Disusun oleh:
KELOMPOK 4
Anggota:
Desi Cahyati (1212050042)
Dini Sri Rahayu (1212050047)
Dwi Rizki Pauzi (1212050050)
Hanifah Tuffahati (1212050071)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat- Nya, yang telah memberikan rahmat dan
karunia- Nya kepada penulis, sehingga dalam penulisan Makalah yang berjudul “NCTM
Bagian I” ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Selawat beserta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW tak lupa juga kepada para
keluarganya, para sahabatnya, serta kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Evaluasi Pembelajaran
Matematika semester ganjil tahun ajaran 2023- 2024. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1) Ibu Dra. Hj. Nunung Sobarningsih, M.Pd dan Ibu Dra. Euis Herni Herlina, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika kelas 5-B yang telah memberikan
bimbingan dan kemudahan dalam menggarap tugas makalah ini;
2) Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2021, terima kasih atas dukungan, serta jalinan
kerjasama yang baik selama menempuh pengerjaan makalah;
3) Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Besar harapan penulis bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat digunakan
dengan sebaik- baiknya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
karena itu suatu organisasi guru matematika atau NCTM mengeluarkan suatu
standar pembelajaran matematika yang dapat membantu anak untuk memahami
serta mengerti uatu konsep matematika secara utuh agar anak dapat memenuhi
kebutuhannya.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) adalah organisasi yang
memiliki pengaruh besar dalam membentuk pandangan tentang pendidikan
matematika di Amerika Serikat. NCTM telah mengembangkan berbagai panduan dan
standar pendidikan matematika yang telah menjadi referensi penting bagi pendidik di
seluruh dunia. Salah satu aspek penting yang ditekankan oleh NCTM adalah
"Mathematical Power," yang mengacu pada kemampuan siswa untuk memahami,
menghubungkan, dan mengaplikasikan konsep matematika dalam berbagai konteks.
Pentingnya perubahan dalam pendidikan matematika yang tercantum dalam
National Council of Teacher of Mathematics (NCTM), sebuahorganisasi guru dan
pendidik matematika di Amerika Serikat, Selama setidaknya dua dekade, pendidikan
matematika telah mengalami perubahan yang lambat tapi pasti. Factor-faktor
pendorong dari perubahan ini, baikdalam hal isi maupun cara mengajar matematika,
dapat ditelusuri dari berbagai sumber, termasuk dari hasil-hasil penelitian. Salah satu
faktor penting dalam perubahan ini adalah kepemimpinan yang profesional darI
National Council of Teacher of Mathematics (NCTM), sebuah organisasi guru dan
pendidik matematika di Amerika Serikat.
Faktor lainnya adalah tekanan masyarakat maupun politik yang menginginkan
perubahan dalam pendidikan matematika akibat sedikitnya siswa AS yang berprestasi
di berbagai kompetensi Internasional matematika.Agenda perubahan dari NCTM dan
dari sektor politik agaknya sering menuntut para guru pada arah yang berbeda.
Meskipun harapan yang tinggi bagi siswa penting, tetapi hanya dengan tes tidak
membawa kepada perbaikan belajar siswa. NCTM percaya bahwa ”belajar
matematika dapat dimaksimalkan apabila para guru memfokuskan pada berpikir dan
pemahaman matematika.
Membuat soal-soal matematika yang sesuai dengan prinsip-prinsip NCTM's
Mathematical Power adalah suatu tantangan dalam pengajaran matematika. Soal-soal
yang baik harus mendorong pemahaman konsep matematika, menggugah rasa ingin
tahu siswa, dan memungkinkan mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis
dan pemecahan masalah. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas pentingnya
memahami dan membuat soal-soal matematika yang sesuai dengan prinsip-prinsip
2
NCTM's (Mathematical Power). Kami akan mengulas secara mendalam konsep-
konsep dasar yang terkandung dalam Mathematical Power, seperti pemahaman
konsep, pemecahan masalah, dan penalaran.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Matematis sebagai “Mathematical power includes the ability to explore,
conjecture, and reason logically; to solve non-routine problems; to communicate
about and through mathematics; and to connectideas within mathematics and
between mathematics and other intellectual activity.”
Selain itu, daya matematis memiliki kemampuan untuk menggali,menyusun
konjektur, dan membuat alasan-alasan secara logis; memecahkanmasalah non-
rutin; berkomunikasi matematika; dan menghubungkan berbagai ide-ide aktivitas
intelektual lainnya dalam matematika (Kosko & Gao, 2017). Bahkan daya
matematis juga meliputi pengembangan kepercayaan diri dan disposisi untuk
mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi kuantitatif dan spasial dalam
menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan (Maccini & Gagnon,
2002);(Keller, Hart, & Martin, 2001). Hal ini juga ditegaskan oleh NCTM (Van de
Walle, 2008) bahwa orang yang mampu memahami matematika akan mempunyai
kesempatan dan pilihan yang banyak untuk masa depan yang lebih produktif.
Adapun pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika
dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam :
a. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan;
b. Mengidentifikasikan dan membuat contoh dan bukan contoh;
c. Menggunakan model, diagram, dan simbol-simbol untuk mempresentasikan
suatu konsep;
d. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya;
e. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep;
f. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang
menentukan suatu konsep;
g. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
2) Sejarah NCTM
Dewan Nasional Guru Matematika (NCTM) didirikan pada 1920. Hal ini
telah berkembang menjadi organisasi terbesar di dunia yang peduli terhadap
pendidikan matematika, memiliki hampir 100.000 anggota di seluruh Amerika
Serikat dan Kanada, dan internasional. Dewan Nasional Guru Matematika
adalah suara publik pendidikan matematika, mendukung para guru untuk
memastikan matematika adil belajar dengan kualitas terbaik untuk semua siswa
melalui visi, kepemimpinan, pengembangan profesional, dan penelitian. Pada
tahun 1944, NCTM membuat rencana pasca perang untuk membantu Perang
5
Dunia II yang memiliki efek yang bertahan lama pada pendidikan
matematika. Pada tahun-tahun perang itu, NCTM memfokuskan pada
pendidikan aljabar memiliki satu tujuan yaitu: untuk membantu militer dan
industri dengan upaya perang. Pendidik aljabar berharap dapat membantu
siswa mereka memenuhi kebutuhan kehidupan warga sehari-hari. Pada tahun
1960, NCTM dengan dukungan keuangan dari National Science Foundation,
mengadakan delapan Konferensi Orientasi Regional dalam Matematika di
berbagai bagian Amerika Serikat, mendorong untuk "melakukan upaya bersama
menuju peningkatan cepat matematika sekolah". Pada tahun 1961
mengeluarkan laporan Revolusi di Matematika Sekolah dengan judul Tantangan
bagi Administrator dan Guru .
Pada tahun 2000, NCTM menggunakan proses konsensus yang
melibatkan ahli matematika, guru, dan peneliti pendidikan untuk merevisi
standarnya dengan mengeluarkan Prinsip dan Standar untuk Matematika
Sekolah, yang menggantikan semua publikasi sebelumnya. Standar baru
disusun sekitar enam prinsip (Ekuitas, Kurikulum, Pengajaran, Pembelajaran,
Penilaian, dan Teknologi) dan sepuluh untai, yang meliputi lima bidang
konten (Jumlah dan Operasi, Aljabar, Geometri, Pengukuran, Analisis dan
Kemungkinan Data) dan lima proses (Pemecahan Masalah, Penalaran dan
Bukti, Komunikasi, Koneksi, dan Representasi). Prinsip dan Standar tidak
dianggap sebagai radikal seperti standar 1989 dan tidak menimbulkan kritik yang
signifikan. Standar baru telah banyak digunakan untuk menginformasikan
pembuatan buku teks, kurikulum negara bagian dan lokal, dan tren terkini dalam
pengajaran. Selain itu NCTM juga menerbitkan jurnal cetak untuk empat sekolah
dasar, sekolah menengah, dan guru SMA matematika, serta jurnal penelitian
untuk pendidikan matematika. Yakni, Mengajar Anak Matematika, Matematika
Pengajaran di Sekolah Tengah, Guru Matematika.
3) Komponen Pembelajaran NCTM
Pembelajaran menurut NCTM memiliki empat komponen yaitu: tugas,
wacana, lingkungan belajar, dan analisis. Sutawidjaja menyatakan empat
komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Tugas menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengontruksi ilmu
pengetahuan yang sedang dipelajari dan dapat berupa: pertanyaan, proyek,
masalah, konstruksi, aplikasi, atau bentuk kegiatan yang lain.
6
b. Wacana meliputi kesempatan cara mempresentasikan, berpikir, berbicara,
menyetujui, tidak menyetujui pendapat orang lain, yang digunakan oleh
guru dan siswa dalam membicarakan penyelesaian suatu tugas.
c. Lingkungan meliputi fisik dan non fisik. Lingkungan fisik berupa ruangan alat
dan penataannya, lingkungan non fisik menggambarkan penataan untuk
belajar yaitu interaksi antara intelektual, sosial, dan ciri fisik yang dapat
membentuk cara mengetahui dan cara bekerja yang dilaksanakan di dalam
kelas.
d. Analisis dilakukan oleh guru, agar refleksi dapat dilaksanakan lebih
cermat, tajam, dan sistematis. Kegiatan ini merupakan kegiatan inti dari
guru untuk memonitor kelas yang sedang berlangsung.
4) Prinsip-Prinsip NCTM
a. Prinsip Kesetaraan
Prinsip dasar yang pertama adalah prinsip kesetaraan. Excellence in
mathematics education requires equity high expectations and strong
support for all students. Ini berarti semua siswa harus mempunyai
kesempatan dan dukungan untuk belajar matematika tanpa memandang
karakteristik personal, latar belakang, ataupun hambatan fisik.
b. Prinsip Kurikulum
Prinsip dasar yang kedua adalah prinsip kurikulum. A curriculum is more than
a collection of activities: it must be coherent, focused on important
mathematics, and well articulated across the grades. Pada hal tersebut
dijelaskan bahwa kurikulum di dalam pengajaran di kelas, koheren
berkaitan dengan pentingnya membangun atau mengembangkan pengajaran.
Siswa harus dibantu untuk melihat bahwa matematika merupakan sesuatu
yang utuh dan terjalin, bukan kumpulan dari bagian-bagian yang saling
lepas. Sehingga siswa tidak mudah melupakan ide-ide matematika yang telah
dipelajari sebelumnya. Matematika yang akan mempersiapkan siswa untuk
melanjutkan sekolahnya dan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Prinsip Pengajaran
Prinsip dasar yang ketiga adalah prinsip pengajaran. Mengajar matematika
yang efektif memerlukan pemahaman tentang apa yang siswa ketahui dan
perlukan untuk belajar dan kemudian memberi tantangan serta mendukung
7
mereka untuk mempelajarinya dengan baik. To be effective, teachers must
know and understand deeply the mathematics they are teaching and be
able to draw on that knowledge with flexibility in their teaching tasks.
Untuk mencapai keberhasilan pendidikan matematika yang berkualitas,
guru harus memahami matematika yang mereka ajarkan, memahami
bagaimana siswa belajar matematika, termasuk di dalamnya mengetahui
perkembangan matematika siswa secara individual, dan memilih tugas-
tugas serta strategi yang akan meningkatkan mutu proses pengajaran.
d. Prinsip Pembelajaran
Prinsip dasar yang keempat adalah prinsip pembelajaran. Students must
learn mathematics with understanding, actively building new knowledge
from experience and prior knowledge. Ini berarti prinsip tersebut
didasarkan pada dua ide dasar. Pertama, belajar matematika dengan
pemahaman adalah penting. Belajar matematika tidak hanya memerlukan
keterampilan berhitung tetapi juga memerlukan kecakapan untuk berpikir dan
beralasan secara matematis. Kedua, prinsip-prinsip ini dengan sangat jelas
menyatakan bahwa siswa dapat belajar matematika dengan pemahaman
materi. Belajar ditingkatkan di dalam kelas dengan cara siswa diminta untuk
menilai ide-ide mereka sendiri atau ide-ide temannya, didorong untuk
membuat dugaan tentang matematika lalu mengujinya dan mengembangkan
keterampilan memberi alasan yang logis.
e. Prinsip Penilaian
Prinsip dasar yang kelima adalah prinsip penilaian. Assessment should
support the learning of important mathematics and furnish useful
information to both teachers and students. Prinsip ini menyatakan bahwa
penilaian hendaknya tidak hanya untuk menilai siswa, melainkan juga
harus di manfaatkan bagi siswa untuk mengarahkan dan meningkatkan
kemampuan belajarnya. Agar penilaian efektif, guru harus menggunakan
berbagai macam strategi agar matematika yang diajarkan mudah dipahami
dalam pemikiran siswa.
f. Prinsip Teknologi
Prinsip dasar yang keenam adalah prinsip teknologi. Technology is
essential in teaching and learning. mathematics; it influences the
mathematics that is taught and enhances students’ learning. Hal ini dapat
8
dijelaskan dalam matematika, teknologi dilihat sebagai alat yang penting dalam
pembelajaran di kelas karena ada materi-materi tertentu yang dalam
pengerjaannya melibatkan alat tersebut. Teknologi meningkatkan proses
belajar matematika karena memungkinkan untuk memperbaiki penyajian
ide-ide matematika. Dengan adanya keenam prinsip tersebut akan
mempermudah dalam memberi petunjuk dan arahan bagi guru dan pihak-
pihak lain yang terkait dengan pendidikan matematika.
B. Kemampuan Pemahaman
1) Pengertian Pemahaman
Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam
pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada
siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa
9
dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman
matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan
oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang
diharapkan. Salah satu tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan
dapat dipahami peserta didik. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil
membawa siswa kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang
disampaikan dipahami sepenuhnya oleh siswa.
Pemahaman diartikan dari kata understanding (Sumarmo, 1987). Derajat
pemahaman ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu gagasan, prosedur ataufakta
matematika dipahami secara menyeluruh jika hal-hal tersebut membentuk jaringan
dengan keterkaitan yang tinggi. Dan konsep diartikan sebagai ide abstrakyang
dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek (Depdiknas,2003).
Menurut Duffin & Simpson (2000) pemahaman konsep sebagaikemampuan
siswa untuk: (1) menjelaskan konsep, dapat diartikan siswa mampu untuk
mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. Contohnya
pada saat siswa belajar geometri pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung
(BRSL) maka siswa mampu menyatakan ulang definisi dari tabung,unsur-unsur
Tabung, definisi kerucut dan unsur-unsur Kerucut., definisi bola. Jika siswa diberi
pertanyaan “ Sebutkan ciri khas dari BRLS?”, maka siswa dapat menjawab
pertanyaan tersebut dengan benar. (2) menggunakan konsep pada berbagai situasi
yang berbeda, contohnya dalam kehidupan sehari-hari jikaseorang siswa berniat
untuk memberi temannya hadiah ULTAH berupa celengan kaleng yang telah
dilapisi suatu bahan kain, kalengnya telah tersedia di rumah tetapi bahan kainnya
harus dibeli. Siswa tersebut harus memikirkan berapa meter bahan kain yang harus
dibelinya? Berapa uang yang harus dimiliki untuk membeli bahan kain? Untuk
memikirkan berapa bahan kain yang harus dibelinya berarti siswa tersebut telah
mengetahui konsep luas permukaan kaleng yang akan dilapisinya dan konsep
aritmatika sosial. Dan (3) mengembangkan beberapa akibat dari adanya suatu
konsep, dapat diartikan bahwa siswa paham terhadap suatu konsep akibatnya siswa
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah dengan benar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata paham
yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. Sedangkan Bahasa Inggris
pemahaman disebut comprehenson. Dalam istilah lain pemahaman dapat disebut
juga “mengerti” yang artinya kemampuan memahami. Menurut Driver,
10
“Pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu
tindakan”. Dari pengertian tersebut terdapat tiga kata kunci, yaitu: kemampuan
mengenal, kemampuan menjelaskan, kemampuan menginterpretasi atau
kemampuan menarik kesimpulan.
Menurut NCTM (2000), untuk mencapai pemahaman yang bermakna maka
pembelajaran matematika harus diarahkan pada pengembangan kemampuan
koneksi matematik antar berbagai ide, memahami bagaimana ide-ide matematik
saling terkait satu sama lain sehingga terbangun pemahaman menyeluruh, dan
menggunakan matematik dalam konteks di luar matematika. Dalam NCTM (2000)
disebutkan bahwa pemahaman matematik merupakan aspek yang sangat penting
dalam prinsip pembelajaran matematika.Pemahaman matematik lebih bermakna
jika dibangun oleh siswa sendiri. Oleh karena itu kemampuan pemahaman tidak
dapat diberikan dengan paksaan, artinya konsep-konsep dan logika matematika
diberikan oleh guru, dan ketika siswa lupa dengan algoritma atau rumus yang
diberikan, maka siswa tidak dapat menyelesaikan persoalan-persoalan matematika.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Machener bahwa untuk memahami
suatu objek secara mendalam, seseorang harus mengetahui lima hal, yaitu:
a. Objek itu sendiri.
b. Relasinya dengan objek lain yang sejenis.
c. Relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis.
d. Relasi dual dengan objek lain yang sejenis.
e. Relasi dengan objek dalam teori lainnya.
2) Jenis-Jenis Pemahaman
Terdapat beberapa pendapat para ahli yang menjelaskan tentang jenis-jenis
pemahaman matematika, salah satunya yang paling populer adalah jenis
pemahaman berdasarkan taksonomi tujuan Bloom, Ruseffendi yang menyebutkan
bahwa pemahaman dapat digolongkan kedalam tiga segi yang berbeda yaitu
pemahaman translasi (pengubahan), interpretasi (pemberi arti), ekstrapolasi
(pembuatan ekstrapolasi).
Pemahaman translasi merupakan kemampuan untuk memahami suatu ide yang
dinyatakan dalam bentuk lain dari pernyataan atau ide yang dikenal sebelumnya.
Misalnya mengubah soal cerita luas persegi panjang kedalam kalimat. matematika.
Pemahaman interpretasi adalah kemampuan untuk memahami suatu ide yang
disusun ke dalam bentuk lain, misalnya mengubah persamaan garis ke dalam
11
bentuk gambar. Pemahaman ekstrapolasi adalah keterampilan untuk meramalkan
kelanjutan dari kecenderungan yang ada, misalnya membayangkan bentuk yang
terjadi akibat dari perputaran luas daerah yang diputar terhadap sumbu X dan
sumbu Y.
Menurut Maulana ada beberapa jenis pemahaman menurut beberapa ahli.
Adapun jenis-jenis pemahaman yang dikemukakan oleh beberapa ahli ialah
sebagai berikut :
a. Polya membagi kemampuan pemahaman menjadi empat tahap. Keempat tahap
pemahaman menurut Polya ialah sebagai berikut :
(1) Pemahaman mekanikal yang dicirikan oleh kemampuan mengingat dan
menerapkan rumus secara rutin dan menghitung secara sederhana.
(2) Pemahaman induktif, yaitu dapat menerapkan rumus atau konsep dalam
kasus sederhana atau dalam kasus serupa.
(3) Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran suatu rumus
atau teorema.
(4) Pemahaman intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran tanpa ragu-ragu
sebelum menganalisis lebih lanjut.
b. Pollatsek membagi pemahaman dalam dua jenis, yakni sebagai berikut :
(1) Pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan rumus dalam
perhitungan sederhana dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik
saja.
(2) Pemahaman fungsional, ditandai dengan mengaitkan suatu konsep dengan
konsep lainnya, dan menyadari proses yang dikerjakannya.
c. Copeland membedakan dua jenis pemahaman yakni sebagai berikut :
(1) Knowing how to, yaitu dapat melakukan suatu perhitungan secara rutin
atau algoritmik.
(2) Knowing, yaitu dapat mengerjakan suatu perhitungan secara sadar.
d. Skemp membedakan dua jenis pemahaman yakni sebagai berikut :
(1) Pemahaman instrumental, dengan ciri hafal konsep atau prinsip tanpa
kaitan dengan yang lainnya, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan
sederhana, dan melakukan pengerjaan hitung secara algoritmik.
(2) Pemahaman relasional, yakni mengaitkan suatu konsep dengan konsep
lainnya, atau suatu prinsip dengan prinsip lainnya.
12
3) Aspek Kemampuan Pemahaman Matematika
Terdapat beberapa aspek yang harus termuat dalam kemampuan pemahaman.
Menurut Kurniawan, terdapat tujuh aspek yang harus termuat dalam kemampuan
pemahaman, yakni sebagai berikut :
a. Interpreting/menginterpretasikan/menafsirkan, yaitu suatu kemampuan untuk
menafsirkan suatu objek yang diawali dengan proses perubahan representasi
yang satu ke representasi yang lainnya. Misalnya, menguraikan sesuatu dengan
kata-katanya sendiri, menafsirkan gambar-gambar dengan kata-kata,
menafsirkan kalimat atau kata-kata dengan gambar, dan menafsirkan bilangan-
bilangan dengan kata-kata atau sebaliknya.
b. Examplifying atau kemampuan memberikan contoh khusus dari suatu konsep
yang umum.
c. Classifying atau kemampuan mengklasifikasikan, yaitu terjadi ketika seorang
siswa merekognisi suatu contoh atau kejadian menjadi suatu konsep tertentu.
Mengklasifikasikan merupakan proses yang dimulai dengan pemberian sebuah
contoh khusus kepada siswa yang kemudian mendorong siswa untuk
menemukan sebuah konsep umum.
d. Summarizing atau merangkum, yaitu terjadi ketika siswa memberi kesan atas
sebuah statement tunggal yang mewakili suatu informasi yang disajikan. Yang
termasuk merangkum adalah membangun sebuah representasi suatu informasi
dari suatu peran. Nama lain merangkum adalah menggeneralisasikan dan
mengabstraksikan. Mengabstraksi sebuah rangkuman berarti seperti
menentukan sebuah tema utama.
e. Inferring atau menduga, yaitu kemampuan menemukan sebuah bentuk dari
sejumlah contoh-contoh yang serupa atau menduga suatu objek. Inferring
terjadi ketika seseorang dapat membuat suatu abstraksi dari sebuah konsep
atau sejumlah contoh-contoh melalui hubungan pengkodean contoh-contoh
yang relevan. Sebagai contoh, ketika siswa diberikan sejumlah bilangan
berurut seperti 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, … Inferring terjadi ketika siswa dapat
membedakan bentuk dari sejumlah bilangan yang satu dengan bilangan
sebelumnya. Proses pendugaan suatu objek termasuk membuat perbandingan
di antara sekumpulan konteks tertentu. Nama lain menduga, yaitu
mengektrapolasi, interpolasi, memprediksi, dan mengkonklusikan.
13
f. Comparing atau membandingkan. Membandingkan terjadi ketika seorang
siswa diberikan sebuah informasi baru kemudian siswa meneliti lebih lanjut
dengan mengkorespondensikan informasi tersebut dengan pengetahuan yang
lebih dikenalnya. Membandingkan berarti juga menemukan korespondensi
satu-satu antara elemen-elemen dan bentuk pola suatu objek, kejadian, dan ide
yang lainnya.
g. Explaining atau menjelaskan, yaitu terjadi ketika seorang siswa dapat
mengkonstruksi dan menggunakan penyebab dan efek model sebuah sistem.
(Bayulikids, 2015)
4) Contoh Soal Pemahaman
Berdasarkan jenis-jenis masalah menurut Ruseffendi. Berikut contoh soal
kemampuan pemahaman.
a. Pemahaman translasi
Alina memiliki sebuah meja belajar lipat yang berbentuk persegi panjang.
Meja belajar tersebut memiliki panjang 40 cm dan lebarnya 25 cm. Ubahlah
pernyataan tersebut kedalam kalimat matematika!
b. Pemahaman interpretasi.
Tentukanlah letak koordinat-koordinat berikut!
(1) (2,7) (2) (-4,5) (3) (5,-8)
14
the plan); dan memeriksa kembali (looking back). Dengan mengacu pada keempat
tahapan Polya tersebut kemudian dapat dianalisis tingkat kemampuan pemecahan
masalah peserta didik.
Berdasarkan NCTM (2000) terdapat beberapa indikator pemecahan masalah
yaitu membangun pengetahuan baru melalui pemecahan masalah, memecahkan
masalah dengan melibatkan matematika dalam konteks lain, menerapkan berbagai
startegi yang tepat untuk memecahkan masalah dan merefleksikan proses dalam
pemecahan masalah matematika. Pengukuran kemampuan pemecahan masalah
didasarkan pada proses yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan kata lain
langkah-langkah pengerjaan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal harus
dihargai seadil-adilnya berdasarkan penilaian yang objektif.
Calor, Dekker, Drie, & Zijlstra (2019) menyebutkan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah, yaitu:
a. Pengalaman awal
Pengalaman terhadap tugas-tugas menyelesaikan soal cerita atau soal aplikasi.
Pengalaman awal seperti ketakutan (pobia) terhadap matematika dapat
menghambat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
b. Latar belakang matematika
Kemampuan siswa terhadap konsep-konsep matematika yang berbeda-beda
tingkatnya dapat memicu perbedaan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah.
c. Keinginan dan motivasi
Dorongan yang kuat dari dalam diri (internal), seperti menumbuhkan
keyakinan saya “BISA” maupun eksternal, seperti diberikan soal-soal yang
menarik, menantang, kontekstual dapat mempengaruhi hasil pemecahan
masalah.
d. Struktur Masalah
Struktur masalah yang diberikan kepada siswa (pemecahan masalah), seperti
format secara verbal atau gambar, kompleksitas (tingkat kesulitan soal),
konteks (latar belakang cerita atau tema), bahasa soal, maupun pola masalah
satu dengan masalah yang lain dapat mengganggu kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah.
15
2) Tahapan Pemecahan Masalah
Cara memecahkan masalah dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya
Dewey dan Polya. Dewey (dalam Sari & Rosjanuardi, 2018) memberikan lima
langkah utama dalam memecahkan masalah (1) mengenali/ menyajikan masalah:
tidak diperlukan strategi pemecahan masalah jika bukan merupakan masalah; (2)
mendefinisikan masalah: strategi pemecahan masalah menekankan pentingnya
definisi masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan penyelesaian; (3)
mengembangkan beberapa hipotesis: hipotesis adalah alternatif penyelesaian dari
pemecahan masalah; (4) menguji beberapa hipotesis: mengevaluasi kelemahan dan
kelebihan hipotesis; (5) memilih hipotesis yang terbaik. Sebagaimana Dewey,
Polya (1985) pun menguraikan proses yang dapat dilakukan pada setiap langkah
pemecahan masalah.
Proses tersebut terangkum dalam empat langkah berikut: (1) memahami
masalah (understanding the problem), (2) merencanakan penyelesaian (devising a
plan), (3) melaksanakan rencana (carrying out the plan), (4) memeriksa proses dan
hasil (looking back). Pada langkah merencanakan penyelesaian, diajukan
pertanyaan di antaranya seperti: Pernah adakah soal seperti ini yang serupa
sebelumnya diselesaikan? Dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam
masalah yang sekarang? Pada langkah melaksanakan rencana diajukan pertanyaan.
Menurut NCTM (2000), ada beberapa alasan mengapa problem solving sangat
penting dalam pembelajaran saat ini yaitu: 1. Problem solving merupakan bagian
dari matematika, 2. Matematika memiliki aplikasi dan penerapan, 3. Adanya
motivasi intrinsik yang melekat dalam persoalan matematika, 4. Persoalan
pemecahan masalah bisa menyenangkan, 5. Mengajarkan siswa untuk
mengembangkan teknik memecahkan masalah.
3) Implementasi Pemecahan Masalah Sekolah
Permasalahan siswa tentang pemecahan masalah dan tanggapan siswa
terhadap matematik dibentuk oleh perintah atau keputusan guru. Guru dapat
membuat pemecahan masalah yang mengaplikasikan pada aktivitas matematika di
kelas dengan memilih permasalahan yang menarik yang menggabungkan ide
penting matematika dari kurikulum. Untuk membantu siswa membangun
pandangan pemecahan masalah, guru boleh mengizinkan mereka untuk memilih
beberapa masalah untuk diselesaikan (Murdiyani et al., 2013). Guru dapat
membantu membangun kemampuan analisis masalah dengan menambahkan tugas
16
yang memiliki informasi yang tidak ada hubungannya atau informasi yang tidak
mencukupi, dan permasalahan yang memiliki lebih dari 1 jawaban dapat membuat
siswa merasa tertantang (Surya et al., 2013);(Murni et al., 2011);(Galen & Eerde,
2013).
Guru memotivasi siswanya dengan mendorong komunikasi siswa dan
melakukan kolaborasi dengan siswa untuk mencari penyelesaian yang lengkap
untuk permasalahan tersebut. Mengakui kontribusi siswa dapat menambah
motivasi mereka. Beberapa orang guru sebagai contoh menemukan penyelesaian
dari sebuah permasalahan atau metode penyelesaian setelah siswa yang
mengusulkannya. Dasar dari pemecahan masalah adalah mengetahui apa yang
harus dilakukan ketika menemui permasalahan yang tidak familiar. Guru harus
membantu siswa menjadi siswa yang reflektif dalam memecahkan masalah dengan
keseringan dan keterbukaan mendiskusikan dengan mereka aspek vital dalam
proses pemecahan masalah seperti memahami masalah, dan melihat kembali untuk
merefleksikan jawaban dan prosesnya. Melalui model, pengamatan, dan
pertanyaan, guru dapat membantu siswa menjadi mengetahui aktivitas mereka
sebagai pemecahan masalah (Veldhuis, 2019).
Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh
seorang guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang berbasis
pemecahan masalah (Problem Solving), karena dengan menggunakan model
pembelajaran ini akan memberikan siswa kesempatan seluas-luasnya untuk
memecahkan masalah matematika dengan strateginya sendiri. Penyelesaian
masalah dalam matematika tidak terlepas dari strategi pembelajaran yang
diterapkan di depan kelas.
Dalam proses pembelajaran, orang pertama yang menjadi Problem Solver
adalah guru. Selanjutnya guru harus mengembangkan kemampuan Problem
Solving siswa dengan memberikan hal-hal berikut (Surya et al., 2013):
a. Mengajari siswa dengan berbagi strategi yang dapat digunakan untuk
pemecahan berbagai permasalahan,
b. Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk melakukan kegiatan pemecahan
masalah,
c. Mengajak siswa untuk melakukan dengan cara lain,
d. Jika berhadapan dengan materi yang lebih sulit, berikan waktu yang lebih
banyak untuk mengulang dan mengerjakan soal yang lebih banyak
17
Dalam penggunaan metode pembelajaran berbasis pemecahan masalah
(Problem Solving), sebagai guru perlu menyeimbangkan tingkat kesulitan masalah
dengan tingkat kemampuan siswa. Karena jika tingkat kesulitan ini, jauh lebih
tinggi dari kemampuan siswa, maka bisa mengakibatkan permasalahan tidak
terpecahkan, akibatnya siswa jadi putus asa dan sebaliknya jika terlampau rendah,
dibanding dengan kemampuan siswa, maka siswa tidak akan merasa tertantang
yang berakibat akan kehilangan motivasi belajar. Selain itu, guru matematika harus
berusaha untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan berusaha
untuk menjadikan siswa menjadi pelaku problem solving. Untuk tujuan ini
beberapa kemampuan harus ditumbuhkan pada diri siswa antara lain (Surya et al.,
2013) :
a. Kemampuan mengerti konsep dan berpikir kritis,
b. Kemampuan untuk mencatat, kesamaan, perbedaan dan analogi,
c. Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen yang terpenting dan memilih
prosedur yang benar,
d. Kemampuan untuk menaksir dan menganalisa,
e. Kemampuan untuk menjadikan permasalahan menjadi lebih umum melalui
arah yang sudah ada,
f. Percaya diri yang cukup.
18
b. Membuat perencanaan (devising plan)
Menganalisis hubungan antara informasi yang tersedia dan yang tidak
diketahui, Mencari sifat yang terkait, Mengembangkan cara penyelesaian
pemecahan masalah, Mempelajari dan menetapkan cara penyelesaian untuk
menyelesaikan masalah yang ada, Mendorong siswa untuk menyusun langkah-
langkah apa yang digunakannya dalam menyelesaikan soal yang dihadapinya.
c. Melaksanakan rencana (carrying out the plan)
Menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan bantuan langkah-langkah
yang telah ditentukan sebelumnya,
d. Melihat kembali hasil yang diperoleh (looking back)
Memeriksa ulang perhitungan yang telah disusun dengan baik dan cermat,
Berguna untuk mengetahui apakah langkah-langkah yang telah disusun sudah
dilakukan semua dengan tepat atau belum, Mempertimbangkan cara lain yang
mungkin lebih mudah atau lebih sederhana.
19
h. Tahap 8 guru meminta kelompok untuk menyajikan laporannya ke depan
kelas. Kelompok lain boleh memberikan pendapat dan menceritakan hasil
temuan kelompok masing- masing.
Model lain yang bisa digunakan adalah problem posing (Pengajuan Masalah),
adapun prosesnya sebagai berikut:
a. Guru menentukan tugas tersebut akan dilakukan per individu atau per
kelompok
b. Guru memberikan situasi dari suatu soal – soal yang belum selesai.
c. Siswa atau kelompok membuat permasalahan dengan situasi yang diberikan
d. Siswa atau kelompok menyelesaikan permasalahan yang telah dibuat
(Kamaliyah et al., 2013).
20
4.000,00. Berapa uang yang diperlukan Pak Ahmad untuk membeli
keramik yang dibutuhkan untuk mengubin secara penuh kamar anaknya
tersebut?
b. Masalah Aplikasi
Dede sudah menabung selama 2 bulan dan sudah terkumpul uang sebanyak Rp
120.000,00. Dede bermaksud menggunakan uang tersebut untuk membeli
sepatu untuk keperluan sekolah. Untuk menemukan harga yang minimal
namun kualitas tetap maksimal, Dede melihat-lihat terlebih dahulu "jenis dan
merek sepatu" yang diinginkan di berbagai toko. Jika harga sepatu dengan
"jenis dan merek" yang diinginkan Dede di toko A harganya Rp 140.000,00
dengan diskon 10 %, di toko B harganya 150.000,00 dengan diskon 20%, dan
di toko C harganya Rp 160.000,00 dengan diskon 30%. Jika Dede ingin
membeli sepatu tersebut dengan harga yang seminimal mungkin, di toko
manakah Dede harus membelinya?
D. Kemampuan Penalaran
21
tertentu atau logika tertentu. Kegiatan berpikir dikatakan logis bila ditinjau dari
logika tertentu dan tidak logis bila ditinjau dari logika yang lain. Ciri kedua dari
penalaran adalah analitis, analitis adalah kegiatan berpikir yang mendasarkan diri
pada suatu analisis. Kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis adalah
logika penalaran yang bersangkutan. Dalam kemampuan penalaran tidak hanya
dibutuhkan bagi siswa ketika mereka belajar matematika maupun mata pelajaran
lainnya, namun sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam
mengambil suatu keputusan.
Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada
teori perkembangan kognitif. Menurut Shadiq, penalaran (reasoning) adalah suatu
proses yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju
kepada suatu kesimpulan atau pernyataan yang baru. Dari definisi tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa penalaran merupakan berpikir mengenai permasalahan-
permasalahan secara logis untuk memperoleh penyelesaian.
Penalaran matematika merupakan salah satu dari lima kemampuan standar
yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika yang ditetapkan dalam
NCTM, yaitu: kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan
penalaran (reasoning), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan
membuat koneksi (connection), dan kemampuan representasi (representation).
Menurut Gardner (dalam Konita et al., 2019) mengungkapkan bahwa penalaran
matematis adalah kemampuan menganalisis, menggeneralisasi,
mensintesis/mengintegrasikan, memberikan alasan yang tepat dan menyelesaikan
masalah yang tidak rutin.
Penalaran matematika adalah suatu proses berpikir dari berbagai
pengembangan wawasan dalam suatu fenomena. Turmudi (dalam Sumartini, 2015)
mengatakan bahwa kemampuan penalaran matematis merupakan suatu kebiasaan
otak seperti halnya kebiasaan lain yang harus dikembangkan secara konsisten
menggunakan berbagai macam konteks, mengenal penalaran dan pembuktian
merupakan aspek-aspek fundamental dalam matematika Penalaran matematis
merupakan salah satu kemampuan yang perlu dan penting yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Menurut Ross salah satu tujuan terpenting dari pembelajaran
matematika adalah mengajarkan kepada siswa penalaran. Bila kemampuan bernalar
tidak dikembangkan pada siswa, maka bagi siswa matematika hanya akan menjadi
22
materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contoh-contoh tanpa
mengetahui maknanya.
Pentingnya memiliki kemampuan penalaran matematis juga dikemukakan oleh
Baroody and Nasution (Hendriana et al., 2017, pp. 25–26) mengemukakan bahwa
“penalaran matematis sangat dalam membantu individu, tidak hanya mengingat
fakta, aturan, dan langkah-langkah penyelesaian masalah, tetapi menggunakan
keterampilan bernalarnya dalam melakukan pendugaan atau dasar pengalamannya
sehingga yang bersangkutan akan memperoleh pemahaman konsep matematika
yang saling berkaitan dan belajar secara bermakna atau meaningfull learning”.
Dengan demikian peserta didik merasa yakin bahwa matematika dapat dipahami,
dipikirkan, dibuktikan, dan dapat dievaluasi, dan untuk mengerjakan hal-hal yang
berhubungan diperlukan bernalar. Kemampuan penalaran matematis (dalam
Hendriana et al., 2017) meliputi :
a. Penalaran umum yang berhubungan dengan kemampuan untuk menemukan
penyelesaian atau pemecahan masalah.
b. Kemampuan yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan, seperti pada
silogisme, dan yang berhubungan dengan kemampuan menilai implikasi dari
suatu argumentasi.
c. Kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan, tidak hanya hubungan antara
benda – benda tetapi juga hubungan ide-ide, dan kemudian mempergunakan
hubungan itu untuk memperoleh benda-benda atau ide-ide lainnya.
23
Sedangkan menurut Sumarmo, indikator yang digunakan untuk mengukur
kemampuan penalaran matematika siswa pada proses pembelajaran matematika
adalah:
a. Menarik kesimpulan logis
b. Memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan
hubungan
c. Memperkirakan jawaban dan proses solusi
d. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi Matematika
e. Menyusun dan menguji konjektur
f. Merumuskan lawan contoh (counter example)
g. Mengikuti aturan interferensi, memeriksa validitas argument
h. Menyusun argument valid
i. Menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi
matematik
2) Macam – Macam Penalaran
a. Penalaran Induktif
Menurut Nahrowi (2006) penalaran induktif merupakan kemampuan
seseorang dalam menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Sedangkan
menurut shadiq (2009) penalaran induktif adalah suatu proses atau suatu
aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu
pernyataan baru yang bersifat umum (general) berdasar pada beberapa
pernyataan khusus yang diketahui benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa
penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus yang
bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Beberapa kegiatan yang tergolong pada penalaran induktif adalah sebagai
berikut:
(1) Transduktif
Transduktif adalah menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus
yang satu diterapkan pada kasus khusus lainnya. Penalaran bentuk ini
merupakan bentuk penalaran induktif yang paling sederhana. Transduktif
dalam matematika dapat diartikan sebagai penarikan kesimpulan
matematis dari suatu kasus matematika yang diterapkan pada kasus
matematika lain. Dalam pola berpikir transduktif, rawan sekali terjadi
24
kesalahan dalam penarikan kesimpulan, karena ini merupakan pola
berpikir yang paling rendah tingkatannya.
(2) Generalisasi
Keraf (2007) menyatakan bahwa generalisasi adalah suatu proses
penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk
menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua
fenomena tadi. Artinya bahwa siswa akan mampu mengadakan
generalisasi, yaitu menangkap ciri-ciri atau sifat umum yang terdapat dari
sejumlah hal-hal khusus, apabila siswa telah memiliki konsep, kaidah,
prinsip (kemahiran intelektual) dan siasat-siasat memecahkan masalah
tersebut.
(3) Analogi
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004) kesimpulan analogis adalah
kesimpulan yang ditarik dengan cara membandingkan situasi yang satu
dengan situasi yang lain. Kemudian menurut Keraf (2007) analogi adalah
suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip
satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk
suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain. Berdasarkan uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa analogi dalam matematika adalah
membandingkan dua hal matematis yang berlainan namun memiliki
karakteristik matematis yang sama. Dalam analogi yang dicari adalah
keserupaan dari dua hal yang berbeda, dan menarik kesimpulan atas dasar
keserupaan itu.
(4) Hubungan kausal
Penalaran hubungan kausal (sebab akibat) adalah keadaan atau kejadian
yang satu menimbulkan atau menjadikan keadaan atau kejadian yang lain.
Hubungan antara sebab dan akibat tersebut bukan hubungan urutan biasa
atau hubungan yang kebetulan. Hubungan sebab akibat merupakan suatu
hubungan intrinsik, azasi, hubungan yang begitu rupa, sehingga jika salah
satu (sebab) ada/ tidak ada, maka yang lain (akibat) juga pasti ada atau
tidak ada. Agar hubungan antara sebab dan akibat menjadi jelas, dalam
logika “sebab” dipandang sebagai suatu syarat atau kondisi yang
merupakan dasar adanya atau terjadinya sesuatu yang lain, yaitu “akibat”.
Sama halnya pada matematika.
25
b. Penalaran Deduktif
Menurut Nahrowi (2006) penalaran deduktif merupakan penalaran yang
berlangsung dari hal yang umum ke hal yang khusus. Sedangkan menurut
Shadiq (2009) penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif adalah proses penarikan
kesimpulan dari kasus yang bersifat umum menjadi kesimpulan yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara wacana atau argumentasi yang
memenuhi syarat-syarat logis (Wiramihardja, 2009). Dalam hal ini penalaran
deduktif memberlakukan prinsip-prinsip matematika umum untuk mencapai
kesimpulan yang spesifik. Penarikkan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme.
Silogisme adalah suatu upaya untuk menghubungkan atau
menggabungkan atau menyintesiskan suatu pendapat (yang lebih umum,
mayor) dengan pendapat lainnya (yang lebih khusus, minor) secara teratur dan
tersusun bertingkat sehingga terbangun suatu wacana atau argumentasi yang
memenuhi syarat-syarat logis (Wiramihardja, 2009). Silogisme yang standar
tersusun atas dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang
mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan
menjadi premis mayor dan premis minor. Premis mayor adalah premis yang
mengandung term predikat sedangkan premis minor adalah premis yang
mengandung term subjek.
3) Contoh Soal Penalaran
a. Penalaran Induktif
Tebaklah bangun datar apa yang sesuai dengan penjelasan ini?
(1) Memiliki empat sisi yang sama panjang.
(2) Memiliki empat sudut yang sama besar. Besar masing-masing sudut adalah
90°.
(3) Kelilingnya adalah 4 x sisi.
(4) Luasnya adalah sisi x sisi.
(5) Memiliki dua diagonal sama panjang.
(6) Memiliki empat simetri putar.
(7) Memiliki empat simetri lipat.
26
Bangun datar tersebut ialah …
b. Penalaran Deduktif
Soal ini diberikan setelah adanya penanaman konsep mengenai luas bangun
datar yang telah disampaikan oleh guru sebelumnya. Berapakah luas persegi
panjang yang memiliki panjang 8 cm dan lebar 3 cm?
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
28
dengan adanya makalah ini dapat sangat bermanfaat untuk kami selaku penyusun dan
penulis dan juga untuk pembaca.
29
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2006). Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
Galante, D. (2014). The Use of the History of Mathematics in the Teaching of Preservice
Teachers. Journal of Research in Mathematics Education, 110-120.
Holmes, & Emma. (1995). New Directions in Elementary School Mathematics- Interactive
Teaching and Learning. New Yersey: A Simon and Schuster Company.
Maccini, P., & Gagnon, J. C. (2002). Perceptions and Application of NCTM Standards by
Special and General Education Teachers. Exceptional Children, 325-344.
Mujis, D., & Reynolds, D. (2005). Effective Teaching Evidence and Practice. London: SAGE
Publications.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Virginia: NCTM.
Roshita. (2006). Strategi Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills) Pada Anak Usia
Taman Kanak-KAnak. Jurnal Pendidikan Dasar.
30
Wardhani, S. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD.
Yogyakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan
dan Tenaga Kependidikan.
31