Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

“Hakekat Matematika, Karakteristik Peserta Didik,


Belajar Aktif, dan Strategi Pembelajaran Matematika”

Disusun oleh :

1. DINA ISLAMI KASMAR ( 17205010 )


2. WAHYU HANDAYANI ( 17205045 )
3. WINDA NUR MENTARI ( 17205076 )

Dosen Pengampu :

Dr. Edwin Musdi, M.Pd

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang relatif
tetap sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan pembelajaran merupakan
upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar
tumbuh dan berkembang secara maksimal. Dengan demikian proses belajar
bersifat internal dan unik dalam individu siswa, sedang proses pembelajaran
bersifat eksternal yang sengaja direncanakan.
Peristiwa belajar disertai dengan proses penbelajaran akan lebih terarah
dan sistematik daripada yang belajar hanya semata-mata dari pengalaman
dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran
ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja
diciptakan. Pola interaksi antara siswa dan guru pada hakikatnya merupakan
hubungan antara dua pihak yang setara, yaitu interaksi antara dua manusia
yang tengah mendewasakan diri meskipun yang satu telah ada pada tahap
yanag sudah maju dalam aspek akal, moral, maupun emosional.
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh dalam sistem
pembelajaran yang berupa pedoman umum dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan umum pembelajaran. Selain itu, agar proses pembelajaran
berjalan secara efektif dan efisien guru harus memiliki pemahaman utuh dan
tepat terhadap konsepsi belajar dan mengajar.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa hakikat matematika?
2. Bagaimana karakteristik peserta didik?
3. Bagaimana proses belajar aktif?
4. Bagaimanakah strategi pembelajaran matematika?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui hakikat matematika.
2. Mengetahui karakteristik peserta didik.
3. Mengetahui tentang belajar aktif.
4. Mengetahui tentang strategi pembelajaran matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Matematika
1. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Namun jika ditanya apa itu
matematika? tidak dapat dijawab/didefinisikan dengan mudah karena
mengingat banyaknya peranan maematika dalam bidang ilmu pengetahuan.
Sampai saat ini belum ada kepastian pengertian dari matematika karena
pengetahuan dan pandangan para ahli berbeda-beda atau bersifat tentatif.
Menurut Abraham S Lunchins (dalam Suherman ddk, 2001:17) jika
ditanya “Apa itu matematika? dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung
pada bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang
menjawab dan apa saja yang dipadang termasuk matematika. Jadi tidak salah
jika ada yang mengatakan matematika itu bahasa simbol, matematika itu
bahasa numerik, matematika adalah motode berfikir logis, matematika
adalah sarana berfikir, matematika adalah logika pada masa dewasa,
matematika adalah ratu ilmu pengetahuan, matematika adalah ilmu tentang
bilangan dan ruang, matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan
pola, bentuk dan struktur, matematika adalah aktivitas manusia, dan masih
banyak lagi jawaban tentang matematika itu.
Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematica, yang
mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti ”relating
to learning”. Mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan
atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan
kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathenein yang artinya belajar
(berpikir) (Erman Suherman, 2001: 18). Berdasarkan etimologis (Elea
Tinggih dalam Erman Suherman) matematika berarti ilmu pengetahuan yang
didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan

3
dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan
hasil eksperimen atau hasil observasi.
Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran (Russeffendi ET dalam
Erman Suherman). Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam
dunianya secara empiris, kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia
rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur
kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika. Agar
konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang
lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan notasi/simbol
matematika dan istilahyang cermat yang disepakati bersama secara global
(universal) yang dikenal dengan bahasa matematika (Erman Suherman,
2001: 18).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Abdul Halim
Fathani, matematika didefinisikan sebagai tentang bilangan, hubungan antara
bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah mengenai bilangan.
Beberapa definisi para ahli mengenai matematika antara lain (Erman
Suherman, 2001:16-17) :
a. James dan James (1976)
Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan,
besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya.
Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan
geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika
terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan
analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
b. Johnson dan Rising
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan
istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya

4
dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide
daripada mengenai bunyi.
c. Reys - dkk (1984)
Matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan
atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
d. Kline (1973)
Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna
karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk
membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan
sosial, ekonomi, dan alam.

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh


karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Masih
banyak lagi definisi-definisi tentang matematika, tetapi tidak satupun
perumusan yang dapat diterima umum, atau sekurang-kurangnya dapat
diterima dari berbagai sudut pandang. Matematika itu sendiri bisa memasuki
seluruh segi kehidupan manusia, dari paling sederhana sampai kepada yang
paling kompleks.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan matematika adalah
Ilmu pengetahuan tentang logika, pola dan konsep terstruktur yang saling
berhubungan untuk mendefinisikan kebenaran secara cermat, jelas, dan
akurat.
2. Matematika sebagai Ilmu Deduktif
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Artinya proses pengerjaan
(mencari kebenaran) dalam matematika harus bersifat deduktif. Berbeda
dengan ilmu pengetahuan alam apalagi dengan ilmu pengetahuan umum
yang menggunakan metode induktif atau eksperimen. Namun dalam
matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi
selanjutnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa
dibuktikan secara deduktif.
Contoh 1: Jumlah dua buah bilangan ganjil adalah bilangan genap

5
+ 1 -3 5 7
1 2 -2 6 8
-3 -2 -6 2 4
5 6 2 10 12
7 8 4 12 14

Dari tabel di atas, jelas bahwa setiap dua bilangan ganjil jika
dijumlahkan hasilnya selalu genap. Dalam matematika tidak dibenarkan
membuat generalisasi atau membuktikan dengan cara demikian. Walaupuan
mengambil beberapa contoh yang lebih banyak lagi, tetap tidak boleh
sebelum membuktikanya secara deduktif.

Pembuktian Generalisasi yang dibenarkan dalam matematika (deduktif).

Andaikan a dan b sebarang dua bilangan bulat, maka 2a + 1 dan 2b + 1


tentunya masing-masing merupakan bilangan ganjil. Jika dijumlahkan:

(2a + 1) + (2b + 1) = 2(a + b + 1)

Karena a dan b bilangan bulat, maka (a + b + 1) bilangan bulat, sehingga 2(a


+ b + 1) adalah bilangan genap.

Jadi bilangan ganjil + bilangan ganjil = bilangan genap (generalisasi)

Contoh 2:

Jumlah ketiga sudut dalam sebuah segitiga sama dengan 180°.


Misalnya siswa mengukur ketiga sudut sebuah segititga dengan busur derajat
dan menjumlahkan ketiga sudut tersebut, ternyata hasilnya sama dengan
180° . Walaupun proses pengukuran dan penjumlahan ketiga sudut ini
diberlakukan kepada segitiga-segitiga yang lain dan hasilnya selalu sama
dengan 180° , tetap kita tidak dapat menyimpulkan bahwa jumlah ketiga
sudut dalam sebuah segitiga sama dengan 180° , sebelum membuktikan
secara deduktif.

6
Pembuktian secara deduktif sebagai berikut :

Garis a // garis b, dipotong oleh garis c dan garis d, maka terbentuk


 1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5.
 1 +  2 +  3 = 180° (membentuk sudut lurus)
1 = 4 (sudut-sudut bersebrangan dalam)
3 = 5 (sudut-sudut bersebrangan dalam)
Maka :  1 +  2 +  3 =  4 +  2 +  5 = 180°
Karena  4 +  2 +  5 merupakan Jumlah dari ketiga buah sudut pada
sebuah segitiga, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah ketiga sudut
dalam sebuah segitiga sama dengan 180°.
Kesimpulan yang didapat dengan cara deduktif ini barulah dapat dikatakan
dalil atau generalisasi.
Dalil-dalil dan rumus matematika itu ditentukan secara induktif
(eksperimen), tetapi begitu suatu dalil ditemukan maka generalisasi itu
harus dibuktikan kebenarannya secara deduktif.

3. Matematika sebagai ilmu Terstruktur


Matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang struktur
yang terorganisasikan. Hal ini karena matematika dimulai dari unsur yang
tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan ke aksioma / postulat
dan akhirnya pada teorema (Ruseffendi dalam Suherman dkk, 2001:25).
Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis,
dan sistimatis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep
yang paling kompleks. Oleh karena itu untuk mempelajari matematika,

7
konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat, harus benar-benar dikuasai agar
dapat memahami topik atau konsep selanjutnya.
Dalam pembelajaran matematika guru seharusnya menyiapkan kondisi
siswanya agar mampu menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari
mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
Sebagai contoh dapat dilihat susunan topik-topik dalam matematika
yang harus di pelajari terlebih dahulu (dan berikutnya) untuk sampai pada
topik persamaan. Untuk sampai pada topik persamaan tersebut haruslah
melalui jlaur-jalur pasti yang telah tersusun. Sebaiknya apabila jalur-jalur itu
dilanggar, maka konsep persamaan tidak akan tertanam dengan baik.
Contoh lainnya seorang siswa yang akan mempelajari sebuah volume
kerucut haruslah mempelajari mulai dari lingkaran, luas lingkaran, bangun
ruang dan akhirnya volume kerucut. Untuk dapat mempelajari topik volume
balok, maka siswa harus mempelajari rusuk / garis, titik sudut, sudut, bidang
datar persegi dan persegi panjang, luas persegi dan persegi panjang, dan
akhirnya volume balok.
Struktur matematika adalah sebagai berikut :
a. Unsur-unsur yang tidak didefinisikan
Misal : titik, garis, lengkungan, bidang, bilangan dll.
Unsur-unsur ini ada, tetapi kita tidak dapat mendefinisikannya.
b. Unsur-unsur yang didefinisikan
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan maka terbentuk unsur-unsur
yang didefinisikan.
Misal :
Sudut, persegi panjang, segitiga, balok, lengkungan tertutup
sederhana, bilangan ganjil, pecahan desimal, FPB dan KPK dll.
c. Aksioma dan postulat
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan unsur-unsur yang
didefinisikan dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan aksioma
atau postulat.
Misal:

8
 Melalui 2 titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis.
 Semua sudut siku-siku satu dengan lainnya sama besar.
 Melalui sebuah titik hanya dapat dibuat sebuah garis yang tegak
lurus ke sebuah garis yang lain.
 Sebuah segitiga tumpul hanya mempunyai sebuah sudut yang

lebih besar dari 900.


Aksioma tidak perlu dibuktikan kebenarannya tetapi dapat diterima
kebenarannya berdasarkan pemikiran yang logis.
d. Dalil atau Teorema
Dari unsur-unsur yangtidak didefinisikan dan aksioma maka disusun
teorema-teorema atau dalil-dalil yang kebenarannya harus dibuktikan
dengan cara deduktif.
Misal :

 Jumlah 2 bilangan ganjil adalah genap

 Jumlah ketiga sudut pada sebuah segitiga sama dengan 1800


 Jumlah kuadrat sisi siku-siku pada sebuah segitiga siku-siku
sama dengan Kuadrat sisi miringnya.

4. Matematika sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu


Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa
matematika adalah sumber dari ilmu yang lain. Dengan kata lain, banyak
ilmu-ilmu yang penemuan dengan perkembangannya bergantung dari
matematika. Sebagai contoh, banyak teori-teori dan cabang-cabang dari
fisika dan kimia (modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui
konsep kalkulus, khususnya tentang persamaan diferensial, penemuan dan
pengembangan teori mendel dalam biologi melalui konsep probabilitas, teori
ekonomi mengenai permintaan dan penawaran yang dikembangkan melalui
konsep fungsi dan kalkulus tentang integral dan difensial.

9
5. Matematika Adalah Bahasa Simbol
Matematika yang terdiri dari simbol-simbol yang sangat padat arti dan
bersifat internasional. Padat arti berarti simbol-simbol matematika ditulis
dengan cara singkat tetapi mempunyai arti yang luas.
Misal :

√𝟗 = 𝟑, 𝟑 + 𝟓 = 𝟖, 𝟑! = 𝟏 × 𝟐 × 𝟑
𝒍𝒐𝒈𝟏𝟎𝟎 = 𝟐 𝐥𝐨𝐠 𝟏𝟎
𝒅𝒚
, 𝐜𝐨𝐬, 𝐭𝐚𝐧, 𝐬𝐢𝐧, →, ↔,∩,∪, >, <, ≤, ≥, =, ≠, ~
𝒅𝒙

B. Karakteristik Peserta Didik


1. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam
proses pendidikan formal. Peserta didik bisa belajar tanpa guru sebaliknya
guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik. Karenanya kehadiran peserta
didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan
yang menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional,
peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal pada
jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.

2. Pengertian Karakteristik Peserta Didik


Karakteristik berasal dari kata karakter dengan arti tabiat/watak,
pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap.
Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu kepada
karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara
teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di
perhatikan. Siswa atau Peserta didik adalah setiap orang yang menerima
pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
pendidikan. Peserta didik adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi

10
edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas
pembelajaran (Djamarah, 2000).
Menurut Sudirman, Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola
kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari
pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas
dalam meraih cita-citanya. Karakteristik peserta didik merupakan ciri atau
sifat dan atribut yang melakat pada peserta didik yang menggambarkan
kondisi peserta didik, misalnya kemampuan akademis yang telah dimiliki,
gaya dan cara belajar serta kondisi sosial ekonomi (Pribadi, 2009:211).
Karakteristik peserta didik akan sangat mempengaruhi dalam pemilihan
strategi penngelolaan, yang sangat berkaitan dengan bagaimana menata
pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perorangan peserta didik
(Uno,2010:158).
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan karakteristik peserta
didik adalah semua pola kelakukan, sifat dan kemampuan yang dimiliki oleh
peserta didik sebagai hasil bawaan dari pola kehidupannya untuk
menentukan pola aktivitas pembelajaran dan kualitas hidupnya.
3. Klasifikasi karakteristik peserta didik
Secara umum klasifikasi karakteristik peserta didik dibagi menjadi 2:
a. Pribadi dan lingkungan
Dalam pribadi dan lingkungan diantaranya Umur, Jenis kelamin,
Keadaan ekonomi orang tua, Kemampuan pra sekolah, Lingkungan
tempat tinggal.
b. Psikis
Meliputi Tingkat Kecerdasan, Perkembangan jiwa anak, Modalitas
belajar, Motivasi, Bakat dan minat.

Karakteristik Peserta Didik berdasarkan beberapa aspek, antara lain:

a. Aspek Fisik
Pertumbuhan fisik, pada dasarnya merupakan perubahan fisik dari kecil
atau pendek menjadi besar dan tinggi yang prosesnya terjadi sejak

11
sebelum lahir hingga dia dewasa pertumbuhan fisik ini sifatnya dapat di
indra oleh mata dan dapat diukur oleh satuan tertentu
Pertumbuhan fisik berpengaruh pada Perkembangan intelektual, emosi,
social, bahasa, Bakat khusus, Sikap, nilai, moral.
b. Aspek Intelektual
Binet dan Simon mendefinisikan intelligensi sebagai kemampuan
untuk mengarahkan fikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah
arah tindakan bila tindakan tersebut dilaksanakan, dan kemampuan
untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticsm. Ciri yang
paling umum diterima sebagai ciri anak berbakat/ gifted/ genius/ bright/
talented ialah memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari anak normal,
sebagaimana di ukur oleh alat ukur kecerdasan (IQ) yang sudah baku.
c. Aspek Sosio-emosional
Emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,
karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti
meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional
manusia. Faktor Kecerdasan Emosional:
1) Mengenal emosi diri
2) Mengelolaemosi
3) Memotivasi diri sendiri
4) Mengenal emosi orang lain
5) Membina hubungan
d. Aspek Moral
Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan
peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Karena itu, dalam
pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua,
saudara, teman sebaya, atau guru), anak belajar memahami tentang
perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku yang
buruk, yang tidak boleh dikerjakan. Moralitas pada hakitatnya adalah
penyelesaian konflik antara dirinya dan orang lain, antara hak dan
kewajiban. Faktor yang mempengaruhi perkembangan moral:

12
1) Konsisten dalam mendidik anak
2) Sikap orangtua dalam keluarga
3) Penghayatan dan pengamalan agama yagn dianut
4) Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma
e. Aspek Spiritual
Kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshall (2005) adalah
kecerdasan tertinggi (the ultimate inteligence) yang dimiliki manusia.
Potensi SQ yang terpelihara akan mengoptimalkanIQ danEQ
f. Aspek Latar belakang sosial budaya
Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun
psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi
sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa.

Klasifikasi Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Potensi


Aliran yang berkaitan dengan potensi manusia menerima pendidikan :

a. Nativisme, Arthur Schopenhour dari Jerman (1788-1860) anak


yang baru lahir membawa bakat kesanggupan dan sifat-sifat
tertentu.
b. Empirisme, manusia itu dalam perkembangan pribadinya semata-
mata ditentukan oleh dunia di luar dirinya. John Locke (1632-1704)
dari Inggris dengan teorinya “Tabula Rasa”.
c. Konvergensi, William Stern (1871-1938), yang mengatakan :
“kemungkinan-kemungkinan yang dibawa lahir itu adalah
petunjuk-petunjuk nasib dengan ruangan permainan. Dalam
ruangan permainan itulah letaknya pendidikan dalam arti seluas-
luasnya

Menurut sardiman (2011:120) dalam bukunya menyebutkan bahwa terdapat


3 macam hal karakteristik atau keadaan yang ada pada peserta didik yang
perlu diperhatikan guru yaitu:

13
a. Karakterisik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal
peserta didik. Misalnya adalah kemampuan intelektual, kemampuan
berfikir dan dll
b. Karkteristik atau keadaan peserta didik yang berkenaan dengan latar
belakang dan status sosial.
c. Karakterisik atau keadaan siswa yang berkenaan dengan peredaan-
perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain.

4. Manfaat Analisis Karakteristik Peserta Didik

a. Guru dapat memperoleh tentang kemampuan awal siswa sebagai


landasan dalam memberikan materi baru dan lanjutan
b. Guru dapat mengatahui tentang luas dan jenis pengalaman belajar siswa,
hal ini berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang
akan disampaikan
c. Guru dapat mengetahui latar belakang sosial dan keluarga siswa.
Meliputi tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan
mental sehingga guru dapat menyajikan bahan serta metode lebih serasi
dan efisien
d. Guru dapat Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan
aspirasi dan kebutuhan siswa
e. Mengetahui tingkat penguasaan yang telah di peroleh siswa sebelumnya

C. Belajar Aktif
1. Pengertian Belajar Aktif
Belajar secara aktif sangat dibutuhkan oleh setiap siswa. Ketika siswa
cenderung pasif atau hanya menerima dari guru siswa akan cepat melupakan
tentang apa yang telah disampaikan.
Prinsip pembelajaran aktif berawal dari kredo John Locke (1690-an)
dengan prinsip tabula rasa yang menyatakan bahwa knowledge come from
experience, pengetahuan berpangkal dari pengalaman. Pembelajaran aktif
secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif

14
mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar
bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya .
Lebih dari 2400 tahun silam Konfusius menyatakan “yang saya dengar
saya lupa, yang saya lihat saya ingat, yang saya kerjakan saya paham”. Tiga
pernyataan sederhana ini membicarakan bobot penting belajar aktif.
Terdapat beberapa alasan yang kebanyakan orang cenderung melupakan apa
yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik adalah
perbedaan tingkat kecepatan bicara pengajar (guru) dengan tingkat
kecepatan kemampuan siswa mendengarkan. Pada umumnya guru berbicara
dengan kecepatan 100 hingga 200 kata permenit. Jika siswa benar-benar
berkonsentrasi, mereka akan dapat mendengarkan antara 50-100 kata
permenit atau setengah dari apa yang dikatakan oleh guru (Martinis Yamin
& Maisah : 2012). Menurut John Holt (1976) proses belajar akan meningkat
jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut :
a. mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri
b. memberikan contohnya
c. mengenalinya dalam berbagai macam bentuk situasi
d. melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain
e. menggunakannya dengan beragam cara
f. memprediksi sejumlah konsekuensinya
g. menyebut lawan atau kebalikannya
Ketika kegiatan belajar yang bersifat pasif, siswa mengikuti pelajaran
tanpa rasa ingin tahu, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa minat
terhadap hasilnya. Ketika kegiatan belajar bersifat aktif, siswa akan
mengupayakan sesuatu. Dia menginginkan jawaban atas sebuah pernyataan,
membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah atau mencari cara
untuk mengerjakan tugas.
Peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Beberapa gaya
belajar yang dimiliki peserta didik :
1. visual

15
Peserta didik visual, belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat
orang lain melakukannya. Biasanya mereka ini menyukai penyajian
informasi yang runtun. Mereka lebih suka menuliskan apa yang
dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang
terganggu oleh kebisingan.
2. Auditori
Peserta didik auditori, biasanya tidak sungguh-sungguh untuk
memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru dan membuat catatan.
Mereka mengandalkan kemampuan untuk mendengarkan dan
mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan
mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan.
3. Kinestetik
Peserta didik kinestetik belajar dengan cara terlibat langsung dalam
kegiatan. Mereka cenderung impulsif dan kurang sabaran. Selama
pelajaran mereka mungkin gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan
mengerjakan sesuatu.

Tetapi pada umumnya siswa tidak memiliki satu gaya belajar saja.
Biasanya mereka mengkombinasi beberapa gaya belajar. Oleh karena itu
pembelajaran dikelas harus bervariasi. Didalam proses pembelajaran,
terdapat sisi sosial yang mereka alami. Menempatkan siswa dalam
kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut mereka untuk
bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya merupakan cara yang
bagus untuk memanfaatkan kebutuhan sosial siswa. Mereka jadi cenderung
lebih terlibat dalam kegiatan belajar karena mereka mengerjakannya
bersama teman-teman.

2. Prosedur Pembelajaran Aktif


Proses pembelajaran di kelas dapat dipandang sebagai tiga bagian
kegiatan yang terurut, yaitu: kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti, dan
kegiatan akhir (penutup). Dengan demikian, strategi pembelajaran aktif
dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang mengaktifkan siswa pada

16
setiap bagian kegiatan secara terurut. Prosedur tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:

a. Prosedur Mengaktifkan Siswa Belajar Matematika Pada Awal


Pembelajaran

Dimensi pertama dalam peristiwa belajar matematika adalah


membangun sikap dan persepsi positif terhadap belajar dan matematika
sebagai obyek belajar. Kesiapan mental untuk terlibat dalam
pembelajaran mutlak dicapai dalam mengaktifkan siswa belajar
matematika, oleh karenanya kegiatan membangunkan sikap dan persepsi
positif siswa harus dilakukan sejak awal dimulainya pembelajaran. Hal
yang harus dilakukan guru pada awal pembelajaran adalah
membangunkan minat, membangunkan rasa ingin tahu, dan merangsang
siswa untuk berfikir. Bila minat siswa, rasa ingin tahu siswa telah
bangkit, serta siswa telah terangsang untuk berfikir ini berarti siswa telah
siap secara mental untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran
matematika, dan bila terjadi sebaliknya berarti secara mental siswa
belum siap terlibat dalam pembelajaran.
Dengan memodifikasi strategi berbagi pengetahuan secara aktif,
Silberman (2006:100-102), mengawali kegiatan pembelajaran aktif
dengan prosedur sebagai berikut:
1) Tentukan rentang waktu yang pasti untuk kegiatan awal
pembelajaran.
2) Ucapkan salam pembuka yang menghangatkan siswa.
3) Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran
matematika yang akan diajarkan. Misalnya:
a) kata-kata untuk didefinisikan,
b) soal-soal sederhana dari aplikasi rumus yang telah dikenal,
c) pertanyaan tentang aplikasi matematika sederhana dalam
kehidupan sehari-hari.

17
b) Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik
yang mereka bisa dan dalam waktu yang telah ditentukan.
c) Perintahkan siswa untuk menyebar di kelas, menanyakan kepada
temannya jawaban pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu
jawabannya, Doronglah siswa untuk saling membantu.
d) Perintahkan untuk kembali ke tempat semula dan gunakan teknik
tanya jawab untuk membahas jawaban yang mereka dapatkan.
e) Gunakan pertanyaan-pertanyaan arahan sebagai upaya merangsang
berfikir siswa menjawab pertanyaan yang tak satupun siswa bisa
menjawab.
f) Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dalam kegiatan ini
sebagai sarana untuk memperkenalkan topik-topik penting materi
pelajaran dalam kegiatan inti.
Secara umum, manusia tidak menyukai suatu kegiatan yang kurang
bervariasi. Oleh karenanya perlu dipilih kegiatan lain sebagai variasi
kegiatan di atas. Berikut ini dapat menjadi alternatif pilihan.

(1) Daftar pertanyaan dapat diganti dengan menyediakan kartu indeks


dan perintahkan siswa untuk menuliskan satu informasi yang
menurut siswa akurat tentang materi yang akan diajarkan.
(2) Kegiatan menyebar dapat diganti dengan merotasi pertukaran
pendapat antar kelompok belajar di kelas.

b. Prosedur Mengaktifkan Siswa Belajar Matematika Pada Kegiatan Inti


Pembelajaran
Telah dikemukakan di atas bahwa pendidikan matematika di segala
jenjang dimaksudkan untuk membangun pengetahuan, keterampilan dan
sikap terkait dengan matematika. Pembelajaran aktif dalam pendidikan
matematika dapat berlangsung dalam proses penyelidikan atau proses
bertanya. Siswa dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan sekedar
menerima (reaktif). Kondisi ini terjadi jika siswa dilibatkan dalam tugas

18
dan kegiatan yang secara halus mendesak mereka untuk berfikir, bekerja,
dan merasakan.
Berdasarkan pendapat di atas, upaya yang harus dilakukan guru
untuk mengaktifkan siswa belajar matematika adalah: (1)
mengkondisikan situasi belajar matematika menjadi kegiatan siswa
mengupayakan pemecahan masalah atau mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan, baik masalah atau pertanyaan yang diajukan guru
maupun siswa; (2) mendorong ketertarikan siswa untuk mendapatkan
informasi atau menguasai keterampilan melalui pemecahan masalah atau
mencari jawaban atas pertanyaan; (3) mendesak siswa secara halus untuk
bergerak mengkaji atau menilai suatu jawaban pertanyaan, suatu
pendapat (gagasan), atau suatu penyelesaian masalah. Guru dapat
menggunakan berbagai strategi dengan berbagai teknik untuk
mengaktifkan siswa dalam kegiatan inti. Dengan memodifikasi pendapat
Silberman (2006:117-206), strategi berikut ini dapat digunakan guru
untuk mengaktifkan siswa belajar matematika:
1) Menstimulir rasa ingin tahu siswa
a) Ajukan pertanyaan/masalah yang kompleks (njelimet) atau yang
mempunyai beberapa kemungkinan jawaban untuk menstimulasi
keingintahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan.
Pertanyaan yang disajikan haruslah merupakan pertanyaan yang
menurut guru ada beberapa siswa yang mengetahui jawabannya
atau bagian dari jawaban. Pertanyaan dapat berupa pertanyaan
sehari-hari, cara melakukan sesuatu, definisi, cara kerja
(prosedur).
b) Doronglah siswa untuk berfikir, membuat skema atau diagram,
dan membuat dugaan umum. Gunakan frase semisal “ coba
tebak” atau “coba jawab”
c) Jangan buru-buru memberikan tanggapan. Tampung semua
dugaan siswa. Ciptakan rasa penasaran tentang jawaban yang

19
sesungguhnya. Sebagai variasi, buatlah siswa berpasangan dan
membuat dugaan secara kolektif.
d) Gunakan pertanyaan itu untuk mengarahkan siswa kepada apa
yang hendak diajarkan. Anda perlu memastikan bahwa siswa
lebih menaruh perhatian terhadap pelajaran dibanding biasanya.
2) Menstimulir siswa untuk belajar mandiri
a) Bagikan kepada siswa bahan ajar, disertai beberapa
pertanyaan/masalah yang terurut dari yang sederhana sampai
yang kompleks.
b) Perintahkan siswa untuk mempelajari bahan ajar secara mandiri
atau berpasangan.
c) Perintahkan siswa untuk membubuhkan tanda tanya pada materi
yang belum mereka pahami. Anjurkan untuk menyisipkan tanda
tanya sebanyak mungkin. Perintahkan siswa untuk menyusun
pertanyaan sebanyak mungkin terkait dengan tanda tanya yang
mereka bubuhkan
d) Perintahkan siswa untuk mengemukakan pertanyaan secara
tertulis. Beri kesempatan siswa lain untuk menanggapinya.
Lakukan seterusnya sehingga semua pertanyaan siswa dibahas.
e) Berikan penjelasan sebagai sarana pemantapan dari jawaban atas
pertanyaan siswa.
f) Perintahkan siswa menyelesaikan masalah dalam bahan ajar
secara mandiri atau berpasangan.
g) Perintahkan siswa untuk mengemukakan jawaban masalah.
Berikan kesempatan siswa lain memberikan komentar atau
mengemukakan kemungkinan jawaban lain.
h) Berikan pemantapan jawaban atas pertanyaaan
Jika guru merasa bahwa siswa akan mengalami kesulitan
mempelajari sendiri bahan ajar, berikan sejumlah informasi yang
mengarahkan mereka.

20
3) Menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok
a) Perintahkan siswa secara mandiri mempelajari bahan ajar
b) Perintahkan untuk menuliskan hal yang belum diketahui dalam
bentuk pertanyaan.
c) Perintahkan untuk membentuk kelompok. Perintahkan masing-
masing kelompok memberi nama kelompok dengan nama dalam
matematika, misalnya: kelompok aljabar, kelompok Phytagoras
dan sebagainya.
d) Diskusikan pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing anggota
kelompok.
e) Berikan tugas memecahkan masalah, dengan petunjuk yang jelas.
misalnya: tuliskan rumus, gambarkan, buat skema atau diagram
yang kamu gunakan untuk menjawab.
f) Berikan peran pada anggota kelompok. Misalnya: fasilitator,
pencatat, juru bicara, pengatur waktu.
g) Berikan kesempatan masing-masing kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi di depan kelas.
h) Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dan lakukan
salah salah satu berikut:
 Membahas materi secara bersama
 Dapatkan pertanyaan dari siswa
 Beri siswa pertanyaan kuis
 Sediakan latihan penerapan atau kuis bagi siwa untuk
menguji pemahaman mereka.

4) Belajar berpasangan
a) Berikan kepada siswa, satu atau beberapa permasalahan yang
memerlukan perenungan dan pemikiran.
b) Perintahkan siswa untuk menyelesaikan masalah secara
perseorangan.

21
c) Setelah semua siswa menyelesaikan masalah, aturlah menjadi
sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi
jawaban satu sama lain.
d) Perintahkan pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap
masalah, memperbaiki tiap jawaban perseorangan
e) Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan
jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan lain di dalam kelas.
f) Perintahkan seluruh siswa untuk memilih jawaban yang tepat
untuk tiap pertanyaan.
Untuk menghemat waktu, bagilah seluruh siswa dalam 4
kelompok besar berilah nama kelompok. Berikan permasalahan
yang berbeda pada masing-masing kelompok Pada akhir sesi,
perintahkan masing-masing kelompok untuk menyajikan jawaban
terbaiknya. Berikan hadiah pada jawaban terbaik.
5) Turnamen belajar
a) Bagilah siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan 2 hingga 8
siswa. Pastikan bahwa tim memiliki jumlah anggota yang sama.
Perintahkan untuk memberi nama kelompok masing-masing.
b) Berikan bahan ajar kepada tim untuk dipelajari bersama.
c) Buat beberapa pertanyaan yang dapat menguji aspek ingatan dan
pemahaman terhadap materi yang diberikan. Gunakan format
yang memudahkan penilaian sendiri. Misalnya: pilihan ganda,
melengkapi, benar-salah, atau definisi istilah, menyatakan rumus
atau teorema.
d) Perintahkan siswa untuk menjawab secara perseorangan. Pastikan
hal ini dilakukan oleh masing-masing siswa.
e) Setelah semua siswa menyelesaikan jawaban mereka, aturlah
menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk
berbagi jawaban satu sama lain.
f) Lakukan diskusi kelas untuk menentukan jawab pertanyaan.

22
g) Perintahkan siswa untuk menghitung jumlah pertanyaan yang
mereka jawab dengan benar, dan mintalah mereka untuk
memberikan skor.
h) Perintahkan siswa untuk menyatukan skor mereka dengan
anggota tim mereka untuk mendapatkan skor tim. Umumkan skor
dari tiap tim. Berikan hadiah atau berilah tepuk tangan pada tim
yang memperoleh skor tertinggi. Sebutlah ini sebagai “ronde
satu”.
i) Perintahkan mereka untuk belajar lagi untuk ronde ke dua dalam
turnamen. Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian
dari “ronde kedua”. Perintahkan siswa dengan prosedur seperti
ronde satu.
Turnamen ini dapat dilakukan dengan jumlah ronde
bervariasi dan waktu tiap ronde dapat dilakukan bervariasi,
namun pastikan bahwa setiap ronde siswa menjalani sesi belajar.
Dengan kesepakatan siswa, guru dapat memberikan penalti
(hukuman) kepada siswa yang memberikan jawaban salah dengan
pengurangan nilai (misal -1 atau -2) dan memberikan nilai 0 pada
siswa yang tidak menjawab.

6) Menstimulir pembelajaran antar siswa


a) Bentuklah kelompok dengan jumlah kelompok sesuai dengan
topik (sub pokok bahasan) yang akan dipelajari siswa. Topik
dipilih yang saling terkait.
b) Beri setiap kelompok sejumlah informasi, konsep, atau
keterampilan untuk diajarkan kepada siswa lain.
c) Perintahkan setiap kelompok untuk menyusun cara dalam
menyajikan atau mengajarkan topik mereka kepada siswa lain.
Sarankan mereka untuk menghindari cara ceramah atau semacam
pembacaan laporan. Doronglah mereka untuk menjadikan
pengalaman belajar sebagai pengalaman yang aktif bagi siswa

23
d) Kemukakan beberapa saran berikut ini:
 sediakan media visual
 berikan kesempatan temanmu untuk membaca materi terlebih
dahulu.
 gunakan contoh atau analogi untuk menyajikan poin-poin
pengajaran
 libatkan temanmu dalam diskusi atau tanya jawab.
 berikan kesempatan pada temanmu untuk bertanya
 Berikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan
mempersiapkan (baik di dalam maupun di luar kelas).
Kemudian perintahkan tiap kelompok untuk menyajikan
pelajaran mereka. Beri tepuk tangan atas usaha mereka.
Sebagai alternatif dari pengajaran model ini adalah
perintahkan siswa untuk mengajarkan atau memberi bimbingan
kepada siswa lain secara individual atau dalam kelompok kecil.

c. Prosedur Mengaktifkan Siswa Belajar Matematika Pada Kegiatan


Penutup Pembelajaran
Pada kegiatan menutup pembelajaran dapat dimanfaatkan guru
untuk:
1) memberikan kesempatan bagi siswa merangkum pelajaran pada hari
itu,
2) memotivasi siswa untuk mempelajari ulang bahan ajar dan atau
menyelesaikan tugas rumah secara mandiri atau kelompok,
3) memberikan informasi bahan ajar pertemuan berikutnya,
4) mendapatkan penilaian dari siswa guna perbaikan proses
pembelajaran, dan
5) memberikan salam penutup.

24
3. Model Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif mempunyai beberapa macam strategi pembelajaran
yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Salah satu dari
beberapa model pembelajaran aktif adalah card sort. Selain card sort ada
beberapa macam model pembelajaran aktif, menurut Warsono &
Hatiyanto (2012:43) macam-macam pembelajaran aktif diantaranya : (a)
Fish Bowl, (b) Test Question, (c) Teknik Pembelajaran Kode Jari (Finger
Signal), (d) Setiap Siswa Dapat Jadi Guru, (e) Card Sort (Pilah Kartu), dan
lain-lain. Sedangkan menurut silberman (2006:169) mengemukakan
bahwa macam-macam pembelajaran aktif antara lain: (a) Pemilahan Kartu
(Card Sort), (b) Turnamen Belajar, (c) Kekuatan Dua Orang, (d) Kuis
Tim, dan lain-lain.

D. Strategi Pembelajaran Matematika


Pada dasarnya belajar matematika adalah berfikir dan berbuat atau
mengerjakan matematika. Pengertian strategi dalam kaitannya dengan
pembelajaran matematika adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan
oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan
pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar
bisa tercapai secara optimal.
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.
Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem
pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk
mencapai tujuan umum pembelajaran yang dijabarkan dari pandangan falsafah
atau teori belajar tertentu.
Strategi pembelajaran matematika disusun dan dikembangkan guru
bertujuan untuk meningkatkan kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai
tujuan serta meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Alasan ini karena penerapan variasi strategi pembelajaran dapat meningkatkan
minat, motivasi, dan kesenangan siswa untuk belajar matematika. Dengan

25
adanya variasi strategi pembelajaran matematika yang direncanakan maka
siswa akan senang belajar matematika.
Dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran
matematika adalah pembentukan sifat yaitu pola berpikir kritis dan kreatif.
Dalam proses pembelajaran perlu memperhatikan daya imajinasi dan rasa ingin
tahu dari peserta didik. Peserta didik harus dibiasakan bertanya dan
berpendapat sehingga proses pembelajaran matematika lebih bermakna.
Dalam pemilihan strategi pembelajaran matematika, harus melibatkan
siswa aktif dalam belajar baik secara mental, fisik maupun sosial. Peserta didik
dibawa ke arah mengamati, menebak, berbuat, mencoba, maupun menjawab
pertanyaan mengapa dan kalau mungkin mendebat. Prinsip belajar aktif inilah
yang diharapkan dapat menumbuhkan sasaran pembelajaran matematika yang
kreatif dan kritis.
Penerapan strategi pembelajaran matematika harus bertumpu pada
optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran dan optimalisasi keterlibatan
seluruh indra siswa. Penyampaian bahan ajar perlu beragam, tidak harus terus-
menerus dilaksanakan di dalam kelas, tetapi sesekali pelaksanaan pembelajaran
matematika dapat dilakukan di luar kelas.
Demi peningkatan optimalisasi interaksi dalam pembelajaran matematika,
untuk pokok bahasan/sub pokok bahasan tertentu mungkin dapat dengan
pendekatan penemuan, pemecahan masalah atau penyelidikan. Demikian pula
dengan soal-soal untuk balikan atau tugas dapat berupa soal yang mengarah
pada jawaban lebih dari satu cara untuk menyelesaikannya, dan memungkinkan
peserta didik untuk mencoba dengan berbagai cara sepanjang cara tersebut
benar, atau permasalahan open-ended.
Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih
keterampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep. Tidak hanya
kepada “bagaimana” suatu soal harus diselesaikan, tetapi juga pada “mengapa”
soal tersebut diselesaikan dengan cara tertentu.

26
1. Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui
tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga
dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu
heuriskein yang berarti saya menemukan.
Karakteristik strategi pembelajaran Inkuiry:
a. Menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai objek
didik.
b. Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
c. Tujuan dari strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental.

Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiry


a. Berorientasi pada perkembangan intelektual
Tujuan dari Strategi Pembelajaran Inkuiry adalah perkembangan
berpikir, dengan demikian strategi pembelajaran ini selain berorientasi
pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu,
kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan SPI
bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi
pelajaran akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan
menemukan sesuatu (yang dapat ditemukan).
b. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antar siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan

27
interaksi antar siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses
interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai pengajar tetapi
sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru
perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c. Prinsip bertanya
Peran guru dalam menggunakan SPI adalah guru sebagai penanya.
Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir, guru perlu
menguasai berbagai jenis dan teknik bertanya. Apakah itu bertanya hanya
sekedar untuk meminta perhatian siswa, untuk melacak, untuk
mengembangkan kemampuan atau untuk menguji.
d. Prinsip bertanya untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta akan tetapi belajar
adalah proses berpikir yakni proses mengembangkan seluruh otak.
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal. Anak dituntut untuk belajar berpikir logis dan rasional dengan
memasukan unsur-unsur yang mempengaruhi emosi yaitu unsur estetika
melalui proses belajar yang menyenangkan.
e. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah proses mencoba berbagai kemungkinan, segala
sesuatu mungkin bisa terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberi kebebasan
untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan
nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk
memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Inquiry


a. Orientasi

28
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Guru mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran yaitu guru merangsang dan mengajak
siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat
dilakukan dalam tahapan orientasi adalah:
1) Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa.
2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar, hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
masalah atau persoalan yang mengandung teka-teki. Dikatakan teka-teki
dalam rumusan masalah yang ingin dikaji karena masalah itu tentu ada
jawabannya dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri,
oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya pengembangan mental
melalui proses berpikir.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah
diantaranya:
1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan
memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam
merumuskan masalah yang hendak dikaji. Seorang guru hanya
memberikan topik yang akan dipelajari.
2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang
jawabannya pasti, artinya guru perlu mendorong siswa agar dapat
merumuskan masalah yang menurut guru jawaban yang sebenarnya
sudah ada tinggal siswa mencari dan menemukan jawabannya dengan
pasti.

29
3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui oleh siswa artinya sebelum masalah itu dikaji lebih jauh
melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa
sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam
rumusan masalah.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya. Potensi berpikir siswa
dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau menduga-
duga (berhipotesis) dari suatu masalah. Untuk mengembangkan
kemampuan menebak pada diri anak, guru dapat mengajukan beberapa
pertanyaan yang mendorong siswa untuk merumuskan jawaban
sementara (hipotesis). Perkiraan sebagian hipotesis bukan sembarang
perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh yang
bersifat rasional dan logis.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menyaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data
merupakan proses yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Selain memerlukan motivasi yang kuat dalam proses ini juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikir. Tugas dan peran guru yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang
dibutuhkan, penggunaan SPI terkadang macet apabila siswa tidak
apresiatif (ketidakgairahan dalam belajar).
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah
mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan, menguji
hipotesis berarti juga mengembangkan kemampuan berpikir rasional

30
yaitu kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan pada siswa
data mana yang relevan.

2. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris
Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan
masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.

Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu :


a. Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak
mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi
pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya.
b. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai
kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak
mungkin ada proses pembelajaran.
c. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah

31
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya
proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah


a. Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah
mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan
bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik
dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
b. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir
struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c. Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang
nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan
masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d. Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.
Produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan
kepada orang lain.
e. Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

Adapun Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah


sebagai berikut :
a. Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus
dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta
didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan
oleh manusia dan lingkungan sosial.
b. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan
dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data
yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan
prioritas masalah.

32
c. Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan
sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan
berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
d. Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data
yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat
mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai
tampilan sehingga sudah dipahami.
e. Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan
menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang
diuji.
f. Menentukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif
penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat
memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan
alternatif yang dipilihnya. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

33
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian matematika tidak dapat dengan mudah dijawab dengan
satu atau dua kalimat saja. Matematika itu dapat ditinjau dari segala sudut dan
matematika itu sendiri bisa memasuki segi kehidupan manusia, dari yang
paling sederhana sampai kepada yang lebih kompleks. Matematika tidak
menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), akan tetapi harus
berdasarkan pembuktian deduktif.
Matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang struktur
terorganisasikan.Hal ini dimulai dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan
kemudian pada unsur yang didefinisikan, ke aksioma/postulat, dan akhirnya
pada teorema.Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksud bahwa
matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Dengan perkataan
lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung
pada matematika.
Pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode
pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan
pengalaman belajar bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang
dapat dilakukannya selama pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar
seorang guru harus bisa memahami karakteristik setiap siswanya karena
setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Dengan
memahami karakteristik siswa tersebut guru dapat melakukan proses
pembelajaran matematika dengan strategi pembelajaran matematika yang
ada dan tujuan pembelajaran yang diinginkan akan tercapai.

34
DAFTAR PUSTAKA

Martinis Yamin & Maisah. 2012. Manajemen Pembelajaran Kelas; Strategi


meningkatkan mutu Pembelajaran. Jakarta: GP Press
Pribadi,Benny Agus. 2009. Model desain sistem pembelajaran. Jakarta: Dian
Rakyat.
Sardiman. 2011. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Press
Uno, Hamzah B. 2010. Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara
Wasono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif; Teori Dan Asesmen.
http://www.academia.edu/7216165/Hakikat_Matematika. Diakses pada tanggal
30 agustus 2017
http://trisniawati87.blogspot.co.id/2013/01/hakikat-matematika.html?m=1.
Diakses pada tanggal 30 agustus 2017
https://www.slideshare.net/mobile/yahuiikoe/rangkuman-modul-a-pedagogik-
karakteristik-peserta-didik Diakses pada tanggal 30 agustus 2017
http://guru-ina.blogspot.co.id/2012/03/karakteristik-siswa.html?m=1. Diakses
pada tanggal 30 agustus 2017
http://www.google.co.id/amp/s/ekorubiyanto84.wordpress.com/2013/01/11/maca
m-macam-strategi-pembelajaran-matematika/amp/

35

Anda mungkin juga menyukai