Anda di halaman 1dari 21

IMPLEMENTASI KEGIATAN LUKIS TIUP DENGAN MEDIA SEDOTAN

DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SENI ANAK USIA 5-6


TAHUN DI TK IBNUSSABIL SANTAN TENGAH MARANGKAYU

OLEH:

SOFWATUNNIDA

18.11.30.5027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH
FAKULTAS TABIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2022
A. Latar Belakang
Masa usia dini yang mana pada usia 0-6 tahun adalah masa emas dalam
perkembangan individu seseorang, yang biasanya selalu disebut dengan
golden age. Pada masa ini anak akan mengalami tumbuh kembang yang luar
biasa, baik dari segi agama moral, fisik, motorik, emosi, psikososial, kognitif,
bahasa dan juga kreativitas .1
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang bertujuan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan
dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan yang lebih lanjut.2
Pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan
dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial
emosional (sikap dan tingkah laku dan juga agama), bahsa serta komunikasi,
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan anak usia dini.3
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang dimulai dari anak lahir
sampai anak berusia delapan tahun dengan memberikan rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani juga
rohaninya. Beberapa aspek yang harus dikembangakan dalam diri anak usia
dini, diantaranya aspek moral agama, fisik motorik, sosial emosional, bahasa,
kognitif, serta kreativitas anak pun penting untuk dikembangkan.
Kreativitas diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan
suatu hal yang baru yang belum pernah ada, dan memodifikasi, merubah, atau

1
Helmawati, Mengenal dan Memahami AUD, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 41.
2
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
3
Hery Widodo, Dinamika Pendidikan Anak Usia Dini, (Semarang: Alprin, 2019), hlm. 7
menggabungkan suatu hal yang sudah ada.4 Adapun kreativitas seseorang
ditandai oleh beberapa ciri seperti yang dikemukakan oleh Munandar bahwa
ciri-ciri dari sikap kreatif yaitu: mempunyai daya imajinasi kuat, mempunyai
inisiatif, mempunyai minat luas, mempunyai kebebasan dalam berfikir,
bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru,
mempunyai kepercayaan diri yang kuat, penuh semangat, berani mengambil
resiko, berani berpendapat, dan memiliki keyakinan.5
Kreativitas sangatlah penting untuk di tanamkan dalam diri anak usia
dini terkhusus di taman kanak-kanak, salah satu kegiatan yang dapat
meningkatkan kreativitas anak adalah kegiatan lukis tiup dengan
menggunakan media sedotan, dengan kegiatan lukis tiup anak dapat
berimajinasi dan berfikir dengan bebas serta dapat menuangkan idenya dengan
penuh percaya diri.
Kegiatan lukis tiup adalah kegiatan melukis yang dilakukan dengan cara
meneteskan cat air ke atas kertas secara acak dan kemudian meniup cat air
tersebut dengan menggunakan sedotan. Dengan kegiatan tersebut aspek-aspek
perkembangan anak usia dini akan berkembang salah satunya adalah
kreativitas anak, yang mana anak akan menuangkan imajinasi, dan ide yang
mereka miliki kedalam lukisan tiup tersebut.
Di TK Ibnussabil yang terletak di Jln. Adam Malik, RT.09, Dusun
Handil Mico, Desa Santan Tengah, Kecamatan Marangkayu, kegiatan
melukis, mewarnai, ataupun menggambar sering dilakukan akan tetapi media
yang digunakan itu itu saja tidak bervariasi sehingga anak merasa bosan
dengan kegiatan yang mereka lakukan dan pada akhirnya karena kebosanan
anak, maka perkembangan kreativitas anak masih ada yang belum
berkembang secara baik dan perlu untuk di kembangkan lagi.
Di TK Ibnussabil sudah pernah menerapkan kegiatan lukis tiup dengan
menggunakan media sedotan tersebut akan tetapi penerapan kegitan lukis tiup

4
Devita Dwi Listiyani, “Pengaruh Kegiatan Lukis TiupTerhadap Kreativitas Anak Pada
Kelompok B di TK Kartika IV-14Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran
2018-2019”, dalam skripsi, (Jember: Universitas Jember, 2019)
5
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 118-119.
itu hanya dilakukan sekali saja dalam pembelajaran anak, sehingga
perkembangan kreativitas anak belum berkembang secara maksimal.
Terkait dengan hal di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ilmiah dalam bentuk proposal dengan judul “Implementasi
Kegiatan Lukis Tiup dengan Media Sedotan dalam Mengembangkan
Kreativitas Seni Anak Usia 5-6 Tahun di TK Ibnussabil Santan Tengah
Marangkayu”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan jabaran latar belakang diatas, peneliti menetapkan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Implementasi Kegiatan
Lukis Tiup dengan Media Sedotan dalam Mengembangkan Kreativitas Seni
Anak Usia 5-6 Tahun di TK Ibnussabil Santan Tengah Marangkayu?”.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui implementasi kegiatan lukis tiup dengan media sedotan dalam
mengembangkan kreativitas seni anak usia 5-6 tahun di TK Ibnussabil Santan
Tengah Marangkayu.

D. Fokus Masalah
Penetapan fokus penelitian dilakukan agar peneliti dapat membuat
keputusan yang tepat tentang data yang diperoleh. Maka penelitian ini di
fokuskan untuk mengetahui implementasi kegiatan lukis tiup dengan media
sedotan dalam mengembangkan kreativitas seni anak usia 5-6 tahun di TK
Ibnussabil Santan Tengah marangkayu.

E. Penegasan Istilah
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti yaitu
pelaksanaan atau penerapan. Implementasi adalah suatu kegiatan yang sudah
direncanakan dan disusun secara matang dan terperinci.
Lukis tiup adalah kegiatan melukis dengan menggunakan cat air dan
kertas, yang mana cat air tersebut diteteskan di atas kertas kemudian di tiup
dengan menggunakan media sedotan sehingga membentuk sebuah pola sesuai
dengan ide yang dimiliki oleh anak.6 Melukis tiup merupakan kegiatan yang
dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak, melatih kesabaran
anak, melatih pernafasan anak, menstimulus pengetahuan anak tentang
macam-macam warna yang digunakan untuk berkreasi dalam melukis.7
Kata kreativitas di ambil dari kata Creative yang berarti pandai mencipta.
Untuk pengertian lebih luas kreativitas merupakan bentuk aktivitas imajinatif
yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat orisional, murni, dan
bermakna (Munandar, 1998).8 Biasanya kreativitas diartikan sebagai
kemampuan seseorang dalam menciptakan suatu hal yang baru yang belum
pernah ada, dan memodifikasi, merubah atau menggabungkan suatu hal yang
sudah ada.9

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis dan juga secara
praktis, sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat
mengembangkan kreativitas anak melalui lukis tiup dengan media
sedotan.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada guru, siswa,
dan sekolah.

6
Septiani, Yulsyofriend, “Permainan Meniup Cat Poster Dapat Meningkatkan Perkembangan
Kreativitas Anak Usia Dini”, Dalam Jurnal Pendidikan Tambusai, Volume 4 No.2.
7
Devita Dwi Listiyani, “Pengaruh Kegiatan Lukis TiupTerhadap Kreativitas Anak Pada
Kelompok B di TK Kartika IV-14Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran
2018-2019”, dalam skripsi, (Jember: Universitas Jember, 2019)
8
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2019), hlm. 9.
9
Dwi Nur Hayati Adhani, Nina Hanifah, Imro’atun Hasanah, ‘Meningkatkan Kreativitas Anak
Melalui Kegiatan Bermain Warna”, Dalam Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 4 No.1.
a. Bagi Guru
 Mendapatkan kesempatan untuk memperaktikkan teori bahwa
kegiatan yang digunakan cocok untuk mengembangkan kreativitas
anak.
 Mempunyai kesempatan untuk memperaktikkan kegiatan yang
dilakukan peneliti sehingga tidak diragukan lagi.
b. Bagi Siswa
Mengembangkan kreativitas seni anak melalui kegiatan lukis tiup
dengan media sedotan.
c. Bagi Sekolah
Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah melalui
perkembangan kreativitas seni anak.

G. Kajian Pustaka

Nama Peneliti Judul Penelitian Temuan Penelitian


Devita Dwi Listiyani Pengaruh Kegiatan Lukis Tujuan dari penelitian
Tiup Terhadap Devita Dwi Listiyani
Kreativitas Anak Pada adalah lebih terfokus
Kelompok B di TK kepada pengaruh
Kartika IV-14 Kecamatan kegiatan lukis tiup
Sumbersari Kabupaten terhadap kreativitas
Jember Tahun Pelajaran anak, sedangkan
2018/2019 penelitian ini berfokus
kepada implementasi
kegiatan lukis tiup
dengan media sedotan
dalam mengembangkan
kreativitas seni anak.
Anggun Anggraini Peningkatan Kreativitas Dari penelitian Anggun
Melalui Melukis Usia 5-6 Anggraini terfokus
Tahun di TKN Pembina pada peningkatan
Ulu Danau Sumatera kreativitas anak
Selatan melalui melukis dalam
artian lebih luas seperti
melukis, sedangkan
dalam penelitian ini
berfokus tehadap
kegiatan lukis tiup
dengan media sedotan.
Ismi Kumaidah Meningkatkan Dalam penelitian Ismi
Kemampuan Seni Kumaidah terfokus
Melukis dengan Media pada meningkatkan
Sedotan Pada Kelompok kemampuan seni
B di RA Ceria Darul melukis dengan media
Faqih Purwokerto sedotan, sedangkan
Srengat-Blitar dalam penelitian ini
terfokus pada
implementasi lukis tiup
dengan media sedotan.

H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyelesaian dari penelitian ini, maka penulis
menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:
1. Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, fokus masalah, penegasan istilah, manfaat penelitian, kajian
pustaka, dan sistematika penulisan.
2. Landasan teori membahas tentang teori dan konsep yang berkaitan
dengan implementasi kegiatan lukis tiup dengan media sedotan dalam
mengembangakan kreativitas anak.
3. Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, keabsahan data, dan teknik analisis data.

I. Landasan Teori
1. Kegiatan Lukis Tiup
a. Pengertian Lukis Tiup
Lukis tiup adalah suatu kegiatan atau permainan yang
menggunakan cat air dan diletakkan di atas kertas secara acak dan
meniup cat air tersebut dengan menggunakan sedotan. Dalam tiupan
cat air tersebut anak akan menggunakan imajinasi dan kreativitasnya
sendiri sehingga menghasilkan sebuah pola yang tidak teratur dan
abstrak. Maka dengan kegiatan tersebut kreativitas anak akan
berkembang saat anak meniup cat dan ketika anak memberikan nama
pada hasil lukisan tiupan yang dilakukannya anak akan berimajinasi
dari bentuk pola.10
b. Cara Melukis Tiup dengan Media Sedotan
Menurut Mayesky (2019:5) hal yang perlu di persiapkan saat melukis
tiup adalah memberikan setiap anak sedikit cat tempera yang sangat
encer dalam satu wadah dan sebuah sendok plastik.
Proses atau cara melukis tiup menurut Mayesky (2019:5) diantaranya:
1) Sendoklah satu gumpal kecil cat tampera dan letakkan ke atas
kertas.
2) Gunakan sendotan untuk meniup cat ke berbagai arah, menciptakan
berbagai pola.
3) Tiup dengan lembut, keras dan sebaliknya.11
Kegiatan melukis tiup memiliki cara atau tahapan dalam
mengerjakannya:
1) Menyiapkan alat dan bahannya terlebih dahulu yaitu cat air, kertas,
dan juga sedotan.
2) Kemudian membagikan kepada anak alat dan bahan yang
diperlukan.
3) Setelah itu meneteskan cat warna pada kertas secara acak
kemudian meniup cat warna dengan menggunakan sedotan
membentuk pola yang di inginkan anak.
c. Tujuan dan Manfaat Lukis Tiup
Menurut Mulyani dan Gracinia (2007:53), tujuan dan manfaat
dari lukis tiup yaitu:
1) Melatih ketelitian, kesabaran dan keindahan
Melatih ketelitian, kesabaran dan keindahan merupakan suatu
kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk menghasilkan
seni maksimal. Ketelitian dapat dilakukan dengan gerakan yang

10
Septiani, Yulsyofriend, “Permainan Meniup Cat Poster Dapat Meningkatkan Perkembangan
Kreativitas Anak Usia Dini”, Dalam Jurnal Pendidikan Tambusai, Volume 4 No.2.
11
Mary Mayesky, Aktivitas-Aktivitas Seni Kreatif : Melukis, (Jakarta: PT Indeks Jakarta, 2019),
hlm. 5
dilakukan secara teliti dan benar. Kesabaran dalam melakukan
kegiatan atau tidak tergesa-gesa dalam mengerjakannya.
Keindahan merupakan suatu hasil karya yang dilakukan secara
teliti dan sabar.
2) Melatih berkreasi dengan berbagai media
Melatih berkreasi dengan berbagai media merupakan kemampuan
anak dalam mengekspresikan diri dengan menggunakan berbagai
media dan bahan dalam berkarya seni melalui kegiatan eksplorasi.
3) Melatih konsentrasi
Melatih konsentrasi anak dengan adanya lingkungan yang
mendukung, maka akan tercipta suasana yang mendukung anak
berkonsentrasi. Anak dapat berkonsentrasi selain adanya
lingkungan yang mendukung bermain sambil belajar.
Menurut Rosmiati (2012:21), lukis tiup memiliki tujuan dan
manfaat yaitu:
1) Lukisan tiup merupakan kegiatan yang dapat menstimulus
perkembangan motorik halus anak.
2) Kegiatan lukis tiup mengajarkan kepada anak tentang kesabaran
dalam hal membuat lukisan dengan menggunakan media sedotan.
3) Anak dapat menghasilkan berbagai bentuk ide pendorong suatu
imajinasi anak-anak.12
Berdasarkan ulasan di atas maka tujuan dan manfaat dari lukis
tiup terhadap anak usia dini adalah dapat mengembangkan imajinasi,
ide, menguatkan konsentrasi, ketelitian dan melatih kesabaran anak,
dapat menstimulus motorik halus anak, dan juga dapat
mengembangkan aspek seni anak saat anak memainkan warna dengan
cara mencampur capurkan warna,
2. Perekembangan Kreativitas Seni
a. Pengertian Perkembangan
12
Devita Dwi Listiyani, “Pengaruh Kegiatan Lukis TiupTerhadap Kreativitas Anak Pada
Kelompok B di TK Kartika IV-14Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran
2018-2019”, dalam skripsi, (Jember: Universitas Jember, 2019)
Menurut Van den Daele perkembangan adalah perubahan secara
kualitatif. Hal ini berarti bahwa perkembangan bukan hanya sekedar
penambahan beberapa sentimeter (cm) pada tinggi badan seorang anak
atau peningakatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses
integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.13
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan seseorang dalam
skill, bertingkah laku, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
b. Pengertian Kreativitas Seni
Kreativitas merupakan istilah yang biasanya sering digunakan
dalam penelitian psikologi masa sekarang dan juga sering digunakan
pada kalangan orang-orang awam, maka hal tersebut menjadi sesuatu
yang paling menarik untuk dikaji akan tetapi cukup rumit sehingga
menimbulkan berbagai perbedaan pandangan.14
Kata kreativitas berasal dari kata sifat Creative (dalam bahasa
Inggris) yang berarti pandai mencipta. Untuk pengertian yang lebih
luas kreativitas merupakan bentuk aktivitas imajinatif yang mampu
menghasilkan sesuatu yang bersifat orisional, murni, dan bermakna
(Munandar, 1988). Menurut Guilford dalam almasitoh (2013)
kreativitas adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.15
Kreativitas pada anak usia dini adalah kemampuan yang
dimiliki oleh anak untuk menciptakan hasil karya dari gagasan dan
idenya yang imajinatif. Kreativitas anak usia dini dapat distimulus dan
dikembangkan melalui permainan-permainan yang menarik dan
menyenangkan bagi anak sehingga dapat memunculkan ide-ide kreatif
anak.16

13
Novi Mulyani, Perkembangan Dasar Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Gava Media, 2018) hlm. 3.
14
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2019), hlm. 8.
15
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2019), hlm. 9.
16
Devi Vionitta Wibowo, Suyadi, “Kegiatan Kreativitas Seni Warna Anak usia Dini Melalui
Permainan Cat Air di Masa Pandemi”, Dalam Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 4 No.1.
c. Pentingnya Mengembangkan Kreativitas pada Anak Usia Dini
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreatif dalam
dirinya. Dengan potensi yang dimiliki anak, anak membutuhkan
aktivitas atau kegiatan yang dapat mengembangkan ide kreatifnya.
Maka dari itu, anak sangat membutuhkan arahan dan motivasi dari
orang-orang terdekatnya diantaranya orang tua, keluarga, dan guru
untuk membantu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
tumbuh kembang kreativitas anak.
Erick Erikson, seorang psikolog terkenal, mengatakan bahwa
masa usia tiga setengah tahun hingga enam tahun merupakan masa
penting bagi seorang anak untuk mengembangkan kreativitasnya.
Erikson mengatakan masa tersebut adalah masa pembentukan sikap
initiative versus guilt (inisiatif dihadapkan pada rasa bersalah). Anak-
anak yang mendapat lingkungan pengasuhan dan pendidikan yang baik
akan mampu mengembangkan sikap kreatif, antusias untuk
bereksplorasi, bereksperimen, berimajinasi, serta berani mencoba dan
mengambil risiko. Namun, semua itu bergantung pada lingkungan
belajar anak, apakah memang kondusif untuk mencapai perkembangan
tersebut ataukah malah menghambatnya (Mariyana, 2008).
Kreativitas sangatlah penting untuk ditanamkan dan dipupuk
dalam diri anak sejak usia dini. Menurut Maslow (1995) dengan
berkreasi orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, dan
perwujudan/aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok tingkat
tertinggi dalam hidup manusia.
Secara lebih mendalam, menurut Munandar (1999) beberapa
alasan mengapa kreativitas perlu ditanamkan sejak usia dini
diantarany:
a) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan atau
mengaktualisasikan dirinya, sedangkan perwujudan atau aktualisasi
diri merupakan kebutuhan pokok tingkat tertinggi dalam hidup
manusia (Maslow, 1967). Kreativitas merupakan manifestasi dari
individu yang berfungsi sepenuhnya.
b) Kreativitaas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk
melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap
suatu masalah (Guilford, 1967).
c) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri
dan bagi lingkungan tetapi juga memberikan kepuasan kepada
individu.
d) Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas
hidupnya. Dalam era pembangunan ini, kesejahteraan dan kejayaan
masyarakat dan Negara bergantung kepada sumbangan kreatif,
berupa ide baru, penemuan baru, dan teknologi baru. Untuk
mencapai hal tersebut, sikap, pemikiran, dan prilaku harus dipupuk
sejak dini.17
Dari ulasan di atas bahwasanya setiap anak memiliki potensi
potensi yang seharusnya dikembangkan, salah satunya adalah potensi
kreatif, dengan adanya potensi tersebut maka guru dan orang tua harus
mengembangkan potensi tersebut, karena kreativitas seni memang
harus ditanamkan dalam diri anak sejak usia dini, dengan
berkembangnya kreativitas maka seseorang akan bisa menyelesaikan
masalah yang dihadapinya, dapat menemukan ide ide baru, penemuan
penemuan baru yang belum pernah ada, dan juga bisa memodifikasi
sesuatu yang sudah ada, maka dari itu untuk mencapai hal tersebut,
sikap, pemikiran dan juga prilaku harus di tanamakan sejak usia dini
melalui kegiatan kegiatan yang bisa mengembangkan kreativitas salah
satunya adalah kegiatan lukis tiup.
d. Faktor-faktor yang Meningkatkan Kreativitas
Ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan
dapat meningkatkan kreativitas anak menurut Hurlock diantaranya:

17
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2019), hlm. 31-33.
1) Waktu, untuk menjadi kreatif maka orang tua atau guru harus
memberikan waktu kepada anak sebebas-bebasnya untuk bermain
dengan gagasan dan konsep dan kemudian mencobanya dalam
bentuk baru dan orisional.
2) Kesempatan menyendiri, jika anak tidak mendapatkan tekanan dari
di lingkungan sosial, maka anak bisa menjadi seseorang yang
kreatif.
3) Dorongan, anak harus sering diberikan dorongan dan juga
rangsangan, dan menghindari memberikan kata-kata kritikan dan
juga ejekan.
4) Sarana, orang tua atau pun guru harus menyiapkan sarana bermain
untuk merangsang dorongan dalam mengembangkan kreativitas
anak.
5) Lingkungan yang kondusif, lingkungan rumah, sekolah, dan
lingkungan masyarakat harus bisa merangsang kreativitas dengan
mendorong anak untuk menggunakan sarana yang sudah ada.
6) Hubungan orang tua dan anak tidak posesif, orang tua tidak boleh
terlalu mengekang anak agar anak terdorong untuk belajar mandiri
dan percaya diri, dari dua hal tersebut akan sangat mendukung
kreativitas anak.
7) Cara mendidik anak, mendiidk anak dengan demokratis dan
permisif baik di rumah maupun di sekolah dapat mengembangkan
kreativitas anak, mendidik anak dengan otoriter dapat menghambat
kreativitas anak.
8) Kesempatan untuk memproleh pengetahuan, semakin banyak
pengetahuan yang didapatkan anak maka semakin baik pula dasar
pencapaian hasil kreatif anak.18
e. Faktor-faktor yang Menghambat Kreativitas

18
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2019), hlm. 26-27.
Selain adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan kreativitas maka
ada juga faktor-faktor yang menghambat kreativitas anak, lingkungan
yang menghambat bisa merusak motivasi anak dan akhirnya kreativitas
anak tidak berkembang.
Menurut Hurlock ada beberapa faktor yang dapat membuat
kreativitas terhambat oleh lingkungan diantaranya:
1) Kesehatan yang tidak baik bisa menghambat kreativitas anak
dikarenakan tidak mampu mengembangkan diri.
2) Lingkungan keluarga yang tidak memberikan support dan
dorongan dalam mengembangkan kreativitas.
3) Tidak memberikan kesempatan atau kebebasan kepada anak untuk
mengembangkan kreativitasnya.

Selain faktor-faktor di atas, Hurlock menambahkan beberapa


kondisi yang dapat menghambat kreativitas anak, diantarnya:

1) Pembatasan eksplorasi, ketika orang tua membatasi anak untuk


bertanya dan berekplorasi.
2) Pengaturan waktu yang padat, anak akan merasa tertekan dan tidak
bebas.
3) Dorongan kebersamaan keluarga, jika keluarga selalu menuntut
anak untuk melakukan sesuatu dan tidak mempedulikan minatnya,
maka perkembangan kreativitas anak akan terhambat dan
terganggu.
4) Membatasi hayalan atau imajinasi, ketika orang tua selalu
menginginkan anaknya untuk berpikiran realistis dan menganggap
khayalan atau imajinasi hanya menyia-nyiakan waktu maka
kreativitas anak pun akan terhambat.
5) Penyediaan alat-alat permainan yang sangat terstruktur.
6) Orang tua yang bersikap konservatif, jika orang tua terlalu takut
untuk menyimpang dari pola sosial yang ada di masyarakat, dan
selalu menemani anak kemana pun maka akan menghambat
kreativitas anak.
7) Terlalu melindungi anak, maka anak tidak bisa mengerjakan hal-
hal yang baru dan berbeda.19

J. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang
mana penelitian kualitatif biasanya disebut dengan metode baru, karena
popularitasnya belum lama. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.20
Menurut Creswell (2008) penelitian kualitatif adalah suatu
pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu
gejala sentral. Maksud dari gejala sentral adalah peneliti mewawancarai
partisipan dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan yang umum dan
luas.21
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kulitatif
deskriptif, yang mana salah satu prosedur berupa ucapan dan tulisan
prilaku orang-orang sedang diamati, tujuan deskriptif adalah untuk
membantu para pembaca mengetahui apa yang terjadi dilingkungan,
pengamatan seperti apa pandangan partisipan yang berada si latar

19
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2019), hlm. 29-30.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm. 9.
21
Cony R Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Grasindo, 2010), hlm. 7.
penelitian, dan seperti apa peristiwa dan aktivitas yang terjadi di latar
penelitian.22
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan jenis penelitian yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk
menghasilkan data yang menggambarkan implementasi kegiatan lukis tiup
dengan media sedotan dalam mengembangkan kreativitas seni anak usia 5-
6 tahun di TK Ibnussabil Santan Tengah Marangkayu.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek atau sumber data
yang dapat diperoleh. Sumber data dibagi menjadi dua jenis, diantaranya
sumber data primer dan sumber data skunder.
a) Sumber data primer atau utama adalah sumber data yang diambil dari
wawancara dan observasi.
b) Sumber data skunder atau tambahan adalah sumber data yang diambil
selain dari wawancara dan observasi atau data yang mendukung hasil
dari wawancara dan observasi.23

Sumber data dalam penelitian ini terkait dengan cara penerapan


kegiatan agar mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk bahan kajian
dalam menganalisis data. Dalam penelitian ini sumber data yang
dibutuhkan adalah guru-guru dan siswa usia 5-6 tahun di TK Ibnussabil
Santan Tengah Marangkayu.

Sumber data primer:


a) Informasi dari guru-guru TK Ibnussabil Santan Tengah Marangkayu.
b) Tempat dan peristiwa kegiatan lukis tiup dalam mengembangkan
kreativitas seni anak.

Sumber data skunder:

22
Wira Sujarweni, Metodologi Penelitian, (PT. Pustaka Baru: Yogyakarta, 2014), hlm. 19
23
Zanial Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm.172.
a) Dokumen dan arsip yang akan digunakan, yang berisi daftar jumlah
siswa, daftar perkembangan kreativitas seni anak usia 5-6 tahun di TK
Ibnussabil Santan Tengah Marangkayu, dan kurikulum yang
menunjang pelaksanaan penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data
diantaranya:
a) Observasi adalah metode pengumpulan data yang mengamati dan
meninjau secara langsung dilokasi penelitian, agar mengetahui secara
langsung bagaimana kondisi dan situasi yang terjadi untuk
membuktikan kebenaran dari sebuah desain penelitian. Observasi
dilakukan agar mendapatkan informasi tentang prilaku manusia yang
terjadi dalam kenyataan.24
b) Wawancara adalah salah satu teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data-data penelitian, wawancara merupakan
percakapan antara dua orang atau lebih yang berlangsung antara
narasumber dan pewawancara.
c) Dokumentasi adalah kumpulan data yang berupa data tertulis maupun
data tidak tertulis, sumber data tersebut berupa dokumen, foto dan
rekaman.25 Agar dapat melihat hasil dari perkembangan anak, maka
perlu adanya dokumentasi khususnya dalam aspek perekembangan
kreativitas seni anak, peneliti ingin melihat apakah kegiatan lukis tiup
efektif dalam mengembangkan kreativitas seni anak.
4. Keabsahan Data
Untuk keabsahan data, peneliti menggunakan tringulasi, tringulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut. Tringulasi merupakan pengecekan
data dari sumber dengan berbagai cara, dan waktu. Tringulasi terbagi

24
Nasution, Metode Reseacrh: Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hlm. 106.
25
I Wayan Suwendra, Penelitian Kualitatif, (Bali: Nila Cakra, 2018), hlm.66
menjadi tiga bentuk diantaranya: tringulasi sumber, tringulasi teknik, dan
tringulasi waktu. Dalam artian peneliti mengumpulkan data dan
menggunakan keabsahan data dengan triangulasi yang dimaksudkan untuk
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber.
Dalam penelitian ini menggunakan tringulasi waktu dengan cara
mengumpulkan data di waktu yang berbeda dengan permasalahan yang
sama yaituimplementasi kegiatan lukis tiup dengan media sedotan dalam
mengembangkan kreativitas seni anak. peneliti melakukan wawancara di
tempat yang sama dan dengan waktu yang berbeda. Untuk mendapatkan
validitas data dapat dilakukan dengan memeriksa kembali jawaban dari
narasumber. Jadi, peneliti memeriksa kembali jawaban dari informan
dengan waktu yang berbeda.
5. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis data deskriptif, adapun langkah-langkahnya mengikuti prosedur
yaitu redukasi data, display data, dan penarikan kesimpulan atau disebut
juga verifikasi. Hal ini menurut Miles dan Huberman dilakukan secara
interaktif melalui proses data reduction, data display, dan verification.26
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
redukasi data, display data, dan penerikan kesimpulan.
a) Redukasi data atau disebut juga dengan pengumpulan data dalam
penelitian ini berdasarkan dengan hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi, data yang dikumpulkan berhubungan dengan kegiatan
lukis tiup dengan media sedotan dalam mengembangkan kreativitas
seni anak usia 5-6 tahun di TK Ibnussabil Santan Tengah Marangkayu.
b) Display data adalah informasi-informasi yang sudah tersusun dan
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data juga dapat diartikan sebagai penyajian data yang
terorganisir, sistematis sehingga mudah untuk di mengerti. Dengan

26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 401.
penyajian data diharapkan agar bisa menguasai data dan tidak
tenggelam data yang begitu banyak.
c) Penarikan simpulan atau verifikasi, setelah melakukan redukasi data,
dan display data maka langkah ketiga adalah penarikan simpulan atau
verifikasi. Penarikan simpulan dilakukan peneliti ketika menemukan
hal baru dan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, kemudian dari
kesimpulan harus di verifikasi agar data yang didapat benar adanya
baik dari deskripsi maupun objek gambar yang kurang jelas menjadi
jelas.
Daftar Pustaka

Adhani. Dwi Nur Hayati, Nina Hanifah, Imro’atun Hasanah,


‘Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain Warna”, Dalam
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 4 No.1.

Anggraini. Anggun, “Peningkatan Kreativitas Melalui Melukis Usia 5-6


Tahun di TKN Pembina Ulu Danau Sumatera Selatan” dalam skripsi, Lampung:
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2020.

Arifin. Zanial, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

Helmawati, Mengenal dan Memahami AUD, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2015.

Kumaidah. Ismi, “Meningkatkan Kemampuan Seni Melukis dengan Media


Sedotan Pada Kelompok B di RA Ceria Darul Faqih Purwokerto Srengat-Blitar”
dalam skripsi, Kediri: Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2016.

Listiyani. Devita Dwi, “Pengaruh Kegiatan Lukis TiupTerhadap


Kreativitas Anak Pada Kelompok B di TK Kartika IV-14Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2018-2019”, dalam skripsi, Jember:
Universitas Jember, 2019.

Mayesky. Mary, Aktivitas-Aktivitas Seni Kreatif : Melukis, Jakarta: PT


Indeks Jakarta, 2019.

Mulyani. Novi, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya, 2019.

Mulyani. Novi, Perkembangan Dasar Anak Usia Dini, Yogyakarta: Gava


Media, 2018.

Nasution, Metode Reseacrh: Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara,


2011.
Semiawan. Cony R, Metode Penelitian Kualitatif, Grasindo, 2010.

Septiani, Yulsyofriend, “Permainan Meniup Cat Poster Dapat


Meningkatkan Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini”, Dalam Jurnal
Pendidikan Tambusai, Volume 4 No.2.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D,


Bandung: Alfabeta, 2013.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012.

Sujarweni. Wira, Metodologi Penelitian, PT. Pustaka Baru: Yogyakarta,


2014.

Susanto. Ahmad, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana, 2011.

Suwendra. I Wayan, Penelitian Kualitatif, Bali: Nila Cakra, 2018.

Widodo. Hery, Dinamika Pendidikan Anak Usia Dini, Semarang: Alprin, 2019.

Anda mungkin juga menyukai