Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Masyitoh Nur Rohmah (D97217101)
2. M. Rifqi Zam-zami (D97217104)
3. Nanda Nailil Farihah (D97217105)
4. Nurul Aini Sodiq (D97217107)
5. Yanti Sindy Fatikah (D97217118)
Dosen Pengampu :
Uswatun Chasanah, M.Pd.I.
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat, hidayah serta
inayah-Nya kepada kami selaku penulis makalah agar dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan semestinya.
Makalah yang kami buat ini memuat materi-materi “Anak Berkebutuhan
Khusus Anak Berbakat, Jenius, dan Downsyndrome”. Semoga dengan adanya
makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kami tak lupa berterimakasih pula kepada para pihak yang telah berkenan
membantu kami dalam proses pembuatan makalah “Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berbakat, Jenius, dan Downsyndrome” ini, karena kami ini hanyalah
manusia biasa yang pasti membutuhkan bantuan orang lain. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu kami yaitu Ibu Uswatun
Chasanah, M.Pd.I yang telah membimbing kami dan memberikan tugas ini kepada
kami agar kami bisa mengetahui bagaimana “Anak Berkebutuhan Khusus Anak
Berbakat, Jenius, dan Downsyndrome” ini.
Kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu, kami membutuhkan saran dan kritikan yang
membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini dengan lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Simpulan ......................................................................................... 53
B. Saran ............................................................................................... 55
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Meskipun manusia itu adalah
makhluk yang paling sempurna baik dalam dimensi perfoma dan fisiknya,
namun terdapat sebagian manusia diberikan kelebihan oleh tuhan dan
sebagian diberikan kekurangan baik dalam bentuk fisik maupun psikis.
Namun demikian, setiap manusia yang diberikan kelebihan pastilah ada
sedikit kekurangan yang ada dalam diri mereka, dan begitu juga sebaliknya.
Setiap manusia yang diberikan kekurangan baik dalam bentuk fisik maupun
psikisnya, kemungkinan mereka juga mempunyai kelebihan yang luar biasa
yang ada dalam dirinya.
Setiap individu dilahirkan ke dunia ini secara khusus memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, dari perbedaan inilah kadang-kadang
individu dihadapkan pada sejumlah permasalahan, baik itu disadari ataupun
tidak disadari. Jika saja gejala-gejala permasalahan yang dihadapi individu,
khususnya pada peserta didik Sekolah dasar sudah disadari, maka perlu
diperhatikan dan diupayakan untuk dicarikan alternatif pemecahnya.
Permasalahan utama yang penulis kemukakan dalam penulisan makalah ini
adalah “Bagaimana layanan pendidikan terhadap anak-anak berbakat, genius
pada sekolah dasar agar potensinya dapat dikembangkan seoptimal mungkin.
Dan bagaimana layanan pendidikan anak-anak down syndrome.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anak berbakat, genius, dan down syndrome?
2. Apa saja karakteristik anak berbakat, genius, dan down syndrome?
3. Bagaimana cara belajar anak berbakat, genius, dan down syndrome?
4. Bagaimana cara mengatasi belajar anak berbakat, genius, dan down
syndrome?
C. Tujuan Penyusunan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian anak berbakat, genius, dan down
syndrome.
1
2
1
Utami Munandar, Anak-anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, (Jakarta Utara: PT Raja
Grafindo Persada, 1993), hlm.107-108
2
Meita Shanty, Strategi Belajar Untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Familia, 2015),
hlm. 34
3
4
3
Hargio Santoso, Cara Memahami & Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Gosyen
Publishing, 2012), hlm.57
4
Ibid, hlm. 58
5
Nuraeni, Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hlm.130
5
keberbakatan dalam tingkatan IQ, yaitu 130-140 adalah moderate gifted, 140-
150 adalah highly gifted, dan > 150 adalah anak jenius.
Ormrod mendefinisikan keberbakatan sebagai kemampuan atau
bakat yang sangat tinggi di satu atau lebih bidang (misalnya dalam
matematika, sains, menulis kreatif, seni atau musik).
Marland keberbakatan dimaknai sebagai anak yang memiliki
kemampuan tinggi dapat dalam satu bidang tertentu, tetapi tidak menutup
kemungkinan kemampuan yang dimiliki lebih dari satu bidang. 6
Menurut Joseph Renzulli keberbakatan adalah: rata-rata (namun
tidak selalu tinggi) kemampuan umum dan atau tertentu, tingkat komitmen
tugas yang tinggi (motivasi), dan tingkat kreativitas yang tinggi. Anak-
anak berkemampuan unggul dan berbakat khusus, adalah mereka yang
memiliki kemampuan mengembangkan sifat-sifat gabungan tersebut dan
menerapkannya terhadap bidang yang bernilai potensial dari prestasi
manusia.7
Munandar menyatakan bahwa yang dimaksud anak berbakat adalah
mereka orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak yang
mampu mencapai prestasi tinggi karena mempunyai kemampuan-
kemampuan yang unggul.
Krik & Gallagher Dalam kebudayaan Yunani kuno yang dimaksud
dengan anak berbakat adalah anak yang memiliki kecakapan luar biasa
dalam berpidato, sedangkan di Roma ialah insinyur atau prajurit.
Pengertian berbakat di Amerika Serikat adalah anak- anak yang memiliki
skor IQ 125 atau lebih.
Menurut skala intelligensi yang dibuat oleh Wechler, murid berbakat
adalah murid yang memiliki taraf intelligensi 125 atau lebih, yang
6
Muhammad Idrus, “Layanan Pendidikan Bagi Anak Gifted Education Services For Cilderen
Gifted“,PSIKOPEDAGOGIA Jumal Bimbingan dan Konseling , Vol. 2, 2013, hlm. 118
7
J. Dafid Smith, Inklusi Sekolah Rana Untuk Semua, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2006), hlm. 308
6
dibedakan atas luar biasa cerdas atau Gifted, (IQ 125 keatas) dan sangat
cerdas atau Superior (IQ 110-125).8
B. Ciri-ciri/Karakteristik
Berikut identifikasi anak berbakat atau anak yang memiliki kecerdasan
dan kemampuan yang luar biasa:9
1. Membaca pada usia lebih muda
2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak
3. Memliki perbendaharaan kata yang luas
4. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
5. Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa
6. Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri
7. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
8. Member jawaban-jawaban yang baik
9. Dapat memberikan banyak gagasan
10. Luwes dalam berpikir
11. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
12. Mempunyai pengamatan yang tajam
13. Dapat berkosentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama
terhadap tugas atau bidang yang diminati
14. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
15. Senang mencoba hal-hal baru
16. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang
tinggi
17. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
18. Cepat menangkap hubungan sebabakibat
19. Berperilaku terarah pada tujuan
20. Mempunyai daya imajinasi yang kuat
8
Luhur Wicaksono, Bimbingan Konseling Bagi Siswa Cerdas dan Berbakat, Jurnal
Pembelajaran Prospektif, Vol. 1, 2016, hlm. 32
9
Meita Shanty, Strategi Belajar Untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Familia, 2015),
hlm. 35
7
10
Utami Munandar, Anak-anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, (Jakarta Utara: PT Raja
Grafindo Persada, 1993), hlm.112-113
8
11
Hargio Santoso, Cara Memahami & Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta:
Gosyen Publishing, 2012), hlm.60-61
9
12
Ibid. Hlm 61-62
13
Ibid. Hlm. 63
11
14
Nuraeni, Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hlm.131-132
12
17
J. Dafid Smith, Inklusi Sekolah Rana Untuk Semua, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2006), hlm.
311
18
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung, : PT Refika Aditama, 2006), hlm.
170
15
19
Muhammad Idrus, Layanan Pendidikan Bagi Anak Gifted Education Services For Cilderen
Gifted, PSIKOPEDAGOGIA Jumal Bimbingan dan Konseling , Vol. 2, 2013, hlm. 120
16
sendiri ini pada akhirnya sering menjadikan para anak gifted tidak mau
menerima instruksi dari orang lain secara detil. Hanya saja, dalam
bidang-bidang tertentu yang diidentifikasi keberbakatan mereka-
mereka dapat berprestasi dengan membuat penemuan atau
memecahkan masalah sendiri dengan cara yang unik, namun boleh jadi
kemampuan mereka di bidang normal.
c. Anak-anak gifrted memperlihatkan minat yang besar dan obsesif
bidang tertentu, Selain hal istimewa sebagai karakteristik anak gifted,
dalam kehidupan empiris anak gifted juga mengalami masalah justru
terkait dengan karakteristik yang dimilikinya Hasill penelitian yang
dilakukan oleh Ohio’s State Board of Education mengindikasikan
bahwa banyak anak berbakat mengalami “drop out” dari sekolah,
karena tidak memperoleh layanan akademik atau pembelajaran yang
dibutuhkan; anak berbakat yang tidak mendapatkan tantangan, atau
stimulasi yang dapat mengembangkan potensinya, cenderung kurang
siap menerima tantangan, tugas-tugas di sekolah yang lebih tinggi; 85
% anak berbakat mengalami “underachiever”, karena mereka tidak
memperoleh layanan pendidikan yang diharapkan; mereka sering
mengalami rasa bosan, kurang bersemangat, frustrasi, rasa marah, dan
merasa kurang berharga. 20
C. Cara Penanganan
Penanganan pendidikan yang dikemukakan Drs. Herry Widyastomo
MPd Pusbangkurrandik Balitbang menyebutkan bahwa layanan kepada
anak-anak ini dapat dianjurkan dengan berbagai alternative, seperti:
1. Pencapaian (exaltation) yakni loncatan dari satu jenjang satu kepada
jenjang yang lebih tinggi dan sesuai (di sekolah bisa loncat melewati
satu atau dua kelas diatas)
2. Memperkaya (enrichment) anak tetap di kelas tetapi ditambahkan jam
pengayaan
20
Ibid, hlm. 121
17
2. Faktor kurikulum
a. Kurikulum berisi dan cara pelaksanaan yang disesuaikan dengan
keadaan anak atau berpusat oada anak (Chilearning disorder
centered) dan dengan sendirinya telah dilakukan identifikasi
mengenai keadaan khusus yang ada pada anak secara obyektif.
b. Kurikulum pada pendidikan kusus perlu menekankan bahwa
hendaknya tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan
untuk anak lain. Perbedaan hanya terletak pada penekanan dan
penambahan sesuatu bidang sesuai dengan kebutuhannya dan tetap
terpadu dengan kurikulum dasar
c. Kurikulum khusus diarahkan agar perangsangan yang diberikan
mempunyai pengaruh untuk menambah atau memperkaya program
(enrichment program) dan tidak semata-mata untuk mempercepat
(accelerate) berfungsi sesuai bakat luar biasa yang dimiliki
d. Isi kurikulum harus mengarah pada perkembangan kemampuan
anak yang berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta
berorientasi untuk mencapai sesuatu dan tidak hanya sekedar
memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif. 23
Dalam menghadapi anak berbakat, orang tua harus menunjukan sikap
memahami, peduli, terhadap pikiran dan perasaan anak, bersikap terbuka
dan memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan dirinya. Orang
tua mesti berperan sebagai guru bagi anak berbakat bagi keluarga.
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua dalam membantu dan
membimbinga anak berbakat ialah:
a. Menciptakan komunikasi terbuka antara orang tua dengan anak, antara
anak dengan anak disertai penuh kasih sayang, dan menghindarkan
sikap tekanan mental terhadap masalah anak.
b. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk
menghadapi dan memecahkan masalah. Hal ini penting untuk
23
Hargio Santoso, Cara Memahami & Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta:
Gosyen Publishing, 2012), hlm.64-65
19
D. Cara Belajar
Mayoritas anak-anak yang berbakat menghabiskan jam sekolahnya di
kelas-kelas umum. Bahkan ketika terlibat sekalipun dalam program-
program khusus, pada umumnya pengajaran mereka dilakukan di kelas-
kelas umum. Suatu penelitian jenis layanan khusus yang paling umum
24
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung, : PT Refika Aditama, 2006), hlm.
182
20
25
J. Dafid Smith, Inklusi Sekolah Rana Untuk Semua, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2006), hlm.
310
26
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung, : PT Refika Aditama, 2006), hlm.
182
21
27
Luhur Wicaksono, “Bimbingan Konseling Bagi Siswa Cerdas dan Berbakat”, Jurnal
Pembelajaran Prospektif, Vol. 1, 2016, hlm. 34-35
23
28
Ibid, hlm. 35
24
2. Genius
A. Pengertian
Genius dapat kita pahami dari pendapat para pakar. Dalam buku,
Pendidikan bagi Anak Genius, Sri Rumini mengatakan bahwa terdapat
beberapa pendapat yang berbeda-beda tentang kata genius.
Banyak orang awam yang berpendapat bahwa semua anak yang
cerdas, cemerlang, dan memiliki kemampuan tinggi adalah anak cerdas.
Terman berpendapat, batasan IQ anak genius adalah 140. Dalam The
Wood Book Encyclopedia, Volume 8, halaman 87 dinyatakan bahwa dari
sudut pandang psikologi, genius adalah seseorang yang mempunyai IQ
140 atau lebih.
Ruth Strong mempunyai pendapat lain lagi terhadap para genius.
Menurutnya, kata genius sering diterapkan pada individu yang mempunyai
kapasitas istimewa (luar biasa) dan mampu menciptakan sesuatu yang
sangat tinggi nilainya. Jadi titik beratnya pada hasil ciptaannya, tidak pada
tingkatan inteligensinya.
Baker juga mengakui bahwa belum ada keseragaman pendapat
mengenai kriteria genius dan gifted. Ia berpendapat, Definitions of the
gifted are always troublesome since there are many different
29
Ibid, hlm. 34-35
25
30
Jamal Ma’mur Asmani, Mencetak Anak Genius, (Jogjakarta : Diva Press, 2009), hlm. 42-44
31
Wardani, Materi Pokok Pendidikan Luar Biasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 29
32
Afin Murtie, Ensiklopedi Anak Berkebutuhan Khusus, (Jogjakarta: Redaksi Maksima, 2016),
hlm. 144
26
33
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Yogyakarta: PT Bumi
Aksara, 2015), hlm. 34
27
2. Karakteristik mental
Anak genius memperlihatkan superioritas dalam membaca, berbahas,
aritmetika, science, literature, dan seni. Mereka lebih aik dalam
kemampuan reasoning, generalization dan comprehention.
3. Karakteristik minat
Minat anak genius sangat banyak. Mereka belajar lebih mudah dan
memiliki minat yang besar terhadap buku dan sangat tertarik pada
subjek-subjek yang abstrak.
4. Karakteristik social
Anak genius lebih dapat dipercaya, jujur, ikhlas, dan cenderung peka.
5. Karakteristik lain, yaitu: prestasi akademik yang tinggi, terpusat pada
ide abstrak, percaya diri, kekuatan ego tinggi, lebih senang kebebasan,
lebih matang dalam hubungannya dengan dunia luar.34
Ciri-ciri anak genius mempunyai dua macam sifat, positif dan
negative. Mereka mempunyai kekuatan dan kelemahan. Jadi, yang ada
adalah kecenderungan-kecenderungan tertentu. Jika dalam lingkungan
yang baik, ia berkembang menjadi ciri-ciri yang positif. Sedangkan dalam
lingkungan yang tidak menguntungkan, akan berkembang menjadi ciri-ciri
yang negatif.
a. Sifat-sifat positif anak genius35
1) Memiliki kecerdasan yang sangat tinggi dan mampu menciptakan
hasil karya yang bermutu
2) Daya abstraksinya sangat baik
3) Kaya dengan ide-ide dan konsep pemikiran yang imajinatif
4) Memiliki cara berpikir logis, kritis, dan objektif
5) Analitis
6) Pandai mengevaluasi (evaluator yang kritis)
7) Sangat kreatif
8) Senang belajar dan bekerja secara mandiri
34
Retno Kumolohadi, Tahap-Tahap Penting dalam Penanganan anak jenius, Jurnal Psikologika
nomor 6 tahun III 1998
35
Jamal Ma’mur Asmani, Mencetak Anak Genius, (Jogjakarta : Diva Press, 2009), hlm. 47-48
28
37
Afin Murtie, Ensiklopedi Anak Berkebutuhan Khusus, (Jogjakarta: Redaksi Maksima, 2016),
hlm. 144-145
30
38
Ibid, hlm. 145-146
31
39
Ibid, hlm. 145-146.
32
40
Retno Kumolohadi, Tahap-Tahap Penting dalam Penanganan anak jenius, Jurnal Psikologika
nomor 6 tahun III 1998
34
41
Novita Pancaningrum, Pola Asuh Anak Cerdas Istimewa ala Rosulullah vol. 5 no. 2 Juli-
Desember 2017.
35
3. Downsyndrome
A. Pengertian
42
Ibid jurnal vol. 5 no. 2 Juli-Desember 2017
36
begitu banyak juga anak-anak down syndrome berasal dari ibu hamil di
akhir usia 20-an. Down Syndrome dikenal juga dengan istilah Trisomy 21
yakni terjadinya kelainan pada kromosom ke-21. Penyimpangan tersebut
tertangkap dalam penelitian oleh dr.Jerome Lejeune di thaun 1959. Down
Syndrome adalah suatu kelainan genetik dibawa sejak lahir bayi,terjadi
ketika saat masa embrio (cikal bakal bayi) disebabkan kesalahan salam
pembelahan sel yang disebut “nondisjunction” embrio yang biasanya
menghasilkan dua salinan dua salinan kromosom 21, namun pada kelainan
down syndrome menghasilkan tiga salinan kromsom 21,akibatnya bayi
memiliki 47 kromosom bukan 46 kromosom pad lazimnya.
43
Dewa pandji, Sudahkah Kita Ramah Anak Special Needs, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo,2013) hlm 10- 11
37
ini menyumbang 4% dari kasus Down Syndrome yang ada. Memiliki lebih
banyak karakteristik Down Syndrome.
Diagnosis Down Syndrome bagi para ibu dan anaknya dapat dilakukan
menggunakan dua cara, yaitu :
1. Sebelum Lahir
Ada dua kategori tes untuk Sindrom Down yang dapat dilakukan
sebelum bayi lahir: tes skrining dan tes diagnostik. Pemeriksaan
prenatal memperkirakan kemungkinan janin mengalami Down
Syndrome. Tes ini tidak dapat memberikan kepastian apakah janin
menderita Down Syndrome atau tidak, namun tes ini memberikan
diagnosis pasti dengan akurasi hampir 100%.
2. Saat Lahir
44
Wardah, “Antara Fakta dan Harapan Sindrom Down” (Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan
RI, 2019), hlm 1-2
45
Ibid. Hlm. 2-3
39
Syndrome pun belum tentu akan sehat sempurna selamanya, suatu waktu
akan terlihat jelas kemunduran kesehatannya. 46
Gangguan Pendengaran
46
Frieda Handayani Kawanto, Soedjatmiko, Pemantauan Tumbuh Kembang Anak dengan
Sindrom Down, Vol. 9 No.3, 2007. hlm 186
40
Jari kelingking (jari kecil) hanya ada satu sendi (Dysplastic Middle
Phalanx of the fifth finger)
Lipatan pada dalam ujung mata (Epicanthal folds)
Jarak yang berlebihan antara jempol kaki dan telunjuk kaki
(Exessive space between large and second toe)
Lidah besar yang tidak sebanding dengan mulutnya (Enlargment of
tongue)47
47
Ibid, “Antara Fakta dan Harapan Sindrom Down”, hlm 3-4
41
48
Nur Eva, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, (Malang: Fakultas Pendidikan Psikologi
(Fppsi,2015), hlm 68
42
Faktor risiko mungkin berbeda untuk setiap jenis Down Syndrome, tapi
umumnya termasuk:
50
Miftah Setyaning Rahma, Enda Sri Indrawati, Pengalaman Pengasuhan Anak Down Syndrome ,
Jurnal Empati, Vol. 7, No.3, 2017, hlm 226
44
Untuk mencegah hal ini, setiap wanita yang akan berencana hamil
sepatutnya harus mencukupi kebutuhan asam folat sejak sebelum
hamil. Bahkan, asupan asam folat perlu dipenuhi dari sejak remaja,
bukan saat hamil saja
6. Faktor Lingkungan
51
Wardah, “Antara Fakta dan Harapan Sindrom Down” (Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan
RI, 2019), hlm 7
45
Pemeriksaan kromosom
Ultrasonografi (USG)
Ekokardiogram (ECG)
52
Ibid, hlm 9
47
bahkan tidak boleh keluar rumah. Ibu dengan anak down syndrome
cenderung melakukan isolasi sosial dan merasa kesepian, selain itu ada
perasaan takut untuk melakukan hubungan seks karena khawatir memiliki
anak down syndrome kembali. (Goldberger & Brenitz,1982).
Keluarga anak dengan down syndrome mempunyai karakteristik lebih
adaptif dibandingkan keluarga dengan anak gangguan yang lain (Hodapp,
2002). Hal ini masih belum dapat diketahui secara pasti, namun ada
kemungkinan karena karakteristik yang sudah umum diketahui sehingga
tidak lagi menjadi sebuah misteri atau mungkin juga karena karakteristik
anak down syndrome yang ceria (Wenar & Kerig, 2007) sehingga
membawa suasana yang menyenangkan bagi lingkungan sekitarnya
(Hodapp, 2002). Pendapat ini diperkuat oleh Wenar & Kerig (2005) yang
menjelaskan bahwa keluarga dengan anak down syndrome lebih kompak
dan harmonis daripada keluarga dari anak mental retarded yang lain. Ibu
kurang mengalami stress dan lebih mempunyai kepuasan terhadap jaringan
sosial. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari karakter anak down syndrome
yang menyenangkan, penyayang,dan senang berinteraksi dengan orang
lain.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua yang memiliki anak
down sydrome antara lain:
Terima dengan ikhlas.
Kunci dari segalanya adalah orang tua harus bersedia menerima
bayinya secara ikhlas. Penerimaan orang tua merupakan modal awal
untuk proses parenting berikutnya.
Menggali informasi.
Mencari informasi sebanyak dan selengkap mungkin dari berbagai
sumber akan membantu dalam memberikan pemeliharaan dan didikan
yang tepat, anak tersebut dapat tumbuh, dan belajar untuk mandiri.54
Sabar.
54
Ibid, hlm120
49
kesuksesan anak belajar disiplin. Dalam hal ini, kedua orang tua harus
kompak. Suara yang berbeda natara yah dan ibu akan merusak proses
pembelajaran disiplin anak.55
4. Keteladanan
Anak Down Syndrome juga mempunyai kemampuan untuk
berkembang. Mereka, meskipun berperilakua aneh, pada dasarnya juga
mengamati perilaku orang tua dan orang-orang terdekatnya. Dengan
kata lain mereka menjadikan orang tua sebagai teladan. Mereka
memang membutuhkan teladan untuk berkembang, dengan
memenerikan contoh yang baik, anak pasti akan lebih mudah untuk
menyerap. Mereka kan meniru kebiasaan-kebiasaan di rumah dan
membawanya sebagai modal bertingkah laku di sekolah.
Jadi alangkah baiknya jika orang tua mulai menerapkan pola asuh
“banyak memberi contoh daripada kritik”. Dengan hal lain, anak
akan lebih cepat berkembang. Percuma apabila orang tua memarahi
anak setipa hari atas perilakunya yang tidak disiplin.Mereka
membutuhkan waktu dan proses untuk tumbuh. Untuk belajar, dan
untuk menyerap informasi dari luar.
5. Buat Rutinitas
Anak Down Syndrome juga harus diajarkan seluruh rutinitas yang
harus dilaluinya, di dalam segala aspek kehidupan, rutinitas seperti
mandi,makan,memakai baju , sekolah, istirahat, bahkan buang air
besar sekalinpun,harus diketahuinya. Anak akan mengetahui apabila
orang tua memberitahunya, jadikanlah semua rutinitas itu sebagai pola
kebiasaan yang terjadwal. Saat waktu makan , orang tua harus
memberi tahu anak bahwa sudah waktunya untuk makan siang, apabila
anak tidak mengerti dengan istilah makan siang,orang tua janganlah
marah. Sebaiknya bawakan saja makanan dan suruhlah dia makan atau
ajaklah anak menuju ke ruang makan.
6. Berikan Hukuman dan Hadiah
55
Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, ( Jogjakarta: KATAHATI, 2014), hlm 128
51
56
Ibid, hlm 129
52
57
Ibid, hlm 131
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak berbakat ialah Mereka yang orang diidentifikasi sebagai anak yang
mampu mencapai prestasi menonjol karena mempunyai kemampuan-kemampuan
yang unggul dalam hal kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik
khusus, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin,
kemampuan dalam salah satu bidang seni dan kemampuan psikomotor, anak -
anak berbakat rata-rata memiliki IQ 125 atau lebih.Anak-anak berbakat
berkembang lebih cepat atau bahkan sangat cepat bila dibandingkan dengan
ukuran perkembangan yang normal. Dalam menghadapi masalah anak berbakat
akan melibatkan seluruh aspek psikologis dan biologis, mereka akan menentukan
metode cara agar dapat menangani masalah teraebut dengan efisien dan
efektif.Dalam menangani anak berbakat perlu kerjasama antara orang tua dan
guru, khusunya bagi orang tua. para orang tua yang memiliki anak berbakat harus
menunjukan sikap memahami, peduli, terhadap pikiran dan perasaan anak,
bersikap terbuka dan memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan
dirinya.
Anak genius ialah anak yang luar biasa cerdasnya, sehingga dapat
menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Bila diukur dengan tes
inteligensi, IQ mereka paling rendah 140, sedang yang paling tinggi dapat
mencapai 200 lebih. Karakteristik pada anak genius dapat terlihat dalam hal
fisik,mental,minat, dan social. ciri -ciri anak genius ialah mereka mempunyai dua
macam sifat yaitu positif dan negatif apabila mereka berada di lingkungan yang
positif mereka akan berkembamg menjadi individu yang baik, begitupun
sebaliknya. Untuk menangani anak jenius bagi orang tua adalah mereka harus
menerima kelebihan kekurangan yang dimiliki anak, menyediakan lingkungan
yang baik dan dapat menggali bakat atau minat anak sedangkan untuk pengajar di
sekolah guru dapat memberikan tambahan pelajaran, ketersediaan sarana dan
53
54
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Pandji, Dewi. 2013. Sudahkah Kita Ramah Anak Special Needs?. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Wardah. 2019. Antara Fakta dan Harapan Sindrom Down. Jakarta Selatan
: Kementrian Kesehatan RI.