Dosen Pengampu :
Dr. Siti Annisah, M.Pd.
Disusun Oleh :
ARI WAHYUNINGSIH
NPM: 1901031011
Kelas A
Semester V
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan Proposal ini. Proposal ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian dengan dosen
pengampu Ibu Dr. Siti Annisah, M.Pd.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen mata kuliah Dr. Siti Annisah, M.Pd. yang telah membimbing kami
dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat. Terima
kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................i
A. Rancangan Penelitian.....................................................................26
B. Definisi Variabel Penelitian .........................................................26
C. Populasi Dan Sampel, Sampling Penelitian ..................................27
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................28
E. Instrumen Penelitian .....................................................................29
F. TeknikAnalisis Data .....................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Suherman, E, Pembelajaran Matematika kontemporer. Bandung: UPI, 2003), hal. 276
1
pembelajaran secara konvensional yang bersifat monoton sehingga siswa
cenderung merasa bosan. Saat peneliti melakukan pengamatan di kelas IV A
proses kegiatan belajar mengajar guru hanya melakukan metode ceramah dan
kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan
dan mengerjakan soal yang diberikan guru. Kondisi yang seperti ini
mengakibatkan siswa merasa mengantuk sehingga siswa memilih untuk
bergurau dengan temanya, dan benar saja ketika guru memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya tidak ada yang bertanya, serta ketika
diberikan pertanyaan siswa tidak ada yang merespon. Hal ini diperkuat
dengan hasil wawancara terhadap guru kelas IV yang mengatakan bahwa
penyampaian materi pelajaran lebih sering menggunakan metode caramah
dan jarang menggunakan alat peraga atau metode-metode agar siswa lebih
aktif.
2
“Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya terhadap Motivasi
Hasil Belajar Siswa SD N 2 Banjarrejo Pembelajaran Matematika”
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, penelitian
ini hanya akan meneliti masalah terkaithasil belajar matematika yang masihh
rendah.
3
D. Rumusan Masalah
N 1 Banjarrejo?
siswa SD N 1 Banjarrejo?
N 1 Banjarrejo?
2. Manfaat
a. Bagi guru, sebagai masukan dan referensi dalam mengelola kelas
dan strategi belajar mengajar yang aktif dengan metode tutor sebaya
disampaikan.
4
c. Bagi sekolah, hasil penelitian akan memberikan informasi dalam
kedepannya.
mengembangkan penelitiannya.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
pencapaian tujuan.2
umurnya (tuanya). Istilah tutor sebaya karena yang menjadi tutor adalah
siswa yang mempunyai umur yang sama atau umur yang hampir sama
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 126
3
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 73
6
atau sebaya.4 Pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang
berpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang
memiliki umur, kematangan yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri.
Sehingga anak tidak merasa terpaksa menerima ide-ide dan sikap dari
gurunya yang tidak lain adalah teman sebayanya sendiri. Dalam tutor
dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah
dihadapinya.
bersama teman memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil untuk
4
Powerdaminto, Kamus Besar Bahsa Indonesia (Solo: PT. Tiga Serangkai PUstaka
Mandiri, 2013), h, 175
5
Agung Santika, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Metode Tutor
Sebaya Siswa Kelas V SD negeri 1 Granting Kabupaten Klanten (Yogyakarta, 2014), h.
24
7
disukainya untuk melatih temanya tersebut. Setelah teman berhasil atau
siswa sekelas yang memiliki kemampuan dan kriteria sebagai tutor untuk
orang siswa yang ditunjuk atau ditugaskan untuk membantu siswa dalam
yang memiliki prestasi yang lebih tinggi daripada siswasiswa lainnya dan
Melalui tutor sebaya ini siswa bukan hanya dijadikan sebagai objek
untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi
yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya
yang pandai dan juga cepat dalam menguasai suatu materu tertentu.
8
kemampuan yang tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga
pada saat dia memberi bimbingan dia sudah menguasai bahan yang akan
disampaikan.
sebaya.
sebaya
utama.
9
pelajaran dan mengklarifikasi apabila ada penyampaian siswa yang
kurang tepat.7
mandiri.8
7
Suharno, Peningkatan hasil belajar matematika bentuk cerita pada pokok
bahasan operasi hitung campuran melalui model pembelajaran tutor sebaya siswa
kelas V di SDN Pongalan Magelang (Skripsi, Yogyakarta: UNY, 2012), h. 36
8
Amizatul, I. Rusijono, Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tutor Sebaya
Terhadap Hasil Belajar TIK (Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol, 10, No. 2, 2010)
10
Menurut Hisyam Zaini dalam Amin Suyitno maka langkah-
tutor sebaya.
9
Suyitno, Amir. Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1. (Semarang: Jurusan
Matematika FMIPA UNNES, 2014), h. 34
11
Dari berbagai pendapat para ahli di atas peneliti cenderung memilih
berikut:
materi.
tutor sebaya.
12
Kehidupan sehari-hari, dalam prosesnya kita banyak sekali
melakukan berbagai macam kegiatan yang mana kegiatan tersebut
merupakan gejala atau hasil dari belajar bahkan merupakan proses dalam
belajar. Misalnya kita berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa
nasional, makan dan minum dengan menggunakan alat-alat makan,
menulis dan lain sebagainya.
Kata belajar telah lama dan banyak dikenal dalam kehidupan
sehari-hari sejak manusia melakukan aktivitas belajar, karena belajar
merupakan salah satu dari kebutuhan manusia, bahkan ada yang
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk belajar.10
Jakob Sumardjo pernah mengingatkan bahwa manusia “hidup
untuk belajar” dan bukan “belajar untuk hidup”. 11 Bila seseorang belajar
untuk hidup, untuk mendapatkan pekerjaan, memperoleh jabatan dana
sebagainya, maka ia akan menjadi pemburu gelar dan atribut-atribut
simbolis, mereka akan merasa puas bila sudah diwisuda dan sudah
merasa tamat belajar. Ini membuat mereka berhenti membaca dan
menulis usai lulus. Sebaliknya, bila orang menyadari bahwa hidup untuk
belajar, maka ia tidak mementingkan gelar atau simbol-simbol gelar,
yang terpenting adalah mengeluarkan potensi dirinya dan membuat
dirinya menjadi nyata bagi sesamanya.
Ada dua jenis belajar yang perlu dibedakan, yakni belajar konsep
dan belajar proses. Belajar konsep lebih menekankan hasil belajar kepada
pemehaman fakta dan prinsip, banyak bergantung pada apa yang
diajarkan guru, yakni bahan atau isi pelajaran, dan lebih bersifat kognitif.
Sedangkan belajar proses atau keterampilan proses lebih menekankan
pada masalah bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari.12
10
Ali Imron, belajar dan pembelajaran, (Jakarta:pustaka jaya, 1996), hal.2
11
Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, Penerbit Harian Kompas, (Jakarta:
2000), hal. 53
12
Abu Ahmadi. Drs. JokoTri Prasetya, Strategi Belajar mengajar untuk Fakultas
Tarbiyah komponen MKDK, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), cet ke-2, hal. 35-35
13
Banyak sekali pengertian tentang belajar. Untuk lebih memahami
apa itu belajar, ada beberapa pendapat tentang pengertian belajar
a) Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning
mengemukakan “ Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan
sesaat seseorang.13
b) Menurut Croncbach yang diterjemahkan oleh Sumadi bahwa
“belajar yang sebaikya adalah dengan mengalami dan dalam
mengalami itu sipelajar menggunakan panca indranya.” 14
Pendapat di atas menunjukkan bahwa belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
latihan dan pengalaman dalam arti perubahan-perubahan tersebut, yang
disebabkan pertumbuhan dan kematangan berbagai aspek kepribadian
baik fisik maupun psikis dalam interaksi dengan lingkungan dan
masyarakat. Belajar dikatakan bermakna jika siswa mampu
menghubungkan informasi baru dengan konsep yang relevan yang
terdapat dalam struktur kognitifnya.
Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psychology ia membatasi
belajar dengan dua rumusan yaitu: 1) “…Acquisition of any relatively
permanent change in behavior as a result of practice and experience”.
( belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap
sebagai sebab latihan dan pengalaman). 2) “Process of acquiring
13
Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya,
1991), hal 85
14
Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,
14
responses as result of special partice” (belajar iyalah proses memperoleh
respon-pespon sebagai akibat adanya latihan khusus).15
Selanjutnya Slameto mengatakan bahwa proses belajar yang
bermakna untuk mencapai pengertian-pengertian baru dan retensi yang
baik, materi-materi belajar slalu dan hanya dapat dipelajari bila
dihubungkan dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta informasi-
informasi yang relevan yang telah dipelajari sebelumnya. Substansi serta
sifat organisasi latar belakang pengetahuan ini mempengaruhi ketepatan
serta kejelasan pengertian-pengertian baru yang ditimbulkan kemampuan
memperoleh kembali pengertian-pengertian baru yang terorganisasi
struktur kognitif siswa.16
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Tujuan Belajar
Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini
ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari
oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan
perubahan atau pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar
yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi
dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Menurut Winarno, tujuan belajar disekolah itu ditunjukan untuk
mencapai: Pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecekatan
atau keterampilan, dan pembentukan sikap dan perbuatan. Tujuan belajar
tersebut dalam sunia pendidikan sekarang lenih dikenal dengan tujuan
15
Muhibbib Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), H. 60-
61
16
Slameto, Belajar dan fakto-faktornya yang mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), hal.123
15
pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa
diarahkan untuk mencapai ketiga ranah yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.17
Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta atau
ingatan, pemahaman, aplikasi dan kemampuan analisis dan evaluasi.
Tujuan belajar efektif untuk memperoleh sikap, apresisi, karakterisasi
dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang
berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi
verbal dan non verbal.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
disekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagaian
yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa. Faktor-faktor yang
berasal dari luar siswa (eksternal) tersiri dari faktor lingkungan dan
faktor instrumental. Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
siswa (internal) adalah faktor berupa faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
a) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian:
factor lingkungan alam atau non social dan factor social. Yang termasuk
factor lingkungan non social seperti: suhu, kelembaban udara, waktu
(pagi, siang, malam), letak dan gedung sekolah. Factor lingkungan social
baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya.
b) Faktor Instrumental
Factor instrumental ini terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas,
alat pengajaran, media pengajaran, metode pengajaran, kurikulum, serta
strategi belajar mengajar yang digunakan dalam pembelajaran.
c) Faktor Kondisi Internal Siswa
17
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,1996), Cet
ke-2, hal. 58-59
16
Faktor internal siswa ini terbagi atas dua yaitu kondisi fisiologis
dan psikologis siswa. Kondisi fisiologis terdiri atas kondisi kesehatan dan
kebugaran fisik dan kondisi panca indranya terutama penglihatan dan
pendengaran. Adapun kondisi psikologisnya seperti: minat, bakat,
intelegensi, motivasi dan lain-lain.
4. Hasil Belajar
17
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi
lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau
reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu
nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar
psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil
penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar merupakan proses kedewasaan manusia yang
hidup dan berkembang sehingga mengakibatkan manusia selalu
berubah. Dengan belajar manusia mengalami perubahan –perubahan
dan perkembangan dalam proses kedewasaan yang mungkin terjadi.
Winarno menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan proses
kedewasaan manusia yang hidup dan berkembang sehingga
mengakibatkan manusia selalu berubah.19 Dengan belajar manusia
mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan dalam proses
kedewasaan yang mungkin terjadi.
Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku,
dalam pengertian luas mencangkup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik.20 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Horward kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu:
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan
cita-cita. Hasil belajar dalam kecakapan kognitif mempunyai hirarki,
yaitu: informasi non verbal, informasi fakta dan pengetahuan verbal,
konsep dan prinsip, pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi
19
Joula Ekaningsih Paormin, Agar anak pintar matematika, ( Jakarta: Pusps Swara,
1998), hal.31
20
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya), H.3
18
non verbal dipelajari dengan cara pengindraan terhadap obyek-obyek
dan peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan
verbal dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dengan cara
membaca. Semua itu penting untuk memperoleh konsep-konsep dan
konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip. Kemudian
prinsip-prinsip itu penting didalam pemecahan masalah dan
kreaktivitas.21
Matematika timbul karena fikiran-fikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.22 Kalimat tersebut
sesuai dengan apa yang dinyatakan Suherman, bahwa matematika
mengandung arti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan nalar.23
Hal ini bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran,
akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktifitas dalam
dunia rasio (penalaran) sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan
hasil observasi / eksperimen disamping penalaran.
Oleh karena itu bahwa tercapainya hasil belajar matematika
akan dipengaruhi oleh adanya transfer belajar. Transfer belajar dapat
diamati melalui struktur kognitif yang telah dimiliki siswa tentang
konsep dan teorema yang telah dipelajari dan di ingat oleh siswa
sebelumnya.24
Jadi siswa dapat dikatakan telah belajar matematika, bila ia
telah mampu memahami suatu konsep matematika dan kemudian
ditransformasikan dalam bentuk yang lebih luas, sehingga ia dapat
mengembangkan cara berfikir untuk memecahkan masalah yang baru
berdasarkan konsep yang ada.
21
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam system Kredit semester, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), H. 131
22
E.T.Ruseffendi, Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer, ( Bandung : Tarsito,
1980), H.148
23
Erman Suherman dan Udin S.W., Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Jakarta :
UT, Depdikbud), H. 119
24
Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), H.112
19
Menurut Romiszowski hasil belajar dikelompokkan menjadi
dua macam yaitu: pengetahuan dan ketrampilan.25Pengetahuan terdiri
dari empat katagori yaitu fakta, prosedur, konsep dan prinsip.
Ketrampilan terdiri dari empat katagori juga yaitu: berfikir atau
kognitif, bertindak atau motorik, bereaksi atau bersikap dan interaksi.
Penilaian hasil belajar diperoleh melalui tes dan non tes.
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang
berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai
tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang dapat
dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau
dengan nilai standar yang ditetapkan.26
Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur jika
memenuhi syaratsyarat tertentu yaitu: validitas, reabilitas,
objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis.27selain itu tes juga
dibedakan atas dua bentuk tes yaitu tes subjektif yang pada
umumnya berbentuk esai atau uraian dan tes objektif seperti tes
benar salah (true-false), tes pilihan ganda (multiple choice test),
menjodohkan (matching test), dan tes isian (completion test).28
C. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Pembelajaran Matematika
25
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar, (Jakarta:
Debdikbud dan Rineka Cipta, 1998), hal.183
26
Wayan Nurkancana, Drs. P.P.N Sumartana, Evaluasi Pendidikan Usaha Nasional,
(Surabaya: 1986), cet. IV, hal.25
27
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2007), cet.7, h.57-58
28
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi, H. 162-175
20
matematika, artinya menguraikan tentang apa matematika itu sebenarnya,
bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses
yang penting untuk diberikan kepada siswa mulai dari tingkat sekolah
21
2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut:
3. Uraian Materi
a. Pecahan Desimal
31
Mendiknas RI, Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006, (Jakarta: CV Mini Jaya Abadi),
hal 417
22
Pecahan yang dinyatakan dalam bentuk (dibaca: koma ) di mana a
dan b bilangan bulat. Misalnya: 1,2; 0,4; 3,275. Aturan Pembulatan
Desimal: Untuk > 5, dibulatkan ke atas.
Contoh: 0,436 = 0,47; 0,215 = 0,22; 0,666 = 0,67 Untuk <5,
dibulatkan tetap pada bilangan itu. Contoh: 0,432 = 0,43; 0,284 =
0,28; 0,333 = 0,33
1) Pecahan Biasa ke Desimal
Membagi biasa secara bersusun seperti pada gambar berikut:
berikut:
23
2) Persen/Permil -> Pecahan Biasa
Mengubah penyebutnya menjadi 100/1000 lalu disederhanakan
24
3 ( 2 x 5 ) +3 10+3 13
2 = = =
5 5 5 5
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan penelitian dengan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan yang banyak
dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data, serta penampilan dari hasilnya.32
Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pendekatan
deduktif induktif yang berangkat dari kerangka teori, gagasan para ahli
ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamanya yang kemudian
dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan yang
diajukan untuk memperoleh kebenaran dalam bentuk dukungan empiris
dilapangan, penelitian ini menitik beratkan pada penyajian data yang berupa
angka atau kualitatif yang diangkakan degan menggunakan statistik.
32
Suharsimi arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktiek, (Jakarta: Rineka
cipta 2006) hal 12
26
O2: Pre-test soal tes matematika
0: Metode konvensional
27
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel harus dilihat
sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri. 33
Penelitian ini sangat memerlukan pengambilan sampel karena mengingat
keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan maka Sampel yang digunakan
pada penelitian sebanyak 50 siswa dengan ketentuan IV-A sebanyak 25
siswa, dan siswa kelas IV-B yang terdiri dari 25 siswa.
Peneliti mengambil sampel berdasarkan teknik purpose sampling.
Peneliti memilih teknik ini dalam pengambilan sampel karena syarat dalam
penelitian eksperimen kedua kelas harus memiliki kemampuan yang
homogen atau tidak, sehingga bisa dijadikan kelas kontrol dan eksperimen.
Teknik purpose sampling dilakukan bukan dengan cara mengambil subyek
atas strata, random atau daerah tetapi atas dasar tujuan tertentu. Sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas IV-A dan IV-B, dengan
ketentuan kelas IV-A sebagai kelas eksperimen karena saran dari guru kelas
kemudian kelas IV-B sebagai kelas kontrol.
33
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif…. hal.
119
28
setelah memperoleh perlakuan berupa pengajaran dengan menggunakan
metode tutor sebaya.
2. Tes Soal Matematika
Teknik ini dengan memberikan pertanyaan tertulis kepada responden.
Peneliti menggunakan tes soal yang memberikan daftar pertanyaan
untuk memperoleh data yang dibutuhkan, sehingga akan memperoleh
jawabn dari responden. Teknik ini digunakan untuk memperoleh
perbandingan dari perlakuan yang telah penelitti gunakan.
E. Instrumen Penelitian
Untuk mendapat kelengkapan yang sesuai dengan fokus penelitian
maka yang dijadikan pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Angket Motivasi
Angket motivasi ini menggunakan teori dari Uno tentang 3 teori
intrinsik yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan
dan kebutuhan dalam belajar serta Adanya harapan dan cita-cita masa
depan. Data yang dicari pada hasil angket ini adalah untuk mengukur
sejauh mana tingkat motivasi siswa ketika diterapkan Metode Tutor
Sebaya dalam pembelajaran di SD N 1 Banjarrejo. Soal angket motivasi
belajar sebanyak 30. Pada kuesioner ini diukur dengan menggunakan
skala likert yang berupa pertanyaan yang jawabanya berbentuk sekala
terhadap pernyataan yang dinyatakan dalam persetujuan dimulai dari
Sangat Sesuai, Sesuai, Kurang Sesuai, Tidak Sesuai dan sangat Tidak
Sesuai. Dengan kisi-kisi sebagai berikut:
29
No Indikator Item Jumlah
Soal
Favorable Unfavorable
30
• Saya berusaha belajar mandiri Jika nilai saya menurun
meski tidak saya malas untuk
dimotivasi orang lain memperbaiki
• Saya selalu berusaha mencari
tau untuk belajar dengan baik.
JUMLAH 30
31
b. Pengujian Reliabilitas
Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas
yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang
konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.34 Karena tes yang
digunakan dalam bentuk uraian maka rumus yang digunakan
adalah rumus Alpha.
Reliabel merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan
suatu soal tes. Suatu soal disebut konsisten bila soal
menghasilkan skor yang relative sama meskipun diujikan berkali-
kali. Reliabel soal dapat diketahui dengan rumus Cronbach Alpha
yang di uji adalah Uji validitas dengan menggunakan bantuan
SPSS 16.0 untuk menginterpretasikan nilai koefisien reliabilitas
yang diperoleh, dilakukan pengujian dengan kriteria:
34
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hal. 127
32
Table 3.2 kisi-kisi soal matematika
Kd Indikator No soal Bentuk Jumlah
sebaliknya
F. TeknikAnalisis Data
Sesuai dengan jenis penelitian dan jenis data, maka analisis yang
digunakan adalah analisis kuantitatif dengan penggunaan rumus statistik yang
dalam pelaksananaannya menggunakan bantuan SPSS. Adapun tahap dalam
analisis data sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui setelah diadakan
penelitian apakah data kedua kelas tersebut berdistribusi normal
atau tidak. Untuk menguji normalitas data dengan memasukan
nilai Ngain score dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
bantuan SPSS. Setelah data berdistribusi normal dilanjutkan
dengan uji homogenitas. Adapun ketentuan uji normalitas adalah
sebagai
33
berikut:
1) Nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal
2) Nilai signifikansi > 0.05 maka data berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel
memiliki kesamaan atau tidak pada variansi antar kelompok yang
ingin dibandingkan. Untuk mengambil keputusan berpedoman
pada ketentuan berikut: jika nilai signifikansi nilai sig. < 0,05
artinya tidak memiliki variansi yang homogen dan jika nilai
signifikansi nilai sig. > 0,05 berarti data memiliki variansi yang
homogen. Untuk memperkuat hasil perhitungan dilakukan uji
homogenitas dengan SPSS 16.0.
34
matematika SD N 1 Banjarrejo. Pengujian ini dilakukan dengan
bantuan SPSS versi 16.0 for windows. Untuk menguji manova data
yang digunakan adalah dari gain secore angket hasil belajar matematika
siswa.
35
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Dan JokoTri Prasetya. Strategi Belajar mengajar untuk Fakultas
Tarbiyah komponen MKDK. Bandung : Pustaka Setia. 2005.
36
Paormin, Joula Ekaningsih. Agar anak pintar matematika. Jakarta: Pusps
Swara. 1998.
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam system Kredit semester. Jakarta: Bumi
Aksara. 1991.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
37
Suherman, Erman dan Udin S.W. Strategi Belajar Mengajar Matematika.
Jakarta : UT. Depdikbud.
Syah, Muhibbib. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. 1999.
38