Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN

CACAH
Sri Sunarni
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sekolah dasar memiliki peran penting dalam membentuk


dasar pemahaman matematika pada anak-anak. Salah satu aspek penting dari
mata pelajaran matematika adalah pemahaman konsep bilangan. Memahami
konsep bilangan tidak hanya melibatkan kemampuan menghitung, tetapi juga
mengembangkan pemahaman mendalam tentang struktur dan hubungan
antar bilangan. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran yang berkaitan
dengan bilangan di sekolah dasar merupakan tantangan penting dalam
meningkatkan kualitas pendidikan matematika.

Menurut Asri Devi, (2020) bahwa perlu adanya pengenalan angka dan
lambang bilangan sejak usia dini, agar setiap anak atau individu memiliki
kemampuan maupun kesiapan dalam mengenal lambang bilangan untuk
berhitung. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan sebuah
pembelajaran yang bisa mengaktifkan proses pembelajaran dan
meningkatkan kognitif anak.

Konsep bilangan juga merupakan awal dalam pengenalan matematika


kepada anak dan menjadi dasar pembelajaran matematika selanjutnya.
Seorang guru diharapkan dapat untuk membantu mengembangkan potensi
matematika anak sejak dini supaya dapat berkembang secara optimal. Oleh
sebab itu kemampuan dasar matematika perlu dirangsang dan dikembangkan
sejak dini Mulyati et al (2019).

Pengenalan lambang bilangan pada anak perlu diberikan sedini mungkin


dengan menggunakan cara yang tepat dan sesuai dengan tahapan
perkembangan anak. Mengenalkan lambang bilangan pada anak diharapkan
mampu lebih mudah dalam memahami konsep matematika lainnya pada
pembelajaran ditingkat yang lebih tinggi. Mengenalkan lambang bilangan
konsep dasar matematika yang merupakan kesiapan dalam berhitung
permulaan pada anak untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih lanjut
Menurut Asri Devi, (2020) dalam Romlah, (2018).

Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi


anak-anak seperti belajar sambil bermain, diharapkan dapat merangsang dan
memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk
pengembangan diri pada pembelajaran matematika Menurut Admaji (2019)
dalam Ma’ruf et al. (2022), kecakapan dalam matematika yang
dikembangkan pada siswa merupakan suatu hal yang berguna bagi
pencapaian hidup. Sehingga, Pelajaran matematika perlu diajarkan kepada
semua siswa Arifin et al. (2018) dalam Nadya (2016).

Oleh karena itu dibutuhkan media pembelajaran yang mampu mengasah


kemampuan penguasaan materi bilangan bulat ini. Salah satunya media
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika yang
dekat dengan kehidupan sehari-hari adalah permainan congklak.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan mengenal


konsep bilangan bulat pada siswa kelas 1?
2. Bagaimana implementasi permainan congklak dapat meningkatkan
kemampuan mengenal konsep bilangan bulat pada siswa kelas 1 sekolah
dasar?
3. Bagaimana penggunaan permainan congklak dapat meningkatkan
pemahaman siswa tentang bilangan bulat di kelas 1 sekolah dasar?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mendeskripsikan permainan congklak dalam meningkatkan


kemampuan mengenal konsep bilangan bulat pada siswa kelas 1.
2. Untuk mendeskripsikan bahwa konsep bilangan bulat dapat diterapkan
dan dipahami oleh siswa sekolah dasar melalui penggunaan permainan
congklak sebagai alat pembelajaran.
3. Untuk mendeskripsikan penggunaan permainan congklak dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang bilangan bulat di kelas 1 sekolah
dasar.

BAB II

PEMBAHASAN

A. KAJIAN TEORI

1. Konsep Bilangan

Matematika meliputi tiga area pada pembelajaran anak SD kelas rendah terutama
anak anak kelas 1 yaitu, pencarian, pemecahan masalah dan penghitungan. Dari
pendapat tersebut dapat dijabarkan bahwa sebelum anak-anak menguasai berhitung,
mereka harus belajar untuk mengenal bilangan dengan cara mencari dan memecahkan
masalah, maka dari itu pemahaman anak-anak tentang bilangan pasti berbeda dengan
orang dewasa.

Bilangan adalah kumpulan dari angka yang dapat dioperasikan, sehingga bilangan
10 terdiri dari angka 1 dan 0. Pembelajaran mengenal bilangan asli 1 sampai 10 telah
dikenalkan sejak anak masih berada di Pendidikan pra sekolah dasar karena seluruh
aspek perkembangan anak sudah matang (Sulyandari:2019)

Prabowo dan Rahmawati dalam (Khasanah & Juniarti, 2015) mendefisinisikan bahwa bilangan
merupakan konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Bilangan asli
seluruh bilangan bulat positif yang bukan nol; meliputi 1,2,3,4,5,6,7,...Menurut Handojo dan Ediati
dalam (ismatul) angka, 1, 2, 3, 4, dan seterusnya adalah lambang ciptaan manusia untuk
menerangkan jumlah berbagai benda.Seperti tanda lalu lintas, lambang itu mempunyai arti tertentu
yang telah disepakati.

Lambang yang kita sebut angka sebenarnya mempunyai tiga pengertian, pertama menyatakan
jumlah, seperti 3 buah mangga; kedua menyatakan kata untuk angka itu sendiri, seperti lima; dan
yang terakhir adalah menyatakan angka, misalnya 3. Sedangkan Harnet dan Gelman dalam
(Khasanah & Juniarti, 2015) mengatakan peka terhadap bilangan berarti lebih dari sekedar
menghitung, kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman
kesesuaian satu lawan satu. Konsep angka melibatkan pemikiran tentang “berapa jumlah atau berapa
banyak” termasuk menghitung, menjumlahkan satu tambah satu. Yang terpenting adalah mengerti
konsep angka. Anak yang kemampuannya tentang angka tidak dikembangkan mungkin akan berkata
“lima gajah lebih banyak dari lima semut” karena gajah lebih besar dari pada semut. Menghitung
merupakan cara belajar mengenai nama angka, kemudian menggunakan nama angka tersebut untuk
mengidentifikasi jumlah benda.

2. Permainan Congklak

Permainan adalah aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan
kepuasan, namun ditandai pencarian menang dan kalah. Menurut Hans Daeng (dalam Ismail, 2006)
permainan adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari
proses pembentukan kepribadian anak. Menurut Kimpraswil (dalam Muhammad, 2009) permainan
adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi
dengan lebih baik. Dalam hubungannya dengan matematika, Bell (1991) mengatakan bahwa
permainan adalah alat bantu untuk belajar fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip-prinsip melalui
berbagai macam tujuan kognitif.

Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di
seluruh Indonesia. Di beberapa daerah di Sumatera, permainan congklak lebih dikenal dengan nama
congkak. Di Jawa, congklak lebih dikenal dengan nama dakon, dhakon atau dhakonan. Sedangkan di
Lampung permainan congklak lebih dikenal dengan nama dentuman lamban, dan di Sulawesi
permainan congklak lebih dikenal dengan nama mokaotan, maggaleceng, aggalacang atau nogarata.
Dalam bahasa Inggris, permainan congklak disebut mancala. Permainan congklak dilakukan oleh
dua orang yang menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan buah yang dinamakan
buah congklak atau biji congklak. Umumnya papan congklak terbuat dari kayu dan plastik,
sedangkan buahnya terbuat dari cangkang kerang, buah-buahan, batu-batuan, kelereng atau plastik.
Pada papan congklak terdapat 16 lubang yang terdiri atas 14 lubang kecil (lubang rumah) yang
saling berhadapan dan 2 lubang besar (lubang induk) di kedua sisinya. Tujuh lubang rumah yang
terdapat di sisi Sebagaimana permainan lainnya, congklak juga mempunyai aturan/cara bermain
tersendiri. Adapun aturan permainan congklak adalah:

1. Pemainan dilakukan oleh dua orang, masing-masing saling berhadapan dengan satu papan
congklak di antara mereka.
2. Setiap lubang rumah diisi 7 buah congklak.
3. Permainan dimulai bersama-sama sampai salah seorang pemain kehabisan buah congklak di
tangannya. Kemudian permainan dilakukan secara bergiliran sampai seluruh buah congklak
habis.
4. Permainan congklak dilakukan dengan mengambil sejumlah buah di salah satu lubang rumah
kemudian sesuai arah jarum jam membagi masing-masing satu buah congklak yang berada di
tangan ke dalam semua lubang rumah yang dilewati dan lubang induk miliknya.

Jika buah congklak di tangan sudah habis, maka pemain mengambil buah di lubang rumah
terakhir dan membagikannya kembali. Demikian terus menerus sampai pemain menemukan lubang
rumah yang kosong dan berhenti. Dengan demikian giliran bermain pindah pemain dan 1 lubang
induk di sisi kanan pemain dianggap sebagai milik sang pemain.

3. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Matematika adalah bahasa simbol,


ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola
keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan
ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil
(Ruseffendi, 1991). Oleh karena itu pembelajaran matematika harus melalui beberapa
tahapan yaitu konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak. Tahapan tersebut
disesuaikan dengan tahapan perkembangan siswa dan tingkat satuan pendidikan.

Mata pelajaran matematika sarat akan konsep yang harus dipelajari oleh siswa.
Tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa terampil dalam
menggunakan konsep matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Pada kurikulum sekolah dasar, konsep-konsep matematika dibedakan
menjadi 3 bagian, yaitu penanaman konsep, pemahaman konsep, dan pembinaan
keterampilan (Heruman, 2008). Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa harus melalui
langkah pembelajaran penanaman dan pemahaman konsep.

Menurut Heruman (2008) pembelajaran penanaman konsep adalah pembelajaran


suatu konsep baru kepada siswa. Pembelajaran penanaman konsep merupakan
jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang kongkrit
dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran
penanaman konsep, media atau alat peraga dapat digunakan untuk membantu
kemampuan pola pikir siswa. Penggunaan media dan alat peraga dapat memperjelas
konsep yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan
dimengerti oleh siswa.
Oleh karena itu guru harus mampu memilih dan menggunakan media dan alat
peraga yang tepat untuk menyelenggarakan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Salah satu media dan alat peraga yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika adalah congklak. Dalam penelitian ini, permainan congklak digunakan
untuk mengenalkan konsep operasi hitung bilangan (penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian) kepada siswa sekolah dasar dengan menempatkan realita
dan pengalaman siswa bermain congklak.

B. Pembahasan

Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan salah satu kajian yang


sangat menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya
antara hakikat anak dengan hakikat matematika, maka diperlukan adanya kemampuan
khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia anak yang belum berpikir
secara deduktif untuk dapat mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif
(Murniati, 2007:11). Maka dari itu seorang guru harus dapat mengkondisikan sebuah
pembelajaran yang sesuai dengan siswanya agar mampu menguasai konsep-konsep
dalam matematika mulai dari konsep yang sederhana sampai konsep yang rumit.

Matematika merupakan sarana pendidikan yang digunakan untuk menyampaikan


konsep agar manusia lebih mudah menyelesaikan masalah-masalah. Dengan belajar
matematika manusia semakin tahu bagaimana cara memberikan peluang
mengembangkan pola pikir yang baik, meningkatkan rasa percaya diri, memperindah
dan meningkatkan kualitas nilai-nilai kehidupan, mempertajam sikap objektif dan
terbuka terhadap perkembangan zaman. Matematika umumnya terbentuk dari
pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Lalu pengalaman itu diproses
dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif
sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika supaya konsep-konsep tersebut
mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka
digunakanlah bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global
(universal).

Matematika adalah salah satu pembelajaran yang membosankan di kalangan siswa


sekolah dasar mereka menganggap bahwa matematika adalah sebuah pelajaran yang
sangat sulit, sehingga mereka tidak bersemangat bahkan kadang-kadang takut
menghadapi pelajaran matematika. Oleh karena itu, guru harus memiliki kreativitas
dalam mengelola pembelajaran agar siswa tidak cepat bosan dan tidak merasa takut
dalam mengikuti pembelajaran matematika. Sebuah pembelajaran akan terasa nyaman
dan menyenangkan apabila dalam pembelajaran itu, karena ada kerja sama yang baik
dan harmonis antara guru dan siswa. Seorang guru tidak boleh mendiskriminasi
kreatifitas peserta didik, karena dengan mendiskriminasi itu akan menghasilkan
seorang anak yang stres, apabila mereka tidak diperintah maka tidak akan melakukan
pekerjaan apa-apa, mereka tidak kreatif dan tidak inovatif tetapi pasif.

Guru merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh langsung dalam
peningkatan mutu tersebut. Guru merupakan jabatan yang dipilih berdasarkan prinsip
prinsip vokasional, dalam hal aspek psikologis menjadi faktor untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik (Dimyati dan Mudjiono, 2006:24).
Metode yang sangat cocok untuk memotivasi siswa dalam belajar matematika dengan
menggunakan metode permainan, pada metode ini anak bermain sekaligus belajar.
Piaget dalam Benson (2004:143), “melihat bahwa bermain sebagai kegiatan
penyesuaian diri yang melibatkan proses asimilasi: anak berusaha mencocokkan dunia
nyata dengan keinginan dan pengalamannya sendiri. Kemudian terdapat proses imitasi
ada proses peniruaan untuk kesenangannya sendiri (berhasil meniru)”
a. Apakah permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan mengenal
konsep bilangan bulat pada siswa kelas 1

Di Indonesia, congklak dikenal sejak zaman dahulu Dari permainan


congklak ini bisa mendatangkan manfaat sebagai berikut : (1) Sarana pelatihan
terhadap pengelolaan atau manajemen keuangan; (2) Melatih untuk terampil dan
cermat; (3) Melatih jiwa sportif, jujur, adil, tepa salira dan akrab dengan orang
lain; (4) Menjalin keakraban dan melatih motorik anak; (5) Mengembangkan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor anak.

Pada penggunaan media congklak Kegiatan/aktivitas anak dalam


pembelajaran matematika materi inti mengenal bilangan di kelas 1 SD dengan
menggunakan media permainan tradisional congklak menunjukkan peningkatan
aktivitas belajar yang signifikan, hal ini dibuktikan oleh hasil pengamatan
observer dalam hal ini didapatkan kesimpulan bahwa telah terjadi peningkatan
kegiatan/aktivitas belajar anak yang semula cukup, meningkat menjadi baik.
Media permainan tradisional congklak telah memberikan konstribusi yang baik
terhadap peningkatan kemampuan mengenal bilangan pada anak kelas 1 SD
Negeri DR.Satiman semester kesatu tahun pelajaran 2018/2019

b. Implementasi permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan


mengenal konsep bilangan bulat pada siswa kelas 1 sekolah dasar

Congklak merupakan salah satu permainan tradisional yang merupakan


wujud dari hasil budaya. Permainan ini memiliki nama atau penyebutan yang
berbeda di setiap daerah Indonesia. Pada umumnya congklak menggunakan
bidang panjang yang terbuat dari kayu, plastik, atau tanah dengan 16 lubang yang
dibagi menjadi tujuh lubang kecil(kampung) pada masing-masing sisi dan dua
lubang yang lebih besar (rumah) di bagian tengah kiri dan kanan. Untuk
memainkannya lubang diisi dengan biji sawo atau batu kerikil atau kerang atau
lainnya yang berjumlah sama setiap lubang masing-masing tujuh biji. Sedangkan
jumlah keseluruhan biji adalah 98. Permainan congklak merupakan permainan
tradisional yang dilakukan oleh dua orang dengan menggunakan papan congklak
dan 98 biji congklak (Warni et al., 2021). Siapa pun dapat memainkan permainan
congklak yaitu anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua, dengan syarat
bahwa permainan ini dilakukan secara berpasangan atau dua orang. Pada
umumnya cara bermain congklak yang diketahui adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan papan permainan


b. Menyiapkan biji congklak.
c. Permainan dilakukan oleh dua orang yang saling berhadapan.
d. Memasukkan biji ke lubang kecil (kampung) masing-masing tujuh biji
sedangkan rumah dibiarkan kosong.
e. Pemain akan mulai bermain secara bersamaan pada permulaan permainan.
f. Semua biji congklak di satu kampung diambil oleh pemain kemudian
dijatuhkan per satu biji pada kampung selanjutnya dengan langkah searah
jarum jam. Pemain harus mengisi rumah sendiri dan jangan sampai mengisi
rumah lawan. Jika biji congklak yang digenggam habis, tapi berhenti di
kampung yang masih terdapat biji, maka pemain melanjutkan permainan.
Sedangkan “mati” adalah jika dan hanya jika pemain berhenti pada kampung
kosong.
g. Pemain lainnya akan melanjutkan permainan jika salah satu pemain telah mati.
h. Ketika pemain kehabisan biji di kampungnya sendiri, lalu kampung di
seberangnya (milik lawan) ada isinya maka biji congklak milik lawan dapat
diambil. Ini adalah keadaan yang disebut “menembak”.
i. Permainan berakhir ketika biji congklak di kampung sudah tak tersisa.
j. Setiap pemain menghitung perolehan biji yang ada di rumah, orang yang
memiliki biji terbanyak maka dia yang menang.

Unsur-unsur matematika yang ada dalam permainan congklak diantaranya


adalah untuk mengenalkan lingkaran, bentuk setengah bola, konsep peluang,
bilangan bulat seperti penjumlahan, pengurangan (Rohmatin, 2020).

c. Bagaimana Penggunaan Permainan Congklak dapat Meningkatkan


Pemahaman Siswa Tentang Bilangan Bulat di Kelas 1 Sekolah Dasar

Congklak merupakan salah satu permainan tradisional yang merupakan


wujud dari hasil budaya. Permainan ini memiliki nama atau penyebutan yang
berbeda di setiap daerah Indonesia. Pada umumnya congklak menggunakan
bidang panjang yang terbuat dari kayu, plastik, atau tanah dengan 16 lubang yang
dibagi menjadi tujuh lubang kecil (kampung) pada masing-masing sisi dan dua
lubang yang lebih besar (rumah) di bagian tengah kiri dan kanan. Untuk
memainkannya lubang diisi dengan biji sawo atau batu kerikil atau kerang atau
lainnya yang berjumlah sama setiap lubang masing-masing tujuh biji. Sedangkan
jumlah keseluruhan biji adalah 98. Permainan congklak merupakan permainan
tradisional yang dilakukan oleh dua orang dengan menggunakan papan congklak
dan 98 biji congklak (Warni et al., 2021). Siapa pun dapat memainkan permainan
congklak yaitu anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua, dengan syarat
bahwa permainan ini dilakukan secara berpasangan atau dua orang. Pada
umumnya cara bermain congklak yang diketahui adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan papan permainan.


2. Menyiapkan biji congklak.
3. Permainan dilakukan oleh dua orang yang saling berhadapan.
4. Memasukkan biji ke lubang kecil (kampung) masing-masing tujuh biji
sedangkan rumah dibiarkan kosong.
5. Pemain akan mulai bermain secara bersamaan pada permulaan permainan.
6. Semua biji congklak disatu kampung diambil oleh pemain kemudian
dijatuhkan persatu biji pada kampung selanjutnya dengan langkah searah
jarum jam. Pemain harus mengisi rumah sendiri dan jangan sampai mengisi
rumah lawan. Jika biji congklak yang digenggam habis, tapi berhenti
dikampung yang masih terdapat biji, maka pemain melanjutkan permainan.
Sedangkan “mati” adalah jika dan hanya jika pemain berhenti pada kampung
kosong.
7. Pemain lainnya akan melanjutkan permainan jika salah satu pemain telah
mati.
8. Ketika pemain kehabisan biji di kampungnya sendiri, lalu kampung di
seberangnya (milik lawan) ada isinya maka biji congklak milik lawan dapat
diambil. Ini adalah keadaan yang disebut “menembak”.
9. Permainan berakhir ketika biji congklak di kampung sudah tak tersisa.
10. Setiap pemain menghitung perolehan biji yang ada di rumah, orang yang
memiliki biji terbanyak maka dia yang menang.

Unsur-unsur matematika yang ada dalam permainan congklak diantaranya


adalah untuk mengenalkan lingkaran, bentuk setengah bola, konsep peluang,
untung rugi, operasi hitung bilangan bulat seperti penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian (Rohmatin, 2020). Disebutkan juga bahwa dalam
permainan congklak terdapat implementasi dari materi pesamaan linear satu
variabel (Putri, 2020). Namun dalam makalah ini fokus pada bilangan bulat saja
yaitu operasi hitung bilangan bulat.i terbanyak maka dia yang menang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Permainan adalah suatu hal yang sangat disukai oleh siswa sekolah dasar,
khususnya siswa kelas rendah. Salah satu permainan yang dekat dengan siswa adalah
permainan congklak. Permainan congklak dapat menjadi sarana dan media dalam
pembelajaran matematika untuk mengenalkan konsep penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian bilangan. Selain itu, penggunaan permainan congklak
dalam pembelajaran matematika dapat turut melestarikan permainan tradisional
Indonesia yang semakin terpinggirkan oleh permainan elektronik.

B. Saran

Kami sebagai penulis menyarankan kepada para calon guru untuk


mengajarkan materi bilangan bulat jangan terlalu rumit dan membingungkan peserta
didik, cukup dengan bahasa yang sederhana serta mudah dipahami oleh peserta didik.
contohnya saja dengan menggunakan permainan congklak, disini siswa guru dapat
mengajarkan operasi bilangan bulat yang bersifat abstrak dengan media yang
kongkrit
Daftar Pustaka

Asri Devi, N. M. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Puzzle Angka untuk Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN PROFESI
GURU, 417.
Handayani, N. P. (2017). Pengembangan Materi Bilangan untuk Menumbuhkan Karakter Islam
Peserta Didil.
Ma'ruf, A., Ardillani, S. P., Hidayati, Y. M., & Destya, A. (2022). EFEKTIVITAS MEDIA
PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL ORAY-ORAYAN DALAM
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN PADA
SISWA SEKOLAH DASAR. Improvement, 106.
Mulyati, C., Muiz L, D. A., & Rahman, T. (2019). Pengembangan Media Papan Flanel Untuk
Memfasilitasi Konsep Bilangan Anak Pada Kelompok B. Jurnal Pneidikan dan
Konseling, 2.
Rohmatin, T. (2020). Etnomatematika Permainan Tradisional Congklak sebagai Teknik Belajar
Matematika. Prosiding Konferensi Ilmiah Dasar, 2, 144–150.

Warni, E., Subhananto, A., & Marlini, C. (2021). Pengembangan Media Permainan
Congklak terhadap Kemampuan Berhitung Siswa Kelas 1 SD Negeri 11 Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Siswa, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai