Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas kelompok Inovasi Pembelajaran
Matematika
KATA PENGANTAR
Ucapa terima kasih yang tak terhingga, kami ucapkan kepada Ibu Ria
Reski, M.Pd. selaku Dosen Pembina mata kuliah Inovasi Pembelajaran
Matematika pada kelas B, program studi Tadris Matematika di Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Palopo, semester genap T.A. 2018/2019. Salam dan do’a
kami, semoga Allah SWT senantiasa membalas semua amal dan kebaikan ibu,
dengan balasan kebaikan yang dilipat gandakan. Aamiin yaa robbal’alamin.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Inovasi Pembelajaran Matematika. Jika dalam penyusunan, pembuatan, ataupun
dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan atau kekeliruan, maka kami dari
Tim Penyusun (kelompok II) memohon maaf yang sebesar-besarnya, untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami perlukan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 19
B. Saran ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika sebagai mata pelajaran yang membekali siswanya untuk
memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif
serta mampu bekerja sama masih banyak kurang diminati oleh siswa. Dari
beberapa hasil pengamatan penulis selama menjadi guru matematika,
dijumpai masih banyaknya siswa yang takut, kurang senang dan menemui
kesulitan dalam menghadapi pelajaran matematika. Tidak jarang pula dari
siswa yang mengeluhkan bahwa matematika dianggapnya sebagi pelajaran
yang membosankan, menjenuhkan ataupun banyak sebutan lain yang bernilai
negatif.
Meskipun dalam proses belajar mengajar sudah tercakup adanya
komponen-komponen seperti model, strategi, pendekatan, metode, dan tehnik
yang dikembangkan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar serta
untuk mencapai tujuan utama pembelajaran yaitu adanya keberhasilan siswa
dalam belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran
maupun pendidikan pada umumnya , namun semua itu belum cukup untuk
menghilangkan kesan negatif yang sudah melekat pada siswa.
Kegiatan pembelajaran disekolah menunjukkan bahwa banyak model
pembelajaran dikembangkan, namun masih jarang digunakan dalam proses
pembelajaran. Adanya kecenderungan untuk melaksanakan pembelajaran
yang berpusat pada guru (teacher centred) masih lebih dominan dilakukan
daripada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Hal ini
disebabkan adanya perasaan ribet atau terlalu banyak hal yang harus
dipersiapkan ataupun kurangnya pengetahuan guru tentang model-model
pembelajaran yang tepat untuk digunakan. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang optimal yang harus diingat oleh guru adalah tidak ada
model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi . Oleh
karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah
1
2
A. Pembelajaran Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin mathematika, awalnya diambil dari
bahasa Yunani mathematike yang artinya mempelajari. Mathematika berasal
dari kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,science).
Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama,
yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Berdasarkan
asal katanya, matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan
berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi.
Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan
dengan ide, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980: 148).
Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban
manusia. Ini berarti matematika berkembang sejalan dengan kemajuan
peradaban manusia. Kemajuan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kemajuan
penerapan matematika oleh kelompok manusia itu sendiri. Dengan kata lain,
suatu bangsa yang menguasai matematika dengan baik akan mampu bersaing
dengan bangsa lain.
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola
pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu
hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran
matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui
pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari
sekumpulan objek (abstraksi). Siswa diberi pengalaman menggunakan
matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi
misalnya melalui persamaan-persamaan, atau table-tabel dalam model-model
matematika yang merupakan penyederhanaan soal-soal cerita atau soal-soal
uraian matematika lainnya.
NCTM (National Coucil of Teachers of Mathematics)
merekomendasikan 4 (empat) prinsip pembelajaran matematika, yaitu :
3
4
1
Fatrima Santri Syafri, PEMBELAJARAN MATEMATIKA; Pendidikan Guru SD/MI, 1st ed.
(Yogyakarta: Matematika, 2016).
5
B. Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu dalam bahasa Inggris adalah integrated teaching
and learning atau integrated curriculum approach. Konsep pembelajaran
terpadu digagas oleh John Dewey, menurut Dewey pembelajaran terpadu
sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan
peserta didik dan kemampuan pengetahuannya (Saud, dkk 2006:4).
Dijelaskan lebih lanjut oleh Dewey bahwa pembelajaran terpadu adalah
pendekatan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
pembentukan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan dan
pengalaman dalam kehidupannya.
Beane (1995:615) menjelaskan pembelajaran terpadu merupakan
pembelajaran yang memadukan beberapa pokok bahasan. Keterpaduan dalam
pembelajaran tersebut dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
materi belajar, dan aspek kegiatan pembelajaran. Sementara itu Jacobs
sebagaimana dikutip Saud dkk (2006:5) menjelaskan pembelajaran terpadu
adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran sebagai suatu proses untuk
mengaitkan dan mempadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau
antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan peserta , kebutuhan
dan minat peserta , serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Dikatakan
bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, peserta didik akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami
(Hernawan dan Resmini, 2005:1.5).
Pembelajaran terpadu menurut Joni (1996:3) adalah suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara individual
maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta
prinsip keilmuan yang secara holistik, bermakna dan otentik. Sukayati
6
2
Dr. Rusydi Ananda, M.Pd Dr. Abdillah, M.Pd, Pembelajaran Terpadu (Karakteristik, Landasan,
Fungsi, Prinsip Dan Model) (Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), 2018).
7
3
Nina Sutresna
8
5
Pembelajaran Terpadu (Karakteristik, Landasan, Fungsi, Prinsip Dan Model).
14
guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep sering terabaikan.
Perlu ada keseimbangan antara kegiatan dan materi pelajaran. Teknik ini
hanya digunakan bagi KD yang tidak dapat masuk tema dan perlu waktu
khusus dalam membelajarkannya.
Langkah-langkah pembelajaran yang dapat diterapkan dengan
menggunakan model jaring laba-laba (webbed ) :
1. Menentukan tema (bisa diperoleh dari hasil diskusi antar guru, diskusi
dengan peserta didik atau berdasarkan ketetapan sekolah atau ketentuan
yang lain). Tema ditulis di bagian tengah jaring.
2. Menentukan tujuan/kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang
dapat dicapai melalui tema yang dipilih. Misalnya, apabila tema cuaca
yang dipilih, maka guru perlu memikirkan apa yang dapat membantu
peserta didik dalam tema tersebut untuk memahami konsep-konsep yang
ada. Kompetensi Dasar ini bisa diletakkan/ditulis di jaring-jaring tema
sesuai mata pelajaran yang ditentukan.
3. Memilih kegiatan awal untuk memperkenalkan tema secara keseluruhan.
Hal ini dilakukan agar peserta didik memiliki pengetahuan awal yang akan
meningkatkan rasa ingin tahu mereka sehingga peserta didik terdorong
untuk mengajukan banyak pertanyaan terhadap materi yang sedang
dibahas. Kegiatan awal yang dapat dilakukan, misalnya guru membacakan
buku tentang cuaca atau mengajak peserta didik untuk menonton film
tentang cuaca.
4. Mendesain pembelajaran dan kegiatan yang dapat mengkaitkan tema
dengan kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang ingin
dicapai. Contoh kegiatan seperti peserta didik ditugaskan untuk mengamati
cuaca selama satu minggu, setiap hari peserta didik mengambil gambar
yang sudah disiapkan sesuai dengan keadaan cuaca misalnya cuaca
mendung, cerah atau berawan. Setelah satu minggu berjalan, peserta didik
menghitungnya dan mengambil kesimpulan tentang cuaca dari data yang
ada.
15
membutuhkan kerjasama yang bagus antar tim pengajar mata pelajaran terkait
tema dengan perencanaan dan alokasi waktu mengajar yang tepat. Model ini
digunakan pada saat guru akan menyatukan beberapa kompetensi yang
terlihat serupa dari berbagai mata pelajaran. Tema akan ditemukan kemudian
setelah seluruh kompetensi dasar diintegrasikan.
F. Strategi Pembelajaran Matematika Terpadu
Mengajarkan ilmu pengetahuan, termasuk metematika mempunyai cara-
cara yang sifatnya umum dan khusus. Keduanya harus mencakup hakikat
pemahaman kognitif, afektif dan psikomotor. Di samping itu, tidak kalah
pentingnya bagaimana mengkomunikasikan ide atau gagasan yang dikandung
oleh ilmu pengetahuan tersebut kepada orang lain. Karena pada dasarnya,
pembelajaran adalah proses menjadikan orang lain paham dan mampu
menyebarluaskan apa yang dipahaminya tersebut. Sebuah strategi
pembelajaran, apapun materinya atau bidangnya, harus menekankan pada tiga
aspek penting, yaitu :
a. Aspek kemampuan khusus
b. Aspek wawasan dan kemampuan umum
c. Aspek kemampuan berkomunikasi.
Demikian pula dalam pembelajaran matematika, strategi pembelajaran
yang digunakan harus mencakup 3 hal tersebut di atas. Seorang siswa yang
memepelajari matematika tidak saja harus menguasai materi matematika,
tetapi mereka harus terlebih dahulu menguasai materi prasyarat bagi materi
yang akan dan sedang dipelajarinya. Mereka pun harus pula memahami
keterkaitan materi ajar tersebut dengan topik matematika lain. Bahkan, jika
memungkinkan, mereka pun dirangsang untuk mengaitkan materi matematika
yang sedang dipelajarinya dengan bidang lain, seperti dengan bidang IPA,
dengan teknologi, dan dengan bidang-bidang lainnya.
Sebagai konsekuensinya seorang guru matematika tidak saja harus
menguasai materi ajar, melainkan juga harus menguasai metode dan
pendekatan pembelajaran yang terintegrasi dan komprehensif.
Dalam pembelajaran matematika, seorang guru seyogianya tidak
menyekat secara ekstrim pelajaran matematika sebagai penyajian materi-
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dirancang
untuk memperoleh pengetahuan tentang matematika sehingga
pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
Pembelajaran matematika bertujuan agar seseorang dapat berpikir
secara logis dan sistematis dalam memecahkan suatu masalah.
2. Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan dalam pembelajaran
dengan mengintegrasikan beberapa materi ajar dan atau beberapa mata
pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman
belajar yang bermakna kepada peserta didik.
3. Pembelajaran matematika terpadu
Pembelajaran matematika terpadu lebih menfokuskan pada
pendekatan pembelajaran antar topik bahkan jika memungkinkan antar
disiplin.
Konsep pembelajaran matematika terpadu mempertimbangkan
siswa sebagai pembelajaran dan proses yang melibatkan
pengembangan berpikir dan belajar.
4. Karakteristik pembelajaran terpadu
Karakteristik pembelajaran terpadu yaitu :
a. Berpusat pada peserta didik
b. Pemberi pengalaman langsung kepada peserta didik
c. Pemisah mata pelajaran tidak begitu jelas
d. Penyajian konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran.
5. Model pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu ada 3 yaitu :
a. Model terhubung (connected)
b. Model jaring laba-laba (webbed)
20
c. Model keterpaduan (integrated)
6. Strategi pembelajaran matematika terpadu
Sebuah strategi pembelajaran, apapun materinya atau bidangnya, harus
menekankan pada tiga aspek penting, yaitu :
a. Aspek kemampuan khusus
b. Aspek wawasan dan kemampuan umum
c. Aspek kemampuan berkomunikasi.
7. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran terpadu
a. Kelebihan
b. Kekurangan
B. Saran
Masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin
kompleks. Untuk itu para pendidik diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan
mengembangkan model-model pembelajaran, agar dapat menunjang
terciptanya proses belajar mengajar di kelas yang lebih menyenangkan
bagi peserta didik.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
23