pun dapat menjadi salah satu dasar penentu maju atau tidaknya suatu negara. Oleh karenanya
permerintah dalam menjamin setiap warganya dalam memperoleh pendidikan di tetapkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara pasal 31 ayat (1) amandemen ke 3 menegaskan bahwa “Setiap
tersebut tanpa terkecuali. Anak-anak yang memiliki berbagai kelainan bagi fisik maupun mental,
termasuk didialamnya anak dengan tunagrahita pun memiliki hak yang sama. Hal ini
sebagaimana dicantumkan dalam Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat (2) ditegaskan bahwa “Warga Negara yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidkan khusus”.
Secara umum anak dengan tunagrahita adalah anak yang mengalami tingkat kecerdaan di
bawah rata-rata dan memiliki kekurangan dalam perliku adaptif. Secara lebih rinci, American
Association on Mental deficiency (AMMD) yang dikutip Grossman (Kirk & Gallagher,1986)
(Astati & Mulyati, 2013:9) pengertian anak tunagrahita adalah sebagai berikut :
existing concurrently with deficits in adaptive behavior and manifested during the
developmental period
ringan, sedang dan berat. Menurut Sutjihati Sumantri (1996;86) anak tunagrahita ringan yakni
mereka yang memiliki IQ 52-68 menurut Binet dan IQ 55-69 menurut scala Wescheler (WISC).
Karakteristi umum dan kemampuan belajar umum (ATG). Sutjihati Sumantri (1996;86)
secara lebih spesifik mengenagi kemampuan belajar anak dengan tunagrahita ringan “Mereka
masih dapat diajar membaca, menulis dan berhitung sederhana, dapat dididik menjadi tenaga
Pentingnya membaca
Pentingna media
Salah satu hal yang dapat dikuasai oleh anak tunagrahita ringan yaitu membaca permulaan.
Kemampuan anak tunagrahita tipe ringan yang dikembangkan dari segi keterampilan
diharapkan mampu melatih kemadirian agar tidak tergantung pada orang lain serta
menjadi bekal hidup anak nantinya. Sedangkan, kemampuan yang dikembangkan dari
segi akademik bagi anak tunagrahita tipe ringan dapat diberikan berupa kemampuan
untuk membaca, menulis serta berhitung sederhana.
Membaca permulaan tidak terlepas dari tujuan pendidikan serta tujuan pengajaran secara
khususnya. Tujuan dari membaca permulaan menurut Ritawati (1996:43) “tujuan pengajaran
membaca permulaan adalah agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan
lancar dan tepat”. Membaca permulaan bagi anak tunagrahita ringan untuk dapat dimanfaatkan
oleh dirinya dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya digunakan saat belajar. Hal ini
dikemukaan menurut pendapat dari Farida Rahim (2007: 1) menyatakan bahwa “kemampuan
membaca sangat penting bagi setiap kehidupan, hampir setiap aspek kehidupan melibatkan
kegiatan membaca”. Karena menurut (Amin, 1995: 206) “Membaca permulaan merupakan
komponen dari komunikasi tulisan”.Dalam kegiatan membaca yang tidak disertai dengan
pemahaman bukanlah kegiatan membaca menurut Anderson (1972:209) secara singkat dan
sederhana mencoba mendefinisikan membaca sebagai proses kegiatan mencocokkan huruf atau
melafalkan lambang-lambang bahasa tulis atau reading is a recording and decoding process
(jurnal 1.8/Drs. Kholid A. Harras). Oleh karena itu anak tunagrahita ringan penting
mengembangkan kemampuan membaca menurut Menurut Desni Humaira (2012 : 97), untuk
belajar membaca, anak tunagrahita tipe ringan harus menguasai/dapat bicara dan dapat
Dalam pembelajaran membaca permulan dapat belajar melalui alat media. Menurut
Azhar arsyad (2006:4) “alat media yang menyampaikan atau menggambarkan pesan-pesan
pengajaran”. Alat media yang digunakan oleh peneliti dalam mengembangkan kemampuan
membaca permulaan yaitu melalui Metode Cantol Raudhoh. Menurut Nurhasanah. E dan
Kusnandar. Y, (2006, 3-4) : “Metode cantol Roudhoh adalah salah satu teknik menghapal yang
(perpaduan) dalam persamaan bunyi dan bentuk visual. Itu adalah salah satu metode menghapal
Berdasarkan observasi pada bulan januari 2018 di SLB B-C YPLAB Wartawan Bandung,
bahwa anak tunagrahita ringan kelas II belum dapat membaca permulaan dengan baik ia masih
ketuker antara B dan D serta membaca harus adanya bantuan dari guru kelas.
Melihat latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan
judul “ Penggunaan Media Cantol Raudhoh Dalam Kemampuan Membaca Permulaan bagi
Anak Tunagrahita Ringan kelas II di SLB B-C YPLAB Wartawan Kota Bandung.”