Anda di halaman 1dari 14

DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA

“Kompetensi Guru Matematika”

Dosen Pengampu:

Dra Emi Pujiastuti,M.pd

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Naili Ulfatun Nisa (4101418048)

Siti Salwa Husna (4101418049)

Ega Rahmawati (4101418050)

Yesi Lintang Setyani (4101418051)

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
Rangkuman Kompetensi Guru Matematika

A. Kompetensi Guru
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan demikian kompetensi yang
dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi
tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun
sikap profesional dalam 5 menjalankan fungsi sebagai guru. Berdasarkan pengertian
tersebut, standar kompetensi guru adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang
dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan dan sikap bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut
kompeten.
Tujuan adanya Standar Kompetensi Guru adalah sebagai jaminan dikuasainya tingkat
kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan dapat melakukan tugasnya
secara profesional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat melayani pihak yang
berkepentingan terhadap pembelajaran, dengan sebaik-baiknya sesuai bidang tugasnya
yang dia emban.
Menurut PP I No. 19 / 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28, pendidik
adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi yaitu:
a. Kompetensi pedagogik
b. Kompetensi Profesional
c. Kompetensi Kepribadian
d. Kompetensi Sosial
Keempat jenis kompetensi guru yang disyaratkan beserta subkompetensi dan indikator
esensialnya diuraikan sebagai berikut :
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat
dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator sebagai berikut :
1. Memahami peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial :
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
2. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial :
menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, materi ajar,
serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3. Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial :
Menata latar (setting) pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial : Melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan 8 hasil belajar
secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil penilaian
proses dan hasil belajar untuk meningkatkan tingkat ketuntasan belajar (mastery
level) , dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk pebaikan kualitas
pogram pembelajaran secara umum.
5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang
dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial : memfasilitasi peserta
didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta
didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik.
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut serta menambah
wawasan keilmuan bagi guru. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut
memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.:
1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi
ini memiliki indikator esensial : memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah, memahami strukstur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau
koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran
terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan
dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
c. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci tiap setiap elemen kepribadian tersebut
dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut :
1. Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial : bertindak sesuai dengan norma hokum, bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai norma.
2. Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial : menampilkan kemandirian bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos
kerja sebagai pendidik.
3. Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial :
menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah,
dan masyarakat dan menunjukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4. Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini memiliki indicator
esensial : memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan
memiliki perilaku yang disegani.
5. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial : bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas,
suka menolong), memiliki peilaku yang diteladani peserta didik.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama guru, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan
indikator esensial sebagai berikut :
1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial : Berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik.
2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan
tenaga kependidikan.
3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar.

B. Kompetensi Guru Matematika


Guru matematika perlu memiliki empat kompetensi seperti yang telah disebutkan di
atas agar dapat mengelola pembelajaran matematika dengan baik.
1. Kompetensi pedagogik
Seorang guru matematika perlu memiliki pemahaman mengenai siswanya dalam
pembelajaran matematika. Apakah siswa memiliki minat serta apa yang
kelemahan dan kesulitan dasar yang dialami siswa dalam matematika.
Pemahaman mengenai tahap perkembangan siswa pun perlu dipahami guru.
Dengan pengetahuan dan pemahaman akan hal-hal tersebut, maka guru dapat
memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat, yang dapat membantu
dan memotivasi siswa dalam belajar matematika. Dalam pembelajaran
matematika, guru yang memiliki kompetensi pedagogik yang baik dapat
menyusun kegiatan pembelajaran yang mampu memudahkan siswa dalam
mempelajari matematika.
2. Kompetensi kepribadian
Seorang guru matematika perlu menjadi panutan dan teladan siswa dalam hal
sikap dan tutur kata. Selama ini, anggapan yang berkembang mengenai guru
matematika adalah seorang yang galak, kasar dan bermulut tajam. Anggapan ini
perlu diubah melalui sikap dan tutur kata guru matematika selama melaksanakan
pembelajaran di kelas. Seorang guru matematika perlu memiliki kesabaran dan
pengendalian diri yang baik dalam kelas khususnya ketika menemukan siswa yang
kurang mampu dalam matematika. Konsep bahwa siswa pun adalah gambar dan
rupa Allah perlu diingat sehingga guru dapat menghargai siswa dan
memperlakukan siswa sebagaimana layaknya.
3. Kompetensi sosial
Guru matematika perlu memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan
siswa, sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa dan masyarakat.
Guru matematika perlu memiliki telinga dan hati yang terbuka, khususnya dalam
mendengarkan saran dan kritik untuk perbaikan dalam pembelajarannya. Ketika
siswa datang ke kelas dalam keadaan yang kurang siap untuk belajar, guru perlu
mencoba untuk mendengarkan siswa, apakah ada alasan yang mendasar yang
menyebabkan hal tersebut. Dengan memiliki kompetensi sosial yang baik maka
guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
4. Kompetensi profesional
Berdasarkan PP Mendiknas No. 16 Tahun 2007, kompetensi khusus yang perlu
dimiliki oleh setiap guru matematika, adalah:
a) menggunakan bilangan, hubungan di antara bilangan, berbagai sistem
bilangan dan teori bilangan;
b) menggunakan pengukuran dan penaksiran;
c) menggunakan logika matematika;
d) menggunakan konsep-konsep geometri;
e) menggunakan konsep-konsep statistika dan peluang;
f) menggunakan pola dan fungsi;
g) menggunakan konsep-konsep aljabar;
h) menggunakan konsep-konsep kalkulus dan geometri analitik;
i) menggunakan konsep dan proses matematika diskrit;
j) menggunakan trigonometri;
k) menggunakan vektor dan matriks;
l) menjelaskan sejarah dan filsafat matematika; serta
m) mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, piranti lunak
komputer, model matematika, dan model statistika.

Kompetensi di atas secara umum menuntut guru matematika untuk mampu


menguasai seluruh materi matematika di tingkat sekolah menengah agar guru
dapat membimbing siswa memahami materi-materi tersebut. Untuk itu, guru perlu
mengemasnya menjadi sesuatu yang menarik untuk dipelajari. Guru dapat
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang siswa untuk
berpikir dan berlatih dalam proses pemecahan masalah. Pertanyaan guru itu
hendaknya bersifat terbuka dan mengarah pada investigasi serta bersifat divergen,
tidak simple, open-ended dan merangsang siswa untuk belajar dengan
bekerjasama. Selain hal-hal tersebut, seorang guru matematika pun perlu
mempunyai kemampuan komunikasi matematis, baik lisan maupun tertulis;
kemampuan penalaran; pembuktian; representasi matematis dan pemecahan
masalah. Kemampuan-kemampuan ini merupakan kemampuan yang pada
akhirnya dituntut untuk dimiliki siswa. Untuk itu, sebagai seseorang yang akan
membantu siswa mempelajari seluruh kemampuan tersebut maka guru matematika
juga idealnya telah menguasai kemampuan tersebut agar ia tidak mengalami
kesulitan ketika mengajarkan kemampuan-kemampuan tersebut kepada para
siwanya. Jika guru tidak menguasai kemampuan-kemampuan ini maka bagaimana
ia dapat mengajarkannya kepada siswa. Sumarmo (2013) berpendapat bahwa guru
matematika hendaknya menguasai pengalaman belajarnya terdahulu yang
kemudian diperlengkapi untuk dapat diteruskan kepada siswa, menguasai proses
berpikir matematika, menguasai pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai
sehingga melalui semuanya itu dapat mendukung siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, menggunakan nalar secara efektif dan efisien, serta
menumbuhkan sikap ilmiah, disiplin, bertanggung jawab, keteladanan dan rasa
percaya diri.

C. Kompetensi Matematis siswa


Dalam Kurikulum Nasional disebutkan bahwa kecakapan atau kemahiran matematika
yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika mulai SD/MI hingga SMA/MA,
adalah sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan
mengimplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pengetahuan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Kelima kompetensi tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain, dan kesemuanya
sama penting sehingga diharapkan kelima kompetensi tersebut dapat dikembangkan secara
bersama-sama. Siswa yang memiliki pemahaman konsep dan penalaran yang baik akan
dapat memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide mereka dengan tepat. Dan ketika
siswa memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan maka siswa pun
dapat melihat bagaimana matematika dapat digunakan dalam memecahkan masalah
sehari-hari. Dalam mengembangkan kelima kompetensi tersebut, secara tidak langsung
siswa dilatih untuk dapat berpikir logis, kritis, kreatif dan terstruktur yang pada akhirnya
dapat mengembangkan pola pikirnya. Pembelajaran matematika yang ideal diharapkan
mampu membimbing siswa untuk dapat memiliki kemampuan berpikir matematis juga
untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan matematika mereka agar mampu
menerapkan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
ilmu pengetahuan yang lain.

D. Pengaruh Kompetensi Guru Matematika terhadap Kompetensi Siswa


Penelitian tentang pengaruh kompetensi guru matematika terhadap kompetensi siswa
telah banyak dilakukan. Berikut akan dibahas beberapa penelitian yang relevan.
1. Gürsel Güler danAlper Çiltaş pada tahun 2011 meneliti tentang tingkat penggunaan
representasi guru matematika terhadap tingkat penggunaan representasi siswa dalam
memecahkan masalah verbal (soal cerita matematika). Dari penelitian ini diperoleh
hasil sebagai berikut.
 Adanya hubungan positif antara tingkat penggunaan representasi visual guru
dan siswa dalam memecahkan masalah verbal. Semakin tinggi tingkat
penggunaan representasi visual guru maka semakin tinggi pula tingkat
penggunaan representasi visual siswa dalam memecahkan masalah yang
serupa.
 Adanya hubungan antara tingkat penggunaan representasi visual guru dengan
tingkat pemecahan masalah siswa. Semakin tinggi tingkat penggunaan
representasi visual guru maka semakin tinggi pula keberhasilan siswa dalam
pemecahan masalah.
2. Hill, Rowan dan Ball pada tahun 2005 meneliti tentang pengaruh pengetahuan
matematis guru dalam mengajar pada pencapaian siswa. Dalam penelitian ini
diperoleh hasil sebagai berikut.
 Pengetahuan matematis guru memainkan peran penting pada pembelajaran
matematika, khususnya pada pembelajaran yang sangat dasar, yaitu di tingkat
taman kanak-kanak dan awal sekolah dasar.
 Pengetahuan dalam mengajar yang diperlukan guru matematika tidak sebatas
kemahiran menghitung melainkan juga keterampilan dalam menjelaskan dan
merepresentasikan konsep matematika, serta berinteraksi dengan pemikiran
matematis siswa (students’ mathematical thinking).

Pengetahuan guru dalam hal ini memberikan dampak pada keluaran siswa (students
outcomes). Hasil penelitian-penelitian tersebut mengemukakan bahwa kompetensi
guru matematika memiliki pengaruh pada pencapaian kompetensi matematis siswa.
Penguasaan guru terhadap materi, teknik pembelajaran, tenik komunikasi serta
kepribadian guru memberi sumbangsih yang besar dalam perkembangan siswa. Untuk
itu, peningkatan kompetensi guru perlu menjadi perhatian serius. Guru-guru,
khususnya calon guru perlu memberi perhatian yang lebih terhadap pengembangan
kompetensinya agar pencapaian kompetensi matematis siswa dapat terus ditingkatkan.
Jika hal ini dapat dicapai maka keinginan untuk mencapai kualitas pendidikan yang
baik bukanlah hanya sekedar angan-angan melainkan dapat diwujudkan.

E. Keterampilan Guru
1. Keterampilan Bertanya

“Bertanya” adalah bahasa verbal untuk meminta respon siswa baik berupa
pengetahuan, pendapat, atau pun sekedar mengembalikan konsentrasi siswa yang
terdestruc oleh berbagai kondisi selama KBM berlangsung.

Tujuan guru mengajukan pertanyaan antara lain adalah :

• Menimbulkan rasa ingin tahu

• Merangsang fungsi berpikir

• Mengembangkan keterampilan berpikir

• Memfokuskan perhatian siswa

• Mendiagnosis kesulitan belajar siswa

• Menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya

2. Keterampilan memberikan penguatan

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, baik bersifat verbal


maupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tin gkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, bertujuan memberikan informasi atau umpan
balik (feed back) bagi si penerima (siswa), atas perbuatannya sebagai suatu
dorongan atau koreksi.

Teknik pemberian penguatan

1. Penguatan verbal dapat dinyatakan melalui pujian, penghargaan atau pun


persetujuan,

2. penguatan non verbal dapat dinyatakan melalui gesture, mimic muka


(ekspresi), penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan
(contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, dll.

3. Keterampilan Mengadakan Revisi

“Variasi” dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai perubahan


dalam proses interaksi belajar mengajar. Tujuan utama dari “variasi” dalam
kegiatan pembelajaran ini adalah untuk mengurangi rasa boring yang membuat
siswa tidak lagi fokus pada prose KBM yang sedang berlangsung.

Beberapa “variasi” yang dapat dilakukan guru selama proses KBM diantaranya
adalah:

1. penggunaan variasi suara (teacher voice),

2. pemusatan perhatian siswa (focusing),

3. kesenyapan/kebisuan guru (teacher silence),

4. kontak pandang dan gerak (eye contact and movement),

5. gesture/gerak tubuh, ekspresi wajah guru, pergantian posisi guru dalam kelas
dan gerak guru (teachers movement),

6. variasi penggunaan media dan alat pengajaran, dll.

4. Keterampilan menjelaskan

“Menjelaskan” adalah menyajikan informasi secara lisan, dengan sistematika


yang runut untuk menunjukkan adanya korelasi/hubungan antara yang satu
dengan yang lainnya.

Ada 2 komponen dalam ketrampilan menjelaskan, yaitu :


1) Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan,
penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan
dengan penggunaan hukum atau rumus-rumus yang sesuai dengan hubungan
yang telah ditentukan.

2) Penyajian, merupakan  suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal


sebagai berikut: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian
tekanan, dan penggunaan balikan/feedback

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

a. Membuka Pelajaran

Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau
kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses KBM untuk menciptakan
prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang
akan dipelajari, dan  usaha tersebut diharapkan akan memberikan efek positif
terhadap kegiatan belajar.

b. Menutup Pelajaran

Menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk


mengakhiri proses KBM.  Jangan akhiri pelajaran dengan tiba-tiba.

6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai


suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi
kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif.
Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta
membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan
berbahasa.

7. Keterampilan mengelola kelas

Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas, guru perlu memperhatikan


komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip seperti: kemampuan guru dalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran) dan keterampilan yang
bersifat represif, yaitu keterampilan yang berkaitan dengan respons guru
terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang
optimal.
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan

Terbatasnya jumlah siswa dalam pengajaran bentuk ini memungkinkan guru


memberikan perhatian secara optimal terhadap setiap siswa. Hubungan antara
guru dan siswa pun menjadi lebih akrab, demikian pula hubungan antar siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B, Uno, 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Pidarta, Made, 1990. Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak


Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Richen, D.S. dan Salganik, L.H., 2003, Key Competencies for a Succesful Life and
Well-Functioning Society, Göttingen, Germany : Hogrefe & Huber.

Spencer, L.M. and Spencer, S.M., 1993. Competence at Work : Models for Superior
Performance, John Wiley & Sons. Inc.

Usman, 1996. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Gede, R dkk.(2009). Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: Gramedia.

Güler, G. danÇiltaş, A. (2011).The Visual Representation Usage Levels of


Mathematics Teachers and Students in Solving Verbal Problems. International Jounal
of Humanities and Social Science, 1 (11), 145-154.

Harahap, D. H. & Syarifah, R. (2015). Studi kasus kesulitan belajar matematika pada
remaja. Jurnal Psikologi, 11, 20-30.

Koswara, D.D. dan Halimah.(2008). Bagaimana Menjadi Guru Kreatif? Bandung: PT


Pribumi Mekar.

Mawardi, M. (2014). Pemberlakuan Kurikulum Sd/Mi Tahun 2013 Dan Implikasinya


Terhadap Upaya Memperbaiki Proses Pembelajaran Melalui PTK. Scholaria: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 4(3), 107-121.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2007). Keputusan


Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: Kep.
244.MEN/V/2007. Tersedia: http://www.Ispmigas.com/standar/Boiler.pdf.

Niss & Hjgaard (2011).Competencies and Mathematical Learning. Denmark:


Roskilde University.
Rangkuti, A. F. dan Anggraeni, F. D. (2005). Hubungan Persepsi tentang Kompetensi
Profesional Guru Matematika dengan Motivasi Belajar Matematika pada Siswa SMA.
Jurnal Psikologia, 1 (2), 76-85.

Anda mungkin juga menyukai