ETNOMATEMATIKA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etnomatematika
Dosen Pengampu :
Mohammad Rido’i, S.Pd., M.Pd
Oleh :
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho
Allah SWT, karena dengan rahmat dan Ridho-Nya kita tidak dapat menyelesaikan
Tugas Mata Kuliah Etnomatematika tentang “Dimensi, perspektif dan
Kedudukan Etnomatematika” ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami sadari sepenuhnya bahwa tugas yang kami susun ini, masih sangat
jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun isinya yang masih kurang
tepat. Kesalahan demikian adalah karena masih sangat terbatas ilmu yang kami
miliki ini, Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami harapkan kritik dan
saran yang membangun selalu mengalir untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
membawanya ke dalam konteks kehidupan sehari-hari. Etnomatematika
mempromosikan penguatan pengetahuan akademik ketika siswa indigenous
memahami ide, prosedur, dan praktik matematika dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Dimensi epistemologis
Dimensi ini berkaitan dengan sistem pengetahuan yang merupakan
kumpulan pengamatan empiris dikembangkan untuk memahami,
menjelaskan, dan menangani realitas. Terdapat tiga pertanyaan yang muncul
terkait evolusi pengetahuan matematika dalam kaitannya dengan beragam
bentuk generasi, organisasi dan penyebaran, yaitu (a) cara beralihnya
pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan menuju praktik eksperimen,
(b) cara beralih dari eksperimen menuju ke metode refleksi dan abstraksi, dan
(c) cara merepresentasikan penemuan dalam menghasilkan sebuah teori.
Pertanyaan-pertanyaan ini memandu refleksi mengenai evolusi pengetahuan
matematika dengan mempertimbangkan interaksi yang unik antara realitas di
dalam komunitas masyarakat indigenous.
5. Dimensi sejarah
Hubungan antara sejarah dan matematika merupakan fakta yang harus
dimengerti oleh siswa. Dimensi ini mengarahkan siswa untuk meneliti sifat
matematika dalam hal pemahaman tentang bagaimana pengetahuan
matematika itu diarahkan dalam struktur pengalaman mereka. Dengan
demikian, pengetahuan dibangun dari interpretasi manusia dalam
menganalisis dan menjelaskan fenomena matematika sepanjang sejarah yang
membantu siswa memahami evolusi dan kontribusi yang dilakukan oleh
masyarakat indigenous dalam membangun pengetahuan matematika secara
berkelanjutan.
6. Dimensi politik
Dimensi politik bertujuan untuk mengenali dan menghormati sejarah,
tradisi, dan pemikiran matematika yang dikembangkan oleh anggota
kelompok budaya indigenous. Pengakuan dan penghormatan terhadap akar
sosiokultural ini tidak menyiratkan penolakan terhadap akar budaya orang
lain, tetapi memperkuatnya melalui dialog dalam dinamika budaya. Hal
3
tersebut juga bertujuan untuk mengembangkan tindakan politik yang
membimbing siswa dalam proses transisi dari subordinasi ke otonomi yang
lebih luas tentang hak-hak mereka sebagai warga negara.
Hasil atau prestasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh motivasi siswa
untuk mempelajari matematika. Tidak adanya inovasi pembelajaran membuat
motivasi siswa surut dan enggan belajar matematika, oleh sebab itu diterapkannya
metode etnomatematika yang memunculkan kearifan budaya lokal pada
pembelajaran yang bertujuan untuk menggandeng semangat dan memicu motivasi
siswa agar tetap merasa senang ketika belajar matematika.
Sesuai dengan pendapat Rachmawati (2012) ia menyatakan jikalau
etnomatematika merupakan cara khusus yang dipakai oleh suatu kelompok budaya
atau masyarakat tertentu dalam aktivitas matematika. Garis besar yang bisa
didapatkan adalah bahwa terdapat banyak cara dalam membelajarkan matematika
kepada siswa pada khususnya, akan tetapi etnomatematika merupakan metode
pembelajaran yang memiliki step - step khusus dan cocok dalam pembelajaran
matematika dengan cara mengaitkan hal-hal nyata pada budaya atau masyarakat
tertentu agar dapat lebih dipahami siswa.
Kegiatan atau aktivitas matematika yang terkandung dalam budaya tersebut
dapat dikaitkan dengan bentuk dan hitungan, bentuk sendiri dapat berupa bangun -
bangun datar seperti persegi, segi tiga, persegi panjang sedangkan hitungan
dikaitkan dengan penjumlahan, pengurangan, pembagian hingga perkalian.
4
Pada konteks ini, D'Ambrosio telah mendefinisikan etnomatematika sebagai,
"Awalan ethno sekarang ini diterima sebagai suatu istilah luas yang merujuk pada
konteks sosial-kultural, dan oleh karena itu meliputi bahasa, jargon, dan kode-kode
perilaku, mitos, dan simbol. Asal dari mathema tidak mudah, tetapi cenderung
untuk berarti menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan aktivitas-
aktivitas seperti mengkodekan, mengukur, mengklasifikasi, mengurutkan, menarik
kesimpulan, dan memodel. Akhiran -tics diturunkan dari techne, dan memiliki akar
yang sama seperti seni dan teknik" (D'Ambrosio, 1990).
Dalam hal ini, ‘ethno’ merujuk pada kelompok- kelompok yang dikenali
berdasarkan tradisi, kode, simbol, mitos kultural dan cara-cara spesifik untuk
bernalar dan menarik kesimpulan; dan mathematics dalam hal ini lebih dari sekedar
berhitung, mengukur, mengklasifikasi, menarik kesimpulan atau memodel.
Etnomatematika merupakan himpunan irisan dari antropologi budaya dan
matematika institusional dan menggunakan pemodelan matematis untuk
menyelesaikan permasalahan dunia nyata (Orey & Rosa, 2004).
M. Rosa and M.E. Gavarrete menjelaskan bahwa konsep penelitian
etnomatematika bisa dipahami sebagai How mathematics is made of many
historically rich, diverse, and distinct traditions (bagaimana konsep matematika
dibentuk oleh tradisi kebudayaan yang kaya, beraneka dan berbeda-beda (Rosa &
Gavarrete, 2017).
Pada hal ini penting untuk menekankan bahwa keberagaman budaya
merupakan hal yang penting dalam melihat bagaimana suatu konsep matematika
terbentuk dan dipahami oleh manusia. Gagasan ini memberikan lensa multikultural
dalam memahami matematika. Rosa & Orey dalam M. Rosa dan M.E. Gavarrete
menerangkan bahwa ethnomathematics attempts to establish relations between the
mathematical ideas and procedures embedded in local practices (emic) and
academic conceptual frameworks (etic) (etnomatematika adalah usaha untuk
membentuk hubungan antara gagasan matematika dan prosedur yang ada pada
praktik-praktik lokal dan kerangka pikir konseptual akademik) (Rosa & Orey,
2011).
Dalam pengertian ini etnomatematika lebih dipahami sebagai usaha untuk
menggali bagaimana sebetulnya masyarakat memahami matematika dalam
5
keseharian. Rosa dan Orey memberikan pemahaman bahwa etnomatematika adalah
cara untuk memahami bentuk-bentuk matematika lain. Selain itu, Rosa & Orey
meletakkan etnomatematika sebagai jembatan bagi pembelajar matematika yang
memiliki konsep matematika lokal untuk memahami matematika formal, dan
sebaliknya (Rosa & Orey, 2016).
Dalam ranah pembelajaran, etnomatematika bisa digunakan sebagai materi
penghubung yang bisa menjelaskan matematika formal pada pembelajar yang
memiliki konteks budaya yang berbeda. Selain itu, bentuk Etnomatematika yang
terkadang memiliki landasan Filosofis yang berbeda dengan matematika formal,
dalam ranah pembelajaran, bisa digunakan sebagai materi pengayaan untuk
memperkenalkan suatu bentuk matematika yang berbeda pada peserta didik.
Sebagaimana Amit & Quoder sampaikan bahwa Etnomatematika berusaha untuk
membentuk hubungan antara materi matematika dan budaya dari pembelajar, dan
terkadang kurikulum yang sesuai adalah yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan
budaya setempat, walaupun hal tersebut bisa keluar dari program pengajaran yang
direncanakan (Amit & Abu Qouder, 2017).
Aspek budaya menurut Koentjoroningrat dalam Yan Mujianto menyebutkan
bahwa budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia
dengan cara belajar (Mujianto & Elmubarok, 2010). Secara wujudnya Hoeningman
mengelompokkan budaya dalam bentuk gagasan, tindakan dan Artefak.
Kebudayaan dalam bentuk gagasan merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran
seperti nilai-nilai, gagasan dan norma. Sedangkan budaya dalam bentuk tindakan
mewujud dalam aktivitas individu dalam masyarakat yang membentuk pola umum.
Kebudayaan dalam bentuk artefak diwujudkan dalam bentuk hasil karya fisik yang
bersifat konkrit.
6
dimana saja dan berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kedua, budaya nasional yaitu nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat indonesia secara nasional. ketiga, budaya lokal yang eksis dalam
kehidupan masyarakat.
Ethnomatematika merupakan irisan dari tiga bidang ilmu yang mengkaji
antropologi budaya, matematika, dan permodelan yang memiliki relevansi dalam
aktivitas pedagogik. Kebudayaan merupakan sesuatu yang dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan sistem ide atau gagasan yang ada pada akal setiap manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan bersifat abstrak. Matematika dan
kebudayaan memiliki sifat dasar yang sama yaitu bersifat abstrak, hal itu membuat
etnomatematika hadir sebagai irisan dari matematika dan kebudayaan yang ada
dalam masyarakat seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah
Kedudukan Etnomatematika
7
e. Sistem mata pencaharian hidup. Dalam sistem mata pencaharian hidup
mencakup aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting
etnografi
f. Sistem religi. Mencakup sistem keyakinan, upacara adat, benda-benda
religius, dan sebagainya
g. Kesenian. Unsur kesenian berupa seni rupa, seni pertunjukan, seni teater,
seni arsitektur, dan sebagainya
Culture significantly influences the behavior and way of thinking of people who still
maintain the tradition. Budaya menjadi salah satu hal penting dalam mempengaruhi
perilaku dan cara berpikir seseorang yang masih kental dengan tradisi kebudayaan
yang ada.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etnomatematika adalah bidang studi yang mengkaji hubungan antara budaya
dan matematika. Dalam dimensi ini, etnomatematika mengungkapkan bahwa
praktik matematika tidak hanya universal tetapi juga terkait erat dengan konteks
budaya di mana matematika tersebut dikembangkan dan digunakan. Melalui
perspektif ini, etnomatematika memperluas pemahaman kita tentang keberagaman
budaya dalam matematika, memperkenalkan konsep-konsep seperti sistem angka,
pengukuran, dan geometri yang berbeda-beda di berbagai budaya. Kedudukan
etnomatematika dalam konteks pendidikan adalah penting karena mengakui
keberagaman siswa dan memperkuat identitas budaya mereka.
Dengan demikian, etnomatematika memainkan peran penting dalam
menciptakan lingkungan pembelajaran matematika yang lebih merangsang,
memperkaya pengalaman belajar siswa, dan membantu mereka mengaitkan
matematika dengan kehidupan sehari-hari serta warisan budaya mereka. Dengan
memperkuat pemahaman tentang dimensi, perspektif, dan kedudukan
etnomatematika, pendidikan matematika dapat menjadi lebih inklusif, relevan, dan
memberdayakan bagi semua siswa.
9
DAFTAR PUSTAKA
Adam, S., Alangui, W., & Barton, B. (2003). A comment on: rowlands & carson
“where would formal, academic mathematics stand in a curriculum
informed by ethnomathematics? a critical review” 1. Educational Studies in
Mathematics, 52, 327–335.
Amit, M., & Abu Qouder, F. (2017). Weaving Culture and Mathematics in the
Classroom: The Case of Bedouin Ethnomathematics. In M. Rosa, L. Shirley,
M. E. Gavarrete, & W. V. Alangui (Eds.), Ethnomathematics and its
Diverse Approaches for Mathematics Education (pp. 23– 50).
https://doi.org/10.1007/978-3-319-59220-6_2
Andi Saparuddin Nur Dkk, “Ethnomathematics Perspective and Challenge as a
Tool of Mathematical Contextual Learning for Indigenous People”,
International Journal on Emerging Mathematics Education (IJEME),Vol 5,
No 1, (2021)
Della Narulita Dkk, “Ethnomathematics in Traditional Wayang Performance in
Surakarta as a Source of Mathematics Learning in Junior High School”,
Budapest International Research and Critics in Linguistics and Education
(BirLE) Journal,Volume 2, No 2, (2019)
Kemdikbud. (2019). Laporan Hasil Ujian Nasional Tingkat SMP Tahun 2019.
Retrieved October 26, 2019, from
https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id
Kemdikbud. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah (2016).
Mujianto, Y., & Elmubarok, S. Z. (2010). Pengantar Ilmu Budaya. Pelangi
Publishing Yogyakarta.
Muslim Andi Yusuf Dkk, “Kearifan Lokal Masyarakat Adat Komba”, Prosiding
Seminar Nasional, Volume 04, Nomor 1, (2015)
OECD. (2018). PISA 2015: Result in focus. Pisa 2015, (67), 16.
https://doi.org/10.1787/9789264266490-en
Orey, D. C., & Rosa, M. (2006). Ethnomathematics: Cultural Assertions and
Challenges Towards Pedagogical Action. The Journal of Mathematics and
Culture, 6(1), 57–78
Rosa, M., & Orey, D. C. (2011). Ethnomathematics : the cultural aspects of
mathematics Etnomatemática : os aspectos culturais da matemática. Revista
Latinoamericana de Etnomatemática, 4(2), 32–54.
Rosa, M., & Orey, D. C. (2016). State of the Art in Ethnomathematics. In ICME-
13 Topical Surveys (pp. 11–37). https://doi.org/10.1007/978-3-319-30120-
4
iv
Sumarto, “Budaya, Pemahaman dan Penerapannya “Aspek Sistem Religi, Bahasa,
Pengetahuan, Sosial, Kesenian dan Teknologi”, Jurnal Literasiologi,
Volume 1, Nomor 2, (2019)
Supriadi Dkk, “Mengintegrasikan Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya
Banten pada Pendirian SD Laboeatorium UPI Kampus Serang”, Mimbar
Sekolah Dasar, Vol.3(1), (2016), 1-18