Hakikat Matematika
Kurikulum Matematika
Berdasarkan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Standar Kompetensi Lulusan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, untuk matematika SD/MI harus meliputi:
1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari 2. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari 3. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari 4. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari 5. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung (mean), modus, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari 6. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan 7. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif
Hakikat Matematika dan Pendidikan Matematika Pengertian Matematika Pengertian tentang matematika tidak didefinisikan secara tepat dan menyeluruh. Hal ini mengingat belum ada kesepakatan atau definisi tunggal tentang matematika. Beberapa pengertian atau ungkapan tentang
matematika hanya dikemukakan berdasarkan siapa pembuat definisi, di mana dibuat dan berdasarkan sudut pandang apa definisi itu dikemukakan. Berikut ini beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh para ahli tentang
matematika: 1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir (R.Soedjali, 1999) 2. Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak (Keysen dalam The Liang Gie, 1993) 3. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubunganhubungannya (Chanles Echels dalam The Liang Gie, 1993) 4. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri (James, 1976) 5. Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi (Johnson dan Rising dalam Suherman, 2001) 6. Matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (Kline dalam Suherman, 2001)
kognitifnya. Potensi yang ada pada diri anak pun berkembang dari tingkat rendah ke tinggi, dari sederhana ke kompleks.
Karakteristik Matematika Memilki abstrak Pola pikirnya deduktif Kebenaran konsistensi Bertumpu pada kesepakatan objek kajian
Pola pikirnya deduktif dan induktif Kebenarn konsistensi dan korelasional Bertumpu pada kesepakatan
Memiliki simbol kosong dari Memiliki simbol kosong dari arti dan juga arti (sebelum masuk semesta berarti tertentu) Taat kepada semestanya (berarti sudah termasuk dalam
1. Objek kajian matematika sebagai ilmu seluruhnya abstrak. Sementara dalam pendidikan matematika, seorang guru harus berusaha untuk mengurangi sifat keabstrakan matematika sehingga memudahkan siswa dalam memahami kajian matematika tersebut (materi pelajaran
matematika di sekolah). Dalam pendidikan matematika, semakin tinggi jenjang sekolahnya, akan semakin tinggi tingkat keabstrakan. 2. Pembuktian matematika harus berdasarkan penalaran deduktif karena jika berlaku untuk n=1 dan dianggap benar untuk n=k (k bilangan asli), maka akan terbukti untuk n=k+1. Matematika sebagai ilmu tidak menolak
Konsistensi juga diperlukan dalam hal istilah atau nama objek dalam matematika yang digunakan. Tidak dibenarkan adanya kontradiksi baik dalam sifat, konsep, dan teorema tertentu yang digunakan. 4. Seperti halnya dalam matematika sebagai ilmu, dalam pembelajaran matematika kesepakatan harus dipatuhi. Kesepakatan juga berlaku dalam hal istilah atau nama objek matematika yang digunakan. 5. Simbol matematika tidak memperhatikan tingkatan tetapi pada pendidikan matematika mengenalkan simbol matematika dari tingkat dasar sampai tingkat atas, penggunaan dari simbol itu disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa (menyesuaikan semesta pembicaraan simbol tersebut). 6. Penyederhanaan konsep matematika yang kompleks sangat
memperhatikan semesta pembicaraannya. Memperluas dan meningkatkan semesta pembicaraan matematika dalam pendidikan matematika
sekaligus membedakan tingkat atau jenjang sekolah. Artinya pembatasan ruang lingkup kajian matematika dalam pendidikan matematika di mulai dati TK yang sering disebut matematika permulaan, meningkat dan
sedikit meluas ke tingkat SD kelas 1, kelas 2, dan seterusnya sampai SMA sehingga semesta matematika memang dibatasi untuk pendidikan
matematika sekaligus membedakan jenjang sekolah. Matematika sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu Karena matematika merupakan ilmu yang mandiri, matematika dapat tumbuh dan berkembang untuk ilmunya sendiri, selain itu juga matematika dapat sebagai pelayan untuk melayani ilmu pengetahuan lain. Pendidikan Matematika ~ PGSD 5
Unsur/Objek Geometri
Aksioma/Postulat Melalui dua titik sembarang dapat dibentuk satu garis lurus
Umumnya anak usia 6-7 tahun sudah menguasai hukum kekekalan banyak. Pendidikan Matematika ~ PGSD 11
dikerutkan. Umumnya usia 8-9 tahun anak baru akan memahami kekekalan panjang. d. Kekekalan luas Umumnya usia 8-9 tahun anak sudah menguasai hukum kekekalan luas. Misalnya anak akan menyatakan luas A dan B adalah sama.
12
memahami bahwa berat benda itu tetap walaupun bentuknya, tempatnya, dan atau penimbangannya berbeda-beda. f. Kekekalan isi Umumnya usia sekitar 14-15 tahun anak sudah mengerti sekaligus memahami bahwa air yang ditumpahkan dari sebuah bak atau gelas yang penuh adalah sama dengan isi sebuah benda yang ditenggelamkannya. g. Tingkat pemahaman Tingkat pemahaman anak usia dini sampai dengan anak SD umumnya masih terbatas atau mengalami kesulitan merumuskan definisi dengan katakatanya sendiri. Mereka belum bisa membuktikan dalil dengan baik. Apabila mereka bisa menyebutkan definisi atau dapat membuktikan dalil/teorema secara benar, maka besar kemungkinan karena hapalan bukan pengertian. Mereka masih kesulitan berpikir secara induktif apalagi secara deduktif, umumnya mereka berpikir secara transitif (dari khusus ke khusus dan belum mampu membuat kesimpulan). Dari uraian di atas jelas bahwa anak itu bukanlah tiruan orang dewasa. Anak bukan bentuk mikro dari orang dewasa. Anak-anak mempunyai kemampuan intelektual yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Cara-cara berpikir anak berbeda dengan cara-cara berpikir orang dewasa.
13
14
15
17
22
23
theorem).
a. Dalil Penyusunan Konsep dalam matematika akan lebih bermakna jika siswa mempelajarinya melalui penyusunan representasi obyek yang dimaksud dan dilakukan secara langsung. Misalnya, jika seorang guru menjelaskan arti 9 (sembilan), maka seyogianya guru meminta siswa untuk menyajikan sebuah himpunan yang jumlah anggotanya sembilan. Bahkan akan lebih baik jika pada kelas-kelas rendah sekolah dasar, guru terlebih dahulu meminta siswa untuk mengambil sendiri sembarang sembilan benda kongkrit yang disenangi siswa. Misalnya, siswa mengambil sembilan buku atau pinsil. Dari beberapa pandangan tentang dalil penyusunan Bruner, maka dapat disimpulkan bahwa siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dalam memahami konsep, prinsip, aturan dan teori. Hal ini dapat diperoleh melalui pengalaman dalam melakukan eksperimen atau percobaan yang memungkinkan siswa untuk memahami konsep, prinsip, aturan dan teori itu sendiri. b. Dalil Notasi Dalil notasi menyatakan bahwa dalam pembelajaran atau penyampaian suatu konsep, penggunaan notasi-notasi matematika harus diberikan secara bertahap, dimulai dari yang sederhana yang secara kognitif dapat lebih dipahami oleh para siswa sampai kepada yang makin kompleks notasinya. Penggunaan notasi yang tepat akan mempermudah ditemukannya berbagai prinsip matematika dan juga mempermudah pengembangan berbagai konsep, prinsip, dan prosedur dalam matematika. Misalkan tentukanlah sebuah bilangan yang jika ditambahkan 3 akan menjadi 8, akan lebih sesuai jika direpresentasikan dalam bentuk ... + 3 = 8 , selanjutnya untuk siswa yang tingkat perkembanganya sudah lebih matang dapat direpresentasikan dalam bentuk x + 3 = 8 . c. Dalil Pengkontrasan dan Variasi Dalil ini mengatakan bahwa prosedur penyajian suatu konsep dari yang konkret ke yang lebih abstrak harus dilakukan dengan kegiatan Pendidikan Matematika ~ PGSD 24
VYGOTSKY Vygotsky menekankan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran dengan berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor yang terpenting dalam mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang. Interaksi dengan orang lain akan memberikan rangsang dan bantuan bagi seseorang untuk berkembang. Misalnya seorang anak belajar berbicara sebagai akibat dari interaksi anak itu dengan orang-orang disekelilingnya, terutama orang yang lebih dewasa. Vygotsky juga berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila si anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dengan suasana lingkungan yang mendukung, dalam bimbingan atau pendampingan seorang yang lebih mampu atau lebih dewasa, misalnya guru. Menurut Vygotsky, setiap anak mempunyai apa yang disebut zona perkembangan proksimal (zone of proxcimal development), yang oleh Vygotsky didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan si anak yang aktual, yaitu tingkat yang ditandai dengan kemampuan si anak untuk menyelesaikan soal-soal tertentu secara Pendidikan Matematika ~ PGSD 26
30
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam suatu pembelajaran yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut. Dasar dari objek pembelajaran matematika yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan skill yang pada umumnya bersifat abstrak, sehingga perlu dipilih strategi pembelajaran sedemikian hingga sehingga terdapat keselarasan antara pembelajaran untuk menanamkan konsep, pemahaman konsep, dan pembelajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal berupa pemecahan masalah. Dengan demikian, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dari hal yang mudah beranjak ke hal yang sukar, dan dari hal yang sederhana beranjak ke hal yang kompleks. Kemudian, mengacu pada Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, ini jelas tersirat bahwa kita di dalam setiap kesempatan pembelajaran hendaknya memulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem), sejalan dengan itu maka pembelajaran kontekstual (contextual learning) perlu mendapatkan perhatian yang optimal untuk dapat diterapkan dalam suatu pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran kontekstual, asumsi bahwa belajar adalah mempresentasikan suatu konsep yang mengkaitkan substansi mata pelajaran (materi) yang dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau cara siswa belajar, konteks ini memberikan arti, relevansi, dan manfaat penuh terhadap belajar. Kemudian bilamana siswa mempelajari sesuatu yang berarti dan pada kondisi terbaiknya akan dikatakan bahwa siswa belajar materi pelajaran bermakna dalam kehidupannya, dan akan bertambah berarti jika siswa belajar materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka dan mereka menemukan arti mendalam di dalam proses pembelajaran, sehingga akan menjadi lebih berati dan menyenangkan. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata sehingga pemahaman, relevansi, dan 31
32
33
34
Memiliki stuktur, jumlah serta teknik Memiliki satu cara, yaitu tertentu menyelesaikan tugas tertentu secara bersama-sama Mengaktifkan semua anggota Menimbulkan gejala ketergantungan kelompok untuk berperan serta dalam antar anggota kelompok penyelesaian tugas tertentu Menggalang potensi antara anggotanya sosialisasi di Sangat bergantung dari niat baik setiap anggota kelompok
35
mengetahui, akibatnya tidak dapat ditransfer atau ditransformasi kepada penerima yang pasif baik fisik maupun mental. Dengan demikian, seorang siswa akan dapat memahami matematika hanya apabila siswa tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuan yang ada pada dirinya melalui pengalamannya dengan lingkungan. Salah satu hakikat belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Perubahan itu akan menjadi optimal jika dan hanya jika perubahan itu memang dikehendaki oleh yang belajar dan bermakna bagi yang belajar. Dengan kata lain proses aktif dari orang yang belajar dalam rangka tujuan tertentu merupakan faktor sangat penting, dengan demikian maka belajar aktif akan memberikan hasil yang lebih bermakna bagi tercapainya tujuan dan tingkat kualitas hasil belajar tersebut.
36
pengalamannya, serta mau terus belajar, mengamati, dan berkreasi dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, maka tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan baik.
37
menciptakan efektivitas pembelajarannya: 1. Pahamilah apa yang sedang anda bicarakan! 2. Ajarilah dan kedepankan dengan contoh! 3. Hargailah siswa anda! 4. Berilah selalu motivasi siswa anda! 5. Konstruksikan selalu tujuan pembelajaran yang akan anda laksanakan! 6. Ajarilah siswa problem solving skill! 7. Katakanlah dan perlihatkan! 8. Baca dan baca terus model-model pembelajaran! 9. Konstruksikan tes yang valid! Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajarannya untuk meningkatkan taraf kreativitas adalah senagai berikut: 1. Kreativitas guru: a. Mengembangkan kegiatan yang bervariasi b. Memberikan alat bantu belajar yang sederhana c. Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. 2. Kreativitas siswa: a. Merancang atau membuat sesuatu b. Menulis, merangkum atau membuat soal sendiri. C. Pembelajaran Matematika yang Efektif Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa cooperatif learning sebagai suatu pendekatan dalam strategi pembelajaran efektif. Pada pembelajaran matematika di kelas, belajar matematika dengan pendekatan kooperatif adalah kelompok kerja yang kooperatif yang lebih dari sekedar kompetitif. Pada kegiatan ini sekelompok siswa belajar dengan pasti atau mendiskusikan tugas-tugas matematika yang diberikan gurunya, saling
38
Center
for
penemuan (discovery), dan penciptaan (invention). 3. Applying: Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatan. 4. Cooperating: Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, dan pemakaian bersama, dan sebagainya. 5. Transfering: Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru.
39
dilangsungkan di luar kelas atau dapat berupa teka-teki maupun permainan sehingga kita dapat berekreasi dengan matematika.
40
pengetahuan,
maka
konsep-konsep
matematika
tersusun
dikelompokkan ke dalam tiga jenis konsep, yaitu konsep dasar, konsep yang berkembang dari konsep dasar, dan konsep yang harus dibina
keterampilannya. 1. Konsep dasar. Konsep dasar dalam pembelajaran matematika merupakan materi-materi atau bahan-bahan dari skumpulan bahasan atau semesta bahasan, dan umumnya merupakan materi baru bagi para siswa yang mempelajarinya. Konsep-konsep dasar ini merupakan yang pertama kali dipelajari oleh para siswa dari sejumlah konsep yang diberikan. Oleh karena itu setelah konsep dasar ini ditanamkan maka konsep dasar ini akan menjadi prasyarat dalam memahami konsep-konsep berikutnya. 2. Konsep yang berkembang. Konsep yang berkembang dari konsep dasar merupakan penerapan dari konsep-konsep dasar. Konsep yang berkembang ini merupakan kelanjutan dari konsep dasar dan dalam mempelajarinya memerlukan pengetahuan dan penguasaan tentang konsep dasar, dengan kata lain konsep jenis ini akan mudah dipahami oleh para siswa apabila mereka telah menguasai konsep prasyaratnya, yaitu konsep dasarnya. Pendidikan Matematika ~ PGSD 41
matematika seperti 1+2=3, 2+3=5, dan semacamnya dengan hasil tidak lebih dari 5. Dalam kalimat matematika ini, siswa belajar tentang bagianbagian dari kalimat matematika tersebut yang meliputi bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, dan 5, lambang untuk penjumlahan adalah +, lambang untuk sama dengan adalah =, yang kesemuanya merupakan fakta-fakta penunjang pemahaman konsep dasar penjumlahan. Konsep yang berkembang dari konsep dasar, diantaranya adalah: Pendidikan Matematika ~ PGSD 42
penjumlahan bilangan 1 sampai dengan 5. Misalnya: Tian mempunyai dua permen . ia membeli lagi 3 permen. Berapakah banyaknya permen Tian sekarang?
Hakikat Matematika
Kurikulum Matematika
43
44
3 bendera ditambah 1 bendera sama dengan ... bendera. Pola ini dilatih terus dengan urutan penggabung 1 dan 1, 2 dan 1, 3 dan 1, 4 dan 1, 2 dan 2, 2 dan 3, dan seterusnya. 4) Menggunakan gambar dan lambang bilangannya.
2 bola
1 bola
3 bola
45
2. Kegiatan pembelajaran untuk pemahaman konsep Merupakan kelanjutan dari model pendekatan penanaman konsep dan lebih menekankan pada siswa supaya menguasai ciri-ciri, sifat-sifat, dan penerapan dari konsep yang telah dipelajari pada tahap penanaman konsep. Dalam pemahaman konsep, siswa perlu mendapat pengalaman yang bervariasi, melakukan penerapan konsep, dan teknik-teknik penerapan konsep. Dalam tahap pemahaman konsep, tentunya harus juga tetap memperhatikan keterkaitan diantara komponen-komponen model
pembelajaran matematika.
46
47
48