Anda di halaman 1dari 176

i

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO


(Studi Kasus di SD Negeri Barusari 03 Semarang)


SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang


Oleh
Anita Sari
1124000052



FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2005


ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 29 Juni 2005


Pembimbing I Pembimbing II


Drs. Achmad Sugandi, M.Pd Drs. Sugeng Purwanto
NIP. 130345756 NIP. 131570065


Mengetahui,
Ketua Jurusan KTP UNNES



Drs. Haryanto
NIP. 131464301


iii
PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 29 Juni 2005
Panitia Ujian :
Ketua Sekretaris

Drs. H. Siswanto, M.M Drs. Sukirman, M.Si
NIP. 130515769 NIP. 131570066
Anggota Penguji :
Pembimbing I Penguji I


Drs. Achmad Sugandi, M.Pd Drs. Haryanto
NIP. 130345756 NIP. 131464301
Pembimbing II Penguji II


Drs. Sugeng Purwanto Drs. Achmad Sugandi, M.Pd
NIP. 1315700651 NIP. 130345756

Penguji III

Drs. Sugeng Purwanto
NIP. 1315700651

iv
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini merupakan hasil karya
saya sendiri dengan sumbangan pemikiran dari Drs. Achmad Sugandi, M.Pd
selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. Sugeng Purwanto sebagai Dosen
Pembimbing II, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juni 2005

Anita Sari

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :
Dalam hidup, mungkin belum mendapat apa yang kita sukai tetapi kita
harus menyukai apa yang telah kita dapatkan.
Ada tiga perkara dimana tidak seorangpun yang bisa terlepas darinya
yaitu prasangka, kecewa dan dengki dan aku akan memberikan jalan
keluar dari semua itu. Apabila timbul prasangka janganlah dinyatakan,
apabila dihatimu timbul kekecewaan janganlah cepat-cepat dienyahkan
dan bila muncul rasa dengki janganlah diperturutkan (Al-Hadist)




PERSEMBAHAN :
Kepada Allah SWT
Untuk Ayah, Ibu, Ade dan keluarga besar Pacitan
Mas Ary dan keluarga besar Magelang
Komunitas 46 & TP 00
Almamater




vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan berbagai hambatan,
namun berkat bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak dapat terwujud.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Ari Tri Soegito, SH., M.M, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk memperoleh pendidikan di
UNNES.
2. Bapak Drs. Siswanto, M.M, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan rekomendasi sehingga
penelitian (skripsi) ini dapat dilaksanakan.
3. Bapak Drs. Haryanto, Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kepercayaan kepada penulis
untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Achmad Sugandi, M.Pd sebagai dosen pembimbing I yang telah
memberikan kritik, saran dan masukan penting untuk kesempurnaan skripsi
ini.
5. Bapak Drs. Sugeng Purwanto sebagai dosen pembimbing II yang juga telah
memberikan kritik, saran dan masukan penting terhadap skripsi ini.

vii
6. Bapak Sutaman, Kepala SD Negeri Barusari 03 Semarang yang telah
memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian pada lembaga
yang dipimpinnya.
7. Ibu Tanti Puji Astuti, Guru Kelas V SD Negeri Barusari 03 Semarang yang
telah banyak membantu peneliti dalam memberikan informasi tentang model
pembelajaran portofolio yang dilaksanakan di SD Negeri Barusari 03
Semarang.
8. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam penulisan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal
kebaikan dan mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.

Semarang, Juni 2005

Penulis


viii
ABSTRAK


Anita Sari. 2005. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio (Studi Kasus di
SD Negeri Barusari 03 Semarang. Skripsi. Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan . FIP. UNNES. Pembimbing I. Drs. Achmad Sugandi, M.Pd,
Pembimbing II. Drs. Sugeng Purwanto.
Kata Kunci: Model pembelajaran berbasis portofolio

Pembelajaran saat ini perlu lebih menekankan kepada how (bagaimana
membelajarkan) daripada what (apa yang dibelajarkan). Guru tidak lagi hanya
bertugas memberikan informasi kepada siswa. Tugas guru saat ini diharapkan
dapat memotivasi siswa untuk mencari informasi baru di luar kelas, karena guru
bukan satu-satunya sumber belajar. Model pembelajaran portofolio merupakan
alternatif cara belajar siswa aktif dan cara mengajar guru aktif, karena sebelum,
selama dan sesudah proses pembelajaran guru dan siswa dihadapkan pada
sejumlah kegiatan. Diharapkan siswa akan mendapatkan banyak manfaat baik
hasil belajar utama maupun hasil pengiring akademik dan sosial. SD Negeri
Barusari 03 Semarang merupakan salah satu sekolah dasar yang menerapkan
pembelajaran portofolio sejak dua tahun yang lalu. Bagaimana proses
pembelajaran portofolio yang dilaksanakan dan kendala-kendala apa yang dialami
dalam pelaksanaan pembelajaran portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang?
Tujuan penelitian ini untuk mengungkap pelaksanaan pembelajaran portofolio dan
kendala-kendala yang dialami di SD Negeri Barusari 03 Semarang.
Fokus penelitian yaitu pelaksanaan dan kendala-kendala pembelajaran
portofolio yang dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri Barusari 03
Semarang. Data diungkap dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Sumber informan yaitu kepala sekolah, guru kelas V dan Siswa kelas V. Data
dianalisis dengan teknik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran portofolio di SD
Negeri Barusari 03 Semarang dilaksanakan dengan tiga tahap pembelajaran yaitu:
apersepsi, kegiatan inti dan evaluasi. Pada tahap apersepsi guru memberikan
gambaran tentang konsep sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan melalui metode tanya jawab. Maksud dan tujuan apersepsi ini untuk
menggali pengetahuan yang dimiliki siswa. Pada kegiatan apersepsi lebih
ditekankan pada kegiatan siswa untuk menemukan konsep tertentu. Pada kegiatan
inti pembelajaran, guru menggunakan metode yang bervariasi yaitu tanya jawab,
eksperimen dan permainan. Guru dalam kegiatan ini sebagai fasilitator, sedangkan
siswa lebih ditekankan pada keaktifannya. Dalam pembelajaran ini guru
menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran portofolio yaitu prinsip belajar aktif,
kelompok belajar kooperatif, pembelajaran pertisipatorik, mengajar yang reaktif
dan pembelajaran yang menyenangkan. Evaluasi yang dilakukan guru tidak hanya
pada akhir pembelajaran, tetapi juga dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang belum sepenuhnya dapat
dilaksanakan secara ideal, karena ada beberapa kendala baik persiapan maupun
pelaksanaan. Kendala yang dialami dalam tahap persiapan pembelajaran

ix
portofolio berkaitan dengan dana. Di samping itu kendala yang dialami guru
dalam persiapan pembelajaran antara lain kesulitan dalam pembuatan silabus,
pembuatan satuan acara pembelajaran, disebabkan karena kurangnya informasi
yang masuk ke guru tentang pembelajaran portofolio. Berhubungan dengan
pelaksanaan pembelajaran portofolio, kendala yang dihadapi karena kurangnya
fasilitas pembelajaran yang ada seperti belum adanya laboratorium sehingga siswa
harus menyiapkan alat sendiri dengan dana swadaya apabila akan melakukan
praktikum. Kendala yang lainnya yaitu belum adanya kerjasama antara sekolah
dengan masyarakat, sehingga guru belum dapat membawa informan sebagai salah
satu sumber belajar.
Direkomendasikan kepada beberapa pihak yang terkait antara lain: 1)
Sekolah perlu menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait sebagai
informan atau sumber belajar, donatur untuk memperlancar proses pembelajaran.
2) Pihak Dinas Pendidikan untuk segera memberikan pelatihan atau seminar
tentang pembelajaran portofolio, sehingga guru lebih memahami konsep
portofolio sebagai pembelajaran dan sebagai evaluasi.




x
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul.................................................................................................. i
Persetujuan Pembimbing.................................................................................. ii
Pengesahan....................................................................................................... iii
Pernyataan........................................................................................................ iv
Motto dan Persembahan................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................. vi
Abstrak............................................................................................................. viii
Daftar Isi........................................................................................................... x
Daftar Lampiran............................................................................................... xii
Daftar bagan, gambar, dan tabel ..................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. .............................................................................................. L
atar Belakang................................................................................. 1
B. .............................................................................................. I
dentifikasi Masalah........................................................................ 7
C. .............................................................................................. P
erumusan Masalah......................................................................... 8
D. .............................................................................................. T
ujuan Penelitian ............................................................................. 8
E................................................................................................ M
anfaat Penelitian ............................................................................ 9
F................................................................................................ Pemb
atasan Istilah dalam Judul.............................................................. 9
G. ............................................................................................. Siste
matika Skripsi............................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 13
A. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio..................................... 13

xi
B. Teori Konstruktivisme dan Model Pembelajaran
Berbasis Portofolio........................................................................ 56
C. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Model Pebelajaran
Berbasis Porotofolio...................................................................... 65
D. Kerangka Berpikir ......................................................................... 70
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 72
A. Desain Penelitian............................................................................ 72
B. Tahap-tahap Penelitian................................................................... 73
C. Informan Penelitian........................................................................ 77
D. Fokus Penelitian............................................................................. 77
E. Metode Pengumpulan Data............................................................ 78
F. Objektifitas dan Keabsahan Data................................................... 80
G. Proses Pencatatan Data dan Teknik Analisis Data......................... 84

BAB IV PENYAJIAN DATA......................................................................... 90
A. Deskripsi Penemuan Data .............................................................. 90
B. Analisis Data.................................................................................. 115

BAB V TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA .......................... 151
A. .............................................................................................. Credi
bility ..................................................................................................... 151
B. .............................................................................................. Trans
ferability............................................................................................... 153
C. .............................................................................................. Depe
ndability ............................................................................................... 154
D. .............................................................................................. Konfi
rmability............................................................................................... 155

xii
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................ 156
A. Simpulan ....................................................................................... 156
B. Rekomendasi .................................................................................. 157
Daftar Pustaka.................................................................................................. 158
Lampiran .......................................................................................................... 160


xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian .............................................. 160
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................... 162
Lampiran 3 Transkrip Hasil Wawancara........................................................ 163
Lampiran 4 Transkrip Hasil Observasi .......................................................... 179












































xiv
DAFTAR
BAGAN, GAMBAR DAN TABEL
Halaman
Daftar Bagan
Bagan 1. Hubungan KBK dengan Model Pembelajaran Portofolio................ 71
Bagan 2. Tahapan analIsis data kualitatif........................................................ 88

Daftar Gambar
Gambar 1. Proses apersepsi guru dengan memberikan contoh konkret 112
Gambar 2. Siswa aktif melakukan praktikum tentang perubahan energi ....... 113
Gambar 3. Prinsip belajar sambil bermain ..................................................... 113
Gambar 4. Proses pengambilan kesimpulan................................................... 113
Gambar 5. Contoh hasil karya siswa .............................................................. 115

Daftar Tabel
Tabel 1. Hasil observasi tentang pembuatan silabus....................................... 133
Tabel 2. Hasil observasi tentang pembuatan satuan acara pembelajaran....... 133
Tabel 3. Hasil observasi tentang pembuatan rencana pembelajaran............... 134
Tabel 4. Hasil observasi tentang pembelajaran partisipatorik dan CBSA....... 135
Tabel 5. Hasil observasi tentang kelompok belajar kooperatif ....................... 136
Tabel 6. Hasil observasi tentang pembelajaran reaktif reactive learning........ 137
Tabel 7. Hasil observasi tentang pembelajaran yang menyenangkan ............. 138
Tabel 8. Hasil observasi tentang sarana prasana dan media pembelajaran ..... 139
Tabel 9. Hasil observasi tentang kondisi siswa............................................... 141
Tabel 10. Hasil observasi tentang penilaian.................................................... 143



xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, dunia pendidikan
dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang handal. Sumber daya
yang dimaksud tidak tercipta hanya melalui pendidikan tinggi, melainkan diawali
dari pendidikan dasar dan menengah. Pendidikan dalam kajian ini untuk
selanjutnya adalah dalam konteks pendidikan formal, maka yang dimaksud
pendidikan adalah pembelajaran.
Pembelajaran saat ini perlu lebih menekankan how (bagaimana
membelajarkan) daripada what (apa yang dibelajarkan). Guru tidak lagi hanya
bertugas memberikan informasi kepada siswa. Tugas guru saat ini diharapkan
dapat memotivasi siswa untuk mencari informasi baru diluar kelas di sekolah.
Belajar tidak hanya disekolah, belajar juga dapat dilakukan diluar sekolah.
Guru tidak harus menyampaikan pelajaran sesuai dengan kurikulum,
tetapi dituntut dapat mengembangkan potensi siswanya. Artinya, pembelajaran

xvi
tidak lagi terikat dan dibatasi dinding-dinding kelas. Guru dituntut
mengembangkan metode secara kreatif dan inovatif. Guru bukan lagi sebagai
pusat pembelajaran, melainkan sebagai fasilitator. Sumber pembelajaran bisa
berupa buku, lingkungan, dan masyarakat, termasuk internet.
Dengan demikian, siswa akan menyukai materi yang diberikan, bahkan
akan terus menuntut untuk maju serta menemukan hal-hal baru pada bidang yang
diminati untuk membangun kompetensi diri.
Waktu pembelajaran dikelas sangat terbatas, mustahil siswa dapat
memahami seluruh materi yang diajarkan dalam waktu yang terbatas tersebut.
Akan lebih baik jika para siswa diberi garis besar materi lalu ditunjukkan manfaat
dari materi yang dipelajarinya dan diberikan alat-alat untuk mendalami materi
lebih jauh diluar kelas. Jadi dalam pembelajaran terjadi proses membangun atau
mengkonstruksi pengetahuan, yang melibatkan diri siswa yang sedang belajar
dengan pengetahuan yang sedang dipelajarinya Setelah itu diadakan diskusi
untuk membahas materi tersebut.
Setiap bentuk pembelajaran diharapkan dapat menghasilkan produk
dalam bentuk sumber daya manusia sesuai dengan tingkat tujuan pendidikannya,
serta kebutuhan masyarakat. Wardiman Djojonegoro (1993) menghendaki agar
bangsa yang produktif dikembangkan lewat sumber daya manusia yang
berbudaya. Hal ini sesuai dengan pengaitan antara dunia pendidikan dengan dunia
pembangunan, khususnya dunia kerja yang terkenal dengan istilah Link and
Match.

xvii
Paradigma baru pendidikan, menghendaki dilakukan inovasi yang
terintegrasi dan berkesinambungan. Salah satu wujudnya adalah inovasi yang
dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kebiasaan guru dalam
mengumpulkan informasi mengenai tingkat pemahaman siswa melalui
pertanyaan, observasi, pemberian tugas dan tes akan sangat bermanfaat dalam
menentukan tingkat penguasaan siswa dan dalam evaluasi keefektifan proses
pembelajaran.
Informasi yang akurat tentang hasil belajar, minat dan kebutuhan siswa
hanya dapat diperoleh melalui asesmen dan evaluasi yang efektif. Penilaian yang
biasa digunakan dalam sistem pendidikan kita adalah melalui deskripsi kuantitatif,
yaitu tes (tertulis). Sedangkan asesmen yang sedang berkembang saat ini adalah
penilaian portofolio yang disinyalir memiliki banyak manfaat baik bagi guru
maupun bagi siswa.
Misi GBHN 1999 dalam bidang pendidikan adalah mewujudkan sistem
pendidikan dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu untuk
memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas,
sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia
Indonesia.
Dalam kaitannya dengan tuntutan akan demokratisasi pada era reformasi
saat ini, kelemahan utama dalam sistem pendidikan di Indonesia ialah pelaksanaan
proses pembelajaran yang kurang mendorong terjadinya pengembangan siswa
yang dinamis dan budaya berpikir kritis. Oleh karena itu, dalam Undang-Undang

xviii
Nomor 22 tahun 2000 Bab XI tentang Program Pendidikan Nasional dicantumkan
bahwa tantangan yang dihadapi dunia pendidikan yaitu budaya berpikir kritis
yang masih rendah.
Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya suatu model pembelajaran sebagai
alternatif untuk mewujudkan misi GBHN dan sekaligus menjawab tantangan yang
dihadapi dunia pendidikan seperti yang dituangkan dalam Undang-Undang
Nomor 22 tahun 2000 tersebut.
Model Pembelajaran Berbasis Portofolio merupakan alternatif Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA). Karena
sebelum, selama dan sesudah proses belajar mengajar guru dan siswa dihadapkan
pada sejumlah kegiatan. Diharapkan siswa akan mendapat banyak manfaat baik
hasil belajar utama maupun hasil pengiring akademik dan sosial.
Pola fikir pembelajaran siswa perlu diubah dari sekedar memahami
konsep kearah kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep
lain prinsip keilmuan yang telah dikuasai. Sebagaimana paradigma pendidikan
yang digariskan oleh UNESCO dalam empat misi pendidikan menuju abad 21
yang dikutip Akhmad Hidayatullah al Arifin dan Endah Sulistyowati (2002:1-2),
yaitu :
a. Belajar untuk berfikir (learning to think)
b. Belajar untuk berbuat (learning to do)
c. Belajar untuk hidup bersama (learning to life)
d. Belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be)

xix
Sebagai suatu inovasi, model pembelajaran berbasis portofolio tidak
memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru laksana botol kosong yang
diisi dengan ilmu pengetahuan. Melalui model pembelajaran berbasis portofolio
siswa diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman
belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya
baik lingkungan fisik, sosial, mapun budaya, sehingga mampu membangun
pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to know).
Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat membangun
pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan berinteraksi
dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (learning to live
together) akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan
melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan
perbedaan hidup.
Belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun
makna atau pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk
melakukan proses itu. Artinya memberikan waktu yang cukup untuk berpikir
ketika siswa menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk
membangun sendiri gagasannya. Tidak membantu siswa terlalu dini, menghargai
usaha siswa walaupun hasilnya belum memuaskan, dan menantang siswa
sehingga berbuat dan berpikir merupakan strategi guru yang memungkinkan siswa
menjadi pembelajar seumur hidup. Tanggung jawab belajar berada pada diri
siswa, tetapi guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong
motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.

xx
Terdapat beberapa prinsip belajar, yaitu :
1. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.
2. Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi
problematik.
3. Belajar dengan pemahaman akan lebih bermakna daripada belajar dengan
hapalan.
4. Belajar secara menyeluruh akan lebih berhasil daripada belajar secara
terbagi-bagi.
5. Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu
sendiri.
6. Belajar merupakan proses yang kontinu.
7. Proses memerlukan metode yang tepat.
8. Belajar memerlukan minat dan perhatian siswa (Fajar, 2002:10-11).
Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dapat digolongkan dalam 5 hal,
yaitu :
1. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan
eksperimen dan demonstrasi.
2. Aktivias lisan (oral activities) seperti bercerita, menyanyi, membaca sajak,
tanya jawab, diskusi.
3. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan
penjelasan guru, ceramah.
4. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, melukis, menari.

xxi
5. Aktivitas menulis (writting activities) seperti mengarang, membuat
makalah (Fajar, 2002:13).
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan satu bentuk
perubahan konsep berpikir tersebut, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang
dirancang untuk membantu siswa dalam memahami teori secara mendalam
melalui pengalaman belajar praktik empirik. Praktik belajar ini dapat menjadi
program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi
siswa, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, memberanikan diri
untuk berperan serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah dan antar anggota
masyarakat (Budimansyah, M.Si, 2002:3)
Maka dari itu penulis merasa perlu mengadakan suatu penelitian dengan
tema model pembelajaran berbasis portofolio, untuk mengetahui pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dan kendala-kendalanya di SD Negeri Barusari 03
Semarang.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diperoleh suatu
pengamatan dan analisis inovasi pembelajaran yang menyebabkan sumber daya
manusia Indonesia tidak mengalami peningkatan, sehingga muncul identifikasi
masalah yang diantaranya adalah:
1. Peningkatan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan dapat
ditempuh salah satunya dengan cara penggunaan inovasi pembelajaran
yang lebih menekankan how (bagaimana membelajarkan siswa) daripada
what (apa yang dibelajarkan kepada siswa).

xxii
2. Dalam proses belajar mengajar, guru bukan lagi sebagai pusat
pembelajaran melainkan hanya sebagai fasilitator pembelajaran sehingga
model pembelajaran alternatif yang dikembangkan adalah Cara Belajar
Siswa Aktif dan Cara Mengajar Guru Aktif.
3. Kelemahan utama dalam sistem pendidikan di Indonesia ialah pelaksanaan
proses pembelajaran yang kurang mendorong terjadinya pengembangan
siswa yang dinamis dan budaya berpikir kritis.
Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut, maka inovasi model
pembelajaran yang dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis
portofolio sangatlan perlu dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia.
C. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan dipecahkan/ dicari solusinya dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio di SD
Negeri Barusari 03 Semarang?
2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan model
pembelajaran berbasis portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh gambaran secara objektif tentang pelaksanaan model
pembelajaran berbasis portofolio di SD Negeri Barusari 03 semarang.

xxiii
2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam
pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio di SD Negeri
Barusari 03 semarang.
E. MANFAAT PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, manfaat
yang diharapkan adalah:
1. Manfaat teoritis
a. Konsep yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan masukan bagi
dunia pendidikan.
b. Hasil penelitian dapat menjadi sumber bahan yang penting bagi para
peneliti bidang pendidikan.
c. Memberi rekomendasi para peneliti lain untuk melakukan penelitian yang
sejenis atau melanjutkan penelitian tersebut secara lebih luas dan
mendalam.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru di SD Negeri
Barusari 03 Semarang, sebagai bahan untuk menentukan kebijakan dan
langkah-langkah efektif bidang pendidikan, terutama yang berhubungan
dengan model pembelajaran berbasis portofolio.
F. PEMBATASAN ISTILAH DALAM JUDUL
Untuk memudahkan dan menghindari salah pengertian terhadap
penelitian ini, maka akan lebih jelas apabila penulis memberikan pengertian dan
batasan masing-masing istilah, yaitu sebagai berikut:

xxiv
1. Model adalah suatu tipe atau desain, suatu deskripsi atau analogi yang
dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat
dengan langsung diamati (Komaruddin dan Yooke Tjuparman, S,
2000:152)
2. Pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan atau
pemahaman atau keterampilan (termasuk penguasaan kognitif, afektif dan
psikomotor) melalui studi, pengajaran atau pengalaman (Komaruddin dan
Yooke Tjuparman, S, 2000:179)
3. Berbasis dapat diartikan berdasar pada atau berfokus pada.
4. Portofolio sebagai konsep pembelajaran atau model pembelajaran (model
pembelajaran berbasis portofolio) yaitu suatu bentuk inovasi pembelajaran
yang dirancang untuk membantu siswa memahami teori secara mendalam
melalui pengalaman belajar secara empirik (Budimansyah, 2002:3).
5. Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan
atau menginterpretasi suatu kasus (case) dalam konteksnya secara natural
tanpa adanya intervensi dari pihak luar (Salim, 2001:93).
6. SD Negeri Barusari 03 Semarang adalah tempat dimana penelitian ini akan
berlangsung.
G. SISTEMATIKA SKRIPSI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Perumusan Masalah

xxv
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Pembatasan Istilah dalam Judul
G. Sistematika Skripsi
BAB II LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
B. Teori Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Berbasis
Portofolio
C. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Model
Pembelajaran Berbasis Portofolio
D. Kerangka Berfikir
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Tahap-tahap Penelitian
C. Informan Penelitian
D. Fokus Penelitian
E. Metode Pengumpulan Data
F. Objektivitas dan Keabsahan Data
G. Proses Pencatatan dan Teknik Analisis Data
BAB IV PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Penemuan Data
B. Analisis data


xxvi
BAB V TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA
A. Credibility
B. Transferability
C. Dependability
D. Konfirmability
BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Simpulan
2. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN



























xxvii
BAB II
LANDASAN TEORI

A. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO
1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, istilah Portofolio mulai
banyak dikenal seiring dengan diberlakukannya Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Banyak para ahli yang memberi batasan tentang
Portofolio, antara lain sebagai berikut :
Menurut Dasim Budimansyah (2002:1) Portofolio dapat diartikan
sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial paedagogis
maupun sebagai adjective. Sebagai suatu wujud benda fisik Portofolio
adalah bundel, yaitu kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan siswa yang
disimpan dalam pada suatu bundel. Misalnya hasil test awal (pree-test),
tugas-tugas piagam penghargaan, hasil test akhir (post-test) dan sebagainya.
Sebagai suatu proses sosial paedagogis, Portofolio adalah collection of
learning experience yang terdapat di dalam pikiran siswa baik yang
berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan
sikap (afektif). Adapun sebagai suatu adjective Portofolio sering
disandingkan dengan konsep lain, misalnya dengan konsep pembelajaran
maka dikenal istilah pembelajaran berbasis portofolio (portfolio based
learning), sedangkan jika disandingkan dengan konsep penilaian maka
dikenal istilah penilaian berbasis portofolio (portfolio based assessment).

xxviii
Paulson (191:60) mendefinisikan Portofolio sebagai kumpulan
pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan
mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup
partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan
bukti refleksi diri.
Menurut Gronlund (1998:159) Portofolio mencakup berbagai
contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang
harus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuan penggunaan portofolio.
Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan
belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak
lain yang tertarik berkepentingan.
Portofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan
perkembangan siswa. Karena menyadari proses belajar sangat penting untuk
keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat
kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap
keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu.
Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa
atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan
teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa,
jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan
hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan
atau jurnal yang dibuat siswa.

xxix
Portofolio biasanya merupakan karya terpilih dari seorang siswa,
tetapi dapat juga berupa karya terpilih dari satu kelas secara keseluruhan
yang bekerja sama secara kooperatif dalam memecahkan masalah. Karya
terpilih dari portofolio yang harus menjadi kumpulan karya siswa harus
yang dapat menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan atau kata lain Portofolio bukanlah kumpulan bahan-
bahan yang asal comot yang tidak relevan atau kurang signifikan dengan
bahan atau topik pembelajaran.
2. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Model pembelajaran berbasis portofolio mengacu pada sejumlah
prinsip dasar pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar pembelajaran yang
dimaksud adalah prinsip belajar siswa aktif (student active learning),
kelompok belajar kooperatif (cooperative learning), pembelajaran
partisipatorik, mengajar yang reaktif (reactive learning) dan pembelajaran
yang menyenangkan (joyfull learning) (Budimansyah, 2002:8).
a. Prinsip belajar siswa aktif
Proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis portofolio berpusat pada siswa. Dengan demikian, model ini
menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktivitas siswa hampir di seluruh
proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan
lapangan dan pelaporan.
Dalam fase perencanaan aktivitas siswa terlihat pada saat
mengidentifikasi masalah dengan mengunakan teknik bursa ide (brain

xxx
strorming). Setiap siswa boleh menyampaikan masalah yang menarik
baginya, tentu saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah
masalah terkumpul, siswa melakukan voting untuk memilih satu
masalah untuk kajian kelas.
Dalam fase kegiatan lapangan, aktivitas siswa lebih tampak.
Dengan berbagai teknik mereka mengumpulkan data dan informasi
yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang menjadi kajian
kelas mereka.
Pada fase pelaporan aktivitas mereka berfokus pada pembuatan
portofolio kelas. Segala bentuk data dan informasi disusun secara
sistematis dan disimpan pada sebuah bundel. Adapun data dan informasi
yang paling penting dan menarik (eyes catching) ditempel pada
portofolio seksi penayangan yaitu papan panel yang terbuat dari kardus
bekas atau bahan lain yang tersedia. Setelah portofolio selesai dibuat,
dilakukan public hearing dalam kegiatan show case dihadapan dewan
juri.
b. Kelompok belajar kooperatif
Proses pembelajaran dengan model ini juga menerapkan
prinsip belajar kooperatif yaitu proses pembelajaran yang berbasis
kerjasama. Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama antar siswa dan
antar komponen-komponen lain di sekolah, termasuk kerjasama sekolah
dengan orang tua siswa dan lembaga terkait.

xxxi
Kerjasama antar siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah
memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama. Dengan komponen-
komponen sekolah juga sering kali harus dilakukan kerjasama, misalnya
pada saat para siswa hendak mengumpulkan data dan informasi
lapangan sepulang sekolah. Orang tua perlu juga diberi pemahaman,
manakala anaknya pulang agak terlambat dari sekolah karena
melakukan kunjungan lapangan terlebih dahulu.
Kerjasama dengan lembaga terkait diperlukan pada saat para
siswa merencanakan mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau
suatu kawasan yang menjadi tanggung jawab lembaga tertentu.
c. Pembelajaran partisipatorik
Model pembelajaran berbasis portofolio juga menganut prinsip
dasar pembelajaran partisipatorik, sebab melalui model ini siswa belajar
sambil melakoni (learning by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu
adalah siswa belajar hidup berdemokrasi.
Sebagai contoh pada saat memilih masalah untuk kajian kelas,
memiliki makna bahwa siswa dapat menghargai dan menerima pendapat
yang didukung suara terbanyak. Pada saat berlangsungnya perdebatan,
siswa belajar mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang
lain, menyampaikan kritik dan sebaliknya belajar menerima kritik,
dengan tetap berkepala dingin. Proses ini mendukung adagium yang
menyatakan bahwa democracy is not in heredity but learning
(demokrasi itu tidak diwariskan, tetapi dipelajari dan dialami).

xxxii
Oleh karena itu mengajarkan demokrasi harus dalam suasana
yang demokratis dan untuk mendukung kehidupan yang demokratis
(teaching democracy in and for democracy). Tujuan ini hanya dapat
dicapai dengan belajar sambil melakoni atau dengan kata lain harus
menggunakan prinsip belajar partisipatorik.
d. Reactive learning
Untuk menerapkan model pembelajaran berbasis portofolio,
guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar siswa mempunyai
motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang seperti itu akan dapat
tercipta jika guru dapat meyakinkan siswa akan kegunaan materi
pelajaran bagi kehidupan nyata.
Ciri guru reaktif diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Menjadikan siswa sebagi pusat kegiatan belajar
b. Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui dan
dipahami siswa
c. Selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa dengan
membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna
bagi kehidupan siswa
d. Segera mengenali materi atau metode pembelajaran yang membuat
siswa bosan. Jika hal ini terjadi maka ia segera menanggulanginya
(Budimansyah, 2002:12-13).
Model pembelajaran berbasis portofolio mensyaratkan guru
yang reaktif, sebab tidak jarang pada awal pelaksanaan model ini, siswa

xxxiii
ragu dan bahkan malu untuk mengemukakan pendapat. Hal tersebut
terjadi karena secara empirik potensi dan kemampuan siswa yang
bervariasi.
e. Joyfull learning
Salah satu teori belajar menegaskan bahwa sesulit apapun
materi pelajaran, apabila dipelajari dalam suasana yang menyenangkan
maka pelajaran tersebut akan mudah dipahami. Sebaliknya walaupun
materi pelajaran tidak terlampau sulit untuk dipelajari, namun apabila
suasana belajar membosankan dan tidak menarik maka pelajaran akan
sulit dipahami.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka agar para siswa mudah
memahami materi pelajaran, mereka harus belajar dalam suasana yang
menyenangkan, penuh daya tarik dan penuh motivasi. Model
pembelajaran berbasis portofolio menganut prinsip dasar bahwa belajar
itu harus dalam suasana yang menyenangkan (joyfull learning). Melalui
model ini para siswa diberi keleluasaan untuk memilih tema belajar
yang menarik bagi dirinya (Budimansyah, 2002:16).
3. Langkah-Langkah Pembelajaran
Sebagai suatu inovasi, model pembelajaran berbasis portofolio
tidak memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru laksana botol
kosong yang diisi dengan ilmu pengetahuan
Sesuai dengan misi pendidikan menuju abad 21 seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya yaitu learning to do, learning to know, learning

xxxiv
to be dan learning to live together, terdapat sejumlah langkah-langkah
dalam pembelajaran portofolio, antara lain :
a. Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat
Selaku warga masyarakat, siswa dibiasakan selalu peka terhadap
masalah-masalah kemasyarakatan dilingkungannya. Siswa harus juga
terampil memecahkan masalah-masalah sosial.
Untuk melakukan identifikasi masalah dalam model
pembelajaran berbasis portofolio dapat ditempuh dua cara yaitu :
Kegiatan kelompok kecil
Untuk melakukan identifikasi masalah, perlu diawali
dengan diskusi kelas guna berbagi pengetahuan tentang masalah-
masalah di masyarakat. Dalam mengerjakan kegiatan ini, seluruh
siswa hendaknya membaca dan mendiskusikan masalah-masalah
yang ditemukan dalam masyarakat. Setiap kelompok (3-4 anak)
diminta untuk mencari satu masalah lalu mendiskusikannya dalam
kelompok kecil tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita dihadapkan
pada sejumlah masalah. Kadang masalah-masalah tersebut datang
silih berganti tetapi juga kadang datang bersamaan. Tugas kita
adalah menghadapi dan memecahkannya, kita tidak boleh
menghindar dari setiap permasalahan yang ada.



xxxv
Pekerjaan rumah
Proses diskusi dalam kelompok kecil guna
mengidentifikasi dan menganalisis masalah belum cukup
memberikan informasi tentang masalah mana yang pantas untuk
dijadikan kajian kelas.
Untuk menentukan masalah yang akan dikaji dalam kelas,
diperlukan informasi yang cukup terutama tentang kelayakan
masalah tersebut untuk dikaji serta ketersediaan sumber-sumber
informasi yang dapat dijadikan rujukan dalam memecahkan
masalah tersebut. Untuk itu para siswa harus diberi pekerjaan
rumah. Ada dua hal yang harus dikerjakan siswa. Pertama,
menemukan lebih banyak masalah yang ada di masyarakat. Kedua,
menemukan kebijakan-kebijakan yang dirancang untuk
memecahkan masalah-masalah tersebut. Tugas pekerjaan rumah ini
meliputi :
o Tugas wawancara
Para siswa dapat melakukan wawancara dengan ayah atau ibu
di rumah, teman, tetangga dan orang lain yang dipandang
memahami masalah yang sedang dianalisis. Dapatkan apa yang
mereka ketahui tentang masalah tersebut dan bagaimana
perasaan mereka berkenaan dengan masalah tersebut.



xxxvi
o Mencari informasi dari media cetak
Para siswa dapat membaca buku, majalah atau surat kabar yang
memuat tulisan atau artikel mengenai masalah yang sedang
dianalisis. Untuk memahami posisi tulisan atau artikel tersebut
serta untuk memahami kebijakan apa yang ditawarkan untuk
memecahkan masalah, tentu saja para siswa harus membacanya
dengan seksama dan tidak cukup satu kali. Bawalah bahan-
bahan yang diperoleh ke kelas. Beritahukanlah bahan-bahan
tersebut kepada guru dan teman sekelas.
o Mencari informasi dari media elektronik
Para siswa harus mencari dan mendengarkan laporan berita
pada televisi atau radio yang berkenaan dengan masalah dan
kebijakan-kebijakan untuk menangani masalah tersebut.
Bawalah informasi tersebut ke kelas untuk diberitahukan
kepada guru dan teman sekelas.
b. Memilih masalah untuk kajian kelas
Apabila kelas telah cukup memiliki informasi untuk membuat
keputusan, kelas hendaknya memilih satu masalah atas dasar suara
terbanyak dengan cara :
Membuat daftar masalah
Setiap kelompok kecil yang telah mengidentifikasi dan
menganalisis masalah dengan dukungan informasi yang memadahi

xxxvii
menetapkan satu masalah untuk ditulis dalam daftar masalah di
papan tulis.
Setelah semua masalah terdaftar, salah satu wakil
kelompok diminta menjelaskan alasan pemilihan masalah tersebut,
seberapa penting masalah tersebut bagi masyarakat dan sejauh
mana ketersediaan data dan informasinya dalam memecahkan
masalah.
Melaksanakan pemungutan suara (voting)
Setelah informasi awal yang menyangkut masalah tersebut
cukup dipahami, maka langkah selanjutnya adalah pemilihan
masalah, agar masalah yang dipilih benar-benar berkualitas.
Pemilihan dapat dilakukan lewat dua tahap :
o Tahap I (secara terbuka)
Setiap siswa memilih tiga masalah prioritas secara terbuka
o Tahap II (secara tertutup)
Dari tiga masalah prioritas pilihan siswa tersebut, dipilih lagi
satu masalah secara tertutup. Dengan demikian akhirnya
terpilih satu masalah yang akan terpilih sebagai kajian kelas.
c. Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh
kelas
Terdapat dua kegiatan dalam mengumpulkan informasi tentang
masalah yang akan dikaji oleh kelas, yaitu :


xxxviii
Kegiatan kelas : mengidentifikasi sumber-sumber informasi
Setelah memilih satu masalah untuk dikaji, maka langkah
selanjutnya adalah kelas harus mencari informasi ke sumber-sumber
informasi. Semakin banyak sumber-sumber informasi yang didapat
akan lebih baik. Contoh-contoh sumber informasi antara lain :
perpustakaan, kantor penerbit surat kabar, biro kliping, pakar di
perguruan tinggi, pakar hukum dan hakim, kepolisian, kantor
legislatif, kantor pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan dan
kelompok kepentingan, jaringan informasi elektronik.
Tugas pekerjaan rumah
Setelah kelas memutuskan sumber-sumber informasi yang
akan dihubungi, langkah berikutnya kelas dibagi ke dalam tim/
kelompok peneliti. Setiap tim harus bertanggung jawab untuk
mengumpulkan informasi yang berbeda dengan cara wawancara.
d. Mengembangkan Portofolio kelas
Dalam mengembangkan portofolio kelas terdapat dua hal yang
harus diperhatikan yaitu spesifikasi portofolio dan kelompok portofolio,
sehingga portofolio tersebut dapat benar-benar dipahami oleh kelas dan
berbagai pihak yang bersangkutan.
Spesifikasi portofolio
Jika informasi yang didapat dirasa cukup maka mulailah
mengembangkan portofolio kelas. Portofolio yang dikembangkan
meliputi dua seksi, yaitu portofolio seksi penayangan dan seksi

xxxix
dokumentasi. Portofolio seksi penayangan adalah portofolio yang
akan ditayangkan sebagai bahan presentasi kelas pada saat show case.
Portofolio seksi dokumentasi adalah portofolio yang disimpan pada
binder yang berisi data dan informasi lengkap setiap kelompok
portofolio.
o Portofolio seksi penayangan
Bagian ini harus terdiri atas empat lembar papan poster atau papan
busa atau yang sejenisnya, dengan ukuran masing-masing kurang
lebih 75 x 90 cm. Karya dari masing-masing kelompok portofolio
ditempatkan/ ditempelkan pada salah satu dari empat papan poster
tersebut. Bahan-bahan yang ditayangkan dapat meliputi
pernyataan-pernyataan tertulis, daftar sumber informasi, peta,
grafik, foto, gambar, karikatur, karya seni asli dan sebagainya.
o Portofolio seksi dokumentasi
Bagian ini merupakan kumpulan bahan-bahan terbaik sebagai
dokumen atau bukti penelitian, misalnya berupa berita, artikel,
gambar, foto, grafik dan tabel, data lengkap hasil wawancara, data
hasil analisis bahan cetak dan sebagainya. Bahan-bahan ini harus
disatukan dalam sebuah map jepit (binder) bercincin tiga. Bahan-
bahan tersebut harus dipisahkan kedalam empat bab. Bab pertama,
berisi tentang penjelasan masalah. Bab kedua, tentang kebijakan-
kebijakan alternatif untuk memecahkan masalah. Bab ketiga,

xl
tentang usulan kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah. Bab
keempat, berisi tentang rencana tindakan.
Kelompok portofolio
Selanjutnya kelas dibagi kedalam empat kelompok
portofolio. Masing-masing kelompok ditugasi untuk membuat salah
satu bagian dari portofolio kelas. Setiap kelompok portofolio
hendaknya memilih bahan-bahan yang dikumpulkan oleh semua tim
peneliti sesuai dengan keperluannya. Berikut ini adalah tugas-tugas
setiap kelompok portofolio :
o Kelompok portofolio satu : Menjelaskan masalah. Kelompok ini
bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang akan menjadi
kajian kelas. Kelompok ini juga hendaknya menjelaskan mengapa
masalah tersebut penting dan mengapa tingkat atau badan
pemerintah tertentu harus memecahkan masalah tersebut.
o Kelompok portofolio dua : Mengkaji kebijakan alternatif untuk
mengatasi masalah. Kelompok ini bertanggung jawab untuk
menjelaskan berbagai kebijakan alternatif untuk memecahkan
masalah.
o Kelompok portofolio tiga : Mengusulkan kebijakan publik
untuk mengatasi masalah. Kelompok ini bertanggung jawab
untuk mengusulkan dan menjustifikasi kebijakan publik yang
disepakati kelas untuk memecahkan masalah.

xli
o Kelompok portofolio empat : Membuat rencana tindakan.
Kolompok ini bertanggung jawab untuk membuat rencana tindakan
yang menunjukkan bagaimana warga negara dapat mempengaruhi
pemerintah untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas.
e. Penyajian Portofolio (Show Case)
Tujuan show case
Setelah portofolio kelas selesai dibuat, kelas dapat
menyajikannya dalam kegiatan show case (gelar kasus) dihadapan
dewan juri (judges). Dewan juri adalah tiga hingga empat orang tokoh
yang mewakili sekolah dan masyarakat. Dewan juri ini akan menilai
penyajian para siswa atas dasar kriteria yang sama seperti yang
digunakan untuk membuat portofolio kelas.
Kegiatan show case memberikan pengalaman berharga
dalam menyajikan ide-ide atau gagasan-gagasan kepada orang lain
dan belajar bagaimana meyakinkan mereka agar dapat memahami
dan menerima ide atau gagasan tersebut. Agar kegiatan ini meriah,
kelas dapat mengundang bapak ibu guru lain, kepala sekolah,
perwakilan siswa dari kelas lain, orang tua siswa atau tokoh-tokoh
masyarakat yang berdedikasi terhadap dunia pendidikan. Ada empat
tujuan pokok dari kegiatan show case ini, yaitu sebagai berikut :
- Untuk menginformasikan kepada hadirin tentang pentingnya
masalah yang diidentifikasi di masyarakat.

xlii
- Untuk menjelaskan dan mengevaluasi kebijakan alternatif
untuk mengatasi masalah sehingga hadirin dapat memahami
keuntungan dan kerugian dari setiap kebijakan tersebut.
- Untuk mendiskusikan kebijakan yang dipilih kelas sebagai
kebijakan terbaik untuk mengatasi masalah.
- Untuk membuktikan bagaimana kelas dapat menumbuhkan
dukungan dalam masyarakat, lembaga legislatif dan eksekutif
yang terkait dengan penyusunan kebijakan publik.
Persiapan
Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum show case
diadakan adalah portofolio itu sendiri, penyajian lisan, tempat
pelaksanaan, juri dan moderator. Yang harus disiapkan pertama kali
adalah portofolionya sendiri. Pastikan keempat panel portofolio seksi
penayangan yang dibuat oleh masing-masing kelompok sudah
disatukan menjadi portofolio kelas. Pastikan pula bahwa portofolio
seksi dokumentasi yang terdiri atas empat bab sudah selesai disusun.
Komponen kedua adalah penyajian lisan. Para siswa
hendaknya melakukan latihan penyajian secara lisan terlebih dahulu
sebelum menyampaikannya dihadapan hadirin dan dewan juri.
Lakukanlah dihadapan teman-teman sekelas atau teman dari kelas
lain. Para siswa dapat meminta bantuan atau petunjuk orang tua atau
anggota masyarakat lainnya yang berpengalaman daam membuat
penyajian publik. Penyajian lisan hendaknya tidak dikuasai oleh satu

xliii
atau dua orang siswa saja. Penyajian lisan hendaknya memperlihatkan
proses belajar kooperatif.
Komponen lain yang harus disiapkan adalah tempat
pelaksanaan. Pilihlah satu ruangan yang cukup representatif, yaitu
yang diperkirakan cukup menampung hadirin yang diundang,
memiliki cukup penerangan, bersih dan jika perlu menggunakan
pengeras suara. Tatalah ruangan sesuai dengan keperluan show case.
Komponen ketiga yang harus disiapkan adalah juri.
Undanglah tiga atau empat orang tokoh yang mewakili sekolah dan
masyarakat. Dewan juri ini akan menilai penyajian para siswa atas
dasar kriteria yang sama seperti yang digunakan untuk membuat
portofolio kelas.
Komponen terakhir yang perlu disiapkan adalah moderator.
Moderator dalam pelaksanaan show case adalah guru pembimbing
kelas yang bersangkutan. Tugas moderator selain memimpin jalannya
pelaksanaan show case, juga harus memberikan pengarahan kepada
anggota dewan juri tentang tugas-tugas juri dan sistem penilaian yang
digunakan. Selain itu moderator harus meminta kesepakatan anggota
dewan juri untuk menetapkan salah seorang dari mereka menjadi
ketua dewan juri. Tugas ini sangat penting demi kelancaran sistem
penjurian pada khususnya dan kelancaran show case pada umumnya.



xliv
Pembukaan
Pertama-tama moderator membuka acara, dilanjutkan
dengan menginformasikan masalah yang dikaji oleh kelas dan
memperkenalkan nama-nama anggota dewan juri sambil
mempersilahkan anggota dewan juri mengamati portofolio kelas.
Waktu yang disediakan untuk fase ini sekitar 10 menit.
Penyajian lisan kelompok portofolio satu
Setelah pembukaan selesai, selanjutnya moderator
memanggil kelompok portofolio satu untuk memasuki ruangan.
Moderator mempersilahkan juru bicara kelompok memperkenalkan
diri dan mengenalkan nama-nama anggota kelompoknya. Setelah itu
mempersilahkan juru bicara kelompok satu untuk menjelaskan
masalah yang menjadi kajian kelas dihadapan dewan juri selama 5
menit.
Tanya jawab kelompok portofolio satu
Setelah juru bicara selesai mempresentasikan tugasnya,
moderator mempersilahkan ketua dewan juri untuk mengatur tanya
jawab dengan kelompok portofolio satu. Waktu yang disediakan
untuk tanya jawab sekitar 10 menit. Yang menjawab pertanyaan dari
dewan juri tidak harus juru bicara saja, anggota yang lain juga
diperbolehkan.



xlv
Penyajian lisan kelompok portofolio dua
Moderator memanggil kelompok portofolio dua untuk
memasuki ruangan dan mempersilahkan juru bicara kelompok dua
memperkenalkan diri dan mengenalkan nama-nama anggota
kelompoknya. Setelah itu mempersilahkan juru bicara kelompok
untuk mempresentasikan kajian mengenai kebijakan-kebijakan
alternatif untuk mengatasi masalah dihadapan dewan juri selama 5
menit.
Tanya jawab kelompok portofolio dua
Setelah juru bicara selesai mempresentasikan tugasnya,
moderator mempersilahkan ketua dewan juri untuk mengatur tanya
jawab dengan kelompok portofolio dua tersebut. Waktu yang
disediakan untuk tanya jawab sekitar 10 menit. Yang menjawab
pertanyaan dari dewan juri tidak harus juru bicara saja, anggota yang
lain juga diperbolehkan.
Selingan
Setelah dua kelompok portofolio selesai mempresentasikan
tugasnya masing-masing, kelas dapat menyajikan selingan berupa
penyajian kreativitas siswa misalnya menyanyi dan menari. Selingan
dimaksudkan untuk menghindari kejenuhan dan sekaligus untuk
meningkatkan daya tarik kegiatan show case itu sendiri. Selain itu
pada saat selingan waktu dapat digunakan dewan juri untuk

xlvi
menyelesaikan penilaian kelompok portofolio satu dan dua. Waktu
untuk selingan sekitar 10 menit.
Penyajian lisan kelompok portofolio tiga
Moderator memanggil kelompok portofolio tiga untuk
memasuki ruangan dan mempersilahkan juru bicara kelompok tiga
memperkenalkan diri dan mengenalkan nama-nama anggota
kelompoknya. Setelah itu mempersilahkan juru bicara kelompok
untuk mempresentasikan usulan kebijakan publik untuk mengatasi
masalah dihadapan dewan juri selama 5 menit.
Tanya jawab kelompok portofolio tiga
Setelah juru bicara selesai mempresentasikan tugasnya,
moderator mempersilahkan ketua dewan juri untuk mengatur tanya
jawab dengan kelompok portofolio tiga tersebut. Waktu yang
disediakan untuk tanya jawab sekitar 10 menit. Yang menjawab
pertanyaan dari dewan juri tidak harus juru bicara saja, anggota yang
lain juga diperbolehkan.
Penyajian lisan kelompok portofolio empat
Moderator memanggil kelompok portofolio empat untuk
memasuki ruangan dan mempersilahkan juru bicara kelompok empat
memperkenalkan diri dan mengenalkan nama-nama anggota
kelompoknya. Setelah itu mempersilahkan juru bicara kelompok
untuk mempresentasikan rencana tindakan (action plan) dihadapan
dewan juri selama 5 menit.

xlvii
Tanya jawab kelompok portofolio empat
Setelah juru bicara selesai mempresentasikan tugasnya,
moderator mempersilahkan ketua dewan juri untuk mengatur tanya
jawab dengan kelompok portofolio empat tersebut. Waktu yang
disediakan untuk tanya jawab sekitar 10 menit. Yang menjawab
pertanyaan dari dewan juri tidak harus juru bicara saja, anggota yang
lain juga diperbolehkan.
Tanggapan hadirin
Setelah seluruh kelompok portofolio selesai
mempresentasikan tugasnya masing-masing, moderator memberi
kesempatan kepada hadirin untuk menyampaikan tanggapan terhadap
penampilan para siswa. Tanggapan hadirin sangat penting sebagai
umpan balik bagi siswa sendiri maupun bagi guru pembimbingnya.
Pada saat hadirin menyampaikan tanggapan, waktu dapat digunakan
dewan juri untuk menyelesaikan penilaian kelompok portofolio tiga
dan empat. Waktu yang disediakan untuk acara tanggapan sekitar 10
menit.
Pengumuman dewan juri
Pada akhir show case, dewan juri mengumumkan hasil
penilaian mereka terhadap penampilan para siswa. Penilaian dewan
juri didasarkan pada kualitas portofolio kelas, yang meliputi
portofolio seksi penayangan maupun seksi dokumentasi dan
penampilan kelompok baik pada saat penyajian lisan maupun pada

xlviii
saat tanya jawab. Nilai dari tiap komponen tersebut dijumlahkan
menjadi nilai kelas. Pada saat kompetisi antar kelas, jumlah nilai
inilah yang dijadikan patokan untuk menentukan kejuaraan.
f. Kriteria dan Format Penilaian
Kriteria Penilaian
Portofolio yang dibuat dikelas hendaknya memenui
sejumlah kriteria tertentu, baik untuk tiap-tiap kelompok portofolio
maupun untuk portofolio keseluruhan. Semakin sesuai dengan kriteria
yang diminta, portofolio yang dibuat kelas tentunya akan semakin
baik. Sebaliknya semakin tidak sesuai dengan kriteria yang ada, maka
portofolio tersebut semakin tidak baik. Kriteria untuk tiap-tiap
kelompok portofolio tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kelengkapan
- Apakah setiap bagian memuat bahan sesuai dengan tugas
kelompok masing-masing?
- Apakah para siswa telah memasukkan lebih dari yang
diperlukan?
2) Kejelasan
- Apakah portofolio disusun dengan baik ?
- Apakah portofolio ditulis dengan jelas, sesuai dengan kaidah
tata bahasa dan menurut ejaan yang benar?
- Apakah hal-hal pokok dan argumen-argumen mudah untuk
dipahami?

xlix
3) Informasi
- Apakah informasi akurat?
- Apakah informasi mencakup fakta utama dan konsep-konsep
penting?
- Apakah informasi yang dimasukkan penting untuk memahami
masalah kajian kelas?
4) Dukungan
- Apakah portofolio memuat contoh-contoh untuk menjelaskan
atau mendukung hal-hal pokok?
- Apakah portofolio memuat penjelasan yang mendalam untuk
hal-hal pokok?
5) Data grafis
- Apakah data grafis yang ditayangkan berkaitan dengan isi dari
bagian portofolio?
- Apakah data grafis dimaksud memberikan informasi?
- Apakah data grafis yang ditayangkan itu diberi judul?
- Apakah data grafis yang ditayangkan membantu orang lain
memahami portofolio dengan baik?
6) Dokumentasi
- Apakah hal-hal pokok dari setiap bagian portofolio
didokumentasikan?
- Apakah portofolio disusun berdasarkan sumber-sumber yang
beragam dan terpercaya?

l
- Apabila para siswa mengutip atau menyadur karya orang lain,
apakah menyebutkan sumbernya?
- Apakah dokumentasi yang disusun berkaitan dengan portofolio
yang ditayangkan?
- Apakah sumber informasi yang dipilih adalah sumber informasi
terbaik dan terpenting?
7) Argumen kekonstitusionalan
- Apakah data penjelasan bahwa kebijakan publik yang diusulkan
kelas tidak melanggar konstitusi?
- Apakah ada penjelasan bahwa kebijakan publik yang diusulkan
kelas tidak melanggar peraturan perundang-undangan lainnya?
Disamping portofolio untuk tiap kelompok, portofolio
keseluruhan pun hendaknya memenuhi sejumlah kriteria tertentu.
Adapun kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Persuasif
- Apakah portofolio yang disusun memberikan bukti yang cukup
bahwa masalah yang dipilih itu penting?
- Apakah kebijakan publik yang diusulkan secara langsung
mengarah pada masalah?
- Apakah portofolio yang disusun menjelaskan begaimana para
siswa dapat memperoleh dukunga publik untuk kebijakan yang
diusulkan?


li
2) Kegunaan
- Apakah usulan kebijakan publik kelas praktis dan realistis?
- Apakah rencana kelas untuk memperoleh dukungan bagi
kebijakan yang diusulkan realistis
3) Koordinasi
- Apakah setiap bagian dari empat bagian portofolio seksi
penayangan berkaitan dengan bagian-bagian yang lainnya
tanpa mengulang informasi?
- Apakah portofolio seksi dokumentasi memberikan bukti untuk
mendukung portofolio seksi penayangan?
4) Refleksi
- Apakah bagian refleksi dan evaluasi pembuatan portofolio
menunjukkan bahwa para siswa telah memikirkan secara
cermat tentang pengalaman belajarnya?
- Apakah para siswa memperlihatkan bahwa dirinya telah belajar
dari pengalaman membuat portofolio.
Kriteria Penyajian Lisan
Tujuan penyajian lisan portofolio adalah untuk
membelajarkan siswa menyajikan dan mempertahankan pendapat
yang rasional berkaitan dengan upaya mempengaruhi kebijakan
publik. Untuk menilai baik buruknya penyajian lisan, hendaknya
berpedoman pada sejumlah kriteria berikut :


lii
Kriteria penyajian lisan untuk setiap kelompok :
1) Signifikasi: apakah kelompok memilih aspek-aspek terpenting dari
portofolionya untuk disajikan secara lisan?
2) Pemahaman: apakah penyaji memahami hakekat dan ruang
lingkup masalah, kebijakan-kebijakan alternatif yang mereka
identifikasi, kebijakan publik kelas dan rencana tindakan?
3) Argumentasi: apakah kelompok dalam menyajikan dan
mempertahankan pendapat-pendapatnya cukup memadai?
4) Responsif : apakah jawaban penyaji sesuai dengan pertanyaan
yang diajukan dewan juri?
5) Kerjasama kelompok: apakah sebagian besar siswa berpartisipasi
dalam penyajian? Adakah bukti tanggung jawab bersama?
Apakah para penyaji menghargai pendapat orang lain:
Kriteria penyajikan lisan keseluruhan :
1) Persuasif: apakah penyajian lisan secara keseluruhan menimbulkan
daya tarik untuk menerima kebijakan publik yang diusulkan oleh
kelas?
2) Kegunaan: apakah kebijakan yang diusulkan dan pendekatan-
pendekatan yang digunakan untuk memperoleh dukungan bagi
kebijakan tersebut realistis? Apakah kelas mempertimbangkan
hambatan-hambatan nyata?

liii
3) Koordinasi: apakah antar penyaji dari keempat kelompok
penyajian ada hubungannya yang jelas? Apakah setiap penyajian
dibangun dan diperluas atas dasar penyajian sebelumnya?
4) Refleksi: apakah penyajian siswa menunjukkan bahwa mereka
merefleksi dan belajar dari pembuatan portofolio?
Format Penilaian
Format penilaian portofolio meupun penyajian lisan
dikembangkan dengan mengacu pada kriteria portofolio dan kriteria
penyajian lisan. Format penilaian portofolio terdiri atas penilaian tiap
bagian dan tiap seksi portofolio. Tiap bagian portofolio maksudnya
adalah tiap panel portofolio, yaitu panel pertama yaitu yang dibuat
oleh kelompok portofolio satu, panel kedua yang dibuat oleh
kelompok portofolio dua, panel ketiga yang dibuat oleh kelompok
portofolio tiga dan panel keempat yang dibuat oleh kelompok
portofolio empat. Tiap seksi portofolio maksudnya adalah portofolio
seksi penayangan dan seksi dokumentasi.
Adapun format penilaian penyajian lisan terdiri atas
penilaian terhadap penyajian lisan masing-masing kelompok, yaitu
kelompok portofolio satu, dua, tiga dan empat serta penilaian
terhadap penyajian lisan keseluruhan. Format penilaian tersebut
masing-masing akan diuraikan tersebut di bawah ini:



liv
1) Lembar Penilaian Portofolio : Panel Satu
Menjelaskan Masalah
Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada bagian portofolio dengan skala 1-5,
dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah.
1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa.
No Kriteria Skor Catatan
1. Kelengkapan
Memuat deskripsi tentang :
Tingkat keseriusan dan
ketersebaran masalah di
masyarakat, negara dan
bangsa
Siapa yang bertanggung
jawab untuk menangani
masalah
Memadai tidaknya
kebijakan publik saat ini
untuk mengatasi masalah
Ketidaksepakatan dalam
masyarakat, jika ada,
tentang masalah
Individu dan kelompok
utama yang berpihak pada
masalah dan analisis
posisinya

2. Kejelasan
Tersusun dengan baik
Tertulis dengan baik


lv
Mudah dipahami
3. Informasi
Akurat
Cukup memadai
Penting

4. Dukungan
Memuat contoh untuk hal-
hal utama
Memuat alasan yan baik

5. Data grafis
Berkaitan dengan isi tiap
bagian
Diberi judul dengan tepat
Memberikan informasi
Meningkatkan pemahaman

6. Bagian dokumentasi
Cukup memadai
Data dipercaya
Berkaitan dengan tayangan
Selektif

Jumlah
Penilai : . Tanggal : .
2) Lembar Penilaian Portofolio : Panel Dua
Mengkaji Kebijakan Alternatif Untuk Mengatasi Masalah
Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada bagian portofolio dengan skala 1-5,
dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah.
1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa.

lvi
No Kriteria Skor Catatan
1. Kelengkapan
Deskrispi tentang kebijakan alternatif
yang meliputi :
Keuntungan
Kerugian
Pendukung
Penentang

2. Kejelasan
Tersusun dengan baik
Tertulis dengan baik
Mudah dipahami

3. Informasi
Akurat
Cukup memadai
Penting

4. Dukungan
Memuat contoh untuk hal-hal
utama
Memuat alasan yang baik

5. Data grafis
Berkaitan dengan isi tiap bagian
Diberi judul dengan tepat
Memberikan informasi
Meningkatkan pemahaman

6. Bagian dokumentasi
Cukup memadai
Data dipercaya
Berkaitan dengan tayangan


lvii
Selektif
Jumlah
Penilai : . Tanggal : .

3) Lembar Penilaian Portofolio : Panel Tiga
Mengusulkan Kebijakan Publik Untuk Mengatasi Masalah
Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada bagian portofolio dengan skala 1-5,
dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah.
1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa.
No Kriteria Skor Catatan
1. Kelengkapan
Memuat deskripsi tentang :
Kebijakan yang dianjurkan oleh
kelas
Keuntungan dan kerugiannya
Argumentasi kekonstitusionalan
Lembaga pemerintah mana yang
seharusnya melaksanakan
kebijakan yang diusulkan dan
mengapa

2. Kejelasan
Tersusun dengan baik
Tertulis dengan baik
Mudah dipahami

3. Informasi
Akurat
Cukup memadai
Penting


lviii
4. Dukungan
Memuat contoh untuk hal-hal
utama
Memuat alasan yang baik

5. Data grafis
Berkaitan dengan isi tiap bagian
Diberi judul dengan tepat
Memberikan informasi
Meningkatkan pemahaman

6. Bagian dokumentasi
Cukup memadai
Data dipercaya
Berkaitan dengan tayangan
Selektif

Jumlah
Penilai : . Tanggal : .

4) Lembar Penilaian Portofolio : Panel Empat
Membuat Rencana Tindakan
Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada bagian portofolio dengan skala 1-5,
dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah.
1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa.
No Kriteria Skor Catatan
1. Kelengkapan
Memuat deskripsi tentang :
Para pendukung di masyarakat
Para penentang di masyarakat
Para pendukung di pemerintah


lix
Para penentang di pemerintah
Penjelasan tentang bagaimana
individu masing-masing individu
dapat diyakinkan untuk
mendukung kebijakan
2. Kejelasan
Tersusun dengan baik
Tertulis dengan baik
Mudah dipahami

3. Informasi
Akurat
Cukup memadai
Penting

4. Dukungan
Memuat contoh untuk hal-hal
utama
Memuat alas an yan baik

5. Data grafis
Berkaitan dengan isi tiap bagian
Diberi judul dengan tepat
Memberikan informasi
Meningkatkan pemahaman

6. Bagian dokumentasi
Cukup memadai
Data dipercaya
Berkaitan dengan tayangan
Selektif

Jumlah
Penilai : . Tanggal : .


lx
5) Lembar Penilaian Portofolio Keseluruhan
Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada bagian portofolio dengan skala 1-5,
dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah.
1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa.
No Kriteria Skor Catatan
1. Persuasif
Memberikan alasan yang meyakinkan
bahwa :
Masalah yang dikaji adalah penting
Kebijakan yang diusulkan
mengarah pada masalah
Kebijakan yang diusulkan adalah
konstitusional

2. Kegunaan
Kebijakan yang diusulkan bersifat
realistis
Pendekatan untuk memperoleh
dukungan adalah realistis
Mempertimbangkan hambatan-
hambatan nyata

3. Koordinasi
Bagian-bagain portofolio :
Berkaitan dengan yang lain
Menghindari pengulangan
informasi





lxi
4. Refleksi
Menunjukkan terjadinya refleksi
Menunjukkan terjadinya proses
belajar

Jumlah

Skor total
(skor bagian 1-4 ditambah skor portofolio keseluruhan)
Skor Skor Skor Skor Skor Skor
Bagian + Bagian + Bagian + Bagian + Keselu = Total
Satu Dua Tiga Empat ruhan
Keterangan Skor:
90 - 100 = Istimewa Penilai : .
80 89 = Sangat Baik Tanggal : .
70 79 = Rata-rata
0 69 = Dibawah rata-rata
6) Lembar Penilaian Penyajian Lisan : Kelompok Satu
Menjelaskan Masalah
Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada kelompok portofolio satu dengan
skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah.
1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa.
No Kriteria Skor Catatan
1. Signifikasi
Seberapa besar tingkat
kebermaknaan informasi yang


lxii
dipilih siswa berkaitan dengan
bagian portofolionya yang akan
disajikan?
2. Pemahaman
Seberapa baik tingkat pemahaman
siswa terhadap hakekat dan ruang
lingkup masalah?

3. Argumentasi
Seberapa baik alasan yang diberikan
siswa bahwa masalah yang
dipilihnya signifikan?

4. Responsif
Seberapa besar tingkat kesesuaian
jawaban siswa dengan pertanyaan
yang diajukan oleh juri?

5. Kerjasama Kelompok
Seberapa besar kontribusi para
anggota kelompok terhadap
penyajian?
Adakah bukti tanggung jawab
bersama?
Apakan para penyaji menghargai
pendapat para siswa lainnya?

Jumlah
Penilai : . Tanggal : .
7) Lembar Penilaian Penyajian Lisan : Kelompok Dua
Mengkaji Kebijakan Alternatif Untuk Mengatasi Masalah
Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada kelompok portofolio dua dengan
skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah.

lxiii
1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa.
No Kriteria Skor Catatan
1. Signifikasi
Seberapa besar tingkat
kebermaknaan informasi yang
dipilih siswa berkaitan dengan
bagian portofolionya yang akan
disajikan?

2. Pemahaman
Seberapa baik tingkat pemahaman
siswa terhadap kebijakan-kebijakan
alternative yang mereka
identifikasi?

3. Argumentasi
Seberapa baik siswa menjelaskan
keuntungan dan kerugian dari setiap
kebijakan yang disajikan?
Seberapa baik mereka mendukung
penjelasan dalam menjawab
pertanyaan juri?

4. Responsif
Seberapa besar tingkat kesesuaian
jawaban siswa dengan pertanyaan
yang diajukan oleh juri?

5. Kerjasama Kelompok
Seberapa besar kontribusi para
anggota kelompok terhadap
penyajian?
Adakah bukti tanggung jawab


lxiv
bersama?
Apakah para penyaji menghargai
pendapat para siswa lainnya?
Jumlah
Penilai : . Tanggal : .
8) Lembar Penilaian Penyajian Lisan : Kelompok Tiga
Mengusulkan Kebijakan Publik Untuk Mengatasi Masalah
Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada kelompok portofolio tiga dengan
skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah.
1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa.
No Kriteria Skor Catatan
1. Signifikasi
Seberapa besar tingkat
kebermaknaan informasi yang
dipilih siswa berkaitan dengan
bagian portofolionya yang akan
disajikan?

2. Pemahaman
Seberapa baik tingkat pemahaman
siswa terhadap keuntungan-
keuntungan dan kerugian-kerugian
dari kebijakan public yang mereak
usulkan?

3. Argumentasi
Seberapa baik siswa memberikan
alasan bahwa kebijakan yang
diusulkannya itu merupakan suatu
pendekatan rasional?


lxv
4. Responsif
Seberapa besar tingkat kesesuaian
jawaban siswa dengan pertanyaan
yang diajukan oleh juri?

5. Kerjasama Kelompok
Seberapa besar kontribusi para
anggota kelompok terhadap
penyajian?
Adakah bukti tanggung jawab
bersama?
Apakah para penyaji menghargai
pendapat para siswa lainnya?

Jumlah
Penilai : . Tanggal : .
9) Lembar Penilaian Penyajian Lisan : Kelompok Empat
Membuat Rencana Tindakan
Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada kelompok portofolio empat dengan
skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah.
1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa.
No Kriteria Skor Catatan
1. Signifikasi
Seberapa besar tingkat
kebermaknaan informasi yang
dipilih siswa berkaitan dengan
bagian portofolionya yang akan
disajikan?



lxvi
2. Pemahaman
Seberapa baik tingkat pemahaman
siswa terhadap langkah-langkah
yang diperlukan agar kebijakan yang
diusulkan dapat diterima oleh
pemerintah?

3. Argumentasi
Seberapa baik siswa memberi alasan
bahwa rencana tindakannya itu
rasional?
Seberapa baik mereka menunjukkan
bahwa mereka dapat memperoleh
dukungan dan mengatasi tantangan
dalam masyarakatnya, lembaga
pemerintah dan lembaga legislative
terhadap rencana tindakannya?
Memadaikah mereka
mempertahankan pendapatnya pada
saat Tanya jawab dengan juri?

4. Responsive
Seberapa besar tingkat kesesuaian
jawaban siswa dengan pertanyaan
yang diajukan oleh juri?

5. Kerjasama Kelompok
Seberapa besar kontribusi para
anggota kelompok terhadap
penyajian?
Adakah bukti tanggung jawab
bersama?



lxvii
Apakah para penyaji menghargai
pendapat para siswa lainnya?
Jumlah
Penilai : . Tanggal : .
10) Lembar Penilaian Penyajain Lisan Keseluruhan
Untuk setiap criteria, berilah scor kepada bagian penyajian portofolio
keseluruhan dengan skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah
skor terendah.
1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa.
No Kriteria Skor Catatan
1. Persuasive
Keseluruhan penyajian menimbulkan
daya tarik terhadap kebijakan public
yang diusulkan oleh kelas

2. Kegunaan
Kebijakan yang diusulkan bersifat
realistis
Pendekatan untuk memperolah
dukungan adalah realistis
Mempertimbangkan hambatan
nyatas

3. Koordinasi
Masing-masing penampilan :
Berhubungan dengan yang lain
Masing-masing penyajian dibangun
dan dikembangkan atas dasar
penyajian sebelumnya


lxviii
4. Refleksi
Menunjukkan terjadinya refleksi
Menunjukkan terjadinya proses
belajar

Jumlah
Skor total
(skor bagian 1-4 ditambah skor portofolio keseluruhan)
Skor Skor Skor Skor Skor Skor
Bagian + Bagian + Bagian + Bagian + Keselu = Total
Satu Dua Tiga Empat ruhan
Keterangan Skor:
90 - 100 = Istimewa Penilai : .
80 89 = Sangat Baik Tanggal : .
70 79 = Rata-rata
0 69 = Dibawah rata-rata

g. Refleksi Pengalaman Belajar
Pengertian
Pada saat kelas selesai menyajikan portofolio dalam kegiatan
show case, hendaknya diikuti oleh kegiatan refleksi pengalaman
belajar. Merefleksi berarti bercermin, maknanya adalah bercermin
pada pengalaman belajar yang baru saja dilaksanakan para siswa
baik secara perorangan maupun kelompok.
Kegiatan belajar yang dilaksanakan sering kali memberikan
banyak sekali pengalaman, baik pengalaman yang menyenangkan

lxix
maupun yang tidak menyenangkan. Maka dalam kegiatan refleksi
ini, siswa diajak untuk melakukan evaluasi tentang apa dan
bagaimana mereka telah belajar, apa yang mungkin akan mereka
lakukan seandainya mereka bekerja dalam membuat portofolio lain
di masa dating. Dengan demikian, keigatan refleksi merupakan satu
cara untuk belajar yaitu belajar untuk tidak melakukan kesalahan
yang sama di masa mendatang.
Panduan untuk Melakuakan Refleksi Pengalaman belajar
Kegiatan merefleksi pengalaman belajar dapat dilakuakan
pada kelas secara klasikal. Pertama-tama guru dapat
mengkondisikan kelas untuk merenungkan pengalaman belajarnya
ke belakang, dari tahap kegiatan mengidentifikasi masalah, memilih
masalah untuk kajian kelas, mengidentifikasi sumber-sumber
informasi, mengumpulkan data dan informasi lapangan, membuat
portofolio kelas dan menyajikannya di hadapan dewan juri.
Selanjutnya siswa dimunta untuk merefleksi pengalaman belajarnya
secara perorangan maupun sebagai anggota kelas.
Hasil refleksi pengalaman belajar tersebut hendaknya
dimasukkan sebagai Bab Kelima pada portofolio seksi dokumentasi.
Karena hasil refleksi tersebut terdiri dari refleksi secara individual
dan kelas, maka hendaknya diletakkan secara terpisah.


lxx
B. TEORI KONSTRUKTIVISME DAN MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS PORTOFOLIO
Teori belajar konstruktivisme adalah dasar dari pengembangan
model pembelajaran berbasis portofolio, yang pada prinsipnya
menggambarkan bahwa siswa membentuk atau membangun
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan. Prinsip yang paling
umum dan paling esensisal dari teori konstruktivisme adalah bahwa dalam
merancang suatu pembelajaran, siswa memperoleh banyak pengetahuan
diluar kelas.
Von Glasersfeld membedakan adanya tiga taraf konstruktivisme
yaitu konstruktivisme radikal, realisme hipotesis dan konstruktivisme yang
biasa.
1. Konstruktivisme radikal
Kaum konstruktivitis radikal mengesampingkan hubungan
antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu criteria kebenaran.
Pengetahuan tidak merefleksikan suatu kenyataan ontologis objektif,
tetapi merupakan suatu pengaturan dan organisasi dari suatu dunia yang
dibentuk oleh pengalaman seseorang (Von Glasersfeld, 1984).
Konstruktivisme radikal berpegang bahwa kita hanya dapat
mengalami apa yang dibentuk/ dikonstruksi oeh pikiran kita. Bentukan
itu harus jalan dan tidak harus selalu merupakan representasi dunia
nyata. Bila kita percaya bahwa apa yang diketahui itu memberikan

lxxi
gambaran akan dunia nyata, semua itu adalah ilusi (Von Glasersfeld,
1989).
Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari seseorang yang
mengetahui, maka tidak dapat ditransfer kepada penerima yang pasif.
Penerima sendiri yang harus mengkonstruksi pengetahuan itu. Semua
yang ada disekitar hanyalah sarana untuk terjadinya konstruksi tersebut.
Dalam pandangan konstruktivisme radikal sebenarnya tidak
ada konstruksi sosial, dimana pengetahuan itu dikonstruksikan bersama,
karena masing-masing orang harus menyimpulkan dan menangkap
sendiri makna terakhir. Pandangan orang lain adalah bahan untuk
dikonstruksikan dan diorganisasikan dalam pengetahuan yang sudah
dimiliki orang itu sendiri.
2. Realisme hipotesis
Menurut realisme hipotesis, pengetahuan (ilmiah) dipandang
sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan berkembang
menuju suatu pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas
(Manuver, 1981 dalam Bettencourt, 1989). Menurut Manuver,
pengetahuan mempunyai relasi dengan kenyataan tetapi tidak sempurna.
3. Konstruktivisme yang biasa
Aliran ini tidak mengambil semua konsekuensi
konstruktivisme. Menurut aliran ini, pengetahuan merupakan gambaran
dari realitas itu. Pengetahuan dipandang sebagai suatu gambaran yang
dibentuk dari kenyataan suatu objek dalam dirinya sendiri.

lxxii
Teori konstruktivisme sangat tepat sebagai terobosan untuk
menjawab tantangan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang
bermutu menjelang tahun 2020 yang dituangkan dalam visi Indonesia
masa depan, yaitu :Terwujudnya system pendidikan yang berkualitas
yang mampu melahirkan sumber daya manusia yang handal dan
berakhlak mulia, yang mampu bekerja sama dan bersaing diera
globalisasi dengan tetap mencintai tanah air. Sumber daya manusia yang
bermutu tersebut memiliki keimanan dan ketakwaan serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja, dan mampu
membangun budaya kerja yang produktif dan berkepribadian (Putusan
Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2001:52).
Dengan menerapkan teori kontruktivisme siswa dapat
menggunakan konsep dan ketrampilannya di dalam dan di luar kelas
serta di lingkungan kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara cerdas, kreatif dan
bertangung jawab.
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif
pelajar menkonstruksi makna. Belajar juga merupakan proses
mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang
dipelajari dengan pengartian yang sudah dimiliki seseorang sehingga
pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan
sebagai berikut :

lxxiii
1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa
dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi
arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia miliki.
2. Konstruksi arti adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali
berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan
rekonstruksi baik secara kuat maupun secara lemah.
3. Belajar bukanlah kegaitan mengumpulkan fakta, melainkan lebih
suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru.
Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi merupakan
perkembangan itu sendiri (Fosnot, 1996), suatu perkembangan
yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran
seseorang.
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema
seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih
lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi
yang baik untuk memacu belajar.
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia
fisik dan lingkungannya (Bettencourt, 1989).
6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui
pelajar : konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi
interaksi dengan bahan yang dipelajari.
Teori konstruktivisme menyatakan bahwa setiap manusia
(learner) menempatkan bersama-sama gagasan baru dan struktur yang

lxxiv
telah dimiliki dalam belajar. Berdasarkan konstruktivisme, pengetahuan
tidak pernah dapat diobservasi secara independent. Pengetahuan harus
diperoleh secara personal dalam perasaan, tidak dapat ditransfer dari
seseorang ke yang lain.
Walaupun teori ini menyatakan bahwa setiap siswa menyusun
makna bagi dirinya sendiri, tidak berarti makna itu berdiri sendiri.
Proses penyusunan makna pada dirinya sendiri ini, hampir terjadi
meskipun tanpa guru, buku teks dan sekolah. Kelas harus menjadi
tempat yang siswanya dapat memilih dan mengambil keputusan sendiri.
Kemudian mereka menggunakannya dalam situasi yang baru atau
mengubahnya sesuai dengan kondisi yang dihadapinya. Guru dan teman
sebaya dapat meningkatkan terjadinya belajar pada siswa dengan
memberikan konsepsi yang menantang kepada siswa.
Pengetahuan yang kemudian mengendap dalam benak siswa
dibangun secara khas oleh siswa, tergambar dari apa yang dikemukakan
oleh Gustone (Poedjiadi, 1994) yaitu bahwa dalam pandangan
konstruktivisme, tiap individu secara idiosinkratik membangun
maknanya sendiri apabila menerima stimulus, adanya konsep alternatif
pada siswa merupakan gambaran tentang adanya konsep konstruksi oleh
masing-masing individu.
Bagi kaum konstruktivis, pembelajaran yang efektif
menghendaki agar guru mengetahui bagaimana siswa memandang
fenomena yang menjadi subjek pembelajaran. Pembelajaran selanjutnya

lxxv
dikembangkan dari gagasan yang telah ada, berakhir pada gagasan yang
telah mengalami kekuatan dan modifikasi. Ausubel (dalam Osborn,
1985:82) dan Alit (1994) mengemukakan the most important single
factor influencing learning is what the learner already knows, ascertain
this and teach him accordingly. Satu faktor tunggal yang penting yang
mempengaruhi dalam belajar adalah hal-hal yang telah diketahuinya,
dan dalam pembelajarannya bertitik tolaklah pada hal-hal yang telah
diketahui itu.
Pandangan kontruktivisme sebagai filosofi pendidikan
mutakhir menganggap semua siswa dari usia taman kanak-kanak sampai
dengan perguruan tinggi memiliki gagasan/ pengetahuan tentang
lingkungan dan peristiwa lingkungan disekitarnya, meskipun gagasan itu
sering kali naf dan miskonsepsi. Mereka senantiasa mempertahankan
gagasan/ pengetahuan naf ini secara kokoh. Ini dipertahankan karena
gagasan/ pengetahuan ini terkait dengan gagasan/ pengetahuan awal
lainnya yang sudah dibangun dalam wujud schemata (struktur
kognitif).
Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan
memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam
membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap

lxxvi
kritis dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adala suatu bentuk
belajar sendiri ( Suparno, 1997:65)
Menurut Yager, (1992:16) dalam Hidayat (1996), penerapan
kontruktivisme dalam pembelajaran, berarti menempatkan siswa pada
posisi sentral dalam keseluruhan program pengajaran. Berdasarkan
kontruktivisme sosial yang dikemukaan oleh Vygotsky (1978) dalam
Poedjiadi (1996) pada dasarnya memandang bahwa dengan mengadakan
diskusi atau mendengar pendapat orang lain, seseorang membentuk
pengetahuan atau mengubah pengetahuan yang sebelumnya telah
dimilikinya. Menurut pendangan kontruktivisme sosial, konsep dapat
dengan mudah terbentuk pada diri siswa melalui aktivitas atau
eksperimen. (Confrey, 1991) dalam Poedjiadi (1996). Model
pembelajaran berbasis portofolio menerapkan/ melakukan apa yang
dijelaskan dalam kontruktivisme sosial tersebut.
Melalui model pembelajaran seperti ini, pengetahuan dapat
diterima dan tersimpan lebih baik, karena pengetahuan tersebut masuk
otak setelah melalui proses masuk akal. Karena tersimpan secara
mendalam, pengetahuan tersebut mudah untuk dipelajari kembali.
Model pembelajaran berbasis portofolio adalah upaya
mendekatkan siswa kepada objek yang dibahas. Pembelajaran yang
menjadikan materi pelajaran yang dibahas secara langsung dihadapkan
kepada siswa atau siswa secara langsung mencari informasi tentang hal
yang dibahas ke alam atau masyarakat sekitar. Pada hakekatnya dengan

lxxvii
model pembelajaran berbasis portofolio, disamping memperoleh
pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga
memperoleh pengalaman/ terlibat secara mental. Pengalaman fisik
dalam arti melibatkan siswa atau mempertemukan siswa dengan objek
pembelajaran. Pengalaman mental dalam arti memperhatikan informasi
awal yang telah ada pada diri siswa, dan memberikan kebebasan kepada
siswa untuk menyusun (merekonstruksi) sendiri informasi yang
diperolehnya.
Konstruktivisme menjelaskan bahwa satu-satunya alat/ sarana
yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah
inderanya. Dari sentuhan indera seseorang membangun gambaran
dunianya. Mereka percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri
seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat
dipindahkan dari guru kepada siswa. Siswa sendiri yang akan
mengartikan apa yang telah diajarkan dan menyesuaikan terhadap
pengalaman-pengalaman mereka (Suparno, 1997:19).
Model Pembelajaran Berbasis Portofolio memungkinkan siswa untuk :
1. Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan
guru atau dari buku/ bacaan dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi diluar kelas, baik
yang bersifat benda/ bacaan, penglihatan (objek langsung, TV/
radio/ internet) maupun orang, tokoh, pakar.

lxxviii
3. Membuat alternative untuk mengatasi topik/ objek yang dibahas.
4. Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan
dengan konsep yang telah dipelajarinya, dengan mempertimbangkan
nilai-nilai yang ada di masyarakat.
5. Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah
dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topic yang
dibahas.
Tugas guru adalah membantu agar siswa mampu
mengonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkret,
maka strategi mengajar perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi
siswa. Strategi yang disusun selalu hanya menjadi tawaran dan saran.
Mengajar adalah suatu seni yang menuntut tidak hanya penguasaan
teknik melainkan juga intuisi. Driver dan Oldham dalam Matthews
(1994) menjalankan beberapa ciri mengajar konstruktivis sebagai
berikut:
1. Orientasi. Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi
dalam mempelajari suatu topik. Siswa diberi kesempatan untuk
mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.
2. Elicitasi. Siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas
dengan berdiskusi, menulis, membuat poster dan lain-lain. Siswa
diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan
dalam wujud tulisan, gambar maupun poster.


lxxix
3. Restrukturisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal :
a. Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau
teman lewat diskusi maupun pengumpulan ide. Berhadapan
dengan ide-ide lain seseorang dapat terangsang untuk
merekonstruksi gagasannya.
b. Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu
idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman.
c. Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Bila mungkin
ada baiknya jika gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan
suatu percobaan atau persoalan baru.
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang
telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-
macam situasi yang dhadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan
siswa lebih lengkap dan lebih rinci.
5. Review, bagaimana ide itu berubah.
C. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga
hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu. Dengan demikian, implementsi kurikulum

lxxx
dapat menumbuhkan tanggung jawab dan partisipasi siswa untuk belajar
menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy) serta
memberanikan diri berperan serta dalam berbagai kegiatan, baik disekolah
maupun di masyarakat.
KBK memiliki sejumlah kompetensi yang harus dikuasai siswa,
penilaian dilakukan berdasarkan standar khusus sebagai hasil demonstrasi
kompetensi yang ditunjukkan oleh siswa. Pembelajaran lebih menekankan
pada kegiatan individual personal untuk menguasai kompetensi yang
dipersyaratkan. Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa Kurikulum
Berbasis Kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memberikan keleluasaan
kepada sekolah untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata
pelajaran sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan siswa
serta kebutuhan masyarakat disekitar sekolah. Silabus KBK dikembangkan

lxxxi
oleh tiap sekolah sehingga dimungkinkan beragamnya kurikulum
antarsekolah atau wilayah tanpa mengurangi kompetensi yang telah
ditetapkan dan berlaku secara nasional.
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di sekolah sangat
erat kaitannya dengan kebijakan Depdiknas mengenai pelaksanaan Broad
Bases Education (BBE) dalam mewujudkan program peningkatan mutu
pendidikan. Oleh karena itu penerapan KBK menggunakan konsep BBE
yang berorientasi life skill (BBE-LS) dan mendayagunakan semua potensi
sumber belajar yang dimiliki sekolah dan yang ada disekitar sekolah, baik
yang direncanakan untuk kepentingan belajar (learning resources by
design) maupun yang dimanfaatkan (learning resources by utilization).
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
McAshan (1981:45) mengemukakan bahwa kompetensi :is a knowledge,
skills and abilities or capabilities that a person achieves, which become
part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform
particular cognitive, affective and psychomotor behaviors. Kompetensi
diartikan sebagai pengetahuan, ketampilan dan kemampuan yang dikuasai
oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan
sebaik-baiknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup
tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh siswa untuk

lxxxii
dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis
pekerjaan tertentu.
Prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar berdasarkan Kebijakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2002, adalah :
1. Berpusat pada siswa.
2. Belajar dengan melakukan.
3. Mengembangkan kemampuan sosial.
4. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah bertuhan.
5. Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah.
6. Mengembangkan kreativitas siswa.
7. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi.
8. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga yang baik.
9. Belajar sepanjang hayat.
10. Perpaduan kompetisi, kerjasama dan solidaritas.
Model pembelajaran berbasis portofolio memberi keragaman
sumber belajar dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih
sumber belajar yang sesuai dengan minat dan potensinya.Hal ini sesuai
salah satu prinsip dalam pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) 2001, yakni berpusat pada siswa sebagai pembangun pengetahuan.
Artinya upaya untuk memandirikan siswa untuk berkolaborasi, membantu
teman, mengadakan pengamatan dan penilaian diri untuk suatu refleksi
akan mendorong mereka membangun pengetahuannya sendiri. Dengan
demikian baru akan diperoleh melalui pengalaman langsung secara lebih

lxxxiii
efektif. Dalam hal ini guru adalah sebagai fasilitator belajar (KBK,
2001:10).
Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa
tugas sebagai berikut :
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa
bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian.
2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang
keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka,
menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif,
menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung
proses belajar siswa, guru harus menyemangati siswa dan guru perlu
menyediakan konflik.
3. Memonitor, mengawasi dan menunjukkan apakan pemikiran siswa jalan
atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah
pengetahuan siswa tersebut berlaku untuk menghadapi persoalan beru
yang berkaitan, guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan
siswa.
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
dimana pembelajaran berfokus pada siswa, memberikan banyak metode
dalam pembelajaran dan juga membuat suasana pembelajaran menjadi

lxxxiv
hidup, penuh semangat dan memancing siswa untuk lebih mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
D. KERANGKA BERFIKIR
Telah kita ketahui bahwa kualitas SDM Indonesia sangat rendah.
Hal ini disebabkan oleh banyak factor, salah satunya adalah minimnya
inovasi model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan saat ini yaitu
yang benar-benar mengaktifkan siswa, membuat siswa lebih berperan dalam
proses belajar mengajar sehingga pembelajaran tidaklah dirasakan monoton
dan membosankan. Adanya suatu model pembelajaran seperti itu
diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM diera mendatang.
Model pembelajaran berbasis portofolio sebagai salah satu inovasi
model pembelajaran yang sedang dikembangkan memiliki banyak ide-ide
baru dalam pembelajaran. Model ini memberikan kebebasan kepada siswa
untuk belajar sehingga siswa lebih aktif dan kreatif. Filsafat
konstruktivisme sebagai landasan pemikiran model ini memberikan banyak
gagasan baru bidang pendidikan. Seperti yang dikemukakan Yager,
(1992:16) dalam Hidayat (1996), bahwa penerapan kontruktivisme dalam
pembelajaran, berarti menempatkan siswa pada posisi sentral dalam
keseluruhan program pengajaran.
Model pembelajaran berbasis portofolio menawarkan suatu
terobosan baru pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang saat ini
diterapkan dalam pendidikan Indonesia. Setelah siswa diberi kebebasan
belajar nantinya siswa akan lebih kretif dan dapat berfikir kritis tentang

lxxxv
fenomena yang ada disekitarnya yang merupakan lahan belajar bagi siswa.
Siswa akan belajar dari lingkungan dimana ia berada, konsep pembelajaran
yang telah tertanam dalam persepsi siswa akan sangat membantu dalam
pembelajaran selanjutnya.
Berkaitan dengan kerangka berfikir tersebut, maka penelitian ini
memfokuskan diri untuk mengetahui; bagaimana pelaksanaan
pembelajaran portofolio dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi di SD
Negeri Barusari 03 Semarang dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Hubungan keduanya dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
KURIKULUM
1999



SISDIKNAS KBK HASIL
BELAJAR




KEBIJAKAN PORTOFOLIO
PEMERINTAH



PEMBELAJARAN PENILAIAN






GURU SISWA MATERI METODE MEDIA


Bagan 1. Hubungan KBK dengan Model Pembelajaran Portofolio


lxxxvi
BAB III
METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Dalam penelitian, untuk mendapatkan hasil yang optimal harus
menggunakan metode penelitian yang tepat. Ditinjau dari permasalahan
penelitian ini yaitu tentang pelaksanaan dan kendala-kendala model
pembelajaran berbasis portofolio, maka penelitian ini bersifat kualitatif,
sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
deskriptif.
Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada pengertian, suatu
pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang
berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. Dalam uraian tentang dasar
teori tersebut, Bogdan dan Biklen (1982:30) dalam Moleong (1988:3)
menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan
longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep atau
proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Nana
Syaodich dan Ibrahim, 2001:64)
Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2000:3),
metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang
dapat diamati. Artinya, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak

lxxxvii
berkenaan dengan angka-angka dan bertujuan untuk menggambarkan serta
menguraikan keadaan atau fenomena tentang pelaksanaan model
pembelajaran berbasis portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang.
Dalam penelitian kualitatif sasaran penelitian atau situs penelitian
adalah pengkajian peristiwa-peristiwa, proses dan hasilnya dalam suatu setting
atau latar belakang tertentu. Yang dimaksud situs dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan inovasi pembelajaran yaitu model portofolio yang nantinya akan
diamati dari peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar, proses
pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar di SD Negeri Barusari 03
Semarang.
B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan lebih
mengacu pada perspektif fenomenologis. Peneliti dalam pandangan
fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu (Moleong, 1998:9). Mereka
berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya
sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu
pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar kehidupan sehari-hari
dalam konteks kawasan penelitian tersebut. Begitu juga penelitian ini
berusaha memahami subjek penelitian dari pandangan mereka sendiri.
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini digolongkan pada jenis penelitian
deskriptif yang bersifat eksploratif, yaitu penelitian yang bertujuan
menggambarkan keadaan atau status fenomena.

lxxxviii
Selama melakukan penelitian, peneliti merupakan instrumen utama.
Oleh karena itu peneliti menyesuaikan diri dengan memahami kenyataan di
lapangan (Bogdan dan Biklen, 1982). Pelaksanaan di lapangan, peneliti
melakukan wawancara dengan informan.
Tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari persiapan
penelitian sampai dengan pelaksanaan penilitian. Menurut Moleong (1998:85)
tahap-tahap penelitian yang telah disesuaikan dengan keadaan Indonesia
adalah:
a. Tahap Pra Lapangan, meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih
lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajagi dan menilai keadaan
lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan
perlengkapan penelitian dan persoalan etika penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan, meliputi memahami latar penelitian dan
persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan
data.
c. Tahap Analisis Data, meliputi konsep dasar analisis data, menemukan
tema dan perumusan hipotesis, menganalisis berdasarkan hipotesis.
Tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Penelitian Pra Lapangan
1) Menyusun rancangan penelitian yang disebut proposal penelitian. Pada
tahap awal, tema penelitian lebih dulu diajukan kepada tim penyeleksi
tema tingkat jurusan untuk mendapatkan persetujuan. Selanjutnya

lxxxix
tema yang telah disetujui, disusun dalam bentuk proposal penelitian
dan diserahkan kepada Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing
II untuk mendapatkan bimbingan dan persetujuan.
2) Memilih lapangan penelitian
Berkaitan dengan tema penelitian yaitu model pembelajaran berbasis
portofolio, maka lembaga yang dipilih sebagai lapangan penelitian
adalah SD Negeri Barusari 03 Semarang.
3) Mengurus perijinan
Pada tahap awal, perijinan penelitian dilakukan secara lisan setelah
Bab I, II, III skripsi disetujui. Perijinan penelitian dilakukan secara
formal antara lembaga yang menaungi peneliti yaitu UNNES, Dinas
Pendidikan Kota Semarang dan SD Negeri Barusari 03 Semarang.
4) Menjajagi dan menilai keadaan lapangan
Kegiatan ini selain telah dilakukan pada saat memilih lapangan
penelitian, juga akan dilaksanakan saat peneliti memasuki lapangan
penelitian.
5) Memilih dan memanfaatkan informan penelitian
Informan penelitian dipilih dengan cara purposive sample (sample
bertujuan) dan dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pengungkapan data
penelitian. Informan penelitian berasal dari komponen-komponen
pendidikan, yaitu kepala sekolah, guru dan siswa.



xc
6) Menyiapkan kelengkapan penelitian
Perlengkapan penelitian yang dipersiapkan antara lain alat tulis, alat
perekam, kamera, dan garis besar materi wawancara.
7) Etika penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peran peneliti sangat besar. Untuk itu etika
penelitian harus selalau diperhatikan, sehingga perasaan empati dan
kekeluargaan dapat terjalin baik dengan tetap konsisten pada tujuan
penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
1) Memilih latar penelitian dan persiapan diri. Pada tahapan ini, peneliti
diharapkan berusaha untuk melakukan interaksi awal, mempelajari
kembali proposal dan memperdalam kajian literature penelitian.
Dengan persiapan yang matang, pelaksanaan penelitian dapat
dilakukan secara efektif dan efisien.
2) Memasuki lapangan. Setelah semua persiapan baik intern maupun
ekstern terpenuhi, peneliti dapat mulai memasuki lapangan penelitian
secara proporsional.
3) Mengumpulkan data. Peneliti dapat secara langsung melakukan
wawancara, dokumentasi maupun observasi. Wawancara dilaksanakan
secara bebas artinya tidak terikat alur jabatan, sesuai dengan situasi,
kondisi dan kebutuhan peneliti. Begitu juga saat melakukan observasi
dan dokumentasi.


xci
c. Tahap Analisis Data
Terdapat banyak cara dalam melakukan analisis data, salah satu cara yang
dianjurkan ialah mengikuti langkah berikut yang masih bersifat umum
yaitu reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan atau verifikasi
(Nasution, 1988:129). Lebih lanjut uraian tentang analisis data akan
dibahas pada sub bab G tentang proses pencatatan dan analisis data.
C. INFORMAN PENELITIAN
Dalam penelitian kualitatif, keberadaan informan penelitian sebagai
informan kunci yang akan diwawancarai secara mendalam sangat dibutuhkan.
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Sebagai informan penelitian dalam
penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru dan Siswa SD Negeri Barusari 03
Semarang.
Pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang
relatif singkat banyak informasi yang terjangkau , jadi sebagai internal
sampling karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran atau
membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Bogdan
& Biklen 1981:65).
D. FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah bagamana pelaksanaan model pembelajaran berbasis
portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang dan kendala-kendala apa saja

xcii
yang dihadapi dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio di
SD Negeri Barusari 03 Semarang.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi
keberhasilan penelitian, sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data
tergantung pada metode yang digunakan.
1. Metode Observasi
Observasi dilakukan untuk mencermati kegiatan sekolah yang
berkaitan dengan pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio,
misalnya kegiatan persiapan pembelajaran, kegiatan pelaksanaan
pembelajaran dan kegiatan evaluasi.
Penggunaan teknik observasi sangat penting dalam penelitian,
karena peneliti dapat melihat secara langsung keadaan, suasana, kenyataan
yang sesungguhnya terjadi dilapangan.
Metode observasi adalah metode yang digunakan untuk
mendapatkan informasi serta data yang tidak mungkin diperoleh melalui
wawancara. Data observasi yang diperoleh merupakan data faktual,
cermat, terinci mengenai beberapa hal.
Menurut True (1983) dalam Nugroho (1983:18), observasi adalah
kegiatan mengamati sesuatu tanpa mempengaruhi dan secara simultan
mencatat atau merekamnya untuk bahan analisis.
Menurut Payton (1984) dalam Nugroho (1993:18-19), penggunaan
teknik obseervasi dalam penelitian kualitatif memiliki empat maksud,

xciii
yaitu: menggambarkan setting yang diamati, kegiatan-kegiatan yang
terjadi pada setting tersebut, individu-individu yang berperan dalam
kegiatan tersebut dan makna dibalik layar kegiatan peran serta orang-orang
yang terlibat. Observasi dilaksanakan dengan mengamati sambil membuat
catatan secara selektif terhadap pelaksanaan model pembelajaran berbasis
portofolio. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat non
partisipan dengan maksud bahwa peneliti tidak terjun langsung dalam
proses pembelajaran tetapi peneliti hanya mengamati sambil mencatat
hasil pengamatan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menggali persepsi responden terhadap
pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio di sekolah.
Wawancara juga digunakan untuk mengecek data lain yang sudah lebih
dahulu diperoleh.
Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan
sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan (Daryanto, 1999:33)
Dalam penelitian ini peneliti mengadakan wawancara langsung
dengan siswa, guru dan kepala sekolah untuk memperoleh informasi
secara langsung dari pihak yang bersangkutan.
Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka. Menurut Moleong
(2000:137), wawancaara terbuka adalah wawancara yang para subjeknya

xciv
tahu bahwa mereka diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud
wawancara itu.
3. Dokumentasi
Menurut Guba dan Lincoln (1981:226) dalam Moleong
(2000:161), dokumen adalah setiap bahan tertulis maupun film. Dokumen
dalam penelitian digunakan sebagai sumber data, karena dalam banyak hal
dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan bahkan untuk meramalkan.
Dalam penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat
pengumpulan data yang utama karena pembuktian hipotesis yang
dianjurkan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori atau badan
hukum yang diterima baik mendukung atau menolak hipotesis tersebut
(Rachman, 1999:96).
F. OBJEKTIVITAS DAN KEABSAHAN DATA
Menurut Lexy J, Moleong (1994:173) pemeriksaan data mencakup
empat criteria yaitu: derajat kepercayaan (credibility) menggantikan konsep
validitas internal pada non kualitatif, keteralihan (transferability),
kebergantugan (dependability), dan kepastian (konfirmability).
Pada penelitian kualitatif, credibility sering dikenal dengan validitas
internal yang merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh
dengan instrumen. Maksudnya adalah apakah instrumen itu sungguh-sungguh
mengukur variabel yang sebenarnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur
sesuatu yang sebenarnya diukur, maka data yang diperoleh tidak sesuai

xcv
dengan kebenaran yang diharuskan dalam penelitian dan dengan sendirinya
hasil penelitian tidak dapat dipercaya (Nasution, 1988:105). Dengan kata lain,
validitas internal bertujuan untuk mengusahakan tercapainya aspek kebenaran
atau the truth value hasil penelitian sehingga dapat dipercaya.
Dalam penelitian kualiatif, validitas internal menggambarkan konsep
peneliti dengan konsep yang ada pada partisipan. Kelemahan dalam validitas
internal dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor antara lain: 1) perubahan
waktu dan situasi, 2) pengaruh pengamat/ peneliti, 3) seleksi dan regresi, 4)
mortalitas, 5) kedangkalan kesimpulan (Nasution, 1988:105).
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran
hasil penelitian dapat tercapai dengan baik. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan triangulasi dan member check untuk meningkatkan kebenaran
hasil penelitian.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 1994:178). Cara
pembandingan data yang diperoleh, dapat dilihat dari sumber, metode, peneliti
maupun teori. Berkaitan dengan hal tersebut dikenal empat macam triangulasi,
yaitu triangulasi sumber, metode, peneliti dan teori (Patton 1980 dalam
Lembar Penelitian 1993:73).
Proses triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
triangulasi sumber yang berarti membandingkan atau mengecek balik suatu

xcvi
informasi yang diperoleh pada waktu dan alat yang berbeda (Patton 1980
dalam Lembar Penelitian 1993:73).
Selain menggunakan triangulasi, untuk meningkatkan keabsahan
data penelitian ini dilakukan pula teknik member check. Pada proses member
check, validitas data diuji dengan cara peneliti meminta tanggapan kepada
responden/ informan penelitian untuk mengecek kebenaran data. Tahapan ini
dimaksudkan untuk memberi peluang kepada responden/ informan penelitian
agar dia memperbaiki informasi yang keliru ataupun menambahkan apa yang
masih kurang. Jadi tujuan member check ialah agar informasi yang kita
peroleh dan gunakan dalam penulisan laporan kita sesuai dengan apa yang
dimaksud oleh informan (Nasution, 1988:118). Member check dilakukan pada
saat penelitian sedang berlangsung maupun setelah akhir penelitian
Dalam penelitian non-alamiah transferability sering disebut dengan
validitas eksternal. Validitas eksternal berkenaan dengan generalisasi yang
hanya berlaku bagi populasi penelitian dan didasarkan atas sampling yang
biasanya diseleksi secara acak atau random. Sedangkan penelitian kualitatif
tidak melakukan sampling acakan, juga tidak mengadakan pengolahan statistik
untuk mempertahankan generalisasi dan validitas eksernal (Nasution,
1988:107).
Bagi peneliti naturalistik, transferability bergantung pada si pemakai,
yaitu hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam
konteks dan situasi tertentu. Peneliti sendiri tidak dapat menjamin validitas
eksternal, hanya melihat transferability sebagai suatu kemungkinan. Apabila

xcvii
pemakai hasil penelitian ini menemukan keserasian dengan situasi yang
dihadapi, maka akan tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga bahwa
tidak ada situasi yang sama.
Dependability merupakan istilah lain dari reliability atau reliabilitas.
Reliabilitas berkenaan dengan apakah penelitian tersebut dapat diulangi
(direplikasi) dan menghasilkan hasil yang sama jika menggunakan metode
yang sama pula.
Dalam penelitian kualitatif, syarat reliabilitas yang dikenakan pada
penelitian kuantitatif tak mungkin diberlakukan bagi penelitian kualitatif
(Nasution, 1988:108). Situasi dalam kehidupan yang nyata tidak dapat
diulangi. Selain itu, cara melaporkan penelitian bersifat idiosyncratic dan
individualistic, selalu berbeda pada tiap orangnya. Tiap peneliti memberi
laporan menurut bahasa dan jalan pikiran sendiri, sehingga hasil penelitian
yang dilakukan oleh dua orang dengan waktu yang berbeda sangatlah
mungkin memperoleh hasil yang berbeda. Secara teoretis dalam penelitian ini,
yang dapat dilakukan adalah menyatukan dependability dengan confirmability.
Hal ini dikerjakan melalui suatu cara yang disebut audit trail.
Metode penelitian kualitatif menganggap bahwa hasil suatu
penelitian akan objektif bila juga dibenarkan atau di konfirm oleh pihak lain.
Maka dari itu untuk pengertian objektivitas lazim digunakan istilah
confirmability (Nasution, 1988:111).




xcviii
G. PROSES PENCATATAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA
1. Proses Pencatatan Data
Kegiatan penting yang dilakukan seorang peneliti dalam usaha
mengumpulkan informasi adalah proses pencatatan data. Alat penelitian
lain yang akan digunakan dalam pengumpulan data ialah catatan lapangan
(field notes), yaitu catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan
pengamatan/ observasi, wawancara, dokumentasi maupun menyaksikan
suatu kejadian tertentu.
Pada saat melakukan proses pencatatan lapangan, peneliti berusaha
pedoman yang telah dirumuskan oleh Bogdan dalam Moleong (1988:101)
antara lain:
a) Buatlah catatan secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan karena
semakin ditunda semakin sulit mengingat data dan kemungkinan data
hilang semakin besar
b) Buatlah garis besar yang berisi judul-judul tentang sesuatu yang
ditemui dalam pengamatan atau wawancara yang dilakukan
c) Sering apa yang dikatakan atau yang telah diamati terlupakan setelah
beberapa hari berlalu, jika ingat segeralah dicatat kembali
Pada dasarnya peneliti tidak dapat melakukan dua pekerjaan
sekaligus. Peneliti tidak mungkin melakukan pengamatan sambil membuat
catatan yang baik. Dengan dasar kenyataan tersebut, penggunaan alat lain
sangat diperlukan misalnya alat perekam kejadian yaitu tape recorder
maupun kamera sebagai alat dokumentasi untuk mengeliminir kesulitan-

xcix
kesulitan tersebut. Penggunaan peralatan tersebut sebagai pencatat data
mempunyai keuntungan antara lain, dapat diamati dan didengar ulang
sehingga dapat dicek kembali data yang diragukan.
2. Teknik Analisis Data
Menurut Patton dalam Moleong (1995 : 103), analisis data adalah
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori dan suatu uraian dasar. Sedangkan Bogdan dan Taylor
mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara
formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti
yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan
dan tema pada hipotesis itu.
Analisis data dilakukukan secara induktif, yaitu dimulai dari
lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari,
menganalisis, menafsir dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada
di lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan
dengan proses pengumpulan data.
Menurut Miles dan Hoberman dalam Rachman (1999:120) bahwa
peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan
hasil observasi dan wawancara di lapangan. Berikut tahapan analisis data:
a. Pengumpulan data
Peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai
dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.


c
b. Reduksi data
Yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian.
Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk uraian rinci
yang akan bertambah sejalan dengan bertambahnya waktu penelitian.
Untuk itu data tersebut perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal
yang pokok, difokuskan pada hal yang penting, dicari tema atau
polanya.
Langkah selanjutnya adalah menyusun data hasil reduksi dalam bentuk
satuan-satuan. Satuan adalah bagian terkecil yang mengandung makna
yang bulat dan dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain.
Menurut Lincoln dan Guba (1985:345) karakteristik ada dua, pertama
yaitu satuan itu harus heuristic artinya mengarah pada satu
pengertian atau tindakan yang diperlukan oleh peneliti dan satuan itu
hendaknya menarik. Kedua, satuan itu hendaknya merupakan sepotong
informasi kecil yang dapat berdiri sendiri, artinya satuan itu harus
dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan selain pengertian umum
dalam konteks latar penelitian (Moleong, 1988:192).
Setelah seluruh data penelitian tersusun dalam satuan-satuan, langkah
penelitian selanjutnya adalah melakukan kategorisasi. Kategori adalah
salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusuna atas
dasar pikiran, intuisi, pendapat ataupun kriteria tertentu. Lincoln dan
Guba dalam Moleong (1985:347-351) menguraikan kategori sebagai
berikut: tugas pokok kategorisasi adalah 1) mengelompokkan kartu-

ci
kartu yang telah dibuat ke dalam bagian-bagian isi yang secara jelas
berkaitan, 2) merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori
dan yang akhirnya dapat digunakan untuk menetapkan inklusi setiap
kartu pada kategori, 3) menjaga agar setiap kategori yang telah disusun
satu dengan yang lainnya mengikuti prinsip taat asas.
c. Penyajian data (display data)
Yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
pelaksanaan penelitian, penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian
data dapat dilakukan melalui berbagai macam visual misalnya:
gambar, grafik, diagram, matrik dan sebagainya (Milles dan
Hoberman, 2000:17).
d. Pengambilan keputusan atau verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan
konfigurasi yang utuh, sehingga kesimpulan yang diperoleh juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu
pemeriksaan tentang besar dan tidaknya hasil laporan penelitian.
Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan,
kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari
data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya
yang merupakan validitasnya (Milles dan Hoberman, 2000:19).

cii
Sejak awal peneliti mencari makna dari data yang diperoleh. Untuk itu
peneliti berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan,
hal-hal yang sering muncul dan sebagainya.
Tahapan analisis data kualitatif tersebut dapat dilihat dalam bagan
berikut:














Sumber : Analisis Data Kualitatif, 1992:20.

Bagan 2. Tahapan analisis data kualitatif
Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi dan terkait.
Pertama kali peneliti ke lapangan dengan mengadakan wawancara atau
observasi yang merupakan tahap pengumpulan data, setelah data-data
tersebut dikumpulkan maka diadakan reduksi data dan kemudian data
disajikan selain itu data juga digunakan untuk penyajian data. Bila
PENGUMPULAN
DATA
REDUKSI
DATA
SAJIAN
DATA
VERIFIKASI
MASALAH

ciii
ketiga tahapan tersebut selesai dilaksanakan maka tahap terakhir yang
dilakukan adalah mengambil keputusan atau verifikasi.











































civ
BAB IV
PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Penemuan Data
1. Deskripsi Setting Penelitian
SD Negeri Barusari 03 Semarang yang juga terkenal dengan nama
SD Negeri Kesdam IV Diponegoro berlokasi di Jalan HOS
Cokrohaminoto Buntu 14 Semarang, Kelurahan Barusari, Semarang
Selatan dengan nomor telepon (024) 3547479. Daerah tersebut merupakan
wilayah yang tidak berada di pinggiran jalan utama sehingga suasana yang
terasa adalah suasana belajar yang kondusif karena jauh dari keramaian
lalu lalang kendaraan yang lewat.
Lokasi Sekolah Dasar ini bersebelahan dengan Taman Kanak-
Kanak yang lebih tepatnya kedua sekolah ini terletak di belakang RST
(Rumah Sakit Tentara) di daerah Kalisari yang merupakan pusat penjualan
bunga dan tanaman hias di Semarang.
Adapun visi yang diemban adalah Menciptakan pribadi mandiri
dalam prestasi dengan dilandasi iman dan taqwa dan berbudi pekerti yang
luhur berakhlak mulia. Selain itu SD Negeri Barusari 03 Semarang
memiliki beberapa misi yaitu antara lain:
1. Menciptakan manusia Indonesia seutuhnya melalui pelayanan proses
belajar mengajar yang baik dan menyenangkan peserta didik dengan
strategi PAKEM

cv
2. Mendorong masyarakat untuk berperan serta meningkatkan mutu
pendidikan
3. Memberikan pendidikan agama pada peserta didik agar mampu
menerapkan dalam kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
4. Memberikan pendidikan keterampilan sebagai bekal untuk hidup
secara mandiri kepada peserta didik
5. Mendorong siswa untuk berprestasi secara optimal
6. Mengoptimalkan semua unsur sekolah sehingga tercipta sekolah yang
bermutu
Program jangka panjang yang dicanangkan di SD Negeri Barusari
03 Semarang meliputi program akademik dan non akademik. Program
akademik yaitu SD Negeri Barusari 03 Semarang akan mengadakan
inovasi, perubahan secara bertahap menuju sekolah yang bercorak MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah) dengan mengoptimalkan semua unsur
sekolah diantaranya: 1) daya (kepala sekolah, guru, karyawan, orang tua
murid , tokoh masyarakat, tokoh agama). 2) dana, yaitu menggali dari
berbagai pihak baik pemerintah maupun swadaya masyarakat untuk
membantu SD Negeri Barusari 03 Semarang secara fisik maupun non
fisik.
Dalam jangka panjang antara 5 tahun sampai 8 tahun SD Negeri
Barusari 03 Semarang terus akan berjuang berbenah diri menuju sekolah

cvi
yang bermutu, mandiri dalam prestasi, digemari masyarakat dan
mensejajarkan diri dengan sekolah-sekolah yang berpredikat maju di kota
Semarang. Untuk tujuan tersebut sekolah harus mau dan mampu membina
kinerja kepala sekolah, guru dan karyawan untuk menyadari tugas dan
kewajibannya yaitu:
a. Merencanakan dan membuat program belajar mengajar
b. Melaksanakan program dengan strategi belajar PAKEM (Pembelajaran
Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan)
c. Mengevaluasi kegiatan belajar mengajar
d. Menganalisis hasil belajar
e. Mengadakan perbaikan pengayaan (remidi)
Untuk mewujudkan sekolah yang bermutu, SD Negeri Barusari
03 Semarang telah bertekad untuk terus meningkatkan:
1. Kemampuan professional guru (melalui kegiatan KKG, melanjutkan
belajar dan pertemuan ilmiah lainnya
2. Pengembangan dan pengelolaan lingkungan sekolah, sarana dan
prasarana
3. Pengelolaan sekolah yang dapat bersaing secara positif
4. Pengembangan supervisi untuk memberikan motivasi
5. Pengembangan test dan penilaian belajar
6. Meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat

cvii
Melalui berbagai program yang telah dicanangkan sebelumnya
diharapkan:
1. SD Negeri Barusari 03 Semarang menjadi sekolah yang bermutu
2. Mutu lulusan SD Negeri Barusari 03 Semarang memiliki bekal ilmu
pengetahuan, dasar teknologi serta keterampilan yang bermanfaat
untuk meneruskan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi dan sebagai
bekal hidup secara mandiri
3. Mutu lulusan SD Negeri Barusari 03 Semarang memiliki ilmu agama
yang dapat diterapkan di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara
4. Mutu lulusan SD Negeri Barusari 03 Semarang memiliki pribadi yang
mandiri, berprestasi dengan dilandasi iman dan taqwa, berbudi pekerti
luhur dan berakhlak mulia
5. Menjadi manusia Indonesia seutuhnya, sehat secara jasmani dan rohani
Selain tersebut diatas, melalui program-program yang telah
dicanangkan pula diharapkan:
1. Kesejahteraan guru dan karyawan akan terus meningkat
2. Professional guru dan karyawan akan tampak berkembang, kemauan
dan kemampuan terus meningkat
3. Terwujudnya keharmonisan dalam kerja, hubungan kekeluargaan
meningkat, transparansi dalam kerja dan cinta akan tugasnya
4. Terkondisinya disiplin dalam arti luas

cviii
5. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menerima masukan dari
masyarakat, membuka diri agar masyarakat ikut berperan aktif
mendukung kemajuan sekolah dalam bidang akademik dan non
akademik
Program non akademik yang dicanangkan SD Negeri Barusari 03
Semarang dalam jangka panjang antara 5 tahun sampai 8 tahun adalah
terus berbenah diri mengejar pembangunan fisik yang rusak, roboh dan
tidak terurus sama sekali sehingga SD Negeri Barusari 03 Semarang tidak
tertinggal jauh kondisi fisiknya dengan sekolah-sekolah di lingkungan
Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Semarang Selatan. Bersama komite
sekolah, orang tua murid, tokoh masyarakat dan tokoh agama di
lingkungan SD Negeri barusari 03 Semarang sekolah akan menata
bangunan sekolah secara bertahap dengan mengutamakan skala prioritas
kebutuhan belajar siswa.
Rencana pembangunan SD Negeri Barusari 03 Semarang
diprogramkan sebagai berikut:
1. Pembangunan ruang kelas, dari kelas 1 sampai dengan kelas VI yang
layak ideal untuk kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan
2. Pembangunan kamar kecil yang memadai bagi guru dan siswa karena
merupakan kebutuhan yang sangat vital
3. Pembangunan ruang kepala sekolah (kantor) yang layak, sehingga
menambah semangat kerja dan memudahkan untuk pelayanan
pendidikan kepada warga sekolah, dinas dan masyarakat

cix
4. Pembangunan ruang guru yang layak sehingga memudahkan kenerja
guru untuk merancang program-program pembelajaran yang
bermanfaat bagi peserta didik
5. Pembangunan ruang perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer,
mushola sederhana penunjang kegiatan belajar mengajar
6. Penataan tempat parkir kendaraan bagi siswa, guru dan tamu dinas
7. Penataan halaman sekolah, taman sekolah yang nyaman sehingga
dapat mendukung ketenangan belajar
8. Penataan ruang aula sehingga mendukung kegiatan olah raga, rapat-
rapat dan pentas seni
9. Pembangunan kantin sekolah yang bersih dan sehat
Dengan berpedoman pada visi dan misi yang telah diuraikan di
atas, SD Negeri Barusari 03 Semarang memprogramkan kegiatan jangka
menengah antara 1 tahun sampai 4 tahun, sebagai berikut:
Tahap I : Mensosialisasikan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)
kepada guru, karyawan, orang tua murid, tokoh masyarakat
dan tokoh agama dilingkungan sekolah.
Tahap II : Menyusun program jangka panjang bersama komite sekolah,
tokoh masyarakat, tokoh agama dan pengusaha dilingkungan
sekolah
Tahap III : Mengadakan studi banding ke sekolah yang sudah menjadi
rintisan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), mendatangkan

cx
narasumber dari SD rintisan MBS dan dari cabang dinas
pendidikan Kecamatan Semarang Selatan
Tahap IV : Mengadakan inovasi perubahan secara bertahap menuju
sekolah yang bercorak MBS dan menerapkan strategi
PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan
SD Negeri Barusari 03 Semarang merupakan salah satu dari sekian
banyak sekolah dasar di Semarang yang melaksanakan model
pembelajaran berbasis portofolio, tapi sejauh ini hanya ada beberapa saja
yang masih bertahan mengembangkan model tersebut. Pelaksanaan model
pembelajaran portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang belum
sepenuhnya dilaksanakan mulai dari kelas I sampai kelas VI, tetapi baru di
ujicoba pada kelas III dan V, sedangkan dalam penelitian ini peneliti tidak
meneliti dua kelas sekaligus tetapi hanya berfokus pada satu kelas saja
yaitu kelas V.
2. Deskripsi Model Pembelajaran Bebasis Portofolio di SD Negeri
Barusari 03 Semarang
Sesuai dengan rancangan awal yang menyebutkan bahwa metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara,
dokumentasi dan observasi. Langkah ini dilakukan dengan alasan supaya
data mentah (yang pengambilannya memanfaatkan tape recorder, kamera
maupun catatan lapangan) lebih lanjut dapat dipahami.

cxi
Penyajian data dilakukan secara berurutan mulai dari hasil
wawancara, observasi dan diakhiri dengan data dokumentasi. Berikut ini
disajikan deskripsi penemuan data mengenai persiapan pembelajaran yang
dilakukan oleh pihak sekolah.
a. Informan Kepala Sekolah
Hasil wawancara yang berhasil diungkap dari informan Kepala
Sekolah SD Negeri Barusari 03 Semarang berkaitan dengan persiapan
sekolah, hasil pelaksanaan, kendala dan hambatan, sarana-prasarana,
dan anggaran pelaksanaan pembelajaran portofolio. Berikut ini hasil
wawacara yang terungkap.
Dalam pembelajaran portofolio perlu adanya persiapan dari
sekolah. Yang pertama adalah persiapan kepala sekolah sendiri yang
harus mampu, mengerti apa yang dimaksud dengan pembelajaran
portofolio itu, kemudian ditularkan kepada semua guru dan diharapkan
konsep pembelajaran portofolio itu dimengerti sehingga mudah
dilaksanakan. Selain itu pembelajaran portofolio membutuhkan
rancangan dan persiapan yang matang. Persiapan pertama yaitu pada
minggu pertama dan minggu kedua siswa masuk sekolah khususnya
kelas V, pihak sekolah memanggil orang tua dan kemudian
membentuk tim sukses untuk pembelajaran portofolio, sebab
pembelajaran portofolio membutuhkan anggaran yang banyak,
membutuhkan kerjasama antara sekolah dengan orang tua. Tim sukses

cxii
yang terbentuk bertujuan untuk menggalang dana, masukan dan usulan
dari orang tua, sehingga kesukaran-kesukaran yang mungkin timbul
dapat diatasi dengan sebaik-baiknya (KS-01).
Melalui pembelajaran portofolio siswa akan mendapatkan
praktik empirik dalam arti praktik di dalam kehidupan langsung
sehingga siswa tidak verbalisme dalam menerima pelajaran tetapi
benar-benar ditekankan pada praktik, mengingat KBK yang baru
dikembangkan saat ini ada nilai-nilai praktik sehingga siswa tidak
hanya dijejali pengetahuan saja tetapi juga dibimbing tentang
keterampilannya (KS-02).
Selama menggunakan model pembelajaran portofolio prestasi
siswa semakin meningkat, terbukti dalam mengikuti perlombaan
mereka berani bersaing jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Keberhasilan dalam mengikuti lomba dapat dilihat dari
perolehan piala dalam berbagai lomba yang diikuti, sehingga setiap
lomba pihak sekolah siap untuk menampilkan siswa (KS-03).
Model pembelajaran portofolio dapat dilaksanakan seperti yang
diharapkan, dengan catatan harus ada dukungan dari berbagai pihak,
sebab pihak sekolah tidak bisa berdiri sendiri dalam menjalankan
program. Sekolah harus bekerja keras menjalin kerjasama dengan
berbagai pihak termasuk dians pendidikan, orang tua siswa, tokoh

cxiii
masyarakat, pengusaha sehingga dapat membantu kegiatan belajar
mengajar terutama dana yang dibutuhkan (KS-04).
Dalam pelaksanan model pembelajaran portofolio terdapat
hambatan-hambatan. Hambatan pada awal pelaksanaan lebih banyak
sebab masih dalam masa transisi antara model pembelajaran lama ke
model pembelajaran yang baru. Hambatan yang lebih dominan yaitu
kekurangan dana, diikuti kurangnya dukungan dari orang tua. Orang
tua banyak yang merasa belum siap dan menanyakan kondisi anaknya
yang lebih banyak aktivitas di luar jam sekolah. Setelah satu tahun,
pihak sekolah dan tim sukses mengadakan pertemuan untuk
mengevaluasi kerja tim yang sudah dibentuk (KS-05)
Berkaitan dengan dana, pihak sekolah hanya mempunyai
anggaran yang kecil, sehingga perlu menjalin kerjasama dengan
berbagai pihak tetapi yang utama adalah orang tua siswa. Meskipun
bantuan dari pihak orang tua siswa tidak berupa uang tetapi mereka
tetap mengeluarkan biaya untuk membeli peralatan, untuk foto copy
dan untuk keperluan lain yang mendukung proses belajar mengajar
yang dilaksanakan (KS-06)
Sarana dan prasarana yang ada di SD Negeri Barusari 03
Semarang juga belum memadai untuk pelaksanaan pembelajaran
portofolio sebab dalam pembelajaran portofolio itu harus membawa
siswa benar-benar sampai tuntas, dalam arti 75% keatas siswa dapat

cxiv
tertangani dengan prestasi yang baik. Dengan sarana dan prasarana
yang ada sekolah terus mencoba dan berusaha meningkatkan proses
pembelajaran dengan harapan semakin bertambah tahun akan semakin
meningkat (KS-07)
b. Informan Guru Kelas V
Hasil wawancara yang berhasil diungkap dari informan Guru
Kelas V SD Negeri Barusari 03 Semarang berkaitan dengan persiapan
pembelajaran, proses pembelajaran, sarana-prasarana, kendala proses
pembelajaran, potensi siswa, peningkatan motivasi siswa. Berikut ini
hasil wawacara yang terungkap.
Persiapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam
pembelajaran portofolio membutuhkan waktu cukup lama. Terdapat
langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam persiapan
pembelajaran portofolio. Langkah pertama, mengkaji setiap mata
pelajaran yang tertuang dalam kurikulum, dengan maksud untuk
mendapatkan informasi mengenai hasil belajar dari setiap akhir mata
pelajaran. Langkah yang kedua yaitu melihat setiap pokok bahasan
ataupun pertemuan yang tertuang dalam GBPP, kegiatan ini bertujuan
untuk mendapatkan informasi mengenai nilai-nilai, norma-norma,
prinsip-prinsip apa yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran itu.
Langkah ketiga adalah melihat kompetensi dalam KBK tujuannya
untuk mendapat gambaran kompetensi apa saja yang nantinya perlu

cxv
dikembangkan dalam keseluruhan rangkaian kegiatan. Kemudian perlu
juga memperhatikan keadaan lingkungan setempat yang diambil dari
pengalaman belajar siswa untuk memberi nuansa pada topik atau tema-
tema dari pembelajaran yang akan kembangkan. Pembelajaran harus
disesuaikan dengan kondisi lingkungan, mungkin tidak hanya
lingkungan sekitar tetapi bisa meluas ke lingkungan masyarakat.
Langkah ke empat adalah merumuskan topik atau tema pembelajaran
yang nantinya diangkat menjadi pembelajaran portofolio (GR-01).
Penentuan topik atau tema dalam proses pembelajaran
portofolio tidak hanya dilaksanakan oleh guru, tetapi
dimusyawarahkan dengan siswa didalam kelas. Setelah kelas
menentukan topik atau tema kemudian mengidentifikasi masalah,
identifikasi masalah-masalah apa yang muncul yang nantinya
berkaitan dengan topik yang telah ditetapkan. Seluruh siswa diminta
menemukan masalah, jadi setiap siswa harus memiliki pendapat sesuai
dengan pribadinya masing-masing tanpa dipengaruhi oleh teman-
teman sekelas. Setelah itu langkah selanjutnya adalah menulis atau
menentukan masalah yang akan dikembangkan menjadi pembelajaran
portofolio yang dilaksanakan secara musyawarah. Biasanya siswa
menuliskan masalah-masalah yang ditemukan di papan tulis, dan
kemungkinan terdapat ide ganda karena masing-masing siswa punya
ide. Masalah yang banyak muncul itulah biasanya yang diangkat
menjadi kajian. Setelah identifikasi dipilih salah satu, selanjutnya

cxvi
mencari informasi dengan cara terjun langsung ke lapangan kepada
narasumber yang sesuai dengan masalah yang diangkat tadi. Suatu
contoh tata tertib sekolah, siswa cukup dilingkungan sekolah dalam
belajarnya, siswa ditugaskan untuk mencari informasi kepada seluruh
karyawan atau guru-guru yang berada di sekolah itu. Semua siswa
terjun langsung mewawancarai narasumbernya. Setelah mencari
informasi dari narasumber, data-data dikumpulkan kemudian dikaji
bersama-sama, setelah itu baru membentuk kelompok. Kelompok-
kelompok dalam pembelajaran portofolio ada empat, yang pertama
adalah kelompok masalah, kedua adalah kelompok sebab atau
penyebab, ketiga adalah kelompok akibat dan keempat adalah
kelompok penanggulangan. Tiap-tiap kelompok harus terjun lagi
mencari informasi lagi kepada narasumber sesuai dengan masalah
yang dikaji. Kelompok masalah, masalahnya apa, mereka mencari
data, kelompok sebab yang mencari penyebabnya, kelompok akibat
mencari akibatnya, dan kelompok penanggulangan mencari data
tentang bagaimana cara penanggulangannya. Kemudian kita kembali
mengumpulkan data dan membahas bersama-sama. Dari keseluruhan
kelas masing-masing kelompok dibentuk lagi, tiap kelompok maksimal
tiga orang untuk mengadakan kompetisi pada saat gelar kasus. Tiap
kelompok harus mendokumentasikan hasil-hasil pencarian informasi
dari narasumber. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan
motivator. Dilanjutkan dengan menyajikan portofolio setelah data

cxvii
diolah. Dalam penyajian, tiap-tiap kelompok membuat dua penampilan
yang satu untuk portofolio dokumentasi dan yang kedua untuk
portofolio penayangan. Pada penyajian ini para siswa berlomba-lomba
untuk menarik perhatian dari seluruh audien yang ada dalam kelas.
Biasanya ada moderator yang diambil dari guru lain, kepala sekolah
dan satu guru lain sebagai dewan juri. Dewan juri juga akan
memberikan pertanyaan ten tang masalah tadi, jadi siswa benar-benar
dituntut untuk terjun sebab bila tidak terjun tidak akan tahu. Pada gelar
kasus mereka akan bersaing (GR-02).
Pembelajaran portofolio membutuhkan sarana prasarana dan
media penunjang pembelajaran yang bervariasi sehingga akan lebih
memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Pada
kenyataannya di sekolah keberadaan sarana prasarana dan media
penunjang belum memadai, jadi guru dan siswa berusaha sendiri untuk
menciptakan sarana dan prasarana serta media penunjang yang
menunjang pembelajaran model portofolio, jadi swadaya karena
sekolah belum mampu menyediakan (GR-03).
Kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran yang
pertama dari siswa yaitu siswa yang malas. Jadi kendala pada siswa
yang malas merupakan benturan bagi guru dan siswa-siswa yang lain
karena betul-betul menghambat, kemudian juga dari orang tua.
Harapan sekolah adalah semua orang tua senantiasa memonitor,

cxviii
membantu proses belajar anaknya. Namun mengingat latar belakang
orang tua siswa yang berbagai macam, mungkin mereka yang sibuk
lepas kontrol sehingga betul-betul merupakan hambatan karena tidak
mendukung anaknya. Jadi portofolio yang dilaksanakan belum
sepenuhnya mendapat dukungan dari orang tua siswa.(GR-04).
Kreativitas atau potensi siswa berbeda tiap tahunnya, untuk
tahun ini hanya 80%, memang jauh berbeda dengan tahun kemarin.
Tiap-tiap kelas tidak mesti sama, mungkin tahun ini guru dapat materi
mentah atau bahan mentah yang betul-betul berkualitas tapi mungkin
juga tahun berikutnya kualitasnya agak rendah, namun semua bisa
diolah, diperbaiki sedikit demi sedikit, dengan memberikan motivasi
kepada siswa (GR-05).
Setiap siswa selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru, hasil karya mereka selalu dipajang, mereka sendiri yang
memajang, guru hanya mengarahkan saja dimana tempat
pemajangannya. Strategi belajar seperti ini sangat menumbuhkan
motivasi siswa untuk belajar dan berkarya lebih baik lagi (GR-06).
c. Informan Siswi Kelas V
Hasil wawancara yang berhasil diungkap dari informan Siswa
Kelas V SD Negeri Barusari 03 Semarang berkaitan dengan situasi
pembelajaran, kesulitan dalam mengerjakan tugas, tanggapan orang

cxix
tua, tanggapan tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Berikut ini
hasil wawacara yang terungkap.
Asti adalah salah satu siswa kelas V merasa senang dengan
pembelajaran yang dilaksanakan., Saya amat senang karena selain
guru saya yang disiplin, pada mulanya semenjak saya masuk di kelas
V saya semakin bersemangat daripada di kelas IV, ungkap Asti
kepada peneliti. Seperti kemarin di kelas IV saya rangking empat saya
sangat menyesal karena rangking saya tidak semakin naik tetapi
semakin menurun, ungkapnya lagi kepada peneliti.
Apakah Asti merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan guru?, pertanyaan peneliti kepada Asti. Terkadang
saya melaksanakan tugas-tugas dari Ibu guru kadang merasa kesulitan
kadang tidak. Persoalan yang utama adalah guru memberikan tugas
terlalu banyak, itu yang membuat saya kesulitan tetapi terkadang guru
memberikan tugas secukupnya sehingga saya mengerjakan tugas dari
guru tidak kebingungan, penjelasan Asti terhadap pertanyaan peneliti.
Perhatian orang tua dalam proses pembelajaran portofolio
sangat berharga bagi kemajuan siswa. Berikut ini hasil wawancara
tentang respon orang tua terhadap salah satu siswa yang berhasil
diwawancarai.
Peneliti : Apakah orang tua Asti sering membantu mengerjakan
tugas-tugas sekolah?

cxx
Asti : Karena kadang-kadang orang tua saya dinas, mereka
terkadang pulangnya sore atau agak-agak malam
sehingga saya untuk mengerjakan tugas-tugas dari guru
kadang mengerkajan sendiri kadang mengerjakan
dengan bantuan orang tua saya. Tetapi lebih banyak
saya mengerjakan tugas-tugas saya sendiri untuk
melatih kemandirian saya agar tidak selalu tergantung
kepada orang tua.
Peneliti : Apakah Asti sering mendapat teguran dari orang tau
ketika mengikuti kegiatan sekolah?
Asti : Kalau untuk kegiatan sekolah berkelompok saya tidak
boleh mengikuti kegiatan itu karena seringkali
kelompok saya menyerahkan tugas-tugas tersebut
kepada saya sendiri sehingga saya menyebutnya bukan
tugas kelompok dan orang tua saya sangat tidak setuju.
Yang namanya tugas kelompok harus dikerjakan secara
berkelompok tetapi mereka hanya memberikan beban
tugas itu hanya kepada saya. Mereka memasrahkan atau
istilahnya urunan saja nanti yang mngerjakan saya
sendiri.
Kondisi siswa saat mengikuti pembelajaran dapat dilihat dari hasil
wawancara berikut.

cxxi
Peneliti : Apakah Asti aktif bertanya atau mengemukakan
pendapat ketika pembelajaran berlangsung?
Asti : Saya memang agak malas untuk bertanya karena
seringkali pertanyaan saya itu tidak dapat masuk akal
dipikiran Bu Tanti. Kadang saya bertanya dengan
pertanyaan yang salah atau istilahnya tidak nyambung.
Peneliti : Bagaimana tanggapan Asti dengan pembelajaran yang
dilaksanakan selama ini?
Asti : Dulu waktu saya kelas IV saya bila diberikan tugas
seperti membuat karya-karya portofolio cenderung saya
agak malas karena seringkali guru kelas IV hanya
memberi nilai kemudian dikembalikan, tidak dipajang/
diutarakan kepada murid-murid apakah hasil ini baik
atau malah lebih jelek. Saya bersemangat karena
seringkali guru di kelas V itu memberi tanggapan
tentang tugas-tugas yang diberikan kepada murid-
muridnya. Saya cenderung merasa malas kalau guru
tersebut tidak menanggapi tugas dari saya sehingga
tidak menuntut anak untuk berkreativitas.
Peneliti : Apakah Asti senang mempresentasikan hasil kerja di
depan kelas?

cxxii
Asti : Iya senang sekali, jadi pekerjaan saya merasa dihargai.
Peneliti : Apakah Asti lebih senang belajar di luar kelas?
Mengapa?
Asti : Saya lebih senang belajar diluar kelas karena biasanya
murid-murid apabila hanya di kelas terus kadang-
kadang bosan dengan suasana kelas yang hanya begitu-
begitu saja. Kadang guru membawa kami praktek ke
luar kelas agar kami tidak bosan dan kami mendapat
kesempatan untuk merasakan bagaimana pengalaman
belajar di kuar kelas.
Dari hasil wawancara kepada informan siswa yang berbeda
menunjukkan hal yang sama yaitu siswa merasa senang dengan
pembelajaran portofolio yang dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari
petikan wawancara yang berhasil diungkap dari informan Siswa Kelas
V SD Negeri Barusari 03 Semarang berkaitan dengan situasi
pembelajaran, kesulitan dalam mengerjakan tugas, tanggapan orang
tua, tanggapan tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Berikut ini
hasil wawacara yang terungkap.
Peneliti : Apakah Deska merasa senang dengan pembelajaran
yang dilaksanakan?

cxxiii
Deska : Tentu saja senang, apa alasannya untuk tidak senang
sebab kita dapat tahu apa yang belum kita ketahui
sebelum diajarkan Bu Tanti.
Peneliti : Apakah Deska merasa kesulitan dalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan guru?
Deska : Tentu saja, pada setiap pekerjaan saya merasa
kesulitan. Mungkin tugasnya lebih banyak daripada
sebelum-sebelunya atau mungkin lebih sulit untuk
dikerjakan.
Peneliti : Apakah orang tua Deska sering membantu mengerjakan
tugas-tugas sekolah?
Deska : Orang tua saya mengajarkan setiap pekerjaan tidak
perlu terus menerus di bantu dan kita harus lebih
mandiri kecuali jika pekerjaan itu memang harus benar-
benar dibantu.
Peneliti : Apakah Deska sering mendapat teguran dari orang tua
ketika mengikuti kegiatan sekolah?
Deska : Ya, saya sering mendapat teguran dari orang tua,
contohnya saja mungkin di luar kelas kegiatan itu
mengeluarkan biaya, orang tua saya sering mengatakan
mengapa mengeluarkan biaya terus-menerus lebih baik

cxxiv
saya tidak diijinkan untuk ikut kegiatan seperti itu. Ya
walaupun saya sering keberatan dengan keputusan
orang tua mengapa sih Pak Bu saya tidak boleh
mengikuti sementara teman-teman saya boleh?. Buat
apa kamu mengikuti, apa manfaatnya? orang tua saya
sering bilang seperti itu jadi ya terpaksa saya tidak ikut.
Peneliti : Apakah Deska aktif bertanya atau mengemukakan
pendapat ketika pembelajaran berlangsung?
Deska : Saya aktif bertanya dan pertanyaan saya lebih masuk
akal daripada Asti namun saya bila mengerjakan tugas
terlalu lama atau tidak tepat waktu, untuk
menangkapnya saya mungkin kurang mengerti daripada
Asti.
Peneliti : Kalau dibentuk kelompok Deska bersemangat tidak
dalam belajar?
Deska : Saya tidak bisa lagi mengatakan semangat, sebab jika
mengerjakan mereka tidak pernah serius atau
menyumbang sedikit kadang mereka tidak
menyumbang. Saya yang mengerjakan dan mereka
bermain. Terkadang juga mereka tidak mengikuti kerja
kelompok yang sudah saya buat tetapi mereka membuat
sendiri atau mereka tidak membaut sama sekali

cxxv
sementara saya dirumah mengeluarkan biaya sendiri
sehingga saya ditegur orang tua, saya tetap
mengerjakan sendiri dan hasilnya cukup bagus tetapi
mereka tidak ikut mengerjakan sehingga saya ingin
bilang bahwa mereka tidak ikut mengerjakan tapi saya
merasa kasihan jadi saya bilang mereka ikut
mengerjakan padahal mereka tidak. Lama-lama saya
jengkel dan bila ada tugas kelompok, saya lebih baik
mengerjakan sendiri.
Peneliti : Bagaimana tanggapan Deska dengan pembelajaran
yang dilaksanakan selama ini?
Deska : Pembelajaran selama ini menurut saya lebih bagus
sebab di tahun-tahun sebelumnya tidak seaktif ini,
contohnya saja guru tidak terlalu disiplin atau mungkin
tidak ada tugas portofolio, tidak pernah diteliti hanya
diberi nilai dan dikembalikan lagi bahkan di kelas tidak
ada tata tertib untuk kebersihan kelas tapi berbeda
dengan kelas V kita dapat menanyakan apa yang belum
kita mengerti atau mengungkapkan pendapat kita untuk
teman-teman kita. Jadi pada waktu dikelas IV tidak
pernah ada seperti itu bahkan di kelas IV kedisiplinan
hampir tidak terlihat, contohnya kita terlalu ramai dan

cxxvi
kita tidak pernah mendapat ulangan dengan nilai bagus,
walau anak itu pintar kemudian di kelas V ini anak
yang bodoh semakin meningkat dan yang pintar juga
semakin meningkat.
Peneliti : Apakah Deska senang mempresentasikan hasil
pekerjaan di depan kelas?
Deska : Mengapa tidak, sebab itu berarti pekerjaan kita dihargai
orang lain. Mungkin teman-teman bisa belajar dari apa
yang telah saya kerjakan.
Peneliti : Apakah Deska lebih senang belajar di luar kelas?
Mengapa?
Deska : Ya lebih senang karena kita bisa bersosialisasi dengan
keadaan di luar kelas dengan apa yang kita bicarakan
jadi kita tidak terlalu bosan di kelas. Sehingga Bu Tanti
mengajak kami keluar kelas agar kami menghirup
udara segar tetapi biarpun berada di luar kelas tetap
harus disiplin, tidak boleh ramai sehingga tidak
mengganggu kelas lain yang sedang diajar.
Hasil dokumentasi proses pembelajaran yang dilakukan di SD
Negeri Barusari 03 Semarang menunjukkan bahwa proses
pembelajarannya masih tetap menggunakan metode ceramah, namun

cxxvii
proporsinya lebih cenderung dikurangi. Kegiatan pembelajarannya
difokuskan pada keaktifan siswa atau praktik empirik. Pembelajaran yang
dilakukan pada prinsipnya terbagi dalam 3 tahap yaitu apersepsi, kegiatan
inti dan evaluasi.
Pada tahap apersepsi guru memberikan gambaran tentang konsep-
konsep pada kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang
akan disampaikan, dengan metode tanya jawab. Hal ini bertujuan untuk
menggali informasi dan membangun kembali konsep-konsep yang sudah
ada pada siswa. Pada tahap apersepsi guru lebih menekankan pada
kegiatan siswa untuk melakukan sesuatu agar menemukan konsep tertentu.
Lingkungan dimanfaatkan guru sebagai contoh konkrit tentang materi
yang diajarkan. Seperti hasil dokumentasi pada gambar berikut, guru
memberikan contoh konkrit tentang sumber energi.




Gambar 1. Proses Aperspesi guru dengan memberikan contoh konkret
Dalam kegiatan inti pembelajaran metode yang digunakan
bervariasi yaitu dari model tanya jawab, praktik atau eksperimen dan
permainan. Peran guru hanya sebagai fasilitator sedangkan siswa yang

cxxviii
melakukan dan mengambil kesimpulan. Seperti pada hasil dokumentasi
berikut, guru membawa siswa ke luar kelas untuk melakukan eksperimen
atau praktikum tentang perubahan energi dan juga menggunakan metode
permainan agar siswa lebih senang (enjoy).



Gambar 2. Siswa aktif melakukan praktikum tentang perubahan energi



Gambar 3. Prinsip belajar sambil bermain
Berakhirnya kegiatan praktikum, siswa diajak untuk mengambil
kesimpulan. Siswa diajak kembali ke ruang kelas dan setiap kelompok
memberikan kesimpulan di depan kelas, seperti pada hasil dokumentasi
pada gambar 4.



cxxix




Gambar 4. Proses pengambilan kesimpulan dan proses mengemukakan
pendapat
Dari hasil dokumentasi di atas secara umum proses pembelajaran
portofolio lebih menekankan pada keaktifan siswa dengan metode tanya
jawab, eksperimen, permainan, serta pengambilan kesimpulan yang
dilakukan oleh siswa. Guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator.
Selain itu dalam pembelajaran portofolio siswa diberi tugas oleh
guru untuk memortofoliokan tugas-tugas yang telah diterimanya. Tugas
portofolio ini tidak dilaksanakan pada setiap pokok bahasan tiap mata
pelajaran, mengingat masih banyaknya keterbatasan-keterbatasan yang
dialami. Portofolio dilaksanakan siswa setelah tugas yang dikerjakannya
telah mendapat persetujuan dari guru. Tugas portofolio ini bebas
maksudnya guru tidak membatasi siswa dalam berkreasi untuk
membuatnya semenarik mungkin, jadi kreativitas siswa akan nampak
dalam kegiatan ini. Contoh karya siswa dalam beberapa mata pelajaran
dan beberapa pokok bahasan terlampir di bawah ini:



cxxx













Gambar 5. Contoh hasil karya siswa

B. Analisis Data
Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan yang ditulis
dalam catatan lapangan, dokumen resmi, foto dan sebagainya.setelah
dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah
mengadakan reduksi data, menyusunnya dalam satuan-satuan yang
selanjutnya akan dikategorikan. Kategori yang akan diguanakan dalam
analisis data ini adalah: 1) penerapan konsep pembelajaran portofolio,
2) langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran portofolio di SD

cxxxi
negeri Barusari 03 Semarang, 3) Bentuk-bentuk pembelajaran yang
diportofoliokan.
Kategorisasi didasarkan pada tujuan dan kemiripan isi dengan
menggunakan kriteria tertentu. Kategori penerapan konsep pembelajaran
portofolio mempunyai kriteria yang berkaitan dengan penerapan teori
tentang pembelajaran portofolio. Kategori langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran portofolio mempunyai kriteria yang berkaitan dengan
persiapan pembelajaran, proses pembelajaran dan kendala-kendala dalam
pembelajaran. Dengan adanya kategorisasi dapat diketahui sejauh mana
konsep portofolio dilaksanakan di SD Negeri Barusari 03 Semarang.
Kategori bentuk-bentuk pembelajaran yang diportofoliokan mempunyai
kriteria yang berkaitan dengan bagaimana proses pembelajaran yang
dilaksanakan dan hasil karya siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru yang merupakan realisasi kreativitas siswa.
Di bawah ini akan diuraikan analisis data untuk tiap-tiap satuan
pada kategori masing-masing, sebagai berikut:
1. Penerapan konsep pembelajaran portofolio
Model Pembelajaran Berbasis Portofolio merupakan alternatif Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA).
Karena sebelum, selama dan sesudah proses belajar mengajar guru dan
siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan. Diharapkan siswa akan
mendapat banyak manfaat baik hasil belajar utama maupun hasil pengiring

cxxxii
akademik dan sosial. Hal ini seperti terlihat dari hasil observasi dan
dokumentasi, bahwa dalam proses pembelajaran guru dan siswa aktif dan
kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
tidak monoton, contohnya guru tidak hanya menggunakan satu metode
saja dalam pembelajaran sedangkan siswa tidak hanya mendengarkan
ceramah guru tetapi peran siswa lebih mendominasi pembelajaran yang
dilaksanakan.
Pola fikir pembelajaran siswa perlu diubah dari sekedar memahami
konsep ke arah kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan
konsep lain prinsip keilmuan yang telah dikuasai. Seperti yang telah
dipaparkan dalam empat misi pendidikan di bawah ini:
a. Belajar untuk berfikir (learning to think)
b. Belajar untuk berbuat (learning to do)
c. Belajar untuk hidup bersama (learning to life)
d. Belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be)
Sebagai suatu inovasi, model pembelajaran portofolio tidak
memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Melalui model
pembelajaran portofolio siswa diberdayakan agar mau dan mampu berbuat
untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan
meningkatkan interaksi dengan lingkungannya baik lingkungan fisik,
sosial, mapun budaya, sehingga mampu membangun pemahaman dan
pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to know).

cxxxiii
Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat membangun
pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan
berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi
(learning to live together) akan membentuk kepribadiannya untuk
memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran
terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup. Hal ini juga terlihat dari
adanya kelompok belajar yang telah dibentuk melalui kesepakatan
bersama. Kelompok belajar memungkinkan siswa berinteraksi dengan
orang lain, dapat menghargai orang lain dan dapat lebih mengenal
lingkungannya dengan baik.
Belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun
makna atau pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai
untuk melakukan proses itu. Artinya memberikan waktu yang cukup untuk
berpikir ketika siswa menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai
kesempatan untuk membangun sendiri gagasannya. Tidak membantu siswa
terlalu dini, menghargai usaha siswa walaupun hasilnya belum
memuaskan, dan menantang siswa sehingga berbuat dan berpikir
merupakan strategi guru yang memungkinkan siswa menjadi pembelajar
seumur hidup. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru
bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong motivasi
dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Model pembelajaran berbasis portofolio mengacu pada sejumlah
prinsip dasar pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar pembelajaran yang

cxxxiv
dimaksud adalah prinsip belajar siswa aktif (student active learning),
kelompok belajar kooperatif (cooperative learning), pembelajaran
partisipatorik, mengajar yang reaktif (reactive learning) dan pembelajaran
yang menyenangkan (joyfull learning) (Budimansyah, 2002:8).
Dari hasil observasi menunjukkan bahwa prinsip-prinsip
pembelajaran portofolio diatas telah dilaksanakan dalam pembelajaran di
SD Negeri Barusari 03 Semarang. Hal tersebut terlihat dari kegiatan
praktikum yang dilaksanakan pada mata pelajaran IPA yang membahas
tentang energi seperti pada hasil dokumentasi yang ada. Guru sudah dapat
mengkondisikan kelas dengan sebaik dan semenarik mungkin dengan
berpedoman pada prinsip-prinsip dasar pembelajaran portofolio.
Model pembelajaran portofolio secara ideal dilakukan dengan 4
tahap pembelajaran yaitu: 1) Identifikasi masalah; 2) Memilih masalah
untuk kajian kelas; 3) Mengumpulkan informasi tentang masalah yang
akan dikaji oleh kelas; dan 4) Mengembangkan portofolio kelas. Dalam
kenyataan di lapangan seperti yang telah diungkap sebelumnya, tahap
demi tahap pembelajaran ideal tersebut belum sepenuhnya dapat
dilaksanakan di SD negeri Barusari 03 Semarang karena terbentur oleh
beberapa faktor yang sangat vital.
Selain tersebut di atas, teori belajar konstruktivisme juga
merupakan dasar dari pengembangan model pembelajaran portofolio,
yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa siswa membentuk atau

cxxxv
membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan. Prinsip
yang paling umum dan paling esensisal dari teori konstruktivisme adalah
bahwa dalam merancang suatu pembelajaran, siswa memperoleh banyak
pengetahuan di luar kelas.
Bagi kaum konstruktivis, pembelajaran yang efektif menghendaki
agar guru mengetahui bagaimana siswa memandang fenomena yang
menjadi subjek pembelajaran. Pembelajaran selanjutnya dikembangkan
dari gagasan yang telah ada, berakhir pada gagasan yang telah mengalami
kekuatan dan modifikasi. Ausubel (dalam Osborn, 1985:82) dan Alit
(1994) mengemukakan the most important single factor influencing
learning is what the learner already knows, ascertain this and teach him
accordingly. Satu faktor tunggal yang penting yang mempengaruhi
dalam belajar adalah hal-hal yang telah diketahuinya, dan dalam
pembelajarannya bertitik tolaklah pada hal-hal yang telah diketahui itu.
Pandangan kontruktivisme sebagai filosofi pendidikan mutakhir
menganggap semua siswa dari usia taman kanak-kanak sampai dengan
perguruan tinggi memiliki gagasan/ pengetahuan tentang lingkungan dan
peristiwa lingkungan di sekitarnya, meskipun gagasan itu sering kali naf
dan miskonsepsi. Mereka senantiasa mempertahankan gagasan/
pengetahuan naf ini secara kokoh. Ini dipertahankan karena gagasan/
pengetahuan ini terkait dengan gagasan/ pengetahuan awal lainnya yang
sudah dibangun dalam wujud schemata (struktur kognitif).

cxxxvi
Dalam kegiatan apersepsi yang dilakukan guru terlihat bahwa guru
lebih mengarahkan siswa untuk berfikir konkret dengan memberi contoh
riil kepada siswa. Hal ini merupakan upaya guru dalam membangun
persepsi siswa tentang sesuatu atau dengan kata lain guru mengkonsrtuksi
gagasan siswa mengenai sesuatu. Guru cukup mengarahkan pemahaman
siswa untuk mempelajari materi tertentu dengan cara meminta siswa
melakukan kegiatan sesuai dengan materi yang sedang dipelajari, sehingga
bagi siswa hal itu merupakan pengalaman yang sangat berharga dan tak
terlupakan.
Model pembelajaran portofolio diharapkan benar-benar membawa
perubahan dalam kegiatan pembelajaran karena konsep yang telah
dicanangkan dalam pembelajaran portofolio sangat bagus dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Pelaksanaan model pembelajaran portofolio di SD Negeri
Barusari 03 Semarang
a. Persiapan
Dalam pembelajaran portofolio perlu adanya persiapan dari
sekolah. Kepala sekolah harus benar-benar mampu, mengerti apa yang
dimaksud dengan pembelajaran portofolio itu, kemudian ditularkan
kepada semua guru sehingga konsep pembelajaran portofolio itu
benar-benar dimengerti. Disamping itu pembelajaran portofolio
membutuhkan rancangan yang lebih operasional. Persiapan yang
dilakukan di SD Negeri Barusari 03 Semarang dimulai dengan

cxxxvii
pembentukan tim sukses dengan melakukan rapat dengan orang tua,
sebab pembelajaran tersebut membutuhkan anggaran yang banyak dan
kerjasama antara sekolah dengan orang tua, yang diharapkan
kesukaran-kesukaran yang muncul dapat diatasi dengan sebaik-
baiknya.
Persiapan pembelajaran dengan model pembelajaran
portofolio membutuhkan waktu cukup lama, sebelum materi
disampaikan kepada anak guru harus benar-benar mempersiapkannya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, menyatakan
bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan antara lain: 1)
Mengkaji dulu setiap mata pelajaran yang tertuang dalam kurikulum
agar lebih mengetahui tujuan yang hendak dicapai dalam setiap
pembelajaran. 2) Melihat setiap pokok bahasan ataupun pertemuan
yang tertuang dalam GBPP, dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi tentang nilai-nilai, norma-norma dan prinsip-prinsip yang
perlu dikembangkan dalam pembelajaran tersebut. 3) Melihat
kompetensi dalam KBK tujuannya untuk mendapat gambaran
kompetensi yang perlu dikembangkan dalam keseluruhan rangkaian
kegiatan. 4) Memperhatikan keadaan lingkungan setempat yang dapat
diambil sebagai pengalaman belajar siswa untuk memberi nuansa pada
topik atau tema-tema dari pembelajaran yang akan dikembangkan.
Pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan, tidak
hanya lingkungan sekitar tetapi bisa meluas ke lingkungan

cxxxviii
masyarakat. 5) Merumuskan topik atau tema pembelajaran yang dapat
diangkat menjadi pembelajaran portofolio.
Topik atau tema tidak hanya guru saja yang dapat menentukan,
tetapi lebih mengutamakan musyawarah dengan siswa di dalam kelas
yang dilaksanakan di luar jam pelajaran. Setelah kelas menentukan
topik atau tema kemudian mengidentifikasi masalah yang berkaitan
dengan topik yang akan dibahas. Seluruh siswa diminta menemukan
masalah, setiap siswa harus memiliki pendapat sesuai dengan
pribadinya masing-masing tanpa dipengaruhi oleh teman-teman
sekelas. Langkah selanjutnya adalah menulis atau menentukan
masalah yang akan dikembangkan menjadi pembelajaran portofolio
yang dilaksanakan secara musyawarah. Biasanya siswa disuruh
menuliskan masalah-masalah yang ditemukan pada papan tulis,
sehingga masalah yang banyak muncul diangkat menjadi topik kajian.
Setelah diidentifikasi, dipilih salah satu masalah dan selanjutnya
mencari informasi dengan cara terjun langsung ke lapangan kepada
narasumber yang sesuai dengan masalah yang diangkat. Suatu contoh
tata tertib sekolah, anak-anak cukup di lingkungan sekolah dalam
belajarnya, anak-anak ditugaskan untuk mencari informasi kepada
seluruh karyawan atau guru-guru yang berada di sekolah itu. Semua
siswa terjun langsung mewawancarai narasumbernya. Setelah mencari
informasi dari narasumber, data-data dikumpulkan kemudian dikaji
bersama-sama, setelah itu dibentuk kelompok.

cxxxix
Kelompok-kelompok dalam pembelajaran portofolio ada
empat, yaitu kelompok masalah, kelompok sebab atau penyebab,
kelompok akibat dan kelompok penanggulangan. Tiap-tiap kelompok
harus terjun lagi mencari informasi kepada narasumber sesuai dengan
masalah yang dikaji. Untuk kelompok Masalah, bertugas mencari
data, untuk kelompok Sebab mencari penyebabnya, kelompok
Akibat mencari data tentang akibat, kelompok Penanggulangan
mencari data atau informasi tentang cara penanggulangannya. Waktu
yang digunakan cukup lama minimal dua minggu. setelah data
terkumpul dibahas bersama-sama. Dari keseluruhan kelas tadi masing-
masing kelompok dibentuk lagi, tiap kelompok maksimal tiga orang
dipersempit lagi untuk mengadakan kompetisi pada saat gelar kasus.
Tiap kelompok harus mendokumentasikan hasil-hasil informasi dari
narasumber. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan motivator.
Dilanjutkan dengan menyajikan portofolio setelah data diolah. Dalam
penyajian, tiap-tiap kelompok membuat dua penampilan yang satu
untuk portofolio dokumentasi dan yang kedua untuk portofolio
penayangan. Pada penyajian ini mereka berlomba-lomba untuk
menarik perhatian dari seluruh audien yang ada dalam kelas. Biasanya
ada moderator yang diambil dari guru lain, kepala sekolah dan satu
guru lain sebagai dewan juri. Dewan juri juga akan memberikan
pertanyaan tentang masalah tadi, jadi siswa benar-benar dituntut untuk
terjun sebab bila tidak terjun tidak akan tahu. Pada gelar kasus mereka

cxl
akan bersaing. Biasanya satu kelas dibagi menjadi dua kelompok gelar
kasus.
Berdasarkan uraian hasil wawancara dari kedua narasumber
tersebut, tampak bahwa persiapan pelaksanaan pembelajaran
portofolio membutuhkan waktu yang relatif lama, dukungan dari
berbagai pihak dan persiapan yang relatif matang. Mengingat dalam
pembelajaran di sekolah juga harus menyelesaikan materi sesuai
dengan tuntutan kurikulum, maka tidak memungkinkan untuk
melaksanakan pembelajaran portofolio pada setiap pokok bahasan.
Sebagai alternatifnya, pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri
Barusari 03 Semarang tetap melaksanakan pembelajaran portofolio
pada setiap pokok bahasan, tetapi tidak dilaksanakan secara utuh dan
menyeluruh dari setiap langkah pembelajaran portofolio. Guru
cenderung melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam
pembelajaran portofolio yaitu: prinsip belajar siswa aktif, kelompok
belajar kooperatif, pembelajaran partisipatorik dan pembelajaran
reaktif, pembelajaran yang menyenangkan. Selain menggunakan
prinsip-prinsip tersebut dalam pembelajaran, guru juga
mengembangkan pembelajaran berdasarkan landasan pemikiran model
pembelajaran berbasis portofolio, yaitu: 1) Empat pilar pendidikan
(learning to do, learning to know, learning to be dan learing to live
together), 2) Pandangan konstruktivisme yaitu pembelajaran yang
dimulai dari apa yang sudah diketahui siswa atau dengan kata lain

cxli
membangun kembali pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. 3)
Democratic teaching yaitu pembelajaran yang lebih mengedepankan
pada nilai-niai demokrasi, menghargai kemampuan, menjunjung
keadilan, menerapkan persamaan kesempatan dan memperhatikan
keragaman peserta didik.
b. Langkah-langkah pembelajaran
Model pembelajaran portofolio secara ideal dilakukan dengan
4 tahap pembelajaran yaitu: 1) Identifikasi masalah; 2) Memilih
masalah untuk kajian kelas; 3) Mengumpulkan informasi tentang
masalah yang akan dikaji oleh kelas; dan 4) Mengembangkan
portofolio kelas. Jadi dalam pembelajaran portofolio memerlukan
persiapan dan dukungan dari berbagai pihak, baik sekolah, guru,
siswa, orang tua siswa dan masyarakat secara umum.
Berikut ini hasil observasi tentang pembelajaran portofolio
yang dapat diamati peneliti pada saat berlangsungnya pembelajaran
IPA membahas tentang energi yang dilaksanakan di SD Negeri
Barusari 03 Semarang pada tanggal 18 Maret 2005.
1) Apersepsi
Pada tahap apersepsi guru memberikan gambaran tentang
konsep energi pada kehidupan sehari-hari melalui kegiatan tanya
jawab. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi dan membangun
kembali konsep-konsep yang sudah ada pada siswa. Kegiatan ini
dilaksanakan karena guru lebih memandang bahwa sebenarnya siswa

cxlii
sudah mempunyai persepsi tentang energi, dan guru hanya sebagai
pengantar untuk mengkontruksi pengetahuan siswa. Dari kegiatan ini,
siswa sendiri yang menemukan kembali definisi tentang energi. Pada
tahap apersepsi ini guru tidak hanya melakukan tanya jawab, namun
lebih menekankan pada kegiatan siswa, dalam artian guru mendorong
siswa melakukan sesuatu untuk menemukan konsep tertentu. Guru
memanfaatkan kondisi lingkungan siswa untuk memberikan contoh
konkrit tentang konsep energi. Untuk menjelaskan tentang energi,
guru meminta siswa yang membawa makanan untuk maju ke depan.
Siswa diminta makan bekal yang dibawanya. Secara langsung guru
memberi contoh konkrit tentang manusia memerlukan makanan untuk
memperoleh energi. Pada tahap selanjutnya guru meminta siswa lain
untuk memberikan contoh sumber-sumber energi. Pada akhir kegiatan
apersepsi guru mengajak siswa untuk mengambil kesimpulan. Dalam
pengambilan kesimpulan peran guru tidak dominan, namun lebih
menekankan pada pendapat siswa.
Berdasarkan hasil observasi ini menunjukkan bahwa keaktifan
siswa menjadi bagian yang diutamakan dalam proses paersepsi. Di
samping itu prinsip learning by doing merupakan bagian yang tidak
terpisahkan pada saat membangun kembali pengetahuan yang sudah
ada pada siswa.



cxliii
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan selanjutnya yaitu inti pembelajaran. Dalam
kegiatan inti metode yang digunakan bervariasi yaitu dari model tanya
jawab, praktik atau eksperimen dan permainan. Kegiatan tanya jawab
terus dilakukan untuk mengungkap pengetahuan siswa berkaitan
dengan materi dipelajari. Dari hasil obervasi ternyata guru membawa
siswa untuk mempelajari perubahan-perubahan energi dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang perubahan energi pada
kehidupan sehari-hari. Untuk memberikan pemahaman konsep tentang
perubahan energi kimia menjadi energi panas, guru meminta siswa
untuk menunjukkan kompor. Salah satu indikator bahwa siswa telah
memahami konsep perubahan energi siswa dapat membedakan jenis-
jenis perubahan bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain.
Kegiatan yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan kompor
dengan bahan bakar minyak dan kompor listrik. Keduanya sama-sama
menghasilkan energi panas, namun berasal dari sumber energi yang
berbeda. Peran guru hanya sebagai fasilitator sedangkan siswa yang
melakukan dan mengambil kesimpulan. Dari hasil observasi ini
menunjukkan bahwa proses pembelajaran portofolio yang dilakukan
menganut prinsip dasar reactive learning. Hal ini ditunjukkan guru
lebih reaktif yaitu menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar,
pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui dan
dipahami siswa dan selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar

cxliv
siswa dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan
berguna bagi kehidupan siswa.
Metode pembelajaran yang kedua yaitu praktikum. Prinsip
yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah cooperative learning,
prinsip belajar aktif, pembelajaran partisipatorik, joyfull learning.
Berdasarkan hasil observasi, menunjukkan bahwa kegiatan praktikum
dilaksanakan di halaman sekolah. Sesuai dengan kelompoknya
masing-masing siswa melakukan kegiatan yang diintruksikan oleh
guru, yaitu membuktikan bahwa matahari sebagai sumber energi
panas yang dilakukan dengan praktikum siswa mencuci baju dan
menjemur di bawah terik matahari. Kelompok lain juga melakukan
praktikum yang membuktikan perubahan energi kimia menjadi energi
panas melalui memasak air dengan kompor. Pada kegiatan tersebut
guru tidak hanya memperhatikan siswa, tetapi lebih memberikan
motivasi, memberikan pertanyaan ke arah kesimpulan yang diperoleh
dari kegiatan tersebut.
Ada beberapa hal yang dilatih dalam kegiatan ini antara lain:
1) Melatih siswa mengambil kesimpulan berdasarkan fakta yang
terjadi atau dikembangkan ketrampilan akademik dan ketrampilan
rasional. 2) Melatih siswa untuk bekerja sama dengan teman
sekelompok secara baik atau dikembangkan ketrampilan sosial.
Selain kegiatan praktikum, pembelajaran dilakukan dengan
metode permainan. Permainan yang dilakukan bertujuan untuk

cxlv
menanamkan konsep apa yang dipelajari melalui proses yang
menyenangkan atau joyfull learning. Prinsip ini dilakukan karena
berpandangan bahwa sesulit apapun pembelajaran jika dilakukan
dengan perasaan senang maka segalanya akan menjadi mudah. Hasil
observasi menunjukkan bahwa guru menggunakan metode permainan
untuk menjelaskan perubahan energi kimia menjadi gerak. Pada
kegiatan tesebut dilakukan suatu perlombaan membuat kitiran (jawa)
atau kincir angin dari daun mangga. Sesuai dengan kreativitas siswa
kincir angin tersebut dibuat dan diujicobakan oleh beberapa siswa.
Dari kegiatan ini diperoleh simpulan bahwa energi kimia (udara) dapat
menghasilkan energi gerak atau kinetik. Ketika proses permainan
berlangsung siswa merasa menikmati dan senang.
3) Evaluasi
Berakhirnya kegiatan praktikum, siswa diajak untuk
mengambil kesimpulan. Siswa diajak kembali ke ruang kelas dan
setiap kelompok memberikan kesimpulan di depan kelas. Pada saat
memberikan kesimpulan, keterampilan vokasional yang lebih
dikembangkan. Siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat.
Kesimpulan dari setiap kelompok disatukan menjadi kesimpulan yang
utuh tentang energi.
Dalam kegiatan pengambilan kesimpulan guru juga
menjelaskan materi kegiatan atau praktikum yang baru saja
dilaksanakan, sehingga diharapkan siswa akan benar-benar memahami

cxlvi
konsep energi dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil observsi terlihat
bahwa sangat antusias dalam menjawab setiap pertanyaan yang
dilontarkan guru berkaitan dengan kegiatan yang telah dilaluinya.
Guru menerangkan konsep perubahan energi yang lain dengan
memberikan contoh riil peristiwa yang sering dialami siswa. Setelah
sejumlah kesimpulan tertulis di papan tulis dan dirasa siswa telah
paham akan materi itu maka guru meminta siswa untuk menyalin ke
dalam buku catatan.
Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat ditarik simpulan
bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri
Barusari 03 Semarang kelas V telah menggunakan prinsip-prinsip
dasar model pembelajaran berbasis portofolio yaitu prinsip belajar
siswa aktif, belajar kooperatif, pembelajaran partisipatorik, reactive
learning dan joyfull learning.
c. Kendala-kendala yang dihadapi Pembelajaran Portofolio
Pelaksanaan dan pengembangan inovasi baru dalam
pembelajaran sangat membutuhkan dukungan semua pihak, baik yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Respon positif
tersebut akan sangat membantu kelancaran pembelajaran yang
dilaksanakan.
Model pembelajaran portofolio, secara formal telah
dilaksanakan selama dua tahun di SD Negeri Barusari 03 Semarang,
dan selama itu pula terus dilaksanakan peningkatan kualitas dan

cxlvii
kuantitas pembelajaran, walaupun tidak dapat dipungkiri terdapat
kekurangan dan banyak mengalami hambatan. Hal itu wajar terjadi
ketika sesuatu baru dalam tahap awal. Kekurangan dan hambatan
tersebut menjadikan cambuk yang mendorong untuk dapat lebih baik.
Terkadang kenyataan di lapangan belum sesuai dengan yang
diharapkan, sehingga perlu adanya upaya pembenahan sebagai
langkah peningkatan kualitas yang dihasilkan.
Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Dasar Negeri
Barusari 03 Semarang (2005), menyatakan bahwa pelaksanaan model
pembelajaran portofolio belum sepenuhnya seideal yang
direncanakan, tetapi disesuaikan dengan kemampuan yang ada.
Hambatan pada awalnya banyak sebab masih dalam masa transisi
model pembelajaran lama ke model pembelajaran yang baru. Model
pembelajaran portofolio banyak sekali hambatan: 1) Kekurangan dana,
2) Kurangnya dukungan orang tua siswa.
Lebih lanjut untuk mengungkap kendala-kendala yang terjadi
dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis portofolio, salah satunya
dapat dilihat dari pengisian angket oleh guru kelas V yang terdiri dari
5 faktor yaitu berkaitan dengan persiapan dan kelengkapan
pembelajaran, metode dan proses pembelajaran, sarana prasarana dan
media pembelajaran, kondisi siswa dan penilaian yang dilakukan.



cxlviii
a. Persiapan dan Kelengkapan Pembelajaran
Persiapan dan kelengkapan pembelajaran merupakan hal
penting dalam proses pembelajaran, sebab dengan persiapan dan
kelengkapan yang matang dan memadai, maka arah tujuan dan
skenario pembelajaran akan semakin jelas, waktu yang dibutuhkan
akan juga efektif dan efisien sehingga hasilnya akan mendekati
target yang diharapkan.
Persiapan dan kelengkapan pembelajaran berbasis
portofolio meliputi pembuatan silabus, satuan acara pembelajaran
dan rencana pembelajaran. Berdasarkan hasil pengisian lembar
observasi tentang pembuatan silabus ternyata guru masih
mengalami kesulitan dalam menjabarkan kompetensi dasar,
pengalaman belajar, menyusun indikator dan mengalokasikan
waktu pembelajaran.
Tabel 1. Hasil Observasi tentang pembuatan silabus
No Indikator Ket.
1 Menjabarkan komptensi dasar Kesulitan
2 Menjabarkan pengalaman belajar Kesulitan
3 Menyusun indicator Kesulitan
4 Menyusun penilaian Mudah
5 Mengalokasikan waktu Kesulitan
6 Menentukan sumber belajar Mudah
Sumber: Hasil observasi
Berkaitan dengan membuat satuan acara pembelajaran
ternyata guru mengalami kesulitan dalam menjabarkan deskripsi
pembelajaran, kompetensi dan sub kompetensi, materi pokok

cxlix
pembelajaran, subtansi non instruksional dan menentukan alokasi
waktu.
Tabel 2.Hasil observasi pembuatan satuan acara pembelajaran
No Indikator Ket.
1 Menjabarkan deskripsi pembelajaran Kesulitan
2 Menjabarkan komptensi dan sub
kompetensi
Kesulitan
3 Menyusun materi pokok pembelajaran Kesulitan
4 Menjabarkan subtansi non instruksional Kesulitan
5 Memilih metode pembelajaran yang sesuai Mudah
6 Menjabarkan strategi/ skenario proses
pembelajaran
Mudah
7 Menentukan alokasi waktu Kesulitan
8 Menentukan sumber belajar Mudah
Sumber: Hasil observasi
Berdasarkan hasil observasi ternyata guru tidak mengalami
kendala dalam membuat rencana pembelajaran.
Tabel 3. Hasil observasi pembuatan rencana pembelajaran
No Indikator Ket.
1 Menentukan standar kompetensi Mudah
2 Menentukan kompetensi dasar Mudah
3 Membuat indicator Mudah
4 Menjabarkan materi Mudah
5 Menjelaskan scenario pembelajaran Mudah
Sumber: Hasil observasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V
menyatakan bahwa kendala-kendala tersebut disebabkan:
1) Keterbatasan waktu dalam penyusunan persiapan dan
kelengkapan pembelajaran. 2) Guru belum pernah mendapatkan
baik berupa pelatihan, penataran ataupun bimbingan cara-cara/
langkah-langkah pengembangan silabus yang benar dari seoarang

cl
ahli. 3) Berkaitan dengan point dua, akhirnya guru mencoba
menyusun sesuai kemampuan sendiri sehingga ragu apakah
hasilnya benar atau salah. 4) Tidak memiliki rambu-rambu atau
petunjuk dalam penyusunan silabus.
b. Metode dan Proses Pembelajaran
Sesuai dengan prinsip dasar pembelajaran berbasis
portofolio diharapkan proses pembalajarannya lebih berpusat pada
keaktifan atau partisipasi siswa. Hasil observasi berkaitan dengan
hal-hal tersebut menunjukkan bahwa guru kurang mengalami
kendala dalam pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari paparan
hasil obervasi pada tabel berikut.
Tabel 4. Hasil observasi tentang pembelajaran partisipatorik dan
Cara Belajar Siswa Aktif
No Indikator Ket.
1 Menggunakan metode yang menuntut
siswa untuk mencari informasi sendiri
Sesuai
2 Menggunakan metode pembelajaran yang
menuntut siswa untuk melakukan
penyelidikan
Sesuai
3 Mendorong siswa untuk menemukan dan
mengalami sendiri
Sesuai

4 Membawa siswa ke laboratorium Tidak sesuai
5 Membawa siswa keluar kelas untuk
mengamati gejala/ peristiwa di lapangan
Sesuai
6 Menuntut siswa untuk mengingat
pelajaran yang diberikan
Sesuai
7 Mendorong siswa untuk berpikir tentang
apa yang baru dipelajari
Sesuai
8 Mendorong siswa untuk berpikir ke
belakang tentang apa yang sudah
dilakukan dalam pembelajaran
Sesuai
9 Memberi penugasan pada siswa untuk
menggali informasi diluar kelas
Sesuai

cli
10 Memberikan kesempatan siswa untuk
presentasi di depan kelas
Sesuai
Sumber: Hasil observasi
Berdasarkan tabel observasi tersebut tampak bahwa guru
belum dapat membawa siswa ke laboratorium untuk mengadakan
praktikum, karena belum adanya ruang khusus laboratorium.
Sebagai konsekuensinya guru berusaha membimbing siswa untuk
belajar dengan mengedepankan keaktifan dan partisipasi siswa
menggunakan alat praktikum seadanya. Yang lebih dipentingkan
siswa mampu mencari informasi sendiri, melakukan penyelidikan
sederhana, menemukan dan mengalami sendiri baik di dalam kelas
maupun di luar kelas dan memberikan kesempatan untuk
mempresentasikan hasil penyelidikan di depan kelas.
Penyelidikan tersebut tidak hanya dilakukan secara
indiviual, namun lebih menekankan pada kerjasama siswa dalam
kelompok untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan prinsip
pembelajaran kooperatif sebagai pilar dasar pembelajaran
portofolio. Berdasarkan hasil obervasi ternyata guru tidak
mengalami kendala dalam menciptakan pembelajaran kooperatif
seperti pada tabel 5.




clii
Tabel 5. Hasil observasi tentang kelompok belajar kooperatif
No Indikator Ket.
1 Membimbing siswa dalam
mengorganisasi tugas-tugas dengan teman
kelompoknya
Sesuai
2 Menciptakan kelompok heterogen Sesuai
3 Proses komunikasi dua arah Sesuai
4 Menciptakan kerja sama antar siswa Sesuai
Sumber: Hasil observasi
Berdasarkan hasil observasi tersebut tampak bahwa guru
mampu membimbing siswa dalam mengorganisasi tugas-tugas
dengan teman kelompoknya, menciptakan kelas yang heterogen
agar tercipta kerja sama dan komunikasi dua arah baik antara guru
dengan siswa maupun siswa dengan siswa.
Ciri pembelajaran portofolio, selain mengedepankan
keaktifan, partisipasi siswa dan kerja sama antar siswa, guru
mampu menciptakan pembelajaran yang reaktif yaitu menjadikan
siswa sebagai pusat kegiatan belajar, pembelajaran dimulai dengan
hal-hal yang sudah diketahui siswa, selalu membangkitkan
motivasi belajar siswa dengan membuat materi pelajaran sebagai
sesuatu hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa.
Tabel 6 memperlihatkan kondisi guru dalam menciptakan
pembelajaran yang reaktif.





cliii
Tabel 6. Hasil observasi tentang pembelajaran reaktif/ reactive
learning
No Indikator Ket.
1 Menggunakan metode pembelajaran yang dipilih
sesuai dengan sifat bahan pembelajaran
Sesuai
2 Sebagai awal pembelajaran guru menjelaskan
dulu tujuan pembelajaran kepada siswa
Sesuai
3 Pembelajaran yang dilakukan guru berpusat pada
siswa
Sesuai
4 Mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan
kehidupan nyata
Sesuai
5 Mengkaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata
Sesuai
6 Pembelajaran yang dilakukan guru menuntut
kreativitas siswa
Sesuai
7 Mengembangkan kreativitas siswa Sesuai
8 Menyediakan pengalaman belajar yang beragam Sesuai
9 Memberikan informasi sesuai dengan buku dan
pengalaman guru waktu kuliah
Tidak
sesuai
10 Membawa informan ke kelas Tidak
sesuai
11 Menciptakan kondisi agar siswa aktif
membangun pengetahuan dan pemahaman
sendiri
Sesuai
12 Mengecek pemahaman siswa Sesuai
13 Membangkitkan respon siswa Sesuai
14 Melakukan kerja sama dengan pihak luar Sesuai
15 Menggunakan berbagai sumber Sesuai
16 Memajang hasil karya siswa Sesuai
Sumber: Hasil observasi
Berdasarkan hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa
guru hanya mengalami kendala berkaitan memberi informasi
sesuai dengan buku dan pengalaman guru waktu kuliah serta
membawa informan ke kelas. Hal ini dimungkinkan berkaitan
dengan minimnya dana untuk penyediaan informan dari luar
sekolah. Pada saat pembelajaran guru lebih mampu memilih

cliv
metode pembelajaran yang sesuai dengan sifat dan bahan
pembelajaran. Pada saat awal pembelajaran guru menjelaskan
dahulu tujuan pembelajaran kepada siswa. Hal ini dilakukan agar
siswa mempunyai arah dan tujuan untuk apa mempelajari materi
yang akan dibahas. Selain itu guru mampu menciptakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa, mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapan kehidupan nyata, kreativitas siswa dalam pembelajaran
menjadi bagian yang lebih diutamakan, oleh karena itu
pembelajaran dilakukan dengan menyediakan pengalaman belajar
yang beragam, menciptakan kondisi siswa katif membangun
pengetahuan dan pemahaman sendiri, mengecek pemahaman
siswa, membangkitkan respon siswa dan menggunakan berbagai
sumber serta memajang hasil karya siswa sebagai motivator.
Tabel 7. Hasil observasi pembelajaran yang menyenangkan/ joyfull
learning
No Indikator Ket.
1 Menciptakan kondisi saling menyenangkan
dan tidak membosankan
Sesuai
2 Dapat menggairahkan siswa dalam
pembelajaran
Sesuai
Sumber: Hasil observasi
Salah satu teori belajar menegaskan bahwa sesulit apapun
materi pelajaran, apabila dipelajari dalam suasana yang
menyenangkan, maka pelajaran tersebut akan mudah dipahami.
Sebaliknya walaupun materi pelajaran tidak terlampau sulit untuk

clv
dipelajari, namun apabila suasana belajar membosankan dan tidak
menarik, maka pelajaran akan sulit dipahami. Berkaitan dengan
kondisi ini tampak bahwa dari hasil observasi, guru sudah mampu
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
menggairahkan siswa.
c. Sarana Prasarana dan Media Pembelajaran
Sarana prasarana dan media pembelajaran merupakan
bagian penting yang mendukung proses pembelajaran, sebab
dalam pembelajaran berbasis portofolio guru tidak hanya satu-
satunya sebagai sumber belajar, namun lingkungan dan sarana
prasarana sebagai media yang dapat membantu siswa mencari
pemahaman tentang materi yang dipelajari. Berkaitan dengan hal
tersebut diperoleh gambaran tentang kendala-kendala dari sarana
prasarana dan media pembelajaran sebagai pendukung
pembelajaran seperti pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil observasi sarana prasarana dan media pebelajaran
No Indikator Ket.
1 Buku paket untuk siswa yang disediakan
sekolah memadai dan lengkap
Kurang
sesuai
2 Siswa diperbolehkan meminjam buku-
buku penunjang di perpustakaan
Sesuai
3 Media pembelajaran yang disediakan
sekolah memadai dan lengkap
Kurang
sesuai
4 Terdapat laboratorium di sekolah Tidak sesuai

5 Alat-alat laboratorium lengkap dan
memadai
Tidak sesuai
6 Bahan-bahan praktikum lengkap dan
memadai
Tidak sesuai
7 Terdapat alat-alat peraga yang lengkap Tidak sesuai

clvi
dan memadai
8 Pihak sekolah memberi keleluasaan pada
guru untuk membawa siswa ke ruang
laboratorium untuk melaksanakan
praktikum
Tidak sesuai
9 Pihak sekolah memeberi kelekuasaan
siswa untuk menggunakan alat peraga dan
dibawa ke kelas
Sesuai
10 Dalam pembelajaran guru menggunakan
media lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar
Sesuai
Sumber: Hasil observasi
Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa kendala yang
ada berkaitan dengan: buku paket untuk siswa yang disediakan
sekolah untuk siswa kurang memadai dan lengkap, media
pembelajaran yang disediakan sekolah kurang memadai, tidak
adanya laboratorium sekolah, alat-alat dan bahan praktikum yang
tidak lengkap dan memadai. Di samping itu alat-alat peraga yang
dapat membantu pemahaman siswa dalam mempelajari materi
kurang lengkap dan memadai. Hal ini juga ditunjukkan dari hasil
wawancara dengan kepala sekolah yang menyatakan bahwa sarana
dan prasarana yang dimiliki sekolah belum memadai karena dalam
pembelajaran portofolio guru harus benar-benar membawa siswa
sampai tuntas dalam arti 75% keatas siswa dapat tertangani
dengan prestasi yang baik (KS-07).
Lebih lanjut dari hasil wawancara dengan guru kelas V
menyatakan bahwa sarana prasarana dan media penunjang yang
ada betul-betul belum memadai, jadi guru dan siswa berusaha
sendiri bagaimana supaya prasarana ini juga menunjang

clvii
pembelajaran model portofolio, jadi swadaya karena sekolah
belum mampu menyediakan (GR-03).
d. Kondisi Siswa
Kunci pembelajaran adalah kondisi siswa, sebab tujuan
adanya pembelajaran adalah menciptakan kondisi dan suasana
sehingga siswa mau dan mampu belajar. Yang menjadi subjek
dalam pembelajaran adalah siswa itu sendiri. Berkaitan dengan
kondisi siswa pada saat pembelajaran dapat dilihat pada tabel 9
berikut.
Tabel 9. Hasil observasi tentang kondisi siswa
No Indikator Ket.
1 Hanya sebagian kecil siswa yang aktif
bertanya
Sesuai
2 Sebagian besar siswa melaksanakan
eksperimen
Sesuai
3 Sebagian besar siswa aktif berdiskusi Sesuai
4 Sebagian besar siswa membawa
peralatan belajar lengkap
Kurang sesuai
5 Sebagian kecil siswa mempunyai buku
penunjang sendiri
Sesuai
6 Suasana kelas gaduh Tidak sesuai
7 Siswa mengantuk Tidak sesuai
8 Siswa mendukung proses belajar
mengajar
Sesuai
9 Siswa tidak menuruti perintah dan
petunjuk guru saat pembelajaran
berlangsung
Tidak sesuai
10 Siswa merasa senang mengikuti
pelajaran
Sesuai
Sumber: Hasil observasi
Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa kondisi siswa
lebih mendukung proses pembelajaran. Sebagian besar siswa

clviii
melaksanakan eksperimen, aktif berdiskusi, suasana kelas tidak
gaduh, siswa tidak mengantuk, siswa menuruti perintah dan
petunjuk guru saat pembelajaran berlangsung dan siswa merasa
senang mengikuti pelajaran. Ada beberapa yang menjadi kendala
yaitu siswa kurang aktif bertanya, siswa tidak membawa peralatan
belajar yang lengkap dan sebagian besar siswa tidak mempunyai
buku penunjang sendiri.
Seperti yang diungkapkan Asti siswi kelas V bahwa dia
merasa senang dengan pembelajaran yang dilaksanakan, selain
guru yang disiplin dan hal itu sangat jauh berbeda dengan ketika
dia masih duduk di bangku kelas IV. Saat mengikuti pembelajaran
di kelas V dia merasa sangat bersemangat sehingga prestasi
belajarnya juga meningkat.
Keterangan senada juga diungkapkan Deska siswi kelas V
bahwa dalam mengikuti pembelajaran di kelas V yang
menggunakan model pembelajaran portofolio ini sangat memacu
semangatnya untuk dapat belajar lebih baik dan mengetahui hal-
hal yang yang belum pernah diketahuinya setelah mendapatkan
pembelajan dari guru



.

clix
e. Penilaian
Tabel 10. Hasil observasi tentang penilaian
No Indikator Ket.
1 Memberi kuis Kurang sesuai
2 Mengajukan pertanyaan lisan di kelas Sesuai
3 Memberi ulangan harian Sesuai
4 Memberi tugas individu Sesuai
5 Memberi tugas kelompok Sesuai
6 Menilai prestasi siswa Sesuai
7 Menilai motivasi belajar siswa Sesuai
8 Kesulitan dalam membuat ulangan harian Tidak sesuai
9 Menialai tingkah laku siswa Sesuai
10 Melakukan remidi Sesuai
11 Menyusun soal sesuai dengan kompeten Sesuai
12 Menyusun soal yang berkaitan dengan
kondisi dunia nyata
Sesuai
13 Memberikan penugasan yang
berhubungan dengan life skill siswa
Sesuai
14 Memberi penugasan yang menuntut
siswa untuk mencari informasi seluas-
luasnya ke masyarakat
Sesuai
15 Melakukan penilaian portofolio Sesuai
16 Memberi penilaian penugasan untuk
melakukan pengamatan di luar kelas
Sesuai
17 Menilai kerjasama siswa Sesuai
Sumber: Hasil observasi
Evaluasi pembelajaran merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan proses pembelajaran, sebab dengan evaluasi
dapat diketahui keberhasilan, kelemahan dan kekurangannya baik
dari siswa, guru maupun sarana prasarana. Berdasarkan hasil
observasi pada tabel 10 tampak bahwa guru tidak mengalami
kendala dalam melaksanakan penilaian. Dalam pembelajaran guru
terbiasa melaksanakan evaluasi dalam bentuk pertanyaan lisan di
kelas, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, menilai

clx
prestasi siswa, menilai motivasi belajar siswa, menilai tingkah
laku siswa, melakukan remidi, memberikan penugasan yang
berhubungan dengan life skill siswa, memberi penugasan yang
menuntut siswa untuk mencari informasi seluas-luasnya ke
masyarakat, melakukan penilian portofolio, memberikan penilaian
penugasan untuk melakukan pengamatan di luar kelas dan menilai
kerja sama siswa.
Kegiatan penilaian pembelajaran portofolio salah satunya
adalah dengan memajang hasil karya siswa, setiap siswa selesai
mengerjakan tugas selalu dipajang dan mereka sendiri yang
memajang, guru hanya mengarahkan saja dimana tempat
pemajangannya. Hal ini sangat memberikan respon positip kepada
siswa, siswa berlomba-lomba membuat karya yang terbaik supaya
dapat dipajang dan dipamerkan kepada teman-teman sekelas, jadi
siswa sangat termotivasi dengan kegiatan ini (GR-06).
3. Bentuk-bentuk pembelajaran
Bentuk-bentuk pembelajaran yang diportofoliokan di SD
Negeri Barusari 03 Semarang berupa hasil karya siswa dari penugasan
yang diberikan guru baik secara kelompok maupun individu.
Penugasan portofolio ini lebih mengedepankan pada kreativitas siswa
namun tetap pada satu tema tugas yang diberikan guru.
Proses pemberian tugas porofolio membutuhkan waktu juga
dalam pelaksanannya. Pertama-tama guru memberi tugas kepada siswa

clxi
untuk mengerjakannya di buku tugas, setelah tugas dikerjakan siswa
guru membahas tugas siswa satu per satu sesuai dengan tugas yang
diberikan, kegiatan ini cukup banyak menyita waktu. Setelah tugas-
tugas siswa diperiksa guru dan tidak ada lagi kesalahan dalam
mengerjakan, guru meminta siswa untuk memortofoliokan tugas
tersebut di kertas karton atau kertas asturo atau kertas lain sesuai
dengan tugas tersebut.
Tugas portofolio ini didesain sedemikian rupa oleh para siswa
untuk menunjukkan kreativitasnya dan mereka berlomba-lomba untuk
mendapatkan nilai terbaik dari guru dan mereka berharap bahwa
kayanyalah yang nantinya akan dipajang di dinding kelas. Seperti
paparan hasil wawancara dengan guru kelas bahwa hasil karya yang
dipajang adalah hasil karya pilihan maksudnya hasil karya yang terbaik
yang telah dibuat oleh siswa. Hal tersebut sangat memotivasi siswa
untuk berkreasi sesuai yang mereka inginkan.
Dalam memortofoliokan tugas yang diberikan guru, guru
memberikan siswa batasan waktu dalam mengerjakannya, misalnya
saja tiga hari atau satu minggu. Hal ini dilakukan untuk membiasakan
kedisiplinan kepada siswa. Guru juga akan memberikan nilai yang
berbeda kepada siswa yang sampai batas waktu kesepakatan belum
mengumpulkan pekerjaanya.
Guru memperbolehkan siswa mengambil gambar dari koran
atau majalah maupun media yang lain sebagai pelengkap tugas untuk

clxii
membuatnya lebih menarik. Desain ini akan berbeda tiap siswa karena
kemampuan untuk berpikir dan berkreasi untuk tiap siswa juga tidak
sama, tetapi bagi guru hal tersebut bukanlah masalah besar, yang
utama adalah kemauan siswa untuk berusaha menjadikan portofolio
tersebut adalah karyanya yang terbaik.
C. Penafsiran dan Penjelasan
Paradigma baru pendidikan menghendaki adanya inovasi yang
terintegrasi dan berkesinambungan. Salah satu wujudnya adalah inovasi yang
dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kebiasaan guru dalam
mengumpulkan informasi mengenai tingkat pemahaman siswa melalui
pertanyaan, observasi, pemberian tugas dan tes akan sangat bermanfaat dalam
menentukan tingkat penguasaan siswa dan dalam evaluasi keefektifan proses
pembelajaran.
Seperti yang telah dijelaskan pada pembelajaran portofolio yang saat
ini dilakukan adalah pembelajaran yang lebih menekankan how (bagaimana
membelajarkan) daripada what (apa yang dibelajarkan). Guru tidak lagi hanya
bertugas memberikan informasi kepada siswa tetapi tugas guru saat ini
diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mencari informasi baru diluar kelas
di sekolah, sehingga belajar juga dapat dilakukan di luar sekolah.
Guru tidak harus menyampaikan pelajaran sesuai dengan kurikulum,
tetapi dituntut dapat mengembangkan potensi siswanya. Guru dituntut
mengembangkan metode pembelajaran secara kreatif dan inovatif. Guru bukan
lagi sebagai pusat pembelajaran, melainkan sebagai fasilitator. Sumber

clxiii
pembelajaran bisa bermacam-macam seperti: buku, lingkungan, masyarakat,
maupun internet.
Sesuai dengan misi pendidikan yakni mewujudkan sistem pendidikan
dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu untuk
memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas,
sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas
manusia Indonesia, maka salah satu metode yang digunakan pemerintah untuk
mewujudkan hal tersebut adalah dengan memperbarui sistem pendidikan itu
sendiri, yang dalam hal ini adalah penggunaan metode pembelajaran baru,
yang banyak melibatkan keaktifan guru dan siswa.
Model Pembelajaran Berbasis Portofolio merupakan alternatif Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA). Karena
sebelum, selama dan sesudah proses belajar mengajar guru dan siswa
dihadapkan pada sejumlah kegiatan. Diharapkan siswa akan mendapat banyak
manfaat baik hasil belajar utama maupun hasil pengiring akademik dan sosial.
Telah dijelaskan pula bahwa fokus dalam penelitian ini adalah
bagaimana pelaksanaan model pembelajaran portofolio yang dilaksanakan di
SD Negeri Barusari 03 Semarang dan apa pula kendala-kendala yang
dihadapi. Dalam analisis data jelas terlihat bahwa pelaksanaan model
portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang belum utuh seperti rancangan
yang telah ditetapkan.

clxiv
Meskipun belum sepenuhnya dilaksanakan seperti rancangan yang
ada tetapi dari hasil observasi dan wawancara di lapangan dapat diketahui
bahwa pelaksanaan portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang telah
menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran portofolio dan juga telah
menganut landasan pemikiran pembelajaran portofolio, yang mana hal
tersebut sudah merupakan suatu inovasi yang dilakukan dalam sistem
pembelajaran.
Dalam pembelajaran portofolio tidak menghendaki hanya satu pihak
saja yang aktif tetapi menuntut keaktifan dari berbagai pihak dalam hal ini
adalah guru dan siswa, guru yang hanya berperan sebagai fasilitator dan
motivator tidak harus selalu memberikan materi yang sudah jadi atau matang
kepada siswa tetapi sebaliknya siswa harus mencari informasi sesuai dengan
materi yang dipelajari. Selain itu cara guru mengemas pembelajaran
sedemikian rupa juga hal yang harus diperhatikan.
Model pembelajaran portofolio secara ideal dilakukan dengan 4
tahap pembelajaran yaitu: 1) Identifikasi masalah; 2) Memilih masalah untuk
kajian kelas; 3) Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji
oleh kelas; dan 4) Mengembangkan portofolio kelas. Tetapi realita di
lapangan (SD Negeri Barusari 03 Semarang), keempat tahap tersebut tidak
dapat dilaksanakan pada setiap pokok bahasan yang diajarkan karena
beberapa faktor. Salah satu faktor adalah terbatasnya waktu pembelajaran,
tidak mungkin dalam hitungan jam tahap-tahap pembelajaran portofolio ini
dapat terlalui. Selain itu juga adanya tuntutan materi atau kompetensi yang

clxv
harus dikuasai siswa sesuai dengan kurikulum, sehingga apabila dilakukan
pembelajaran portofolio dengan tahap-tahap pembelajaran secara ideal,
kemungkinan besar dengan waktu yang telah ditentukan materi tidak dapat
diselesaikan. Keterbatasan dana juga menjadi faktor penghambat pelaksanaan
pembelajaran portofolio secara ideal sebab sekolah tidak menyediakan
anggaran khusus untuk pembelajaran portofolio. Usaha yang sudah dilakukan
pihak sekolah adalah mencoba menjalin kerja sama dengan berbagai pihak
terutama orang tua siswa. Bantuan dari orang tua siswa sangat diharapkan
karena benar-benar akan membantu pelaksanaan pembelajaran, walaupun
tidak secara langsung orang tua memberikan dana kepada sekolah tetapi
mengeluarkan dana untuk menunjang pembelajaran seperti membeli peralatan
dan hal-hal lainnya.
Dengan kondisi sekolah yang seperti saat ini, akhirnya guru
berinisiatif untuk mengadakan sendiri sarana dan media penunjang
pembelajaran dengan cara bekerja sama dengan orang tua siswa, selain itu
dari pihak guru juga dibutuhkan pengorbanan yang besar baik waktu maupun
dana demi tercapainya pembelajaran yang telah dicanangkan yaitu
pembelajaran yang meningkatkan kualitas siswa secara nyata dengan
menggunakan berbagai metode pembelajaran untuk mengatasi kebosanan
siswa.
Hasil observasi pada saat pembelajaran berlangsung menunjukkan
bahwa keterlibatan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sudah nampak,
seperti terlihat keaktifan siswa dalam berdiskusi dan eksperimen. Hal tersebut

clxvi
merupakan pengalaman yang berharga karena siswa tidak hanya verbalisme
tetapi langsung mempraktekannya. Perubahan-perubahan semacam ini
diharapkan mampu memberikan suasana berbeda kepada siswa sehingga
dapat menambah semangat dan motivasi siswa untuk belajar.
Berdasarkan uraian-uraian dari hasil penelitian di atas diperoleh
gambaran hasil pelaksanaan model pembelajaran portofolio dan kendala-
kendalanya di SD Negeri Barusari 03 Semarang seperti tertera pada tabel
berikut:
Hasil pelaksanaan Kendala
Siswa mendapatkan praktik
empirik (praktik dalam kehidupan
langsung), keaktifan siswa dalam
diskusi dan prestasi meningkat.

Tahap-tahap pembelajaran portofolio
belum sepenuhnya dilaksanakan
karena terbatasnya waktu
pembelajaran, tuntutan penyelesaian
materi atau kompetensi sesuai
dengan kurikulum, terbatasnya dana
dan fasilitas yang ada























clxvii
BAB V
TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

Seperti telah dikemukakan pada BAB III, dalam melakukan
pemerikasan data mencakup empat kriteria yaitu: derajat kepercayaan (credibility)
menggantikan konsep validitas internal pada non kualitatif, keteralihan
(transferability), kebergantugan (dependability), dan kepastian (konfirmability).
Lebih lanjut, pada BAB V ini akan peneliti uraikan pelaksanaan teknik
pemeriksaan keabsahan data untuk tiap-tiap kriteria tersebut di atas.
A. Credibility
Mengutip dari BAB III yang menyatakan bahwa pada penelitian
kualitatif, credibility sering dikenal dengan validitas internal yang merupakan
ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen. Maksudnya
adalah apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang
sebenarnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur sesuatu yang sebenarnya
diukur, maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan kebenaran yang
diharuskan dalam penelitian dan dengan sendirinya hasil penelitian tidak dapat
dipercaya. Dengan kata lain, validitas internal bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya aspek kebenaran atau the truth value hasil penelitian sehingga
dapat dipercaya.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran
hasil penelitian dapat tercapai dengan baik. Dalam penelitian ini, peneliti



clxviii
menggunakan triangulasi dan member check untuk meningkatkan kebenaran
hasil penelitian.
Untuk memenuhi tuntutan keabsahan data, penelitian ini melakukan
langkah-langkah pemeriksaan keabsahan data sebagai berikut;
1. Member Check
Pada proses member check, validitas data diuji dengan cara peneliti
meminta tanggapan kepada responden/ informan penelitian untuk
mengecek kebenaran data. Tahapan ini dimaksudkan untuk memberi
peluang kepada responden/ informan penelitian agar dia memperbaiki
informasi yang keliru ataupun menambahkan apa yang masih kurang. Jadi
tujuan member check ialah agar informasi yang kita peroleh dan gunakan
dalam penulisan laporan kita sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
informan. Member check dilakukan pada saat penelitian sedang
berlangsung maupun setelah akhir penelitian.
Pada penelitian ini, proses member chek dilakukan dengan cara
memberikan laporan hasil data wawancara untuk setiap responden,
berdasarkan catatan kita, apa yang telah dikatakan oleh tiap responden
dengan maksud agar ia memperbaiki bila ada kekeliruan atau menambah
apa yang telah ia katakan.
2. Triangulasi
Seperti yang telah peneliti tulis pada BAB III bahwa triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

clxix
pembanding terhadap data itu dengan cara membandingkan data yang
diperoleh, dapat dilihat dari sumber, metode, peneliti maupun teori.
Proses triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
triangulasi sumber yang berarti membandingkan atau mengecek balik
suatu informasi yang diperoleh pada waktu dan alat yang berbeda. Hal ini
dicapai peneliti dengan jalan: 1) peneliti membandingkan data hasil
wawancara dengan pengamatan (catatan lapangan), 2) peneliti
membandingkan apa yang dikatakan oleh informan pada saat di depan
umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, ataupun apa yang
dikatakan informan pada waktu penelitian dengan apa yang dikatakan
sehari-hari, 3) membandingkan mengenai apa yang dikatakan informan
dengan apa yang dikatakan informan lain yang berbeda kedudukan atau
status sosialnya, dengan jalan mentriangulasikan seluruh data yang
diperoleh dari informan penelitian utama yaitu Kepala Sekolah dan Guru
Kelas V SD Negeri Barusari 03 Semarang dengan data hasil wawancara
yang berasal dari guru kelas lain dan siswa, 4) membandingkan hasil
wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
B. Transferability
Berdasarkan uraian yang ada pada BAB III yang menyatakan bahwa
dalam penelitian non-alamiah transferability sering disebut dengan validitas
eksternal. Validitas eksternal berkenaan dengan generalisasi yang hanya
berlaku bagi populasi penelitian dan didasarkan atas sampling yang biasanya
diseleksi secara acak atau random. Sedangkan penelitian kualitatif tidak

clxx
melakukan sampling acakan, juga tidak mengadakan pengolahan statistik
untuk mempertahankan generalisasi dan validitas eksernal.
Bagi peneliti, transferability bergantung pada si pemakai, yaitu
hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan
situasi tertentu. Peneliti sendiri tidak dapat menjamin validitas eksternal,
hanya melihat transferability sebagai suatu kemugkinan. Apabila pemakai
hasil penelitian ini menemukan keserasian dengan situasi yang dihadapi, maka
akan tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada situasi
yang sama.
C. Dependability
Selaras dengan apa yang telah ditulis peneliti dalam BAB III bahwa
dependability merupakan istilah lain dari reliability atau reliabilitas.
Reliabilitas berkenaan dengan apakah penelitian tersebut dapat diulangi
(direplikasi) dan menghasilkan hasil yang sama jika menggunakan metode
yang sama pula.
Situasi dalam kehidupan yang nyata tidak dapat diulangi. Selain itu,
cara melaporkan penelitian bersifat idiosyncratic dan individualistic, selalu
berbeda pada tiap orangnya. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa
dan jalan pikiran sendiri, sehingga hasil penelitian yang dilakukan oleh dua
orang dengan waktu yang berbeda sangatlah mungkin memperoleh hasil yang
berbeda.
Untuk memenuhi tuntutan dependability, hal yang paling
memungkinkan untuk dilakukan adalah menyatukan dependability dengan

clxxi
confirmability. Hal ini dikerjakan melalui suatu cara yang disebut audit
trail. Sebab dengan cara pelibatan dosen pembimbing untuk melakukan
proses audit trail, objektifitas maupun keterandalan instrumen penelitian lebih
dapat dikontrol.
D. Konfirmability
Seperti tersebut pada bagian dependability. Untuk menigkatkan
conformability dilakukan dengan jalan audit trail. Proses audit trail
dilakukan dalam usaha untuk menjamin kebenaran penelitian naturalistik.
Dalam rangka penulisan laporan penelitian ini, audit trail dilakukan dengan
bantuan dosen pembimbing I maupun pembimbing II. Dalam hal ini,
konsultasi dengan dosen pembimbing merupakan cara yang digunakan untuk
meningkatkan objektifitas hasil penelitian. Sebab dengan cara inilah, proses
perencanaan, pengambilan data dan hasil penelitian dapat lebih meminimalkan
bahkan menghilangkan unsur subjektifitas.



















clxxii
BAB VI
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Berdasarkan kegiatan penelitian di lapangan, peneliti memperoleh
beberapa temuan sebagai berikut:
1. Dalam pelaksanaan pembelajaran portofolio di SD Negeri Barusari 03
Semarang dilaksanakan dengan tiga tahap pembelajaran yaitu:
apersepsi, kegiatan inti dan evaluasi. Pada tahap apersepsi guru
memberikan gambaran tentang konsep sehari-hari yang berkaitan
dengan materi yang disampaikan melalui metode tanya jawab. Maksud
dan tujuan apersepsi ini untuk menggali pengetahuan yang dimiliki
siswa. Pada kegiatan apersepsi lebih ditekankan pada kegiatan siswa
untuk menemukan konsep tertentu. Pada kegiatan inti pembelajaran,
guru menggunakan metode yang bervariasi yaitu tanya jawab,
eksperimen dan permainan. Guru dalam kegiatan ini hanya sebagai
fasilitator, sedangkan siswa lebih ditekankan pada keaktifannya. Dalam
pembelajaran ini guru menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
portofolio yaitu prinsip belajar siswa aktif, kelompok belajar kooperatif,
pembelajaran partisipatorik, mengajar yang reaktif dan pembelajaran
yang menyenangkan. Evaluasi yang dilakukan guru tidak hanya pada
akhir pembelajaran, tetapi juga dalam proses pembelajaran.



clxxiii
2. Pembelajaran portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang belum
sepenuhnya dapat dilaksanakan secara ideal, karena ada beberapa kendala
baik persiapan maupun pelaksanaan. Kendala yang dialami dalam tahap
persiapan pembelajaran portofolio berkaitan dengan dana. Selain itu
kendala yang dialami guru dalam persiapan pembelajaran antara lain
kesulitan dalam pembuatan silabus, pembuatan satuan acara pembelajaran,
hal tersebut disebabkan kurangnya informasi yang masuk ke guru tentang
pembelajaran portofolio. Berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran
portofolio, kendala yang dihadapi karena kurangnya fasilitas pembelajaran
yang ada seperti; belum adanya laboratorium sehingga siswa harus
menyiapkan alat sendiri dengan dana swadaya apabila akan melakukan
praktikum. Kendala yang lainnya yaitu belum maksimalnya kerjasama
antara sekolah dengan masyarakat maupun dengan lembaga lain sehingga
guru belum dapat membawa informan sebagai salah satu sumber belajar.
B. Rekomendasi
Dengan adanya beberapa kendala yang dihadapi maka dapat
direkomendasikan kepada beberapa pihak yang terkait antara lain:
1. sekolah perlu menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait sebagai
informan atau sumber belajar, donator untuk memperlancar proses
pembelajaran.
2. Pihak Dinas Pendidikan untuk segera memberikan pelatihan atau seminar
tentang pembelajaran portofolio, sehingga guru lebih memahami konsep
portofolio sebagai pembelajaran dan sebagai evaluasi.

clxxiv
DAFTAR PUSTAKA


A, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Budimansyah, Dasim. 2003. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung:
PT. Genesindo.

Budimansyah, Dasim. 2003. Model Pembelajaran Portofolio Sosiologi. Bandung:
PT. Genesindo.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press.

Fajar, Arnie. 2002. Portofolio dalam Pelajaran IPS. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

........... 2001. Apa dan Mengapa Model Pembelajaran berbasis Portofolio?,
Makalah disampaikan pada Diklat Guru-guru PKN SLTP Jawa Barat di
Lembang.

2001. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio : Suatu Cara
Mengimplementasikan Democratic Teaching, Makalah disampaikan pada
Diklat Guru PPKN Kabupaten Karawang di Karawang.

Herdiyanto, Novi. 2003. Pelaksanaan produksi program audio di Balai Produksi
Media Radio (BPMR) Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.

Komaruddin dan Yooke Tjuparmah S. Komaruddin. 2000. Kamus Istilah Karya
Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Marzuki. 2001. Metodologi Riset. Yogyakarta: PT. Prasetia Widia Pratama.

Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.



clxxv
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Mustaqim dan Abdul Wahid. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito.

Nugroho, et al.2000. Pengembangan Model Kurikulum Berdeferensiasi untuk
Melayani Siswa Berbakat di Sekolah Unggul di Jawa Tengah Th. 1998-
2000. Semarang: Depdikbud UNNES.

Rachman, Maman. 1999. Strategi Dan Langkah-Langkah Penelitian. Semarang:
IKIP Semarang.

Rianto, Yatim. 1996. Metode Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar.
Surabaya: SIC Surabaya.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

Seels, Barbara B dan Rita C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran : Definisi
dan Kawasannya. Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta.

Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Aksara.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.

Syaodich, S. Nana. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tuwu, Alimuddin. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.
















clxxvi

Anda mungkin juga menyukai