
RI, 2019), hlm 3-4
43

tergantung pada jenis kelamin dari orangtua pembawa kromosom 21


yang telah disusun ulang:

 Jika ayah adalah agen pembawa (carrier), risiko Down Syndrome


sekitar 3%

 Jika ibu adalah agen pembawa (carrier), risiko Down Syndrome


berkisar antara 10-15%.

3. Pernah Melahirkan bayi Down Syndrome sebelumnya

Wanita yang pernah mengandung janin dengan Down Syndrome


memiliki risiko 1:100 untuk memiliki bayi selanjutnya juga mengidap
Sindrom Down.

4. Jumlah Saudara Kandung dan Jarak Lahirnya

Menurut penelitian Markus Neuhauser dan Sven Krackow, dari


/nstitute of Medical Informatics, Biometry and Epidemiology di
University Hospital Essen, Jerman, risiko bayi lahir dengan Down
Syndrome juga bergantung pada seberapa banyak saudara kandung dan
seberapa besar jarak usia antar anak paling bungsu dengan bayi
tersebut. Risiko memiliki bayi dengan Down Syndrome semakin tinggi
pada ibu yang hamil untuk pertama kali di usia yang lebih tua. Risiko
ini juga akan semakin meningkat bila jarak antar kehamilan semakin
jauh.50

5. Kekurangan Asam Folat

Beberapa ahli berpendapat bahwa Down Syndrome dapat dipicu


oleh kerja metabolisme tubuh yang kurang optimal untuk memecah
asam folat. Penurunan metabolisme asam folat bisa berpengaruh
terhadap pengaturan epigenetik untuk membentuk kromosom.

50
Miftah Setyaning Rahma, Enda Sri Indrawati, Pengalaman Pengasuhan Anak Down Syndrome ,
Jurnal Empati, Vol. 7, No.3, 2017, hlm 226
44

Untuk mencegah hal ini, setiap wanita yang akan berencana hamil
sepatutnya harus mencukupi kebutuhan asam folat sejak sebelum
hamil. Bahkan, asupan asam folat perlu dipenuhi dari sejak remaja,
bukan saat hamil saja

6. Faktor Lingkungan

Faktor risiko yang paling umum dan seringnya menyebabkan bayi


terlahir dengan Down Syndrome adalah paparan bahan kimia, dan zat
asing yang ibu terima dari lingkungan sehari-hari selama masa
kehamilan.

Rokok merupakan zat beracun yang dapat memengaruhi


pembentukan kromosom bayi semenjak dalam kandungan. Ibu yang
merokok memiliki rantai kromosom yang lebih pendek dari pada
normalnya. Selain meningkatkan risiko mengandung bayi Down
Syndrome, merokok saat hamil juga dapat menyebabkan bayilahir
dengan kelainan jantung dan otak.51

D. Pencegahan dan Penanganan pada Anak Down Syndrome

Semua Down Syndrome mempunyai keterbelakangan yang berbeda


skalanya, namun tidak tertutup kemungkinan akan timbulnya satu
kekuatan atau kelebihan bakat pada setiap individu. Anak-anak Down
Syndrome juga dapat belajar duduk, berjalan, berbicara, bermain dan
melakukan kegiatan- kegiatan lainnya, namun tentu lebih lambat dari pada
anak-anak yang bukan penyandang Down Syndrome

Anak Down Syndrome sesungguhnya memiliki potensi besar, karena


yang memiliki kelainan hanyalah kromosomnya, bukan otaknya ataupun
bagian badannya yang lain. Kekurangan-kekurangan yang dideritanya
adalah sebagai akibat. Meskipun sikap dan perkembangannya lamban,

51
Wardah, “Antara Fakta dan Harapan Sindrom Down” (Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan
RI, 2019), hlm 7
45

namun bila ditangani sejak dini, maka potensinya dapat dimaksimalkan


mendekati anak normal.

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan


kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada
bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah
mempunyai anak dengan Down Syndrome atau mereka yang hamil di atas
usia 40 tahun perlu hati-hati memantau perkembangan janinnya karena
memiliki risiko melahirkan anak dengan Down Syndrome lebih tinggi.
Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena merupakan kelainan yang
disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosom 21 yang
seharusnya hanya 2 menjadi 3.

Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan


analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil sedikit
bagian janin pada plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau
amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.

Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa


pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:

 Pemeriksaan fisik penderita

 Pemeriksaan kromosom

 Ultrasonografi (USG)

 Ekokardiogram (ECG)

 Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)

Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling


efektif untuk mengatasi kelainan Down Syndrome. Pada tahap
perkembangannya penderita Down Syndrome juga dapat mengalami
kemunduran dari sistem penglihatan, pendengaran maupun kemampuan
fisiknya mengingat tonus otot-ototyang lemah. Dengan demikian penderita
46

harus mendapatkan dukungan maupun informasi yang cukup, serta


kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai
berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun
mentalnya. Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk
mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar
penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada
jantung tersebut. Dengan adanya leukemia akut menyebabkan penderita
semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita Down Syndrome
memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang
adekuat.

Sindrom Down adalah gangguan genetika paling umum yang


menyebabkan perbedaan kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik tertentu.
Down Syndrome tidak bisa disembuhkan, namun dengan dukungan dan
perhatian yang maksimal, anak-anak dengan Down Syndrome bisa tumbuh
dengan bahagia. Diharapkan dengan kemajuan dalam bidang pengobatan,
masalah-masalah kesehatan ini dapat teratasi dan usia penyandang Down
Syndrome bisa mencapai 55 tahun.52

E. Parenting Pada Anak Down Syndrome


Reaksi pertama kali ketika orang tua mengetahui bahwa anaknya
merupakan anak dengan down syndrome cenderung negatif. Selikowitz
(1990) menjelaskan bahwa reaksi orangtua ketika pertama kali menerima
diagnosis dokter tentang anaknya yangmengalami down syndrome adalah
shock, tidak percaya, merasa yang paling menderita, perasaan semakin
ingin melindungi, perasaan ingin menolak, merasa malu dan diri tidak
berharga, marah, dan perasaan bersalah.
Kelahiran anak dengan down syndrome merupakan peristiwa yang
tidak dapat diantisipasi sebelumnya. Akibatnya banyak orangtua yang
tidak siap untuk menghadapi keadaan yang menjadi konsekwensi hadirnya
anak dengan down syndrome ini. Orangtua dari anak dengan down

52
Ibid, hlm 9
47

syndrome ini dilaporkan oleh berbagai penelitian mengalami efek negatif


seperti stres (Beckman, 1995; Dyson, 1991), merasa helpless, hopeless,
merasa diri sering berada dalam keadaan yang terancam (Pelchat, Ricard,
& Bouchard, 1999), depresi (Harvey, O’Callaghan, & Vines, 1997), krisis,
dan ketidakpuasan dalam hubungan perkawinan (Bristol, Gallagher, &
Schopler, 1988; Friedrich, Wilturner, & Cohen, 1985).53
Ibu dari anak down syndrome menunjukkan memiliki masalah lebih
sering dibandingkan dengan pasangannya (Hedove & Wikblad, 2000).
Penjelasan yang sangat mungkin mengenai hal ini adalah karena adanya
pembedaan yang jelas diantara orangtua dalam memberikan perawatan dan
perhatian terhadap anaknya. Parke (1986, dalam Hedov, Anneren, &
Wikblad, 2000) menemukan bahwa ayah dari anak dengan down syndrome
menunjukkan tingkat aktivitas perawatan yang rendah terhadap anaknya
dibandingkan dengan ayah dari anak dengan gangguan yang lain. Namun
penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Pelchart,
Ricard, & Bouchard pada tahun 1999 ((Hedove & Wikblad, 2000)
terhadap ayah yang memiliki anak dengan down syndrome menunjukkan
bahwa ayah yang memiliki anak dengan down syndrome lebih stres
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki anak dengan gangguan
(dalam Hedov, Anneren,& Wikblad, 2000). Ini menunjukkan bahwa ayah
tidak kalah tertekannya bila dibandingkan dengan ibu, namun adanya
pandangan bahwa ayah sebagai laki-laki perlu lebih kuat dibandingkan
dengan ibu, maka pengisian kuesioner ini pun terpengaruh oleh pandangan
ini. Ayah cenderung mempersepsikan dirinya lebih kuat dan lebih sehat
bila dibandingkan dengan kenyataan sebenarnya.
Karakteristik down syndrome yang terlihat jelas (tampak) dapat
mengundang reaksi negatif masyarakat. Reaksi negatif dari masyarakat ini
kemungkinan besar menjadkan orang tua malu, sedih akan kondisi
anaknya, sehingga tidak diperbolehkan bermain dengan teman-temannya,
53
Novan Ardy Wiyani, “Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus”, (Yogyakarta:Ar
Ruzz Media, 2014), hlm 113
48

bahkan tidak boleh keluar rumah. Ibu dengan anak down syndrome
cenderung melakukan isolasi sosial dan merasa kesepian, selain itu ada
perasaan takut untuk melakukan hubungan seks karena khawatir memiliki
anak down syndrome kembali. (Goldberger & Brenitz,1982).
Keluarga anak dengan down syndrome mempunyai karakteristik lebih
adaptif dibandingkan keluarga dengan anak gangguan yang lain (Hodapp,
2002). Hal ini masih belum dapat diketahui secara pasti, namun ada
kemungkinan karena karakteristik yang sudah umum diketahui sehingga
tidak lagi menjadi sebuah misteri atau mungkin juga karena karakteristik
anak down syndrome yang ceria (Wenar & Kerig, 2007) sehingga
membawa suasana yang menyenangkan bagi lingkungan sekitarnya
(Hodapp, 2002). Pendapat ini diperkuat oleh Wenar & Kerig (2005) yang
menjelaskan bahwa keluarga dengan anak down syndrome lebih kompak
dan harmonis daripada keluarga dari anak mental retarded yang lain. Ibu
kurang mengalami stress dan lebih mempunyai kepuasan terhadap jaringan
sosial. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari karakter anak down syndrome
yang menyenangkan, penyayang,dan senang berinteraksi dengan orang
lain.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua yang memiliki anak
down sydrome antara lain:
 Terima dengan ikhlas.
Kunci dari segalanya adalah orang tua harus bersedia menerima
bayinya secara ikhlas. Penerimaan orang tua merupakan modal awal
untuk proses parenting berikutnya.
 Menggali informasi.
Mencari informasi sebanyak dan selengkap mungkin dari berbagai
sumber akan membantu dalam memberikan pemeliharaan dan didikan
yang tepat, anak tersebut dapat tumbuh, dan belajar untuk mandiri.54
 Sabar.

54
Ibid, hlm120
49

Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, pasangan yang


memiliki anak down syndrome dituntut untuk sabar. Tapi, dengan
cinta tanpa syarat pada buah hati tercinta, kesabaran itu akan muncul
dan terlatih dengan sendirinya, meski mungkin tanpa disadari.
Menurut McClendon (www.PortalPTCombiphar.htm) orangtua
seharusnya menabur cinta, pengajaran,dan menciptakan suasana
kondusif bagi anaknya. Anak-anak pun perlu diberi kesempatan
bersosialisasi. Hal ini dapat dilakukan menyekolahkan anak di sekolah
umum yang mau menerima supaya anak dapat belajar bersosialisasi.

F. Mendisiplinkan Anak Down Syndrome


Anak Down Syndrome juga perlu diajarkan disiplin. Teknik untuk
mengajarkan disiplin terhadap anak down syndrome sebagai berikut:
1. Jalin kerjasama dengan orang tua
Semulus dan sebagus apapun mprogram orang tua, tidak akan
berhasil apabila kedua orang tua tidak saling kompak. Seorang anak
bukanlah tanggung jawab perorangan saja namun tanggung jawab dari
kedua orang tua. Jadi, kedua oarng tua harus saling berkomunikasi,
tujuannya adalah agar kedua orang tua dapat kompak dalam bersikap
atau membuat atauran.
2. Dimulai dari langkah kecil
Dengan buru-buru menerapkan disiplin pada anak, sebaiknya
mulailah dari hal-hal yang kecil. Jangan berhenti mencoba hingga anak
mendapatkan pola rutinitasnya.Jika sudah menemukan polanya,
berpeganglah pada urutan-urutan aturan dan kegiatan yang tercakup di
dalamnya secara konsisten.
3. Konsistensi
Dalam melatih kedisiplinan anak, orang tua harus konsisten.
Artinya, buatlah atauran yang mudah dimengerti dan dipahami
anak.Kemudian orang tua harus konsisten dengan atauran yang telah
dibuat. Keseragaman pola asuh sebenarnya juga mempengaruhi
50

kesuksesan anak belajar disiplin. Dalam hal ini, kedua orang tua harus
kompak. Suara yang berbeda natara yah dan ibu akan merusak proses
pembelajaran disiplin anak.55
4. Keteladanan
Anak Down Syndrome juga mempunyai kemampuan untuk
berkembang. Mereka, meskipun berperilakua aneh, pada dasarnya juga
mengamati perilaku orang tua dan orang-orang terdekatnya. Dengan
kata lain mereka menjadikan orang tua sebagai teladan. Mereka
memang membutuhkan teladan untuk berkembang, dengan
memenerikan contoh yang baik, anak pasti akan lebih mudah untuk
menyerap. Mereka kan meniru kebiasaan-kebiasaan di rumah dan
membawanya sebagai modal bertingkah laku di sekolah.
Jadi alangkah baiknya jika orang tua mulai menerapkan pola asuh
“banyak memberi contoh daripada kritik”. Dengan hal lain, anak
akan lebih cepat berkembang. Percuma apabila orang tua memarahi
anak setipa hari atas perilakunya yang tidak disiplin.Mereka
membutuhkan waktu dan proses untuk tumbuh. Untuk belajar, dan
untuk menyerap informasi dari luar.
5. Buat Rutinitas
Anak Down Syndrome juga harus diajarkan seluruh rutinitas yang
harus dilaluinya, di dalam segala aspek kehidupan, rutinitas seperti
mandi,makan,memakai baju , sekolah, istirahat, bahkan buang air
besar sekalinpun,harus diketahuinya. Anak akan mengetahui apabila
orang tua memberitahunya, jadikanlah semua rutinitas itu sebagai pola
kebiasaan yang terjadwal. Saat waktu makan , orang tua harus
memberi tahu anak bahwa sudah waktunya untuk makan siang, apabila
anak tidak mengerti dengan istilah makan siang,orang tua janganlah
marah. Sebaiknya bawakan saja makanan dan suruhlah dia makan atau
ajaklah anak menuju ke ruang makan.
6. Berikan Hukuman dan Hadiah

55
Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, ( Jogjakarta: KATAHATI, 2014), hlm 128
51

Anak down syndrome sebenarnya bisa mengerti bahwa ketika


orang tua memeluknya maka orang tua sedang menyayanginya dan
memberikannya suatu hadiahsebagai tanda bahwa orang tua suka
dengan apa yang dilakuak anak. Anak-anak Down Syndrome juga
perlu diberikan hukuman dan hadiah sebagai konsekuensi atas
perilakunya.Mungkin orang tau perlu bekerja lebih keras agar naka
dapat mengerti.Perlahan tapi pasti, cepat atau lambat,berkat kesabaran
orang tua, anka pasti akan tahu.56
Jenis hukuman dan hadiah yang orang tua berikan henadklah
bersifat rasional, tidak harus membelikan mainan, baju atau barang-
barang lainnya untuk memebuktikan bahwa orang tua menyukai apa
yang dilakukan anak, atau orang tua juga tidak perlu mnariknya paksa
ke kamar mandi atau bahkan membawakannya tingkat kayu untuk
memukulnya. Berikan semuanya dalam batas wajar atau rasional.
7. Mengatasi Mogok dan Rengekan
Anak-anak Down Syndrome agmpang sekali mogok. Ia bisa
berjam-jam jongkok untuk mebela harga dirinya yang terluka.Jalan
keluar terbaika dalah dengan pengabaian yang dibarengi dengan
pengalihan. Alihkan perhatian anak dengan dengan hal-hal yang
disukainya sehingga anak akan lupa dengan hal yang membuatnya
mogok.
Jika anak merengek untuk sesuatu yang tidak orang tua berikan ,
sikap yang harus diambil orang tua adalah bersikap tegas, jika
rengekan saja sudah membuat orang tua berubah pikiran, esok hari
pasti anak akan membuat orang tua untuk selalu menuruti
keinginanya. Anak-anak adalah makhluk dengan pembiasaan.Mereka
sangat pandai memanipulasi. Jadi orang tau haruslah pegang kendali
dan jangan menyerahkan pada anak.
8. Konsekuensi Logis

56
Ibid, hlm 129
52

Berikan penjelasan konsekuensi logis perbuatan anak.Ketika anak


memahami alasan keharusan melakukan sesuatu,dia akan sukarela
menjalaninya.Mislanya untuk anak mengatasi anak yang sengaja pipis
di kasur.Jik aorang tua hanya mengatakan tidak boleh karena akan
mengotori,ia tidaka kan menggubrisnya , ajaklah ia membersihkan air
seninya dan mencuci celananya.
9. Kontak Mata
Ketika berbicara, pastikan orang tua untuk melakuakan kontak
mata dengan anak.Saat mengatakan sesuatu padanya, gunakan kalimat
yang pendek dan jelas.Orang tua boleh saja berbicara dengan nada
agak keras karena terkadang anak Down Syndrome mengalami
keterbatasan penfengaranAkan tetapi, bukan berarti dengan nada
tinggi, bukan pula dengan nada membentak.57

57
Ibid, hlm 131
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anak berbakat ialah Mereka yang orang diidentifikasi sebagai anak yang
mampu mencapai prestasi menonjol karena mempunyai kemampuan-kemampuan
yang unggul dalam hal kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik
khusus, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin,
kemampuan dalam salah satu bidang seni dan kemampuan psikomotor, anak -
anak berbakat rata-rata memiliki IQ 125 atau lebih.Anak-anak berbakat
berkembang lebih cepat atau bahkan sangat cepat bila dibandingkan dengan
ukuran perkembangan yang normal. Dalam menghadapi masalah anak berbakat
akan melibatkan seluruh aspek psikologis dan biologis, mereka akan menentukan
metode cara agar dapat menangani masalah teraebut dengan efisien dan
efektif.Dalam menangani anak berbakat perlu kerjasama antara orang tua dan
guru, khusunya bagi orang tua. para orang tua yang memiliki anak berbakat harus
menunjukan sikap memahami, peduli, terhadap pikiran dan perasaan anak,
bersikap terbuka dan memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan
dirinya.

Anak genius ialah anak yang luar biasa cerdasnya, sehingga dapat
menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Bila diukur dengan tes
inteligensi, IQ mereka paling rendah 140, sedang yang paling tinggi dapat
mencapai 200 lebih. Karakteristik pada anak genius dapat terlihat dalam hal
fisik,mental,minat, dan social. ciri -ciri anak genius ialah mereka mempunyai dua
macam sifat yaitu positif dan negatif apabila mereka berada di lingkungan yang
positif mereka akan berkembamg menjadi individu yang baik, begitupun
sebaliknya. Untuk menangani anak jenius bagi orang tua adalah mereka harus
menerima kelebihan kekurangan yang dimiliki anak, menyediakan lingkungan
yang baik dan dapat menggali bakat atau minat anak sedangkan untuk pengajar di
sekolah guru dapat memberikan tambahan pelajaran, ketersediaan sarana dan

53
54

prasarana penunjang yang cukup memadai, mengikutsertakan dalam pendidikan


non formal, memberikan kesempatan untuk naik kelas sebelum waktunya (loncat
kelas).

Down Syndrome adalah suatu kelainan genetik dibawa sejak lahir


bayi,terjadi ketika saat masa embrio mengalami kesalahan dalam pembelahan sel,
jika lazimnya manusia memiliki 46 kromosom, untuk down syndrom memiliki 47
kromosom.Diagnosa down syndrom dapat dilakukan saat bayi sebelum atau
sesudah lahir.Anak penyandang down Syndrome memiliki risiko lebih tinggi akan
masalah kesehatan dibandingkan dengan anak-anak normal. Beberapa masalah
yang erat kaitannya dengan anak-anak ini adalah: kelainan jantung, kepekaan
terdadap infeksi pada mata maupun kelainan pada bentuk otak.Anak down
syndrome secara fisik bisa dikenali karakteristiknya.Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi bayi lahir dalam keadaan down syndrome namun yang paling
sering terjadi karena faktor genetik dan usia ibu saat hamil.Orang tua adalah kunci
terpenting dari tumbuh kembang seorang anak down syndrome, para orang tua
harus bisa membuat anak down syndrome untuk dapat beraktifitas layaknya anak-
anak normal dan tidak merasa terintimidasi oleh lingkungannya. Meskipun
aktifitas yang dilakukan tidak harus sama seperti yang biasanya dilakukan anak
normal, namun setidaknya mereka memiliki hak yang sama dengan anak yang
normal untuk dapat beraktifitas layaknya anak normal seperti belajar atau
bermain.

Peran orang tua sangatlah penting bagi pertumbuhan anak, setiap


kelebihan atau kekurangan yang dimiliki anak haruslah diterima dengan ikhlas,
meskipun anak memiliki kekurangan. Orang tua tidak perlu untuk minder, tapi
orang tua harus membantu untuk menutupi kekurangan tersebut dengan menggali
kelebihan yang dimiliki oleh anak,setiap anak pasti memiliki kelebihan masing-
masing di diri mereka, peran orang tua hanyala menggali dan mendukung
kelebihan tersebut.
55

B. SARAN

Diharapkan melalui penulisan makalah ini, pembaca dapat menegrti apa


itu anak berbakat, anak genius dan anak down syndrom, selain itu diharapkan juga
pembaca dapat tahu bagaimana cara menangani anak – anak tersebut, karena
setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda – beda jadi cara menanganinya
juga berbeda. Penulis tentuya juga menyadari bahwa makalah di atas masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta
kritik yang membangun dari para pembaca.
56

DAFTAR PUSTAKA

Munandar, Utami. 1993. Anak-anak Berbakat Pembinaan dan


Pendidikannya. Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada.

Shanty, Meita. 2015. Strategi Belajar Untuk Anak Berkebutuhan Khusus.


Yogyakarta: Familia.

Santoso, Hargio. 2012. Cara Memahami & Mendidik Anak Berkebutuhan


Khusus. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Nuraeni. 1997. Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta:


PT Gramedia.

Idrus, Muhammad. 2013. Layanan Pendidikan Bagi Anak Gifted


Education Services For Cilderen Gifted. PSIKOPEDAGOGIA Jumal Bimbingan
dan Konseling. Vol. 2.

Smith, J. Dafid. 2006. Inklusi Sekolah Rana Untuk Semua. Bandung:


Penerbit Nuansa

Wicaksono, Luhur. 2016. Bimbingan Konseling Bagi Siswa Cerdas dan


Berbakat. Jurnal Pembelajaran Prospektif. Vol. 1

Somantri, T. Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT


Refika Aditama.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Mencetak Anak Genius. Jogjakarta : Diva


Press.

Murtie, Afin. 2016. Ensiklopedi Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta:


Redaksi Maksima.
57

Tirtonegoro, Sutratinah. 2015. Anak Supernormal dan Program


Pendidikannya. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.

Wardani. 2008. Materi Pokok Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Pancaningrum, Novita. 2017. Pola Asuh Anak Cerdas Istimewa ala


Rosulullah vol. 5 no. 2 Juli-Desember.

Kumolohadi, Retno. 1998. Tahap-Tahap Penting dalam Penanganan anak


jenius. Jurnal Psikologika nomor 6 tahun III.

Kawanto, Frieda Handayani dan Seodjatmiko. 2007. Pemantauan Tumbuh


Kembang Anak dengan Sindrom Down. Vol. 9.

Nur, Eva. 2015. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Malang : Fakultas


Pendidikan Psikologi.

Pandji, Dewi. 2013. Sudahkah Kita Ramah Anak Special Needs?. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.

Rahma, Mifta Setyaning dan Endang Sri Indrawati. 2017. Pengalaman


Pengasuhan Anak Down Syndrome . Jurnal Empati. Vol. 7.

Smart, Aqila. 2014. Anak Cacat Bukan Kiamat . Jogjakarta: KATAHATI.

Wardah. 2019. Antara Fakta dan Harapan Sindrom Down. Jakarta Selatan
: Kementrian Kesehatan RI.

Wiyani, Novan Ardy. 2014. Penanganan Anak Usia ini Berkebutuhan


Khusus . Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai