Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Taman Kanak-kanak merupakan salah satu lembaga pendidikan anak usia
dini yang keberadaannya sangat penting untuk menyiapkan sumber daya manusia
berkualitas di masa mendatang. Pemerintah melalui Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 Ayat 3 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menetapkan bahwa Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk
pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan untuk mengembangkan
kepribadian dan potensi diri anak sesuai dengan tahap perkembangan. Salah satu
metode yang diterapkan di Taman Kanak-kanak adalah metode bercerita.
Moeslichatoen (2004) mengatakan bahwa metode bercerita merupakan
pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak dengan
membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan haruslah
menarik, dan dapat mengundang perhatian anak. Isi ceritanya tidak lepas dari
tujuan pendidikan bagi anak Taman Kanak-kanak. Maka dapat disimpulkan dari
pengertian diatas bahwa metode bercerita yang menarik dapat membuat anak
memperhatikan cerita serta anak dapat memahami apa yang hendak disampaikan
melalui cerita tersebut. Sehingga anak-anak tidak menjadi jenuh, bahkan dapat
menjadikan pembelajaran yang sangat menyenangkan bagi anak.
Menurut Curenton dalam Michael L. Henniger (2009) bahwa bercerita
sangat penting dalam pengembangan kemampuan terutama kemampuan berbahasa

untuk anak usia dini. Metode bercerita atau story telling mampu memberikan
pemahaman kepada anak-anak dengan mudah. Cerita merupakan cara ampuh
untuk mendidik anak agar anak dapat menerima pesan moral yang disampaikan
melalui cerita. Anak dapat dipengaruhi dengan sangat mudah melalui cerita atau
dongeng. Oleh sebab itu, pesan moral seperti sikap yang baik atau buruk, balasan
yang didapat ketika berbuat jahat, dapat disisipkan melalui cerita. Hal tersebut
sependapat dengan Moeslichatoen (2004) yang mengungkapkan

beberapa

manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan di Taman Kanak- kanak,


yaitu: 1) Menanamkan sikap kejujuran, kesetiaan, empati, keramahan, ketulusan,
dan hal-hal positif lainnya, 2) Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilainilai moral dan keagamaan, 3) Memberikan pengalaman belajar untuk berlatih
mendengarkan apa yang disampaikan, 4) Memungkinkan untuk mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor anak, 5)

Memungkinkan

pengembangan dimensi imajinasi serta perasaan anak TK. Maka dari itu, melalui
metode bercerita banyak manfaat yang dapat ditimbulkan bagi perkembangan
anak usia dini, sehingga dapat tercapai secara optimal.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009,
tingkat pencapaian perkembangan kelompok usia 5-6 tahun, yaitu anak dapat
memahami cerita yang telah dibacakan, anak mampu menceritakan kembali cerita
yang pernah didengarnya, anak dapat menjawab pertanyaan secara kompleks
mengenai isi cerita, anak dapat mengutarakan pendapatnya mengenai isi cerita.
Hal tersebut sependapat dengan Skinner (Teori Behaviorisme) dalam buku
Mustakim (2005) yang mengungkapkan bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh

anak TK dalam kegiatan bercerita, yaitu: (1) Anak dapat menceritakan kembali isi
cerita; (2) Anak dapat menyebutkan tokoh dan watak pelaku cerita; (3) Anak dapat
menyusun alur cerita dari awal cerita hingga akhir cerita; (4) Anak dapat
memahami isi cerita; (5) Anak mampu menilai isi cerita.
Namun berdasarkan hasil pengamatan sementara pada TK AL HIDAYAH
UPTD Kecamatan Pulomerak, terdapat

kesenjangan antara teori dengan

kenyataan di lapangan mengenai penerapan metode bercerita terhadap anak usia


5-6 tahun. Hal tersebut ditunjukkan dengan beberapa indikasi yaitu anak tidak
memperhatikan guru karena anak lebih asyik bermain dan mengobrol dengan
temannya atau berpindah-pindah tempat duduk, sebagian besar anak tidak dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, dan anak tidak dapat menceritakan
kembali isi cerita. Hal tersebut disebabkan karena guru kurang kreatif dalam
penggunaan media dalam pelaksanaan bercerita, yakni guru hanya menggunakan
media buku cerita bergambar sehingga anak kurang tertarik dan cenderung bosan
serta kurangnya penguasaan guru dalam bercerita, sehingga cerita menjadi tidak
menarik bagi anak. Dalam memberikan sajian cerita kepada anak Taman Kanakkanak, guru dapat menggunakan media-media yang menarik bagi anak, Menurut
Dhieni (2005), bentuk-bentuk metode bercerita terbagi menjadi 2 jenis yakni
tanpa alat peraga dan alat peraga. Misalnya boneka jari, boneka tangan,
memanfaatkan papan flanel, wayang, dan buku cerita termasuk dalam bercerita
menggunakan alat peraga. Kelebihan dalam penggunaan alat peraga adalah anak
akan lebih tertarik mendengarkan cerita. Media yang bervariasi menjadikan cerita
lebih

menarik

sehingga

dapat

mengembangkan

imajinasi

anak,

dapat

menghidupkan suasana dan anak lebih mengerti tentang gambaran atau isi
ceritanya.
Penerapan metode bercerita untuk anak usia dini juga harus memperhatikan
tingkatan usia anak. Untuk anak usia 5-6 tahun, waktu untuk bercerita anak
sekitar 10-15 menit, pemilihan tema dan judul cerita juga harus tepat untuk
penanaman moral yang akan disampaikan kepada anak, serta suasana dalam
bercerita juga harus diperhatikan agar hal yang ingin disampaikan dapat dipahami
anak dengan baik.Selain media dalam bercerita serta pemilhan cerita yang harus
diperhatikan, keterampilan guru dalam bercerita juga harus diperhatikan, sebab
melalui keterampilan guru dalam bercerita anak-anak akan tertarik jika guru
bercerita dengan pengolahan suara serta bahasa tubuh yang menarik. Seperti
diungkapkan oleh Musfiroh (2005), keterampilan yang harus dimiliki guru dalam
bercerita adalah (1) Keterampilan mengolah suara atau vokal yang disesuaikan
dengan

ekspresi

atau

karakter

tokoh

dalam

cerita;

(2)

Keterampilan

mengekspresikan karakter tokoh cerita yang disesuaikan dengan kondisi alur


cerita; (3) Keterampilan menarik perhatian anak pada saat bercerita; (4)
Keterampilan membaca kondisi anak pada saat kegiatan bercerita dilaksanakan
seperti dapat melihat kondisi anak ketika bosan mendengarkan cerita; (5)
Keterampilan dalam berinteraksi mengenai cerita melalui tanya jawab; (6)
Keterampilan memilih cerita yang akan didengarkan ke anak; (7) Luwes dalam
olah tubuh, menjaga daya tahan tubuh, dan memperbaiki daya konsentrasi.
Dari beberapa kemungkinan permasalahan yang ada di kelas dan kesulitan
dalam pembelajaran berbicara baik dalam mendengarkan maupun bercerita pada

Taman Kanak-kanak Al Hidayah Kecamatan Pulomerak Kota Cilegon disebabkan


adanya anak yang sering tidak masuk, media pembelajaran dan sistem pengajaran
yang kurang menarik kurangnya konsentrasi anak dalam belajar anak cenderung
tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi pelajaran, anak tidak fokus
saat belajar kurangnya motivasi dari orang tua kurangnya minat belajar anak
media pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi adanya pengaruh teman
yang mengajak anak lain bermain saat belajar adanya anak yang ragu-ragu atau
malu-malu dalam menyampaikan ide-idenya bahkan ada juga anak yang
menggunakan kata-kata kurang sopan atau tidak baik sehingga kemampuan anak
dalam berbicara masih kurang. Hal ini ditandai dengan adanya anak yang belum
lancar

dalam

membaca,

belum

lancar

dalam

berbahasa

belum

dapat

mendengarkan dengan benar belum banyak menyebutkan kosa kata.


Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Penerapan Metode Bercerita
Dengan Media Buku Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berbicara Anak Pada Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Pulomerak

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
menjelaskan manfaat bercerita dengan media buku cerita bergambar di Taman
Kanak-kanak. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui Apakah metode bercerita dengan media buku bergambar
mampu meningkatkan kemampuan berbicara anak pada TK Al Hidayah.

2) Untuk mengetahui Hambatan apa saja yang dijumpai dalam proses


meningkatkan kemampuan berbicara anak pada TK Al Hidayah

1.3 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di Taman Kanak-kanak Al Hidayah,
maka dapat diidentifikasi dari beberapa masalah diantaranya masih banyak anakanak yang belum mampu mengucapkan kata-kata dengan lafal yang benar,dan
anak belum mampu menyampaikan ide-idenya karena kosa kata yang dimiliki
anak masih sedikit, anak belum mampu mengucapkan dan berbicara dengan
menggunakan kalimat yang lebih kompleks. Dengan masalah yang ada, pada
peningkatan berbicara anak dengan bercerita berbantuan buku bergambar.
1.4 Perumusan Masalah
Dan berdasarkan identifikasi serta latar belakang masalah diatas, maka
dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah

metode

bercerita

dengan

media

buku

bergambar

mampu

meningkatkan kemampuan berbicara anak pada TK Al Hidayah?


2. Hambatan apa saja yang dijumpai dalam proses meningkatkan kemampuan
berbicara anak pada TK Al Hidayah?

1.5 Metode Analisis


Metode dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif,
yaitu suatu penilaian yang dirancang untuk memperoleh informasi dengan
masalah yang diteliti dengan harapan agar dapat mengungkapkan masalah dan
melalui pendekatan deskriptif yaitu, suatu cara yang menggambarkan atau
menguraikan permasalahan menurut apa adanya
Dalam penelitian ini juga menggunakan metode interprektif, yaitu
menginterpretasikan data mengenai fenomena/gejala yang diteliti di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai