Anda di halaman 1dari 19

NAMA KELOMPOK:

1. RIFQI AMALIA
2. FARIDA ISMANANDA
3. RISMA ANANTA
4. AYU ANJAR

KATA PENGANTAR

Rasa syukur sedalam-dalamnya senantiasa kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT
karena atas Rahmat Hidayah sehimgga, buku Matematika Pola dan Hubungan ini dapat
terselaikan dengan lancar. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang memberikan ilmu pada kita sekalian.

Buku ini merupakan pemenuhan tugas dari mata kuliah Pembelajaran Matematikan Anak
Usia Dini mengenai Pola dan Hubungan. Semua yang tercantum dalam buku ini telah sesuai
dengan aruran penulisan pada umunya. Semoga, buku ini diharapkan dapat menjadi acuan dan
benar-benar bermanfaat bagi pembaca. Namun, demikian demi perbaikan dan penyempurnaan
buku pedoman ini, terdapat masukan-masukan konstruktif selalu diharapkan.

Akhir kata, kami sampai terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim penyusun
penulisan buku Matematika Pola dan Hubungan yang telah bekerja sama dalam penyusunan
buku ini. Semoga Allah selalu memberikan kekuatan dan bimbingan untuk menyelesaikan tugas-
tugas selanjutnya. Amin.

Tim Penyusun
HAKIKAT POLA DAN HUBUNGAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI

Matematika merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dibutuhkan manusia


dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Bila kita berpikir tentang matematika
maka kita akan membicarakan tentang persamaan dan perbe-daan, pengaturan
informasi/data, memahami tentang angka, jumlah, pola-pola, ruang, bentuk, perkiraan dan
perbandingan. Pengetahuan ten-tang matematika sebenarnya sudah bisa diper-kenalkan
pada anak sejak usia dini (usia lahir-6 tahun). Pada anak-anak usia di bawah tiga tahun,
konsep matematika ditemukan setiap hari mela-lui pengalaman bermainnya. Matematika
pada anak usia dini adalah mengenalkan konsep-kon-sep dasar matematika atau
matematika permulaan.

Matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathematike yang artinya mempelajari.
Secara rinci mathema berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Selain itu, terdapat
juga kata lain mathematike yaitu mathein atau mathenein yang artinya berpikir. Matematika
merupakan ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian bilangan. Menurut Sudjiwo Tedjo, matematika merupakan
ilmu terbaik dalam melatih logika dan konsistensi berpikir. Matematika lebih menekankan
kegiatan dalam dunia penalaran, bukan menekankan dari hasil eksperimen atau observasi.
Berdasarkan asal katanya, matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan cara
berpikir (bernalar). Matenatika lebih menekankan pada kegiatan mengolah rasio atau penalaran
itu sendiri, bukan menekankan dari hasil eksperimen atau observasi. Sebab matematika terbentuk
dari pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi
ET, 1980 :148).

Hudoyo mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur-


struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika
berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Selanjutnya dikemukakan bahwa apabila
matematika dipandang sebagai struktur dari hubungan hubungan maka simbol- simbol fomal
diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-
struktur. Sedang Soedjadi berpendapat bahwa simbol-simbol di dalam matematika umumnya
masih kosong dari arti sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup semestanya.
Menurut National Council of Teachers of Mathematich (NCTM) Curiculum
Standard, lingkup mengenalkan konsep matematika pada anak usia dini meliputi number
and operations, pattern, function, algebra, geometri and spatial sense, measurement, data
analysis and probabi-lity and problem solving. Berdasarkan uraian menurut NCTM
ruang lingkup mengenalkan konsep metematika pada anak terdiri dari operasi bilangan, pola,
fungsi aljabar, geometri, bentuk, pengukuran, analisis data dan probabilitas, dan
pemecahan masalah. Disebutkan di atas bahwa salah satu lingkup mengenal konsep
matematika pada anak usia dini adalah mengurutkan pola (pattern). Kemampuan
mengurutkan pola (pattern) mempunyai berbagai definisi. Polonsky dan Dorothy
menyatakan bahwa mengurutkan pola adalah kemampuan mengurutkan suatu himpu-nan
benda yang saling berhubungan satu sama lain. Hubungan yang terjadi dapat didasarkan
atas urutan warna, bentuk, dan ukuran. Matematika disebut sebagai ilmu tentang pola karena
pada matematika sering dicari keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari
sekumpulan konsep-konsep tertentu atau model yang merupakan representasinya untuk membuat
generalisasi.

Misal :

jumlah a bilangan ganjil positif berurutan dari yang pertama sama dengan a2

Contoh :

➀ a=1 ⇒ jumlahnya 12=1

➁ a=2 yaitu 1 dan 3 ⇒ jumlahnya adalah 22=4

➂ a=3 yaitu 1, 3, dan 5 ⇒ jumlahnya adalah 32=9

➃ a=4 yaitu 1, 3, 5, dan 7 ⇒ jumlahnya adalah 42=16. . . dan seterusnya.

Dari contoh-contoh tersebut, maka dapat dibuat generalisasi yang berupa pola yaitu:

"jumlah a bilangan ganjil positif berurutan dari yang pertama sama dengan a2"
Matematika disebut ilmu tentang hubungan karena konsep matematika satu dengan
lainnya saling berhubungan. Misalnya : Antara persegi panjang dengan balok, antara persegi
dengan kubus, antara kerucut dengan lingkaran, antara 5×6 = 30 dengan 30 : 5 = 6, antara 102
=100 dengan √100 = 10. Demikian juga cabang matematika satu dengan lainnya saling
berhubungan seperti aritmatika, aljabar, geometri dan statistika, dan analisis.

TEORI POLA DAN HUBUNGANMATEMATIKA ANAK USIA DINI

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan
pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya
adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri
khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh guru sehingga mereka dapat
membelajarkan matematika dengan tepat, mulai dari konsep-konsep sederhana sampai yang
kompleks (Sri Subarinah (2006:1).

Selanjutnya menurut Bruner (Pitajeng, 2006:29) belajar matematika adalah belajar


tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari
serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika.
Selanjutnya menurut Kline (1973) (Widianto 2011:18), matematika bukan pengetahuan
tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri tetapi beradanya untuk membantu manusia
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Menurut Suwaningsih dan Tulina (2006:8) matematika disebut sebagai ilmu tentang pola
karena matematika sering dicari keseraganan seperti keturutan, keterikatan pola dari sekumpulan
konsep-konsep tertentu atau model yang merupakan representasi untuk membuat generalisasi.
Hal ini, membuat pola yang ada akan membentuk keterhubungan antara satu sama lain.
Kebanyakan orang menganggap bahwa matematika adalah bidang hitungmenghitung. Namun,
ahli matematika memandang perhitungan hanyalah alat dalam matematika yang sesungguhnya,
yang melibatkan pemecahan soal matematika dan pemahaman struktur dan pola dalam
matematika (Santrok, 2007:440). Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat
dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan diantara
struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan di antara strukturstruktur. Dienes
mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam
bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda
atau objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik
dalam pengajaran matematika.

Menurut Dienes, variasi sajian hendaknya tampak berbeda antara satu danlainya sesuai
dengan prinsip variabilitas perseptual (perceptual variability), sehingga anak didik dapat melihat
struktur dari berbagai pandangan yang berbedabeda dan memperkaya imajinasinya terhadap
setiap konsep matematika yang disajikan. Berbagai sajian (multiple embodiment) juga membuat
adanya manipulasi secara penuh tentang variabel-variabel matematika. Variasi matematika
dimaksud untuk membuat lebih jelas mengenai sejauh mana sebuah konsep dapat digeneralisasi
terhadap konsep yang lain. Dengan demikian,semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang
diberikan dalam konsep tertentu, semakin jelas bagi anak dalam memahami konsep tersebut.
Dalam siklus pembelajaran, siswa diarahkan pada peningkatan kemampuan manipulasi
terkontrol atau permainan dengan beberapa sajian dari konsep-konsep yang diajarkan. Hal ini
dilakukan untuk membantu mereka menemukan cara untuk menyampaikan tentang temuan
mereka. Menurut Dienes, langkah berikutnya adalah mendorong siswa untuk belajar lebih jauh
kepada hal-hal yang abstrak dari bahan-bahan konkret seperti menggambar grafik atau peta
hingga akhirnya pada penyimbolan matematis dari suatu konsep. Penggunaan simbolsimbol
digunakan untuk membantu siswa dalam membentuk suatu pola dan hubungan dari suatu
kegiatan tentang konsep matematika yang mereka lakukan. Dengan begitu, siswa diharapkan
memperoleh suatu kesenangan untuk berpartisipasi dalam proses penemuan dan formalisasi
berdasarkan pengalaman matematis mereka

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA POLA DAN HUBUNGAN

Sering kita jumpai keluhan siswa tentang sulitnya belajar matematika, banyak yang
bilang pusing, malas padahal belum mencoba mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Salah
satu konsep yang penting dalam pembelajaran PAUD adalah konsep pola. Konsep pola
merupakan salah satu konsep matematika yang diajarkan di PAUD. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Rittle-Johnson, et al. (2016), membuat pola menjadi salah satu prediktor yang
penting untuk prestasi matematika di jenjang lebih lanjut. Menurut National Council Teacher of
Teacher of Mathematics atau NCTM (2000), anak-anak prasekolah mengenali pola di
lingkungan mereka.

Matematika sangat penting dalam kehidupan. Bahkan setiap hari matematika digunakan
oleh manusia dalam kehidupannya dalam mengitung belanja, mengukur, dan lain sebagainya.
Mengingat betapa pentingnya matematika dalam kehidupan manusia, maka matematika perlu
dikenalkan sedini mungkin. Dalam Pendidikan anak usia dini, matematika yang memiliki
berbagai komponen dikenalkan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan
anak.

Menurut John Dewey (Sugihartono, dkk, 2007:108) belajar bergantung pada minat dan
pengalaman anak sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan
terpisah atau mempunyai ikatan satu sama lain. Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat,
berpusat pada anak dalam konteks pengalaman sosial. Pemikiran tersebut didasari dengan
penolakan terhadap sistem pendidikan tradisional. Hal tersebut tertuang dalam bukunya
Pengalaman dan Pendidikan (2002). Dalam buku tersebut disebutkan bahwa “pada hakikatnya
pola pendidikan tradisional bersifat paksaan dari atas dan dari luar. Pendidikan tradisional
memaksakan seluruh norma, materi pokok pelajaran, dan metode orang dewasa kepada anak
muda yang hanya dapat bertumbuh secara perlahan menuju kematangan”.

Pengenalan pola memberikan fokus pada penalaran anak. Orang dewasa harus
mendorong anak usia dini untuk menebak dan menjelaskan penalarannya. Penalaran
memungkinkan siswa untuk menarik kesimpulan logis, menerapkan keterampilan klasifikasi
logis, menjelaskan pemikiran mereka, membenarkan solusi dan proses masalah mereka,
menerapkan pola dan hubungan untuk sampai pada solusi, dan memahami matematika
(Charlesworth dan Lind, 2010)

Walaupun konsep matematika tidak secara langsung diberikan dalam pembelajaran, anak
usia dini memperoleh pengetahuan matematika melalui aktivitas-aktivitas yang menyenangkan
melalui bermain. Aktivitas pembelajaran di PAUD lebih menitikberatkan pada akivitas bermain.
Pembelajaran yang diberikan dengan metode ceramah, pemberian tugas akan membuat siswa
cenderung malas dan cepat bosan. Oleh karena itu guru harus pandai mencari model
pembelajaran yang bersifat GASING yaitu gampang, asik dan menyenangkan sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa dan rasa percaya diri muncul. Salah satu cara
menumbuhkan semangat siswa dalam belajar matematika yaitu dengan penerapan model
pembelajaran yang tepat. Dengan menggunakan pembelajaran BIDAK ternyata materi pola
bilangan tersebut bisa diterima siswa dan mendapatkan hasil yang lebih baik dari yang
sebelumnya.

Pembelajaran BIDAK adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan keunggulan


pembelajaran koorperatif dan pembelajaran individual yang memanfaatkan perbedaan
kemampuan individu dengan belajar kelompok. BIDAK dari singkatan Bantuan Individual
dalam Kelompok merupakan model pembelajaran (TAI) yaitu Team Assisted Individualization,
dikembangkan oleh slavin, leavy, kraweit dan madden pada tahun 1982 sampai tahun 1985
dalam buku Cooperative Learning : Theory Research and Practice (Warsono dan Haryanto,
2013). Model pembelajaran ini bisa mengatasi kesulitan siswa dalam memecahkan masalah.
Model ini memperhatikan perbedaan pengetahuan awal tiap siswa untuk mencapai prestasi
belajar.

Langkah–langkah yang dipakai untuk model pembelajaran BIDAK yaitu: Tes


penempatan, guru memberikan tes awal sebagai pengukur untuk menempatkan siswa pada
kelompoknya. Siswa yang mendapat nilai tinggi dalam tes akan ditempatkan dengan anak yang
sedang atau rendah, sehingga kelompok yang terbentuk merupakan kelompok yang heterogen
tingkat kemampuanya. Hal ini bisa juga di lihat dari hasil ulangan harian keseharianya.
Pembentukan kelompok, guru membagi tiap – tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa dipilih
berdasarkan hasil tes penempatan. Belajar secara individu, setiap siswa bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru secara individu. Belajar kelompok, masing –
masing siswa saling mengoreksi hasil kerjaan teman satu kelompoknya dan mencari
penyelesaian yang benar. Perhitungan nilai kelompok, perhitungan nilai kelompok dilaksanakan
setelah siswa diberi tes akhir, masing – masing siswa mengerjakan tes secara individu dan
hasilnya di rata-rata menurut kelompoknya. Nilai itu yang menjadi nilai kelompoknya.
Pemberian penghargaan kelompok, kelompok dengan nilai tertinggi pada setiap akhir siklus akan
mendapat hadiah bisa berupa hadiah atau pujian.
MEDIA KONSEP YANG DIKEMBANGKAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
POLA DAN HUBUNGAN PADA ANAK USIA DINI

Pada dasarnya melakukan pembelajaran pola dan hubungan yaitu mengenal konsep pembelajaran
berpola. Adapun beberapa hal yang dipelajari matematika pola dan hubungan pada anak usia dini
yaitu :

1. Membuat Anyaman
2. Bermain Menyusun Balok
3. Bermain Menyusun Pola
4. Bermain Sajak
5. Menghias Kue

IMPLEMENTASI MEDIA YANG DIKEMBANGKAN DALAM POLA DAN


HUBUNGAN ANAK USIA DINI

1. MEMBUAT ANYAMAN
Menganyam merupakan suatu karya seni kriya yang dilakukan dengan cara melilitkan bahan
secara berselang-seling dengan pola tertentu menggunakan tangan. Seni ini merupakan salah
satu bagian dari seni rupa. Sejarah menganyam sudah ada sejak zaman pemerintahan Long
Yunus di negeri Kelantan, sampai saat ini kegiatan anyaman masih diminati oleh masyarakat
desa maupun masyarakat kota. Sehingga dapat disimpulkan kerajinan menganyam
merupakan kerajinan karya seni kriya yang membentuk pola tertentu sehingga menjadi ciri
khas masyarakat Indonesia.
Kegiatan menganyam untuk anak usia dini merupakan salah satu kegiatan dalam
pembelajaran pada anak usia dini. Teknik dalam pembelajaran menganyam pada anak usia
dini yaitu menggunakan teknik yang tidak terlalu komplek. Hal ini dapat melatih
keterampilan motorik halus anak karena menggunakan jari-jari tangan dalam pembuatannya.
Selain melatih motorik anak kegiatan menganyam dapat melatih konsentrasi, belajar
matematikan mengenai pola dan hubingan sehingga menghasilkan karya yang menarik.
Namun, dalam pembelajaran menganyam pada anak usia dini tidak mnggunakan bahan-
bahan untuk orang dewasa. Melainkan menggunakan bahan yang bersifat ringan seperti
kertas origami atau kertas lipat. Untuk memudahkan dalam pembuatanya sebaikya
menggunakan dua warna yang berbeda, dengan tujuan agar anak mencocokkan bagian yang
akan dipola yang sudah di berikan. Apabila anak sudah mampu memasukkan anyaman dalam
setiap pola, hal ini kemampuan dan kemajuan yang dilakukan anak berkembang dengan baik.
Dalam kegiatan pembelajaran ini guru sangan berperan penting sebagai fasilitator untuk
mengajak anak membuat anyaman serta dapat menumbuhkan rasa suka dalam kegiatan
menganyam. Alat dan Bahan yang perlu disiapkan dalam pembelajaran menganyam antara
lain:
1. Dua kertas warna
2. Gunting
3. Kater/silet
4. Penggaris
5. Lem kertas
Contoh penerapan pembelajaran menganyam pada anak usia dini.

Sumber: www.google.com Sumber: www.google.com


Sumber: www.google.com

Sumber: www.google.com

2. BERMAIN MENYUSUN BALOK


Jenis pembelajaran pola dan hubungan selanjutnya yaitu bermain menyusun balok. Balok
merupakan media berbentuk bangun ruang tiga dimensi yang memiliki enam sisi, dua belas
rusuk dan delapan titik sudut. Balok juga dapat disebut sebagai kubus apabila memiliki sisi
yang sama panjang. Sedangkan bermain balok merupakan kegiatan dimanan anak dapat
menyusun atau membangun berbagai bentuk benda yang memiliki sifat edukatif serta dapat
memberikan manfaat untuk perkembangan belajar anak. Manfaat bermain balok antara lain
anak dapat belajar mengendalikan permainan, belajar berkonsentrasi, belajr berpikir kritis
serta dapat melakukan kerjasama dengan baik antara teman lainnya. Manfaat lain dalam
bermain menyusun balok yaitu dapat meningkatkan perkembangan fisik motorik anak. Yang
dimanan anak dapat mengembangkan koordinasi mata dan tanga, anak dapat mengambil,
memindahkan dengan tujuan untuk menguatkan otot tangan. Adapun jenis kriteria balok
yang baik untuk anak diantaranya yaitu :
1. Terbuat dari bahan yang aman
2. Mudah dimainkan anak
3. Memiliki ukuran yang sesuai dengan kondisi anak
4. Dapat menarik perhatian anak
5. Bersifat tahan lama

Bermain balok untuk anak usia 4-6 tahun, seiring dengan perke bangan anak sudah mulai
tahap berhitung, mengidentifikasi serta dapat mengimplementasikan secara langsung dari apa
yang anak lihat. Dalam pembelajaran pada anak usia dini bermain balok dapat dikaitkan
dengan pembelajaran matematika dengan materi pola dan hubungan. Dimana tahapan
bermain balok yaitu dapat dilakukan dengan berikut

a. Menumpuk (Stacking) :
1. Menyusun Balok ke Atas
Pada permainan ini, anak membuat bangunan garis lurus dengan menumpuk atau
menyusun balok ke atas.

2. Menyusun Balok ke Samping


Pada permainan ini, anak dapat melakukan dengan membuat bangunan garis lurus
menumpuk ke samping dari ujung ke ujung.
3. Menyusun Balok Dua Dimensi Lurus ke Atas
Pada permainan ini, anak membuat dengan cara menggabungkan tumpukan baris
lurus ke atas.

4. Menyusun Balok di Bidang Datar


Pada permianan ini, anak menyusun balok dengan mengkombinasikan barisan-
barisan balok pada bidang datar.

b. Membangun Pola
1. Membangun Jembatan
Cara membuatnya yaitu menempatkan dua balok sejajar dan berjarak satu sama lain
dan menghubungkan kedua balok yang balok lainyan berada diatas sehingga
membentuk seperti jembatan.

2. Membangun Ruang Tertutup Mendatar


Pada tahap ini, anak membuat bangunan seperti kotak terbuka dari balok-balok yang
telah disusun.

3. Menggabungkan Beberapa Bangunan


Anak dapat membuat beberapa bangunan yang menggabungkan beberapa bangunan
garis luru, bangunan dua dimensi atau tiga dimensi menjadi sebuah bangunan yang
utuh.

3. BERMAIN MENYUSUN POLA


Pola merupakan susunan benda terdiri atas warna, bentuk, jumlah atau peristiwa menurut
Lestari (2011;12). Dalam kaitannya dengan matematika pada anak usia dini dapat
digambarkan sebagai keteraturan yang dapat diprediksi, biasanya melibatkan hubungan
numeric, spasial atau logis. Dalam pembelajaran pada anak usia dini kali anak bermain
menyusun pola dapat dikategorikan menjadi dua macam diantara lainnya ;
1. Pola dan hubungannya merupakan susunan dari objek, dan bentuk bilangan seperti
contoh;

Sumber : www.google.com Sumber : www.google.com


2. Alat permianan edukatif yan terdiri dari bentuk segitiga, lingkaran, persegi, persegi
panjang,laying-layang, belah ketupat, dll. Geometri berkaitan dengan kemampuan
memahami bentuk dan struktur yang ada dilingkugan. Yang dimana anak melakukan
kegiatan mengurutkan pola dengan cara mengurutkan beberapa bentuk geometri yang
diatasnya sudah diberi cintih oleh guru.

Sumber : www.google.com

4. BERMAIN SAJAK
Banyak cara mengenalkan aktivitas pembelajaran yang kreatif pada anak usia dini dimulai
dari pola yang sederhana terlebih dahulu kemudian ke pola yang rumit. Dalam pembelajaran
pola dan hubungan selanjutnya kita melaukan permainan yang bernama bermain sajak.
Bermain sajak sendiri adalah sebuah permainan yang dimana mengurutkan sebuah tulisan
yang kemudian anak dapat mengurutkan sesuai perintah menggunakan kertas warna. Berikut
contoh penerapan bermain sajak yang dapat diajarkan pada anak usia dini,

- ABAB (merah,putih,merah,putih)
- AABB (meah,merah,putih,putih)

- ABC (merah,putih, biru)

5. MENGHIAS KUE
Media pembelajaran selanjutnya yaitu belajar matemtika sambil melakukan kegiatan yang
menyenagkan sehari-hari salah satunya yaitu memasak. Aktivias memasak seperti menghias
kue ada kaitanya dengan matematika serta keberadaan pola. Dimana, kita anak dapat
mengambar sesuatu pada kue, menyusun toping tertentu dengan pola tertentu atau
meletakkan icing dengsn pola warna tertentu. Hal ini dapat melatih daya kreativitas anak usia
dini serta melatih konsentrasi dan kepercayaan diri anak. Alat dan bahan yang diperlukan
dalam pembelajaran menghias kue antara lain :
1. Kue polosan
2. Butter cream
3. Choco chips
4. Buah-buahan (selera masing-masing)
Dalam kegiatan menghias kue seperti gambar dibawah:

Sumber : www.google.com Sumber : www.google.com

Sumber : www.google.com Sumber : www.google.com


DAFTAR PUSTAKA

Andi Hakim, N. (1980). Landasan Matematika, Jakarta : Bharata Aksara.

Ardina, Y. R. (2016). Keterampilan Menganyam pada anak TK kelompok B Gugus II


Kecamatan Pengasih Kulon Progo. Pendidikan Guru PAUD S-1, 5(4), 430-439.

Ariyana, I. K. S. (2020). PEMBELAJARAN KONSEP POLA UNTUK ANAK USIA DINI


DALAM KAITANNYA DENGAN PROBLEM SOLVING. Widya Kumara: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 22-32.

Dienes, Zoltan P, 1973. The Six Stages in The Process of Learning Mathematics.

Diterjemahkan oleh P. L. Seaborne. USA : NFER.

Erman, S dan Winataputra, U.S. (1993). Strategi Belajar Mengajar Matematika, Jakarta :
Universitas Terbuka.

Hasanah, N., & Fitrianti, H. (2019). Mengenal Matematika Anak Usia Dini melalui Kegiatan
Mengurutkan Pola (Pattern). Early Childhood Education Journal of Indonesia, 2(1), 31-
37.

Hasbi, M., Faeruz, R., Fridani, L., & Adhe, K. R. (2021). Aktivitas bermain balok anak usia dini.

Hudojo, Herman, 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran

Lestari KW. Konsep Matematika untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD, 2011.

Lestari, K.W. (2011). Konsep Matematika untuk Anak Usia Dini. Direktorat Pembinaan PAUD.

Matematika. Malang: Jica.

Ruseffendi, E.T, dkk. (1992), Pendidikan Matematika 3, Jakarta : Depdikbud.

Ruseffendi, E.T, dkk. (1992), Pendidikan Matematika 3, Jakarta : Depdikbud.


Smith, A. M. & Price, A. J. Mathematics in Early Years Education: Third Edition. New
York: Routledge, 2012.

Wragg, E.C. (1997). Keterampilan Mengajar Di Sekolah Dasar, Jakarta : Gramedia

Anda mungkin juga menyukai