Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TENTANG

HAKIKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DOSEN PEMBIMBING : DUSALAN, M.Pd

OLEH :

KELOMPOK 1

1. FENI SUFIANA NPM. 20.3.02.0027


2. AHMAD HIDAYATULLAH NPM. 20.3.02.0023

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) BIMA
2023
KATA PENGANTAR

1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan Makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki Makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Kota Bima, Maret 2023


Penulis,

DAFTAR ISI

2
HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Matematika......................................................................... 3
B. Pembelajaran Matematika................................................................ 6
C. Mathematical HOTS........................................................................ 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................... 13
B. Saran................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang tidak dapat terlepas dari
kehidupan manusia. Matematika merupakan suatu ilmu pasti yang selama ini telah
menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan. Matematika banyak mendasari
perkembangan teknologi modern dan mempunyai berbagai peranan penting
lainnya diantaranya yaitu memajukan pola atau daya pikir manusia. Semua
kemajuan zaman, perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia tentunya
selalu tidak terlepas dari matematika. Dari pemahaman tersebut sangat ironis
sekali jika sebagian orang mempunyai pikiran bahwa matematika itu
membosankan dan ditakuti layaknya hantu. Banyak orang yang mengikrarkan diri
untuk berpisah dengan matematika karena ia menganggap matematika adalah ilmu
yang membuat kepala pusing. Hal tersebut dikarenakan manusia mempelajari
suatu ilmu tetapi tidak mengetahui hakikatnya.
Melihat hal tersebut matematika perlu sekali diajarkan sejak dini dan dengan
cara yang menyenangkan. Sekolah dasar sebagai pendidikan dasar pertama bagi
anak perlu memberikan pembelajaran matematika yang membekali berbagai
kemampuan kepada peserta didik, diantaranya yaitu kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, kreatif dan bekerjasama. Kompetensi atau beberapa
kemampuan tersebut diharapkan dapat berguna dikemudian hari sebagai bekal
peserta didik dalam menghadapi kehidupan yang fleksibel atau selalu berubah.
Guru sebagai pemegang peranan utama dalam proses belajar mengajar tentu
harus mengetahui hakikat matematika. Selain itu guru juga harus memahami betul
tentang hakikat peserta didik juga pembelajaran matematika di SD. Strategi
pengajaran matematika yang benar dan mutakhir dapat dilakukan jika mengetahui
hakikat matematika dan pembelajaran matematika. Oleh karena itu penerapan
strategi dan metode pengajaran yang bervariasi akan banyak diketahui jika
mengetahui hakikat dari matematika itu sendiri. Hal itu dimaksudkan juga agar
pendidik mampu meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik
dalam pembelajaran matematika.

1.2 Rumusan Masalah

4
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis dapat menyimpulkan
beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut ini.
1.2.1 Bagaimana hakikat dari matematika?
1.2.2 Bagaimana pembelajaran matematika di sekolah dasar?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan mathematical high order thinking
skills (HOTS)?

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun beberapa tujuan yang dapat diketahui di dalam penulisan makalah
ini di antaranya sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui serta memahami hakikat matematika.
1.3.2 Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai pembelajaran
matematika di sekolah dasar.
1.3.3 Untuk memberikan gambaran serta informasi
mengenai mathematical high order thinking skills (HOTS) atau
keterampilan berpikir tingkat tinggi matematis.

BAB II
PEMBAHASAN

5
2.1 Hakikat Matematika
Suwangsih dan Tiurlina (2010, hlm. 3) menjelaskan bahwa hakikat
matematika artinya menguraikan apa sebenarnya matematika itu baik ditinjau dari
arti kata matematika, karakteristik matematika sebagai suatu ilmu, maupun peran
dan kedudukan matematika diantara cabang ilmu pengetahuan serta manfaatnya.
Mengacu kepada perspektif tersebut sebenarnya banyak sekali pendefinisian
tentang matematika. Karena matematika termasuk salah satu disiplin ilmu yang
memiliki kajian sangat luas, hal tersebut mengakibatkan beragamnya sudut
pandang terhadap definisi matematika. Namun untuk dapat memahami hakikat
matematika kita dapat memperhatikan pengertian istilah matematika dari beberapa
definisi yang telah dikemukakan para ahli diantaranya yaitu Ruseffendi (dalam
Suwangsih & Tiurlina, 2010, hlm. 4) yang menjelaskan bahwa matematika
terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, beberapa definisi,
aksioma dan dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena
itu matematika sering disebut ilmu deduktif.
Definisi lain dikemukakan oleh Beth dan Piaget (dalam Runtukahu & Kandou,
2014, hlm 28) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan matematika adalah
pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan
antarstruktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Sehubungan dengan
matematika yang berhubungan dengan budaya, Barton (dalam Runtukahu &
Kandou, 2014, hlm 28) mendefinisikan matematika dalam tiga tingkatan definisi
yakni matematika praktik, matematika teknik dan matematika menurut pandangan
dunia.
Secara bahasa sebenarnya matematika berasal dari bahasa Yunani
yaitu matematike yang berarti mempelajari atau berpikir. Dengan demikian
matematika merupakan ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau
bernalar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), matematika
didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan. Dikarenakan banyaknya pengertian matematika, Hersh (dalam

6
Runtukahu & Kandou, 2014, hlm 29) menganjurkan bahwa dalam mendefinisikan
matematika perlu memperhatikan tiga hal berikut.
2.1.1 Objek-objek matematika adalah penemuan dan ciptaan manusia.
2.1.2 Matematika diciptakan dari kegiatan dengan objek matematika, kebutuhan
ilmu pengetahuan dan dari kehidupan sehari-hari.
2.1.3 Sekali diciptakan objek matematika memiliki sifat-sifat yang mungkin
sulit ditemukan, tetapi dengan sifat-sifat itu anak mendapatkan
pengetahuan yang lebih luas.
Fathani (2012) mengungkapkan bahwa definisi matematika dapat
dideskripsikan sebagai struktur yang terorganisasi, sebagai alat (tool), sebagai
pola pikir deduktif, sebagai cara bernalar, sebagai bahasa artifisial, dan sebagai
seni yang kreatif. Jika diuraikan matematika sebagai struktur terorganisasi
maksudnya yaitu matematika adalah suatu ilmu yang terstruktur dan terorganisasi
secara hierarkis, logis dan sistematis yang terdiri dari beberapa komponen seperti
unsur yang tidak dapat didefinisikan, unsur yang dapat didefinisikan,
aksioma/postulat, dan teorema/dalil. Hal tersebut selaras dengan Ruseffendi
(1992, hlm. 37) yang mengungkapkan matematika sebagai suatu ilmu yang
berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang
abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu.
Matematika sebagai alat maksudnya bahwa matematika merupakan alat yang
sering digunakan untuk mencari solusi yang tepat dalam pemecahan masalah
kehidupan. Hampir serupa dengan itu, Suwangsih dan Tiurlina (2010, hlm. 9)
menjelaskan matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu artinya matematika
sebagai alat dan pelayan ilmu yang lain. Matematika sebagai pola pikir deduktif
yaitu matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang muatannya memiliki
pola pikir deduktif yakni untuk mencari kebenarannya harus dibuktikan secara
deduktif atau dari umum ke khusus. Selain itu matematika juga dapat
didefinisikan sebagai suatu kajian ilmu yang membahas fakta dan hubungannya
juga masalah ruang dan waktu yang dapat mendasari definisi bahwa matematika
sebagai alat. Matematika dapat digunakan sebagai alat untuk menolong manusia
dalam menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan.

7
Matematika sebagai cara bernalar karena dalam matematika memuat beberapa
cara pembuktian yang valid, bersifat sistematis dan mempunyai suatu pola yang
bersifat umum. Hal yang hampir serupa dinyatakan Ruseffendi (1992) bahwa
matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan karena dalam matematika
generalisasinya dapat dibuat dengan mencari keseragaman yang memerhatikan
keteraturan, keterurutan dan keterkaitan. Kegiatan mencari pola dan hubungan
memang dapat dikatakan sebagai pengambilan keputusan secara induktif sehingga
kebenaran yang diambil dari cara tersebut bukanlah kebenaran mutlak hanya
sebatas penalaran atau mencari kemungkinan.
Pengambilan kesimpulan dari hasil mecari pola dan hubungan tersebut
merupakan salah satu tujuan utama dalam pengajaran matematika untuk guru dan
peserta didik. Dalam praktiknya pengambilan kesimpulan secara induktif dapat
diuji cobakan kembali melalui pengambilan keputusan deduktif sehingga
kebenarannya dapat diterima dengan benar. Lebih jelasnya Suwangsih dan
Tiurlina (2010) memisahkan pengertian matematika sebagai ilmu tentang pola dan
matematika sebagai ilmu tentang hubungan. Matematika sebagai ilmu tentang
pola yakni dalam kajian ilmu matematika sering dicari keseragaman seperti
keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep tertentu atau model yang
merupakan representasi dalam pembuatan generalisasi. Sedangkan matematika
sebagai ilmu tentang hubungan maksudnya bahwa konsep dalam matematika dan
juga cabang ilmu matematika saling mempunyai hubungan satu sama lain.
Matematika sebagai bahasa artifisial yakni matematika menggunakan bahasa
simbol yang memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks. Sehingga simbol
atau lambang menjadi ciri khas dalam kajian ilmu matematika. Simbol atau
lambang pada matematika memiliki arti yang sangat padat dan bersifat
internasional atau universal itu merupakan maksud dari artifisial. Padat arti disini
menjelaskan bahwa simbol atau lambang yang ada pada matematika dituliskan
dengan singkat namun jika ditafsirkan mempunyai arti yang luas. Prihandoko
(2006, hlm. 13) mengungkapkan bahwa pemakaian simbol dan variabel dalam
pekerjaan matematika harus dilakukan dengan tertib dan jelas sebab jika tidak
akan menimbulkan salah tafsir dan kurang komunikatif. Simbol dan variabel
matematika digunakan pula untuk mempersingkat kalimat atau model matematika.

8
Matematika sebagai seni yang kreatif yakni matematika memperlihatkan
adanya unsur keteraturan, keterurutan dan ketetapan atau konsistensi dengan
demikian matematika mengandung unsur keindahan yang bermakna layaknya seni
yang dapat dinikmati dan diresapi. Penalaran logis dan efisien serta
perbendaharaan ide juga pola yang kreatif dan menakjubkan merupakan salah satu
alasan mengapa matematika disebut sebagai seni berfikir kreatif.
Hakikat matematika dapat disimpulkan berkaitan dengan struktur, hubungan
dan konsep dalam matematika yang dikembangkan sesuai dengan aturan yang
logis. Dengan memahami hakikat matematika maka guru sebagai pemegang
peranan utama dalam pembelajaran akan memiliki pengetahuan, tujuan serta
strategi yang diterapkan untuk melakukan pembelajaran matematika sesuai
dengan kondisi yang ada. Hakikat matematika memang bersifat abstrak namun
dalam praktiknya guru dapat menerapkan hal tersebut kepada peserta didik secara
tersirat mengingat peserta didik masih berpikir dalam tahap operasional kongkrit.
Dalam praktiknya guru bisa menggunakan alat bantu berupa media atau lain
sebagainya sehingga siswa dapat mengetahui hakikat pentingnya belajar
matematika.
Dari hakikat matematika dapat diketahui bahwa matematika banyak sekali
kegunaannya. Salah satu kegunaan matematika yaitu sebagai pelayan ilmu yang
lain karena banyak sekali ilmu pengetahuan yang dalam pengembangannya
bergantung kepada matematika. Selain itu matematika digunakan manusia untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu dalam pemecahan
masalah dunia nyata, masalah sosial seperti transaksi jual beli, luas suatu daerah,
jarak yang ditempuh, laju kecepatan kendaraan, bidang pertanian, bidang
perindustrian dan permasalahn lainnya.

2.2 Pembelajaran Matematika


Darmawan dan Permasih (2013, hlm. 124) menyatakan bahwa “belajar adalah
aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan
kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan
sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu, …”. Perubahan yang dimaksud
hendaknya terjadi sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran

9
merupakan perkembangan dari istilah belajar, mengajar atau pengajaran dimana
pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru atau pendidik
untuk membelajarkan siswa yang belajar. Purnomo (2015, hlm. 4) menyatakan
bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha sadar yang melibatkan proses
interaktif antara guru dan siswa untuk memahami, merespons dan bergerak
mencapai tujuan belajar. Dengan demikian pembelajaran matematika merupakan
suatu interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara sadar
yang dilakukan dengan tujuan siswa memahami konteks matematika yang
diajarkan.
Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara
berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten serta
mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah
(Depdiknas, 2003). Adapun secara lengkap tujuan pembelajaran matematika di
sekolah dasar berdasarkan kurikulum ktsp oleh BSNP (2006, hlm. 30) sebagai
berikut ini.
2.2.1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep satu algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2.2.2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
2.2.3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
2.2.4 Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
2.2.5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar memiliki tiga aspek yaitu
pembelajaran bilangan, geometri dan pengukuran juga pengolahan data. Maulana
(2011, hlm. 53) mengungkapkan bahwa kemampuan matematik yang ditergetkan

10
dalam kurikulum matematika yaitu pemahaman matematik, pemecahan masalah
matematik, penalaran matematik, koneksi matematik dan komunikasi matematik.
Pembelajaran matematika memiliki beberapa ciri yang membedakannya
dengan pembelajaran matapelajaran lainnya diantaranya bahwa pembelajaran
matematika menggunakan metode spiral yakni pendekatan yang digunakan dalam
matematika dengan cara pembelajaran konsep atau topik matematika yang selalu
dikaitkan dengan topik lainnya secara berkesinambungan layaknya spiral. Selain
itu pembelajaran matematika juga dilakukan secara bertahap dimana dimulai dari
suatu konsep sederhana dan konkrit menuju ke konsep yang lebih rumit atau sulit
dan abstrak. Ciri berikutnya bahwa pembelajaran matematika menggunakan
metode induktif yang disesuaikan dengan tahap perkembangan mental peserta
didik sehingga untuk kemudian diharapkan anak dapat menemukan pola sesuai
dengan hakikat matematika.
Ciri pembelajaran matematika selanjutnya yaitu pembelajarannya menganut
kebenaran konsistensi yaitu bahwa pembelajaran matematika tidak
memperdebatkan lagi kebenaran yang telah ditemukan sebelumnya dalam artian
bahwa peserta didik untuk kemudian harus mampu berpikir secara deduktif.
Pembelajaran matematika juga diharapkan dapat memenuhi unsur kebermaknaan
yaitu siswa dapat merasakan pengalaman secara langsung atau pembelajarannya
diarahkan kepada pemahaman bukan sekedar ingatan atau hafalan belaka.
Dalam implementasi pembelajaran matematika guru harus memperhatikan
beberapa hal seperti mengkondisikan siswa untuk melakukan penemuan seperti
menemukan konsep, rumus dan lain sebagainya. Guru juga harus fokus kepada
pemecahan masalah yang dapat menarik perhatian peserta didik untuk belajar
memecahkan masalah selaras dengan pemenuhan tujan keterampilan yang
diharapkan dalam pembelajaran matematika. Mengenalkan masalah sesuai dengan
situasi sehari-hari diperlukan dalam pembelajaran matematika. Guru juga harus
menguasai keterampilan atau pengetahuan prasyarat.
Shulman (dalam Purnomo, 2015, hlm. 5) mengkategorikan pengetahuan yang
harus dimiliki guru setidaknya meliputi pengetahuan konten materi (subject
matter content knowledge;SMK), pengetahuan konten pedagogis (pedagogical
content knowledge;PCK) dan pengetahuan kurikulum. Pengetahuan konten materi

11
yaitu pengetahuan mengenai muatan isi baik fakta maupun konsep materi
matematika yang diajarkan. Sedangkan pengetahuan konten pedagogis yang
dalam perkembangannya dipadukan dengan pengetahuan konten kurikulum yaitu
suatu pengetahuan dan keterampilan baik konseptual maupun prosedural tentang
cara mengajar yang akan mengantarkan siswa kedalam topik pembelajaran dan
pengelolaan kelas dalam praktik pengajaran.
Beberapa prinsip dalam melaksanakan pembelajaran metematika di sekolah
dasar diantaranya yaitu guru harus menyusun silabus berdasarkan pada kurikulum
yang berlaku. Pembelajaran matematika diintegrasikan dengan materi
pembelajaran lainnya. Pembelajaran matematika ditujukan untuk tercapainya
standar kompetensi/kompetensi inti dan kompetensi dasar pembelajaran dimana
pembelajaran harus dilakukan secara berkesinambungan. Guru juga harus
memperhatikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari kegiatan awal sampai
akhir pembelajaran. Melakukan evaluasi yang relevan dan disesuaikan dengan
proses dalam pembelajaran. Diharapkan mampu menggunakan media yang
beragam secara kreatif, efektif dan efisien.

2.3 Mathematical High Order Thinking Skills (HOTS)


Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika mereka
dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Sejalan
dengan tujuan pembelajaran matematika yaitu untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, sistematis, analitis, kritis dan kreatif serta
menggunakan keterampilan berpikirnya. Beberapa ahli mengkategorikan
keterampilan berpikir menjadi beberapa jenjang yaitu berpikir tingkat rendah
atau Lower Order Thinking Skill (LOTS) dan berpikir tingkat tinggi atau High
Order Thinking Skill (HOTS).
LOTS yaitu suatu keterampilan berpikir yang hanya menuntut seseorang untuk
mengingat, memahami dan mengaplikasikan sesuatu rumus atau hukum.
Sedangkan HOTS menurut Thomas & Thorne (dalam Al’Azzy & Budiono, 2013,
hlm 1) menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi menempatkan aktivitas berpikir
pada jenjang yang lebih tinggi dari sekedar menyatakan fakta. HOTS disebut pula
sebagai gabungan dari berpikir kritis, berpikir kreatif dan berpikir pengetahuan

12
dasar. Lebih jelasnya Winarso (2014) mengungkapkan bahwa kemampuan
berpikir tingkat tinggi akan terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru
dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya dan
menghubungkannya dan atau menata ulang serta mengembangkan informasi
tersebut untuk mencapai suatu tujuan ataupun menemukan suatu penyelesaian dari
suatu keadaan yang sulit dipecahkan. Oleh karena itu HOTS lebih dari sekedar
keterampilan untuk mengingat, memahami dan mengaplikasikan rumus saja.
Adapun beberapa aspek asosiasi dari HOTS diantaranya meliputi tidak ada
seorang pun yang dapat berpikir sempurna atau tidak dapat berpikir sepanjang
waktu, mengingat sesuatu tidak sama dengan berpikir tentang sesuatu itu,
mengingat sesuatu dapat dilakukan tanpa memahaminya, berpikir dapat
diwujudkan dalam kata dan gambar. Selain itu aspek lainnya terdapat tiga tipe
intelegensi dan berpikir yaitu analitis, kreatif dan praktis. Ketiga intelegensi dan
cara berpikir tersebut berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan berpikir juga dapat ditingkatkan dengan memahami proses yang
terlibat dalam berpikir serta metakognisi (berpikir tentang berpikir) merupakan
bagian dari berpikir tingkat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peranan
guru dalam HOTS yaitu mengembangkan keterampilan berpikir siswa dan
memfasilitasi siswa untuk menjadi seorang pemikir dan pemecah masalah yang
baik. Untuk itu guru harus menyediakan masalah yang melibatkan siswa
menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Jika mengacu kepada teori
Bloom maka pembelajaran ditujukan untuk memenuhi aspek C3 sampai C6 atau
analisis, sintesis dan evaluasi/berkreasi.
Dalam implementasi pembelajaran matematika jika peserta didik
menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi maka pembelajaran tersebut
akan menjadi pembelajaran yang bermakna. Hal tersebut dikarenakan bahwa
peserta didik tidak hanya mengingat dan menghafal rumus yang banyak ditemui
pada pelajaran matematika, tetapi peserta didik juga dituntut untuk mampu
memecahkan masalah dengan menggunakan rumus tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut akan berdampak
kepada peserta didik, dimana mereka akan lebih paham kegunaan dari rumus yang
dipelajari terhadap aplikasinya dalam kehidupan, hal tersebut menjadi indikator

13
bahwa pembelajaran dikatakan bermakna. Dengan begitu peserta didik tidak akan
mudah lupa terhadap rumus dan konsep matematika yang diajarkan.
Berfikir tingkat tinggi menurut Krulik dan Rudnick (dalam Trisniawati, 2013)
mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan berpikir kritis dan kreatif,
diperlukan kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan
berfikir kritis dan kreatif siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
kreatif. Dari perpektif tersebut maka guru harus mampu memberikan pernyataan
dalam pembelajaran matematika dimana pertanyaan tersebut ditujukan dalam
beberapa aspek. Aspek yang dapat ditanyakan berupa pertanyaan mengenai
adakah cara lain (what’s another way?), bagaimana jika (what if …?), manakah
yang salah (what’s wrong?) dan apa yang akan dilakukan (what would you do?).
Dalam pertanyaan adakah cara lain maksudnya guru memberikan masalah
kepada siswa agar siswa mampu mencari cara untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Pertanyaan ini didesain dengan kondisi soal yang tetap dan berfokus
kepada penyelesaian masalah. Contoh dari soal tersebut yaitu pada sebuah
kandang terdapat 30 ekor sapi dan ayam. Jika pada kandang tersebut berjumlah 76
kaki, maka berapakah jumlah kambing dan jumlah ayam pada kandang tersebut
yang untuk kemudian ajukan pertanyaan cara lain untuk mendapatkan jawaban
yang sama.
Untuk pertanyaan bagaimana jika didesain dengan kondisi soal yang berubah
dari pernyataan yang telah dibuat. Pertanyaan ini dimaksudkan agar siswa
menganalisis kemungkinan yang terjadi jika kondisi berubah. Contohnya yaitu
Amir mengambil empat kartu bilangan bernilai 22, 24, 27 dan 31. Berapakah
jumlah nilai dari kartu yang diambil Amir? Bagaimana jika Amir mengambil 3
kartu dengan total nilai 77? Kartu mana saja yang diambil oleh Amir?
Aspek pertanyaan manakah yang salah dimaksudkan agar siswa dapat
menganalisis serta engevaluasi hal mana yang salah dan harus diperbaiki dalam
suatu permasalahan. Contoh soalnya yaitu Andi membeli 3 buku tulis yang
masing-masing harganya Rp. 7.500,-, selain itu ia juga membeli 5 pensil yang
harga masing-masing pensil Rp. 1.500,- dan 2 penghapus yang harga masing-
masing penghapus yaitu Rp. 800,-. Toko tersebut memberikan tanda pembayaran
sebagai berikut:

14
Barang Satuan Jumlah
3 buku tulis Rp. 7.500 Rp. 22.500
5 pensil Rp. 1.500 Rp. 8.500
2 penghapus Rp. 800 Rp. 1.600
Total Pembayaran: Rp. 32.600
Setelah melihat tanda pembayaran tersebut Andi mengatakan bahwa total yang
harus Andi bayar salah. Manakah yang salah dari pembayaran tersebut?
Pertanyaan apakah yang akan dilakukan diajukan untuk merangsang
kemampuan berpikir kritis siswa dimana pertanyaan dihadapkan pada suatu
masalah yang memerlukan pengambilan keputusan yang sesuai dan disertai alasan
yang mendasari pengambilan keputusan tersebut. Pertanyaan biasanya diajukan
dalam bentuk tertulis yang dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk lebih leluasa menjawab dan melatih keterampilan
mengkomunikasikan pembelajaran matematis. Pada hakikatnya semua soal dapat
digunakan untuk melatih kemampuan HOTS yang dibutuhkan adalah keinginan
dan komitmen pendidik untuk membantu mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi peserta didik.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara bahasa matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu matematike yang
berarti mempelajari atau berpikir. Dengan demikian matematika merupakan ilmu
pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau bernalar. Matematika dapat
dideskripsikan sebagai struktur yang terorganisasi, sebagai alat (tool), sebagai
pola pikir deduktif, sebagai cara bernalar, sebagai bahasa artifisial, dan sebagai
seni yang kreatif. Matematika adalah suatu ilmu yang terstruktur dan terorganisasi
secara hierarkis, logis dan sistematis yang terdiri dari beberapa komponen.
Matematika sebagai alat maksudnya bahwa matematika merupakan alat yang
sering digunakan untuk mencari solusi yang tepat dalam pemecahan masalah
kehidupan. Matematika sebagai pola pikir deduktif yaitu suatu ilmu pengetahuan
yang muatannya memiliki pola pikir deduktif yakni untuk mencari kebenarannya
harus dibuktikan secara deduktif atau dari umum ke khusus.
Matematika sebagai cara bernalar karena dalam matematika memuat beberapa
cara pembuktian yang valid, bersifat sistematis dan mempunyai suatu pola yang
bersifat umum. Matematika sebagai bahasa artifisial yakni matematika
menggunakan bahasa simbol yang memiliki arti bila dikenakan pada suatu
konteks. Matematika sebagai seni yang kreatif yakni matematika memperlihatkan
adanya unsur keteraturan, keterurutan dan ketetapan atau konsistensi dengan
demikian matematika mengandung unsur keindahan yang bermakna. Matematika
banyak sekali kegunaannya diantaranya sebagai pelayan ilmu yang lain dan
digunakan manusia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika merupakan suatu interaksi antara pendidik dengan
peserta didik yang dilakukan secara sadar yang dilakukan dengan tujuan siswa
memahami konteks matematika yang diajarkan. Tujuan pembelajaran matematika
adalah melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis,
kreatif dan konsisten serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam

16
menyelesaikan masalah. Pembelajaran matematika di sekolah dasar memiliki tiga
aspek yaitu pembelajaran bilangan, geometri dan pengukuran juga pengolahan
data. Ciri pembelajaran matematika diantaranya yaitu menggunakan metode
spiral, diajarkan secara bertahap, menggunakan metode induktif, menganut
kebenaran konsistensi, pembelajarannya bermakna.
Berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills) menempatkan aktivitas
berpikir pada jenjang yang lebih tinggi dari sekedar menyatakan
fakta. HOTS disebut pula sebagai gabungan dari berpikir kritis, berpikir kreatif
dan berpikir pengetahuan dasar. Menurut teori Bloom pembelajaran HOTS
ditujukan untuk memenuhi aspek C3 sampai C6 atau analisis, sintesis dan
evaluasi/berkreasi. Untuk mengembangkan berpikir kritis dan kreatif, diperlukan
kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis
dan kreatif siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kreatif.

3.2 Saran
Hakikat matematika perlu dipahami oleh pendidik supaya memiliki
pengetahuan, tujuan serta strategi yang diterapkan untuk melakukan pembelajaran
matematika sesuai dengan kondisi yang ada. Dalam praktiknya guru bisa
menggunakan alat bantu berupa media atau lain sebagainya sehingga siswa dapat
mengetahui hakikat pentingnya belajar matematika. Peranan guru
dalam HOTS yaitu mengembangkan keterampilan berpikir siswa dan
memfasilitasi siswa untuk menjadi seorang pemikir dan pemecah masalah yang
baik. Untuk itu guru harus menyediakan masalah yang melibatkan siswa
menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam mewujudkan
pembelajaran matematika yang bermakna serta dilakukan secara optimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-Azzy, U.L. & Budiono, E. (2013). Penerapan strategi brain based learning yang dapat
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Universitas Negeri Malang.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan kurikulum tingkat satuan


pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: BP Dharma Bhakti.

Darmawan, D. & Permasih. (2013). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004 standar kompetensi mata


pelajaran matematika sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah. Jakarta:
Depdiknas.

Fathani, A.H. (2012). Matematika:hakikat dan logika. Cetakan Kedua. Yogjakarta: Ar-
Ruzz Media.

Maulana. (2011). Dasar-dasar keilmuan dan pembelajaran matematika (sequel 1).


Subang: Royan Press.

Prihandoko, A.C. (2006). Pemahaman dan penyajian konsep matematika secara benar
dan menarik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Purnomo, Y.W. (2015). Pembelajaran matematika untuk PGSD: Bagaimana guru


mengembangkan penalaran proposional siswa. Jakarta: Erlangga.

Runtukahu, J.T. & Kandou, S. (2014). Pembelajaran matematika dasar bagi anak
berkesulitan belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ruseffendi, E.T. dkk. (1992). Pendidikan matematika 3. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan.

18
Suwangsih, E. & Tiurlina. (2010). Model pembelajaran matematika. Edisi Kesatu.
Bandung: UPI Press.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
Ketiga. Jakarta: PT Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka.

Trisniawati. (2013). Penggunaan HOTS (High Order Thinking Skills) dalam


pembelajaran matematematika. [Online]. Diakses dari:
http://trisniawati87.blogspot.co.id/2013/05/penggunaan-hots-higher-order-
thinking.html.

Winarso, W. (2014). Membangun kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi melalui


pendekatan induktif, deduktif dan induktif-deduktif dalam pembelajaran
matematika. Edukasi Matematika. 3 (2), hlm. 95-118.

19

Anda mungkin juga menyukai