Anda di halaman 1dari 41

“Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya terhadap Motivasi Hasil

Belajar Siswa SD N 2 Banjarrejo Pembelajaran Matematika”

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Metode Penelitian

Dosen Pengampu :
Dr. Siti Annisah, M.Pd.

Disusun Oleh :

ARI WAHYUNINGSIH
NPM: 1901031011

Kelas A
Semester V

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
LAMPUNG
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan Proposal ini. Proposal ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian dengan dosen
pengampu Ibu Dr. Siti Annisah, M.Pd.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen mata kuliah Dr. Siti Annisah, M.Pd. yang telah membimbing kami
dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat. Terima
kasih.

Metro, 02 Oktober, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................i

Daftar Isi ......................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan ......................................................................................iii

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................1


B. Identifikasi Masalah.......................................................................3
C. Batasan Masalah............................................................................3
D. Rumusan Masalah .........................................................................4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................4
F. Penelitian yang Relevan.................................................................5

Bab II Landasan Teori

A. Metode Tutor Sebaya ...................................................................6


B. Pembelajaran Matematika ............................................................13
C. Hasil Belajar..................................................................................21

Bab III Metodologi Penelitian

A. Rancangan Penelitian.....................................................................26
B. Definisi Variabel Penelitian .........................................................26
C. Populasi Dan Sampel, Sampling Penelitian ..................................27
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................28
E. Instrumen Penelitian .....................................................................29
F. TeknikAnalisis Data .....................................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru mestinya merencanakan pembelajaran yang mendorong peserta


didik untuk berpartisipasi secara aktif di dalam proses pembelajaran.
Partisipasi peserta didik di dalam pembelajaran akan menentukan
keberhasilan Guru dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Tutor Sebaya sendiri dikenal dengan pembelajaran teman sebaya yang


mana siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam menyelesaiakan
pembelajaran, kemudian membantu kesulitan teman yang lain. Seperti yang
diungkapkan Suherman1 bahwa tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang
telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa
yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang
dipelajarinya.

Di SD N 1 Banjarrejo, masih sering mengeluhkan bahwa hasil belajar


siswa kususnya pada mata pelajaran matematika masih kurang. Siswa sering
tidak memperhatikan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan
data dari guru kelas masih belum semua siswa masuk dalam kriteria yang
ditetapkan oleh guru. Hasil belajar siswa terlihat bahwa dari 25 siswa, baru 13
siswa yang bisa mencapai nilai KKM. Sedangkan 12 siswa lain kesulitan
untuk mencapai nilai KKM.

Tingkat pemahaman siswa dalam menangkat pembelajaran dari guru


bervariasi, tidak semua siswa bisa mudah memahami pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Ada sebagian siswa yang mudah memahami materi
pelajaran dan sebagian lagi belum bisa memahaminya. Perbedaan
pemahaman siswa ini membuat jarak antara yang sudah paham dengan yang
belum paham. Hal ini terjadi karena guru lebih sering melakukan

1
Suherman, E, Pembelajaran Matematika kontemporer. Bandung: UPI, 2003), hal. 276

1
pembelajaran secara konvensional yang bersifat monoton sehingga siswa
cenderung merasa bosan. Saat peneliti melakukan pengamatan di kelas IV A
proses kegiatan belajar mengajar guru hanya melakukan metode ceramah dan
kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan
dan mengerjakan soal yang diberikan guru. Kondisi yang seperti ini
mengakibatkan siswa merasa mengantuk sehingga siswa memilih untuk
bergurau dengan temanya, dan benar saja ketika guru memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya tidak ada yang bertanya, serta ketika
diberikan pertanyaan siswa tidak ada yang merespon. Hal ini diperkuat
dengan hasil wawancara terhadap guru kelas IV yang mengatakan bahwa
penyampaian materi pelajaran lebih sering menggunakan metode caramah
dan jarang menggunakan alat peraga atau metode-metode agar siswa lebih
aktif.

Hasil wawancara peneliti terhadap beberapa siswa kelas IV bahwa


mereka mengatakan pelajaran yang paling sulit adalah matematika. Kesulitan
yang mereka sampaikan yaitu pada memahami rumus dan menggunakannya.
Siswa sering mendengarkan penjelasan guru saja kemudian mengerjakan
soal-soal. Mereka beranggapan matematika banyak rumus yang sulit
dimengerti. Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka
dapat diterapkan metode Tutor Sebaya. Tutor mempunyai daya kreativitas
yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan
pelajaran kepada kawan.

Metode tutor sebaya merupakan cara penyampaian bahan pelajaran


yang dikembangkan untuk dipelajari siswa secara mandiri. Menggunakan
metode tutor sebaya dapat membuat siswa yang tidak berani bertanya kepada
guru tentang materi yang belum dipahaminya bisa bertanya kepada tutor.
Melalui tutor siswa yang belum paham dengan materi dapat leluasa bertanya
kepada tutor yang merupakan temannya sendiri. Berdasarkan latar belakang
diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul:

2
“Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya terhadap Motivasi
Hasil Belajar Siswa SD N 2 Banjarrejo Pembelajaran Matematika”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang ditemukan masalah bahwa:


1. Permasalahan yang terjadi adalah perlunya inovasi dalam pembelajaran
yang harus dilakukan guru.
2. Hasil belajar siswa yang masih rendah
3. Siswa masih kurang percaya diri dan pasif dalam kegiatan
pembelajaran
4. Motivasi pada diri siswa saat proses pembelajaran masih rendah.

Agar tidak terlalu melebar peneliti membatasi masalah sebagai berikut:


1. Penelitian ini dilakukan pada kelas IV-A sebagai kelas eksperimen dan
kelas IV-B sebagai Kelas kontrol yang sedang mempelajari mata
pelajaran matematika pada materi pecahan.
2. Pada penelitian ini menerapkan metode tutor sebaya untuk kelas
eksperimen dan metode konvensional untuk kelas kontrol yang sering
digunakan oleh guru.
3. Penelitian ini dibatasi pada pencapaian hasil belajar matematika pada
materi pecahan yang dilakukan melalui tes esay sebanyak 10 soal.
4. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
motivasi belajar matematika siswa dengan menggunakan angket
motivasi.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, penelitian
ini hanya akan meneliti masalah terkaithasil belajar matematika yang masihh
rendah.

3
D. Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh metode Tutor Sebaya terhadap hasil belajar siswa SD

N 1 Banjarrejo?

2. Adakah pengaruh Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar Matematika

siswa SD N 1 Banjarrejo?

3. Adakah pengaruh metode Tutor Sebaya terhadap Hasil belajar siswa SD

N 1 Banjarrejo?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengaruh metode Tutor Sebaya terhadap

motivasi siswa SD N 1 Banjarrejo

b. Untuk mengetahui pengaruh Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar

Matematika siswa SD N 1 Banjarrejo

c. Untuk mengetahui pengaruh metode Tutor Sebaya terhadap motivasi

dan Hasil belajar siswa SD N 1 Banjarrejo

2. Manfaat
a. Bagi guru, sebagai masukan dan referensi dalam mengelola kelas

dan strategi belajar mengajar yang aktif dengan metode tutor sebaya

b. Bagi siswa, memperoleh pembelajaran yang menyenangkan

khususnya bagi siswa yang menjadi tutor akan menambah

pemahamannya karena belajar berulang-ulang dan

menyampaikannya kepada teman agar faham dengan materi yang

disampaikan.

4
c. Bagi sekolah, hasil penelitian akan memberikan informasi dalam

rangka meningkatkan kualitas belajar mengajar.

d. Bagi peneliti, mendapat pengalaman langsung dari proses belajar

mengajar, khususnya mata pelajaran matematika, sekaligus metode

pembelajaran yang dapat dilaksanakan dapat dikembangkan untuk

kedepannya.

e. Bagi pembaca, dapat memberikan referensi dan memotivasi untuk

mengembangkan penelitiannya.

F. Penelitian yang Relevan


1. Agung Santika, dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Metode Tutor Sebaya Siswa kelas V di SD Negeri 1
Granting Kabupaten Klaten membahas tentang penggunaan metode tutor
sebaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa yang dilakukan
di SD Negeri 1 Granting Kabupaten Klaten bahwa dari siklus I jumlah
siswa yang mencapai nilai ≥70 semakin banyak dan mencapai kriteria
keberhasilan yaitu 75%. Peningkatan presentase pencapaian KKM siswa
pada siklus I sebesar 50,00% meningkat menjadi 83,33% pada siklus II
sehingga penelitian ini dikatakan berhasil dan di hentikan pada siklusII.
2. Uswatun Hasanah, dalam penelitiannya denga judul Pengaruh Metode
Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
(Suatu Penelitian Pada Materi Luas Permukaan Dan Volume Prisma Dan
Limas Di Kelas Viii Smp Negeri 8 Gorontalo). Dari hasil perhitungan
menggunakan uji t dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan metode tutor sebaya lebih tinggi dari
hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode
ceramah.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Tutor Sebaya


1. Pengertian Tutor Sebaya

Dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran dapat diartikan

sebagai perencanaan yang berisi tenteng rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertian di atas ada

dua hal yang dapat dicermati. Pertaman, stratergi pembelajaran

merupakan rencana tindakan termaksud penggunaan metode dan

pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Kedua, strategi

disususn untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua

keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan

demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemananfaatan

berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya

pencapaian tujuan.2

Tutor dapat diartikan sebagai orang yang memberikan tutorial atau

tutoring, sedangkan tutorial atau tutoring adalah bimbingan dalam bentuk

pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar

siswa dapat secara efisien dan efektif.3

Kata sebaya dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sama

umurnya (tuanya). Istilah tutor sebaya karena yang menjadi tutor adalah

siswa yang mempunyai umur yang sama atau umur yang hampir sama
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 126
3
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 73

6
atau sebaya.4 Pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang

berpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang

memiliki umur, kematangan yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri.

Sehingga anak tidak merasa terpaksa menerima ide-ide dan sikap dari

gurunya yang tidak lain adalah teman sebayanya sendiri. Dalam tutor

sebaya, teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar

kepada teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya

dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah

dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah

diri, malu, dan sebagainya. Sehinggan diharapkan siswa yang kurang

paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang

dihadapinya.

Suherman dalam Agung Santika mengatakan bahwa tutor sebaya

adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pembelajaran,

memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam

memahami bahan pembelajaran yang dipelajarinya.5

Sejalan dengan itu Zain Aqib mengatakan bahwa metode latihan

bersama teman memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil untuk

melatih temanya. Di sini siswa bertindak sebagai pelati, dan pembimbing

seorang siswa yang lain. Ia dapat menentukan metode pembelajaran yang

4
Powerdaminto, Kamus Besar Bahsa Indonesia (Solo: PT. Tiga Serangkai PUstaka
Mandiri, 2013), h, 175
5
Agung Santika, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Metode Tutor
Sebaya Siswa Kelas V SD negeri 1 Granting Kabupaten Klanten (Yogyakarta, 2014), h.
24

7
disukainya untuk melatih temanya tersebut. Setelah teman berhasil atau

lulus. Kemudian ia bertindak sebagai pelatih bagi teman yang lain.6

Adapun kesimpulan dari pendapat para ahli di atas bahwa

pembelajaran tutor sebaya merupakan pembelajaran yang melibatkan

siswa sekelas yang memiliki kemampuan dan kriteria sebagai tutor untuk

membimbing teman lainnya yang mengalami kesulitan dalam memahami

penjelasan dari gurunya. Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa

orang siswa yang ditunjuk atau ditugaskan untuk membantu siswa dalam

mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok siswa

yang memiliki prestasi yang lebih tinggi daripada siswasiswa lainnya dan

memiliki kemampuan menjelaskan kembali pemahaman yang dimiliki.

Melalui tutor sebaya ini siswa bukan hanya dijadikan sebagai objek

pembelajaran tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu siswa diajak

untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi

temannya. Dengan cara demikian siswa yang menjadi tutor melakukan

repetition (pengulangan) dan menjelaskan kembali materi sehingga

menjadi lebih paham dalam setiap bahan ajar yang disampaikan.

Inti dari pembelajaran totor sebaya adalah pembelajaran yang

pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok keci,

yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya

yang pandai dan juga cepat dalam menguasai suatu materu tertentu.

Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya memiliki


6
Zainal Aqib, Model-model, Media, dan Strategi pembelajaran Kontekstual (Inovatif)
(Bandung:Ywara Widya, 2013), h. 110-111

8
kemampuan yang tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga

pada saat dia memberi bimbingan dia sudah menguasai bahan yang akan

disampaikan.

2. Langkah-Langkah Metode Totur Sebaya


Setiap metode pembelajaran pasti memiliki langkah-langkah
pelaksanaan metode tersebut agar dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan. Menurut Suharno Langkah-langkan metode
pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil adalah sebagai berikut:

a. Memilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat

dipelajari siswa secara mandiri.

b. Membagi para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil siswa

yang pandai menyebar dalam setiap kelompok sebagai tutor

sebaya.

c. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari materi soal.

Setiap kelompok dipandu oleh siswa yang pandai sebagai tutor

sebaya

d. Memeberikan waktu yang cukup untuk persiapan baik didalam

maupun di luar kelas.

e. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan materi sesuai

dengan yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai narasumber

utama.

f. Setelah semua kelompok menyampaikan tugas secara berurutan,

tugas guru membimbing siswa menemukan kesimpulan dari materi

9
pelajaran dan mengklarifikasi apabila ada penyampaian siswa yang

kurang tepat.7

Sedangkan menurut Gintings dikutif dalam Amizatul dan Rusijono,

penjelasan mengenai tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran tutor sebaya. Tahapan-tahapan tersebut

adalah sebagai berikut:

a. langkah perencanaan, guru mempelajari bahan ajar dengan seksama

dan mengedentifikasi bagian-bagian yang sulit dari isi bahan ajar

kemudian menyusun strategi untuk membantu siswa menghadapi

kesulitan agar bisa mempelajari bagian yang sulit.

b. langkah persiapan, guru menyiapkan bahan ajar tambahan seperti

variasi, contoh-contoh penyelesaian soal atau LKS.

c. langkah pelaksanaan, guru mengidentifikasi siswa yang

menghadapi kesulitan dalam memahami bahan ajar yang diberikan

dan sulit dipahami dan melaksanakan tutorial dengan menggunakan

bahan dan langkah-langkah yang telah disiapkan.

d. langkah evaluasi, guru melakukan tanya jawab untuk meyakinkan

bahwa siswa tersebut telah mengatasi kesulitan belajarnya dan

memahami materi yang sedang dipelajari dan memberikan tugas

mandiri.8

7
Suharno, Peningkatan hasil belajar matematika bentuk cerita pada pokok
bahasan operasi hitung campuran melalui model pembelajaran tutor sebaya siswa
kelas V di SDN Pongalan Magelang (Skripsi, Yogyakarta: UNY, 2012), h. 36
8
Amizatul, I. Rusijono, Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tutor Sebaya
Terhadap Hasil Belajar TIK (Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol, 10, No. 2, 2010)

10
Menurut Hisyam Zaini dalam Amin Suyitno maka langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut.

a. Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari

siswa secara mandiri. Materi pengajaran dibagi dalam sub-sub

materi (segmen materi).

b. Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang

heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru.

Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak

sebagai tutor sebaya

c. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub

materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai

tutor sebaya.

d. Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam

kelas maupun di luar kelas

e. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi

sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai

nara sumber utama.

f. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara barurutan

sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi

seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.9

9
Suyitno, Amir. Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1. (Semarang: Jurusan
Matematika FMIPA UNNES, 2014), h. 34

11
Dari berbagai pendapat para ahli di atas peneliti cenderung memilih

langkah-langkah yang dipaparkan oleh Hisyam Zaini yaitu sebagai

berikut:

a. Guru memilih materi yang memungkinkan dapat dipelajari siswa

secara mandiri. Materi tersebut dibagi kedalam beberapa sub-sub

materi.

b. Guru membagi para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang

heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru.

Siswa-siswa yang pandai disebar dalam setiap kelompok dan

bertindak sebagai tutor sebaya.

c. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub

materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai

tutor sebaya.

d. Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam

kelas maupun di luar kelas

e. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi

sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai

nara sumber utama.

f. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara barurutan

sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi

seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.

B. Belajar dan Hasil Belajar Matematika


1. Pengertian Belajar

12
Kehidupan sehari-hari, dalam prosesnya kita banyak sekali
melakukan berbagai macam kegiatan yang mana kegiatan tersebut
merupakan gejala atau hasil dari belajar bahkan merupakan proses dalam
belajar. Misalnya kita berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa
nasional, makan dan minum dengan menggunakan alat-alat makan,
menulis dan lain sebagainya.
Kata belajar telah lama dan banyak dikenal dalam kehidupan
sehari-hari sejak manusia melakukan aktivitas belajar, karena belajar
merupakan salah satu dari kebutuhan manusia, bahkan ada yang
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk belajar.10
Jakob Sumardjo pernah mengingatkan bahwa manusia “hidup
untuk belajar” dan bukan “belajar untuk hidup”. 11 Bila seseorang belajar
untuk hidup, untuk mendapatkan pekerjaan, memperoleh jabatan dana
sebagainya, maka ia akan menjadi pemburu gelar dan atribut-atribut
simbolis, mereka akan merasa puas bila sudah diwisuda dan sudah
merasa tamat belajar. Ini membuat mereka berhenti membaca dan
menulis usai lulus. Sebaliknya, bila orang menyadari bahwa hidup untuk
belajar, maka ia tidak mementingkan gelar atau simbol-simbol gelar,
yang terpenting adalah mengeluarkan potensi dirinya dan membuat
dirinya menjadi nyata bagi sesamanya.
Ada dua jenis belajar yang perlu dibedakan, yakni belajar konsep
dan belajar proses. Belajar konsep lebih menekankan hasil belajar kepada
pemehaman fakta dan prinsip, banyak bergantung pada apa yang
diajarkan guru, yakni bahan atau isi pelajaran, dan lebih bersifat kognitif.
Sedangkan belajar proses atau keterampilan proses lebih menekankan
pada masalah bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari.12

10
Ali Imron, belajar dan pembelajaran, (Jakarta:pustaka jaya, 1996), hal.2
11
Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, Penerbit Harian Kompas, (Jakarta:
2000), hal. 53
12
Abu Ahmadi. Drs. JokoTri Prasetya, Strategi Belajar mengajar untuk Fakultas
Tarbiyah komponen MKDK, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), cet ke-2, hal. 35-35

13
Banyak sekali pengertian tentang belajar. Untuk lebih memahami
apa itu belajar, ada beberapa pendapat tentang pengertian belajar
a) Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning
mengemukakan “ Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan
sesaat seseorang.13
b) Menurut Croncbach yang diterjemahkan oleh Sumadi bahwa
“belajar yang sebaikya adalah dengan mengalami dan dalam
mengalami itu sipelajar menggunakan panca indranya.” 14
Pendapat di atas menunjukkan bahwa belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
latihan dan pengalaman dalam arti perubahan-perubahan tersebut, yang
disebabkan pertumbuhan dan kematangan berbagai aspek kepribadian
baik fisik maupun psikis dalam interaksi dengan lingkungan dan
masyarakat. Belajar dikatakan bermakna jika siswa mampu
menghubungkan informasi baru dengan konsep yang relevan yang
terdapat dalam struktur kognitifnya.
Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psychology ia membatasi
belajar dengan dua rumusan yaitu: 1) “…Acquisition of any relatively
permanent change in behavior as a result of practice and experience”.
( belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap
sebagai sebab latihan dan pengalaman). 2) “Process of acquiring

13
Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya,
1991), hal 85
14
Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,

14
responses as result of special partice” (belajar iyalah proses memperoleh
respon-pespon sebagai akibat adanya latihan khusus).15
Selanjutnya Slameto mengatakan bahwa proses belajar yang
bermakna untuk mencapai pengertian-pengertian baru dan retensi yang
baik, materi-materi belajar slalu dan hanya dapat dipelajari bila
dihubungkan dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta informasi-
informasi yang relevan yang telah dipelajari sebelumnya. Substansi serta
sifat organisasi latar belakang pengetahuan ini mempengaruhi ketepatan
serta kejelasan pengertian-pengertian baru yang ditimbulkan kemampuan
memperoleh kembali pengertian-pengertian baru yang terorganisasi
struktur kognitif siswa.16
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Tujuan Belajar
Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini
ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari
oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan
perubahan atau pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar
yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi
dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Menurut Winarno, tujuan belajar disekolah itu ditunjukan untuk
mencapai: Pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecekatan
atau keterampilan, dan pembentukan sikap dan perbuatan. Tujuan belajar
tersebut dalam sunia pendidikan sekarang lenih dikenal dengan tujuan

15
Muhibbib Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), H. 60-
61

16
Slameto, Belajar dan fakto-faktornya yang mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), hal.123

15
pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa
diarahkan untuk mencapai ketiga ranah yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.17
Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta atau
ingatan, pemahaman, aplikasi dan kemampuan analisis dan evaluasi.
Tujuan belajar efektif untuk memperoleh sikap, apresisi, karakterisasi
dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang
berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi
verbal dan non verbal.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
disekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagaian
yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa. Faktor-faktor yang
berasal dari luar siswa (eksternal) tersiri dari faktor lingkungan dan
faktor instrumental. Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
siswa (internal) adalah faktor berupa faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
a) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian:
factor lingkungan alam atau non social dan factor social. Yang termasuk
factor lingkungan non social seperti: suhu, kelembaban udara, waktu
(pagi, siang, malam), letak dan gedung sekolah. Factor lingkungan social
baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya.
b) Faktor Instrumental
Factor instrumental ini terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas,
alat pengajaran, media pengajaran, metode pengajaran, kurikulum, serta
strategi belajar mengajar yang digunakan dalam pembelajaran.
c) Faktor Kondisi Internal Siswa

17
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,1996), Cet
ke-2, hal. 58-59

16
Faktor internal siswa ini terbagi atas dua yaitu kondisi fisiologis
dan psikologis siswa. Kondisi fisiologis terdiri atas kondisi kesehatan dan
kebugaran fisik dan kondisi panca indranya terutama penglihatan dan
pendengaran. Adapun kondisi psikologisnya seperti: minat, bakat,
intelegensi, motivasi dan lain-lain.
4. Hasil Belajar

Setiap anak yang melakukan kegiatan belajar akan


mengharapkan memperoleh hasil belajar yaitu berupa kemampuan
tertentu. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku,
maka perubahan tingkah laku yang diharapkan dikuasai individu
disebut hasil belajar. Belajar adalah proses mengubah pengalaman
menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman,
pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan.
Hasil belajar yang diugkapkan Sudjana bahwa pada
hakekatnya “ hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
mencangkup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.18 Aspek
kognitif berkenaan dengan masalah pengetahuan dan kecakapan
intelektual. Aspek afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai serta
apresiasi. Dan aspek psikomotor berkenaan dengan ketrampilan-
ketrampilan terutama kelincahan tubuh dan koordinasinya. Proses
pengajaran disekolah diarahkan untuk mencapai tiga aspek tersebut.
Namun lebih ditekankan pada aspek kognitif berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam
rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif,
afektif, psikomotor.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar, (Bandung: Remaja


18

Rosdakarya, 1990), hal.3

17
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi
lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau
reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu
nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar
psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil
penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar merupakan proses kedewasaan manusia yang
hidup dan berkembang sehingga mengakibatkan manusia selalu
berubah. Dengan belajar manusia mengalami perubahan –perubahan
dan perkembangan dalam proses kedewasaan yang mungkin terjadi.
Winarno menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan proses
kedewasaan manusia yang hidup dan berkembang sehingga
mengakibatkan manusia selalu berubah.19 Dengan belajar manusia
mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan dalam proses
kedewasaan yang mungkin terjadi.
Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku,
dalam pengertian luas mencangkup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik.20 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Horward kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu:
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan
cita-cita. Hasil belajar dalam kecakapan kognitif mempunyai hirarki,
yaitu: informasi non verbal, informasi fakta dan pengetahuan verbal,
konsep dan prinsip, pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi
19
Joula Ekaningsih Paormin, Agar anak pintar matematika, ( Jakarta: Pusps Swara,
1998), hal.31
20
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya), H.3

18
non verbal dipelajari dengan cara pengindraan terhadap obyek-obyek
dan peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan
verbal dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dengan cara
membaca. Semua itu penting untuk memperoleh konsep-konsep dan
konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip. Kemudian
prinsip-prinsip itu penting didalam pemecahan masalah dan
kreaktivitas.21
Matematika timbul karena fikiran-fikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.22 Kalimat tersebut
sesuai dengan apa yang dinyatakan Suherman, bahwa matematika
mengandung arti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan nalar.23
Hal ini bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran,
akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktifitas dalam
dunia rasio (penalaran) sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan
hasil observasi / eksperimen disamping penalaran.
Oleh karena itu bahwa tercapainya hasil belajar matematika
akan dipengaruhi oleh adanya transfer belajar. Transfer belajar dapat
diamati melalui struktur kognitif yang telah dimiliki siswa tentang
konsep dan teorema yang telah dipelajari dan di ingat oleh siswa
sebelumnya.24
Jadi siswa dapat dikatakan telah belajar matematika, bila ia
telah mampu memahami suatu konsep matematika dan kemudian
ditransformasikan dalam bentuk yang lebih luas, sehingga ia dapat
mengembangkan cara berfikir untuk memecahkan masalah yang baru
berdasarkan konsep yang ada.

21
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam system Kredit semester, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), H. 131
22
E.T.Ruseffendi, Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer, ( Bandung : Tarsito,
1980), H.148
23
Erman Suherman dan Udin S.W., Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Jakarta :
UT, Depdikbud), H. 119
24
Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), H.112

19
Menurut Romiszowski hasil belajar dikelompokkan menjadi
dua macam yaitu: pengetahuan dan ketrampilan.25Pengetahuan terdiri
dari empat katagori yaitu fakta, prosedur, konsep dan prinsip.
Ketrampilan terdiri dari empat katagori juga yaitu: berfikir atau
kognitif, bertindak atau motorik, bereaksi atau bersikap dan interaksi.
Penilaian hasil belajar diperoleh melalui tes dan non tes.
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang
berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai
tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang dapat
dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau
dengan nilai standar yang ditetapkan.26
Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur jika
memenuhi syaratsyarat tertentu yaitu: validitas, reabilitas,
objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis.27selain itu tes juga
dibedakan atas dua bentuk tes yaitu tes subjektif yang pada
umumnya berbentuk esai atau uraian dan tes objektif seperti tes
benar salah (true-false), tes pilihan ganda (multiple choice test),
menjodohkan (matching test), dan tes isian (completion test).28

C. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan subyek yang sangat penting dalam sistem

pendidikan di seluruh dunia. Matematika juga merupakan salah satu

bidang studi yang diajarkan di SD/MI. Berbicara mengenai hakikat

25
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar, (Jakarta:
Debdikbud dan Rineka Cipta, 1998), hal.183
26
Wayan Nurkancana, Drs. P.P.N Sumartana, Evaluasi Pendidikan Usaha Nasional,
(Surabaya: 1986), cet. IV, hal.25
27
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2007), cet.7, h.57-58
28
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi, H. 162-175

20
matematika, artinya menguraikan tentang apa matematika itu sebenarnya,

apakah matematika itu ilmu deduktif, ilmu induktif, simbol-simbol, ilmu

yang abstrak, dan sebagainya. Tidak dapat dengan mudah memberi

pengertian matematika dengan satu atau dua kalimat begitu saja.

Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika tersebut,

dipandang dari pengetahuan dan pengalaman.29

Pembelajaran matematika adalah membentuk logika berpikir bukan

sekedar pandai berhitung. Oleh karena itu, siswa dalam belajar

matematika harus memiliki pemahaman yang benar dan lengkap sesuai

tahapan, melalui cara dan media yang menyenangkan dengan

menjalankan prinsip matematika. Matematika juga merupakan suatu

bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses

penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai

akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar

konsep dalam Matematika bersifat sangat kuat dan jelas30

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan salah satu kajian

yang penting untuk diberikan kepada siswa mulai dari tingkat sekolah

dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan menghitung dan

mengolah data. Pembelajaran matematika juga dapat digunakan untuk

sarana dalam pemecahan masalah dan mengomunikasikan ide atau

gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.


29
Erman Suherman, et. all, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal. 15
30
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Matematika,
(Jakarta, Depdiknas, 2004), hal. 5

21
2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,

akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah.31

3. Uraian Materi
a. Pecahan Desimal

31
Mendiknas RI, Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006, (Jakarta: CV Mini Jaya Abadi),
hal 417

22
Pecahan yang dinyatakan dalam bentuk (dibaca: koma ) di mana a
dan b bilangan bulat. Misalnya: 1,2; 0,4; 3,275. Aturan Pembulatan
Desimal: Untuk > 5, dibulatkan ke atas.
Contoh: 0,436 = 0,47; 0,215 = 0,22; 0,666 = 0,67 Untuk <5,
dibulatkan tetap pada bilangan itu. Contoh: 0,432 = 0,43; 0,284 =
0,28; 0,333 = 0,33
1) Pecahan Biasa ke Desimal
Membagi biasa secara bersusun seperti pada gambar berikut:

2) Desimal -> Pecahan Biasa

Mengubah penyebut pecahan menjadi 10, 100, 1000, dst sesuai

banyaknya angka di belakang koma seperti pada gambar

berikut:

b. Persen atau Permil


Pecahan dengan penyebut 100 disebut dengan Persen (disimbolkan
dalam "%"), sedangkan jika penyebutnya 1000 disebut Permil
(disimbolkan dalam "‰").
Bagaimana cara mengubah pecahan ke persen dan permil, juga
sebaliknya?
1) Pecahan Biasa -> Persen/Permil
Mengubah penyebutnya menjadi 100/1000 atau mengalikan
pecahan tersebut dengan 100%/1000‰.

23
2) Persen/Permil -> Pecahan Biasa
Mengubah penyebutnya menjadi 100/1000 lalu disederhanakan

c. Pecahan Biasa dan Pecahan Campuran

Lalu timbul pertanyaan, bagaimana mengubah pecahan biasa


menjadi pecahan campuran maupun sebaliknya? Karena pecahan
murni hanya dapat disederhanakan, maka pecahan biasa yang dapat
diubah menjadi pecahan campuran adalah pecahan tidak murni.
1) Pecahan Tidak Murni (Biasa): Pecahan Campuran
Pembilang dibentuk menjadi kelipatan penyebut ditambahkan
sisanya.
Contoh :
13 10+3 10 3 3 3
= = + =2+ =2
5 5 5 5 5 5
2) Pecahan Campuran: Pecahan Tidak Murni (Biasa)
Pembilang dibentuk dari bilangan bulat pada pecahan campuran
yang dikalikan dengan penyebut, lalu ditambahkan pembilang
pada pecahan campuran.
Contoh

24
3 ( 2 x 5 ) +3 10+3 13
2 = = =
5 5 5 5

25
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan penelitian dengan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan yang banyak
dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data, serta penampilan dari hasilnya.32
Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pendekatan
deduktif induktif yang berangkat dari kerangka teori, gagasan para ahli
ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamanya yang kemudian
dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan yang
diajukan untuk memperoleh kebenaran dalam bentuk dukungan empiris
dilapangan, penelitian ini menitik beratkan pada penyajian data yang berupa
angka atau kualitatif yang diangkakan degan menggunakan statistik.

B. Definisi Variabel Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis penelitian Eksperimen. Desain ini disebut sebagai Quasy
Eksperimen design dengan bentuk Nonequivalent control groupe design.
karena belum merupakan eksperimen sesungguhnya, dan sampel tidak dipilih
secara random. Pada desain ini, baik kelompok kontrol maupun eksperimen
dibandingkan, kedua kelompok diberikan pretest, kemudian diberi perlakuan
dan yang terakir diberikan postest.
KE = O1O2 X O1’O2’
------------------------------------
KK = O3O4 0 O3’O4’

Keterangan: O1:Pre-test angket motivasi

32
Suharsimi arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktiek, (Jakarta: Rineka
cipta 2006) hal 12

26
O2: Pre-test soal tes matematika

O1’:Post-test angket motivasi

O2’:Post-test soal tes matematika

0: Metode konvensional

X: Metode tutor Sebaya

O3: Pre-test angket motivasi

O4: Pre-test soal tes matematika

O3’: Post-test soal tes matematika

O4’: Post-test soal tes matematika

KE: Kelas Eksperimen

KK: Kelas Kontrol

Pada desain ini, kelompok eksperimen diberi perlakukan yaitu


pembelajaran dengan metode tutor sebaya (X), dan kelompok kontrol yang
diberi tidak diberikan perlakuan yaitu dengan metode konvensional (0).
Masing-masing kelas diberi post-test dan prost-test. Untuk melihat secara
mendalam perbedaan hasil belajar antara pembelajaran dengan menggunakan
metode tutor sebaya dengan pembelajaran konvensional.

C. Populasi Dan Sampel, Sampling Penelitian


Populasi penelitian adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam
ruang lingkup dan waktu yang ditentukan, populasi juga merupakan
keseluruhan sampel. Dengan demikian populasi bukan sekedar jumlah yang
ada pada subyek atau obyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik yang dimiliki. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa
SD N 1 Banjarrejo yang berjumlah 75 siswa.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data
yang dapat mewakili seluruh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak

27
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel harus dilihat
sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri. 33
Penelitian ini sangat memerlukan pengambilan sampel karena mengingat
keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan maka Sampel yang digunakan
pada penelitian sebanyak 50 siswa dengan ketentuan IV-A sebanyak 25
siswa, dan siswa kelas IV-B yang terdiri dari 25 siswa.
Peneliti mengambil sampel berdasarkan teknik purpose sampling.
Peneliti memilih teknik ini dalam pengambilan sampel karena syarat dalam
penelitian eksperimen kedua kelas harus memiliki kemampuan yang
homogen atau tidak, sehingga bisa dijadikan kelas kontrol dan eksperimen.
Teknik purpose sampling dilakukan bukan dengan cara mengambil subyek
atas strata, random atau daerah tetapi atas dasar tujuan tertentu. Sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas IV-A dan IV-B, dengan
ketentuan kelas IV-A sebagai kelas eksperimen karena saran dari guru kelas
kemudian kelas IV-B sebagai kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data


Usaha yang dilakukan dalam memperoleh data yang digunakan pada
penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya
sebagai berikut:
1. Angket motivasi
Teknik ini dilakukan dengan memberikan pernyataan yang diberikan
kepada responden, penelitian memberikan pernyataan langsung yang
memberikan daftar pernyataan untuk memperoleh data yang
dibutuhkan. Sehingga dapat dianalisis dari jawaban responden. Teknik
ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai motivasi siswa
selama mendapatkan pembelajaran matematika. Teknik ini melibatkan
semua responden dan dilakukan sebelum memberikan perlakuan dan

33
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif…. hal.
119

28
setelah memperoleh perlakuan berupa pengajaran dengan menggunakan
metode tutor sebaya.
2. Tes Soal Matematika
Teknik ini dengan memberikan pertanyaan tertulis kepada responden.
Peneliti menggunakan tes soal yang memberikan daftar pertanyaan
untuk memperoleh data yang dibutuhkan, sehingga akan memperoleh
jawabn dari responden. Teknik ini digunakan untuk memperoleh
perbandingan dari perlakuan yang telah penelitti gunakan.

E. Instrumen Penelitian
Untuk mendapat kelengkapan yang sesuai dengan fokus penelitian
maka yang dijadikan pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Angket Motivasi
Angket motivasi ini menggunakan teori dari Uno tentang 3 teori
intrinsik yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan
dan kebutuhan dalam belajar serta Adanya harapan dan cita-cita masa
depan. Data yang dicari pada hasil angket ini adalah untuk mengukur
sejauh mana tingkat motivasi siswa ketika diterapkan Metode Tutor
Sebaya dalam pembelajaran di SD N 1 Banjarrejo. Soal angket motivasi
belajar sebanyak 30. Pada kuesioner ini diukur dengan menggunakan
skala likert yang berupa pertanyaan yang jawabanya berbentuk sekala
terhadap pernyataan yang dinyatakan dalam persetujuan dimulai dari
Sangat Sesuai, Sesuai, Kurang Sesuai, Tidak Sesuai dan sangat Tidak
Sesuai. Dengan kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar

29
No Indikator Item Jumlah
Soal
Favorable Unfavorable

1 Adanya • Saya berusaha meminta • Saya hanya diam saja 10


hasrat dan penjelasan kembali kepada ketika tidak paham
keinginan guru ketika belum paham dengan penjelasan guru
untuk dengan saat diajar matematika
berhasil pelajaran • Saya mengobrol
• Saya memperhatikan didalam kelas ketika
penjelasan guru ketika guru guru menerangkan
menerangkan pelajaran
pelajaran • Saya takut bertanya
• Saya berusaha mencari solusi pada guru apabila ada
tugas yang sulit dari buku soal yang tidak saya
sumber yang pahami, jadi saya suka
lain menyuruh teman untuk
• Saya tetap belajar meskipun menanyakannya pada
guru menganggap saya guru
kurang meguasai • Saya akan belajar hanya
pembelajaran pada saat
• Saya selalu belajar meskipun diadakan ulangan
tidak ada ulangan. • Jika saya kesulitan
mengerjakan tugas
maka saya tidak akan
melanjutkan nya.

2 Adanya • Saya selalu ingin tau materi • Saya malas 10


kebutuhan apa yang akan diajarkan mengerjakan PR
dan minggu ini • Saya malas
dorongan • Saya selalu semangat ketika mengulang kembali
belajar guru menyampaikan pelajaran dirumah
materi. • Saya mencontek tugas
• Saya merasa pelajaran dari teman apa bila
matematika sangat penting ada tugas atau PR
karena sangat bermanfaat • Walaupun nilai saya
untuk masa depan tidak meningkat saya
sudah merasa puas

30
• Saya berusaha belajar mandiri  Jika nilai saya menurun
meski tidak saya malas untuk
dimotivasi orang lain memperbaiki
• Saya selalu berusaha mencari
tau untuk belajar dengan baik.

3 Adanya • Dengan tekun belajar saya • Bermain lebih penting 10


harapan dapat masuk daripada belajar untuk
dan cita- kesekolah favorit meraih cita-cita
cita masa • Saya belajar karena ingin • Bagi saya cita-cita tidak
depan menguasai materi penting
• Saya belajar karena ingin • Bagi saya belajar untuk
berhasil menyelesaiakan meraih cita-
sekolah tepat waktu cita hanya
• Saya tekun belajar karena membuang-buang
ingin sukses lulus ujian waktu.
• Saya giat belajar agar berhasil • Saya tidak ingin menjadi
menjadi juara kelas sukses
• Saya merasa belajar giat
untuk mendapatkan
nilai yang tinggi dan
menjadi juara tidak
penting

JUMLAH 30

Sebelum materi angket digunakan untuk menguji dalam


penelitian untuk memperoleh data maka terlebih dahulu materi angket
harus melalui tahap pengujian validitas dan reliabilitas.
a. Pengujian Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini
yang dicari adalah validasi isi karena instrumen yang digunakan
untuk mengukur kemampuan matematika materi pelajaran yang
sedang berlangsung. Untuk menguji validitas instrumen
menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan bantuan
SPSS 16.0.

31
b. Pengujian Reliabilitas
Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas
yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang
konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.34 Karena tes yang
digunakan dalam bentuk uraian maka rumus yang digunakan
adalah rumus Alpha.
Reliabel merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan
suatu soal tes. Suatu soal disebut konsisten bila soal
menghasilkan skor yang relative sama meskipun diujikan berkali-
kali. Reliabel soal dapat diketahui dengan rumus Cronbach Alpha
yang di uji adalah Uji validitas dengan menggunakan bantuan
SPSS 16.0 untuk menginterpretasikan nilai koefisien reliabilitas
yang diperoleh, dilakukan pengujian dengan kriteria:

1) Soal dinyatakan reliabel jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2) Soal dinyatakan tidak reliabel jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2. Tes Soal Matematika

Tes soal matematika digunakan peneliti untuk mengetahui hasil


belajar siswa yang diberi perlakuan menggunakan metode tutor sebaya
(kelas eksperimen) dan hasil belajar siswa yang tidak diberi perlakuan
(kelas kontrol). Tes soal matematika yang diberikan dalam penelitian
ini berupa tes tulis dengan soal sebanyak 10 soal dengan bentuk esai.
10 soal tersebut berupa soal uraian dan semuanya mencangkup tentang
pecahan. Dengan kisi-kisi sebagai berikut:

34
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hal. 127

32
Table 3.2 kisi-kisi soal matematika
Kd Indikator No soal Bentuk Jumlah

3.2 Menjelaskan 3.2.2 siswa mampu mengubah 1,2,3 Uraian 3


pecahan biasa menjadi pecahan
berbagai bentuk desimal dan sebaliknya

pecahan (pecahan biasa,


3.3.3 Siswa mampu mengubah 4,5 Uraian 2
pecahan biasa menjadi pecahan
campuran desimal dan
campuran dan sebaliknya
persen) dan hubungan
3.3.4 Siswa mampu mengubah 6.7.8 Uraian 3
diantaranya
pecahan menjadi persen dan

sebaliknya

3.2.5 Siswa mampu mengurutkan 9.10 Uraian 2

pecahan dengan benar

F. TeknikAnalisis Data
Sesuai dengan jenis penelitian dan jenis data, maka analisis yang
digunakan adalah analisis kuantitatif dengan penggunaan rumus statistik yang
dalam pelaksananaannya menggunakan bantuan SPSS. Adapun tahap dalam
analisis data sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui setelah diadakan
penelitian apakah data kedua kelas tersebut berdistribusi normal
atau tidak. Untuk menguji normalitas data dengan memasukan
nilai Ngain score dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
bantuan SPSS. Setelah data berdistribusi normal dilanjutkan
dengan uji homogenitas. Adapun ketentuan uji normalitas adalah
sebagai

33
berikut:
1) Nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal
2) Nilai signifikansi > 0.05 maka data berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel
memiliki kesamaan atau tidak pada variansi antar kelompok yang
ingin dibandingkan. Untuk mengambil keputusan berpedoman
pada ketentuan berikut: jika nilai signifikansi nilai sig. < 0,05
artinya tidak memiliki variansi yang homogen dan jika nilai
signifikansi nilai sig. > 0,05 berarti data memiliki variansi yang
homogen. Untuk memperkuat hasil perhitungan dilakukan uji
homogenitas dengan SPSS 16.0.

2. Uji Hipotesis Penelitian


Penelitian ini menggunakan analisis gain score. Analisis gain
score digunakan untuk melihat perbandingan nilai pretes dan postes.
Analisis gain secore dipakai apabila ada interaksi atau perbedaan antara
kelompok kelas ekperimen dengan kelompok kelas kontrol. Untuk
menghitung gain score dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS.
Setelah mengetahui nilai dari gain score selanjutnya menggunakan uji
independent sample T-test. Perhitungan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Adapun
hipotesis penelitian yang dirumuskan yaitu:
1) Jika nilai thitung > ttabel, maka H0 diterima dan H1ditolak yang
berarti rata-rata mempunyai kesamaan
2) Jika nilai thitung < ttabel , maka H0 ditolak dan H1diterima yang berarti
rata-rata mempunyai perbedan .
Selanjutnya menggunakan uji manova, Peneliti menggunakan uji
manova (Multivariate Analysis of Variance) untuk mengengatahui ada
atau tidaknya pengaruh metode tutor sebaya terhadap hasil belajar

34
matematika SD N 1 Banjarrejo. Pengujian ini dilakukan dengan
bantuan SPSS versi 16.0 for windows. Untuk menguji manova data
yang digunakan adalah dari gain secore angket hasil belajar matematika
siswa.

35
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyon. Pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar.


Jakarta: Debdikbud dan Rineka Cipta. 1998.

Ahmadi, Abu. Dan JokoTri Prasetya. Strategi Belajar mengajar untuk Fakultas
Tarbiyah komponen MKDK. Bandung : Pustaka Setia. 2005.

Aqib, Zainal. Model-model. Media. dan Strategi pembelajaran Kontekstual


InovatifBandung:Ywara Widya. 2013.

Arikunto, Suharsimi. prosedur penelitian suatu pendekatan praktiek. Jakarta:


Rineka cipta 2006.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi. Jakarta: PT.


Bumi Aksara. 2007.

Brata, Sumadi Surya. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Dahar, Ratna Willis. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. 1989.

Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi


Matematika. Jakarta. Depdiknas. 2004.

Hamalik, Oemar. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan


CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2009.

Harefa, Andrias. Menjadi Manusia Pembelajar. Penerbit Harian Kompas.


Jakarta: 2000.

Imron, Ali. belajar dan pembelajaran. Jakarta:pustaka jaya. 1996.

Mendiknas RI. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006. Jakarta: CV Mini Jaya


Abadi.

Nurkancana, Wayan. Drs. P.P.N Sumartana. Evaluasi Pendidikan Usaha


Nasional. Surabaya: 1986. cet. IV.

36
Paormin, Joula Ekaningsih. Agar anak pintar matematika. Jakarta: Pusps
Swara. 1998.

Powerdaminto. Kamus Besar Bahsa Indonesia Solo: PT. Tiga Serangkai


PUstaka Mandiri. 2013.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif .

Purwanto, Ngalim. Psikologi pendidikan. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.


1991.

Ruseffendi, E.T. Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer. Bandung :


Tarsito. 1980.

Rusijono, Amizatul. I. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tutor Sebaya


Terhadap Hasil Belajar TIK Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 10. No.
2. 2010

Sabri, M. Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya.1996.


Cet ke-2.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2006.

Santika, Agung. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Metode


Tutor Sebaya Siswa Kelas V SD negeri 1 Granting Kabupaten Klanten
Yogyakarta. 2014.

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam system Kredit semester. Jakarta: Bumi
Aksara. 1991.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.

Suharno. Peningkatan hasil belajar matematika bentuk cerita pada pokok


bahasan operasi hitung campuran melalui model pembelajaran tutor
sebaya siswa kelas V di SDN Pongalan Magelang Skripsi. Yogyakarta:
UNY. 2012.

37
Suherman, Erman dan Udin S.W. Strategi Belajar Mengajar Matematika.
Jakarta : UT. Depdikbud.

Suherman. Pembelajaran Matematika kontemporer. Bandung: UPI. 2003.

Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:


Bumi Aksara. 2007.

Suyitno, Amir. Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1. Semarang:


Jurusan Matematika FMIPA UNNES. 2014.

Syah, Muhibbib. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. 1999.

38

Anda mungkin juga menyukai