Anda di halaman 1dari 13

MATERI 4

PENGEMBANGAN KOGNITIF MATH (PART 1)


(MENCOCOKKAN, MENGURUTKAN DAN MENGHITUNG)

Evania Yafie, S.Pd., M.Pd

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

SEPTEMBER 2018
A. PENDAHULUAN

Anak usia dini merupakan anak pada tahapan usia 0-6 tahun, pada
masa ini dapat disebut juga masa keemasan (golden age), pada masa
keemasan ini diperlukan perhatian khusus, karena stimulus dapat
mempengaruhi perkembangan otak anak dan kemampuan akademiknya pada
masa yang akan datang. Pada tahapan ini, anak berada pada fase yang sangat
fundamental, dan pembelajaran yang diterima anak pada fase ini akan
tersimpan untuk jangka waktu yang lama, serta akan berpengaruh pada
kehidupan yang mendatang. Begitu juga pembelajaran matematika.

Kegiatan pembelajaran matematika terpadu untuk anak usia dini


memiliki peranan penting dalam mengembangkan seluruh potensi anak.
Setiap anak memiliki potensi untuk masing-masing apek perkembangan.
Salah satunya potensi matematika, oleh karena itu penting untuk
mengembangkan potensi matematika anak sejak usia dini agar berkembang
secara optimal. Pembelajaran matematika dasar mampu meningkatkan
kemampuan anak dalam memecahkan masalah, memisahkan, mengenal
konsep angka, serta kemampuan mengukur atau memperkirakan.
Pembelajaran matematika ini juga sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan
anak melanjutkan pendidikan dasar. Berdasarkan hal tersebut dalam modul
ini akan dijelaskan mengenai kognitif math mencocokkan, mengurutkan dan
membilang untuk anak usia dini.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian kognitif math mencocokkan.
2. Mahasiswa dapat memahami pengertian kognitif math mengurutkan.
3. Mahasiswa dapat memahami pengertian kognitif math membilang.
4. Mahasiswa dapat memahami prinsip, tahapan, manfaat dan faktor yang
mempengaruhi kemampuan membilang untuk anak usia dini.
5. Mahasiswa dapat memahami implementasi kognitif math (mencocokkan,
mengurutkan dan membilang) dalam pembelajaran anak usia dini.
C. PEMBAHASAN MATERI
1. Mencocokan (One to One Corespondence)
Kualitas persepsi sangat penting dalam aktivitas
pencocokan.Mencari bahan yang harus dicocokkan penting dalam
menentukan seberapa sulit bagi anak mencocokkannya. Jumlah objek
yang harus dicocokkan itu penting. Semakin banyak objek di setiap
kelompok, semakin sulit untuk dicocokkan. Aktivitas mencocockkan
termudah dan harus melibatkan penggunaan hal-hal nyata seperti mainan
kecil dan benda-benda familiar lainnya. (Karen Lind K &Charlesworth
Rosalind:1995). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Mencocokkan
ialah membandingkan untuk mengetahui cocok tidaknya (benar tidaknya
dan sebagainya).

Mencocokkan adalah membandingkan untuk mengetahui cocok


atau tidaknya sesuatu. Memasuki usia 3-4 tahun anak mulai memiliki
pemahaman tentang konsep berhitung. Dengan konsep berhitung yang
telah dimiliki, anak akan mampu mengembangkan konsep
mencocokkan. Anak mampu mencocokkan bentuk, warna, ukuran,
bilangan, pola dan lain-lain. Guru dapat memberi contoh dengan peragaan
seperti gambar binatang, buah-buahan, sayuran dengan cara
memasangkan angka yang sesuai dengan banyaknya benda.
Pada tahap praoperasional anak dapat mengklasifikasikan objek
menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau
bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau
warnanya berbeda-beda. Dengan adanya teori ini orang tua dan guru dapat
menstimulasi anak untuk mengembangkan kemampuannya dengan cara
mencocokkan bentuk, warna, ukuran, bilangan, pola dan lain-lain. Berikut
ini contoh pembelajaran mecocokkan yang dapat diimplementasikan:
a. Mencocokkan dengan bentuk/pola
Anak dapat mengenal konsep mencocokkan dengan berbagai bentuk
benda geometri. Misalnya anak diminta mencocokkan bentuk- bentuk
persegi, segi tiga, dan lingkaran. Alat dan bahan: kertas dengan
gambar bentuk segitiga-lingkaran-persegi dan spidol warna.
Prosedur: Anak diminta untuk menghubungkan dengan garis gambar
yang memiliki bentuk yang sama.
b. Mencocokkan dengan warna
Guru atau orang tua dapat melatih anak mencocokkan dengan warna.
Orang tua atau guru dapat meminta anak untuk mencari dua benda
yang mempunyai warna yang sama. Misalnya benda-benda yang ada
di sekitar rumah, seperti warna daun, warna cat rumah, warna jendela,
dan sebagainya
c. Mencocokkan dengan angka
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah mencocokkan jumlah benda
dengan lambang angka yang sesuai. Misalnya dalam sebuah kotak
terdapat 3 bunga mawar, anak dapat mencocokkan gambar 3 bunga
dalam kotak tersebut dengan lambang angka 3. Selain itu dapat pula
menggunakan kegiatan mencocokkan jumlah coklat pada es krim
dengan angka yang ada pada batang es krim. Hal ini akan
meningkatkan kemampuan kognitif anak.
d. Mencocokkan peralatan sehari-hari
Orang tua dan guru dapat mengenalkan berbagai peralatan sehari-
hari kepada anak. Misalnya: peralatan makan, kebersihan, peralatan
rumah tangga, dan lain-lain.
e. Menyelesaikan puzzle
Bermain puzzle melatih anak memusatkan pikiran karena ia harus
berkonsentrasi ketika merangkai kepingan-kepingan puzzle. Beberapa
keterampilan dipelajari anak lewat permainan yang mencerdaskan
ini.Dalam kegiatan menyelesaikan puzzle anak akan berusaha mencari
dan menyusun bagian-bagian dari gambar yang terpotong. Dalam hal
ini berarti anak akan mencocokkan bagian yang saling terpisah
tersebut agar menjadi bentuk yang utuh
2. Mengurutkan dan Menghitung
a. Mengurutkan (ordering)
Mengurutkan (ordering) merupakan kemampuan yang dikuasai anak
dalam menyusun dan menghitung setiap obyek hanya satu kali secara
berurutan, sehingga terdapat proses keteraturan. Seriasi (seriation)
merupakan kemampuan mengurutkan susunan obyek-obyek
berdasarkan karakteristik ukurannya, misalnya dari yang terkecil
sampai yang terbesar, dari yang terpendek sampai yang terpanjang.
Seriasi juga merupakan kemampuan dasar untuk membandingkan,
memahami lambang sama dengan, tidak sama dengan. Ada 4 tipe
seriasi, yaitu:
1) Urutan melalui ukuran, bunyi, dan posisi;
2) Bilangan ordinal seperti ke 1, ke, 2, ke 3;
3) Meletakkan sejumlah benda yang berbeda mulai dari yang paling
sedikit sampai paling banyak;
4) pasangan 1-1 antara 2 set benda-benda yang berhubungan (dobel
seriasi).

Sedangkan menurut Piaget, kemampuan seriasi dibagi menjadi 5,


yaitu:

a) mengurutkan objek berdasarkan pola ukuran bentuk,


b) mengurutkan obyek berdasarkan pola ukuran warna,
c) menghitung setiap objek hanya satu kali secara berurutan,
d) menyusun objek berdasarkan ukuran panjang & pendek,
e) menyusun objek berdasarkan ukuran besar & kecil.
b. Menghitung
Dali dalam Martiana (2014:8) menyatakan bahwa berhitung
atau menghitung adalah cabang matematika yang berkenan dengan
hubungan bilangan nyata dengan perhitungan. Berhitung merupakan
bagian dari komponen mengenai konsep bilangan, lambang bilangan
atau angka. Anak usia dini diharapkan mampu mengnal konsep
lambang bilangan, bilangan atau angka, sehingga anak mampu untuk
berhitung dengan baik dan benar.

Depdiknas (2000:2) menjelaskan tujuan dari pembelajaran


berhitung di Taman Kanak-kanak, yaitu secara umum berhitung
permulaan di Taman Kanak-kanak adalah untuk mengetahui dasar-
dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan
lebih siap mnegikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya
yang lebih kompleks. Sedangkan secara khusus dapat berpikir logis
dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda
konkrit gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar,
anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan
bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan kemampuan
berhitung, ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang
lebih tinggi, memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta
dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuai peristiwa yang
terjadi di sekitarnya, dan memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam
menciptakan sesuatu secara spontan. Menurut Piaget (dalam Suyanto,
2005:161) menyatakan bahwa: tujuan pembelajaran matematika untuk
anak usia dini sebagai logicomathematical learning atau belajar
berpikir logis dan matematis dengan cara yang menyenangkan dan
tidak rumit. Jadi tujuannya bukan agar anak dapat menghitung sampai
seratus atau seribu, tetapi memahami bahasa matematis dan
penggunaannya untuk berpikir. Dapat disimpulkan tujuan dari
pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak, yaitu untuk melatih
anak berpikir logis dan sistematis sejak dini dan mengenalkan dasar-
dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan
lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya
yang lebih kompleks.

1) Prinsip Berhitung Anak Usia Dini

Menurut Depdiknas (2000:8) mengemukakan prinsip-


prinsip dalam menerapkan permainan berhitung di Taman kanak-
kanak yaitu permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali
dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa
konkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar dan
melalui tingkat kesukarannya, misalnya dari konkrit ke abstrak,
mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks.
Permainan berhitung akan berhasil jika anak diberi kesempatan
berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-
masalahnya sendiri, Permainan behitung membutuhkan suasana
menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi
anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan
benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah
digunakan dan tidak membahayakan.

Bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep


berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika
memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan
sekitar. Lebih lanjut Yew (dalam Susanto, 2011:103)
mengungkapkan beberapa prinsip dalam mengajarkan berhitung
pada anak, diantaranya membuat pelajaran yang menyenangkan,
mengajak anak terlibat secara langsung, membangun keinginan dan
kepercayaan diri dalam menyesuaikan berhitung, hargai kesalahan
anak dan jangan menghukumnya, fokus pada apa yang anak capai.
Pelajaran yang mengasyikan dengan melakukan aktivitas yang
menghubungkan kegiatan berhitung dengan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan prinsip-prinsip berhitung di atas, dapat


disimpulkan prinsip-prinsip berhitung untuk anak usia dini yaitu
pembelajaran secara langsung yang dilakukan oleh anak didik
melalui bermain atau permainan yang diberikan secara bertahap,
menyenangkan bagi anak didik dan tidak memaksakan kehendak
guru dimana anak diberi kebebasan untuk berpartisipasi atau
terlibat langsung menyelesaikan masalah-masalahnya.

2) Tahapan Penguasaan Berhitung Anak Usia Dini

Depdiknas (2000:7) mengemukakan bahwa berhitung di


Taman Kanak-Kanak seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan
penguasaan berhitung, yaitu Penguasaan konsep, masa transisi, dan
lambang.

a) Penguasaan konsep adalah pemahaman dan pengertian tentang


sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit,
seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung bilangan.
b) Masa transisi adalah proses berfikir yang merupakan masa
peralihan dari pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang
yang abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai
dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru
secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan
anak yang secara individual berbeda. Misalnya, ketika guru
menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu
buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang
memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang
dari angka satu itu. Piaget (Suyanto, 2005:160)
mengungkapkan bahwa matematika untuk anak usia dini tidak
bisa diajarkan secara langsung. Sebelum anak mengenal konsep
bilangan dan operasi bilangan, anak harus dilatih lebih dahulu
mengkonstruksi pemahaman dengan bahasa simbolik yang
disebut sebagai abstraksi sederhana (simple abstraction) yang
dikenal pula dengan abstraksi empiris. Kemudian anak dilatih
berpikir simbolik lebih jauh, yang disebut abstraksi reflektif
(reflectife abstraction).
c) Langkah berikutnya ialah mengajari anak menghubungkan
antara pengertian bilangan dengan simbol bilangan. Burns &
Lorton (Sudono, 2010: 22) menjelaskan lebih terperinci bahwa
setelah konsep dipahami oleh anak, guru mengenalkan lambang
konsep. Kejelasan hubungan antara konsep konkrit dan
lambang bilangan menjadi tugas guru yang sangat penting dan
tidak tergesa-gesa. Sedangkan lambang merupakan visualisasi
dari berbagai konsep. Burns & Lorton (Sudono, 2010:22) juga
mengungkapkan bahwa pada tingkat ini biarkan anak diberi
kesempatan untuk menulis lambang bilangan atas konsep
konkrit yang telah mereka pahami. Berilah mereka kesempatan
yang cukup untuk menggunakan alat konkrit hingga mereka
melepaskannya sendiri.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa


berhitung di Taman Kanak-Kanak dilakukan melalui tiga tahapan
penguasaan berhitung, yaitu Penguasaan konsep, masa transisi, dan
lambang.

3) Manfaat Pengenalan Berhitung Anak Usia Dini


Kecerdasaan matematika mencangkup kemampuan untuk
menggunakan angka dan perhitungan, pola dan logika, dan pola
pikir ilmiah. Secara umum permainan matematika bertujuan
mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sejak usia dini
sehingga anak-anak akan siap, mengikuti pembelajaran matematika
pada jenjang berikutnya di sekolah dasar.
Menurut Suyanto (2005:57) manfaat utama pengenalan
matematika, termasuk didalamnya kegiatan berhitung ialah
mengembangkan aspek perkembangan dan kecerdasan anak
dengan menstimulasi otak untuk berpikir logis dan matematis.
Permainan matematika menurut Siswanto (2008:44) mempunyai
manfaat bagi anak-anak, dimana melalui berbagai pengamatan
terhadap benda disekelilingnya dapat berfikir secara sistematis dan
logis, dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan lingkungannya
yang dalam keseharian memerlukan kepandaian berhitung.
Kecerdasaan matematika –logika juga dapat ditumbuhkan
melalui interaksi positif yang mampu memuaskan rasa ingin tahu
anak. Oleh karena itu, guru harus dapat menjawab pertanyaan anak
dan memberi penjelasan logis, selain itu guru perlu memberikan
permainan-permainan yang memotivasi logika anak.
Menurut Sujiono (2008:11.5) permainan matematika yang
diberikan pada anak usia dini pada kegiatan belajar di TK
bermanfaat antara lain, pertama membelajarkan anak berdasarkan
konsep matematika yang benar, menarik dan menyenangkan.
Kedua, menghindari ketakutan terhadap matematika sejak awal.
Ketiga, membantu anak belajar secara alami melalui kegiatan
bermain. Permainan matematika yang diberikan pada anak usia
dini pada kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak bermanfaat
antara lain, pertama membelajarkan anak berdasarkan konsep
matematika yang benar, menarik dan menyenangkan. Kedua,
menghindari ketakutan terhadap matematika sejak awal. Ketiga,
membantu anak belajar secara alami melalui kegiatan bermain
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa
pengertian berhitung dari sejumlah referensi dijelaskan dapat kita
maknai bahwa berhitung merupakan bagian dari matematika
terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi
pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk
mengikuti pendidikan dasar. Bagi anak usia dini, kemampuan
tersebut disebut dengan kemampuan berhitung permulaan, yakni
kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan
kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari
lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan
perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap
pengertian mengenai jumlah, yang berhubungan dengan
penjumlahan dan pengurangan (Susanto, 2011).
Kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut pula
kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak
menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan
benda-benda konkret. Pada usia 4 tahun mereka dapat
menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan usia 5
sampai 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus
(Sriningsih, 2008). Disimpulkan bahwa berhitung adalah
kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dalam hal matematika
seperti kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang dan
mengenai jumlah untuk menumbuh kembangkan ketrampilan yang
sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, yang juga sebagai
dasar pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan
mengikuti pendidikan dasar bagi anak.
4) Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berhitung pada Anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan
belajar. Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan)
untuk berhitung, maka orang tua dan guru bagi anak usia dini harus
tanggap untuk segera memberikan layanan dan bimbingan
sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan
sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang
optimal. Selain itu, jika kegiatan berhitung diberikan melalui
berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena
bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Di
yakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila
yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan, dan
kemampuannya (Murdjito, 2007)
D. RANGKUMAN
 Mencocokkan adalah membandingkan untuk mengetahui cocok atau
tidaknya sesuatu.
 Mengurutkan (ordering) merupakan kemampuan yang dikuasai anak
dalam menyusun dan menghitung setiap obyek hanya satu kali secara
berurutan, sehingga terdapat proses keteraturan.
 Berhitung merupakan bagian dari komponen mengenai konsep
bilangan, lambang bilangan atau angka.
 Tujuan dari pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak, yaitu
untuk melatih anak berpikir logis dan sistematis sejak dini dan
mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada
saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung
pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
 Prinsip-prinsip berhitung untuk anak usia dini yaitu pembelajaran
secara langsung yang dilakukan oleh anak didik melalui bermain atau
permainan yang diberikan secara bertahap, menyenangkan bagi anak
didik dan tidak memaksakan kehendak guru dimana anak diberi
kebebasan untuk berpartisipasi atau terlibat langsung menyelesaikan
masalah-masalahnya.
 Berhitung di Taman Kanak-Kanak dilakukan melalui tiga tahapan
penguasaan berhitung, yaitu Penguasaan konsep, masa transisi, dan
lambang.
 Manfaat berhitung pada pembelajaran anak usia dini, diantaranya:
a. Anak memiliki kemampuan dalam hal metematika seperti
mengurutkan lambang bilangan dan membilang
b. Menumbuh kembangkan kemampuan keterampilan berhitung
untuk kehidupan sehari-hari
c. Sebagai dasar pengembangan kemampuan matematika maupun
kesiapan mengikuti pendidikan dasar bagi anak.
 Faktor yang mempengaruhi kemampuan berhitung anak usia dini
adalah kematangan dan belajar.
E. DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2000. Permainan Berhitung di Taman Kanak-kanak.
Jakarta: Depdiknas.
Karen Lind K &Charlesworth Rosalind. 1995.Math and Science For
Young Children. USA:Delmar Publishers
Martina Dwi Lusi .2014 :Upaya Meningkatkan Kemampuan
Berhitung MelaluiMetodeBermain dengan Media Ular
Tangga pada Anak. Semarang :PG-PAUD IKIP
Siswanto, Idrea. 2008. Mendidik Anak dengan Permainan Kreatif.
Yogyakarta: Andi Offset.
Sudono, Anggani. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta:
Grasindo.
Sujiono, Yuliani Nuraini. 2008 Metode Pengembangan Kognitif.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana Media Grup.
Suyanto. 2005. Konsep Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
F. SOAL
1. Jelaskan pengertian kognitif math mencocokkan?
2. Jelaskan pengertian kognitif math mengurutkan dan membilang?
3. Jelaskan tahapan berhitunng untuk anak usia dini?
4. Jelaskan mengapa berhitung dapat dikenalkan untuk kegiatan
pembelajaran anak usia dini?
5. Bagaimana implementasi dari kognitif math mencocokkan, mengurutkan
dan membilang pada anak usia dini?

Anda mungkin juga menyukai