Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEOREMA FERMAT DAN WILSON


disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Bilangan
Dosen Pengampu: Arief Budi Wicaksono, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Lailatul Asria (1910306067)


2. Fajar Kurnia Awala (1910306070)
3. Meili Ekawati (1910306076)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Esa karena atas berkat rahmat dan
karunianya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teorema Fermat dan Wilson”.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kritik, dan saran para pembaca
sangat penulis harapkan. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Arief Budi Wicaksono,
S.Pd.,M.Pd selaku dosen mata kuliah Teori Bilangan yang telah membantu serta menuntun kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Diharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Magelang, 26 April 2020

Penyusun

Kelompok G
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar isi..........................................................................................................iii
Bab I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
Bab II PEMBAHASAN..................................................................................2
A. Teorema Fermat.........................................................................................2
B. Teorema Wilson.........................................................................................6
C. Latihan soal................................................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................8
Daftar Pustaka................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menjadi mata pelajaran
wajib disetiap jenjang pendidikan formal. Dimana matematika adalah queen of science, sebagai
ratu atau ibunya ilmu sains (A.H.Fathani, 2009:3). Dalam kehidupan sehari-hari, matematika
sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif. Penerapan matematika dalam kehidupan nyata juga sangat banyak, dalam
bidang perdagangan, kedokteran, ilmu komputer, arsitektur dan bidang lainnya.

Teori Bilangan menjadi salah satu pembahasan dalam ilmu matematika dengan bilangan
adalah sebagai objek pembahasan. Manfaat teori bilangan di kehidupan sehari-hari diantaranya
perhitungan kalender tradisional, ilmu komputer dan lain – lain. Salah satu yang dipelajari dalam
teori bilangan adalah Teori Fermat dan Teori Wilson. Kedua teori ini memiliki kontribusi yang
besar terhadap matematika. Untuk itu, dalam rangka mengenal Teori Fermat dan Teori Wilson
dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya matematika. Maka penulis berdedikasi
membuat makalah dengan judul “Teori Fermat dan Teori Wilson”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dan teorema dari Teori Fermat?
2. Bagaimana definisi dan teorema dari Teori Wilson?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
1. Mengetahui definisi dan teorema dari Teori Fermat
2. Mengetahui definisi dan teorema dari Teori Wilson
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teorema Fermat

Perhatikan barisan bilangan: 4, 8, 12, 16, 20, 24. Bilangan bilangan dalam barisan ini
kongruen modulo 7 berturut-turut dengan

4, 1, 5, 2, 6, 3.

Tampak pada barisan bilangan terakhir ini, suku-sukunya adalah bilangan-bilangan asli kurang
dari 7, yaitu unsur-unsur dari himpunan residu terkecil modulo 7. Coba, tentukan residu-residu
terkecil modulo 8 dari bilangan-bilangan dalam barisan:

3, 6, 9, 12, 15, 18, 21.

Residu-residu terkecil modulo 8 dari bilangan-bilangan dalam barisan itu berturut-turut adalah

3, 6, 1, 4, 7, 2, 5.

Tampak pula bahwa residu-residu terkecil dari bilangan bilangan dalam barisan tadi adalah
semua bilangan asli kurang dari 8. Residu-residu terkecil mod 9 dari bilangan bilangan dalam
barisan:

3, 6, 9,12, 15, 18, 21, 24.

berturut-turut adalah

3, 6, 0, 3, 6, 0, 3, 6.

Tampak di sini bahwa residu-residu terkecilnya ternyata tidak terdiri atas semua bilangan asli
yang kurang dari 9. Contoh-contoh tersebut merupakan suatu ilustrasi dari teorema berikut ini.

Teorema 6.1:

Jika (a, m) = 1, maka residu-residu terkecil modulo m dari a, 2a, 3a, ..(m-1)a adalah suatu
permutasi dari 1, 2, 3,..., (m-1).

Dengan perkataan lain, Teorema 6.1 dapat dikatakan bahwa jika (a, m) = 1, maka setiap
bilangan alat kongruen modulo m dengan tepat satu dari 0, a, 2a, 3a ..., (m-1) a. Ingat bahwa
setiap bilangan bulat akan kongruen modulo m dengan tepat satu dari 0, 1, 2, 3, 4, ..., (m-1).

Bukti Teorema 6.1:

Perhatikan barisan bilangan a, 2a, 3a, ..., (m - 1) a........(1)


Bilangan bilangan pada barisan ini tidak ada satupun yang kongruen modulo m dengan 0 (nol).
Mengapa? Selanjutnya, kita harus membuktikan bahwa bilangan bilangan (suku-suku) dalam
barisan (1) masing-masing kongruen modulo m dengan cepat satu dari

1, 2, 3, ... (m - 1)

Andaikan ada dua suku dari barisan (1) yang kongruen modulo m, mlsalnya

ra ≡ sa (mod m) dengan 1 ≤ r < s < m.

Karena (a, m) = 1, maka kita dapat melenyapkan a dari kekong ruenan itu, sehingga diperoleh

r ≡ s (mod m).

Tetapi. karena ra dan sa adalah suku-suku dari barisan (1), maka r dan s adalah residu-residu
terkecil modulo m, sehingga r = s. Hal ini kontradiksi dengan pengandaian bahwa 1 ≤ r < s < m,
maka pengandaian tersebut tidak benar. Jadi tidak ada dun suku dari barisan yang kongruen
modulo m. Ini berarti bahwa suku-suku dalam barisan (1) masing-masing kongruen modulo m
dengan tepat satu dari 1, 2, 3, . (m - 1).

Perhatikan barisan bilangan 4, 8, 12, 16, 20, 24.

Residu-residu terkecil mod 7 dari masing-masing suku dari barisan Ini adalah

4 ≡ 4 (mod 7)

8 ≡ 1 (mod 7)

12 ≡ 5 (mod 7)

16 ≡ 2 (mod 7)

20 ≡ 6 (mod 7)

24 ≡ 3 (mod 7)

Tampak pada enam kekongruenan tersebut bahwa residu-residu terkecil modulo 7 dari suku-suku
pada barisan: 4, 8, 12, 16, 20, 24 adalah suatu permutasi dari 1, 2, 3, 4, 5, 6.

Jika semua bilangan pada ruas kiri dari 6 kekongruenan ini dikalikan, maka hasilnya akan
kongruen mod 7 dengan hasil kali semua bilangan pada ruas kanannya, yaitu:

4. 8. 12. 16. 20. 24 ≡ 4. 1. 5. 2. 6. 3 (mod 7)

4 6(1.2.3.4.5.6) ≡ 1. 2. 3. 4. 5. 6 (mod 7)

4 6. 6! ≡ 6! (mod 7)
4 6 ≡ 1 (mod 7)

Dengan cara seperti itu, cobalah tunjukkan bahwa:

a) 56 ≡ ( mod 7)

b) 310 ≡ 1 (mod 11)

c) 4 12 ≡ 1 (mod 13)

d) 8 4 ≡ 1 (mod 5)

e) 1316 ≡ 1 (mod 17)

Contoh-contoh tersebut merupakan penerapan dari Teorema Fermat berikut ini

Teorema 6.2: (Teorema Fermat)

Jika p suatu bilangan prima dan (a, p) = 1, maka a p−1 ≡ 1 (mod p).

Bukti:

Ambil sebarang bilangan prima p dan bilangan bulat a sedemikian (a, p) = 1, maka menurut
Teorema 6.1, residu-residu terkecil mod p dari a, 2a, 3a, ..., (p - 1)a adalah suatu permutasi dari
1, 2, 3, ..., (p -1), sehingga hasilkali-hasilkalinya akan kongruen mod p juga, yaitu:

a. 2a. 3a. ... . (p - 1)a ≡ 1.2.3. ...(p - 1 )(mod p)

a p−1 (1.2.3. ... .(p - 1)) ≡ (p - 1)!(mod p)

a p−1 (p - 1, ! ≡ (p - 1)!(mod p)

Karena p dan (p - 1)! saling prima (Mengapa?), maka kita dapat melenyapkan (p - 1)! dari
kekongruenan terakhir ini, sehingga diperoleh a p−1 = 1 (mod p).

Teorema Fermat tersebut dapat dinyatakan lebih umum dengan meniadakan ketentuan (a, p) = 1
sebagai berikut :

Teorema 6.3:

Jika p suatu bilangan prima, maka a p ≡ a (mod.p) untuk setiap bilangan bulat a.
Bukti:

Ambil sebarang bilangan prima p dan sembarang bilangan bulat a maka (a, p) = 1 atau (a, p) = p.
Apakah ada kemungkinan lain tentang FPB dari a dan p?

Jika (a, p) = 1, maka menurut Teorema 6.2 diperoleh bahwa a p−1 ≡ 1 (mod p). Selanjutnya, jika
kedua ruas dikalikan a, maka diperoleh a p ≡ a (mod p).

Jika (a, p) = p maka p| a, sehingga a ≡ 0 (mod p) dan ap ≡ a (mod p) pula. Jadi a p ≡ a(mod p).

Bukti lain dari Teorema 6.3 dengan menggunakan induksi matematik pada a.

Jika a = 1, maka pernyataan 1p ≡ 1 (mod p) jelas benar. Demikian pula, jika diambil a = 0.

Selanjutnya diasumsikan a p ≡ a (mod p) benar untuk suatu bilangan bulat positif a, dan harus
ditunjukkan benar untuk (a+ 1) p = a + 1 (mod p). Hal ini ditunjukkan sebagai berikut :

Menurut Teorema binomial, maka

(a+ 1) p = a p + ( 1p ) a p−1
+ ( 2p ) a p−2
+…+
p
( p−1 )a+1
p! p ( p−1 )( p−2 ) … (p−k + 1)
Ingat bahwa ( kp) = k ! ( p−k )!
=
1. 2.3 … . . k

p p
Karena p suatu bilangan prima, maka p ⃒( ) berarti ( ) ≡ 0 (mod p) untuk 1 ≤ k ≤ p – 1.
k k
Jadi kita memperoleh bahwa
(a + 1)p = a p + 0 + 0+ … + 0 + 1 (mod p)

(a + 1)p = a p + 1 (mod p)

Karena a p ≡ a (mod p), maka (a + 1)p ≡ a + 1 (mod p)

Dengan induksi matematika pada a kita telah membuktikan bahwa a p ≡ a (mod p) untuk setiap
bilangan asli a. Selanjutnya, jika a suatu bilangan bulat negatif, bukan lagi menjadi persoalan,
sebab untuk setiap bilangan bulat negatif a berlaku bahwa a ≡ r (mod p) dengan 0 ≤ r < p-1. Jadi
a p ≡ rp ≡ r ≡ a (mod p).

Teorema Fermat mempunyai banyak kegunaan, khususnya dalam mengembangkan Teori


Bilangan.

Contoh 6.1:
1) 36 ≡ 1 (mod 7), dapat ditulis sebagai 3 . 35 = 1 (mod 7). Hal ini dapat dikatakan bahwa
invers 3 modulo 7 adalah 35. Selanjutnya dapat dikatakan secara umum bahwa jika p
suatu bilangan prima dan (a, p) = 1, maka invers a modulo p adalah a p−2.
2) Berapakah sisa pembagian 538 oleh 11?
Jawab : Menurut teorema Fermat, 510 ≡ 1 (mod 11), maka
3 4
538 ≡ 510.3 +8 ≡ (5¿¿ 10) (5¿¿ 2) ¿ ¿ ≡ 13. 3 4 ≡ 81 ≡ 4 (mod 11).
Jadi 538 : 11 bersisa 4.

Bacalah lagi dengan seksama Teorema 6.3 tersebut. Kontraposisi deri teorema itu benar pula,
yaitu:

Jika untuk suatu bilangan bulat a, a p ≠ c (mod p), maka p bukan bilangan prima.

Hal ini menunjukkan bahwa Teorema Fermat dapat digunakan batuk menguji apakah suatu
bilangan bulat merupakan bilangan komposit atau bukan.

Contoh 6.2 :

Apakah 117 suatu bilangan prima?

Jawab:

Untuk memeriksa ini dipilih bilangan bulat positif yang cukup kecil, misalnya 2. Selanjutnya
diperiksa apakah 2117 ≡ 2 (mod 117)?
16
2117 = 27.16+ 5 = (2¿¿ 7) ¿ .25

27 = 128 ≡ 11 (mod 117), maka


16
2117 ≡ (11) . 25 (mod 117)

≡ 1218. 25 (mod 117)

≡ 4 8.25 (mod 117)

≡ 221 (mod 117)

≡ 273 (mod 117)

≡ 113 (mod 117)

≡ 121 . 11(mod 117)

≡ 4. 11(mod 117)

≡ 44 (mod 117)
Sehingga diperoleh bahwa 2117 ≡ 44 ≠ 2 (mod 117).

Hal ini berarti bahwa 117 adalah bilangan komposit dan kenyataan bahwa 117 = 13. 9.

Contoh 6.3:

Tanpa menggunakan Teorema Fermat, tunjukkan bahwa 316 ≡ 1 (mod 17)

Jawaban: 33 ≡ 27 = 10 (mod 17) dikuadratkan

36 ≡ 100 (mod 17)

36 ≡ -2 (mod 17) dikuadratkan

312 ≡ 4 (mod 17)

Sehingga 316 = 312. 33. 3

≡ 4. 10. 3 (mod 17)

≡ 120 (mod 17)

≡ 1 (mod 17)

Jadi 316 ≡ 1 (mod 17)

Perhatikan kembali Teorema Fermat di atas. Perlu ditekankan di sini bahwa konvers dari teorema
tersebut tidak benar, sehingga:

Jika a n−1 ≡ 1 (mod n) untuk suatu bilangan bulat a, maka n tidak perlu suatu bilangan prima.

Untuk menunjukkan contohnya, terlebih dahulu kita bicarakan teorema berikut ini yang
merupakan akibat dari Teorema Fermat.

Teorema 6.4

Jika p dan q adalah bilangan-bilangan prima yang berlainan sedemikian hingga a p ≡ a (mod q)
dan a q≡ a(mod p), maka

a pq≡ a(mod pq)

Bukti:
Menurut Teorema 6.3, karena p suatu bilangan prima, maka ¿ ¿(mod p). Selanjutnya, karena
diketahui bahwa a q ≡ a(mod p), maka kekongruenan tersebut menjadi a pq ≡ a(mod p).. Ini berarti
bahwa p | (a pq−a ¿ …………..(1)

Menurut Teorema 6.3 lagi, karena q suatu bilangan prima, maka¿ ¿(mod q) . Selanjutnya, karena
diketahui bahwa a (mod q), maka kekongruenan tersebut menjadi a pq ≡ a(mod q). Ini berarti
bahwa q |( a¿¿ pq−a)¿…………..(2)

Dari (l) dan (2) disimpulkan bahwa pq ¿ dan dapat dinyatakan sebagaia pq ≡ a (mod pq).

Contoh 6.4

Tunjukkan bahwa 2340≡ 1 (mod 341)

Jawab:

341 = 11. 31.

210 = 1024 = 31.33 + l, sehingga

210 ≡ 1 ( mod 31 )

211 ≡1( mod31)

210= 1024 = 31.33 + l, sehingga

210 ≡ 1 ( mod 11 ), jika kedua ruas dipangkatkan 3, maka

¿¿

230 ≡ 1 ( mod 11 )

231 ≡ 1 ( mod 11 )

Menurut Teorema 6.4, dari 211 ≡2(mod 31), maka 231.11 ≡2 (mod 31) dan dari 231 ≡ 2(mod 31),
maka 231.11 ≡2 (mod 11), sehingga 211.31 ≡2 (mod 11. 31), yaitu: 2341 ≡2 (mod 341). Jika kedua
ruas dibagi dua, maka diperoleh 2340 ≡1 (mod 341). dan tidak dapat disimpulkan bahwa 341
suatu bilangan prima.

Dalam sejarahnya, bilangan berbentuk 2n - 2 ditemukan oleh matematikawan Cina pada 25 abad
yang lalu yang menyatakan bahwa
n suatu bilangan prima jika dan hanya jika n | 2n - 2

Dalam kenyataan, kriteria ini benar untuk semua bilangan prima n < 340. Dan pada contoh di
atas, kita memperoleh fakta bahwa 341 | (2341 −2 ¿, walaupun 341 bukan bilangan prima.
Selanjutnya, bilangan komposit n sedemikian hingga n | (2n- 2) disebut bilangan prima semu
(pseudoprima). Ada tak terhingga banyaknya bilangan prima semu. Empat bilangan prima semu
pertama adalah 341, 561, 645, dan 1105.

B. Teorema Wilson

Teorema Fermat dikemukakan Oleh Pierre de Fermat (bangsa Perancis) pada tahun 1640 yang
merupakan teorema fundamental dalam mengembangkan Teori Bilangan pada saat itu. Teorema
yang terkenal pula adalah Teorema Wilson, yang pertama kali drpublikasi kan Edward Waring
(1770) tanpa mencantumkan buktinya. Sebenarnya Wilson bukanlah orang yang pertama kali
mengemukakan teoremannya, sebab pada tahun 1682 Leibniz juga telah membicarakannya.
Bukti teorema Wilson pertama kali diberikan Oleh Lagrange pada tahun 1771 dan menamakan
teoremanya dengan sebutan "Teorema Wilson".

Sebelum membicarakan Teorema Wilson akan kita pelajari lebih dahulu teorema-teorema
berikut ini yang akan membantu untuk membuktikan Teorema Wilson.

Teorema 6.5

Jika p suatu bilangan prima, maka kekongruenan x 2 ≡ 1 (mod p) mempunyai tepat dua solusi,
yaitu 1 dan p - l.

Bukti:

Misalkan r adalah suatu solusi dari perkongruenan x 2 ≡ 1 (mod p), maka

r 2−1 ≡ 0 (mod p)

( r +1 ) ( r−1 ) ≡0

Perkongruenan terakhir ini berarti p | ( r +1 ) ( r−1 ) karena p suatu bilangan prima, maka

p | ( r +1 ) atau p | ( r −1 )

r +1 ≡0 (mod p) ataur −1≡ 0(mod p)

r ≡−1 ( mod p ) atau r ≡1 ( mod p )


r ≡ ( p−1 ) (mod p) atau r ≡1 ( mod p )

Karena r suatu solusi dari perkongruenan x 2 ≡ 1(mod p) , maka r adalah residu terkecil mod p.
Jadi 1 dan p - 1 adalah solusi dari x 2 ≡ 1(mod p) .

Bukti lain yang lebih mudah, apabila (p - 1) dan 1 masing masing disubstitusi pada x dalam
perkongruenan x 2 ≡ 1(mod p) . Coba lakukanlah!

Selesaikan perkongruenan-perkongruenan berikut inil

(l) x 2 ≡ 1(mod 7)

(2) x 2 ≡ 24(mod 23)

Perhatikan himpunan residu-residu terkecil modulo 7 selain nol, yaitu T = {1, 2, 3, 4, 5, 6). kita
akan mudah memperoleh solusi-solusi dari perkongruean linier berikut ini, yaitu:

Solusi dari x ≡ 1(mod 7) adalah 1

Solusi dari 2 x ≡1 ( mod 7 ) adalah 4

Solusi dari 3 x ≡ 1 ( mod 7 )adalah 5

Solusi dan 4 x ≡1(mod 7)adalah 2

Solusi dari 5 x ≡ 1(mod 7)adalah 3

Solusi dari 6 x ≡ 1(mod 7) adalah 6

Tampak dari perkongruenan-perkongruenan linier tersebut bahwa jika a € T, maka solusi dari
ax ≡1 ( mod 7 )adalah a € T pula. Dapat diperiksa pula bahwa apabila a, b € T dengan a ≢ b (mod
7) maka a' b' (mod 7) dengan a', b' e T yang merupakan solusi berturut-turut dari i (mod 7) dan i
(mod 7). Jika a = I dan b = 6, maka solusi-solusinya berturut-turut adalah a' 1 dan b' 6. Hal ini
merupakan penerapan dari teorema berikut ini.

Teorema 6.6:

Misalkan p suatu bilangan prima selain 2 dan a 'adalah solusi dari 1 ax ≡1 ¿) dengan a=1, 2, 3, p
—1 (yaitu aa'≡1 (mod p), dengan 0< a '< p), maka

(i) jika a≢ b (mod p) maka a’≢ b' (mod p)

(ii) jika a = 1 atau a=p -1 maka a' ≡ a (mod p)

Bukti;
Apabila a = 1, 2, 3, …. , p-1, maka (a,p)=1, sehingga ax ≡1 ¿) mempunyai tepat 1 solusi. Ini
berarti a 'ada, sedemikian sehingga

a a ' ≡1 ( mod p )

Bagian (i) dibuktikan kontraposisinya, yaitu:

Jika a ' ≡b ' ( mod p ) , maka aa' ≡ab ' ≡ 1 ( mod p ). Ingat bahwa a ' dan b ' adalah solusi dari
ax ≡1 ( mod p ).

aa' b ≡ ab' b ≡b ( mod p ) dengan b = 1, 2, …, p – 1.

a ≡ b ( mod p ) , sebab bb ' ≡1 ( mod p ) .

Jadi (i) terbukti.

Bagian (ii) dibuktikan sebagai berikut.

Jika a = 1 yaitu x ≡ 1 ( mod p ), maka solusinya ialah a '= 1, sehingga a ' ≡ a ( mod p ).

Jika a = p – 1, yaitu (p-1)x ≡ 1(mod p)

−x ≡ 1(mod p)

x ≡−1(mod p)

x ≡ p−1(mod p)

Jadi a ' = p-1, sehingga aa ' ≡ a(mod p)

Contoh 6.5:

Pandang perkongruenan ax ≡1(mod 11) dan a ' adalah solusinya. Sehingga a a ' ≡1( mod p). Maka
hubgungan a , a' dan aa ' tampak pada table berikut ini

a 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a' 1 6 4 3 9 2 8 7 5 10
aa ' 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Hasilkali-hasilkali pasangan yang kongruen modulo 11 dapat dituliskan sebagai berikut.

2.6 ≡1(mod 11)

3.4 ≡ 1(mod 11)


5.9 ≡1(mod 11)

7.8 ≡1(mod 11)

Kita dapat pula mengatakan bahwa 2 merupakan invers dari 6 modulo 11 dan ditulis 6−1 (mod 11)
adalah 2, atau sebaliknya 2−1(mod 11) adalah 6. Hasilkali semua bilangan pada ruas-ruas kiri
akan kongruen mod 11 dengan 1 pula, yaitu:

2.6 .3 .4 .5 .9.7 .8 ≡1( mod 11)

Jika kedua ruas dikalikan 10, diperoleh

1.2 .3.4 .5 .6 .7 .8 .9 .10≡ 10 ( mod 11 )

10 ! ≡10 ( mod 11 )

10 ! ≡−1 ( mod 11)

Coba ditunjukkan bahwa 6! ≡−1(mod 7)

12 ! ≡−1 ( mod 13 ) dan

18 ! ≡−1(mod 19),

Contoh tersebut merupakan suatu cara membuktikkan Teorema Wilson berikut ini.

Teorema 6.7: (Teorema Wilson)

Jika p suatu bilangan prima, maka ( p−1 ) ! ≡−1 ( mod p ) .

Bukti:

Menurut Teorema 5.6, kita dapat memasangkan a dan a’ dari 2,3,4,...,(p-2) sedemikian sehingga
1
a a ' ≡1(mod p). Dan terdapat ( p−3)pasangan bilangan-bilangan tersebut yang kongruen mod
2
1
p dengan 1. Jika ruas-ruas kiri dari ( p−3) kekongruenan mod p tersebut dikalikan, maka hasil
2
kalinya akan kongruen mod p dengan 1 pula, yaitu:

2.3 .4 .5 … ( p−2 ) ≡1 ( mod p )

1.2 .3.4 … ( p−2 ) ( p−1 ) ≡ p−1( mod p)

( p−1 ) ! ≡−1 ( mod p ) .


Sebagai contoh diambil p=13 maka kita dapat memasangkan a dan a ' dari 2,3,4,...,11, sehingga
terdapat 5 pasang bilangan-bilangan itu yang hasil kalinya kongruen mod 13dengan 11, yaitu:

2.7 ≡1 ( mod 13 )

3.9 ≡1 ( mod 13 )

4.10 ≡ 1 ( mod 13 )

5.8 ≡1(mod 13)

6.11≡1(mod 13)

Hasil kali ruas-ruas dari 5 kekongruenan ini adalah

( 2.7 ) ( 3.9 ) ( 4.10 ) ( 5.8 ) ( 6.11 ) ≡ 1 ( mod13 )

1.2 .3.4 .5 … .11 .12 ≡12(mod 13)

12 ! ≡−1(mod 13)

Konvers dari Teorema Wilson juga benar, yaitu:

Apabila ( p−1 ) ! ≡−1 ( mod p ) , maka p suatu bilanga prima.

Hal ini dibuktikan sebagai berikut:

Andaikan p bukan bilangan prima, maka p ≡a . b dengan a , b bilangan-bilangan bulat positif dan
a ≠ 1 atau a ≠ p , sehingga a∨ p dan a ≤ p−1. Karena ( p−1 ) ! ≡−1(mod p) maka
p∨ ( p−1 ) ! +1. Dan karena a| p , maka a|( p−1 ) +1. Karena a ≤ p−1 , makaa merupakan salah satu
faktor dari ( p−1 ) ! , sehingga a∨( p−1 ) ! .

Mengingat a∨ p ( p−1 ) ! +1dan a|( p−1 ) ! ,maka a|1. Diperoleh suatu konteradiksi, karena a ≠ 1 ,
sehingga pengandaian tersebut tidak benar. Jadi p adalah suatu bilangan prima.

Jika Teorema Wilson dan konversnya dituliskan bersama-sama, kita memperoleh:

Syarat perlu dan cukup agar psuatu bilangan prima adalah ( p−1 ) ! ≡−1(mod p).

Atau dapat ditulis:

p suatu bilangan prima bila dan hanya bila ( p−1 ) ! ≡−1 ≅(mod p). Berikut ini sebuah contoh
penggunaan Teorema Wilson untuk menyelesaikan perkongruenan kuadrat seperti dalam
teorema berikut ini.

Teorema 6.8:
Jika p suatu bilangan prima ganjil, maka perkongruenan x 2+ 1≡ 0(mod p)mempunyai solusi bila
dan hanya bila p ≡1(mod 4).

Bukti:

Misalkan a adalah suatu solusi dari x 2+ 1≡ 0(mod p) maka a 2 ≡−1(mod p)dan ( a , p ) ≡1. Karena
( a , p ) ≡1 , menurut Teorema Fermat, maka

a p−1 ≡1(mod p)
1
( p−1)
(a2)2 ≡ 1(mod p)
1
( p−1 )
(−1 ) 2 ≡1 ( mod p )
p−1
2
(−1 ) ≡ 1(mod p)

Bilangan prima berbentuk 4 k +3 tampak tidak memenuhi, sebab akan didapat

(−1 )2 k+1 ≡1 ( mod p )

−1 ≡1 ( mod p ) , yaitu p∨2 yang jelas salah .

Jadi bilangan prima p berbentuk 4 k +1 , yaitu p ≡ 1 ( mod 4 ) .

Untuk sebaliknya dibuktika sebagai berikut.

Perhatikan bahwa p−1 ≡−1 ( mod p ) ,

p−2≡−2( mod p)

p+ 1 p−1
≡− (mod p) dan
2 2

p−1 p+1
( p−1 ) ! ≡1.2 .3 … . . … . ( p−2 ) ( p−1 ) , maka
2 2

p−1 −p+ 1
( p−1 ) ! ≡1.2 .3 … .
2
.
2 ( )
… (−2 ) .(−1)(mod p)

p −1
p−1 2
( p−1 ) ! ≡ (−1 ) 2
( 1.2 .3 … .
2 )( mod p ) , sebab p ≡ 4 k +1 ,
p−1
2
untuk suatubilangan bulat positif k , sehingga(−1) ≡1
p −1 2
p−1
( p−1 ) ! ≡ (−1 ) 2
(( ) )
2
! ( mod p ) .

Mengingat Teorema Wilson bahwa ( p−1 ) ! ≡−1 ( mod p ) , maka


2
p−1
−1 ≡
2[( ) ]
! (mod p)

2
p−1
Hal ini berarti −1 ≡
2 [( ) ]
! memenuhi perkongruenan x 2+ 1≡ 0 ( mod p ) . Jadi perkongruenan

itu mempunyai solusi.

Contoh 6.6:

Selesaikan perkongruenan x 2+ 1≡ 0 ( mod 13 ) .

Jawab:

Karena 13 adalah bilangan prima berbentuk 4 k +1 ,maka perkongruenan tersebut memunyai

solusi yaitu: ( 13−1


2 )
! ≡ 6! ≡720 ≡5(mod13)

Dapat diperiksa kebenarannya dengan subsitusi 5 pada x dari perkongruenan tersebut, yaitu
52 +1 ≡26 ≡0 (mod 13). Apakah 13-5=8 merupakan solusinya pula? Periksalah!
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jika( a , b )=1, maka residu – residu terkecil modulo m dari barisan:
a , 2 a , 3 a , … , ( m−1 ) a adalah susatu permutasi dari 1, 2, 3, (m - 1).
2. Teorema Fermat dan Perluasannya
Jika p suatu bilangan prima dan ( a , p )=1 maka a p−1 ≡1( mod p), maka
a pq ≡ a(mod p)
3. Jika p dan q adalah bilangan – bilangan prima yang berlainan sedemikian hingga
a p ≡ a(mod q ) dan a q ≡ a(mod p), maka a pq ≡ a(mod pq)
4. Bilangan komposit n sedemikian hingga n∨(2n −2) disebut bilangan prima semu
(pseudoprima)
5. Jika p suatu bilangan prima, maka kekongruenan x 2 ≡ 1(mod p) mempunyai tepat
dua solusi, yaitu 1 dan p-1
6. Misalkan p suatu bilangan prima selain 2 dan a ' adalah solusi dari ax ≡1(mod p)
dengan a=1 ,2 , 3 , … . , p−1 (yaitu aa ' ≡1(mod p) dengan 0< a' < p ), maka:
(i) Jika a ≢ b (mod p) maka a ' ≢ b ' (mod p)
(ii) Jika a=¿ 1
B. Saran
Penulis memberikan saran kepada pembaca untuk meningkatkan ketelitian dan
keseriusan dalam mempelajari Teori Bilangan. Langkah yang dapat diambil adalah
meningkatkan intensitas latihan soal, mempelajari materi secara berkala dan
seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Fathani A.H., 2009, Matematika: Hakikat Dan Logika, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Sukirman, 2013, Teori Bilangan, Yogyakarta: UNY Press

Anda mungkin juga menyukai