Anda di halaman 1dari 19

MODUL 5

MEMBANGUN PENGETAHUAN ANAK


Pembentukan perilaku anak dapat melalui pembiasaan sehari-hari yang bersifat rutin, spontan
ataupun juga terprogram seperti berperilaku moral, sikap beragama, disiplin, pengendalian
perasaa/emosi, ataupun kemampuan bermasyarakat, pemberian pengetahuan pada anak juga
sangat penting.

KEGIATAN BELAJAR 1

MAKNA PENGETAHUAN ANAK USIA DINI


Anak dapat menggunakan seluruh pancainderanya untuk memahami benda atau gambar yang
ingin diketahuinya. Dengan diberikan kesempatan untuk menyentuh, menggunakan, serta
merasakan pengalamannya dalam menganal suatu objek, tentunya pelajaran yang mereka
terima akan lebih bermakna dan dapat diingat dengan lebih baik.

Pengetahuan adalah apa yang dilihat atau diperoleh melalui pancaindera. pengetahuan hanya
merupakan pendapat yang benar dan disertai penjelasan tentang sebuah objek. Pengetahuan pada
hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu, termasuk di
dalamnya adalah ilmu yang telah diuji kebenarannya. Hal yang mendasar dari pengetahuan
adalah pengetahuan selalu terdiri dari unsur yang mengetahui dan diketahui serta kesadaran
mengenai hal yang ingin diketahui. Oleh karena itu, pengetahuan bersifat tentatif dan dapat
berubah sesuai dengan kondisi dan situasi yang sedang terjadi. Artinya, pengetahuan dapat
berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia.

A. TEORI PENGETAHUAN

Menurut Piaget (Foreman, 1993) otak kita mengetahui bagaimana cara mengenal benda melalui
input dari indera seperti mata, telinga, kulit, hidung, dan mulut yang secara langsung akan
menunjukkan reaksi tertentu terhadap lingkungan sekitar kita.
Tetapi dalam pemikiran yang lebih dalam, Piaget (Foreman, 1993) menyatakan bahwa
pengetahuan tidak hanya berasal dari Interaksi langsung indera dengan kenyataan, tetapi juga
harus ada pemikiran tentang perubahan, inilah yang akan membangun pengetahuan nantinya.
Pengetahuan juga berasal dari lingkungan budaya kita, biasanya didapatkan secara turun temurun
melalui orang-orang yang berada di sekitar kita. Pengetahuan dibangun oleh anak berdasarkan
kemampuannya dalam memahami perbedaan berdasarkan persamaan yang tampak.

B. JENIS-JENIS PENGETAHUAN

Piaget membagi pengetahuan menjadi tiga jenis, berdasarkan sumber-sumber pengetahuan, yaitu

1. Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge)

Pengetahuan fisik bersumber dari lingkungan fisik di sekitar anak berupa bentuk, warna, rasa,
suara, gerak, dan sebagainya. Pengetahuan fisik dibangun pada saat anak menggunakan asosiasi
atau hubungan antara benda dengan perlakuan yang diberikan pada benda tersebut. Misalnya,
seorang anak menemukan sebuah bola lalu ia mencoba memberikan perlakuan berupa dorongan
pada bola tersebut di atas meja, dapat dipastikan bahwa bola tersebut akan menggelinding di atas
meja.

Kemudian, anak menemukan buku, buku tersebut dicoba untuk memberikan perlakuan yang
sama kepada bola, namun buku tersebut tentu saja tidak akan menggelinding ketika digerakkan
melainkan diam saja. Dapat disimpulkan bahwa tidak semua benda akan mengeluarkan reaksi
yang sama pada saat diberikan perlakuan yang sama. Dari peristiwa tersebut, dapat dikatakan
bahwa lingkungan fisik merupakan sumber yang sangat kaya untuk membangun pengetahuan
fisik pada anak, di mana anak terlibat langsung dengan lingkungan fisik selama hidupnya.

2. Pengetahuan Logika-Matematika (Logico-Mathematical Knowledge)

Pengetahuan logika matematika meliputi kemampuan dalam membandingkan, mengurutkan,


mengelompokkan, menghitung, dan berpikir dengan menggunakan logika. Merujuk pada
peristiwa sebelumnya, seorang anak akan memerlukan pemikiran yang lebih logis mengenai
seberapa besar daya dorong yang harus diberikan pada bola agar dapat menggelinding ke ujung
meja. Pemikiran yang logis Inilah yang disebut dengan logika-matematika, di mana seorang anak
dituntut untuk mengetahui sesuatu yang lebih dalam, ya itu tidak hanya mendorong bola, tetapi
juga harus memperhatikan daya dorong yang harus dikeluarkan.
3. Pengetahuan Sosial (Social Knowledge)

Pengetahuan Sosial tidak dapat melalui suatu proses ketika melakukan interaksi dengan orang
lain. Menurut Piaget, Pengetahuan Sosial berasal dari budaya di mana orang tersebut tinggal.
Pengetahuan sosial meliputi kosakata, norma, moral, dan berbagai macam kondisi lingkungan
tempat anak menetap, yang harus dipelajari oleh anak dari lingkungan sekitarnya.

C. CARA ANAK MEMBANGUN PENGETAHUAN

Berikut bagaimana cara anak membangun pengetahuan dari berbagai macam sudut pandang
teori.

1. Teori Peniruan Pengetahuan

Anak membangun pengetahuan melalui kegiatan mengamati dan meniru apa yang telah dilihat
olehnya.

Berdasarkan teori peniruan pengetahuan, cara seseorang untuk mengetahui sesuatu seperti
layaknya proses memotret, di mana Indra yang lebih banyak terlibat adalah indera penglihatan.
Berfokus pada satu hal atau objek yang akan dikaji, maka proses itu akan menghasilkan
pengetahuan yang berguna untuk anak. Selama anak itu memperhatikan, guru sebaiknya
memberikan penjelasan sesuai dengan apa yang dilihat oleh anak. Artinya anak memperoleh
input pengetahuan tidak hanya melalui indera penglihatannya tetapi juga indera pendengarannya.

Untuk mendapatkan sebuah pengetahuan, anak melakukan peniruan terhadap objek yang dilihat
dan diamatinya. Misalnya pada kegiatan makan bersama di sekolah, seorang anak TK Kelompok
A melihat dan mengamati guru yang sedang menuangkan sayur sup dengan menggunakan
sendok sayur ke dalam mangkuk. Anak tersebut mengamatinya dengan seksama bagaimana cara
guru mengambil sayur agar tidak tumpah, dengan menyendoknya, kemudian mengangkat sendok
pelan-pelan, miring dan menuangkan sendok berisi sup ke dalam pangkuk kecil. Kemudian anak
tersebut menirunya, pada saat ini terjadilah proses menggunakan pengetahuan yang didapat anak
tersebut, ya itu bagaimana cara mengambil sayur sup agar tidak tumpah. Cara anak tersebut
mendapatkan pengetahuan tentang cara mengambil sup agar tidak tumpah adalah dengan cara
meniru berdasarkan hasil pengamatannya.

2. Pandangan Teori Konstruktivis Pada Teori Pengetahuan

Anak belajar dengan mengubah objek yaitu dengan memanipulasinya. Piaget dalam Foreman
dan Kunchner (1993) menyatakan bahwa pengetahuan bukan sekedar peniruan dari lingkungan
anak, melainkan lebih kepada konstruksi pemikiran. Piaget menyatakan bahwa pengetahuan
adalah hasil dari pengonstruksian pemikiran secara aktif, dengan membuat hubungan antar objek
satu dengan yang lainnya.

3. Konsep Perubahan (Transformasi)

Menurut Piaget dalam Foreman dan Kuchner (1993) pengetahuan berkembang dengan
mempelajari bagaimana objek bergerak, berubah posisi dan bentuk, dan bagaimana objek
tersebut berubah jika dihubungkan dengan benda lainnya.

a. Penampakan vs kenyataan

Adanya kemampuan berpikir tentang perubahan objek menjadikan anak dapat membedakan
penampakan objek dengan objek sesungguhnya. Misalnya, anak usia 4 tahun selalu berpikir
bahwa permen yang disebarkan dalam piring lebih sedikit dibandingkan pada saat berada di
dalam toples. Tetapi jika terus diberikan pemahaman dengan meletakkan kembali permen ke
dalam toples kemudian tidak terjadi perbedaan jumlah, maka anak akan membangun
pengetahuan bahwa jumlah keduanya sama A menjadi A.

b. Menempatkan pada benda statis dan diberikan perubahan terhadap benda tersebut.

Misalnya anak membawa sebuah kue wafer berbentuk persegi panjang. Karena tas anak terlalu
padat isinya, maka wafer tersebut berubah bentuknya, tetapi luas wafer tersebut tidak berubah
ukurannya. Ia hanya berubah bentuk.

c. Mengoordinasikan perbedaan dan persamaan

Kemampuan berpikir di sini adalah tentang bagaimana sebuah objek dapat berubah. Hal ini
merupakan bentuk ketiga kemampuan berpikir yang sangat penting. Sebagaimana anak mampu
berpikir dari A ke A, ya juga belajar bahwa objek tidak hanya berbeda tetapi dapat juga sama.
Misalnya, jika anak usia 4 tahun diberikan kawat perunggu besar, ia akan membuat lingkaran
dari kawat tersebut. Kemudian ia akan membuat persegi, lalu diubahnya kembali menjadi garis
lurus. Dalam kegiatan ini anak mendapatkan pengetahuan, bahwa Bagaimana mengubah
lingkaran menjadi persegi kemudian mengubahnya menjadi garis lurus. Dalam hal ini, anak akan
mendapatkan pengetahuan, yaitu persamaan dan perbedaan bentuk dengan cara memanipulasi
kawat menjadi berbagai bentuk.
D. PENGEMBANGAN PENGETAHUAN

Berikut pengembangan pengetahuan terlihat dari butir-butir indikator kemampuan yang tertera
dalam program pendidikan di lembaga tersebut.

1. Pengembangan Pengetahuan Fisik

Pengetahuan fisik dikembangkan melalui kegiatan pengembangan seni (keterampilan dan


musik), kognitif (daya pikir), dan pengembangan jasmani (motorik).

Pengetahuan fisik yang pertama kali dikembangkan untuk anak di PAUD dapat dicermati pada
bagian berikut ini.

a. Pengenalan warna bergradasi, mulai dari warna primer (merah, kuning, dan biru), lalu pada
warna sekunder (hijau, ungu, dan jingga), dan pada warna tersier (cokelat) hingga warna putih
dan hitam.

b. Pengenalan berbagai bentu dari kurva, seperti garis lurus, garis lengkung, garis miring kanan
dan kiri, garis datar dan tanda silang.

c. Pengenalan bentuk berkembang pada pengenalan bentuk-bentuk geometri.

d. Bentuk geometri ini terus berkembang menjadi bentuk tiga dimensi.

e. Pengembangan lainnya adalah pada pengenalan tekstur halus dan kasar.

f. Pengembangan ukuran beran dan ringan, besar dan kecil, tinggi dan rendah, panjang dan
pendek.

g. Pengembangan dengan mengenal bunyi dan suara.

h. Pengenalan rasa.

i. Pengenalan bau.

j. Pengembangan dengan mengintegrasikan berbagai pengetahuan dasar yang telah diketahui,


misalnya melakukan percobaan.

2. Pengembangan Logika-Matematika

Istilah kecerdasan logika matematis merujuk pada pemahaman paling popular dalam soal logika,
hal tersebut menunjukkan sebuah proses mental berkaitan dengan kemampuan untuk mengatasi
masalah yang berhubungan dengan logika.

Orang dengan logika matematis tinggi, akan menunjukkan proses menjawab beragam pertanyaan
atau bahkan bertanya, dalam kecepatan luar biasa.
Albert Einstein, Sherlock Holmes dan Bill Gates merupakan contoh-contoh dari orang yang
masuk dalam kriteria tersebut.

Orang dengan kecerdasan ini biasanya memiliki kebiasaan atau ciri-ciri sebagai berikut.

a. Memiliki kemampuan untuk memahami angka dan konsep logika yang sangat bagus.

b. Memiliki kemampuan Sangat tinggi untuk mengemukakan sesuatu dengan alasan yang kuat.

c. Dapat menjelaskan ide secara konseptual dengan sangat baik.

d. Selalu tertantang menjalani tugas dari awal hingga akhir.

e. Membuka diri terhadap upaya untuk menjalani eksperimen tentang sebuah perubahan.

3. Pengembagan Pengetahuan Sosial

Pengembangan sosial dikembangkan melalui kegiatan interaksi sosial langsung di dalam kelas,
melalui pengembangan program pembentukan perilaku dan pengembangan bahasa.

Pengembangan pengetahuan sosial pada PAUD, antara lain:

a. Pengembangan perilaku

1) berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan;

2) mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain;

3) tolong menolong;

4) tertib diri;

5) rapi dalam bertindak;

6) tenggang rasa;

7) memiliki keberanian dan rasa ingin tahu yang besar;

8) mengurus diri sendiri;

9) mengendalikan emosi;

10) sopan santun di kelas;

11) mematuhi peraturan di kelas.

b. Pengembangan bahasa
1) menirukan kembali ucapan;

2) mengikuti petunjuk;

3) dapat menggunakan dan menjawab pertanyaan: apa, mengapa, berapa, di mana, siapa, dan
bagaimana;

4) dapat berbicara dengan lancer;

5) mengenal kata-kata posisi;

6) dapat menyebutkan, menunjukkan, dan memperagakan gerakan;

7) berbicara sederhana;

8) menceritakan kembali;

9) memberikan keterangan;

10) melanjutkan cerita;

11) bercerita sendiri.

E. BERBAGAI KEGIATAB PEMBELAJARAN YANG DAPAT MEMBANGUN


PENGETAHUAN

Hal yang perlu diajarkan kepada anak tidak hanya berupa ilmu pengetahuan dan permainan,
tetapi juga kecakapan, ide-ide, dan sebagainya. Hal yang penting diketahui guru adalah perlunya
menguasai materi pembelajaran. Jika mereka kurang menguasai, maka akan timbul reaksi yang
bersifat negatif terhadap apa yang disajikan guru. Bahkan terhadap guru itu sendiri padahal
pembelajaran yang dilakukan diharapkan menimbulkan reaksi positif, apa yang diberikan anak
maupun terhadap guru itu sendiri.

Kegiatan pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan guru dalam menyajikan suatu materi
pembelajaran atau permainan dengan memperhatikan keseluruhan situasi belajar dan bermain
untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan yang digunakan adalah kegiatan learning by doing
(belajar dengan berbuat) atau active learning. Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada anak
untuk bereksplorasi, memecahkan masalah, bereksperimen dan bereaksi dalam kegiatan
belajarnya sehari-hari. Anak dirangsang untuk aktif berbuat, kreatif, mandiri, dan disiplin.
Mereka pun belajar menghargai pendapat orang lain pada saat berdiskusi dan belajar
menyampaikan pendapatnya dengan baik.

Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan integrated study, yaitu sistem pembelajaran
yang menghubungkan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Dengan demikian, waktu
pembelajaran lebih produktif, motivasi belajar anak meningkat, merangsang anak berpikir, dan
memacu guru untuk berkreatif dalam mengajar.
Untuk mencapai hasil memuaskan, sebaiknya penyajian materi dan permainan kegiatan
pembelajaran tertentu dilakukan melalui tiga fase, yaitu fase pendahuluan, fase menghasilkan,
dan fase penurunan. Fase pendahuluan adalah fase di mana guru menyusun mentalset yang
menguntungkan guna penyajian materi pembelajaran. Dalam penyusunan mental set ini guru
menyusun rekapitulasi materi pembelajaran yang disajikan untuk menghubungkan materi
sebelumnya dengan materi baru. Dalam fase penghasilan, perhatian terhadap materi
pembelajaran atau permainan. Dalam Fase ini anak mulai dikonsentrasikan perhatiannya kepada
materi atau permainan yang akan diajarkan atau dijalankan. Dalam penyajian inilah guru harus
mampu memilih kegiatan yang cocok atau sesuai dengan materi atau permainannya. Kegiatan
pembelajaran di PAUD yang cocok tersebut harus didasarkan kepada beberapa faktor, seperti
menurut pandangan guru, menurut hakikat anak, serta menurut sifat materi dan tujuan yang ingin
dicapai. Fase penurunan yaitu maksudkan untuk menurunkan konsentrasi anak secara berangsur-
angsur. Ketegangan perhatian anak terhadap materi pembelajaran atau permainan harus secara
bertahap diturunkan sebagai syarat bahwa proses pembelajaran atau permainan akan berakhir.

Kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk membangun pengetahuan pada anak, diantaranya:

1. Kegiatan Praktek Langsung

2. Kegiatan Cerita atau Dongeng

3. Kegiatan Tanya Jawab

4. Kegiatan Proyek

5. Kegiatan Bermain Peran

6. Kegiatan Demonstrasi
KEGIATAN BELAJAR 2

PERAN GURU DALAM MEMBANGUN PENGETAHUAN ANAK


Pada usia dini, guru arus memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk
perkembangan diri kelak, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler. Selain itu,
seorang anak akan menghadapi berbagai tugas perkembangan, seperti belajar menyesuaikan diri
dengan teman seusianya, membentuk konsep diri yang baik, mulai mengembangkan peran sosial
sesuai gendernya serta mengembangkan hati nurani, akhlak, dan tata nilai pengertian. Pada masa
itu pula seorang anak tidak saja membutuhkan bimbingan dari orang tua, tetapi juga guru,
masyarakat lainnya dan juga teman-temannya. Selain itu, kesempatan untuk memperoleh
pengalaman belajar juga memegang peran kritis, tidak seperti ketika berusia balita, di mana
pengalaman belajar tersebut dilakukan hanya dengan bantuan orang tua dan orang di lingkungan
terdekatnya.

Salah satu cara agar proses belajar anak memperoleh pengetahuan adalah melalui kegiatan
bermain sambil belajar. Dengan bermain dan belajar, seorang anak akan memperoleh
kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru. Belajar dan bermain bagi mereka juga
merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai keterampilan sosialnya. Kegiatan bermain
dan belajar mereka akan mengembangkan otot dan melatih gerakan motorik mereka dalam
penyaluran energi yang berlebih. Dengan adanya kegiatan belajar dan bermain, seorang anak
akan menemukan bahwa merancang suatu hal baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan
dan pada akhirnya seorang anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif.

Pemahaman tentang peranan guru sebagai orang terdekat anak di sekolah harus diubah pula.
Tidak lagi sebagai orang dewasa dan pemimpin yang hanya mengatur dan menjalankan
kurikulum. Peran guru yang diharapkan adalah guru yang mampu membangun pengetahuan pada
anak dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada anak untuk bereksplorasi,
sehingga anak mampu membangun pengetahuan dari apa yang dilakukannya. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh seorang guru antara lain adalah:

A. GURU SEBAGAI MODEL

Salah satu peran guru adalah menjadi model atau panutan yang baik untuk anak. Sebagian besar
kegiatan belajar anak di lembaga PAUD adalah melalui imitasi atau peniruan. Artinya, seluruh
tindak-tanduk guru diperhatikan dengan seksama dan kemudian akan dicontoh oleh anak.

B. GURU SEBAGAI TEMAN

Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan psikologis dan biologis anak yang sangat penting.
Melalui bermain, tuntutan akan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas,
bahasa, emosi, interaksi sosial, nilai-nilai, dan sikap hidup dapat terpenuhi. Bermain merupakan
ekspresi dan hiburan yang menjaga kesenangan dan tujuan baik tubuh dan pikiran. Dalam hal ini,
guru harus memberikan dukungan dalam bermain karena bermain secara aktif melibatkan
seluruh anak. Dalam suatu kesempatan bermain, guru dapat langsung memulai permainan
dengan tujuan yang spesifik. Kunci sukses mendidik anak adalah kita harus menanamkan
terlebih dahulu sikap formal tetapi bersahabat dalam hubungan antara guru dengan anak -anak
didik, sehingga situasi belajar melalui bermain pun dapat tercipta dalam suasana yang akrab dan
penuh kegembiraan. Hubungan guru dengan anak didik pun terbentuk seperti kawan dan sahabat.
Jika anak melihat bahwa guru di lingkungan sekolahnya ada teman atau sahabat mereka, maka
tentu mereka mau menemukan diri dan menunjukkan sikap-sikap yang bersahabat dengan para
guru, serta menjadikan guru sebagai teman bermainnya.

Sikap guru yang dapat menjadi teman bagi anak juga akan membuat kemampuan anak untuk
bersosialisasi lebih cepat terbentuk. Para guru dapat membantu anak yang kurang percaya diri
untuk belajar bermain bersama teman-temannya. Jadi peran guru harus ikut terjun dalam
permainan yang sedang dilakukan anak, karena peran guru di sini adalah sebagai teman bermain
yang mampu membangun pengetahuan pada anak.

C. GURU SEBAGAI MOTIVATOR

Guru sebagai motivator artinya guru harus mampu menjadi motivator anak dalam membangun
pengetahuan. Dalam hal ini guru harus mampu memotivasi anak dalam melakukan kegiatan,
agar anak tidak mudah menyerah.

D. GURU SEBAGAI FASILITATOR

Sosok guru saat ini dituntut sebagai seorang profesional yang memiliki cara pandang era
pengetahuan, wawasan masa depan, keunggulan keimanan dan ketakwaan, penguasaan iptek,
etos kerja dan disiplin, profesionalisme, kerjasama dan belajar dengan berbagai disiplin,
kepastian karier, kesejahteraan lahir batin. Mereka akan menjadi seorang profesional yang
mempunyai peranan strategis dalam mempersiapkan anak gede sebagai generasi muda yang
memiliki pemberdayaan dan kecerdasan nasional yang tinggi dan menguasai kemampuan yang
mantap.
MODUL 6

PENGEMBANGAN KOGNITIF PADA KURIKULUM PAUD


Perubahan kurikulum Taman Kanak-Kanak tahun 1994 yang dikenal dengan GBPKB TK’ 94
menjadi Kurikulum 2004 merupakan sesuatu yang wajar dan perlu ditindaklanjuti dengan positif.
Kurikulum 2004 bernuansakan pembelajaran yang berpusat pada anak dengan tetap
menggunakan prinsip belajar melalui bermain. Kurikulum 2004 mencakup bidang
pengembangan kemampuan dasar yang terdiri dari pengembangan kognitif, berbahasa, fisik,
motorik dan seni.

Tahun 2009 Menteri Pendidikan Nasional menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 58 tentang Standa Pendidikan Anak Usia Dini, yang meliputi pendidikan formal dan
nonformal yang terdiri atas; Standar tingkat pencapaian perkembangan; Standar pendidik dan
tenaga kependidikan; Standar isi, proses, dan penilaian; dan Standar sarana dan prasarana,
pengelolaan dan pembiayaan.

KEGIATAN BELAJAR 1

KURIKULUM PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


Pendidikan Anak Usia Dini menjadi strategis manakala ia menjadi tolak ukur keberhasilan pada
tahap selanjutnya. Pada usia sampai dengan 6 tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligus
strategis dalam proses pendidikan yang akan mewarnai proses serta hasil pendidikan pada tahap
selanjutnya.

Pendidikan pada masa usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam
memberikan kerangka dasar untuk terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini
tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan pada lembaga pendidikan anak usia dini, seperti: Kelompok Bermain, Taman
Penitipan Anak, Satua PAUD Sejenis maupun Taman Kanak-kanak sangat tergantung pada
sistem dan proses pendidikan yang dijalankan.

A. HAKIKAT KURIKULUM ANAK USIA DINI

Kurikulum memandu guru untuk memenuhi seluruh area belajar yang digunakan anak dengan
memakai pendekatan pembelajaran yang tepat,strategi penataan lingkungan yang sesuai untuk
mendukung berkembangnya kualitas kemampuan anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
Guru harus memiliki visi yang kuat tentang apa yang ingin dikembangkan pada anak,
pengetahuan dan keterampilan yang dapat di pelajari anak, dan sikap yang akan ditanamkan pada
anak.

Ketersediaan kurikulum pada suatu satuan pendidikan merupakan suatu keharusan, karena
kurikulum merupakan jantung dari terselenggaranya seluruh kegiatan pendidikan atau
pembelajaran di suatu satuan pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk membantu pendidik
dan seluruh komponen satuan pendidikan dalam melakukan tugasnya serta memperlancar
keseluruhan proses pembelajaran.

Menurut NAEYC Draft Eraly Childhood Program Standar (2004) terdapat 2 hal penting tentang
kurikulum bagi anak usia dini, yaitu:

1. program kegiatan bermain pada anak usia dini diterapkan berdasarkan kurikulum yang
berpusat pada anak serta dapat mendukung kegiatan pembelajaran dan perkembangan pada
setiap aspek baik estetika, kognitif, emosional, bahasa, fisik dan sosial;

2. kurikulum berorientasi pada hasil dan mengaitkan berbagai konsep dan perkembangan.

B. PARADIGMA PERUBAHAN DARI KURIKULUM

Seiring dengan perubahan yang terjadi dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 maka penerapan pendidikan berbasis kompetensi dimaksudkan
untuk memenuhi aspirasi atau jiwa otonomi dalam bidang pendidikan seperti yang telah
dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang otonomi daerah dan sistem
desentralisasi.

Pengembangan kurikulum ini diharapkan akan memberikan perubahan yang mendasar dalam
penataan proses dan hasil pendidikan, terutama pada berbagai lembaga pendidikan anak usia dini
di Indonesia seperti Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, Satuan
PAUD Sejenis. Dari segi proses, Standar Pendidikan Anak Usia Dini akan memberikan beragai
konsep dasar dan ciri-ciri pendidikan dan pembelajaran pada anak dalam hal:

1. Ketercapaian Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini.

2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.

3. Menggunakan pendekatan dan metode yag bervariasi.

4. Sumber belajar tidak terfokus pada guru, tetapi berpusat pada anak.

5. Penilaian lebih ditekankan pada proses yang terjadi selama kegiatan berlangsung dan bukan
hasil belajarnya saja.
C. PERBANDINGAN ANTARA KURIKULUM 1994 DENGAN 2004 DAN STANDAR
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Contextual Teaching and Learning

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) maupun Standar Pendidikan Anak Usia Dini
mengisyaratkan bahwa dalam penyelenggaraannya mengacu pada Contextual Teaching and
Learning (CTL). Pada hakikatnya CTL merupakan implementasi dalam penentuan materi
pembelajaran dan pengalaman belajar yang disesuaikan dengan karakteristik anak dan atau
daerah.

D. ANALISIS KURIKULUM PAUD

Analisis Standar Pendidikan Anak Usia Dini berisikan sejumlah dokumen penting yang
dijadikan pedoman dasar dan harus dikuasai oleh pengembang sebelum mengimplementasikan
kurikulum di lapangan.

1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Standar PAUD

Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Standar PAUD merupakan perangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai anak, penilaian kegiatan
belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum
sekolah.

2. Standar PAUD merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen, yaitu Kurikulum
dan Pencapaian, Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar Mengajar dan Standar Pendidikan
Anak Usia Dini.

a. Kurikulum dan Pencapaian memuat perencanaan pengembangan kompetensi anak yang perlu
dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun.

b. Penilaian Berbasis Kelas memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan
yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi dan
hasil belajar yang telah dicapai melalui pernyataan yang jelas antara standar yang harus dan telah
dicapai serta peta kemajuan belajar anak dan pelaporan.

c. Kegiatan Belajar Mengajar memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran untuk


mencapai kompetensi yang telah ditetapkan beserta gagasan-gagasan pedagogik dan antragogis
yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.

d. Pengelolaan Standar Pendidikan Anak Usia Dini memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga
kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan pencapaian.
3. Prinsip-prinsip dalam Pengembangan Standar Pendidikan Anak Usia Dini

Pengembangan standar PAUD mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut ini.

a. Keimanan, Nilai dan Budi Pekerti Luhur.

b. Penguatan Integritas Nasional.

c. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika dan

Kinestetika. d. Kesamaan Memperoleh Kesempatan.

e. Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi.

f. Pengembangan Keterampilan Hidup.

g. Belajar Sepanjang Hayat.

h. Berpusat pada anak dengan Penilaian yang Berkelanjutan dan Komprehensif.

i. Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan. Komponen-komponen Standar Pendidikan Anak Usia


Dini
KEGIATAN BELAJAR 2

STRUKTUR PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Struktur program pembelajaran PAUD: Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA),
Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, Satuan PAUD Sejenis, disebut dengan program
kegiatan belajar yang mencakup tiga bidang pengembangan, yaitu: (1) Pengembangan Moral dan
Nilai-nilai Agama (2) Pengembangan Sosial dan Emosional dan (3) Pengembangan Kemampuan
Dasar.

Ketentuan pembelajaran efektif untuk TK dan RA, dapat dicermati pada bagian berikut ini:

1. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 minggu dan jam belajar
efektif per hari adalah 2,5 jam (150 menit) per minggu 15 jam (900 menit) dan per tahun 510
jam.

2. Pengelolaan kegiatan belajar ketika jenis bidang pengembangan diserahkan sepenuhnya


kepada penyelenggara Taman Kanak-kanak.

3. Program kegiatan belajar dalam rangka Pengembangan Kemampuan Dasar meliputi antara
lain pengembangan berbahasa, kognitif, fisik, dan seni.

Pada dasarnya Standar Pendidikan Anak Usia Dini telah mengakomodasi berbagai kebutuhan
hidup yang memungkinkan anak didik memiliki kesiapan untuk bersaing, bertahan hidup serta
menjadi warga negara yang memiliki keterampilan hidup. Selain itu Standar PAUD baru
memuat rambu-rambu pokok sehingga perlu pengembangan lebih lanjut agar implementasinya
di lapangan sesuai dengan yang diharapkan.

A. STANDAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

1. Peristilahan

a. Bidang Pengembangan

Bidang pengembangan mencakup bidang pengembangan pembentukan perilaku dan bidang


pengembangan kemampuan dasar.

b. Tingkat Pencapaian Perkembangan

Tingkat pencapaian perkembangan merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan


yang diharapkan dapat dicapai peserta didik Pada setiap tahap perkembangannya dalam bidang
pengembangan tertentu.
c. Capaian Perkembangan

Capaian perkembangan merupakan pernyataan perkembangan aktual yang dicapai oleh peserta
didik setelah peserta didik melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam aspek bidang
pengembangan tertentu.

d. Indikator

Indikator merupakan hasil capaian perkembangan yang lebih spesifik dan terukur yang dapat
dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian perkembangan anak.

2. Fungsi dan Tujuan

a. Fungsi

Fungsi pendidikan PAUD adalah:

1) mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak;

2) mengenalkan anak pada dunia sekitar;

3) menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik;

4) mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi;

5) mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemampuan yang dimiliki anak;

6) menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.

b. Tujuan

Membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi
moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan
seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kurikulum PAUD meliputi dua bidang pengembangan, yaitu:

a. Bidang pengembangan pembentukan perilaku melalui pembiasaan.

b. Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar.


4. Manfaat Standar Pendidikan Anak Usia Dini

Menghindari duplikasi dalam pemberian materi kegiatan belajar, mengupayakan konsistensi


kompetensi yang ingin dicapai dalam membelanjakan suatu bidang pengembangan,
meningkatkan pembelajaran sesuai kebutuhan, kecepatan, dan kesempatan anak didik,
membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi, memperbarui sistem evaluasi dan pelaporan
hasil belajar anak, memperjelas komunikasi dengan anak tentang tugas, kegiatan, atau
pengamalan belajar yang harus dilakukan dan cara yang digunakan untuk menentukan
keberhasilan belajarnya, meningkatkan akuntabilitas publik, dan memperbaiki sistem sertifikasi.

5. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan

Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan
memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya.

6. Capaian Perkembangan

Capaian perkembangan yang diharapkan dari pendidikan anak usia dini adalah tercapainya
tugas-tugas perkembangan secara optimal sesuai dengan standar yang telah
dirumuskandirumuskan.

7. Pendekatan dan Penilaian

Pembelajaran a. Pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini dilakukan dengan berpedoman pada
suatu program kegiatan yang telah disusun sehingga seluruh perilaku dan kemampuan dasar
yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya.

b. Penilaian pembelajaran

Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui pengamatan dan pencatatan
anekdot.

8. Rambu-rambu
Kurikulum harus dipahami secara keseluruhan, pelaksanaan dari kurikulum ini harus diusahakan
untuk mencapai kompetensi sesuai dengan tingkat kemampuan anak, dan disiapkan merupakan
kompetensi minimal.

B. BIDANG PENGEMBANGAN KOGNITIF

Bidang pengembangan kognitif pada Standar Pendidikan Anak Usia Dini dibagi menjadi
sejumlah kompetensi dasar bagi anak sesuai rentang usia.

Berikut contoh untuk kelompok 4-5 tahun Berikut dijabarkan Tingkat Pencapaian
Perkembangan, Capaian Perkembangan, dan Indikator pada masing-masing kelompok usia.

Kelompok Usia 4-5 Tahun

a. Konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola

1) Tingkat capaian perkembangan

Mengklasifikasi benda berdasarkan bentuk, warna dan ukuran

2) Pencapaian

Mengklasifikasi benda berdasarkan bentuk, warna dan ukuran

3) Indikator

Dapat mengenali benda sekitarnya menurut bentuk, jenis dan ukuran.

Misalnya Indikatornya: mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri-ciri tertentu.
Misal menurut warna, bentuk, ukuran, jenis, dan lain-lain.

b. Pengetahuan Umum dan Sains

1) Tingkat capaian perkembangan

Mengenal gejala sebab akibat yang berkaitan dengan dirinya.

2) Capaian

Mengenal gejala sebab akibat yang berkaitan dengan dirinya.

3) Indikator

Dapat memahami konsep-konsep sains.


Indikatornya: mencoba dan menceritakan apa yang terjadi, jika: warna dicampur, biji ditanam,
balon ditiup lalu dilepas, dan lain-lain.

c. Konsep bilangan, lambang bilangan, dan huruf.

1) Tingkat Capaian Perkembangan

Mengenal lambang bilangan.

2) Pencapaian

Mengenal lambang bilangan.

3) Indikator

Dapat mengenal bilangan.

Indikator nya: membilang urutan bilangan dari 1 sampai 10, bilang dengan menunjuk benda atau
mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 5, menunjukkan urutan bilangan sampai
5 dengan benda-benda dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai