Oleh (kelompok 4) :
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul, Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis, serta shalawat dan salam untuk junjungan umat, yakninya Nabi
Muhammad SAW. Makalah ini kami susun sebagai syarat untuk memenuhi tugas serta mencapai
tujuan pmbelajaran mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun berharap makalah ini dapat memberikan wawasan
dan pengetahuan kepada para pembaca dan pada penyusun khususnya.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 12
B. Saran ......................................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2) Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pemecahan masalah?
b. Apa saja langkah-langkah menyelesaikan pemecahan masalah matematika?
c. Apa saja indikator kemampuan pemecahan masalalah matematika?
d. Bagaimana cara mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika?
3) Tujuan Masalah
a. Menjelaskan tentang pengertian pemecahan masalah.
b. Menjelaskan tentang langkah-langkah menyelesaikan pemecahan masalah matematika.
c. Menjelaskan tentang indikator kemampuan pemecahan masalalah matematika.
d. Menjelaskan tentang cara mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ruseffendi mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan masalah bagi
seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikannya, tetapi pada
saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara menyelesaikannya. Dalam kesempatan lain
Ruseffendi juga mengemukakan bahwa suatu persoalan itu merupakan masalah bagi seseorang
jika: pertama, persoalan itu tidak dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya,
baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuan siapnya; terlepas daripada apakah akhirnya ia
sampai atau tidak kepada jawabannya. Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan masalah
baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya.
Lebih spesifik Sumarmo mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan
menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji
konjektur. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Sumarmo tersebut, dalam pemecahan
masalah matematika tampak adanya kegiatan pengembangan daya matematika (mathematical
power) terhadap siswa.
3
Oleh karena itu dengan mengacu pada pendapat-pendapat di atas, maka pemecahan
masalah dapat dilihat dari berbagai pengertian. yaitu, sebagai upaya mencari jalan keluar yang
dilakukan dalam mencapai tujuan. Juga memerlukan kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan
kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pemecahan masalah
merupakan persoalan-persoalan yang belum dikenal, serta mengandung pengertian sebagai
proses berfikir tinggi dan penting dalam pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh
siswa.Tuntutan akan kemampuan pemecahan masalah dipertegas sebagai kompetensi dasar
yang harus dikembangkan dan di integrasikan pada sejumlah materi yang sesuai.
Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh siswa dalam matematika ditegaskan
juga oleh Branca,
1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran
matematika.
2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan
proses inti dan utama dalam kurikulum matematika.
3. Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.
Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang harus memiliki
banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa, anak yang diberi banyak latihan pemecahan masalah, memiliki nilai lebih
tinggi dalam tes pemecahan masalah dibandingkan anak yang latihannya lebih sedikit.
Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum
pengajaran matematika, mengandung pengertian bahwa matematika dapat membantu dalam
memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karenanya kemampuan pemecahan masalah ini menjadi tujuan umum pembelajaran matematika.
Pandangan pemecahan masalah sebagai proses inti dan utama dalam kurikulum
matematika, berarti pembelajaran pemecahan masalah lebih mengutamakan proses dan strategi
yang dilakukan siswa dalam menyelesaikannya dari pada hanya sekedar hasil sehingga
keterampilan prosesdan strategi dalam memecahkan masalah tersebut menjadi kemampuan dasar
dalam belajar matematika.
Walaupun kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang tidak mudah
dicapai, akan tetapi oleh karena kepentingan dan kegunaannya maka kemampuan pemecahan
4
masalah ini hendaknya diajarkan kepada siswa pada semua tingkatan. Berkaitan dengan hal ini,
Ruseffendimengemukakan beberapa alasan soal-soal tipe pemecahan masalah diberikan kepada
siswa,
1. Dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat
kreatif.
2. Di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain),
disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat
pernyataan yang benar;
3. Dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, serta
dapat menambah pengetahuan baru;
4. Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya;
5. Mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat
analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi tehadap hasil
pemecahannya;
Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang
studi tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain.
Muhsetyo, dkk menyatakan bahwa, Manfaat dari pengalaman memecahkan masalah,
antara lain adalah peserta didik menjadi: (1) kreatif dalam berfikir; (2) kritis dalam menganalisa
data, fakta dan informasi; (3) mandiri dalam bertindak dan bekerja. Selain itu dengan
pemecahan masalah akan menumbuhkan sikap kreatif siswa dalam pembelajaran matematika,
sehingga suasana pembelajaran akan lebih meningkatkan kemampuan siswa. Seperti apa yang
dikatakan Ruseffendi bahwa, Dalam pembelajara nmatematika salah satu kegiatan yang dapat
memupuk dan mengembangkan sikap kreatif adalah pemecahan masalah. Dalam pemecahan
masalah, siswa dituntut memiliki kemampuan menciptakan gagasan-gagasan atau cara-cara baru
berkenaan dengan permasalahan yang dihadapinya. Oleh karena itu, siswa memiliki kesempatan
yang sangat terbuka untuk mengembangkan serta meningkatkan kemampuan berpikir melalui
penyelesaian masalah-masalah yang bervariasi.
Dalam menyelesaikan masalah tersebut, guru juga memiliki peran yang sangat penting.
Menurut Ruseffendi, tugas guru dalam membantu siswa menyelesaikan pemecahan masalah
adalah:
5
1. Guru harus mengetahui bahwa anak perkembangan mentalnya telah cukup dan
telah memiliki cukup pengetahuan prasyarat untuk menyelesaikan soal tersebut,
agar siswa tidak buntu berpikir karena masalah lain;
2. Siswa harus mengerti soal tersebut;
3. Siswa harus mengerti apa yang harus dicapai;
4. Siswa supaya mencoba-coba mencari jawaban (membua tstrategi), misalnya:
menerka dan mengeceknya, menyederhanakan soal, menggunakan diagram/
rumus / tabel, bekerja mundur, menggunakan kalkulator, dan lain-lain;
5. Membantu siswa mencari cara penyelesaian soal;
6. Mengawasi siswa menyelesaikan soal;
7. Memperhatikan siswa dalam meninjau kembali jawaban, cara, penyelesaian, dan
lain-lain, yang telah dilakukan untuk mencari cara yang lebih baik,
menghindarkan kekeliruan, dan lain-lain;
8. Guru harus berusaha agar pada diri siswa itu selalu ada keinginan (sebagai
prasyarat), ada ketabahan menghadapinya, dan tidak ada keraguan tentang
kebenaran jawaban yang diperolehnya.
Cara memecahkan masalah dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Dewey dan
Polya. Dewey memberikan lima langkah utama dalam memecahkan masalah,
1. Mengenali/menyajikan masalah: tidak diperlukan strategi pemecahan masalah
jika bukan merupakan masalah;
2. Mendefinisikan masalah: strategi pemecahan masalah menekankan pentingnya
definisi masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan penyelesian;
3. Mengembangkan beberapa hipotesis: hipotesis adalah alternatif penyelesaian
dari pemecahan masalah;
4. Menguji beberapa hipotesis: mengevaluasi kelemahan dan kelebihan hipotesis;
5. Memilih hipotesis yang terbaik.
Sebagaimana Dewey, Polya pun menguraikan proses yang dapat dilakukan pada setiap
langkah pemecahan masalah. Proses tersebut terangkum dalam empat langkah berikut:
6
Menurut Polya (Wardhani, 2010) terdapat empat aspek kemampuan memecahkan
masalah sebagai berikut:
1. Memahami masalah Pada aspek memahami masalah melibatkan pendalaman
situasi masalah, melakukan pemilahan fakta-fakta, menentukan hubungan
diantara fakta-fakta dan membuat formulasi pertanyaan masalah. Setiap masalah
yang tertulis, bahkan yang paling mudah sekalipun harus dibaca berulang kali dan
informasi yang terdapat dalam masalah dipelajari dengan seksama.
2. Membuat rencana pemecahan masalah Rencana solusi dibangun dengan
mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyaan yang harus dijawab. Dalam
proses pembelajaran pemecahan masalah, siswa dikondisikan untuk memiliki
pengalaman menerapkan berbagai macam strategi pemecahan masalah.
3. Melaksanakan rencana pemecahan masalah Untuk mencari solusi yang tepat,
rencana yang sudah dibuat harus dilaksanakan dengan hatihati. Diagram, tabel
atau urutan dibangun secara seksama sehingga si pemecah masalah tidak akan
bingung. Jika muncul ketidakkonsistenan ketika melaksanakan rencana, proses
harus ditelaah ulang untuk mencari sumber kesulitan masalah.
4. Melihat (mengecek) kembali Selama melakukan pengecekan, solusi masalah
harus dipertimbangkan. Solusi harus tetap cocok terhadap akar masalah meskipun
kelihatan tidak beralasan.
Lebih jauh Polya merinci setiap langkah di atas dengan pertanyaan-pertanyaan yang
menuntun seorang problem solver menyelesaikan dan menemukan jawaban dari masalah.
Sebagai contoh pada langkah memahami masalah diajukan pertanyaan-pertanyaan: Apa yang
tidak diketahui? Data apa yang diberikan? Mungkinkah kondisi dinyatakan dalam bentuk
persamaan atau hubungan lainnya?Buatlah gambar dan tulislahnotasi yang sesuai.
Pada langkah merencanakan penyelesaian diajukan pertanyaan di antaranya seperti:
Pernah adakah soal seperti ini yang serupa sebelumnya diselesaikan? Dapatkah pengalaman yang
lama digunakan dalam masalah yang sekarang?
Pada langkah melaksanakan rencana diajukan pertanyaan: Periksalah bahwa tiap
langkah sudah benar? Bagaimana membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar? Dalam
langkah memeriksa hasil dan proses, diajukan pertanyaan: Dapatkah diperiksa sanggahannya?
Dapatkah jawaban itu dicari dengan cara lain?
7
Langkah-langkah penuntun yang dikemukakan Polya tersebut, dikenal dengan strategi
heuristik.Strategi yang dikemukakan Polya ini banyak dijadikan acuan oleh banyak orang dalam
penyelesaian masalah matematika.
Berangkat dari pemikiran yang dikemukakan oleh ahli tersebut, maka untuk
menyelesaikan masalah diperlukan kemampuan pemahaman konsep sebagai prasyarat dan
kemampuan melakukan hubungan antar konsep, dan kesiapan secara mental. Salah satu sebab
siswa tidak berhasil dalam belajar matematika selama ini adalah siswa belum sampai pada
pemahaman relasi (relation understanding), yang dapat menjelaskan hubungan antar konsep. Hal
itu memberikan gambaran kepada kita adanya tantangan yang tidak kecil dalam mengajarkan
pemecahan masalah matematika.
Beberapa indikator kemampuan pemecahan masalah matematika menurut NCTM adalah sebagai
berikut:
8
1. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur
yang diperlukan;
2. Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik;
3. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru)
dalam atau di luar matematika;
4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal;
5. Menggunakan matematika secara bermakna.
9
ke 1 ke - 2 ke 3 ke - n
10 19 28 ....... 352
Dengan :
19 dari 9 + 1(jadi 10) = 9 + 10 = 19
28 dari 18 + 1(jadi 10) = 18 + 10 = 28, dst
Jika diperhatikan barisan bilangan yang diperoleh adalah10, 19, 28, . . . . , 352
merupakan barisan aritmatika, dengan a = 10, b = 9 dan Un = 352, sehingga didapat Un =
9n + 1
untuk Un = 352, maka 9n + 1 = 352
9n = 351
351
n = = 39 (39 kali pemotongan)
9
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemecahan masalah yaitu sebagai upaya mencari jalan keluar yang dilakukan dalam
mencapai tujuan.
2. Langka-langkah menyelesaikan pemecahan masalah menurut Dewey yaitu:
a. Mengenali/menyajikan masalah: tidak diperlukan strategi pemecahan masalah
jika bukan merupakan masalah;
b. Mendefinisikan masalah: strategi pemecahan masalah menekankan pentingnya
definisi masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan penyelesian;
c. Mengembangkan beberapa hipotesis: hipotesis adalah alternatif penyelesaian
dari pemecahan masalah;
d. Menguji beberapa hipotesis: mengevaluasi kelemahan dan kelebihan hipotesis;
e. Memilih hipotesis yang terbaik.
3. Indikator kemampuan pemecahan masalah matematika menurut NCTM adalah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan
unsur yang diperlukan;
b. Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik;
c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan
masalah baru) dalam atau di luar matematika;
d. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal;
e. Menggunakan matematika secara bermakna.
4. Mengukur kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat dari cara memahami
masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan penyelesaian dan mengecek
kembali yang meliputi pembuktian jawaban itu benar dan menyimpulkan hasil
jawaban.
12
B. Saran
Saran yang dapat diberikan setelah mengetahui dan mempelajari kemampuan pemecahan
masalah ini kita dapat memanfaatkannya dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar
kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14