Definisi
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan (pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa (1991).
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin di
sampaikan (suriasumantri, 1982)
Matematika sebagai ilmu tentang struktur dan hubungan-hubunganya memerlukan simbol-simbol untuk
membantu memanipulasi aturan-aturan melalui operasi yang ditetapkan (Paimin, 1998)
Kesimpulan, matematika adalah sesuatu yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hirarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif, sedangkan matematika di PAUD
adalah kegiatan belajar tentang konsep matematika melalui aktifitas bermain dalam kehidupan sehari-
hari dan bersifat ilmiah.
TUJUAN PENGENALAN MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI:
1. A. Tujuan Umum
Agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung/ matematika, sehingga pada saatnya nanti
anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya yang
lebih komplek.
1. B. Tujuan khusus
2. Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit,
gambar-gambar atau angka-angaka yang terdapat di sekitar anak.
3. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang dalam kesehariannya
memerlukan keterampilan berhitung.
4. Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.
5. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan
sesuatu peristiwa terjadi di sekitarnya.
6. Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
PRINSIP-PRINSIP PERMAINAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI
ü Permainan matematika di berikan secara bertahap diawali dengan menghitung benda-benda atau
pengalaman peristiwa kongkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar.
ü Pengetahuan dan keterampilan pada permainan matematika diberikan secara bertahap menurut
tingkat kesukaranya, misalya dari kongkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dana dari sederhana ke yang lebih
kompleks
ü Permainan matematika akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartispasi dan dirangsang
untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.
ü Permainan matematika membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta
kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/ media yang sesuai dengan tujuan, menarik, dan
bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan.
ü Bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan
jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak.
ü Dalam permainan matematika anak dapat di kelompokkan sesuai tahap penguasaan berhitung yaitu
tahap konsep, masa transisi dan lambang.
ü Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan.
MATERI II
LANDASAN PENGENALAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI
Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan matematika anak usia dini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Perkembangan Mental Anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam diri anak. Artinya belajar
sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun psikis.selain itu kegiatan belajar pada
anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus
keluar dari anak itu sendiri.
Anak usia TK berada pada tahapan pra-operasional kongkrit yaitu tahap persiapan kearah
pengorganisasian pekerjaan yang kongkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan
tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya (persepsinya
sendiri).
2. Masa Peka Berhitung Pada Anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukan masa
peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus tanggap, untuk segera
memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan
sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika,
karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang
tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas
perkembangan-nya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya
akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak
akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan
kemampuannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981) perkembangan intelektual pada anak
berkembang sangat pesat pada kurun usia nol sampai dangan pra-sekolah (4-6 tahun). Oleh sebab itu,
usia pra-sekolah sering kali disebut sebagai “masa peka belajar”. Pernyataan didukung oleh Benyamin S.
Bloom yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelektual anak sudah terbentuk usia 4 tahun
kemudian mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun.
3. Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar
bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala
kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya diramalkan akan dapat melaksanakan
tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Piaget juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan
perkembangan mental anak ke tahap yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman
anak terutama pengalaman kongkrit, karena dasar perkembangan mental adalah melalui pengalaman-
pengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda di sekitarnya. Pendidikan di TK sangat penting
untuk mencapai keberhasilan belajar pada tingkat pendidikan selanjutnya. Bloom bahkan menyatakan
bahwa mempelajari bagaimana belajar (learning to learn) yang terbentuk pada masa pendidikan TK akan
tumbuh menjadi kebiasaan di tingkat pendidikan selanjutnya.Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan
agar anak mampu membaca, menulis dan berhitung, tetapi merupakan cara belajar mendasar, yang
meliputi kegiatan yang dapat memotivasi anak untuk menemukan kesenangan dalam belajar,
mengembangkan konsep diri (perasaan mampu dan percaya diri), melatih kedisiplinan, keberminatan,
spontanitas, inisiatif, dan apresiatif.
Sejalan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, permainan matematika anak usia dini
seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika yaitu:
1. 1. Penguasaan konsep
Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa kongkrit,seperti
pengenalan warna, bentuk, dan menghitung benda/ bilangan.
1. 2. Masa transisi
Proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman kongkrit menuju pengenalan lambang
yang abstrak, dimana benda kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya.
1. 3. Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan
tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk ,menggambarkan konsep ruang, dan
sebagainya.
MANFAAT PERMAINAN MATEMATIKA UNTUK AUD
1. Membelajarkananak berdasarkan konsep matematika yang benar.
2. Menghindari ketakutan matematika sejak awal.
3. Membantu anak belajar matematika secara alami melalui kegiatan bermain.
MATERI III
STANDAR MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI
The principles and strandards for school mathematics (prinsip dan standar untuk matematika sekolah),
yang dikembangkan oleh kelompok pendidik dari national council of Teacher of mathematics (NCTM,
2000) memaparkan harapan matematika untuk anak usia dini.konsep-konsep yang bisa dipahami anak
usia dini antara lain:
1. 1. Bilangan
Salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak adalah pengembangan kepekaan
bilangan. Peka terhadap bilangan berarti tidak sekedar menghitung. Kepekaan bilangan itu mencakup
pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman kesesuaian satu lawan satu. Ketika kepekaan terhadap
bilangan anak-anak berkembang, mereka menjadi semakin tertarik pada hitung-menghitung.
Menghitung ini menjadi landasan bagi pekerjaan dini anak-anak dengan bilangan.
1. 2. Aljabar
Menurut NTCM (2000), pengenalan aljabar dimulai dengan menyortir, menggolongkan,
membandingkan, dan menyusun benda-benda menurut bentuk, jumlah, dan sifat-sifat lain, mengenal,
menggambarkan, dan memperluas pola akan memberi sumbangan kepada pemahaman anak-anak
tentang penggolongan.
1. 3. Penggolongan
Penggolongan (klasifikasi) adalah salah satu proses yang penting untuk mengembangakn konsep
bilangan. Supaya anak mampu menggolongkan atau menyortir benda-banda, mereka harus
mengembangkan pengertian tentang “saling memiliki kesamaan”, “keserupaan”, “kesamaan”, dan
“perbedaan”. Kegiatan yang dapat mendukung kemampuan klasifikasi anak adalah:
1. Membandingkan
Adalah proses dimana anak membangun suatu hubungan antara dua benda berdasarkan atribut tertentu.
Anak usia dini sering membuat perbedaan, terutama bila perbandingan itu melibatkan mereka secara
pribadi.
1. Menyusun
Menyusun atau menata adalah tingkat lebih tinggi dari perbandingan. Menyusun melibatkan
perbandingan benda-benda yang lebih banyak, menempatkan benda-benda dalam satu urutan. Kegiatan
menyusun dapat dilakukan didalam maupun luar kelas, misalnya menyusun buku yang diatur dari yang
paling tebal, mengatur barisan dari anak yang paling tinggi/ pendek, dll.
1. 4. Pola-pola
Mengidentifikasi dan menciptakan pola dihubungkan dengan penggolongan dan penyortiran. Anak mulai
melihat atribut-atribut yag sama dan berbeda pada gambar dan benda-benda. Anak-anak senang
membuat pola di lingkungan mereka.
1. 5. Geometri
Membangun konsep geometri pada anak di mulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki
bangunan dan memisahkan gambar-gambar biasa seperti segi empat, lingkaran, segitiga. Belajar konsep
letak seperti dibawah, di atas, kiri, kanan meletakkan dasar awal memahami geometri.
1. 6. Pengukuran
Ketika anak mempunyai kesempatan untuk pengalaman-pengalaman langsung untuk mengukur,
menimbang, dan membandingkan ukuran benda-benda, mereka belajar konsep pengukuran. Melalui
pengalaman ini anak mengembangkan sebuah dasar kuat dalam konsep-konsep pengukuran.
1. 7. Analisis data dan probabilitas
Percobaan dengan pengukuran, penggolongan, dan penyortiran merupakan dasar untuk memahami
probabilitas dan analisis data. Ini berarti mengemukakan pertanyaan, mengumpulkan informasi tentang
dirinya dan lingkungan mereka, dan menyampaikan informasi ini secara hidup.
MATERI V
PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus menerus
dengan tidak ada lompatan. Kemajuan kompetensi kognitif diasumsikan bertahap dan berurutan selama
masa kanak-kanak Piaget melukiskan urutan tersebut ke dalam empat tahap perkembangan yang berbeda
secara kualitatif yaitu : (1) tahap sensori motor, (2) tahap praoperasional, (3) tahap operasional konkrit
dan (4) tahap operasional formal.
a. Tahap Sensorimotor (0 – 2 tahun)
Tahap sensorimotor ini ada pada usia antara 0 – 2 tahun, mulai pada masa bayi ketika ia menggunakan
pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal lingkungannya. Pada masa ini biasanya bayi
keberadaannya masih terikat kepada orang lain bahkan tidak rdaya, akan tetapi alat-alat inderanya
sudah dapat berfungsi. Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama stadium sensorimotor, intelegensi
anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulus sensorik. Dalam stadium ini
yang penting adalah tindakan-tindakan konkrit dan bukan tindakan-tindakan yang imaginer atau hanya
dibayangkan saja, tetapi secara perlahan-lahan melalui pengulangan dan pengalaman konsep obyek
permanen lama-lama terbentuk. Anak mampu menemukan kembali obyek yang disembunyikan.
b. Tahap Praoperasional (2 – 7 tahun)
Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami pengertian operasional yaitu
proses interaksi suatu aktivitas mental, dimana prosesnya bisa kembali pada titik awal berfikir secara
logis. Manipulasi simbol merupakan karakteristik esensial dari tahapan ini. Hal ini sering
dimanefestasikan dalam peniruan tertunda, tetapi perkembangan bahasanya sudah sangat pesat,
kemampuan anak menggunakan gambar simbolik dalam berfikir, memecahkan masalah, dan aktivitas
bermain kreatif akan meningkat lebih jauh dalam beberapa tahun berikutnya. Sekalipun demikian,
pemikiran pada tahap praoperasional terbatas dalam beberapa hal penting. Menurut Piaget, pemikiran
itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya
tampak dari perspektif orang lain.
c. Tahap Operasional Konkrit (7 – 11 Tahun)
Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya perubahan positif ciri-ciri negatif tahap
preoprasional, seperti dalam cara berfikir egosentris pada tahap operasional konkrit menjadi berkurang,
ditandainya oleh desentrasi yang benar, artinya
anak mampu memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara serempak dan juga untuk menghubungkan
dimensi-dimensi itu satu sama lain.
d. Operasional Formal ( 11 – 16 tahun)
Pada tahap operasional formal anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat atau didengar ataupun pada
masalah yang dekat, tetapi sudah dapat membayangkan masalah dalam fikiran dan pengembangan
hipotesis secara logis. Sebagai contoh, jika A < B dan B < C, maka A < C. Logika seperti ini tidak dapat
dilakukan oleh anak pada tahap sebelumnya. Perkembangan lain pada tahap ini ialah kemampuannya
untuk berfikir secara sistematis, dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan secara teratur atau
sistematis untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini anak dapat memprediksi berbagai kemungkinan
yang terjadi atas suatu peristiwa.
Menurut Lerner (1981: 357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar berhitung, yaitu:
1. 1. Gangguan hubungan keruangan.
Anak yang berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, sehingga dapat terjalin
komunikasi antar mereka dalam lingkungan. Dengan kondisi tersebut dapat menyebabkan anak
mengalami gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan yang dapat mengganggu
pemahaman anak tentang sistem belajar secara keseluruhan.
Contoh: Anak tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4 dari pada ke angka 6.
1. 2. Kesulitan memahami konsep waktu.
Pemahaman tentang waktu biasanya melipuit sebentar, lama, kemarin, besok dan sebagainya.
Pemahaman tersebut diperoleh anak karena adanya komunikasi dengan lingkungan sosial. Anak yang
memiliki kesulitan belajar sering tidak memiliki lingkungan yang tidak kondusif bagi terjalinnya
komunikasi yang intensif untuk memperoleh tentang konsep semacam itu. Disamping itu, adanya
gangguan fungsi otak juga dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam memahami konsep
waktu.
1. 3. Kesulitan memahami konsep kuantitas (jumlah)
Pada umumnya anak-anak memahami tentang konsep kuantitas dari pergaulan mereka dengan
lingkungan sosialnya, baik di dalam keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Disamping dari
lingkungan keluarga yang sulit bergaul, gangguan fungsi otak dan lingkungan social yang tidak kondusif
dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam memahami konsep kuantitas, seperti banyak,
sedikit, lima, tujuh dan sebagainya.
1. 4. Asosiasi Visual-Motor.
Bentuk asosiasi visual-motor merupakan bentuk kesulitan belajar yang lebih menekankan proses belajar
mereka dengan cara hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya. Contoh dari bentuk asosiasi
visual-motor adalah anak tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan
bilangannya “satu, dua, tiga, empat, lima”. Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga tetapi telah
mengucapkan “lima”. Ini merupakan bentuk kesulitan belajar berhitung dalam perkataan dengan
motoriknya.
1. 5. Kesulitan mengenal dan memahami symbol.
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan
simbol-simbol matematika seperti +, -, =, >, < dan sebagainya. Kesulitan semacam ini disebabkan adanya
gangguan memori atau ingatan dan juga adanya persepsi fisual atau penglihatan.