Anda di halaman 1dari 14

DIMENSI, PERSPEKTIF DAN KEDUDUKAN

ETNOMATEMATIKA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etnomatematika

Dosen Pengampu :
Mohammad Rido’i, S.Pd., M.Pd

Oleh :

Dewi Wardatus Sakinah 211003991


Ervi Zakiyatul N.A 211003994
Tina Rahmawati 211004060
Windy Tria Wardani 211004065
Reni Imroatun Nafi’a 211004066
Silvia Anggraeni 211004072

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Persatuan Guru Republik Indonesia Lumajang
(STKIP PGRI Lumajang)
2024
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho
Allah SWT, karena dengan rahmat dan Ridho-Nya kita tidak dapat menyelesaikan
Tugas Mata Kuliah Etnomatematika tentang “Dimensi, perspektif dan
Kedudukan Etnomatematika” ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami sadari sepenuhnya bahwa tugas yang kami susun ini, masih sangat
jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun isinya yang masih kurang
tepat. Kesalahan demikian adalah karena masih sangat terbatas ilmu yang kami
miliki ini, Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami harapkan kritik dan
saran yang membangun selalu mengalir untuk kesempurnaan makalah ini.

Lumajang, 13 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
2.1 Dimensi Etnomatematika ......................................................................... 2
2.2 Perspektif Etnomatematika ....................................................................... 4
2.3 Kedudukan Etnomatematika .................................................................... 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika merupakan pelajaran wajib di setiap jenjang pendidikan di
Indonesia dengan mengutamakan prinsip berpikir logis, sistematis, dan rasional.
Namun demikian, fakta lapangan menunjukkan masih banyak kesulitan yang
dialami oleh siswa dalam mempelajari matematika. Hasil penelitian dari berbagai
riset internasional memaparkan kondisi pembelajaran matematika di Indonesia
belum mengarahkan siswa pada proses bernalar, berkomunikasi, pemecahan
masalah, dan literasi matematis (OECD, 2018). Kondisi tersebut sejalan dengan
hasil Ujian Nasional tahun 2019 untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama dengan
rata-rata nasional 45,06 dan 79,41% provinsi nilai rata-ratanya berada di bawah
nilai rata-rata nasional (Kemdikbud, 2019). Permasalahan ini menjadi cambuk bagi
proses pembelajaran di kelas dan memerlukan evaluasi konstruktif. Berdasarkan
(Kemdikbud, 2016) tentang standar proses pembelajaran matematika yang
memberikan pengakuan terhadap perbedaan individual dan latar belakang budaya
siswa. Topik terkait budaya merupakan isu yang menjadi trend dalam pembelajaran
matematika dengan dikenal sebagai etnomatematika. Menarik menjadi perhatian
bahwa budaya memiliki peranan mengkonstruksi pengalaman belajar siswa dan
berperan dalam proses asimilasi pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu dimensi etnomatematika ?
2. Apa itu prespektif etnomatematika ?
3. Bagaimana kedudukan etnomatematika ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dimensi etnomatematika
2. Mengetahui prespektif etnomatematika
3. Mengetahui bagaimana kedudukan etnomatematika

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dimensi Etnomatematika


Terdapat enam dimensi kajian dalam etnomatematika, yaitu dimensi kognitif,
dimensi konseptual, dimensi pendidikan, dimensi epistemology, dimensi sejarah
dan dimensi politik. Gagasan etnomatematika merupakan ide besar dan kompleks
yang harus dipahami secara utuh oleh setiap pendidik. Dimensi-dimensi ini saling
terkait dan bertujuan untuk menganalisis akar sosiokultural pengetahuan
matematika (Rosa & Orey, 2016).
1. Dimensi kognitif
Dimensi ini menyangkut akuisisi, akumulasi, dan penyebaran
pengetahuan matematika lintas generasi. Ide-ide matematika seperti
perbandingan, klasifikasi, kuantifikasi, pengukuran, generalisasi, pemodelan,
dan evaluasi dipahami sebagai fenomena sosial, budaya, dan antropologis
yang memicu perkembangan sistem pengetahuan oleh anggota kelompok
budaya yang berbeda.
2. Dimensi konseptual
Berbagai permasalahan aktual dalam kehidupan sehari-hari memberikan
ruang kepada komunitas budaya indigenous menciptakan prosedur, praktik,
dan metode matematika berdasarkan representasi mereka terhadap fakta.
Konsep ini merupakan pengembangan pengetahuan esensial dan merupakan
respon terhadap tantangan yang dihadapi dalam seleksi alam. Ide matematis
muncul sebagai pengetahuan yang menjadi dasar untuk bertahan hidup dan
terus memiliki eksistensi.
3. Dimensi pendidikan
Etnomatematika tidak berarti menghilangkan matematika sebagai
pengetahuan yang dibangun oleh manusia sebagai pencapaian tertinggi
(Adam, Alangui, & Barton, 2003). Pada dimensi pendidikan, etnomatematika
menggabungkan prinsip pengetahuan dan perilaku akademis dengan nilai-
nilai kemanusiaan seperti rasa hormat, toleransi, penerimaan, kepedulian,
martabat, integritas, dan kedamaian untuk memanusiakannya dan

2
membawanya ke dalam konteks kehidupan sehari-hari. Etnomatematika
mempromosikan penguatan pengetahuan akademik ketika siswa indigenous
memahami ide, prosedur, dan praktik matematika dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Dimensi epistemologis
Dimensi ini berkaitan dengan sistem pengetahuan yang merupakan
kumpulan pengamatan empiris dikembangkan untuk memahami,
menjelaskan, dan menangani realitas. Terdapat tiga pertanyaan yang muncul
terkait evolusi pengetahuan matematika dalam kaitannya dengan beragam
bentuk generasi, organisasi dan penyebaran, yaitu (a) cara beralihnya
pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan menuju praktik eksperimen,
(b) cara beralih dari eksperimen menuju ke metode refleksi dan abstraksi, dan
(c) cara merepresentasikan penemuan dalam menghasilkan sebuah teori.
Pertanyaan-pertanyaan ini memandu refleksi mengenai evolusi pengetahuan
matematika dengan mempertimbangkan interaksi yang unik antara realitas di
dalam komunitas masyarakat indigenous.
5. Dimensi sejarah
Hubungan antara sejarah dan matematika merupakan fakta yang harus
dimengerti oleh siswa. Dimensi ini mengarahkan siswa untuk meneliti sifat
matematika dalam hal pemahaman tentang bagaimana pengetahuan
matematika itu diarahkan dalam struktur pengalaman mereka. Dengan
demikian, pengetahuan dibangun dari interpretasi manusia dalam
menganalisis dan menjelaskan fenomena matematika sepanjang sejarah yang
membantu siswa memahami evolusi dan kontribusi yang dilakukan oleh
masyarakat indigenous dalam membangun pengetahuan matematika secara
berkelanjutan.
6. Dimensi politik
Dimensi politik bertujuan untuk mengenali dan menghormati sejarah,
tradisi, dan pemikiran matematika yang dikembangkan oleh anggota
kelompok budaya indigenous. Pengakuan dan penghormatan terhadap akar
sosiokultural ini tidak menyiratkan penolakan terhadap akar budaya orang
lain, tetapi memperkuatnya melalui dialog dalam dinamika budaya. Hal

3
tersebut juga bertujuan untuk mengembangkan tindakan politik yang
membimbing siswa dalam proses transisi dari subordinasi ke otonomi yang
lebih luas tentang hak-hak mereka sebagai warga negara.

Hasil atau prestasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh motivasi siswa
untuk mempelajari matematika. Tidak adanya inovasi pembelajaran membuat
motivasi siswa surut dan enggan belajar matematika, oleh sebab itu diterapkannya
metode etnomatematika yang memunculkan kearifan budaya lokal pada
pembelajaran yang bertujuan untuk menggandeng semangat dan memicu motivasi
siswa agar tetap merasa senang ketika belajar matematika.
Sesuai dengan pendapat Rachmawati (2012) ia menyatakan jikalau
etnomatematika merupakan cara khusus yang dipakai oleh suatu kelompok budaya
atau masyarakat tertentu dalam aktivitas matematika. Garis besar yang bisa
didapatkan adalah bahwa terdapat banyak cara dalam membelajarkan matematika
kepada siswa pada khususnya, akan tetapi etnomatematika merupakan metode
pembelajaran yang memiliki step - step khusus dan cocok dalam pembelajaran
matematika dengan cara mengaitkan hal-hal nyata pada budaya atau masyarakat
tertentu agar dapat lebih dipahami siswa.
Kegiatan atau aktivitas matematika yang terkandung dalam budaya tersebut
dapat dikaitkan dengan bentuk dan hitungan, bentuk sendiri dapat berupa bangun -
bangun datar seperti persegi, segi tiga, persegi panjang sedangkan hitungan
dikaitkan dengan penjumlahan, pengurangan, pembagian hingga perkalian.

2.2 Perspektif Etnomatematika


Dimasukannya gagasan-gagasan matematis dari budaya- budaya berbeda di
seluruh dunia, pengakuan kontribusi yang telah diberikan oleh orang-orang dari
berbagai budaya bagi pemahaman matematis, penghargaan dan identifikasi
beragam praktek yang bersifat matematis dalam konteks-konteks prosedural dari
budaya yang beraneka ragam, serta kaitan di antara matematika akademik dan
pengalaman-pengalaman peserta didik hendaknya menjadi aspek sentral dari suatu
studi matematika yang lengkap. Ini adalah salah satu tujuan terpenting dari
perspektif etnomatematika dalam pengembangan kurikulum matematika.

4
Pada konteks ini, D'Ambrosio telah mendefinisikan etnomatematika sebagai,
"Awalan ethno sekarang ini diterima sebagai suatu istilah luas yang merujuk pada
konteks sosial-kultural, dan oleh karena itu meliputi bahasa, jargon, dan kode-kode
perilaku, mitos, dan simbol. Asal dari mathema tidak mudah, tetapi cenderung
untuk berarti menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan aktivitas-
aktivitas seperti mengkodekan, mengukur, mengklasifikasi, mengurutkan, menarik
kesimpulan, dan memodel. Akhiran -tics diturunkan dari techne, dan memiliki akar
yang sama seperti seni dan teknik" (D'Ambrosio, 1990).
Dalam hal ini, ‘ethno’ merujuk pada kelompok- kelompok yang dikenali
berdasarkan tradisi, kode, simbol, mitos kultural dan cara-cara spesifik untuk
bernalar dan menarik kesimpulan; dan mathematics dalam hal ini lebih dari sekedar
berhitung, mengukur, mengklasifikasi, menarik kesimpulan atau memodel.
Etnomatematika merupakan himpunan irisan dari antropologi budaya dan
matematika institusional dan menggunakan pemodelan matematis untuk
menyelesaikan permasalahan dunia nyata (Orey & Rosa, 2004).
M. Rosa and M.E. Gavarrete menjelaskan bahwa konsep penelitian
etnomatematika bisa dipahami sebagai How mathematics is made of many
historically rich, diverse, and distinct traditions (bagaimana konsep matematika
dibentuk oleh tradisi kebudayaan yang kaya, beraneka dan berbeda-beda (Rosa &
Gavarrete, 2017).
Pada hal ini penting untuk menekankan bahwa keberagaman budaya
merupakan hal yang penting dalam melihat bagaimana suatu konsep matematika
terbentuk dan dipahami oleh manusia. Gagasan ini memberikan lensa multikultural
dalam memahami matematika. Rosa & Orey dalam M. Rosa dan M.E. Gavarrete
menerangkan bahwa ethnomathematics attempts to establish relations between the
mathematical ideas and procedures embedded in local practices (emic) and
academic conceptual frameworks (etic) (etnomatematika adalah usaha untuk
membentuk hubungan antara gagasan matematika dan prosedur yang ada pada
praktik-praktik lokal dan kerangka pikir konseptual akademik) (Rosa & Orey,
2011).
Dalam pengertian ini etnomatematika lebih dipahami sebagai usaha untuk
menggali bagaimana sebetulnya masyarakat memahami matematika dalam

5
keseharian. Rosa dan Orey memberikan pemahaman bahwa etnomatematika adalah
cara untuk memahami bentuk-bentuk matematika lain. Selain itu, Rosa & Orey
meletakkan etnomatematika sebagai jembatan bagi pembelajar matematika yang
memiliki konsep matematika lokal untuk memahami matematika formal, dan
sebaliknya (Rosa & Orey, 2016).
Dalam ranah pembelajaran, etnomatematika bisa digunakan sebagai materi
penghubung yang bisa menjelaskan matematika formal pada pembelajar yang
memiliki konteks budaya yang berbeda. Selain itu, bentuk Etnomatematika yang
terkadang memiliki landasan Filosofis yang berbeda dengan matematika formal,
dalam ranah pembelajaran, bisa digunakan sebagai materi pengayaan untuk
memperkenalkan suatu bentuk matematika yang berbeda pada peserta didik.
Sebagaimana Amit & Quoder sampaikan bahwa Etnomatematika berusaha untuk
membentuk hubungan antara materi matematika dan budaya dari pembelajar, dan
terkadang kurikulum yang sesuai adalah yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan
budaya setempat, walaupun hal tersebut bisa keluar dari program pengajaran yang
direncanakan (Amit & Abu Qouder, 2017).
Aspek budaya menurut Koentjoroningrat dalam Yan Mujianto menyebutkan
bahwa budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia
dengan cara belajar (Mujianto & Elmubarok, 2010). Secara wujudnya Hoeningman
mengelompokkan budaya dalam bentuk gagasan, tindakan dan Artefak.
Kebudayaan dalam bentuk gagasan merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran
seperti nilai-nilai, gagasan dan norma. Sedangkan budaya dalam bentuk tindakan
mewujud dalam aktivitas individu dalam masyarakat yang membentuk pola umum.
Kebudayaan dalam bentuk artefak diwujudkan dalam bentuk hasil karya fisik yang
bersifat konkrit.

2.3 Kedudukan Etnomatematika


Culture is defined that is custom and art that fulfills aesthetics values.
Kebudayaan diartikan sebagai adat istiadat dan seni yang memenuhi nilai-nilai
estetika atau keindahan. Kebudayaan diartikan sebagai semua hal yang berkaitan
dengan budaya. Budaya dapat dilihat dari tiga aspek; yaitu pertama, budaya yang
universal yaitu budaya yang berkaitan dengan nilai-nilai universal yang berlaku

6
dimana saja dan berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kedua, budaya nasional yaitu nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat indonesia secara nasional. ketiga, budaya lokal yang eksis dalam
kehidupan masyarakat.
Ethnomatematika merupakan irisan dari tiga bidang ilmu yang mengkaji
antropologi budaya, matematika, dan permodelan yang memiliki relevansi dalam
aktivitas pedagogik. Kebudayaan merupakan sesuatu yang dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan sistem ide atau gagasan yang ada pada akal setiap manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan bersifat abstrak. Matematika dan
kebudayaan memiliki sifat dasar yang sama yaitu bersifat abstrak, hal itu membuat
etnomatematika hadir sebagai irisan dari matematika dan kebudayaan yang ada
dalam masyarakat seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah

Kedudukan Etnomatematika

Pada Gambar tersebut dijelaskan bahwa etnomatematika ada untuk menjembatani


antara pembelajaran matematika dan kebudayaan yang ada dimasyarakat.
Keberagaman kebudayaan yang ada dapat digolongkan menjadi tujuh unsur
kebudayaan yang meliputi:
a. Bahasa. Unsur bahasa meliputi bahasa daerah, pantun, syair, novel, dan
sebagainya
b. Sistem pengetahuan. Unsur ini mencakup science dan humanities
c. Sistem sosial. Mencakup upacara-upacara besar seperti peringatan
(kelahiran, pernikahan, kematian)
d. Sistem peralatan hidup dan teknologi. Mencakup pakaian, makanan,
peralatan pribadi, alat-alat upacara, dan kemajuan teknologi lainnya

7
e. Sistem mata pencaharian hidup. Dalam sistem mata pencaharian hidup
mencakup aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting
etnografi
f. Sistem religi. Mencakup sistem keyakinan, upacara adat, benda-benda
religius, dan sebagainya
g. Kesenian. Unsur kesenian berupa seni rupa, seni pertunjukan, seni teater,
seni arsitektur, dan sebagainya

Culture significantly influences the behavior and way of thinking of people who still
maintain the tradition. Budaya menjadi salah satu hal penting dalam mempengaruhi
perilaku dan cara berpikir seseorang yang masih kental dengan tradisi kebudayaan
yang ada.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etnomatematika adalah bidang studi yang mengkaji hubungan antara budaya
dan matematika. Dalam dimensi ini, etnomatematika mengungkapkan bahwa
praktik matematika tidak hanya universal tetapi juga terkait erat dengan konteks
budaya di mana matematika tersebut dikembangkan dan digunakan. Melalui
perspektif ini, etnomatematika memperluas pemahaman kita tentang keberagaman
budaya dalam matematika, memperkenalkan konsep-konsep seperti sistem angka,
pengukuran, dan geometri yang berbeda-beda di berbagai budaya. Kedudukan
etnomatematika dalam konteks pendidikan adalah penting karena mengakui
keberagaman siswa dan memperkuat identitas budaya mereka.
Dengan demikian, etnomatematika memainkan peran penting dalam
menciptakan lingkungan pembelajaran matematika yang lebih merangsang,
memperkaya pengalaman belajar siswa, dan membantu mereka mengaitkan
matematika dengan kehidupan sehari-hari serta warisan budaya mereka. Dengan
memperkuat pemahaman tentang dimensi, perspektif, dan kedudukan
etnomatematika, pendidikan matematika dapat menjadi lebih inklusif, relevan, dan
memberdayakan bagi semua siswa.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adam, S., Alangui, W., & Barton, B. (2003). A comment on: rowlands & carson
“where would formal, academic mathematics stand in a curriculum
informed by ethnomathematics? a critical review” 1. Educational Studies in
Mathematics, 52, 327–335.
Amit, M., & Abu Qouder, F. (2017). Weaving Culture and Mathematics in the
Classroom: The Case of Bedouin Ethnomathematics. In M. Rosa, L. Shirley,
M. E. Gavarrete, & W. V. Alangui (Eds.), Ethnomathematics and its
Diverse Approaches for Mathematics Education (pp. 23– 50).
https://doi.org/10.1007/978-3-319-59220-6_2
Andi Saparuddin Nur Dkk, “Ethnomathematics Perspective and Challenge as a
Tool of Mathematical Contextual Learning for Indigenous People”,
International Journal on Emerging Mathematics Education (IJEME),Vol 5,
No 1, (2021)
Della Narulita Dkk, “Ethnomathematics in Traditional Wayang Performance in
Surakarta as a Source of Mathematics Learning in Junior High School”,
Budapest International Research and Critics in Linguistics and Education
(BirLE) Journal,Volume 2, No 2, (2019)
Kemdikbud. (2019). Laporan Hasil Ujian Nasional Tingkat SMP Tahun 2019.
Retrieved October 26, 2019, from
https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id
Kemdikbud. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah (2016).
Mujianto, Y., & Elmubarok, S. Z. (2010). Pengantar Ilmu Budaya. Pelangi
Publishing Yogyakarta.
Muslim Andi Yusuf Dkk, “Kearifan Lokal Masyarakat Adat Komba”, Prosiding
Seminar Nasional, Volume 04, Nomor 1, (2015)
OECD. (2018). PISA 2015: Result in focus. Pisa 2015, (67), 16.
https://doi.org/10.1787/9789264266490-en
Orey, D. C., & Rosa, M. (2006). Ethnomathematics: Cultural Assertions and
Challenges Towards Pedagogical Action. The Journal of Mathematics and
Culture, 6(1), 57–78
Rosa, M., & Orey, D. C. (2011). Ethnomathematics : the cultural aspects of
mathematics Etnomatemática : os aspectos culturais da matemática. Revista
Latinoamericana de Etnomatemática, 4(2), 32–54.
Rosa, M., & Orey, D. C. (2016). State of the Art in Ethnomathematics. In ICME-
13 Topical Surveys (pp. 11–37). https://doi.org/10.1007/978-3-319-30120-
4

iv
Sumarto, “Budaya, Pemahaman dan Penerapannya “Aspek Sistem Religi, Bahasa,
Pengetahuan, Sosial, Kesenian dan Teknologi”, Jurnal Literasiologi,
Volume 1, Nomor 2, (2019)
Supriadi Dkk, “Mengintegrasikan Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya
Banten pada Pendirian SD Laboeatorium UPI Kampus Serang”, Mimbar
Sekolah Dasar, Vol.3(1), (2016), 1-18

Anda mungkin juga menyukai