Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERPADU

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas kelompok Inovasi Pembelajaran
Matematika
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur kami ucapkan kehadirat


Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nyalah makalah ini dapat
kami selesaikan. Dan shalawat beriringan salam buat junjungan nabi besar kita,
nabi Muhammad SAW, karena atas perjuangan beliaulah yang telah mengenal
dan menghantarkan kepada kita akan kebenaran yang hakiki lewat risalah ilaihi
yang dibawahnya, buat kemaslahatan hidup kita di dunia dan di akhirat nantinya,
aamiin yaa robbal’alamin.

Ucapa terima kasih yang tak terhingga, kami ucapkan kepada Ibu Ria
Reski, M.Pd. selaku Dosen Pembina mata kuliah Inovasi Pembelajaran
Matematika pada kelas B, program studi Tadris Matematika di Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Palopo, semester genap T.A. 2018/2019. Salam dan do’a
kami, semoga Allah SWT senantiasa membalas semua amal dan kebaikan ibu,
dengan balasan kebaikan yang dilipat gandakan. Aamiin yaa robbal’alamin.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Inovasi Pembelajaran Matematika. Jika dalam penyusunan, pembuatan, ataupun
dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan atau kekeliruan, maka kami dari
Tim Penyusun (kelompok II) memohon maaf yang sebesar-besarnya, untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami perlukan demi
kesempurnaan makalah ini.

Palopo, 18 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Penulis ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Matematika ....................................... 3


B. Pengertian pembelajaran terpadu ..............................................
C. Pengertian pembelajaran matematika terpadu .......................... 5
D. Karakteristik pembelajaran terpadu .......................................... 9
E. Model pembelajaran terpadu ..................................................... 13
F. Strategi pembelajaran matematika terpadu ............................... 17
G. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran terpadu ....................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 19
B. Saran ........................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika sebagai mata pelajaran yang membekali siswanya untuk
memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif
serta mampu bekerja sama masih banyak kurang diminati oleh siswa. Dari
beberapa hasil pengamatan penulis selama menjadi guru matematika,
dijumpai masih banyaknya siswa yang takut, kurang senang dan menemui
kesulitan dalam menghadapi pelajaran matematika. Tidak jarang pula dari
siswa yang mengeluhkan bahwa matematika dianggapnya sebagi pelajaran
yang membosankan, menjenuhkan ataupun banyak sebutan lain yang bernilai
negatif.
Meskipun dalam proses belajar mengajar sudah tercakup adanya
komponen-komponen seperti model, strategi, pendekatan, metode, dan tehnik
yang dikembangkan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar serta
untuk mencapai tujuan utama pembelajaran yaitu adanya keberhasilan siswa
dalam belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran
maupun pendidikan pada umumnya , namun semua itu belum cukup untuk
menghilangkan kesan negatif yang sudah melekat pada siswa.
Kegiatan pembelajaran disekolah menunjukkan bahwa banyak model
pembelajaran dikembangkan, namun masih jarang digunakan dalam proses
pembelajaran. Adanya kecenderungan untuk melaksanakan pembelajaran
yang berpusat pada guru (teacher centred) masih lebih dominan dilakukan
daripada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Hal ini
disebabkan adanya perasaan ribet atau terlalu banyak hal yang harus
dipersiapkan ataupun kurangnya pengetahuan guru tentang model-model
pembelajaran yang tepat untuk digunakan. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang optimal yang harus diingat oleh guru adalah tidak ada
model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi . Oleh
karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah

1
2

memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang


tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang
memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik
(Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari
teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pembelajaran Matematika ?
2. Pengertian pembelajaran terpadu?
3. Pengertian pembelajaran matematika terpadu?
4. Apa saja karakteristik pembelajaran terpadu ?
5. Model pembelajaran terpadu?
6. Bagaimana Strategi pembelajaran matematika terpadu?
7. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran terpadu?
8. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pembelajaran Matematika.
2. Untuk mengetahui apa itu pembelajaran terpadu.
3. Mengetahui tentang pembelajaran matematika terpadu.
4. Mengetahui karakteristik pembelajaran terpadu.
5. Mengetahui model pembelajaran terpadu.
6. Mengetahui strategi yang digunakan dalam pembelajaran matematika
terpadu.
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran terpadu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin mathematika, awalnya diambil dari
bahasa Yunani mathematike yang artinya mempelajari. Mathematika berasal
dari kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,science).
Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama,
yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Berdasarkan
asal katanya, matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan
berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi.
Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan
dengan ide, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980: 148).
Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban
manusia. Ini berarti matematika berkembang sejalan dengan kemajuan
peradaban manusia. Kemajuan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kemajuan
penerapan matematika oleh kelompok manusia itu sendiri. Dengan kata lain,
suatu bangsa yang menguasai matematika dengan baik akan mampu bersaing
dengan bangsa lain.
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola
pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu
hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran
matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui
pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari
sekumpulan objek (abstraksi). Siswa diberi pengalaman menggunakan
matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi
misalnya melalui persamaan-persamaan, atau table-tabel dalam model-model
matematika yang merupakan penyederhanaan soal-soal cerita atau soal-soal
uraian matematika lainnya.
NCTM (National Coucil of Teachers of Mathematics)
merekomendasikan 4 (empat) prinsip pembelajaran matematika, yaitu :

3
4

a. Matematika sebagai pemecahan masalah.


b. Matematika sebagai penalaran.
c. Matematika sebagai komunikasi, dan
d. Matematika sebagai hubungan

Dalam kenyataanya, dapat dikatakan bahwa matematika memiliki


peranan besar sebagai alat latihan otak agar dapat berpikir logis, analitis, dan
sistematis sehingga mampu membawa seseorang, masyarakat, atau pun
bangsa menuju keberhasilan. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran
matematika adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru
dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang
akan menjadi kebiasaan siswa yang bersangkutan. Dalam arti sempit, proses
pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan
sekolah, seperti guru, sumber atau fasilitas, dan teman-teman siswa.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


matematika merupakan proses komunikasi fungsional antara siswa dengan
guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir
agar siswa memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan matematis
yang bertujuan mempersiapkan siswa menghadapi perubahan yang selalu
berkembang.1

Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk


berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Dalam pembelajaran
matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman siswa sebelumnya
dengan konsep yang akan diajarkan. Dalam matematika setiap konsep
berkaitan dengan konsep yang lain. Oleh karena itu, siswa harus lebih banyak
diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses yang
dirancang untuk memperoleh pengetahuan tentang matematika sehingga
pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam kehidupan. Pembelajaran

1
Fatrima Santri Syafri, PEMBELAJARAN MATEMATIKA; Pendidikan Guru SD/MI, 1st ed.
(Yogyakarta: Matematika, 2016).
5

matematika bertujuan agar seseorang dapat berpikir secara logis dan


sistematis dalam memecahkan suatu masalah.

B. Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu dalam bahasa Inggris adalah integrated teaching
and learning atau integrated curriculum approach. Konsep pembelajaran
terpadu digagas oleh John Dewey, menurut Dewey pembelajaran terpadu
sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan
peserta didik dan kemampuan pengetahuannya (Saud, dkk 2006:4).
Dijelaskan lebih lanjut oleh Dewey bahwa pembelajaran terpadu adalah
pendekatan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
pembentukan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan dan
pengalaman dalam kehidupannya.
Beane (1995:615) menjelaskan pembelajaran terpadu merupakan
pembelajaran yang memadukan beberapa pokok bahasan. Keterpaduan dalam
pembelajaran tersebut dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
materi belajar, dan aspek kegiatan pembelajaran. Sementara itu Jacobs
sebagaimana dikutip Saud dkk (2006:5) menjelaskan pembelajaran terpadu
adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran sebagai suatu proses untuk
mengaitkan dan mempadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau
antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan peserta , kebutuhan
dan minat peserta , serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Dikatakan
bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, peserta didik akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami
(Hernawan dan Resmini, 2005:1.5).
Pembelajaran terpadu menurut Joni (1996:3) adalah suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara individual
maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta
prinsip keilmuan yang secara holistik, bermakna dan otentik. Sukayati
6

(2004:2) menjelaskan pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan


dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik
dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. 2
Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi
bermakna bagi peserta didik. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada
pembelajaran terpadu peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang
menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
pelajaran.
Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu
pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasa lain,
konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan
atau direncpesertaan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan
beragam pengalaman belajar peserta, maka pembelajaran menjadi lebih
bermakna (Hadisubroto dalam Trianto, 2011:56).
Hal senada dengan penjelasan di atas dipaparkan oleh Sukandi dkk
(Trianto, 2011:56) bahwa pembelajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan
sebagai kegitan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran
dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi
pelajaran yang disajikan tiap pertemuan.
Menurut Trianto (2011:57) pembelajaran terpadu adalah pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan
pengalaman bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna karena
dalam pembelajaran terpadu, peserta didik akan memahami konsep-konsep
yang dipelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang mereka pahami.
Dalam pemaknaan lainnya pembelajaran terpadu adalah pendekatan
holistik (a holistic approach) yang mengkombinasikan aspek epistemologi,

2
Dr. Rusydi Ananda, M.Pd Dr. Abdillah, M.Pd, Pembelajaran Terpadu (Karakteristik, Landasan,
Fungsi, Prinsip Dan Model) (Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), 2018).
7

sosial, psikologi dan pendekatan pedagogi untuk pendidikan peserta yaitu


menghubungkan antara otak dan raga, antara pribadi dan pribadi, antara
individu dan komunitas, dan domain-domain pengetahuan (Saud, dkk
2006:5).

Berdasarkan pemaparan di atas dapatlah dipahami bahwa pembelajaran


terpadu merupakan pendekatan dalam pembelajaran dengan
mengintegrasikan beberapa materi ajar dan atau beberapa mata pelajaran yang
terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna kepada peserta didik. Dalam makna pengertian pembelajaran
terpadu tersebut dapat dilihat sebagai:

1. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata


pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam
rentang kemampuan dan perkembangan peserta didik.
2. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta
didik secara serempak (simultan).
3. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata
pelajaran yang berbeda, dengan harapan peserta didik akan belajar dengan
lebih baik dan bermakna.
C. Pembelajaran matematika terpadu

Secara singkat dapat dirumuskan bahwa pada hakekatnya pembelajaran


matematika terpadu adalah upaya memadukan berbagai materi belajar yang
berkaitan,dalam satu disiplin ilmu maupun antar disiplin ilmu dengan
kehidupan nyata,sehingga proses belajar anak menjadi sesuatu yang bermakna
dan menyenangkan anak. Ada dua hal pokok yang menjadi acuan yakni:

1) keterkaitan materi belajar anak disiplin ilmu yang relevan dengan


diikat/disatukan melalui tema pokok dan
2) Keterhubungan tema pokok tersebut dengan kehidupan dan kebutuhan
nyata para siswa.3

3
Nina Sutresna
8

Matematika adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara berfikir dan


mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Pada
matematika diletakkan dasar bagaimana mengembangkan cara berfikir dan
bertindak melalui aturan yang disebut dalil (dapat dibuktikan) dan aksioma
(tanpa pembuktian). Selanjutnya dasar tersebut dianut dan digunakan oleh
bidang studi atau ilmu lain.

Pengembangan konsep dalam materi-materi matematika sebagianya


dibatasi oleh topik yang sedang dibahas saja, melainkan dikaitkan pula dengan
topik-topik yang relevan, bahkan dengan bidang studi lain jika memungkinkan
secara terpadu. Pembelajaran matematika terpadu menfokuskan pada
pendekatan pembelajaran antar topik bahkan jika memungkinkan antar
disiplin. Konsep pembelajaran matematika terpadu mempertimbangkan siswa
sebagai pembelajaran dan proses yang melibatkan pengembangan berpikir dan
belajar. Karena secara umum, para siswa sulit untuk berpikir secara parsial
tentang apa yang mereka pelajari, tetapi mereka cenderung memandang ‘dunia
sekitar’ secara holistik.

Pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan sebuah pemahaman


siswa yang komprehensif dan holistik (lintas topik bahkan lintas bidang studi
jika memungkinkan) tentang materi yang telah disajikan. Pemahaman siswa
yang dimaksud tidak sekedar memenuhi tuntutan tujuan pembelajaran
matematika secara substantif saja, namun diharapkan pula muncul ‘efek
iringan’ dari pembelajaran matematika tersebut. Efek iringan yang dimaksud
antara lain adalah :

a. Lebih memahami keterkaitan antara satu topik matematika dengan topik


matematika yang lain.
b. Lebih menyadari akan penting dan strategisnya matematika bagi bidang
lain.
c. Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan manusia.
d. Lebih mampu berfikir logis, kritis, dan sistematis.
e. Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan sebuah
masalah.
9

f. Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.

` Ketercapaian dua sasaran pembelajaran matematika secara substansif dan


efek iringannya akan tercapai manakala siswa diberi kesempatan yang seluas-
luasnya untuk belajar matematika (doing math) secara komprehensif dan
holistik. Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar matematika
kegiatan pengajaran perlu “diubah” menjadi kegiatan pembelajaran. Teknik
mengajar yang baik harus diganti dengan teknik belajar yang baik. Titik berat
pemberian materi pelajaran harus digeser menjadi pemberian kemampuan
yang relevan dengan kebutuhan siswa untuk belajar.

Belajar matematika tidak sekedar learning to know, melainkan harus


ditingkatkan meliputi learning to do, learning to be, hingga learning to live
together. Oleh karena itu, filosofi pengajaran matematika perlu dipengaruhi
menjadi pembelajaran matematika.

Kendati pun antara kata pengajaran dengan pembelajaran bermakna


hampir sama, namun esensinya relatif berbeda. Bila dengan pembelajaran
matematika, guru lebih banyak menyampaikan sejumlah ide atau gagasan-
gagasan matematika. Sementara dalam pembelajaran matematika siswa
mendapat porsi lebih banyak dibandingkan dengan guru, bahkan mereka
‘harus’ dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Bila dalam konteks
pengajaran, siswa bertindak pasif sementara guru lebih aktif. Sedangkan
dalam pembelajaran, siswa berperan lebih aktif sebagai pembelajar dan fungsi
guru lebih pada sebagai fasilitatordan dinamisator.4

D. Karakteristik pembelajaran terpadu


Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik
tersendiri, dalam hal ini Sukayati (2004:3) menjelaskan karakteristik
pembelajaran terpadu sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada peserta
Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada
peserta, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu
4
“AYO KITA BELAJAR: Pembelajaran Matematika Terpadu,” accessed March 19, 2019,
http://mocimymoci.blogspot.com/2015/05/pembelajaran-matematika-terpadu.html.
10

sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada peserta didik,


baik secara individu maupun kelompok. Peserta didik dapat aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu
pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam
aspek yang membentuk semacam jalinan antar skemata yang dimiliki
peserta didik, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi
yang dipelajari peserta didik. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep
yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang
dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.
Hal ini diharapkan akan berakibat pada kemampuan peserta didik untuk
dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah
yang nyata dalam kehidupannya.
3. Belajar melalui pengalaman langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan peserta didik
secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan
memungkinkan peserta didik belajar dengan melakukan kegiatan secara
langsung. Sehingga peserta didik akan memahami hasil belajarnya sesuai
dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi
dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan
katalisator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan peserta didik sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk
mengembangkan pengetahuannya.
4. Lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata.
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry
(penemuan terbimbing) yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam
proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai
proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilakspeserta an dengan melihat
hasrat, minat, dan kemampuan peserta didik, sehinggamemungkinkan
peserta didik termotivasi untuk belajar terus menerus.
5. Sarat dengan muatan keterkaitan.
11

Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan


pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga
memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena
pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat
peserta didik lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi
kejadian yang ada.
Karakteristik pembelajaran terpadu menurut Hernawan dan Resmini
(2005:1.7) adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran terpadu berpusat pada peserta didik (student centered). Hal
ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Peran guru lebih
banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan
kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada
peserta didik (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini,
peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar
untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Dalam pembelajaran terpadu pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Bahkan dalam pelaksanaan di kelaskelas khususnya di kelas
awal sekolah dasar yaitu kelas satu, dua dan tiga, fokus pembelajaran
diarahkan kepada pembahasan tematema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan peserta didik.
4. Pembelajaran terpadu menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta
didik dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainnya, bahkan dengan kehidupan peserta didik dan keadaan
lingkungan di mana sekolah dan peserta didik berada.
12

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan


peserta didik. Dengan demikian, peserta didik diberi kesempatan untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya secara maksimal.
Sementara itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (1996:3) menjelaskan karakteristik pembelajaran terpadu adalah
sebagai berikut:
1. Holistik Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian
sekaligus dan tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran
terpadu memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena
dari segala aspek sisi. Hal ini pada gilirannya nanti akan membuat peserta
didik menjadi lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi
kejadian yang ada di depan peserta didik.
2. Bermakna Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti
yang sehingga memungkinkan terbentuknya jalinan antar konsep-konsep
yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada
kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Rujukan yang nyata dari segala
konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya
akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari, selanjutnya hal ini
akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Peserta didik mampu
menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah
yang muncul di dalam kehidupannya.
3. Otentik.
Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta memahami secara langsung
prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinta melalui kegiatan belajar secara
langsung. Peserta didik memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan
sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh
sifatnya menjadi lebih otentik. Guru lebih banyak bersifat sebagai
fasilitator dan katalisator, sedangkan peserta didik bertindak sebagai aktor
pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah
mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk
mencapai tujuan tersebut.
13

4. Aktif. Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan peserta dalam


pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional
guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan
hasrat, minat dan kemampuan peserta didik sehingga peserta didik
termotivasi untuk terus menerus belajar. Dengan demikian pembelajaran
terpadu bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivitas dari masing-
masing mata pelajaran yang saling terkait. Pembelajaran terpadu dapat saja
dikembangkan dari suatu tema yang disepekati bersama dengan melirik
aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama-sama melalui
pengembangan tema tersebut. 5
E. Model pembelajaran terpadu
Indonesia memilih tiga model untuk dikembangkan (Permendiknas Nomor
57 Tahun 2014 Lampiran III) yaitu model jaring laba-laba (spider webbed)-
selanjutnya disebut jaring, model terhubung(connected), dan model terpadu
(integrated).
a. Model jaring laba-laba (spiderwebbed) ini pengembangannya dimulai
dengan menentukan tema. Setelah tema disepakati, jika dirasa perlu, maka
dikembangkan menjadi subtema dengan tetap memperlihatkan keterkaitan
antar mata pelajaran lain.Setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas
pembelajaran yang mendukung. Dalam prosesnya, jika perencanaan
tematik ini ada KD yang tidak terakomodasi oleh tema manapun, maka ada
cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan dua tipe, yaitu
tematik hanya berisi satu mata pelajaran, dan tematik yang berpusat pada
materi tertentu dalam satu pelajaran.
Keunggulan model jaring laba-laba antara lain faktor motivasi
berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat
peserta didik. Mereka dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan dan
ide yang berbeda dapat saling berhubungan dan memiliki hubungan untuk
lintas semester.
Kelemahan model ini kecenderungan untuk mengambil tema sangat
dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi peserta didik selain itu seringkali

5
Pembelajaran Terpadu (Karakteristik, Landasan, Fungsi, Prinsip Dan Model).
14

guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep sering terabaikan.
Perlu ada keseimbangan antara kegiatan dan materi pelajaran. Teknik ini
hanya digunakan bagi KD yang tidak dapat masuk tema dan perlu waktu
khusus dalam membelajarkannya.
Langkah-langkah pembelajaran yang dapat diterapkan dengan
menggunakan model jaring laba-laba (webbed ) :
1. Menentukan tema (bisa diperoleh dari hasil diskusi antar guru, diskusi
dengan peserta didik atau berdasarkan ketetapan sekolah atau ketentuan
yang lain). Tema ditulis di bagian tengah jaring.
2. Menentukan tujuan/kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang
dapat dicapai melalui tema yang dipilih. Misalnya, apabila tema cuaca
yang dipilih, maka guru perlu memikirkan apa yang dapat membantu
peserta didik dalam tema tersebut untuk memahami konsep-konsep yang
ada. Kompetensi Dasar ini bisa diletakkan/ditulis di jaring-jaring tema
sesuai mata pelajaran yang ditentukan.
3. Memilih kegiatan awal untuk memperkenalkan tema secara keseluruhan.
Hal ini dilakukan agar peserta didik memiliki pengetahuan awal yang akan
meningkatkan rasa ingin tahu mereka sehingga peserta didik terdorong
untuk mengajukan banyak pertanyaan terhadap materi yang sedang
dibahas. Kegiatan awal yang dapat dilakukan, misalnya guru membacakan
buku tentang cuaca atau mengajak peserta didik untuk menonton film
tentang cuaca.
4. Mendesain pembelajaran dan kegiatan yang dapat mengkaitkan tema
dengan kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang ingin
dicapai. Contoh kegiatan seperti peserta didik ditugaskan untuk mengamati
cuaca selama satu minggu, setiap hari peserta didik mengambil gambar
yang sudah disiapkan sesuai dengan keadaan cuaca misalnya cuaca
mendung, cerah atau berawan. Setelah satu minggu berjalan, peserta didik
menghitungnya dan mengambil kesimpulan tentang cuaca dari data yang
ada.
15

5. Menghubungkan semua kegiatan yang telah dilakukan agar peserta didik


dapat melihat dari berbagai aspek sehingga memperoleh pemahaman yang
baik.
Kegiatan yang dapat dilakukan misalnya, mendatangkan nara sumber
untuk memberi informasi tentang cuaca atau melihat papan pajangan hasil
pekerjaan peserta didik untuk dibahas bersama. Di bawah ini disajikan contoh
pajangan hasil karya peserta didik pada tema cuaca.
b. Model terhubung (connected) merupakan alternatif jika dalam
mengimplementasikan model jaring laba-laba, guru mengalami kesulitan
untuk mengintegrasikan beberapa mata pelajaran pada tema yang telah
ditentukan. Model ini mengkoneksikan beberapa konsep, beberapa
keterampilan, beberapa sikap, atau bahkan gabungan seperti keterampilan
dengan sikap atau keterampilan dengan konsep yang terdapat pada mata
pelajaran tertentu.
Sebagai contoh, ketika guru akan membelajarkan pecahan, guru dapat
mengkoneksikan sikap adil yang dikaitkan dengan makna pecahan sebagai
bagian dari suatu keseluruhan dan keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian
yang sama, dan juga dikaitkan dengan keterampilan mengerjakan operasi
hitung pada pecahan. Pecahan juga berkaitan dengan decimal, persen, dan
jual beli. Ketika menjelaskan pengertian pecahan, guru dapat
mengkoneksikan konsep pecahan dengan bangun-bangun geometri.
Guru sengaja menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu
topic dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keterampilan yang
lain, atau tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan
pada hari berikutnya,bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester
berikutnya dalam satu bidang studi,keterhubungan ini dapat dilihat pada
gambar/diagram di bawah ini di mana koneksi dilakukan hanya dalam satu
mata pelajaran saja yaitu pada mata pelajaran matematika.
Keunggulan model ini antara lain peserta didik dapat memperoleh
gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan peserta
didik diberi kesempatan melakukan pendalaman, peninjauan, perbaikan dan
penyerapan (asimilasi) gagasan secara bertahap. Kelemahan model ini adalah
16

kurang mendorong guru untuk menghubungkan konsep yang terkait dari


berbagai mata pelajaran yang ada karena terfokus pada keterkaitan konsep
yang ada pada mata pelajaran tertentu, sehingga pembelajaran secara
menyeluruh.
Langkah-langkah pembelajaran dengan Model Terhubung adalah
1. Menentukan tema atau topik yang akan dibahas dalam satu mata
pelajaran, misalnya bilangan dalam mata pelajaran matematika.
2. Menentukan pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang akan
dikoneksikan. Pemilihan kompetensi yang akan dikoneksikan yang benar-
benar dapat dalam mata pelajaran tersebut.
c. Model terpadu (Integrated) menggunakan pendekatan antar mata pelajaran.
Model ini memandang kurikulum sebagai kaleidoskop bahwa interdisiplin
topic disusun meliputi konsep-konsep yang tumpang tindih dan desain-
desain dan pola-pola yang muncul. Pendekatan keterpaduan antar topik
memadukan konsep-konsep dalam matematika, sain, bahasa dan seni serta
penngetahuan sosial.
Model ini dilaksanakan dengan menggabungkan mapel
(interdisipliner), menetapkan prioritas materi pelajaran, keterampilan,
konsep dan sikap yang saling berkaitan di dalam beberapa mata pelajaran.
Untuk membuat tema, guru harus menyeleksi terlebih dahulu konsep dari
beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam satu tema untuk
memayungi beberapa mata pelajaran, dalam satu paket pembelajaran
bertema.
Penerapan model ini , harus dapat memadukan semua aspek pembelajaran
bahasa sehingga ketrampilan membaca, menulis, mendengar, dan berbicara
dikembangkan dengan rencana yang bulat utuh. Keunggulan model ini adalah
peserta didik merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbal
balik antar berbagai disiplin ilmu, memperluas wawasan dan apresiasi guru,
jika dapat diterapkan dengan baik maka dapat dijadikan model pembelajaran
yang ideal di lingkungan sekolah melalui “integrated day”. Kelemahan model
ini adalah sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan
yang lainnya, sulit mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait, dan
17

membutuhkan kerjasama yang bagus antar tim pengajar mata pelajaran terkait
tema dengan perencanaan dan alokasi waktu mengajar yang tepat. Model ini
digunakan pada saat guru akan menyatukan beberapa kompetensi yang
terlihat serupa dari berbagai mata pelajaran. Tema akan ditemukan kemudian
setelah seluruh kompetensi dasar diintegrasikan.
F. Strategi Pembelajaran Matematika Terpadu
Mengajarkan ilmu pengetahuan, termasuk metematika mempunyai cara-
cara yang sifatnya umum dan khusus. Keduanya harus mencakup hakikat
pemahaman kognitif, afektif dan psikomotor. Di samping itu, tidak kalah
pentingnya bagaimana mengkomunikasikan ide atau gagasan yang dikandung
oleh ilmu pengetahuan tersebut kepada orang lain. Karena pada dasarnya,
pembelajaran adalah proses menjadikan orang lain paham dan mampu
menyebarluaskan apa yang dipahaminya tersebut. Sebuah strategi
pembelajaran, apapun materinya atau bidangnya, harus menekankan pada tiga
aspek penting, yaitu :
a. Aspek kemampuan khusus
b. Aspek wawasan dan kemampuan umum
c. Aspek kemampuan berkomunikasi.
Demikian pula dalam pembelajaran matematika, strategi pembelajaran
yang digunakan harus mencakup 3 hal tersebut di atas. Seorang siswa yang
memepelajari matematika tidak saja harus menguasai materi matematika,
tetapi mereka harus terlebih dahulu menguasai materi prasyarat bagi materi
yang akan dan sedang dipelajarinya. Mereka pun harus pula memahami
keterkaitan materi ajar tersebut dengan topik matematika lain. Bahkan, jika
memungkinkan, mereka pun dirangsang untuk mengaitkan materi matematika
yang sedang dipelajarinya dengan bidang lain, seperti dengan bidang IPA,
dengan teknologi, dan dengan bidang-bidang lainnya.
Sebagai konsekuensinya seorang guru matematika tidak saja harus
menguasai materi ajar, melainkan juga harus menguasai metode dan
pendekatan pembelajaran yang terintegrasi dan komprehensif.
Dalam pembelajaran matematika, seorang guru seyogianya tidak
menyekat secara ekstrim pelajaran matematika sebagai penyajian materi-
18

materi matematika belaka. Topik-topik dalam matematika sebaiknya tidak


disajikan sebagai materi secara parsial, tetapi harus dikaitkan antara satu topik
dengan topik lainnya, bahkan dengan bidang lain. Matematika harus disajikan
dan diperkenalkan ke dalam kehidupan kita. Menyajikan matematika hanya
sebagai kumpulan fakta-fakta saja sehingga tidak akan menumbuhkan
kebermaknaan dan hakikat matematika sebagai pelayan bagi ilmu lain.
Mengajarkan matematika sekedar sebagai sebuah penyajian tentang fakta-
fakta hanya akan membawa sekelompok orang menjadi penghafal yang baik,
tidak cerdas melihat hubungan sebab akibat, dan tidak pandai memecahkan
masalah. Padahal dalam menghadapi perubahan masa depan yang cepat,
bukan pengetahuan saja yang diperluaan, tetapi kemampuan mengakaji dan
berpikir (bernalar) secara logis, kritis, dan sistematis.
Sebagai contoh pembelajaran matematika dapat dikaitkan dengan bidang
mata pelajaran lain, misalkan dengan bidang studi IPA (Ilmu Pengetahuan
Alam) . Dalam kemasan kue biasanya produsen mencantumkan kandungan
yang ada dalam kue yang diproduksinya. Dengan informasi ini siawa dapat
diajak untuk belajar IPA, dengan memilah bahan baku atau kandungan dalam
kue, mana yang termasuk protein, karbohidrat, vitamin dan lain-lain. Maka
siswa akan mengetahui berapa jumlah kandungan gizi dari kue tersebut,
sehingga dapat dikembangkan ke dalam materi tentang prosentasi,
pertidaksamaan, perbandingan dan sebagainya.
Sebagai konsekuensi dari penting dan strategisnya matematika, maka
pembelajaran matematika harus terintegrasi dan komprehensif, sehingga
seorang guru matematika harus:
1. Mempunyai komitmen yang tinggi untuk mengajar (menyajikan
pembelajaran ) secara komprehensif dengan metode dan pendekatan yang
tepat dan proporsional.
2. Senantiasa berusaha menambah pengetahuan dan ketrampilan untuk
mengimbangi perubahan dan dinamika ilmu pengetahuan yang terjadi,
khususnya kaitan antar topik dalam matematika dan pemanfaatan
matematika oleh bidang lain.
19

3. Berusaha melakukan penelitian (khususnya penelitian kelas) untuk


mengidentifikasi kelemahan dalam kegiatan pembelajaran matematika
yang dilakukan dan selanjutnya mencari alternatif solusi yang mungkin
untuk perbaikan pembelajaran di masa datang.
G. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran terpadu
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dirancang
untuk memperoleh pengetahuan tentang matematika sehingga
pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
Pembelajaran matematika bertujuan agar seseorang dapat berpikir
secara logis dan sistematis dalam memecahkan suatu masalah.
2. Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan dalam pembelajaran
dengan mengintegrasikan beberapa materi ajar dan atau beberapa mata
pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman
belajar yang bermakna kepada peserta didik.
3. Pembelajaran matematika terpadu
Pembelajaran matematika terpadu lebih menfokuskan pada
pendekatan pembelajaran antar topik bahkan jika memungkinkan antar
disiplin.
Konsep pembelajaran matematika terpadu mempertimbangkan
siswa sebagai pembelajaran dan proses yang melibatkan
pengembangan berpikir dan belajar.
4. Karakteristik pembelajaran terpadu
Karakteristik pembelajaran terpadu yaitu :
a. Berpusat pada peserta didik
b. Pemberi pengalaman langsung kepada peserta didik
c. Pemisah mata pelajaran tidak begitu jelas
d. Penyajian konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran.
5. Model pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu ada 3 yaitu :
a. Model terhubung (connected)
b. Model jaring laba-laba (webbed)

20
c. Model keterpaduan (integrated)
6. Strategi pembelajaran matematika terpadu
Sebuah strategi pembelajaran, apapun materinya atau bidangnya, harus
menekankan pada tiga aspek penting, yaitu :
a. Aspek kemampuan khusus
b. Aspek wawasan dan kemampuan umum
c. Aspek kemampuan berkomunikasi.
7. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran terpadu
a. Kelebihan
b. Kekurangan
B. Saran
Masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin
kompleks. Untuk itu para pendidik diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan
mengembangkan model-model pembelajaran, agar dapat menunjang
terciptanya proses belajar mengajar di kelas yang lebih menyenangkan
bagi peserta didik.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

“AYO KITA BELAJAR: Pembelajaran Matematika Terpadu.” Accessed March


19, 2019. http://mocimymoci.blogspot.com/2015/05/pembelajaran-
matematika-terpadu.html.
Dr. Rusydi Ananda, M.Pd Dr. Abdillah, M.Pd. Pembelajaran Terpadu
(Karakteristik, Landasan, Fungsi, Prinsip Dan Model). Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), 2018.
Sutresna, Nina. “BELAJAR GERAK DAN MATEMATIKA DASAR MELALUI
PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SEKOLAH DASAR |
Sutresna | Jurnal Cakrawala Pendidikan.” Accessed March 12, 2019.
https://doi.org/10.21831/cp.v2i2.4831.
Syafri, Fatrima Santri. PEMBELAJARAN MATEMATIKA; Pendidikan Guru
SD/MI. 1st ed. Yogyakarta: Matematika, 2016.

23

Anda mungkin juga menyukai