Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi persoalan dalam penulisan ini dengan memperhatikan latar
belakang penulisan diatas adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari problem solving ?
2. Bagaimanakah ciri-ciri model pembelajaran pembelajaran problem solving ?
3. Apakah tujuan penggunaan problem solving?
4. Apa kekurangan dan kelebihan dari problem solving?
5. Bagaimanakah langkah-langkah dalam problem solving ?
6. Bagaimana penerapan model pembelajaran problem solving dalam matematika ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini adalah:
a. Untuk memahami pengertian problem solving dan mengetahui ciricirinya.
b. Agar menyadari benar, tujuan dan manfaat penggunaan problem solving.
c. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran problem solving.
d. Agar dapat mengetahui secara umum langkah-langkah dalam model pembelajaran
problem solving.
e. Agar dapat menerapkan model pembelajaran problem solving dalam pembelajaran
matematika.
1.4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
a. Bagi Pimpinan : penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep
problem solving dan dapat menerapkan metode Tanya jawab dalam pembelajaran
pemecahan masalah.
b. Bagi Institusi : sebagai masukan untuk meningkatkan pembelajaran di instansi dengan
menerapkan metode problem solving dalam pemecahan masalah yang tepat.
c. Bagi pembaca : memberikan informasi tentang problem solving untuk meningkatkan
pemahaman.
d. Bagi penulis : memperoleh ilmu sebagai bekal kelak dan bahan refensi tentang
pentingnya problem solving
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), 102
2
Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004),
3
Armei Arif, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Pers. 2002), 101
5
2.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran Problem Solving
Terdapat 3 ciri utama dari pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut:
a. Pembelajaran problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran. Artinya
dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran
problem solving menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah.
Problem solving bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks daripada
yang diduga. Problem solving memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragamnya
termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi, menganalisis, mengklasifikasi,
menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesimpulan, dan membuat generalisasi
berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Untuk memecahkan masalah kita
harus melokasi informasi, menampilkannya dari ingatan lalu memprosesnya dengan
maksud untuk mencari hubungan, pola, atau pilihan baru.
6
tidak terbatas hanya pada buku teks di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumbersumber
lingkungan seperti peristiwa-peristiwa kemasyarakatan atau peristiwa dalam lingkungan
sekolah.4 Tujuannya agar memudahkan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah
yang terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa memperoleh pengalaman tentang
penyelesaian masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nya.
4
W. Gulo,. Stategi Belajar Mengajar (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002),104
7
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja
didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus
berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut
betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak
sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode
lainnya seperti, demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang
jawaban dari masalah yang ada.5
Secara operasional langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah:
1. Pembentukan kelompok (4-5 peserta setiap kelompok)
2. Penjelasan prosedur pembelajaran (petunjuk kegiatan)
3. Pendidik menyajikan situasi problematik dan menjelaskan prosedur solusi kreatif
kepada peserta didik (memberikan pertanyaan, pertanyaan problematis, dan tugas).
4. Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu peristiwa yang dilihat dan dialami
5. Eksperimentasi alternatif pemecahan masalah dengan diperkenankan pada elemen baru
ke dalam situasi yang berbeda (diskusi dalam kelompok kecil)
6. Memformulasikan penjelasan dan menganalisis proses solusi kreatif (dilakukan dengan
diskusi kelas yang didampingi oleh pendidik). Dalam mencari informasi dalam
menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan, peserta didik diberi kesempatan
untuk urun pendapat (brain storming), baik berdasarkan pengalaman dan pengetahuan
siswa, membaca referensi, maupun mencari data atau informasi dari lapangan.
1. Tahap Pendahuluan
Mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama dipimpin oleh ketua
kelas, setelah itu mengabsen kehadiran siswa dengan menyebutkan nama siswa satu
persatu. Guru memulai pembelajaran dengan memberi motivasi melalui tanya jawab
yang berkaitan dengan masalah dalam kehidupan sehari-sehari. Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Guru
menyampaikan masalah/soal yang ada pada buku siswa, siswa membaca masalah/soal
tersebut pada buku siswa.
2. Tahap Inti
a. Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 2-3 siswa, kemudian
membagikan lembar kerja siswa yang berisikan masalah kepada siswa yang akan
diselesaikan secara berkelompok.
b. Guru memfasilitasi media pembelajaran yang digunakan untuk memecahkan masalah.
Guru membantu siswa dalam berbagi tugas untuk menyelesaikan masalah, siswa
mendengarkan dan melaksanakan saran guru dan siswa dapat bertanya kepada guru jika
ada hal yang belum jelas.
5
Nana Sudjana,. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009),
85-86
8
c. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan tugas pemecahan masalah, mendorong siswa
dalam melakukan penyelidikan masalah, membimbing siswa dengan pertanyaan-
pertanyaan yang sifatnya menggali dan menuntun agar siswa dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada pada tugas yang diberikan. Siswa diberi waktu 20 menit untuk
berdiskusi kelompok menyelesaikan tugas.
d. Setelah pengerjaan tugas selesai, guru meminta kelompok siswa untuk
mempresentasikan hasil kerja mereka. Kelompok yang mendapat giliran sesuai undian,
maju untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. Kelompok lain diberikan
kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok penyaji,
kemudian mengkonstruksi gagasan-gagasan dari siswa yang lainnya untuk
mendapatkan gagasan yang disepakati dan benar.
3. Tahap Penutup
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri.
Guru memberikan tugas individual untuk siswa kerjakan dirumah. Guru menutup
pembelajaran dengan berdoa dipimpin ketua kelas.
Pembelajaran melalui problem solving tentu dimulai dengan sebuah masalah. Peserta
didik belajar dan memahami aspek penting dari konsep atau ide dengan mengeksplorasi situasi
masalah. Masalah yang digunakan cenderung lebih terbuka dan memungkinkan beberapa
jawaban yang benar dan beberapa pendekatan solusi. Dalam mengajar melalui pemecahan
masalah, masalah tidak hanya berokus pada rangsangan untuk belajar siswa, tapi juga berfungsi
untuk eksplorasi matematika. Siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan
mengeksplorasi dan menemukan strategi solusi mereka sendiri, karena eksplorasi masalah
merupakan komponen penting dalam pengajaran melalui pemecahan masalah.
Dibawah ini contoh penerapan problem solving dalam pembelajaran matematika;
Satu karung beras mempunyai berat 240 kg. Untuk menyamakan berat satu karung beras
dengan beberapa orang, berapa orangkah yang diperlukan?
1. 240 : 6 = 40
Kerena 6 x 40 = 240
2. 240 : 8 = 30
Karena 8 x 30 = 240
= 60 + 180
9
= 240.
Misalkan:
Masalah ini adalah mempunyai banyak solusi (open ended). Sehingga solusi no. 1 dan no.2
di atas adalah benar, apabila memisalkan semua orang yang dimaksud mempunyai berat
yang sama. Sehingga penyelesaiannya langsung menggunakan konsep pembagian biasa
(algoritma pembagian). Peserta didik memanfaatkan pengetahuan yang telah tersimpan
dalam struktur kognitif mereka terkait dengan operasi bilangan positif dan
menggunakannya dalam penyelesaian masalah. Masih ada realitas lain yang dapat menjadi
pemecahan. Bagaimana kalau berat yang dimaksud ada yang sama dan digabung dengan
berat yang tidak sama?. Solusi no.3 dan no 4 adalah contohnya penyelesaian yang
memenuhi. Penyelesaiannya memerlukan langkah-langkah, dan akan diperoleh banyak
solusi. Kemampuan peserta didik dalam mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki
menunjukkan kemampuan mereka dalam problem solving.
Dalam hal ini peserta didik dengan solusi no.3 dan no.4 telah menggunakannya. Peserta
didik telah melakukan pemrosesan informasi dalam menyelsaikan masalah dengan
menggunakan pengetahuan yang tersimpan dalam struktur kognitif mareka. Sehingga
mereka mampu melakukan investigasi, membuat model matematika, lalu mendapatkan
keputusan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode pembelajaran, dengan menghafal dan membaca fakta, peraturan, dan prosedur,
dengan penekanan pada penerapan prosedur yang dilatih untuk menyelesaikan masalah rutin
(biasa) adalah kurang memadai. Pembelajaran dengan pendekatan problem solving terjadi
ketika proses kegiatan pemecahan masalah dilakukan peserta didik berlangsung. Artinya proses
pembelajaran berlangsung selama proses pemecahan masalah berjalan, dimana peserta didik
bebas menggunakan pendekatan sesuai dengan pikirkan masing-masing, dengan
memanfaatkan pengetahuan yang telah mereka pelajari, dan membenarkan gagasan mereka
sesuai apa yang diyakini. Lingkungan pembelajaran melalui pendekatan problem
solving memberikan kesempatan bagi peserta didik menyajikan berbagai solusi, berbagi
kepada kelompok atau kelas dan belajar matematika melalui interaksi sosial, bernegosiasi,
untuk mencapai pemahaman bersama. Kegiatan seperti itu membantu peserta didik melakukan
klarifikasi gagasan dan mendapatkan perspektif konsep belajar yang berbeda.
Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) dapat berkontribusi secara
signifikan terhadap pendidikan matematika tidak hanya sebagai sebuah metode atau jalan untuk
mengembangkan pemikiran logis, akan tetapi problem solving juga dapat : (1) memberi
konteks pengetahuan matematika bagi peserta didik, (2) meningkatkan proses transfer
keterampilan pada situasi yang tidak rutin, (3) merupakam bentuk estetika dalam diri peserta
didik. dan (4) memberi tempat (ruang) kepada peserta didik untuk membuat gagasan sendiri
tentang matematika dan untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
Pendekatan problem solving merupkan tantangan bagi para guru, pada semua jenjang
sebagai upaya untuk mengembangkan proses pemikiran matematis dan pengetahuan
matematika peserta didik. Guru dituntut untuk menggunakan problem
solving dengan menyajikan masalah matematika tidak rutin dalam konteks pemecahan
masalah. Diharapkan penyajian masalah mengacu pada bentuk open ended. Berikut ini adalah
jenis-jenis masalah yang dihadapi peserta didik dan memerlukan problem solving dalam
menyelesaikannya.
Masalah kata, dimana konsepnya tertanam dalam situasi dunia nyata dan siswa diharuskan
untuk mengenali dan menerapkan algoritma / aturan yang sesuai. (mempersiapkan peserta
didik menghadapi tantangan hidup)
Masalah non rutin yang memerlukan tingkat interpretasi dan pengorganisasian informasi
yang lebih tinggi dalam masalah, bukan hanya pengenalan dan penerapan algoritma
(mendorong pengembangan pengetahuan umum dan akal sehat)
Masalah “nyata”, berkaitan dengan menyelidiki masalah yang nyata bagi siswa, tidak harus
memiliki solusi tetap, dan menggunakan matematika sebagai alat untuk menemukan solusi
(melibatkan murid dalam pelayanan kepada masyarakat).
11
3.2 Saran
Guru dapat menggunakan metode problem solving sebagai alternatif untuk
memperbaiki proses pembelajaran, karena melalui metode problem solvingini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa baik kognitif, afektif, dan psikomotor, khususnya pada
pelajaran matematika pada materi pokok persamaan linear dua variabel sederhana dalam
bentuk soal cerita. Agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi
pembelajaran model problem solving dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan
mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan dikembangkan,
dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan serta
keterampilan proses yang akan dikembangkan. Kepada kepala sekolah agar
mengkoordinasikan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arif, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Gulo, w. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. (2009). Dasar-daar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Zain, S. B. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
13