CACAH
Sri Sunarni
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Asri Devi, (2020) bahwa perlu adanya pengenalan angka dan
lambang bilangan sejak usia dini, agar setiap anak atau individu memiliki
kemampuan maupun kesiapan dalam mengenal lambang bilangan untuk
berhitung. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan sebuah
pembelajaran yang bisa mengaktifkan proses pembelajaran dan
meningkatkan kognitif anak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORI
1. Konsep Bilangan
Matematika meliputi tiga area pada pembelajaran anak SD kelas rendah terutama
anak anak kelas 1 yaitu, pencarian, pemecahan masalah dan penghitungan. Dari
pendapat tersebut dapat dijabarkan bahwa sebelum anak-anak menguasai berhitung,
mereka harus belajar untuk mengenal bilangan dengan cara mencari dan memecahkan
masalah, maka dari itu pemahaman anak-anak tentang bilangan pasti berbeda dengan
orang dewasa.
Bilangan adalah kumpulan dari angka yang dapat dioperasikan, sehingga bilangan
10 terdiri dari angka 1 dan 0. Pembelajaran mengenal bilangan asli 1 sampai 10 telah
dikenalkan sejak anak masih berada di Pendidikan pra sekolah dasar karena seluruh
aspek perkembangan anak sudah matang (Sulyandari:2019)
Prabowo dan Rahmawati dalam (Khasanah & Juniarti, 2015) mendefisinisikan bahwa bilangan
merupakan konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Bilangan asli
seluruh bilangan bulat positif yang bukan nol; meliputi 1,2,3,4,5,6,7,...Menurut Handojo dan Ediati
dalam (ismatul) angka, 1, 2, 3, 4, dan seterusnya adalah lambang ciptaan manusia untuk
menerangkan jumlah berbagai benda.Seperti tanda lalu lintas, lambang itu mempunyai arti tertentu
yang telah disepakati.
Lambang yang kita sebut angka sebenarnya mempunyai tiga pengertian, pertama menyatakan
jumlah, seperti 3 buah mangga; kedua menyatakan kata untuk angka itu sendiri, seperti lima; dan
yang terakhir adalah menyatakan angka, misalnya 3. Sedangkan Harnet dan Gelman dalam
(Khasanah & Juniarti, 2015) mengatakan peka terhadap bilangan berarti lebih dari sekedar
menghitung, kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman
kesesuaian satu lawan satu. Konsep angka melibatkan pemikiran tentang “berapa jumlah atau berapa
banyak” termasuk menghitung, menjumlahkan satu tambah satu. Yang terpenting adalah mengerti
konsep angka. Anak yang kemampuannya tentang angka tidak dikembangkan mungkin akan berkata
“lima gajah lebih banyak dari lima semut” karena gajah lebih besar dari pada semut. Menghitung
merupakan cara belajar mengenai nama angka, kemudian menggunakan nama angka tersebut untuk
mengidentifikasi jumlah benda.
2. Permainan Congklak
Permainan adalah aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan
kepuasan, namun ditandai pencarian menang dan kalah. Menurut Hans Daeng (dalam Ismail, 2006)
permainan adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari
proses pembentukan kepribadian anak. Menurut Kimpraswil (dalam Muhammad, 2009) permainan
adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi
dengan lebih baik. Dalam hubungannya dengan matematika, Bell (1991) mengatakan bahwa
permainan adalah alat bantu untuk belajar fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip-prinsip melalui
berbagai macam tujuan kognitif.
Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di
seluruh Indonesia. Di beberapa daerah di Sumatera, permainan congklak lebih dikenal dengan nama
congkak. Di Jawa, congklak lebih dikenal dengan nama dakon, dhakon atau dhakonan. Sedangkan di
Lampung permainan congklak lebih dikenal dengan nama dentuman lamban, dan di Sulawesi
permainan congklak lebih dikenal dengan nama mokaotan, maggaleceng, aggalacang atau nogarata.
Dalam bahasa Inggris, permainan congklak disebut mancala. Permainan congklak dilakukan oleh
dua orang yang menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan buah yang dinamakan
buah congklak atau biji congklak. Umumnya papan congklak terbuat dari kayu dan plastik,
sedangkan buahnya terbuat dari cangkang kerang, buah-buahan, batu-batuan, kelereng atau plastik.
Pada papan congklak terdapat 16 lubang yang terdiri atas 14 lubang kecil (lubang rumah) yang
saling berhadapan dan 2 lubang besar (lubang induk) di kedua sisinya. Tujuh lubang rumah yang
terdapat di sisi Sebagaimana permainan lainnya, congklak juga mempunyai aturan/cara bermain
tersendiri. Adapun aturan permainan congklak adalah:
1. Pemainan dilakukan oleh dua orang, masing-masing saling berhadapan dengan satu papan
congklak di antara mereka.
2. Setiap lubang rumah diisi 7 buah congklak.
3. Permainan dimulai bersama-sama sampai salah seorang pemain kehabisan buah congklak di
tangannya. Kemudian permainan dilakukan secara bergiliran sampai seluruh buah congklak
habis.
4. Permainan congklak dilakukan dengan mengambil sejumlah buah di salah satu lubang rumah
kemudian sesuai arah jarum jam membagi masing-masing satu buah congklak yang berada di
tangan ke dalam semua lubang rumah yang dilewati dan lubang induk miliknya.
Jika buah congklak di tangan sudah habis, maka pemain mengambil buah di lubang rumah
terakhir dan membagikannya kembali. Demikian terus menerus sampai pemain menemukan lubang
rumah yang kosong dan berhenti. Dengan demikian giliran bermain pindah pemain dan 1 lubang
induk di sisi kanan pemain dianggap sebagai milik sang pemain.
Mata pelajaran matematika sarat akan konsep yang harus dipelajari oleh siswa.
Tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa terampil dalam
menggunakan konsep matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Pada kurikulum sekolah dasar, konsep-konsep matematika dibedakan
menjadi 3 bagian, yaitu penanaman konsep, pemahaman konsep, dan pembinaan
keterampilan (Heruman, 2008). Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa harus melalui
langkah pembelajaran penanaman dan pemahaman konsep.
B. Pembahasan
Guru merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh langsung dalam
peningkatan mutu tersebut. Guru merupakan jabatan yang dipilih berdasarkan prinsip
prinsip vokasional, dalam hal aspek psikologis menjadi faktor untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik (Dimyati dan Mudjiono, 2006:24).
Metode yang sangat cocok untuk memotivasi siswa dalam belajar matematika dengan
menggunakan metode permainan, pada metode ini anak bermain sekaligus belajar.
Piaget dalam Benson (2004:143), “melihat bahwa bermain sebagai kegiatan
penyesuaian diri yang melibatkan proses asimilasi: anak berusaha mencocokkan dunia
nyata dengan keinginan dan pengalamannya sendiri. Kemudian terdapat proses imitasi
ada proses peniruaan untuk kesenangannya sendiri (berhasil meniru)”
a. Apakah permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan mengenal
konsep bilangan bulat pada siswa kelas 1
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permainan adalah suatu hal yang sangat disukai oleh siswa sekolah dasar,
khususnya siswa kelas rendah. Salah satu permainan yang dekat dengan siswa adalah
permainan congklak. Permainan congklak dapat menjadi sarana dan media dalam
pembelajaran matematika untuk mengenalkan konsep penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian bilangan. Selain itu, penggunaan permainan congklak
dalam pembelajaran matematika dapat turut melestarikan permainan tradisional
Indonesia yang semakin terpinggirkan oleh permainan elektronik.
B. Saran
Asri Devi, N. M. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Puzzle Angka untuk Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN PROFESI
GURU, 417.
Handayani, N. P. (2017). Pengembangan Materi Bilangan untuk Menumbuhkan Karakter Islam
Peserta Didil.
Ma'ruf, A., Ardillani, S. P., Hidayati, Y. M., & Destya, A. (2022). EFEKTIVITAS MEDIA
PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL ORAY-ORAYAN DALAM
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN PADA
SISWA SEKOLAH DASAR. Improvement, 106.
Mulyati, C., Muiz L, D. A., & Rahman, T. (2019). Pengembangan Media Papan Flanel Untuk
Memfasilitasi Konsep Bilangan Anak Pada Kelompok B. Jurnal Pneidikan dan
Konseling, 2.
Rohmatin, T. (2020). Etnomatematika Permainan Tradisional Congklak sebagai Teknik Belajar
Matematika. Prosiding Konferensi Ilmiah Dasar, 2, 144–150.
Warni, E., Subhananto, A., & Marlini, C. (2021). Pengembangan Media Permainan
Congklak terhadap Kemampuan Berhitung Siswa Kelas 1 SD Negeri 11 Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Siswa, 2(1).