Anda di halaman 1dari 25

ARTIKEL

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENENTUKAN HASIL AKAR


PANGKAT TIGA MELALUI MODEL RECIPROCAL TEACHING
KELAS V SDN PUTUT TAWULUH

Disusun Oleh:

SUSANTI ARIAI BERKAT MULAINI, S.Pd


NIP.19930419 201503 2 003

GURU SD NEGERI PUTUT TAWULUH

SEKOLAH DASAR NEGERI PUTUT TAWULUH


KECAMATAN KARUSEN JANANG
KABUPATEN BARITO TIMUR
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
bimbingan dan petunjuk-Nyalah sehingga artikel ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai bahan untuk melengkapi salah satu
persyaratan uuntuk mengikuti kegiatan Seleksi Guru Berprestasi Pendidikan
Dasar Tingkat Kabupaten Barito Timur Tahun 2022.

Dalam menyelesaikan artikel ini penulis mendapatkan bantuan dari banyak


pihak, maka dari itu penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada
yang terhormat :

1. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Timur


2. Ibu Kepala UPT Dinas Pendidikan Kec. Karusen Janang Kabupaten Barito
Timur,
3. Pengawas Pembina SD Negeri Putut Tawuluh
4. Kepala SD Negeri Putut Tawuluh yang telah bersedia menjadi Pembimbing,
dan memberikan masukan dalam proses perbaikan pembelajaran, serta;
5. Teman Sejawat, rekan-rekan guru dan Semua pihak yang telah memberikan
saran dan masukan dalam proses perbaikan sehingga laporan ini dapat
terselesaikan.
Karya tulis ilmiah ini bukan tanpa cela. Semua saran, pesan, maupun
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
artikel ini di masa mendatang.

Putut Tawuluh, Juli 2020

Penulis,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………… i


Daftar isi ...………………………………………………………………… ii
A. Pendahuluan ….……………………………………………………… 1
B. Kajian Teori …. ……………………………………………………… 4
C. Pembahasan …..……………………………………………………… 17
D. Kesimpulan …...……………………………………………………… 20
Daftar Pustaka …… ……………………………………………………… 21
Lampiran …………..……………………………………………………… 22

ii
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Seperti yang kita tahu, tidak banyak peserta didik yang menyukai
pelajaran Matematika. Entah itu dijenjang Sekolah Dasar ataupun
dijenjang yang lebih tinggi. Banyak alasan hal itu bisa terjadi, seperti
gurunya pemarah, metode pembelajarannya hanya ceramah,
pembelajarannya tidak menyenangkan dll. Padahal matematika merupakan
salah satu cabang ilmu yang sangat luas cakupannya dan sangat
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Matematika
memiliki konsep dan system yang dapat diaplikasikan pada cabang ilmu
lain. Matematika sebagai alat bantu dalam memecahkan masalah dalam
berbagai bidang kehidupan. Melalui konsep matematika, pengetahuan atau
permasalahan konkret dapat dipecahkan.
Dengan ketidaksukaan peserta didik terhadap pelajaran
matematika, pastinya akan berimbas nilai peserta didik. Hal tersebut
terjadi pada peserta didik kelas V SDN Putut Tawuluh. Berdasarkan tes
yang dilakukan berkali-kali hasil belajar yang dikerjakan oleh peserta
didik kelas V diketahui nilai rata-rata kelas masih dibawah 60. Nilai
tersebut belum memenuhi KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran
matematika yaitu 60. Hanya pada pokok bahasan tertentu peserta didik
bisa mendapatkan nilai rata-rata di atas KKM.
Pada SDN Putut Tawuluh dalam pembelajaran matematika, penulis
sering menggunakan model pembelajaran ceramah dan hal ini berdampak
pada perilaku peserta didik yang cenderung hanya mendengar dan
mencatat pelajaran yang diberikan guru. Peserta didik tidak mau bertanya
apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan.
Pembelajaran seolah-olah berlalu begitu saja, seperti pepetah “ masuk
telinga kanan, keluar telinga kiri”. Sebagai seorang guru yang profesional
sebaiknya dapat memilih dan menerapkan metode yang efektif agar materi
yang dipelajari oleh peserta didik dapat dipahami dengan baik serta dapat
meningkatkan prestasi belajar.

1
Untuk mencapai tujuan ini peran guru sangat menentukan. Menurut
Wina Sanjaya (2006:19), peran guru adalah: “sebagai sumber belajar,
fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai
motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi peserta didik agar
aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Salah
satu cara untuk membangkitkan aktivitas peserta didik dalam proses
pembelajaran adalah dengan cara mengganti cara atau model pembelajaran
lebih menarik lagi dan pada pembelajaran ditemukan metode dan cara – cara
yang baru agar dapat terjadi interaksi yang menarik antara peserta didik
dengan guru. Dengan begitu banyak model pembelajaran yang bagus dan
sepertinya bisa meningkatkan prestasi peserta didik, penulis kesulitan
memilih model pembelajaran yang bisa digunakan untuk peserta didik kelas
V SDN Putut Tawuluh. Kesulitan itu terjadi karena banyaknya peserta didik
kelas V SDN Putut Tawuluh hanya 2 orang, yang terdiri dari 1 orang laki-laki
dan 1 orang perempuan. Padahal model-model pembelajaran yang
menyenangkan tersebut berbasis pembelajaran kelompok, kelompok kecil
maupun kelompok besar. Oleh sebab hal di atas, penulis mencoba ingin
menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching dalam pebelajaran
matematika kelas V pada pokok bahasan “Menentukan Akar Pangkat Tiga”.
Artikel ini mencoba memberikan alternatif model pembelajaran yang bisa
digunakan untuk sekolah khususnya Sekolah Dasar yang memiliki jumlah
peserta didik yang sedikit.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diambil rumusan
masalah yaitu: “Bagaimanakah penerapan model Reciprocal Teaching dapat
meningkatkan keterampilan menentukan akar pangkat tiga peserta didik kelas
V SDN Putut Tawuluh?”.

2
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari artikel ini adalah “Meningkatkan keterampilan menentukan akar
pangkat tiga melalui model Reciprocal Teaching peserta didik kelas V SDN
Putut Tawuluh”.

4. Manfaat Penelitian
Manfaat artikel ini adalah sebagi berikut :
1. Peserta didik
Penerapan model Reciprocal Teaching dalam pembelajaran matematika
dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik khususnya pada pokok
bahasan Akar Pangkat Tiga.
2. Guru
Menambah wawasan tentang model pembelajaran serta
menanamkan kreativitas dalam usaha pembenahan proses pembelajaran,
sehingga guru dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
bervariasi. Selain itu, guru lebih percaya diri dan mampu menunjukkan
kinerja professional serta mendapat kesempatan berperan aktif
mengembangkan keterampilan diri dan pengetahuan.
3. Sekolah
Penerapan model Reciprocal Teaching akan memberikan
kontribusi dalam perbaikan pembelajaran di sekolah, sehingga mutu
sekolah dapat meningkat.
4. Penulis
Penulis mampu menggunakan penelitian ini sebagai sarana untuk
mengembangkan pengalaman dan pengetahuan yang berkaitan dengan
model pembelajaran.

3
B. KAJIAN TEORI

Kajian teori akan membahas tentang teori-teori apa saja yang digunakan
dalam artikel ini antara lain: pengertian model pembelajaran, model pembelajaran
Reciprocal Teaching, dan penerapan pembelajaran Reciprocal Teaching yang
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembelajaran Matematika di SD
Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu
yaitu matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu social dan
linguistik. Didasarkan pada pandangan konstruktivisme, hakikat
matematika yakni anak yang belajar matematika dihadapkan pada masalah
tertentu berdasarkan konstruksi pengetahuan yang diperolehnya ketika
belajar dan anak berusaha memecahkannya. Ciri utama matematika adalah
penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Namun
demikian, dalam pembelajaran pemahaman konsep sering diawali secara
induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif
dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Selama
mempelajari matematika dikelas, aplikasi hasil rumus atau sifat yang
diperoleh dari penalaran deduktif maupun induktif sering ditemukan
meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar bernalar.
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang perhitungan,
pengkajian\ dan menggunakan nalar atau kemampuan berpikir seseorang
secara logika dan pikiran yang jernih. Sedangkan pembelajaran adalah
proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan peserta didik
dalam belajar. Bagaimana belajar memperoleh dan memproses
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pembelajaran matematika adalah
proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui
serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh
kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, guru harus
mampu mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara

4
komponen yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis.
Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai
macam strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel
sesuai dengan materi, peserta didik dan konteks pembelajaran. Sehingga
dituntut kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran serta
media yang cocok dengan materi atau bahan ajar.
Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan
menumbuhkan cara berfikir sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten,
serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan

masalah.

ciri-ciri pembelajaran matematika SD yaitu: 1. Pembelajaran


matematika menggunakan metode spiral. Pendekatan spiral dalam
pembelajaran matematika merupakan pendekatan dimana pembelajaran
konsep atau suatu topik matematika selalu mengkaitkan atau
menghubungkan dengan topik sebelumnya. Topik sebelumnya dapat
menjadi prasyarat untuk dapat memahami dan mempelajari suatu topik
matematika. Topik baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan
perluasan dari topik sebelumnya. Konsep diberikan dimulai dengan bentuk
pemahaman yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih
umum digunakan dalam matematika.
2. Pembelajaran matematika bertahap. Materi pelajaran matematika
diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang
sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran
matematika dimulai dari yang konkret, ke semi konkret dan akhirnya
kepada konsep abstrak. Untuk mempermudah peserta didik memahami
objek matematika maka benda-benda konkrit digunkan pada tahap konkrit,
kemudian ke gambar-gambar pada tahap semi konkrit dan akhirnya ke
simbol-simbol pada tahap abstrak.
3. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif.
Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap
perkembangan mental peserta didik maka pada pembelajaran matematika
di SD digunakan pendekatan induktif. Contoh : Pengenalan bangun-

5
bangun ruang tidak dimulai dari definisi, tetapi dimulai dengan
memperhatikan contoh-contoh dari bangun tersebut dan mengenal
namanya. Menentukan sifat-sifat yang terdapat pada bangun ruang tersebut
sehingga didapat pemahaman konsep bangun-bangun ruang itu.
4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsistensi artinya
tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang
lain. Suatu penyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya. Meskipun di
SD pembelajaran matematika dilakukan dengan cara indukti tetapi pada
jenjang selanjutnya generalisasi suatu konsep harus secara deduktif
5. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna. Pembelajaran
secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran yang
mengutamakan pengertian dari pada hafalan. Dalam belajar bermakna
aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi,
tetapi sebaliknya aturan-aturan, sifat-sifat dan dalil-dalil ditemukan oleh
peserta didik melalui contoh-contoh secara induktif di SD kemudian
dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya.

2. Prestasi Belajar Matematika


Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena
adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan
hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan
belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses
belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus
bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan
yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita
temukan satu titik persamaan. Pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang

6
dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan
dalam raport.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki peserta didik
dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh
dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan
tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah
mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar peserta didik dapat
diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar peserta
didik. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku pada
aspek kognitif. Hal ini didasarkan pada observasi bahwa prestasi belajar
matematika peserta didik kelas V terutama pada aspek kognitif sangat
rendah. Rendahnya aspek kognitif pada hasil belajar matematika ini
terlihat pada nilai rata-rata peserta didik kelas V yang tidak mencapai
KKM.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain
meliputi faktor internal dan faktor eksternal:
a. Faktor Internal 1) Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis,
seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek,
tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat
mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran. 2)
Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada
dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal
ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis
meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi,
kognitif dan daya nalar peserta didik.
b. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat
mempengurhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan
fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu,
kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang

7
kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat
berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih
segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega. 2) Faktor
Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang
keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar
yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan.
Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.

3. Menentukan Akar Pangkat Tiga

Kita sering mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang


berkaitan dengan menentukan hasil akar pangkat tiga dari suatu bilangan
dengan cepat. Bukankah kita pada umumnya menebak hasil dengan cara
menguji beberapa bilangan secara acak atau yang mendekati. Seperti
misalnya untuk menentukan ∛1728, tidak sedikit peserta didik melakukan
hitungan perkalian dengan menguji bilangan pangkat tiga dari 10 sampai
dengan 20 seperti berikut ini:

 10 x 10 x 10 = 1000 (bukan jawaban)


 11 x 11 x 11 = 1331 (bukan jawaban)
 12 x 12 x 12 = 1728 (jawaban yang tepat).

Prosedur tersebut sangat menyita waktu, apalagi jika harus


mengerjakan 40 soal ulangan dalam 2 jam, sangat membuang waktu dan
mengganggu konsentrasi untuk mengerjakan soal-soal lainnya. Dalam
artikel ini penulis akan mengajarkan peserta didik cara yang cepat untuk
menentukan akar pangkat tiga dengan cepat. Supaya peserta didik lebih
mengerti maka penulis juga menggunakan model reciprocal teaching.

Langkah pertama memahami cara supercepat ini adalah dengan


menghafal pola ujung bilangan pangkat tiga. Perhatikan bilangan pangkat
tiga berikut:

8
 1 x 1 x 1 = 1 → ∛1 = `1
 2 x2 x 2 = 8 → ∛8 = 2
 3 x 3 x 3 = 27 → ∛27 = 3
 4 x 4 x 4 = 64 → ∛64 = 4
 5 x 5 x 5 = 125 → ∛125 = 5
 6 x 6 x 6 = 216 → ∛216= 6
 7 x 7 x 7 = 343 → ∛343= 7
 8 x 8 x 8 = 512 → ∛512= 8
 9 x 9 x 9 = 729 → ∛729= 9
 10 x10 x10 = 1000 → ∛1000 = 10.

Dari bilangan pangkat 3 di dapat pola ujung bilangan sebagai berikut:

 1-1
 2-8
 3-7
 4-4
 5-5
 6-6
 7-3
 8-2
 9-9
 0-0

Artinya jika diminta menghitung akar pangkat 3 bilangan yang


berujung 1 pasti jawabannya juga berujung 1. Jika diminta menentukan
perkalian akar bilangan yang berujung 8 pasti hasilnya 2. Begitu pun
sebaliknya, jika diminta untuk mengerjakan akar pangkat tiga bilangan
berujung 2, hasilnya pun pasti berujung 8, dan seterusnya.

Dari pola bilangan berpangkat di atas pun kita masih memiliki trik
super cepat dalam menghafalnya. Perhatikan pola bilangan di atas, semua

9
ujung bilangan akar pangkat 3 dan hasilnya identik dengan kembar, kecuali
bilangan 2 dan 8, 3 dan 7.

Artinya jika diminta untuk mencari bilangan berujung 4 maka


hasilnya pasti berujung 4, jika diminta untuk menentukan bilangan
berujung 5 maka hasilnya pasti berujung 5. Dengan demikian dapat dibuat
kesimpulan bahwa semua bilangan kembar, kecuali 2,8, 3, dan 7.

Contoh Soal Mencari Akar Pangkat 3 dengan Cepat :

1.Hitunglah berapa akar pangkat 3 dari bilangan 1.331?

Pembahasan :

Bilangan 1.331 memiliki satuan 1. Berdasarkan tabel di atas, 1 berkorelasi


dengan 1. Hapus 3 bilangan dari belakang 1, 3 ,3 sehingga tersisa hanya
bilangan ribuannya yaitu 1. Berdasarkan tabel, 1 pangkat 3 = 1 x 1 x 1 = 1
adalah yang paling mendekati ribuan 1. Jadi, akar pangkat 3 bilangan
1.331 adalah 11

2. Hitunglah berapa akar pangkat 3 dari bilangan 5.832 ?

Pembahasan :

Bilangan 5.832 memiliki satuan 2. Berdasarkan tabel, 2 berkorelasi dengan


8. Hapus 3 bilangan dari belakang 2, 3, dan 8 sehingga tersisa hanya
bilangan ribuannya yaitu 5. Berdasarkan tabel, 1 pangkat 3 adalah 1 dan 2
pangkat 3 adalah 8, maka yang paling mendekati adalah 1. Jadi, akar
pangkat 3 bilangan 5.832 adalah 18

3. Hitunglah berapa akar pangkat 3 dari bilangan 12.167 ?

Pembahasan :

Bilangan 12.167 memiliki satuan 7. Berdasarkan tabel, 7 berkorelasi


dengan 3. Hapus 3 bilangan dari belakang 1, 6, dan 7 sehingga tersisa

10
hanya bilangan puluh ribuannya yaitu 12. Berdasarkan tabel, 2 pangkat 3
adalah 8 dan 3 pangkat 3 adalah 27, maka yang paling mendekati adalah 2.
Jadi, akar pangkat 3 bilangan 12.167 adalah 23.

4. Hitunglah berapa akar pangkat 3 dari bilangan 103.823 ?

Pembahasan:
Bilangan 103.823 memiliki satuan 3. Berdasarkan tabel, 3 berkorelasi
dengan 7. Hapus 3 bilangan dari belakang 3, 2, dan 8 sehingga tersisa
hanya ratus ribuannya yaitu103. Berdasarkan tabel, 4 pangkat 3 adalah 64
dan 5 pangkat 3 adalah 125, maka yang paling mendekati adalah 4.
Jadi, akar pangkat 3 bilangan 103.823 adalah 47.

4. Model Pembelajaran
Mills (dalam Suprijono, 2009:45-46) berpendapat bahwa model
adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil
observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Model
pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar. Menurut Joyce dan Weil dalam Rusman (2012:133),
model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan pembimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain. Trianto
(2011:51) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

11
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah pedoman bagi pengajar dalam merencanakan
pembelajaran dari awal sampai akhir di suatu kelas. Adapun model
pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model
Reciprocal Teaching.

5. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching


Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) adalah strategi belajar
melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada strategi ini peserta didik
berperan sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan
teman-temannya. Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
dikembangkan oleh Anne Marie Palinscar dari Universitas Michigan dan
Ane Crown dari Universitas Illinois USA.
Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) merupakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif. Dimana peserta didik diberi
kesempatan untuk mempelajari materi terlebih dahulu, kemudian peserta
didik menjelaskan kembali materi yang dipelajari kepada peserta didik
yang lain. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing dalam
pembelajaran, yaitu meluruskan atau memberi penjelasan mengenai materi
yang tidak dapat dipecahkan secara mandiri oleh peserta didik.
Berikut ini beberapa pengertian model pembelajaran Reciprocal
Teaching (pembelajaran terbalik) dari beberapa sumber buku :
a. Menurut Fajarwati (2010 :17), Reciprocal Teaching adalah model
pembelajaran berupa kegiatan mengajarkan materi kepada teman. Pada
model pembelajaran ini peserta didik berperan sebagai guru untuk
menyampaikan materi kepada teman-temannya. Sementara itu guru
lebih berperan sebagai model yang menjadi fasilitator dan pembimbing
yang melakukan scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang
diberikan oleh orang lebih tahu kepada orang yang kurang tahu atau
belum tahu.

12
b. Menurut Suyatno (2009:64), Reciprocal Learning merupakan strategi
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan
dimana peserta didik ketrampilan-ketrampilan meta kognitif diajarkan
melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru.
c. Menurut Slavin (2011:14), Reciprocal teaching adalah model
pengajaran kelompok kecil yang didasarkan pada prinsip perumusan
pertanyaan melalui pengajaran dan pemberian contoh, guru
menumbuhkan kemampuan meta kognisi terutama untuk
meningkatkan kinerja baca peserta didik yang mempunyai pemahaman
buruk.
Menurut Palinscar, model pembelajaran Reciprocal Teaching
terdapat empat strategi yang digunakan, yaitu (Hayati, 2012:17):
a. Question Generating (Membuat Pertanyaan). Dalam strategi ini,
peserta didik diberi kesempatan untuk membuat pertanyaan terkait
materi yang sedang dibahas. Pertanyaan tersebut diharapkan dapat
mengungkap penguasaan konsep terhadap materi yang sedang
dibahas.
b. Clarifying (Menjelaskan). Strategi Clarifying ini merupakan
kegiatan penting saat pembelajaran, terutama bagi peserta didik yang
mempunyai kesulitan dalam memahami suatu materi. Peserta didik
dapat bertanya kepada guru tentang konsep yang dirasa masih sulit
atau belum bisa dipecahkan bersama kelompoknya. Selain itu, guru
juga dapat mengklarifikasi konsep dengan memberikan pertanyaan
kepada peserta didik.
c. Predicting (Memprediksi). Strategi ini merupakan strategi dimana
peserta didik melakukan hipotesis atau perkiraan mengenai konsep
apa yang akan didiskusikan selanjutnya oleh penyaji.
d. Summarizing (Merangkum). Dalam strategi ini terdapat kesempatan
bagi peserta didik untuk mengidentifikasikan dan mengintegrasikan
informasi-informasi yang terkandung dalam materi.

13
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

Kelebihan pembelajaran Reciprocal Teaching adalah sebagai


berikut (Azis, 2007:113):
a. Mengembangkan kreativitas peserta didik.
b. Memupuk kerja sama antar peserta didik.
c. Menumbuhkan bakat peserta didik terutama dalam berbicara dan
mengembangkan sikap.
d. Peserta didik lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati
sendiri.
e. Memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di depan kelas.
f. Melatih peserta didik untuk menganalisa masalah dan mengambil
kesimpulan dalam waktu singkat.
g. Menumbuhkan sifat menghargai guru karena peserta didik akan
merasakan perasaan guru pada saat mengadakan pembelajaran
terutama pada saat peserta didik ramai atau kurang memperhatikan.
h. Dapat digunakan untuk materi pelajaran yang banyak dan alokasi
waktu yang terbatas.

Kelemahan pembelajaran Reciprocal Teaching adalah sebagai berikut:


a. Adanya kurang kesungguhan para peserta didik yang berperan sebagai
guru menyebabkan tujuan tak tercapai.
b. Pendengar (peserta didik yang tak berperan) sering menertawakan
tingkah laku peserta didik yang menjadi guru sehingga merusak
suasana.
c. Kurangnya perhatian peserta didik kepada pelajaran dan hanya
memperhatikan aktifitas peserta didik yang berperan sebagai guru
membuat kesimpulan akhir sulit tercapai.

6. Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching


Model pembelajaran Reciprocal Teaching menerapkan empat
strategi pemahaman mandiri, yaitu: menyimpulkan bahan ajar, menyusun

14
pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan
yang telah diperoleh, kemudian memprediksi pertanyaan selanjutnya dari
persoalan yang disodorkan kepada peserta didik.
Menurut Palinscar dan Brown, langkah-langkah pembelajaran
Reciprocal Teaching adalah sebagai berikut (Sardiyanti, 2010:19):
a. Pada tahap awal pembelajaran, guru bertanggung jawab meminpin
tanya jawab dan melaksanakan ke empat strategi pembelajaran
terbalik (Reciprocal Teaching) yaitu merangkum, menyusun
pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi.
b. Guru menerangkan bagaimana cara merangkum, menyusun
pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi setelah membaca.
c. Selama membimbing peserta didik melakukan latihan menggunakan
empat strategi pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching), guru
meminta peserta didik dalam menyelesaikan apa yang diminta dari
tugas yang diberikan berdasarkan tugas kepada peserta didik.
d. Selanjutnya peserta didik belajar untuk memimpin tanya jawab
dengan atau tanpa adanya guru.
e. Guru bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan penilaian
berkenaan dengan penampilan peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dalam tanya jawab ke tingkat yang lebih tinggi.
Sedangkan menurut Suyitno (2006:34), langkah-langkah dalam
pembelajaran Reciprocal Teaching adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan materi yang akan dikenai model Reciprocal
Teaching. Materi tersebut diinformasikan kepada peserta didik.
b. Peserta didik mendiskusikan materi tersebut bersama dengan teman
satu kelompoknya.
c. Peserta didik diminta untuk membuat pertanyaan terkait materi yang
sedang dipelajari.
d. Guru menunjuk salah satu peserta didik sebagai wakil dari
kelompoknya untuk menjelaskan hasil temuannya di depan kelas.
e. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengklarifikasi materi yang
sedang dibahas yaitu dengan bertanya tentang materi yang masih

15
dianggap sulit sehingga tidak dapat dipecahkan dalam kelompok. Guru
juga berkesempatan untuk melakukan kegiatan tanya jawab untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman konsep peserta didik.
f. Peserta didik mendapat tugas soal latihan secara individual termasuk
soal yang mengacu pada kemampuan peserta didik dalam memprediksi
pengembangan materi tersebut.
g. Peserta didik diminta untuk menyimpulkan materi yang sedang
dibahas.

16
C. PEMBAHASAN

1. Perencanaan

Dalam tahap menyusun rancangan ini penulis menentukan titik atau


fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,
kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti
merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam tahap
perencanaan ini peneliti membuat perencanaan sebagai berikut:

a. Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dengan


materi: menentukan hasil akar pangkat tiga.
b. Guru menyusun LKPD : menentukan hasil akar pangkat tiga.
c. Guru mempersiapkan prasarana yang diperlukan dalam penyampaian
materi pelajaran yang memuat SK, KD, indikator pembelajaran, tujuan
pembelajaran, skenario pembelajaraan, manfaat mempelajari menentukan
hasil akar pangkat tiga.
d. Guru mempersiapkan soal-soal untuk ulangan akhir digunakan untuk
mengetahui prestasi belajar peserta didik.
e. Guru mempersiapkan lembar pengamatan untuk mengamati situasi dan
kondisi kegiatan pembelajaran yaitu lembar pengamatan keaktifan
peserta didik.

2. Tahap Pelaksanaan
a. Pendahuluan
1) Peserta didik diminta salah satu untuk memimpin doa dilanjutkan
ucapan salam.
2) Guru mengabsen peserta didik
3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
4) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik
5) Guru meminta peserta didik untuk bertanya tentang hal yang masih
belum dipahami.

17
b. Kegiatan Inti
1) Guru menyiapkan materi tentang menentukan akar pangkat tiga.
2) Guru menerangkan bagaimana cara merangkum, menyusun
pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi setelah
membaca materi.
3) Peserta didik mendiskusikan materi tersebut bersama dengan teman
satu kelompoknya.
4) Peserta didik diminta untuk membuat pertanyaan terkait materi
yang sedang dipelajari.
5) Peserta didik belajar untuk memimpin tanya jawab dengan atau
tanpa adanya guru.
6) Peserta didik diberi kesempatan untuk mengklarifikasi materi yang
sedang dibahas yaitu dengan bertanya tentang materi yang masih
dianggap sulit sehingga tidak dapat dipecahkan dalam kelompok.
7) Guru bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan penilaian
berkenaan dengan penampilan peserta didik untuk berpartisipasi
aktif dalam tanya jawab ke tingkat yang lebih tinggi.

c. Kegiatan Penutup
1) Guru membantu peserta didik merangkum materi pelajaran
2) Guru meminta peserta didik mengerjakan post tes secara mandiri
3) Guru memberikan PR/Tugas.
4) Guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
3. Tahap Pengamatan
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan ini
dilakukan pada waktu yang sama dengan pelaksanaan tindakan.

Kegiatan observasi ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru untuk


mengamati aktivitas peserta didik dan keterampilan guru pada pembelajaran
menggunakan model Reciprocal Teaching menggunakan instrument yang
telah disediakan, serta memberikan tes untuk mengetahui hasil keterampilan
berbicara peserta didik.

18
4. Tahap Refleksi

Refleksi adalah kegiatan mengingat kembali apa yang sudah


dilakukan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wardani (2007:2.37)
menjelaskan bahwa melakukan refleksi tidak ubahnya seperti berdiri didepan
cermin untuk melihat kembali bayangan kita atau memantulkan kembali
kejadian yang perlu kita kaji.

Penulis mengkaji proses pembelajaran yaitu keterampilan guru,


aktivitas peserta didik dan mengkaji ketercapaian indikator kinerja pada siklus
satu. Selain itu, peneliti juga mengkaji kekurangan proses pembelajaran dan
membuat daftar permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus satu.
Kemudian penulis membuat tindak lanjut perbaikan untuk siklus berikutnya
mengacu pada siklus sebelumnya.

19
D. KESIMPULAN

Pembelajaran melalui model Reciprocal Teaching dapat meningkatkan


kualitas pembelajaran pada peserta didik kelas V SD Negeri Putut Tawuluh
dengan indikator sebagai berikut : Peningkatan keterampilan menentukan hasil
akar pangkat tiga peserta didik melalui model Reciprocal Teaching menunjukkan
ketuntasan klasikal sebesar 75% dengan kategori sekurang-kurangnya baik dan
ketuntasan individual sebesar ≥ 60 dalam pembelajaran Matematika.

20
DAFTAR PUSTAKA

Fajarwati, Munifah Sri. 2010. Penerapan Model Reciprocal Teaching


SebagaiUpaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika
Peserta didik Kelas Xi Akuntansi RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional) di Smk Negeri 1 Depok. Yogyakarta: UNY.

Huda, Miftakhul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.


Sardiman. A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sardiyanti, Ria. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal
Teaching) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika
Peserta didik. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2013.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Suyitno, Amin. 2006. Pemilihan Model-model Pembelajaran dan
Penerapannyadi Sekolah. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

https://www.kajianpustaka.com/2017/12/pengertian-strategi-dan-langkah-
reciprocal-teaching.html

21
Lampiran : Foto situasi dan kondisi peserta didik kelas V SDN Putut Tawuluh

22

Anda mungkin juga menyukai