Anda di halaman 1dari 7

Tugas Individu Resume

Konsep Matematika dan Sains Anak Usia Dini

(Astri Purwanti/ 23330001)

Matkul: Matematika dan Sains Jadwal

Dosen: Dr. Yaswinda, M.Pd

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Padang (UNP)

(astripurwanti@yahoo.com/ astripurwanti91@admin.paud.belajar.id)

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya


diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu
mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,
science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir
sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan
asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat
dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi
matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan
idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148).
Matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan
urutan yang logis. Menemukan dan mengungkapkan keteraturan atau urutan ini dan
kemudian memberi arti merupakan makna dari mengerjakan matematika.
Menurut Johnson dan Myklebust (1967: 244), matematika adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan
berpikir. Sejalan dengan pendapat tersebut Morris Kline mengemukakan bahwa
matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping
pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematikan memberikan bahasa,
proses, dan teori, yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan.
Dilihat dari segi bahasa Suriasumantri menyatakan bahwa, matematika adalah
bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan. Paparan tersebut menunjukkan bahwa matematika berkenaan dengan
struktur dan hubungan berdasarkan konsep abstrak, sehingga dibutuhkan simbol
untuk dapat mengoperasionalkan aturan dari struktur dan hubungan tersebut dengan
operasi yang telah diterapkan sebelumnya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna, serta memiliki
pola keteraturan dan urutan logis. Menekankan pada kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), memiliki fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan serta fungsi teoretis untuk memudahkan berpikir.
Liebeck mengemukakan ada dua macam hasil belajar matematika yang harus
dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis (mathematics calculation) dan penalaran
matematis (mathematics reasoning). Berdasarkan hasil belajar matematika semacam
itu maka Lerner mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika
hendaknya mencakup tiga elemen:
a. Konsep
b. Keterampilan
c. Pemecahan masalah.
Matematika berupaya menjadikan siswa sebagai pengguna kreatif matematika
dalam situasi kehidupan dan tempat keja tetapi juga mencakup kemampuan untuk
mengingat kembali hasil penjumlahan dan produk perkalian dengan cepat.
Djojosuroto mengemukakan beberapa fungsi matematika, yaitu sebagai
berikut:
a. Matematika sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
dari serangkaian pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat artificial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-
rumus yang mati. Dalam hal ini dapat dikatan bahwa matematika adalah bahasa
yang menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
b. Matematika sebagai sarana berpikir deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh
karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak disadari atas
pengalaman seperti halnya yang terdapat di dalam ilmu-ilmu empirik, melainkan
didasarkan deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran).
c. Matematika untuk ilmu alam dan ilmu sosial
Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual.
Fungsi matematika sangat penting dalam perkembangan berbagai macam ilmu
pengetahuan. Penghitungan matematis misalnya menjadi dasar desain ilmu teknik,
metode matematis memberika inspirasi kepada pemikiran di bidang social dan
ekonomi bahkan pemikiran matematis dapat memberikan warna pada kegiatan
arsitektur dan seni lukis. Kontribusi matematika dalam ilmu alam, lebih ditandai
dengan penggunaan lambing-lambang bilangan untuk penghitungan dan
pengukuran, disamping hal lain seperti bahasa, metode dan lainnya.

3. Matematika pada anak usia dini


Dalam proses pembelajaran matematika pada anak usia dini pengembangan
konsep pengetahuan matematika terdiri dari mengenal konsep bilangan, pola dan
hubungan, geometri, pengukuran, dan pengumpulan data.
Konsep bilangan adalah suatu hal yang dasar dalam pengembangan
pengetahuan matematika, dalam kegiatan sehari-hari anak sering sekali melafalkan
bilangan hal ini adalah langkah awal dalam mengenal konsep bilangan. Dalam proses
mengenal konsep bilangan, anak akan mulai mempelajari bagian dari konsep bilangan
selanjutnya yaitu menghitung, korenpondensi satu-satu, membandingkan, mengenal
simbol angka. Pemahaman bilangan membantu anak untuk mempertimbangkan jumlah
dan pengukuran serta pemahan bahwa bilangan akhir pada saat ia menghitung benda
dinamakan jumlah yang terdapat dalam suatu kelompok.
Pola adalah mengulang desain sesuatu (warna, balok, crayon, buku) atau suatu
kelompok benda. Pola dapat kita temui dimanapun di lingkungan sekitar. Selanjutnya
saat lebih dari dua benda disamakan, proses ini dinamakan mengurutkan atau
menyusun. Seorang guru dapat memperkenalkannya dengan manik-manik kemudian
menyusun sesuai warna merah-biru, biru-merah, dan anak dapat mengikutinya. Setelah
pengenalan pola sederhana kemudian anak dapat menyalin pola yang ia lihat.
Pemahaman ruang merupakan bagian dari geometri yaitu kepekaan terhadap
lingkungan sekitar. Pemahaman ruang meliputi: menjelaskan arah (kiri, kanan), posisi
(depan, belakang, atas, bawah), menggambar dan menjelaskan posisi dan ruang.
Aktivitas pengukuran membantu anak untuk mengembangkan kemampuan
anak dalam membuat perbandingan dan mengidentifikasi urutan. Kemampuan ini
berkaitan dengan objek konkret baik dan untuk konsep-konsep seperti waktu yang
sangat abstrak bagi anak. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru dapat
menggunakan penggaris, jengkal tangan, buku dan benda-benda konkret lainnya untuk
melakukan pengukuran.
Anak memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan mengatur informasi
untuk tujuan mereka sendiri. Anak-anak mulai menyortir, mengklasifikasi dan
membandingkan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka, mereka mulai
mencari cara untuk mengatur informasi atau data dalam rangka untuk
menggunakannya dengan cara yang bermakna. Anak-anak menggunakan pengalaman
untuk mengumpulkan dan mengelola informasi, mereka juga mulai mengeksplorasi
cara-cara untuk mewakili dan menafsirkan.
Sepuluh standar Nasional Council Theachers of Mathematics (NCTM)
mengidentifikasi pemahaman dan kompetensi matematika sebagai bilangan dan
operasinya, aljabar, geometri, pengukuran, analisis data dan probabilitas, penyelesaian
masalah, penalaran dan bukti, komunikasi, koneksi dan representasi. Di tingkat pra-
TK hingga kelas 2 semua siswa harus:
a. Mengurutkan, mengklasifikasi, dan menata benda berdasarkan ukuran,
angka dan property lain;
b. Mengenali, mendeskripsikan, dan memperluas pola seperti urutan bunyi
dan bentuk atau pola numerik sederhana dan menerjemahkan dari satu
representasi ke representasi lain;
c. Menganalisis cara menghasilkan pola pengulangan dan pertumbuhan.
Kemampuan membilang dan mengenal lambang bilangan merupakan dasar
untuk mengoperasikan bilangan nyata yang sederhana. Kemampuan mengoperasikan
bilangan pada anak akan terwujud ketika anak sudah memahami betul angka dan
bilangan dimulai dari lingkungan terdekatnya, sejalan dengan perkembangan
kemampuannya dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai penjumlahan dan
pengurangan.
Operasi bilangan termasuk dalam hubungan matematis, setelah anak mampu
berhitung, anak akan menyampaikannya secara matematis. Hubungan matematis
menghubungkan konsep dan prosedur, matematika dengan kehidupan sehari-hari.
Untuk meningkatkan kemampuan penguasaan operasi penjumlahan dan pengurangan
pada anak, diperlukan pembelajaran yang melibatkan anak secara aktif untuk
berinteraksi dalam proses pembelajarannya.
Tujuan pengenalan matematika pada anak usia dini adalah agar anak
mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung/ matematika, sehingga pada saatnya
nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang
pendidikan selanjutnya yang lebih komplek.
Secara khusus tujuannya adalah:
a. agar anak dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui
pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-
angaka yang terdapat di sekitar anak;
b. dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat
yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung;
c. memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi;
d. memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan
kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi di sekitarnya;
e. memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara
spontan.
Cockroft mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa
karena:
a. selalu digunakan dalam segala segi kehidupan;
b. semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai;
c. merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas;
d. dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara;
meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran
keruangan; dan
e. memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
manantang.
Dari beberapa uraian di atas, matematika untuk anak usia dini adalah
kemampuan/ keterampilan anak dalam mengaplikasikan konsep-konsep
matematika yakni: mengenal konsep bilangan, pola dan hubungan, geometri,
pengukuran, dan pengumpulan data, serta bentuk untuk memecahkan suatu
masalah yang diwujudkan dalam pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing.
Hal. 142-150

Dini, J. P. A. U. (2019). Peningkatan kemampuan konsep matematika awal anak usia 4-5 tahun
melalui media papan semat. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 396-
403.

Safira, A. R., & Ifadah, A. S. (2020). Pembelajaran sains dan matematika anak usia dini.
Caremedia Communication.

Lubis, N. A., & Umar, A. (2022). Pengenalan konsep matematika pada anak usia dini. Seulanga:
Jurnal Pendidikan Anak, 3(1), 53-61.

Siswono, T. Y. E. (2012, February). Belajar dan mengajar matematika anak usia dini. In Seminar
Pendidikan Anak Usia Dini (Vol. 18, pp. 1-9).

Sufa, F. F., & Widyahening, C. E. T. (2023). Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir


Matematika dalam Perkembangan Kognitif anak usia dini. Jurnal Obsesi: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 7(3), 3819-3830.

Anda mungkin juga menyukai