Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PTK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN


MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN
MEDIA BODEKA TANGAN PADA ANAK
KELOMPOK A DI TK DESA BIBRIK

OLEH:

ZUMROTHUL QORI’AH

NIM. 858750229

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJ SURABAYA
POKJAR KOTA MADIUN

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Daftar Isi

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahan
D. Tuhuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Definisi Operasional

Bab II KAJIAN PUSTAKA

Bab III PELAKSANAAN PERBAIKAN / METODE PENELITIAN


A. Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Kelompok Penenlitian
3. Tema Penelitian
4. Waktu Pelaksanaan
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
C. Tehnik Pengumpulan data
D. Prosedur Penelitian
E. Indikator Kinerja
F. Tehnik Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Taman Kanak-Kanak ialah sarana belajar dalam lembaga formal yang diperuntukkan bagi

anak pada usia dini. Menurut peraturan pemerintah Pasal 1 Nomor 27 Tahun 1990 mengatur

pendidikan pra sekolah ialah pendidikan membantu peserta didik tumbuh berkembang secara

jasmani rohani sebelum memasuki pendidikan dasar disamping pendidikan keluarga. Tugas

utama taman kanak-kanak ialah melatih anak beradaptasi kegiatan nyata disekolah dasar (2005:6)

Depdiknas memperkenalkan berbagai kemampuan, perilaku, keterampilan pengetahuan.

Undang-undang Pasal 14 Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 juga

memberikan penjelasan mengenai hal ini, dimana dimaknai sebagai kegiatan penyuluhan yang

diperuntukan bagi anak usia nol hingga enam tahun, yang diharapkan dapat berperan bagi

pengembangan fisik dan karakter, sehingga anak mampu menerima pendidikan pada berbagai

jenjang berkelanjutan dikemudian hari (Depdiknas, 2010:1).

Kemampuan berbicara anak sangat penting, cara anak berkomunikasi dengan teman atau

orang sekitar. Ketika anak memiliki hubungan dengan orang lain, percakapan ialah media utama

yang akan mereka pilih delam upaya mengungkapkan pikiran, ide atau emosi yang dimilikinya.

Sehingga seiring dengan masa pengembangan kemampuan otak mereka dalam berfikir,

menjadikan 2 bahasa sebagai alat komunikasi utama untuk mengimplementasiakan berbagai

kebutuhan dan emosi yang dirasakan oleh anak.

Pengembangan keterampilan lisan terdiri dari empat bagian yaitu pemahaman, kosa kata,

urutan kata dalam pola kalimat Dahlan Daroah, (2013:3).Dimana keempat perkembangan ini
saling terkait dan mempengaruhi membentuk satu kesatuan dalam pengembangan skill

komunikasi lisan pada anak. Keempatnya perlu dilatihkan sejak anak pada usia dini sehingga

anak memiliki kemampuan dasar perkembangan mendengar, berkomunikasi, memiliki kosa kata,

mengidentifikasi simbol-simbol sebagai implementasi yang mewakili diri mereka.

Menurut Wothman (Dahlan Daroah, 2013: 3), persiapan anak berinteraksi dengan orang

dewasa dapat dimaknai sebagai kesiapan mereka dalam berinteraksi mengikuti kaidah yang

diterapkan dalam suatu lingkungan orang dewasa. Dalam hal ini meliputi hubungan konsep

dalam interaksi, Oleh sebab itu tidak keliru jika dikatakan bahwa pengembangan skill berbicara

anak usia dini mempengaruhi sejauh mana kemampuan komunikasi dan merangkai kata yang

akan dicapainya diusia matang, yang juga dipastikan mampu mengantarkan keberhasilan

berbicara dimasa depan.

Sejalan dengan hal tersebut, observasi awal oleh peneliti pada tanggal 19- 27 juli 2023 di

TK Desa Bibrik peneliti mengamati 9 hari dari jumlah siswa 14 anak TK Desa Bibrik,

menunjukkan kemampuan berbicara peserta didik masih kurang. Hal terbukti tahun ajaran 3

terakhir masih banyak anak kelompok A yang belum lancar berbicara. Pedoman bagi guru taman

kanak-kanak menetapkan kemajuan skill berbicara di taman kanak-kanak, prinsip-prinsip harus

dirumuskan memberikan anak-anak kesempatan terbaik dalam mengembangkan diri mereka

khususnya dalam usaha meningkatkan kemampuan berbicara, serta pemeliharaan ketertiban.

Spontanitas anak dapat ditekan dengan cara, membangun suasana hati baik, Suasana akrab antara

guru siswa, serta menggali dari lingkungan anak sesuai tingkat usia tingkat perkembangan anak,

sehingga seluruh aspek perkembangan anak terwujud sebaik-baiknya.

Permasalahan muncul ketika semua guru TK berbicara dengan baik, metode yang digunakan

terkadang terlalu monoton dan tidak membangkitkan pemahaman siswa terhadap isi cerita. .

Mengekspresikan emosi gagasan mampu mengembangkan kemampuan berbicara anak


berkembang secara optimal. Kegiatan merupakan salah satu kebutuhan pendidikan tinggi, ketika

anak masuk Sekolah Dasar (SD), anak kurang mampu mengungkapkan perasaan pikirannya saat

menjawab pertanyaan. Anak kurang memahami informasi yang telah disampaikan guru.

Kosakata anak masih sangat sedikit, sulit bagi anak mengurutkan huruf bahkan ada beberapa

huruf yang keliru ketika dibaca oleh anak dan mereka masih belum mengerti hurufnya.

Mengatasi permasalahan maka perlu dilakukan upaya dalam mendorong pengembangan

anak-anak melalui proses pembelajaran menarik bagi anak, sehingga anak mau terus aktif sampai

kemampuan berbicaranya baik seperti teman-teman lainnya.

Melihat permasalahan disebutkan diatas, peneliti melakukan refleksi bagaimana

mengatasinya. Sehingga didapatkan salah satu solusi iala melalui pengaplikasian media boneka

tangan sebagai upaya dalam membantu pengembangan skill berbicara anak Taman Kanak-kanak

di TK Desa Bibrik.

B. Identifikasi Masalah

1. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka

ditentukan permasalahan:

a. Kemampuan berbicara dan menjawab pertanyaan serta berbagi pengalaman

belum optimal.

b. Penggunaan metode serta media yang dipilih belum optimal dalam

mengembangkan kemampuan berbicara.

c. Mengembangan kemampuan berbicara tidak bisa hanya mengandalkan

kemampuan berbicara.
C. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang diangkat ialah bagaimana

meningkatan kemampuan metode bercerita melalui media boneka tangan anak-anak di

TK Desa Bibrik Kelompok A Tahun Ajaran 2022/2023.

Pemecahan masalah

Berdasarkan pemecahan masalah untuk mengatasi masalah kemampuan

bahasa lisan anak di TK Desa Bibrik, menggunakan media boneka tangan.”

untuk itu guru memerlukan cara pemecahan masalah untuk meningkatkan

kemampuan Bahasa lisan melalui metode bercerita yang menggunakan

bonekan tangan secara sederhana pada perserta didik kelompok A TK Desa

Bibrik Tahun Pelajaran 2022/2023.” Guru memerlukan metode pembelajaran

untuk menunjang metode yang biasa diterapkan agar peserta didik lebih

tertarik dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan kemampuan Bahasa

lisan.

Melalui metode bercerita sangatlah tepat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan Bahasa lisan anak karena peserta didik akan

lebih tertarik, terangsang dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Pada kegiatan

bercerita sederhana ini peserta didik dapat meningkatkan berbicaranya

dalam kehidupan sehari - hari.


D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk

meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak melalui metode bercerita

menggunakan media boneka tangan pada peserta didik kelompok A TK DESA

BIBRIK Tahun 2022/2023.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitiaan

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan deskripsi yang koheren/runtut untuk meningkatkan keterampilan berbicara

dengan boneka tangan.

b. menjadi pendoman bagi peneliti-peneliti kedepannya dalam mengembangkan metode

yang menunjang kemampuan berbicara pada anak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti Meningkatkan pemahaman dan pendalaman secara teoritis maupun praktis

terkait manfaat dan mekanis media boneka tangan dalam meningkatkan kemampuan lisan

anak.

b. Bagi guru

1) Masukan bahan media pembelajaran bagi guru meningkatkan kemampuan berbicara

anak.

2) Menambah wawasan guru, memberikan materi pelajaran lebih menarik lebih kreatif,

anak belajar secara aktif.

c. Bagi anak didik

Melalui penelitiaan, diharapkan anak didik lebih tertarik termotivasi belajar disekolah,

sehingga meningkatkan kemampuan berbicara anak-anak.


d. Bagi sekolah

Sebagai pertimbangan metode pembelajaran, tingkatkan kemampuan berbicara anak.

.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Menurut PAUD anak usia mengacu anak-anak berusia nol hingga delapan

tahun. Anak artinya menunjukkan anak dalam pengasuhan orang tuanya, anak

ditempat penitipan anak (TPA), kelompok bermain (play group) taman

kanakkanak (TK) ialah ruang lingkup definisi (Susanto, 2008).

Menurut Bacharuddin Musthafa (2007:35), anak usia dini adalah anak

yang berusia antara 1 sampai 5 tahun. Selain itu anak usia ialah sekelompok

orang sedang proses pertumbuhan perkembangan (Priyanto, 2014:42) Anak

usia dini juga dapat dimaknai sebagai anak berusia mulai dari nol sampai

lima tahun dalam masa keemasan. Lalu menurut Masganti Sit (2015:4) masa

ini disebut masa emas karena merupakan pusat perkembangan yang pesat dan

optimal dalam fase kehidupan manusia.

Dari pendapat para ahli diatas dapat benang merah mengenai anak usia dini

yang dapat dimaknai sebagai sekelompok anak yang bersifat unik dengan

rentang usia nol hingga delapan tahun yang masih dalam tahap tumbuh

kembang yang membutuhkan rangsangan baik melalui pengasuhan orangtua

ataupun melalui lembaga Pendidikan.

2. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia 0-8 tahun merupakkan individu mengalami proses tumbuh

kembang sangat pesat. Anak usia 4-6 tahun termasuk PAUD. Anak usia

memiliki ciri-ciri Susanto, (2017: 5):


a. Dari segi perkembangan fisik, anak sangat aktif berbagai kegiatan,

kondusif pengembangan otot kecil besar.

b. Perkembangan kognitif (kemampuan berpikir) sangat pesat, yang di

implementasikan melalui rasa ingin tahu yang luar biasa pada anak bagi

lingkungan.

c.Model permainan anak lebih personal, belum bersifat sosial. Bahkan

jika aktivitas game dilakukan bersama-sama.

B. Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

1. Pengertian Kemampuan Berbicara

Pidato diartikan proses pengucapan suara manusia. Lucile

Nicolosi percaya bahwa berbicara adalah sarana komunikasi lisan, ,

Ferliana adalah sarana untuk memahami perasaan orang lain dengan

bantuan simbul bahasa. Selain itu, E. Espir menyatakan berbicara

diperoleh melalui proses belajar, sehingga ada percakapan.

(Ferliana & Cht, 2015:

Tarigan (1993:15) mengatakan bahwa kemampuan berbicara

adalah kemampuan mengucapkan kata-kata,mengungkapkan

pikiran dan perasaan (Santoso 2009:37).

Menjelaskkan, menyampaikan informasi, bertukar

pengalaman deskripsi. Oleh itu, kemampuan berbicara merupakkan

media komunikasi mengunakan kata-kata, mengungkapkan

menyampaikan pikiran, pikiran perasaan.


2. Perkembangan Kemampuan Berbicara

Perkembangan keterampilan/kemampuan berbicara anak usia dibagi

menjadi dua tahap: pra-linguistik linguistik Ferliana & Cht, (2015: 13).

a. Tahap prelinguistik (0-10 bulan) Tahap prabahasa merupakkan masa

dimana bayi berkomunikasi mengunakan bahasa, ketika berusia satu

setengah tahun, anak mengunakan empat metode komunikasi prabahasa

yaitu mengoceh.

b. Tahap Lingustik (10-14 bulan) Tahap, anak mulai mengucapkan kata

pertama, meskipun terkadang belum lengkap. Sebelum usia sekolah 1-5

tahun, anak sudah bisa memahami sekitar 5 kata, tahun kedua, mereka

memahami 200-300 kata masih mendengar kata-kata berulang. Misalnya

mengapa, apa kapan mengunakan (Ferliana & Cht, 2015:19).

3. Faktor Mempengaruhi Kemampuan Berbicara

Kemampuan berbicara, termasuk berbicara tentu saja dipengaruhi oleh

banyak faktor. Beberapa faktor mempengaruhi kemampuan lisan anak

Susanto, (2017: 31) ialah:

1. Biologis Anak lahir di dunia bersama language acquisition device

(LAD) language acquisition tools, ialah koneksi biologis memudahkan

anak mendeteksi kategori bahasa tertentu, seperti font, sintaks, bahasa.

2. Intelektual Anak cerdas memiliki pengaruh besar terhadap

perkembangan kemampuan berbicara bahasa Indonesia. Misalnya, bayi

tingkat kecerdasannya belum berkembang masih sangat sederhana. Saat

bayi tumbuh berkembang, ia mulai memahami lingkungan, bahasa


dimulai dari tingkat sangat sederhana hingga bahasa kompleks.

3. lingkungan Lingkungan berperan besar perkembangan awal bahasa

anak ialah lingkungan sosial primer mempengaruhi perkembangan bahasa

anak, yaitu keluarga perkembangan keluarganya.

4. Aspek-aspek Pengembangan Kemampuan Berbicara

Suhartono (2005: 138) memberikan uaraian mengenai beberapa hal yang

dapat diupayakan oleh seorang guru dalam megupayakan kemajuan pada

kemampuan berbicara yaitu :

a. Bangkitkan ketertarikan untuk mengutarakan perasaan dalam bentuk

lisan. Merangsang minat anak berbicara memberi mereka keberanian

mengungkapkan pikiran mereka berdasarkan kegiatan sehari-hari.

b. Menggabungkan latihan suara bahasa latihan suara bahasa, biarkan

anak-anak mengenali suara bahasa Indonesia mengucapkan suara bahasa

digunakan ditaman kanak-kanak.

c. Perkaya kosakata, kegiatan kosakata memungkinkan anak memiliki

kosakata cukup komunikasi sehari-hari.

d. Pengenalan kalimat sederhana Kegiatan sangat diperlukan

perkembangan berbicara. Kalimat dikenali dengan bercerita, kegiatan

menemukancerita kegiatan berbahasa,analisis kalimat,kalimat anak,

kalimat sederhana dan kalimat umum

. 5.Lingkup Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

Suhartono (2005: 161) memberikan penjelasan mengenai cakupan

kemampuan berbicara pada anak meliputi:


a. Srategi Peniruan Bunyi Bahasa Berbicara anak dimulai dengan

memperkenalkan pada bunyi bahasa, dimulai dari bunyi lisan, kemudian

memasuki bunyi sulit. Strategi dicapai meniru suara bahasa orang tua.

b. Strategi Pengenalan Kata Langkah kedua ialah guru diharapkan

menyiapkan media pembelajaran, kemudian dilakukan aktivitas

pengenalan kata, selanjutnya guru memeriksa bahasa anak, ingatan anak-

anak, seperti guru menyiapkan kata-kata yang diperkenalkan sebelumnya.

c. Strategi Pengenalan Kalimat Kalimat ialah unit kumpulan kecil berisi

pikiran lengkap, Kelengkapan kalimat mengandung dua konsep

6. Indikator Kemampuan Berbicara Anak

a. Memahami bahasa reseptif (menyimak membaca)

1) Usia 12 - <8 bulan = mulai menujukkan buku cerita.

2) Usia 18-2 tahun = menjawab bertanya sederhana.

3) Usia 2-3 tahun = melakukan perintah sederhana.

4) Usia 3-4 tahun = membedakan perintah, pertanyaan, ajakan.

5) Usia 4-5 tahun = merespon percakapan orang lain.

b. Menujukkan kemampuan berbahasa reseptif (menyimak membaca)

1) Usia 12 - <18 bulan = mengungkapkan kata didengar.

2) Usia 18-2 tahun = menyukai dibacakan buku sama berulang-

ulang.
3) Usia 2-3 tahun = membuka halaman buku.

4) Usia 3-4 tahun = menujukkan perilaku seperti sedang membaca buku.

5) Usia 4 - 5 = menceritakan gambar ada buku.

c. Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara verbal

dan non verbal)

1) Usia 12 - <18 bulan = merespon pertanyaan diajukan.

2) Usia 18-2 tahun = mengungapkan dua kata lebih menujukkan

suatu benda.

3) Usia 2-3 tahun = mengungkapkan satu kata lebih menujukkan

benda tindakan tertentu nada sesusai tujuan (misalnya nada

tanya, memberi tahu).

4) Usia 3-4 tahun = mengungkapkan kalimat sederhana sesuai tujuan

nada sesuai (misalnya bertanya memberikan pendapat)

mengunakan tiga kata.

5) Usia 4-5 tahun = berbicara sesuai kebutuhan (kapan harus

bertanya, berpendapat).

C. Metode Bercerita Menggunakan Media Boneka Tangan

1.Metode Bercerita

a. Pengertian Metode Bercerita


Moeslichaten (2004: 147) pada teknik bercerita merupakan salah satu

cara untuk menawarkan pengalaman belajar Taman Knak-kanak melalui

cerita lisan anak. Metode bercerita menjadi urgen, karena mendengarkan

cerita merupakkan hal yang menggembirakan bagi anak. Anak-anak bisa

belajar lebih semangat ada cerita. Kemudian menurut Musfiroh (2017)

metode bercerita merupakan upaya dalam menyajikan penjelasan dan narasi

kepada anak. Menurut Novan Ardy Wijayanti, Barnawi (2011), Metode

bercerita adalah proses penyampian informasi kepada siswa melalui cerita

atau penjelasan lisan oleh guru. Kemudian menurut Bactiar Bachri (2005)

metode bercerita merupakan usaha dalam meningkatkan kemampuan

berbahasa anak melalui indra pendengar yang selanjutnya di

implementasikan dalam bentuk lisan sehingga melatih kemampuan anak

dalam menyampaikan ide dalam forum percakapan.

Secara definisi, metode bercerita dimasukkan sebagai bentuk

pengalaman belajar bagi anak TK, cara mendengarkan cerita diatas,

mengkreasikan Kembali bentuk tersebut, kemudian menceritakan kembali

cerita tersebut kepada anak.

b. Teknik Bercerita

Moeslichaten (2004:157) menjelaskkan mengenai ragam teknik

bercerita antara lain:

1) Membaca langsung dari buku,. Jika guru memiliki buku bagus

dibacakan ke anak-anak.
2) Gunakan gambar-gambar buku cerita jika cerita disampaikan

keanak terlalu panjang terlalu detail, Anda menambahkan gambar-

gambar dari buku yang menarik perhatian anak, sehingga teknik ini

dapat berdampak optimum.

3) Menceritakan cerita ialah bentuk seni tertua, bercerita ialah cara

mewariskan budaya dari generasi kegenerasi. Cerita digunakan

menyampaikan pesan kebajikan anak.

c. Manfaat Metode Bercerita

Metode bercerita mampu menunjukkan potensi dan pengaruh penting

dalam mencapai target-target pendidikan taman kanak-kanak. Salah

satunya mampu mengasah kemampuan mendengarkandan memahami

suatu kalimat yang diterima dalam bentuk suara atau lisan. Mengunakan

bercerita memberikan pengalaman belajar memungkinkan anak-anak

mengembangkan kemampuan kognitif, emosional, psikomotor setiap anak.

Tim Pena (Scholar 2013: 17-18) memanfaat bercerita antaralain

meningkatkan kemampuan lisan anak, melatih kemampuan bahasa anak,

mendengarkan struktur kalimat, meningkatkan minat membaca,

mengembangkan kemampuan berpikir, meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah, merangsang imajinasi, kreativitas, pengembangan

emosi, pengenalan nilai-nilai moral, pengenalan ide-ide baru, pengalaman

budaya lain relaksasi. Rancangan Kegiatan Bercerita Agar acara

menceritakan kisah cara terbaik, acara perlu dirancang cermat.


1) Rancangan persiapan kegiatan bercerita

Berikut gambaran bagaimana guru merencanakan aktivias bercerita

menurut Moeslichatoen (yunita 2014:29):

a) Menetapkan tujuan tema dipilih

Tujuan utama penggunaan tata bahasa lisan ialah memberikan

pengalaman belajar melalui cerita yang disampaikan, sehingga tercapai

tujuan pengajaran. Ada dua tujuan yaitu, memberikan informasi, Tema

harus memiliki hubungan erat anak dirumah, sekolah, tema yang dapat

mencuri perhatian perhatian anak, menggali respon anak, dan merangsang

kerentanan partisipasi.

Setelah menentukan tema, guru harus mengkaji secara mandiri isi

cerita yang diceritakan. Isi cerita bukan tentang menghafal kalimat-

kalimat bisa diucapkan, tetapi tentang menguasai isi cerita yang

diceritakan oleh guru. Melainkan guru diharapkan mampu dalam

memvisualisasikan keseluruhan cerita. Visualisasi mencakup lingkungan,

pakaian ciri-ciri fisik masing- masing karakter cerita.

Setelah menentukan tujuan tema, guru harus memilih bentuk cerita

langkah selanjutnya, meliputi penggunaan boneka tangan.

b) Menentukan gambaran mengenai alat penunjang yang mampu

mendukung kegiatan bercerita

Sesuai format ceramah dipilih oleh guru, selanjutnya guru

mempersiapkan alat yang akan digunakan. Dalam hal ini media yang

dapat dipilih ialah boneka tangan. Menetapkan rancangan langkah-

langkah kegiatan bercerita


Menurut Yunita (2014:31)Langkah-langkah yang harus diikuti dalam

bercerita adalah:

a. Menginformasikan tujuan tema keanak kegiatan bercerita.

b. Anak harus duduk dilantai karpet dikursi.

c. Di awal kegiatan, guru menggali pengalaman anak terkait cerita.

d. Mengatur cerita dituturkan guru.

e. Guru menentukan rancangan cara berbicara merangsang perasaan anak.

f. Rangkuman bercerita

g. Kegiatan bercerita

h. Sesuai tujuan tema dipilih, anda menggunakan kemampuan bertanya

merancang kegiatan bercerita diakhir kegiatan, menceritakan petunjuk

besar tanggapan terhadap cerita anak-anak.

Dari penjelasan diatas dikatakan rencana kegiatan meliputi rencana

rancangan, rencana pelaksanaan kegiatan, rencana kegiatan bercerita.

2.Media Boneka Tangan

a.Pengertian Media Boneka Tangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media ialah alat komunikasi.

Media diambil dari bahasa latin yang bermakna perantara terhadap sesuatu

pesan yang ingin disampaikan. Boneka ialah model manusia model mirip

manusia atau hewan. Boneka adalah alat peraga untuk anak usia 4-5 tahun.

Gunarti (2010: 5-20) adalah boneka yang lebih besar dari Sulianto dkk

(2014: 95). Oleh karena itu boneka tangan pada unumnya adalah boneka

berbentuk binantang atau manusia yang berukuranlebih besar dari boneka

dan dimainkan dengan cara di taruh di jari.


b.Jenis-Jenis Boneka

Berbagai jenis boneka tangan yang dapat dipilih sebagai alat peraga

cara meliputi :

1. Boneka mengandalkan kemampuan menyinkronkan gerakan gagang pintu

tangan kiri kanan. Satu tangan menangani tiga tindakan sekaligus, seorang

guru adegan memainkan dua peran sekaligus.

2. Memanggil boneka tangan benang-benak menggerakkan bahan-bahan

terlihat yang terlihat seperti boneka tangan. Sepintas terlihat sederhana,

tetapi sebenarnya sulit,terlalu banyak perangkat hanya di produksi.dll

3. Boneka tangan yang ditopang dengan keluesan ibu jari-jari telunjuk tulang

tangan.

3. Langkah Pelaksanaan Kegiatan Meningkatan Kemampuan Berbicara

Metode Bercerita Melalui Media Boneka Tangan

Ika Yunita (2014: 38) Menjelaskan tahapan mendonge dengan boneka

tangan:

a.Guru mempersiapkan tangannya sesuai karakter . Misalnya guru bercerita

kemudian guru memakai media boneka tangan.

b.Gunakan metode bercerita menjelaskkan ke anak, lalu cara mengunakan

cara bergerak sambil berbicara.

c.Kemudian guru mengilhami anak-anak untuk mencoba mengajak anak-

anak yang paling berani untuk mencoba boneka tangan untuk

menginspirasi teman-teman lainnya.

d.Guru mulai bercerita menggunakan boneka tangan sebagai media.

e.Guru mengajukan pertanyaan mengenai inti sari dari cerita yang baru saja
dituturkan.
f. Guru meminta anak-anak untuk mengulang cerita yang mereka dengar.

g. Guru memilih dua atau tiga anak untuk maju menceritakan kisah yang

baru saja mereka menceritakan di depan kelas.

h. Setelah itu, guru memberikan kesempatan keanak mengunakan boneka

tangan berdasarkan imajinasi pengalaman pribadinya. Gurunya

membimbing, jika perlu guru agar anda memandu cerita.

B. Kerangka Berpikir

Kehidupan sehari-hari, manusia hidup tanpa bahasa. Bahasa ialah sarana berkomunikasi

orang lain membangun hubungan. Komunikasi ialah pertukaran ide emosi berbagai bahasa,

termasuk bahasa lisan tulisan. Salah satu cara komunikasi ialah percakapan. Menumbuhkan

kemampuan lisan anak memerlukan metode tepat merangsang kemampuan lisan anak.

Salah satu metode digunakan ialah metode bercerita . Bercerita merupakkan metode

dengan cirikhas masing-masing anak. Melalui bercerita, anak belajar lebih aktif, dasarnya

anak suka mendengarkan cerita.

Bercerita mendorong anak-anak belajar bagaimana berbicara, menginspirasi mereka

menirunya, kegiatan menggunakan bercerita meningkatkan kemampuan lisan, hal cukup,

itu dibutuhkan media untuk membangkitkan perasaan tertarik dan mengarahkan anak untuk

lebih fokus pada isi cerita. Pemilihan media pastinya harus menyesuaikan karakteristik

anak yaitu anak usia empat hingga lima tahun masih tahap anak-anak dunia (tingkat)

konkret. Oleh itu, media digunakan tentu saja media hampir mendekati objek tertentu yaitu

boneka tangan. Boneka tangan dianggap sebagai media yang memeiliki kedekatan dengan

cerita. Ada berbagai macam boneka, termasuk boneka tangan.

Media semacam pertama kali digunakan oleh guru kemudian oleh anak-anak. Di

bandingkan boneka lainnya, boneka tangan lebih mudah digunakan oleh anakanak. Guru

mengunakan media memberitahu anak-anak. Anak-anak mendengarkan cerita guru,

dengan penuh minat dan mempersiapkan diri dengan pertanyaan yang diajukan setelah
cerita berakhir.Kemudian anak-anak diminta untuk menceritakan kembali cerita yang di

anak diminta mengunakan boneka tangan menceritakan kembali cerita dituturkan guru

dengan menggunakan boneka. Kemampuan anak menceritakan kembali cerita ialah ukurn

kemampuan lisan anak.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “pengaplikasian metode bercerita

melalui pemanfaatan media boneka tangan dalam pembelajaran mampu meningkat

kemampuan berbicara pada anak kelompok A TK Desa Bibrik.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ialah peserta didik Kelompok A TK Desa Bibrik

Tahun pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 14 peserta didik terdiri dari 4 anak

putra dan 10 anak putri yang memiliki rentang usia 4 sampai 5 tahun.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sebuah Taman Kanak-kanak di Desa

Bibrik Madiun,dan berdasarkan hasil pendahuluan di temukan bahwa

metode bercerita siswa kelompok B masih rendah pada tahun

2022/2023.Guru jarang mengenalkan kegiatan bercerita melalui metode

bercerita sederhana,strategi guru untuk mendorong rasa ingin tahu siswa

masih kurang dan kegiatan yang ditawarkanguru masih monotondan

kurang aktif,sehingga peneliti bermaksud melakukan hal tersebut dengan

melakukan penelitian Tindakan kelas.


Adapun beberapa pertimbangan lain yang digunakan dalam

melaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Di TK Desa Bibrik Madiun belum pernah dilakukan penelitian yang

berkaitan dengan Bahasa lisan anak melalui metode bercerita

menggunakan boneka tangan.

b. Kurang adanya pengembangan strategi pembelajaran yang menarik

bagi peserta didik sehingga pengetahuan tentang sains masih

tergolong rendah.

c. Setelah peneliti melaksanakan penelitian, ditemukan karakteristik

yang sesuai dengan permasalahan sehingga menarik untuk menjadikan

penelitian.

d. Kondisi sekolah dianggap mempunyai data cukup untuk tempat

penelitian.

Ditinjau dari segi geografis, tempat penelitian berada di Kabupaten

Madiun. Lokasi sekolah yang berada di tengah kabupaten madiun

mendukung proses belajar mengajar. Tempatnya sangat strategis dan

mudah dijangkau dengan transportasi umum maupun kendaraan pribadi

sehingga memudahkan bagi peneliti untuk melakukan observasi dan

pengumpulan data.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelompok A TK Desa Bibrik , yaitu pada

bulan Mei sampai Agustus Tahun Pelajaran 2022/2023.


B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Suharsimi, (2010:235) mengemukakan penelitian tindakan kelas ialah pemeriksaan

terhadap kegiatan pembelajaran berupa tindakan diajukan teijadi bersama-sama dikelas.

Peneliti bermaksud memecahkan masalah bentuk kemampuan lisan. 14 anak di TK DESA

BIBRIK kelompok A mengucapkan kalimat sambil menjawab menceritakan pengalaman

belum dikembangkan secara optimal, media mengembangkan kemampuan lisan anak-anak

Terbatas memecahkan masalah, peneliti mengunakan boneka tangan bercerita.

Penelitiaan dilakukan secara kooperatif partisipatif, peneliti bekeijasama guru

proses. Guru ialah pelaksana, peneliti ialah pengamat mengamati anakanak. Peneliti secara

langsung berpartisipasi merencanakan penelitiaan, mengamati, mencatat mengumpulkan

data, menganalisis data melaporkan hasil penelitiaan .

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitiaan kegiatan kelas ialah notulensi mengenai segala

sesuatu yang berlangsung selama kegiatan lapangan berlangsung.

1. Observasi

Observasi ialah pengumpulan informasi guna menganalisis secara mendalam pengaruh

suatu perlakuan terhadapat suatu tujuan yang telah ditetapkan. Jika peneliti

mengunakan metode observasi mengumpulkan data penelitiaan berupa perilaku,

aktivitas, tindakan dilakukan subjek saat, metode observasi lebih baik (Dimyati,

2013:92).

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa masa lalu, Sugiyono, (2011: 245). Dokumen

bisa berupa teks, gambar, kenang-kenangan 26 seseorang, penelitian, ketika guruanak


mengunakan metode bercerita media boneka tangan kegiatan pembelajaran

meningkatkan kemapuan lisannya, file digunakan berupa foto.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian mengunakan model penelitian Kemmis Taggart dimodifikasi oleh Wijaya

Kusuma Dedi Dwitagama (Kusuma Dwitagama, 2010:20).

Rancangan

Rancangan Tindakan Siklus 1 Observasi

Refleksi

Rancangan

Refleksi Siklus 2 Observasi

ambar 3. 1 Prosedur Penelitian Perlakuan Kelas Kemmis Me Taggart

Proses penelitian Kemmis Me Taggart memiliki empat empat tahapan pada satu putaran tertutup.

Walaupun terlihat tidak sama, bagian dua dan tiga dieksekusi secara bersamaan. Empat tahapan

yang dimaksud mencakup perencanaan, pelaksanaan, observasi refleksi. Modifikasi terletak Pra-

aksi. Pra Tindakan adalah Tindakan yang dilakukan sebelum Siklus 1. kegiatan, peneliti

mengamati kondisi kelas, ialah penjelasan dari keempat rangkaian kegiatan penelitiaan tindakan

kelas:

1) Plan, yaitu menyiapkan rencana tindakan dilakukan, tahap perencanaan awal, mengamati

kondisi sekolah kegiatan pembelajaran. Melalui observasi menterhadap rencana kegiatan, hasil

observasi digelitan dari observasi digelitan Hasil observasi digelitan merupakkan upaya
meningkatkan kemampuan lisan anak-anak di TK Desa Bibrik Kelompok A, termasuk

penyusunan RKH penggunaan media.

2) Action, merupakan rangkaian tehapan yang dirancang untuk dilakukan setiap harinya oleh

seorang guru.

3) Peneliti mengamati mencatat segala hal-hal yang bersifat urgen dalam masa berlangsungnya

kegiatan.

4) Refleksi ialah penelaahan secara keseluruhan tanpa terkecuali, meliputi semua aktivitas yang

dilandaskan pada informasi yang dikumpulkan selama kegiatan berlangsung, sebelum kemudian

dilakukan penilaian perbaikan tindakan selanjutnya.

E. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan penelitiaan ialah perubahan lisan siswa saat menjawab

pertanyaan menceritakan kembali cerita guru, mengaplikasikan teknik mendongeng

dengan peraga berupa boneka tangan. Indikator berupa anak dapat mengemukakan

pendapat secara lisan, menghitung persentase persetujuan, menggunakan rumus yang

dijelaskan oleh Ika Yunita, (2014 : 41)

Persentase = x 100%

Keterangan :

p : Presentase yang diinginkan

X : Nilai yang diperoleh

Xi : Nilai maksimum keseluruhan

barometer kecocokan Suharsimi Arikunto, (2002: 18).

Table 3. 2 Persentasi Kesesuaian

Pencapaian Kriteria

81-100% Amat Baik

61-80% Baik
41-60% Cukup

21-40% Kurang

<20 Sangat Kurang

(Sumber : Ika Yunita,2014:38)

F. Tehnik Analisis Data

Penelitian mengunakan analisis kualitatif kuantitatif analisis data. Data

dianalisis berupa data tableobservasi saat terjadi aktivitas bertutur mengunakan

metode mendongeng media boneka tangan. Data diperoleh dianalisis

mengunakan statistik deskriptif, merupakan statistik yang dimanfaatkan guna

melakukan analisa terhadap data cara melalui penggambaran yang sesuai dengan

kanyataan.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan Daroah, (2013:3).

Anda mungkin juga menyukai