Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL KREATIVITAS

FUNGSI-FUNGSI MENTAL

Dosen Pengampu:
Dr. Harmaini, M.Si

Disusun oleh:
Noveranita Amelia
22060221928

MAGISTER PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020
KREATIVITAS
JURNAL 1
Judul : Peningkatan Kreativitas Melalui Aktivitas Menggambar Pada Anak
Usia 5-6 Tahun
Tahun : 2019
Penulis : Rokyal Harjanty
Publikasi : Jurnal Pendidikan Mandala
Review :
a. Pendekatan teori yang dipakai
Penulis menggunakan teori utama
Wahyudin (Susanto, 2017:71) menyebutkan kreativitas merupakan daya cipta
alam dalam arti seluas-luasnya, yang memadukan pemikiran, imajinasi, ide-ide,
dan perasaan-perasaan yang memuaskan.
Kreativitas menurut Guilford, seperti yang dikutip Munandar dalam Novi
Mulyani, adalah konsep berfikir divergen, yaitu mencoba menghasilkan sejumlah
kemungkinan jawaban untuk suatu pertanyaan atau masalah. Orang kreatif
berdasarkan definisi dari Guilford, berarti harus banyak alternative jawaban dan
kaya akan ide terhadap suatu pemecahan masalah.
b. Pendekatan metode penelitian yang digunakan
c. Hasil penelitian
d. Catatan kritis tentang teori metode dan hasil

A. Jurnal 1 (Peran Berpikir Kreatif Dalam Proses Pembelajaran Matematika)


Jurnal dengan judul membangkitkan kreativitas siswa pada matematika melalui
pembelajaran kreatif, bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh berpikir kreatif terhadap
prestasi belajar matematika. Jurnal ini banyak menjabarkan teori kreativitas dan berpikir
kreatif. Kreatif berasal dari bahasa Inggris create yang artinya mencipta, sedang creative
mengandung pengertian memiliki daya cipta, mampu merealisasikan ide-ide dan perasaannya
sehingga tercipta sebuah komposisi dengan warna dan nuansa baru. Malaka (2011: 67)
mengemukakan bahwa, “Jangan berpikir bahwa kreatif itu hanya membuat hal-hal yang baru.
Justru salah, karena manusia tidak pernah membuat hal yang baru. Manusia hanya bisa
menemukan apa yang belum ditemukan oleh orang lain, manusia hanya bisa mengubah atau
menggabungkan hal-hal yang sudah ada, sekali lagi bukan menciptakan hal yang baru.”
Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru.
Ciptaan itu tidak perlu seluruh produknya harus baru, mungkin saja gabungannya atau
kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya (Komarudin, 2011:279)
Proses belajar mengajar dalam situasi pendidikan merupakan salah satu dari bentuk
kegiatan kreatif. Melalui proses belajar mengajar, kreativitas siswa dapat dipupuk dan
dikembangkan. Kreativitas siswa dapat muncul sewaktu-waktu pada sembarang tempat, oleh
karena itu perlu dilatih agar kemunculannya tidak sewaktu-waktu pada sembarang tempat,
tetapi kreativitas ini muncul pada waktu menghadapi permasalahan. Dalam memahami
maupun merencanakan penyelesaian masalah diperlukan suatu kemampuan berpikir kreatif
siswa yang memadai, karena kemampuan tersebut merupakan kemampuan berpikir (bernalar)
tingkat tinggi setelah berpikir dasar (basic) dan kritis. Berpikir kreatif yaitu berpikir untuk
menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari
suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru, dan sebagainya. Oleh
karena itu dengan berpikir kreatif kita dapat menemukan dan menentukan hal-hal baru dalam
penyelesaian suatu masalah.
Wilson (Sudiarta, 2007: 1014) memberikan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai
berikut:
(1) Kelancaran (Fluency) yaitu kemampuan untuk membangkitkan sebuah ide sehingga
terjadi peningkatan solusi atau hasil karya
(2) Fleksibelitas (Flexibility) yaitu kemampuan untuk memproduksi atau mengasilkan suatu
produk, persepsi, atau ide yang bervariasi terhadap masalah
(3) Elaborasi (Elaboration) yaitu kemampuan untuk mengembangkan atau menumbuhkan
suatu ide atau hasil karya
(4) Orisinalitas (originality) yaitu kemampuan menciptakan ide-ide, hasil karya yang berbeda
atau betul-betul baru
(5) Kompleksitas (Complexity) yaitu kemampuan memasukkan suatu konsep, ide, atau hasil
karya yang sulit, ruwet, berlapis-lapis atau berlipat ganda ditinjau dari berbagai segi
(6) Keberanian mengambil resiko (Risk-taking) yaitu kemampuan bertekad dalam mencoba
sesuatu yang penuh resiko
(7) Imajinasi (Imagination) yaitu kemampuan untuk berimajinasi, menghayal, menciptakan
barang-barang baru melalui percobaan yang dapat menghasilkan produk sederhana
(8) Rasa ingin tahu (Curiosity) yaitu kemampuan mencari, meneliti, mendalami, dan
keinginan mengetahui tentang sesuatu lebih jauh.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey korelasi
dengan analisis uji regresi. Populasi adalah siswa kelas IX SMP At-Taqwa. Sampel
berjumlah 30 yang diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan
adalah tes kreativitas dengan skala likert untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa
dan tes prestasi matematika untuk mengukur prestasi belajar matematika siswa. Tes ini terdiri
dari 7 butir pertanyaan dan instrumen tes pilihan ganda yang terdiri dari 20 butir soal.
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif berpikir kreatif terhadap
prestasi belajar matematika. Penelitian ini memberikan hasil bahwa siswa yang memiliki
tingkat berpikir kreatif tinggi maka prestasi belajar matematika juga tinggi. Sebaliknya siswa
yang memiliki tingkat berpikir kreatif rendah maka prestasi belajar matematika yang
dicapainya kurang.
Jurnal penelitian ini banyak membahas kreativitas tanpa menyinggung bagaimana
langkah tahap untuk menjadi kreatif. Terlalu banyak teori pengertian kreativitas dan berpikir
kreatif, ada baiknya jika penulis membahas berbagai aspek kreativitas serta faktor-faktor
bagaimana seseorang bisa berperilaku kreatif. Hal yang diukur dalam kreativitas tidak bisa
terlihat secara jelas karna tidak ditampilkannya instrumen penelitian untuk mengukur
kemampuan siswa. Variabel matematika dalam penelitian ini juga tidak terlihat matematika
yang seperti apa, apakah dalam hal berhitung atau matematika dalam rumus lainnya.
Sehingga cara menilai kreativitas dalam matematika masih belum terlihat.

B. Jurnal 2 (Peningkatan Kreativitas Melalui Aktivitas Menggambar Pada Anak


Usia 5-6 Tahun)
Jurnal peningkatan kreativitas melalui aktivitas menggambar pada anak usia 5 – 6
tahun merupakan penelitian yang dilakukan kepada 15 orang siswa di RA Barokatus
Shaulatiyah NW Puyung dengan kreativitas yang masih rendah. Peneliti melakukan
penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan dengan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama yang bersifat kolaboratif dan partisipatif
dengan melibatkan peneliti dan guru kelas RA Barokatus Shaulatiyah NW Puyung, sebagai
kolaborator sekaligus pengajar.
Setiap anak memiliki bakat kreatif, dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif
dapat dikembangkan dan perlu dipupuk sejak dari usia dini. Bila bakat kreatif anak tidak
dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang secara optimal, bahkan menjadi bakat
yang terpendam tidak dapat diwujudkan. Oleh sebab itu diperlukan upaya pendidikan yang
dapat mengembangkan kreativitas anak.
Kreatif merupakan suatu sifat yang dimiliki oleh seseorang, hal ini dikarenakan hanya
orang kreatif yang mempunyai ide dan gagasan yang original. Dalam segi kehidupan dimana
saja, tidak tergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi atau tingkat
pendidikan tertentu tersebut juga dapat mempengaruhi kreativitas. Namun, kreativitas juga
harus dikembangkan dan di pupuk sejak dini.
Kreativitas menurut Guilford adalah konsep berfikir divergen, yaitu mencoba
menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban untuk suatu pertanyaan atau masalah. Orang
kreatif berdasarkan definisi dari Guilford, berarti harus banyak alternative jawaban dan kaya
akan ide terhadap suatu pemecahan masalah. Selain itu, orang kreatif akan tampil dengan
kepribadian yang tidak kaku dan gampang beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Ciri-ciri kreativitas menurut Utami Munandar (Susanto 2017:75) yaitu:
a. Dorongan ingin tau besar
b. Sering mengajukan pertanyaan yang baik
c. Memberikan banyak gagasan dan usul teradap suatu masalah
d. Bebas dalam menyatakan pendapat
e. Mempunyai rasa keindahan
f. Menonjol dalam satu bidang seni
g. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkanya, serta tidak mudah
terpengaruh oleh orang lain
h. Daya imajinasi kuat.
Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Tehnik pengumpul data
menggunakan observasi, dengan analisis data Miles dan Huberman. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelompok B di RA Barokatus Shaulatiyah NW Puyung yang berjumlah 15
siswa yang terdiri dari 9 anak perempuan dan 6 anak laki-laki. Sedangkan objek penelitian ini
adalah keseluruhan proses kegiatan mewarnai dengan menggunakan seperti: krayon, dan
buku bergambar di kelompok B RA Barokatus Shaulatiyah NW Puyung. Penelitian tindakan
kelas dilakukan dalam 2 siklus, dilaksanakan selama 3 kali pertemuan pada setiap siklusnya.
Tiap siklus terdiri dari 4 tahap kegiatan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
pengamatan dan tahap refleksi. Pengumpulan data yang dilakukan dengan lembar observasi
dalam proses pembelajaran, yakni untuk mengetahui peningkatan kreativitas anak usia dini.
Kegiatan mewarnai yang dilakukan di RA Barokatus Shaulatiyah NW Puyung
berjalan dengan baik seperti anak mulai tertarik untuk mewarnai, anak mulai menemuakan
hal baru, anak sudah bisa untuk dapat memilih warna serta dapat menyelesaikan tugas
mewarnai secara mandiri. Peningkatan kreativitas anak mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya. Pada siklus pertama terdapat anak yang berkembang sangat baik (BSB) ada 4
anak, berkembang sesuai harapan (BSH) ada 2 anak, mulai berkembang (MB) ada 2 anak,
belum berkembang (BB) ada 7 anak. Sedangkan pada siklus 2 terdapat anak yang
berkembang sangat baik (BSB) 13 anak, berkembang sesuai harapan (BSH) 1 anak, mulai
berkembang (MB) 1 anak, dan belum berkembang (BB) tidak ada.
Berdasarkan dari hasil kegiatan mewarnai yang sudah dilakukan oleh peneliti, bahwa
tingkat kreativitas anak usia dini di RA Barokatus Shaulatiyah NW Puyung sudah
berkembang sangat baik (BSB). Hal ini menunjukan bahwa perkembangan kreativitas anak
dapat ditingkatkan dengan kegiatan mewarnai.
Penelitian ini sangat menarik untuk dibaca dan dijadikan sebagai acuan, karna melihat
bagaimana cara penulis menjabarkan tahap perilaku yang muncul pada anak dalam
menampilkan kreativitasnya. Anak tertarik mewarnai karena menemukan hal yang baru
dalam proses belajar.

C. Jurnal 3 (The Relationship Between Individual Differences in Learner Creativity


and Language Learning Success)
Penelitian terkait berpikir kreatif pertama dilakukan oleh psikolog J. P Guilford
dengan model kecerdasan klasik Structure of Intellect (1967) mencakup sebanyak 24 faktor
independen yang diklaim mendasari divergent production. Berpikir kreatif didefinisikan
sebagai proses kognitif yang hasil diinginkan adalah sejumlah tanggapan alternatif untuk
tugas tertentu dalam beberapa hal dianggap baru atau tidak biasa. Sejauh mana individu dapat
berhasil terlibat dalam proses tersebut disebut sebagai kreativitas mereka. Dengan kata lain,
istilah berpikir kreatif menggambarkan proses pembentukan ide, sedangkan kreativitas
seseorang mengacu pada kelompok kemampuan yang menentukan hasil dari proses ini.
Ada 2 subproses dalam kreativitas, yang pertama proses menghasilkan ide dan yang
kedua realisasi sebenarnya dari ide-ide ini. Tahap pertama, proses menghasilkan ide, yang
sangat penting. Tahap kedua hanya menentukan seberapa signifikan produk kreatif nantinya.
Seorang jenius sejati harus memiliki ide yang luar biasa dan keterampilan yang luar biasa
dalam bidang tertentu.
Subjek penelitian ini adalah 34 siswa sekolah menengah (18 laki-laki, 16 perempuan)
yang terdaftar di dua kelas yang diajar oleh guru yang sama di sekolah menengah yang sama
di Budapest, Hongaria. Instumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu
menggunakan tes kreativitas. Tes kreativitas yang digunakan dalam penelitian ini mencakup
lima subtugas (konsekuensi, penggunaan yang tidak biasa, masalah umum, kategori, dan
asosiasi).
Hasil wawancara ini menunjukkan bahwa pendekatan umum pengajaran bahasa di
kedua kelas dapat dianggap komunikatif dimana siswa sering terlibat dalam kegiatan yang
dirancang untuk memperoleh interaksi yang bermakna baik di antara peserta didik atau antara
peserta didik dan guru. Siswa di kelompok pertama menyelesaikan tahun pertama sekolah
menengah (usia 14-15), dan siswa di kelompok kedua berada di tahun kedua (usia 15-16).
Dalam teori yang digunakan yaitu kreativitas dalam proses pembelajaran bahasa
sudah sangat menarik karena penelitian ini mampu jadi acuan bagi para pembaca untuk
bagaimana menimbulkan pembelajaran yang bermakna antara pengajar dan peserta didik.

D. Jurnal 4 (Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah


(Problem Posing) Matematika Berpandu dengan Model Wallas dan
Creative Problem Solving (CPS))
Berpikir kreatif menurut Krulik (1995:3) berada dalam tingkatan tertinggi berpikir
secara nalar yang tingkatnya diatas berpikir mengingat (recall). Dalam penalaran terdapat
berpikir dasar (basic), berpikir kritis (critical), dan berpikir kreatif. Johnson (2002:100)
menyebutkan bahwa berpikir kreatif -yang mensyaratkan ketekunan, disiplin pribadi dan
perhatian- melibatkan aktifitas-aktifitas mental seperti mengajukan pertanyaan,
mempertimbangkan informasi-informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu
pikiran terbuka, membuat hubungan-hubungan, khususnya antara sesuatu yang tidak serupa,
mengkaitkan satu dengan lainnya dengan bebas, menerapkan imaginasi pada setiap situasi
yang membangkitkan ide baru dan berbeda, dan memperhatikan intuisi.
Proses berpikir kreatif merupakan suatu proses yang mengkombinasikan berpikir
logis dan berpikir divergen. Berpikir divergen digunakan untuk mencari ide-ide untuk
menyelesaikan masalah sedangkan berpikir logis digunakan untuk memverifikasi ide-ide
tersebut menjadi sebuah penyelesaian yang kreatif. Untuk mengetahui proses berpikir kreatif
siswa, pedoman yang digunakan adalah proses kreatif yang dikembangkan oleh Wallas
(Munandar,2002:59) karena merupakan salah satu teori yang paling umum dipakai untuk
mengetahui proses berpikir kreatif dari para penemu maupun pekerja seni yang menyatakan
bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu 1) Persiapan, 2) Inkubasi, 3) Iluminasi, dan
4) Verifikasi.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif. Penelitian
ini dilaksanakan di SMPN 26 Surabaya untuk masing-masing tugas pengajuan masalah
dengan informasi berupa teks dan gambar serta berpandu dengan model Wallas.
Hasil dari penelitian ini yaitu siswa kreatif cenderung mampu melakukan setiap
langkah proses berpikir kreatif dengan baik, walaupun sempat mengalami hambatan namun
hal itu segera dapat diatasi dengan baik. Hal ini disebabkan siswa pada kategori ini cenderung
dapat memahami perintah dan permintaan tugas dengan baik. Siswa mampu berimajinasi dan
mencurahkan ide-ide yang digagas dan mengkaitkannya dengan materi matematika yang
sudah dipelajari maupun pengalaman pribadinya.
Penelitian ini

E. Jurnal 5 (Integrasi Pembelajaran Active Learning dan Internet-Based Learning


dalam Meningkatkan Keaktifan dan Kreativitas Belajar)
Utami Munandar menjelaskan pengertian kreativitas dengan mengemukakan beberapa
perumusan yang merupakan kesimpulan para ahli mengenai kreativitas. Pertama, kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-
unsur yang ada. Kedua, kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah
kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Ketiga secara operasional kreativitas dapat
dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas),
dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,
memperkaya, merinci) suatu gagasan.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun yang menjadi
subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa kelas PG.C semester 4 Prodi PGMI dan dosen
yang mengintegrasikan pembelajaran active learning dan internet based learning yaitu, EYW
pada mata kuliah Pembelajaran IPA di MI, MSH pada mata kuliah IPS 1 dan ME pada mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar.
Dalam penelitian ini, instrumen utama adalah peneliti sendiri, karena dalam penelitian
jenis kualitatif kehadiran peneliti sebagai instrumen adalah mutlak diperlukan. Peran peneliti
adalah sebagai partisipan penuh, bisa juga sebagai pengamat, partisipan dan kehadiran
peneliti diketahui sebagai subyeknya. Data dalam penelitian ini adalah interaksi antara dosen
dan mahasiswa pada mata kuliah. Sumber data dalam penelitian yaitu subyek dari mana data
dapat diperoleh dan sumber data dibagi menjadi 2 yaitu sumber primer dan sekunder.
Dalam proses analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu
analisis data yang dilaksanakan dengan jalan menggambarkan, melukiskan dan menguraikan
secara mendalam keadaan yang sebenarnya di lapangan atau peristiwa yang terjadi.
Integrasi pembelajaran active learning dan internet-based learning yang dapat
meningkatkan keaktifan dan kreativitas belajar mahasiswa di Prodi PGMI STAIN Ponorogo
dalam bentuk penggunaan strategi pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir
analitis dari mahasiswa yaitu information search dan role play pada mata kuliah IPS1,
Jigsaw dan demonstration pada mata kuliah Strategi Belajar Mengajar, concept mapping dan
peer teaching pada mata kuliah Pembelajaran IPA di MI.
Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlison ini sangat mudah dipahami oleh pembaca.
Melihat dari penelitian terkait sebelumnya. Mukhlison dapa menjabarkan kenapa ia
melakukan penelitian lanjutan ini. Penjabaran teori serta pembahasan yang diberikan
membuat pembaca mengetahui tujuan dari dilakukannya penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai