Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan
kesempatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Model Pembelajara Inovatif
yaitu makalah Model Pembelajaran Problem Solving Dalam Pembelajaran Matematika. Tak
lupa Sholawat dan Salam saya haturkan kepada Rosulullah SAW yang telah membawa kita
dari alam kebodohan kealam yang penuh petunjuk ini.
Saya yang bertanggung jawab atas tugas ini telah berusaha semaksimal mungkin untuk
membuat tugas ini dengan baik dan dengan teliti. Sebelumnya saya mengucapkan banyak-
banyak terimakasih kepada Bapak Feriyanto,S.Pd, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Model
Pembelajaran Inovatif.
Akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya berharap bahwa makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua orang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Mojokerto, 24 September 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………...1


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….3
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………………4
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………......4
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Problem Solving ……………………………………………………………….5
2.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran Problem Solving …………………………………………...6
2.3 Tujuan Metode Pembelajaran Problem Solving …………………………………………..6
2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Solving ………………………7
2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Solving …………………………………7
2.6 Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Dalam Matematika ……………………8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………11
3.2 Saran ……………………………………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………..13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika merupakan suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan dari satu tahap
ke tahap berikutnya. Pembelajaran yang telah berlalu menjadi dasar untuk pembelajaran
selanjutnya, sehingga siswa harus memahami materi awal dengan baik. Belajar matematika
dapat melatih siswa untuk mengembangkan cara berpikirnya, baik berpikir kritis, berpikir
kreatif, maupun berpikir tingkat tinggi lainnya.Dalam mempelajari suatu materi, tentunya
siswa akan mendapat suatu kendala atau permasalahan yang sulit untuk
dipecahkan/diselesaikan. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir, dan
banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi setiap individu atau
kelompok.Seperti yang di ungkapkan Wittgenstein, (Hasratuddin, 2013) Matematika adalah
suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara
menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang betuk dan ukuran, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri
manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.Menemukan suatu
jawaban atau penyelesaian diperlukan prosedur, tahap atau solusi dalam memecahkan suatu
permasalahan. Sejalan dengan hal tersebut (Bey & Asriani, 2013)) menyatakan bahwa
pandangan pemecahan masalah sebagai proses inti dan utama dalam kurikulum matematika,
berarti pembelajaran pemecahan masalah lebih mengutamakan proses dan strategi yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikannya daripada hanya sekedar hasil. Sehingga
keterampilan proses dan strategi dalam memecahkan masalah tersebut menjadi kemampuan
dasar dalam belajar matematika. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa didalam pemecahan
masalah atau problem solving terdapat suatu proses/prosedural dan tahap/langkahdimana
siswa mendapat pengalaman dalam proses tersebut. Pengetahuan/pengalaman tersebut
kemudian dapat dikaitkan dengan permasalahan baru yang sedang dihadapi. Menggali
kembali pengetahuan yang pernah didapatkannya dan menemukan hubungan dengan
permasalahan yg sedang dihadapi dapat mempermudah siswa dalam menyelesaikan
permasalahan yang sulit, sehingga diharapkan siswa mendapatkan hasil yang berkualitas.
Problem solving memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, terutama
dalam menghadapi persaingan global seperti pada PISA (Programme for International
Student Assessment) yang menunjukan hasil yang masih rendah. Problem solving dapat
menjadi sebuah alternatif dalam menghadapi persaingan tersebut. Hal tersebut didukungSolso
dalam (Mawaddah & Anisah, 2015)), pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang
terarah secara langsung untuk menemukan solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang
spesifik.Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa problem solving merupakan alternatif dalam
pembelajaran matematika, salah satunya dapat mengembangkan pemikiran atau cara berfikir
siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Bagaimana langkah-langkah problem
solving dalam pembelajaran? Apa kelebihan dan kelemahan/kekurangan dari problem
solving? Dan hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan pemecahan masalah?

3
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi persoalan dalam penulisan ini dengan memperhatikan latar
belakang penulisan diatas adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari problem solving ?
2. Bagaimanakah ciri-ciri model pembelajaran pembelajaran problem solving ?
3. Apakah tujuan penggunaan problem solving?
4. Apa kekurangan dan kelebihan dari problem solving?
5. Bagaimanakah langkah-langkah dalam problem solving ?
6. Bagaimana penerapan model pembelajaran problem solving dalam matematika ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini adalah:
a. Untuk memahami pengertian problem solving dan mengetahui ciricirinya.
b. Agar menyadari benar, tujuan dan manfaat penggunaan problem solving.
c. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran problem solving.
d. Agar dapat mengetahui secara umum langkah-langkah dalam model pembelajaran
problem solving.
e. Agar dapat menerapkan model pembelajaran problem solving dalam pembelajaran
matematika.

1.4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
a. Bagi Pimpinan : penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep
problem solving dan dapat menerapkan metode Tanya jawab dalam pembelajaran
pemecahan masalah.
b. Bagi Institusi : sebagai masukan untuk meningkatkan pembelajaran di instansi dengan
menerapkan metode problem solving dalam pemecahan masalah yang tepat.
c. Bagi pembaca : memberikan informasi tentang problem solving untuk meningkatkan
pemahaman.
d. Bagi penulis : memperoleh ilmu sebagai bekal kelak dan bahan refensi tentang
pentingnya problem solving

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Problem Solving


Secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu problem dan solves. Makna
bahasa dari problem yaitu “a thing that is difficult to deal with or understand” (suatu hal yang
sulit untuk melakukannya atau memahaminya), dapat jika diartikan “a question to be answered
or solved” (pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan keluar), sedangkan solve dapat
diartikan “to find an answer to problem” (mencari jawaban suatu masalah).
Sedangkan secara terminologi problem solving seperti yang diartikan Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain adalah suatu cara berpikir secara ilmiah untuk mencari pemecahan
suatu masalah.1 Sedangkan menurut istilah Mulyasa problem solving adalah suatu pendekatan
pengajaran menghadapkan pada peserta didik permasalahan sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan permasalahan, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pembelajaran.2 Metode problem
solving yang dimaksud adalah suatu pembelajaran yang menjadikan masalah kehidupan nyata,
dan masalah-masalah tersebut dijawab dengan metode ilmiah, rasional dan sistematis.
Mengenai bagaimana langkah-langkah dalam menjawab suatu masalah secara ilmiah, rasional
dan sistematis ini akan penulis dalam sub bab di bawah.
Pembelajaran dengan problem solving ini dimaksud agar siswa dapat menggunakan
pemikiran (rasio) seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkapnya. Sehingga siswa
terlatih untuk terus berpikir dengan menggunakan kemampuan berpikirnya.3 Pada umumnya
siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasardasar pengertian
dalam menjawab pertanyaan dan masalah. Dalam berpikir rasional siswa dituntut
menggunakan logika untuk menentukan sebabakibat, menganalisa, menarik kesimpulan, dan
bahkan menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan.
Dari berbagai pendapat di atas metode problem solving atau sering juga disebut dengan
nama metode pemecahan masalah merupakan suatu cara mengajar yang merangsang seseorang
untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau situasi di mana masalah
itu berada, atas inisiatif sendiri. Metode ini menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab
akibat atau relasi-relasi diantara berbagai data, sehingga pada akhirnya dapat menemukan kunci
pembuka masalahnya.

1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), 102
2
Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004),
3
Armei Arif, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Pers. 2002), 101

5
2.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran Problem Solving
Terdapat 3 ciri utama dari pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut:
a. Pembelajaran problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran. Artinya
dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran
problem solving menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah.
Problem solving bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks daripada
yang diduga. Problem solving memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragamnya
termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi, menganalisis, mengklasifikasi,
menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesimpulan, dan membuat generalisasi
berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Untuk memecahkan masalah kita
harus melokasi informasi, menampilkannya dari ingatan lalu memprosesnya dengan
maksud untuk mencari hubungan, pola, atau pilihan baru.

2.3 Tujuan Metode Pembelajaran Problem Solving


Metode pembelajaran problem solving mengembangkan kemampuan berfikir yang
dipupuk dengan adanya kesempatan untuk mengobservasi problema, mengumpulkan data,
menganalisa data, menyusun suatu hipotesa, mencari hubungan (data) yang hilang dari data
yang telah terkumpul untuk kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan
masalah tersebut. Cara berfikir semacam itu lazim disebut cara berfikir ilmiah. Cara berfikir
yang menghasilkan suatu kesimpulan atau keputusan yang diyakini kebenarannya karena
seluruh proses pemecahan masalah itu telah diikuti dan dikontrol dari data yang pertama yang
berhasil dikumpulkan dan dianalisa sampai kepada kesimpulan yang ditarik atau ditetapkan.
Tujuan utama dari penggunaan metode pemecahan masalah adalah:
1. Mengembangkan kemampuan berfikir, terutama didalam mencari sebab-akibat dan
tujuan suatu masalah. Metode ini melatih murid dalam cara-cara mendekati dan cara-
cara mengambil langkah-langkah apabila akan memecahkan suatu masalah.
2. Memberikan kepada murid pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai atau
bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Metode ini memberikan dasar-dasar
pengalaman yang praktis mengenai bagaimana cara-cara memecahkan masalah dan
kecakapan ini dapat diterapkan bagi keperluan menghadapi masalah-masalah lainnya
didalam masyarakat.
Problem solving melatih siswa terlatih mencari informasi dan mengecek silang validitas
informasi itu dengan sumber lainnya, juga problem solving melatih siswa berfikir kritis dan
metode ini melatih siswa memecahkan dilema. Sehingga dengan menerapkan metode problem
solving ini siswa menjadi lebih dapat mengerti bagaimana cara memecahkan masalah yang
akan dihadapi pada kehidupan nyata atau di luar lingkungan sekolah.
Untuk mendukung strategi belajar mengajar dengan menggunakan metode problem
solving ini, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi pelajaran

6
tidak terbatas hanya pada buku teks di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumbersumber
lingkungan seperti peristiwa-peristiwa kemasyarakatan atau peristiwa dalam lingkungan
sekolah.4 Tujuannya agar memudahkan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah
yang terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa memperoleh pengalaman tentang
penyelesaian masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nya.

2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Solving


Kelebihan dan kekurangan model problem solving menurut Dzamarah dan Zain
(2002) adalah sebagai berikut:

Kelebihan model problem solving adalah :


a. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kehidupan.
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan
menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.
Kekurangan model problem solving adalah :
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir
siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu
yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari
guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau
kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan
kesulitan tersendiri bagi siswa.

2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Solving


Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan.
Langkah- langkah metode ini antara lain:
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa
sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku- buku, meneliti, bertanya, berdiskusi,
dan lain-lain.

4
W. Gulo,. Stategi Belajar Mengajar (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002),104

7
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja
didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus
berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut
betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak
sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode
lainnya seperti, demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang
jawaban dari masalah yang ada.5
Secara operasional langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah:
1. Pembentukan kelompok (4-5 peserta setiap kelompok)
2. Penjelasan prosedur pembelajaran (petunjuk kegiatan)
3. Pendidik menyajikan situasi problematik dan menjelaskan prosedur solusi kreatif
kepada peserta didik (memberikan pertanyaan, pertanyaan problematis, dan tugas).
4. Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu peristiwa yang dilihat dan dialami
5. Eksperimentasi alternatif pemecahan masalah dengan diperkenankan pada elemen baru
ke dalam situasi yang berbeda (diskusi dalam kelompok kecil)
6. Memformulasikan penjelasan dan menganalisis proses solusi kreatif (dilakukan dengan
diskusi kelas yang didampingi oleh pendidik). Dalam mencari informasi dalam
menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan, peserta didik diberi kesempatan
untuk urun pendapat (brain storming), baik berdasarkan pengalaman dan pengetahuan
siswa, membaca referensi, maupun mencari data atau informasi dari lapangan.

2.6 Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Dalam Matematika


Penerapan Metode Problem Solving Pada Materi Persamaan Linear

1. Tahap Pendahuluan
Mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama dipimpin oleh ketua
kelas, setelah itu mengabsen kehadiran siswa dengan menyebutkan nama siswa satu
persatu. Guru memulai pembelajaran dengan memberi motivasi melalui tanya jawab
yang berkaitan dengan masalah dalam kehidupan sehari-sehari. Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Guru
menyampaikan masalah/soal yang ada pada buku siswa, siswa membaca masalah/soal
tersebut pada buku siswa.

2. Tahap Inti
a. Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 2-3 siswa, kemudian
membagikan lembar kerja siswa yang berisikan masalah kepada siswa yang akan
diselesaikan secara berkelompok.
b. Guru memfasilitasi media pembelajaran yang digunakan untuk memecahkan masalah.
Guru membantu siswa dalam berbagi tugas untuk menyelesaikan masalah, siswa
mendengarkan dan melaksanakan saran guru dan siswa dapat bertanya kepada guru jika
ada hal yang belum jelas.

5
Nana Sudjana,. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009),
85-86

8
c. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan tugas pemecahan masalah, mendorong siswa
dalam melakukan penyelidikan masalah, membimbing siswa dengan pertanyaan-
pertanyaan yang sifatnya menggali dan menuntun agar siswa dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada pada tugas yang diberikan. Siswa diberi waktu 20 menit untuk
berdiskusi kelompok menyelesaikan tugas.
d. Setelah pengerjaan tugas selesai, guru meminta kelompok siswa untuk
mempresentasikan hasil kerja mereka. Kelompok yang mendapat giliran sesuai undian,
maju untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. Kelompok lain diberikan
kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok penyaji,
kemudian mengkonstruksi gagasan-gagasan dari siswa yang lainnya untuk
mendapatkan gagasan yang disepakati dan benar.

3. Tahap Penutup
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri.
Guru memberikan tugas individual untuk siswa kerjakan dirumah. Guru menutup
pembelajaran dengan berdoa dipimpin ketua kelas.

Pembelajaran melalui problem solving tentu dimulai dengan sebuah masalah. Peserta
didik belajar dan memahami aspek penting dari konsep atau ide dengan mengeksplorasi situasi
masalah. Masalah yang digunakan cenderung lebih terbuka dan memungkinkan beberapa
jawaban yang benar dan beberapa pendekatan solusi. Dalam mengajar melalui pemecahan
masalah, masalah tidak hanya berokus pada rangsangan untuk belajar siswa, tapi juga berfungsi
untuk eksplorasi matematika. Siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan
mengeksplorasi dan menemukan strategi solusi mereka sendiri, karena eksplorasi masalah
merupakan komponen penting dalam pengajaran melalui pemecahan masalah.
Dibawah ini contoh penerapan problem solving dalam pembelajaran matematika;

Satu karung beras mempunyai berat 240 kg. Untuk menyamakan berat satu karung beras
dengan beberapa orang, berapa orangkah yang diperlukan?

Beberapa Solusi peserta didik:

1. 240 : 6 = 40
Kerena 6 x 40 = 240

Jadi ada 6 orang dengan berat badan masing-masing 40 kg

2. 240 : 8 = 30
Karena 8 x 30 = 240

Jadi, ada 8 orang dengan berat masing-masing 30 kg

3. 3 orang beratnya 20 kg dan 6 orang beratnya 30 kg.


(3 x 20) + (6 x 30)

= 60 + 180

9
= 240.

4. (2 x 5) + (10 x 23) = 10 + 230 = 240


Jadi, ada 2 orang beratnya 5 kg dan 10 orang beratnya 23 kg.

Misalkan:

x = berat badan orang I


y = berat badan orang II
x = 5 dan y = 10

berapa kali 5 ditambah dengan berapa kali 10 menghasilkan 240.

Jadi, dapat ditulis: 2x + 10y = 240

Deskripsi solusi peserta didik:

 Masalah ini adalah mempunyai banyak solusi (open ended). Sehingga solusi no. 1 dan no.2
di atas adalah benar, apabila memisalkan semua orang yang dimaksud mempunyai berat
yang sama. Sehingga penyelesaiannya langsung menggunakan konsep pembagian biasa
(algoritma pembagian). Peserta didik memanfaatkan pengetahuan yang telah tersimpan
dalam struktur kognitif mereka terkait dengan operasi bilangan positif dan
menggunakannya dalam penyelesaian masalah. Masih ada realitas lain yang dapat menjadi
pemecahan. Bagaimana kalau berat yang dimaksud ada yang sama dan digabung dengan
berat yang tidak sama?. Solusi no.3 dan no 4 adalah contohnya penyelesaian yang
memenuhi. Penyelesaiannya memerlukan langkah-langkah, dan akan diperoleh banyak
solusi. Kemampuan peserta didik dalam mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki
menunjukkan kemampuan mereka dalam problem solving.
 Dalam hal ini peserta didik dengan solusi no.3 dan no.4 telah menggunakannya. Peserta
didik telah melakukan pemrosesan informasi dalam menyelsaikan masalah dengan
menggunakan pengetahuan yang tersimpan dalam struktur kognitif mareka. Sehingga
mereka mampu melakukan investigasi, membuat model matematika, lalu mendapatkan
keputusan.

Pemecahan masalah di atas menggunakan konsep-konsep pada bilangan dengan opeasi


penjumlahan, pembagian, perkalian, dan aljabar dalam bentuk model matematika dengan
persamaan matematika terbuka. Karena masalah di atas adalah masalah dengan solusi banyak
(open ended) maka penyelesaian yang mungkin tergantung pada kemampuan intelektual dan
pengalaman peserta didik. Kemapuan komunikasi matematis dan kreatif yang produktif dalam
mengambil keputusan tentu sangat diperlukan dalam problem solving. Problem
solving melalui pendekatan open ended sangat diperlukan sebagai upaya untuk
mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik dalam pembelajaran
matematika. Pendekatan open ended akan merangsang peserta didik untuk berlatih
mengembangkan kompetensi tanpa ikut-ikutan dengan jawaban temannya.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode pembelajaran, dengan menghafal dan membaca fakta, peraturan, dan prosedur,
dengan penekanan pada penerapan prosedur yang dilatih untuk menyelesaikan masalah rutin
(biasa) adalah kurang memadai. Pembelajaran dengan pendekatan problem solving terjadi
ketika proses kegiatan pemecahan masalah dilakukan peserta didik berlangsung. Artinya proses
pembelajaran berlangsung selama proses pemecahan masalah berjalan, dimana peserta didik
bebas menggunakan pendekatan sesuai dengan pikirkan masing-masing, dengan
memanfaatkan pengetahuan yang telah mereka pelajari, dan membenarkan gagasan mereka
sesuai apa yang diyakini. Lingkungan pembelajaran melalui pendekatan problem
solving memberikan kesempatan bagi peserta didik menyajikan berbagai solusi, berbagi
kepada kelompok atau kelas dan belajar matematika melalui interaksi sosial, bernegosiasi,
untuk mencapai pemahaman bersama. Kegiatan seperti itu membantu peserta didik melakukan
klarifikasi gagasan dan mendapatkan perspektif konsep belajar yang berbeda.
Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) dapat berkontribusi secara
signifikan terhadap pendidikan matematika tidak hanya sebagai sebuah metode atau jalan untuk
mengembangkan pemikiran logis, akan tetapi problem solving juga dapat : (1) memberi
konteks pengetahuan matematika bagi peserta didik, (2) meningkatkan proses transfer
keterampilan pada situasi yang tidak rutin, (3) merupakam bentuk estetika dalam diri peserta
didik. dan (4) memberi tempat (ruang) kepada peserta didik untuk membuat gagasan sendiri
tentang matematika dan untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
Pendekatan problem solving merupkan tantangan bagi para guru, pada semua jenjang
sebagai upaya untuk mengembangkan proses pemikiran matematis dan pengetahuan
matematika peserta didik. Guru dituntut untuk menggunakan problem
solving dengan menyajikan masalah matematika tidak rutin dalam konteks pemecahan
masalah. Diharapkan penyajian masalah mengacu pada bentuk open ended. Berikut ini adalah
jenis-jenis masalah yang dihadapi peserta didik dan memerlukan problem solving dalam
menyelesaikannya.
 Masalah kata, dimana konsepnya tertanam dalam situasi dunia nyata dan siswa diharuskan
untuk mengenali dan menerapkan algoritma / aturan yang sesuai. (mempersiapkan peserta
didik menghadapi tantangan hidup)
 Masalah non rutin yang memerlukan tingkat interpretasi dan pengorganisasian informasi
yang lebih tinggi dalam masalah, bukan hanya pengenalan dan penerapan algoritma
(mendorong pengembangan pengetahuan umum dan akal sehat)
 Masalah “nyata”, berkaitan dengan menyelidiki masalah yang nyata bagi siswa, tidak harus
memiliki solusi tetap, dan menggunakan matematika sebagai alat untuk menemukan solusi
(melibatkan murid dalam pelayanan kepada masyarakat).

11
3.2 Saran
Guru dapat menggunakan metode problem solving sebagai alternatif untuk
memperbaiki proses pembelajaran, karena melalui metode problem solvingini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa baik kognitif, afektif, dan psikomotor, khususnya pada
pelajaran matematika pada materi pokok persamaan linear dua variabel sederhana dalam
bentuk soal cerita. Agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi
pembelajaran model problem solving dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan
mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan dikembangkan,
dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan serta
keterampilan proses yang akan dikembangkan. Kepada kepala sekolah agar
mengkoordinasikan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Gulo, w. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. (2009). Dasar-daar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Zain, S. B. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

13

Anda mungkin juga menyukai