Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DIMENSI, PERSPEKTIF, DAN KEDUDUKAN ETHNOMATEMATIKA


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ethnomatematika

Dosen Pengampu :
Suparni, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Anggun Rachmawati Putri (20104040028)
Mika Tanti Nurwati (20104040034)
Tania Sekar Pramanatha (20104040043)
Ima Rofaidah (20104040049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah ini bisa tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih
kepada tim penyusun yang sudah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik berupa
pikiran maupun materinya sehingga dapat menyelesaikan makalah berjudul “Dimensi,
Perspetif, dan Kedudukan Ethnomatematika”.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembacanya. Bahkan tidak hanya itu, kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini para pembaca dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari – hari.

Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami. Oleh karena itu, kami begitu
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Yogyakarta, 17 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Dimensi Ethnomatematika..............................................................3
B. Perspektif Ethnomatematika............................................................3
C. Kedudukan Ethnomatematika..........................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................12
B. Saran..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan mata pelajaran yang sifatnya berkesinambungan,
karena pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia selalu dipelajari mulai dari tingkat
Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Matematika merupakan salah komponen dari
serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta berperan dalam menunjang ilmu-ilmu sosial dan
budaya. Matematika mempunyai peranan yang penting didasari pada konsep dan
proses dalam matematika yang bersifat logis, tersusun secara sistematis, rasional, dan
eksak, yang berkaitan dengan proses berpikir dan pengambilan keputusan.
Namun, nampaknya saat ini pembelajaran matematika belum memperlihatkan
hasil yang memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa daya serap siswa pada beberapa
materi masih rendah. Sebagian penyebab tidak tuntasnya hasil belajar siswa berasal
dari kurang mampunya siswa dalam memahami konsep-konsep matematika serta guru
masih kesulitan dalam memberikan pemahaman kepada siswa terkait hal-hal yang
bersifat abstrak. Pada dasarnya matematika muncul dari kehidupan nyata sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan dan budaya merupakan sesuatu yang tidak
bisa dihindari karena budaya merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh, berlaku
dalam suatu masyarakat dan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap
individu dalam masyarakat. Salah satu yang dapat menghubungkan antara budaya
dengan pendidikan adalah ethnomatematika.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu bagaimana dimensi, perspektif, dan
kedudukan dalam ethnomatematika ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menjelaskan pembahasan mengenai
dimensi, perspektif, dan kedudukan ethnomatematika.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dimensi Ethnomatematika
Ethnomatematika telah dikembangkan oleh sejumlah besar peneliti di Brazil
dan negara lain. Dalam hal ini, ethnomatematika merupakan metodologi untuk
penelitian yang sedang berlangsung dan analisis proses yang menyebarkan, dan
melembagakan pengetahuan (ide, proses, dan praktik) yang berasal dari budaya yang
beragam. konteks melalui sejarah. Konteks ini memungkinkan pengembangan pada
enam dimensi program ethnomatematika : Kognitif, konseptual, pendidikan,
epistemologi, historis, dan politik. Dimensi ini saling terkait dan bertujuan untuk
menganalisir akar sosiokultural dari pengetahuan matematika.
1. Kognitif
Dimensi ini menyangkut akuisisi, akumulasi, dan penyebaran
pengetahuan matematika lintas generasi. Jadi, ide matematika seperti
perbandingan, klasifikassi, kuantifikasi, pengukuran, penjelasan, generalisasi,
pemodelan, dan evaluasi dipahami sebagai fenomena sosial, budaya, dan
antropologi yang memicu perkembangan sistem pengatahuan yang dielaborasi
oleh anggota kelompok budaya yang berbeda. Dalam hal inim tidak mungkin
mengevaluasi perkembangan kemampuan kognitif selain dari konteks sosial,
budaya, ekonomi, lingkungan, dan politik.
2. Konseptual
Tantangan kehidupan sehari-hari memberi anggota kelompok budaya
yang berbeda kesempatan untuk menjawab pertanyaan eksistensial dengan
membuat prosedur, praktik, metode, dan teori berdasarkan representasi realitas
mereka. Tindakan ini merupakan dasar fundamental untuk pengembangan
pengetahuan esensial dan proses pengambilan keputusan. Kelangsungan hidup
hidup tergantung pada perilaku langsung sebagai tanggapan rutinitas yang
melekat pada perkembangan anggota grup. Dengan demikian, pengetahuan
matematis muncul sebagai respon langsung terhadap kebutuhan untuk
bertahan hidup dan transendensi.
3. Pendidikan
Dimensi ini tidak menolak pengetahuan dan perilaku yang diperoleh
secara akademis, tetapi memasukkan nilai-nilai kemanusiaan seperti rasa

5
hormat, toleransi, penerimaan, kepedulian, martabat, integritas, dan kedamaian
dalam proses belajar mengajar matematika memanusiakannya dan
menghidupkannya. Dalam konteks ini, ethnomatematika mempromosikan
penguatan pengetahuan akademik saat siswa memahami matematika ide,
prosedur, dan praktik hadir dalam kehidupan sehari-hari mereka.
4. Epistemologi
Dimensi ini berkaitan dengan sistem pengetahuan, yang merupakan
sekumpulan pengamatan empiris yang dikembangkan untuk memahami,
menjelaskan, dan menangani serta menmgatasi realitas. Jadi, muncul tiga
pertanyaan tentang evolusi matematika pengetahuan dalam kaitannya dengan
beragam bentuk generasi, organisasi, dan penyebaran tentang :
 Bagaimana beralih dari observasi dan praktik ke eksperimen dan
metode
 Bagaimana berpindah dari eksperimen dan metode ke refleksi dan
abstraksi
 Bagaimana melanjutkan penemuan dan teori.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut memandu refleksi mengenai evolusi ini


dengan mempertimbangkan interaksi yang unik antara orang-orang dan
realitas mereka sendiri.

5. Historis
Perlu dikaji keterkaitan antara sejarah matematika dan realitas para
pembelajar. Dimensi ini mengarahkan siswa pada pemeriksaan sifat dari
matematika dalam pengertian bagaimana pengetahuan matematika itu dapat
dialokasikan dalam pengalaman individu dan kolektif mereka. Dengan
demikian, pengetahuan dibangun dari interpretasi cara-cara yang telah
dianalisis dan dijelaskan oleh umat manusia fenomena matematika sepajag
sejarah. Inilah mengapa penting untuk mengajar matematika dalam konteks
sejarah sehingga siswa mampu memahami evolusi dan kontribusi yang dibuat
oleh orang lain untuk pengembangan pengetahuan matematika yang sedang
berlangusng.
6. Politik
Dimensi ini bertujuan untuk mengenali dan menghormati sejarah,
tradisi, dan pemikiran matematis yang dikembangkan oleh anggota kelompok

6
budaya yang berbeda. Itu pengakuan dan penghormatan terhadap akar
sosiokultural para anggota ini tidak menyiratkan penolakan terhadap akar
orang lain, tetapi memperkuat akar tersebut melalui dialog masuk dinamisme
budaya. Ini juga bertujuan untuk mengembangkan tindakan politik yang
membimbing siswa dalam proses transisi dari subordinasi ke otonomi untuk
membimbing mereka menuju perintah yang luas atas hak-hak mereka sebagai
warga negara. Dimensi tersebut menujukkan bahwa program ethnomatematika
memiliki agenda yang demikian menawarkan pandangan yang lebih luas
tentang matematika yang mencakup ide, proses, metode, dan praktik yang
terikat dengan lingkungan budaya yang berbeda. Aspek ini mengarah kepada
bukti peningkatan proses kognitif, kemampuan belajar, dan sikap itu dapat
mengarahkan proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Pada dimensi program ini terungkap bahwa aspek penting lainnya
adalah agenda untuk menawarkan persepktif penting untuk pembaruan yang
dinamis dan mengglobal pada masyarakat yang mengakui bahwa semua
udaya dan semua orang yang mengembangkan metode dan penjelasan unik
akan memungkinkan mereka untuk memahami, bertindak, dan mengubah
realitas mereka sendiri.
B. Perspektif Ethnomatematika
C. Kedudukan Ethnomatematika
Etnomatematika tumbuh dari peradaban manusia dan akan selalu tumbuh
berkembang selama masih ada peradaban manusia. Etnomatematika mengandung
unsur masyarakat, sejarah dan matematika. Beragamnya budaya yang dimiliki oleh
Indonesia, sulitnya siswa dalam memahami matematika yang diperoleh dibangku
sekolah serta kesulitan siswa menghubungkannya dengan kehidupan nyata
menjadikan faktor utama pentingnya pengintegrasian pembelajaran berbasis budaya
dalam pembelajaran. Oleh karenanya, diperlukan sesuatu yang dapat menghubungkan
matematika di luar sekolah dengan matematika di sekolah. Salah satu caranya adalah
dengan menggunakan pendekatan etnomatematika. Melalui penggunaan
etnomatematika dalam pendidikan matematika diharapkan nantinya siswa lebih
memahami matematika dan budayanya, serta guru lebih mudah dalam menanamkan
nilai-nilai budaya pada siswa, sehingga nilai-nilai budaya ditanamkan pada siswa
sejak dini (Soebagyo et al., 2021). Selain itu, menurut Romadoni dalam (Pratiwi &

7
Pujiastuti, 2020) pembelajaran matematika berbasis budaya bertujuan untuk dapat
mentransformasi nilai-nilai budaya untuk membangun karakter bangsa ini.
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan secara
komprehensif, tidak hanya ditinjau dari faktor guru, siswa, bahan ajar, tetapi juga dari
kurikulum. Baik buruknya kualitas pendidikan juga dipengaruhi oleh kurikulum.
Kurikulum perlu ditinjau agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Hal ini perlu dilakukan mengingat perkembangan masyarakat semakin cepat,
sementara Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran berbasis saintifik yang
meliputi proses mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan apa yang dipelajari. Disamping itu proses pembelajaran harus
mempertimbangkan keragaman latar belakang, karakteristik peserta didik dan
kebhinekaan budaya. Jika dihubungkan maka dapat ditemukan bahwa pembelajaran
saintifik dapat diterapkan salah satunya dengan melaksanaan pembelajaran berbasis
budaya yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Mengingat beragamnya
budaya Indonesia dan masih minimnya sumber belajar matematika untuk kurikulum
2013 yang berbasis budaya lokal, maka pemanfaatan budaya lokal sangat penting
digunakan sebagai sumber belajar yang kontekstual. Selain sebagai sumber belajar
pemanfaatan budaya dalam proses pembelajaran juga penting dimanfaatkan guna
pengenalan budaya dan pelestarian budaya terhadap siswa.
Menurut (Richardo, 2017) kaitannya dengan Kurikulum 2013 yang lebih
menekankan pada metode imliah (Scientific Methode), beberapa peran
ethnomatematika pada pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengamati dan Menanya
Bagian awal pembelajaran dimana peserta didik diajak untuk
mengamati suatu fenomena. Fenomena disini salah satunya adalah dengan
mengamati fenomena alam atau lingkungan. Fenomena ini dapat berupa suatu
hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau sering berinteraksi
secara langsung dengan siswa. Perlu diketahui ketika sumber belajar berupa
pengamatan dari pengalaman dalam kehidupan, maka etnomatematika
memiliki kontribusi dengan menyajikan nilai-nilai budaya setempat sehingga
mampu dijadikan sumber belajar dalam mengkonstruksi konsep matematika.
Tidak dapat dipungkiri, kesulitan siswa dalam memahami konsep matematika
dikarenakan dalam pembelajaran selalu diawali dengan objek matematika

8
yang abstrak. Pembelajaran matematika sekolah dilaksanakan dengan
menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.
2. Mencoba
Dalam proses ini siswa diajak untuk mengumpulkan informasi dalam
matematika berdasarkan hasil pengamatan. Selanjutnya mencoba menuangkan
hasil pengamatan tersebut ke dalam sebuah konsep matematis sehingga lebih
mudah untuk dipahami. Penuangannya dari proses ini dapat berupa teorema,
sifat atau konsep yang terkait dengan pokok materi yang sedang dibahas.
Informasi yang diperoleh ini selanjutnya diobservasi untuk menjadi dasar
langkah yang selanjutnya.
3. Mengasosiasi
Tahap ini merupakan kelanjutan setelah peserta didik mampu
menuangkan hasil pengamatannya ke dalam sebuah sifat atau konsep suatu
materi. Pada proses ini, siswa diharapkan mampu melakukan penalaran
sehingga ditemukan rumus, penyelesaian atau kesimpulan dari masalah yang
diberikan.
4. Mengkomunikasikan
Komunikasi disini diartikan sebagai proses penyampaian hasil yang
dituangkan dalam bahasa tulis dan bahasa lisan (presentasi). Tahapan ini juga
dapat dimaknai sebagai tindakan membentuk jejaring (networking) secara fisik
yaitu bekerjasama atau berkolaborasi antar siswa.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, J. W., & Pujiastuti, H. (2020). Eksplorasi Etnomatematika pada Permainan
Tradisional Kelereng. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 5(2), 1–12.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr/article/view/11405

Richardo, R. (2017). Peran Ethnomatematika dalam Penerapan Pembelajaran Matematika


Pada Kurikulum 2013. LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 7(2), 118.
9
https://doi.org/10.21927/literasi.2016.7(2).118-125

Soebagyo, J., Andriono, R., Razfy, M., & Arjun, M. (2021). Analisis Peran Etnomatematika
dalam Pembelajaran Matematika. ANARGYA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,
4(2), 184–190. https://doi.org/10.24176/anargya.v4i2.6370

10

Anda mungkin juga menyukai