Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dasar dari pengembangan daya pikir melalui matematika adalah anak-
anak dibangun keinginan untuk menumbuhkan keinginan dan rasa semangat
untuk menyukai ilmu matematika, dari matematika (logika) adalah mereka
belajar konsep dasar tentang angka. Pembelajaran huruf dan angka merupakan
pembelajaran yang sangat penting bagi keberhasilan anak di masa yang akan
datang.
Kelompok matematika yang sudah dapat diperkenalkan mulai dari
usia tiga tahun adalah kelompok bilangan (aritmatika, berhitung), pola dan
fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik, estimasi, probabilitas, dan
pemecahan masalah. Montessori menyatakan bahwa untuk usia balita, suatu
permainan sederhana seperti menghitung jari kaki maupun jari tangannya
merupakan awal yang baik. Manfaatkan segala sesuatu yang ada di
lingkungan anak, seperti menghitung tangga, jumlah botol yang ada di
kantong besar tukang susu keliling, pepohonan di sepanjang blok perumahan,
ataupun bunga yang sedang kembang di halaman, hal ini akan merangsang
kesadaran anak terhadap angka-angka. Sehingga jika angka-angka dipelajari
sebagai bagian rutinitas, maka anak akan terbiasa dengan hitung-menghitung
saat bermain oleh karena itu anak usia dini harus memiliki kemampuan dasar
matematika.

B. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud kemampuan dasar matematika?


b. Apa saja macam-macam dasar matematika dan penjelasannya?
c. Bagaimana cara implementasi kemampuan dasar matematika pada
anak usia dini?

C. Tujuan
a. Mengetahui definisi kemampuan dasar matematika
b. Mengetahui macam macam kemampuan daar matematika beserta
definisinya
c. Implementasi kemampuan dasar matika pada anak usia dini

1 | M a t e m a ti k a A U D
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Dasar Matematika AUD


1. Pengertian Matematika

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari


pernyataan yang ingin di sampaikan (suriasumantri, 1982). Matematika sebagai ilmu
tentang struktur dan hubungan-hubunganya memerlukan simbol-simbol untuk
membantu memanipulasi aturan-aturan melalui operasi yang ditetapkan (Paimin,
1998). Matematika adalah sesuatu yang berkaitan dengan ide-ide/konsep- konsep
abstrak yang tersusun secara hirarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif,
sedangkan matematika di PAUD adalah kegiatan belajar tentang konsep matematika
melalui aktifitas bermain dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah. Tujuan
pembelajaran Matematika untuk anak adalah agar anak mengetahui dasar-dasar
pembelajaran berhitung/ matematika, sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih
siap mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya yang
lebih komplek.Dapat disimpulkan bahwa matematika untuk anak usia dini adalah
kemampuan/keterampilan anak dalam mengaplikasikan konsep konsep dasar
matematika

Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan matematika anak usia dini adalah
sebagai berikut:

1. Tingkat Perkembangan Mental Anak

Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam


diri anak. Artinya belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik
maupun psikis selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan
tahap- tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar
dari anak itu sendiri. Anak usia TK berada pada tahapan pra-operasional kongkrit
yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang kongkrit dan
berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk
dan benda-benda didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya (persepsinya
sendiri).

2. Masa Peka Berhitung Pada Anak

Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak


sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan
guru di TK harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan

2 | M a t e m a ti k a A U D
sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya
menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal. Anak usia TK adalah
masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika,
karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan.
Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat
stimulasi/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangan-nya.
Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan
tentunya akan lebih efektif Karena bermain merupakan wahana belajar dan
bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu
apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981) perkembangan
intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol sampai
dangan pra-sekolah (4-6 tahun). Oleh sebab itu, usia pra-sekolah sering kali
disebut sebagai “masa peka belajar”. Pernyataan didukung oleh Benyamin S.
Bloom yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelektual anak sudah
terbentuk usia 4 tahun kemudian mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun.

Tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika yaitu:

1) Penguasaan konsep
Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan
benda dan peristiwa kongkrit,seperti pengenalan warna, bentuk, dan
menghitung benda/ bilangan.
2) Masa transisi
Proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman
kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda
kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya.
3) Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya lambang 7
untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk
menggambarkan konsep warna, besar untuk ,menggambarkan konsep
ruang, dan sebagainya.

B. Macam-Macam Kemampuan Dasar Matematika

1. Bilangan

Salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak adalah
pengembangan kepekaan bilangan. Peka terhadap bilangan berarti tidak sekedar

3 | M a t e m a ti k a A U D
menghitung. Kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan
pemahaman kesesuaian satu lawan satu. Ketika kepekaan terhadap bilangan anak-
anak berkembang, mereka menjadi semakin tertarik pada hitung-menghitung.
Menghitung ini menjadi landasan bagi pekerjaan dini anak-anak dengan bilangan.

a. Kemampuan mengenal konsep bilangan

Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Kemampuan dibutuhkan setiap orang


untuk melaksanakan sesuatu. Tanpa kemampuan, apa yang dilakukan tidak akan
maksimal. Kemampuan berasal dari kata dasar “mampu” yang berarti kuasa (bisa,
sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai, harta berlebihan).
Kemampuan mengenal angka merupakan kemampuan anak untuk menamakan
jumlah dari suatu benda dan juga kemampuan anak untuk mengamati bentuk
bilangan. Kemampuan mengenal angka yang diajarkan pada anak TK meliputi
pengenalan angka secara sederhana. Belajar mengenal angka atau lambang bilangan
bisa dilakukan anak dengan cara menghitung benda. Namun, cara ia menghitung
tentu saja berbeda dengan cara orang dewasa. Kemampuannya hanya pada
menghitung satu per satu benda yang akan dihitung sesuai jumlahnya. Misalnya, satu
apel, dua apel, tiga apel, dan seterusnya. Keterampilan berhitung berkaitan dengan
perkembangan berpikir anak. Ia sedang berada pada tahap berpikir konkret.
Keterampilan menghitung juga mencakup koordinasi memegang atau menunjuk
benda, menyebut angka, dan mengingat urutannya.

b. Pentingnya Pengenalan Konsep Bilangan Pada AUD

Konsep bilangan adalah himpunan benda-benda atau angka yang dapat


memberikan sebuah pengertian. Konsep bilangan ini selalu dikaitkan dengan
pekerjaan menghubung-hubungkan baik benda-benda maupun dengan lambang
bilangan. Cara-cara yang dapat dilakukan di Taman Kanak-kanak dalam pengenalan
konsep bilangan antara lain dengan menggunakan sarana pendukung yang berupa alat
peraga atau alat permainan yang dapat digunakan oleh anak maupun guru dalam
kegiatan pembelajaran. Konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan
kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Pembelajaran di TK terkait dengan konsep bilangan meliputi membuat urutan
bilangan 1-10 dengan bendabenda, menyebutkan urutan bilangan 1-10, mengenal
lambang bilangan 1-10, mencocokkan lambang bilangan dengan benda. Oleh karena
itu dalam pelaksanaan untuk memahami daripada lambang bilangan tersebut, maka
pembelajaran dilakukan secara menarik dan bervariasi. Mengingat pentingnya
kemampuan mengenal lambang bilangan maka dapat diberikan melalui berbagai
macam cara. Guru juga boleh memilih berbagai macam model, metode dan media

4 | M a t e m a ti k a A U D
dalam pembelajaran yang sesuai untuk tujuan pembelajaran dalam perkembangan
kognitif, khususnya kemampuan mengenal lambang bilangan.

2. Penggolongan (Klasifikasi)

Penggolongan (klasifikasi) adalah salah satu proses yang penting untuk


mengembangakn konsep bilangan. Supaya anak mampu menggolongkan atau
menyortir benda-banda, mereka harus mengembangkan pengertian tentang “saling
memiliki kesamaan”, “keserupaan”, “kesamaan”, dan “perbedaan”. Kegiatan yang
dapat mendukung kemampuan klasifikasi anak adalah:

a) Mencocokkan (matching)
Mencocokkan merupakan kegiatan sederhana yang mempunyai banyak
manfaat bagi anak. Mencocokkan dalam intruksi bahasa inggris sering di
sebbut match it atau put with the same. Mencocokan juga di definisikan dalam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sebagai kemampuan untuk
membandingkan dan menyesuaikan apakah cocok atau sama. Kegiatan
mencocokkan sangat bermanfaat untuk melatih konsentrasi dan daya ingat
anak. Kegiatan anak mencocokkan juga merupakan kegiatan yang dapat
digunakan untuk memperkenalkan angka, bentuk, warna, buah, dan
sebagainya.

b) Mengurutkan (ordering)
Mengurutkan (ordering) merupakan kemampuan yang dikuasai anak
dalam menyusun dan menghitung setiap obyek hanya satu kali secara
berurutan, sehingga terdapat proses keteraturan. Seriasi (seriation) merupakan
kemampuan mengurutkan susunan obyek-obyek berdasarkan karakteristik
ukurannya, misalnya dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari yang
terpendek sampai yang terpanjang.
Sedangkan menurut Piaget, kemampuan seriasi dibagi menjadi 5,
yaitu: mengurutkan objek berdasarkan pola ukuran bentuk, warna,
menghitung setiap objek hanya satu kali secara berurutan, menyusun objek
berdasarkan ukuran panjang ; pendek, menyusun objek berdasarkan ukuran
besar & kecil.
Menurut Bredekamp & Copple dalam Musfiroh (2005: 85), anak
usia 4 tahun belum mampu dalam tugas konservasi. Mereka bingung ketika
dihadapkan pada objek yang sama tetapi ditata dalam cara yang berbeda.
Meskipun telah memiliki perbendaharaan konsep, mereka masih mengalami

5 | M a t e m a ti k a A U D
kesulitan menggunakan konsep abstrak, seperti waktu, ruang, dan ukuran
untuk mengorganisasikan pengalaman mereka. Sebagian dari anak usia 4
tahun dapat menunaikan tugas menata secara seri atau urut berdasarkan
panjang atau ukuran. Meskipun demikian, apabila diklasifikasikan didasarkan
pada dua sifat (misal kotak dan lingkaran dan anak disuruh menentukan mana
yang lebih besar) anak masih menglami kesulitan.
Menurut Gelman & Gallistel dalam Papalia (2009: 340), pada
masa kanak-kanak awal, anak-anak mulai memahami lima prinsip berhitung.
1) Prinsip 1 untuk 1: hanya menyebutkan sebuah nomor sebanyak satu kali
untuk setiap hal yang dihitung (“satu… dua… tiga”).
2) Prinsip urutan yang tetap: menyebutkan nomor dengan urutan yang tetap
(“satu, dua tiga…”, bukan “tiga, dua, satu…”).
3) Prinsip ketidak relevanan urutan: mulai menghitung dari benda manapun,
dan jumlah total hitungan akan tetap sama
4) Prinsip kardinalitas: nomor terakhir yang disebut adalah total jumlah benda
yang dihitung. (jika ada 5 barang, maka nomor terakhir adalah “5”)
5) Prinsip abstraksi: prinsip-prinsip sebelumnya berlaku untuk semua objek.

Dengan demikian dari pernyataan Gelman & Gallistel, dapat


disimpulkan bahwa kemampuan anak pada masa kanak-kanak awal dalam
memahami konsep urutan dan seriasi adalah terjadi ketidak relevanan urutan
dan dalam pengurutan angka, anak belum memahami konsep terbalik atau
dalam menyebutkan nomor/ angka, anak cenderung menyebutkan dengan
urutan yang tetap (satu,,,dua,,tiga,,bukan tiga,,dua,,satu)

3. Pola (Pattern)

Mengidentifikasi dan menciptakan pola dihubungkan dengan penggolongan


dan penyortiran. Anak mulai melihat atribut-atribut yag sama dan berbeda pada
gambar dan benda-benda. Anak-anak senang membuat pola di lingkungan mereka.

a) Konsep Pola

Mengenal pola merupakan bagian dari matematika. Anak dapat membuat


berbagai macam benda, seperti kalung dari manik-manik atau menggambarnya
menggunakan pola. Berbagai benda memiliki gambar berpola, seperti garis-garis pada
kaos, buku, baju, dan karpet. Ajak anak mengenali polanya dan menirukan dengan
cara menggambarnya di kertas. Ajak anak membuat kalung dengan untaian manik-

6 | M a t e m a ti k a A U D
manik, dengan pola tertentu, misalnya 1 merah- dua biru- tiga hijau- satu kuning dst.
Ajak anak meneruskan membuat kalung dengan pola tersebut.

b) Pembelajaran Pola pada Anak Usia Dini

1) Pola Bilangan
Pola bilangan merupakan urutan bilangan dengan jarak dan urutan yang
konstan. Pla bilangan juga dapat disebut dengan pengulangan dari pola
sebelumnya. Misalnya guru menyajikan urutan bilangan 1,2,3 maka anak
harus mengulangi pola tersebut dengan sama persis beberapa kali. Selain itu
guru juga dapat mengajarkan berbagai macam bilangan misalnya bilangan
ganjil, bilangan genap, bilangan bulat, dan lain-lain.

2) Pola Bentuk
Setelah anak mengenal bentuk dari suatu benda, guru dapat meminta anak
untuk menurutkan bentuk benda sesuai dengan urutan sebelumnya. Kegiatan
ini dapat dilakukan dengan mengurutkan bentuk matahari, bulan, bintang, dan
awan. Selain itu juga dapat mengurutkan bentuk mtematika misalnya persegi,
segitiga, lingkaran, trapesium, dan lain-lain. Anak dapat memulainya dari
benda mana saja, dan diulang sesuai dengan pola yang telah ditentukan anak
sebelumnya.

3) Pola Warna
Untuk mengenalkan pola warna pada anak, guru dapat menggunakan tiga atu
empat macam warna terlebih dahulu supaya anak tidak kebingungan untuk
membuat pola berikutnya. Anak dapat disajikan dengan warna yang mencolok
dalam bentuk yang sama setiap warnanya. Agar pembelajarannya menarik
guru dapat mengenalkan warna dengan berbagai macam bentuk.

4) Pola Fungsi
Setiap benda mempunyai bentuk yang berbeda-beda, sekalipun sama
macamnya. Sebagai contoh bentuk dari mobil balap beda dengan mobil
transportasi yang sehari-hari dapat di jumpai oleh anak-anak. hal itu berkaitan
dengan fungsi dari masing-masing mobil. Mobil balap harus memiliki
keaeodinamisan yang tinggi dibanding dengan mobil box atau mobil
transportasi biasa, maka mobil balap harus lebih tipis dan ramping disbanding
jenis mobil lainnya.

7 | M a t e m a ti k a A U D
5) Pola Logika
Sebelum menjelaskan pola logika guru harus mengawali dengan menjelaskan
selisih (beda jarak) pada anak. Setelah itu anak dikenalkan dengan pola
logika, yaitu pola bilangan dengan selisih tertentu, misalnya: 10,20,30,40,50
(mempunyai selisih sepuluh).

6) Menjiplak Pola

Menjiplak pola dapat dilakukan dengan menggunakan pewarna, sisir,dan sikat


gigi.

4. Geometri

Pemahaman ruang merupakan bagian dari geometri yaitu kepekaan terhadap


lingkungan sekitar. Pemahaman ruang meliputi menjelaskan arah (kiri,kanan)
posisi(depan, belakang, atas, bawah), menggambar dan menjelaskan posisi dan
ruang.Membangun konsep geometri pada anak di mulai dengan mengidentifikasi
bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar biasa seperti
segi empat, lingkaran, segitiga. Belajar konsep letak seperti dibawah, di atas, kiri,
kanan meletakkan dasar awal memahami geometri.

5. Pengukuran

Ketika anak mempunyai kesempatan untuk pengalaman-pengalaman langsung


untuk mengukur, menimbang, dan membandingkan ukuran benda-benda, mereka
belajar konsep pengukuran. Melalui pengalaman ini anak mengembangkan sebuah
dasar kuat dalam konsep-konsep pengukuran. Aktivitas pengukuran membantu anak
untuk membuat perbandingan dan mengidentifikasi urutan. Kemampuan ini berkaitan
dengan objek konkret baik dan untuk konsep-konsep seperti waktu yang sangat
abstrak bagi anak. Dalam kegiatan pembelajaran sang guru dapat menggunakan
penggaris, jengkal tangan, buku dan benda-benda konkret lainnya untuk melakukan
pengukuran.

6. Analisis data dan probabilitas

Percobaan dengan pengukuran, penggolongan, dan penyortiran merupakan dasar


untuk memahami probabilitas dan analisis data. Ini berarti mengemukakan
pertanyaan, mengumpulkan informasi tentang dirinya dan lingkungan mereka, dan
menyampaikan informasi ini secara hidup.

8 | M a t e m a ti k a A U D
C. Implementasi Permainan Papan Geometri untuk Kemampuan Dasar
Matematika AUD

a) Media Permainan Papan Geometri


Stimulasi yang tepat sangat dibutuhkan sebagai penunjang segala macam
aspek perkembangan anak. Kegiatan yang dapat menunjang sebagai stimulasi
yang tepat adalah dengan metode bermain. Permainan yang diberikan kepada
anak harus sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengenalan matematika
untuk anak usia dini harus menarik, mengasyikan dan penuh warna, sehingga
anak merasa tertarik dengan pembelajaran yang disajikan oleh pendidik.
Salah satu contoh media permainan yang dapat digunakan sebagai
stimulasi pengenalan matematika untuk anak usia dini adalah permainan papan
geometri. Permainan papan geometri bertujuan untuk mengenalkan permainan
pola, geometri, bilangan, ukuran dan geometri kepada anak usia dini. Permainan
ini diharapkan dapat dijadikan media pembelajaran yang menyenangkan dan
dapat diterima anak dengan mudah.
Manfaat dari media permainan papan geometri adalah agar melatih anak
belajar matematika secara alami, sehingga anak mampu mengenal, mengerti dan
menyukai pembelajaran matematika hingga masa dewasanya kelak. Dalam
permainan ini, anak akan diajarkan:
a) Anak dikenalkan jenis geometri dasar, seperti lingkaran, segitiga dan
segiempat
b) Anak mampu mengklasifikasi, sesuai jenis warna dan menghitung hasilnya
c) Mengenal konsep bilangan, anak akan menghitung jumlah benda dan mencari
angka yang sesuai dengan jumlah benda
d) Mengenal konsep ukuran, yaitu dari terbesar ke terkecil dan sebaliknya.
e) Mengenal konsep pola, anak mampu megikuti pola setelah jenis pola yang
telah disajikan

2. Cara Bermain

9 | M a t e m a ti k a A U D
1) Guru menyiapkan papan geometri, macam-macam bentuk geometri dan kartu
bilangan.
2) Permulaan pertama guru mengenalkan jenis-jenis geometri (segitiga, persegi
dan lingkaaran)
3) Setelah itu anak mengumpulkan geometri yang sejenis dan satu warna setelah
itu menempelkan satu persatu ke papan geometri yang terdapat magnet.
4) Anak menghitung jumlah geometri yang sejenis dan mencari angka yang
sesuai dengan yang dihitung oleh anak
5) Anak dapat mengurutkan geometri dari yang terbesar ke yang terkecil begitu
pula sebaliknya.
6) Anak bermain mengurutkan pola geometri yang disajikan oleh guru terlebih
dahulu dan anak mengurutkan pola berikutnya.

10 | M a t e m a ti k a A U D
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan dan uraian diatas dapatdisimpulkan bahwa matematika untuk
anak usia dini adalah kemampuan/keterampilan anak dalam mengaplikasikan
konsep konsep dasar matematika yaitu : mengenal konsep bilangan,
penggolongngan (klasifikasi) yang di dalam kegitan tersebut terdapat kegiatan
mencocokan (matching) dan mengurutkan (ordering), pola, geomeytri,
pengukuran, analisis dan probabilitas.

11 | M a t e m a ti k a A U D
DAFTAR PUSTAKA

Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini

Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD

Ramaini, “Peningkatan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Melalui Permainan


Tabung Pintar Di TK Negeri Pembina Lubuk Basung”, Jurnal Pesona PAUD, (Vol. 1,
No. 1), Hlm. 4.

Taufik Adi Susilo, Belajar Calistung Itu Asyik, (Jogjakarta: Javalitera, 2011), Hlm.
109.

Fun Match Childern Ani ismayani books.google,co.id

http://duniaanakbalita.blogspot.com/2014/01/pola-matematika-pada-anak-usia-dini.html

http://sitisaodahrrossy2.blogspot.com/2017/01/makalah-matematika-aud.html

12 | M a t e m a ti k a A U D

Anda mungkin juga menyukai