Anda di halaman 1dari 124

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSI NG


TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV SD NEGERI WONOREJO 3

SKRIPSI

Oleh:
AISYAH MAULINA
NPM 09120147


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2013
ii







PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSI NG
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV SD NEGERI WONOREJO 3

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
IKIP PGRI Semarang untuk Memenuhi Sebagaian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
AISYAH MAULINA
NPM 09120147

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2013

iii

SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSI NG
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV SD NEGERI WONOREJO 3


Yang disusun dan diajukan oleh
AISYAH MAULINA
NPM 09120147


Tetah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan
dihadapan Dewan Penguji


Semarang, 2013
Pembimbing I, Pembimbing II,


Dr. Rahmat Rais, M.Ag Fajar Cahyadi, S. Pd., M.Pd
NPP 104401266 NPP 117901362




iv

SKRIPSI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSI NG
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV SD NEGERI WONOREJO 3

Yang disusun dan diajukan oleh
AISYAH MAULINA
NPM 09120147

telah dipertahankan didepan Dewan Penguji
pada tanggal ..
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

Ketua, Sekretaris

Dra. M. Th. S. R. Retnaningdyastuti, M.Pd Drs. Djariyo, M.Pd
NIP. 195306031981032001 NIP. 195106171981031002

Penguji I

Dr. Rahmat Rais, M.Ag .
NPP. 104401266

Penguji II

Fajar Cahyadi, S. Pd., M.Pd .
NPP. 117901362

Penguji III


Ervina Eka Subekti, S. Si., M.Pd .
NPP. 098601235
v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


Motto :
1. Kebodohan bukan membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita
bodoh.
2. Tidak semua impian harus dituruti, kadang-kadang dia membantu tanpa kita
sadari (Dr. Marry Natalegawa).
3. Hargailah hasil karya orang lain, maka orang lain pun akan menghargai hasil
karya kita.


Persembahan :
Skipsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas doa,
cinta dan kasih sayang serta dukungan
dan kesabarannya.
2. Kakak-kakaku Andi Fauzia dan M. Arif
Hidayat.
3. Teman terbaiku Eko Prasetiyo yang
selalu setia menemaniku.
4. Kelas D PGSD penyemangatku
5. Almamaterku IKIP PGRI Semarang


vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasihnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi yang
berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 3 ini disusun untuk memenuhi
sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan serta
kesulitan-kesulitan. Namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat, dan dorongan
serta saran-saran dari berbagai pihak, khususnya Pembimbing, segala hambatan
dan rintangan serta kesulitan tersebut dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini dengan tulus hati penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Muhdi, S.H., M.Hum., Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di IKIP PGRI Semarang.
2. Dra. M. Th. S. R. Retnaningdyastuti, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.
3. Drs. Djariyo, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan segala kebijakan kepada penulis sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini.
4. Dr. Rahmat Rais, M.Ag., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
mengarahkan dan membimbing penulis dalam penelitian dan penulisan
skripsi ini
vii

5. Fajar Cahyadi, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbinga II yang telah banyak
mengarahkan dan membimbing penulis dalam penelitian dan penulisan
skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah
mendidik dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S1 di
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
7. Suparno, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar
Demak yang telah memberikan ijin sebagai objek penelitian.
8. Kalokayati, S.Pd., selaku guru kelas IV SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar
Demak yang telah memberikan bentuk kerjasama yang baik dalam penelitian.
9. Berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu pada
kesempatan ini.
10. Handai taulan dan teman-teman senasib sepenanggungan yang telah
memberikan dorongan dan bantuan baik material maupun moral sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
khususnya dan berguna bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, . 2013


Penulis


viii

ABSTRAK

Aisyah Maulina. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Problem
Posing terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri
Wonorejo 3. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas
Ilmu Pendidikan. IKIP PGRI Semarang. 2013.
Penelitian ini dilatarbelakangi hasil belajar matematika siswa kelas IV
rendah. Banyak siswa di kelas IV mendapat nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 65, rata-rata siswa mendapat nilai kurang dari 65. Yang
mendapat nilai lebih dari 65 hanya tujuh siswa dan tidak ada siswa yang
mendapatkan nilai 80-100. Siswa tidak suka mata pelajaran matematika. Siswa
kurang aktif dalam pembelajaran. Guru masih menggunakan metode ceramah
dalam mengajar. Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah
Seberapa besar pengaruh model pembelajaran Problem Posing terhadap hasil
belajar siswa pada operasi hitung bilangan bulat kelas IV SD N Wonorejo 3
Karanganyar Demak tahun pelajaran 2012/2013? Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar pengaruh model
pembelajaran Problem Posing terhadap hasil belajar siswa pada operasi hitung
bilangan bulat kelas IV SD N Wonorejo 3 Karanganyar Demak tahun pelajaran
2012/2013.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas IV SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar Demak dengan jumlah 27
siswa. Rumus yang digunakan dalam reliabilitas adalah K-R 20. Desain penelitian
ini adalah one group pretest and posttest design. Dalam uji analisis statistik data
menggunakan uji perbedaan mean (uji t).
Berdasarkan hasil analisis data penelitian setelah mendapatkan perlakuan
berupa model problem posing dalam pembelajaran, menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Data penelitian
menunjukkan bahwa skor nilai hasil belajar metematika siswa sebelum
mendapatkan perlakuan yaitu 1682 dengan rata-rata 62,29 dan prosentase 25,93%
dan setelah mendapatkan perlakuan berupa model problem posing dalam
pembelajaran yaitu 2008 dengan rata-rata 74,37 dan prosentase 81,48%. Koefisien
uji t sebesar 7,317 bila dikonsultasikan t
tabel
dengan taraf signifikan 5% dengan db
= 26 yaitu sebesar 2,056, maka 7,317 > 2,056. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa ada pengaruh model pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas IV SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar Demak.
Saran yang dapat peneliti sampaikan hendaknya model pembelajaran
Problem Posing dapat diterapkan dalam setiap pembelajaran yang sesuai, karena
selain dapat meningkatkan hasil belajar, siswa juga akan mendapatkan variasi
pembelajaran sehingga mengurangi kejenuhan dan meningkatkan semangat siswa
dalam belajar.

Kata kunci: Problem Posing, Hasil belajar


ix

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ........................................................................................... i
SAMPUL DALAM ........................................................................................ ii
PERSETUJUAN ............................................................................................ iii
PENGESAHAN ............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
G. Definisi Operasional ............................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori ............................................................................................ 10
x

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 27
C. Kerangka Berfikir ................................................................................... 30
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ................................................................................... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 33
C. Variabel Penelitian .................................................................................. 33
D. Populasi Penelitian .................................................................................. 34
E. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 35
F. Desain/Rancangan Penelitian .................................................................. 35
G. Instrumen Penelitian ............................................................................... 36
H. Teknik Analisis Data ............................................................................... 42
I. Hipotesis Statistik ..................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ......................................................................................... 48
B. Uji Persyaratan Data ............................................................................... 50
C. Uji Hipotesis ........................................................................................... 51
D. Pembahasan ............................................................................................ 52
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................. 54
B. Saran ........................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.01 Langkah-langkah Belajar Kelompok ............................................ 25
Tabel 3.01 Desain Rancangan Penelitian ........................................................ 36
Tabel 4.01 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran ................................................ 49
Tabel 4.02 Daftar Uji Normalitas Pretest dan Posttest ................................... 51
Tabel 4.03 Daftar Uji t (Uji Perbedaan) pretest posttest .............................. 52






















xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.01 Kerangka Berfikir ...................................................................... 31



























xiii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ................................................................... 58
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................ 60
Lampiran 3 Uraian Materi Operasi hitung Bilangan Bulat ............................. 67
Lampiran 4 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian ............................................ 69
Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Instrumen Uji Coba ............................................... 74
Lampiran 6 Kunci Jawabab Instrumen Uji Coba ............................................ 75
Lampiran 7 Soal Instrumen Penelitian ............................................................ 76
Lampiran 8 Kisi-kisi Soal Instrumen Penelitian ............................................. 79
Lampiran 9 Pembahasan Soal Instrumen Penelitian ....................................... 80
Lampiran 10 Kunci Jawaban Instrumen Penelitian ........................................ 83
Lampiran 11 Lembar Jawab Instrumen Penelitian .......................................... 84
Lampiran 12 Daftar Nama Siswa Kelas IV .................................................... 85
Lampiran 13 Pembahasan Instrumen Uji Coba .............................................. 87
Lampiran 14 Daftar NIlai Pretest dan Posttest ............................................... 91
Lampiran 15 Analisis Data Keseluruhan (Validitas, Reliabilitas,
Taraf Kesukaran, Daya Beda Soal) ................................................................. 93
Lampiran 16 Rekapitulasi Perhitungan Validitas Butir Soal .......................... 98
Lampiran 17 Perhitungan Validitas Butir Soal ............................................... 100
Lampiran 18 Rekapitulasi Perhitungan Reliabilitas ........................................ 101
Lampiran 19 Rekapitulasi Perhitungan Taraf Kesukaran Soal ....................... 104
Lampiran 20 Rekapitulasi Daya Beda Soal .................................................... 106
Lampiran 21 Uji Normalitas Awal .................................................................. 108
xiv

Lampiran 22 Uji Normalitas Akhir ................................................................. 109
Lampiran 23 Daftar Uji t (Perbedaan) Pretest dan Posttest ............................ 110
Lampiran 24 Uji Perbedaan Rata-Rata Hasil Belajar ..................................... 112
Lampiran 25 Foto-foto Penelitian ................................................................... 114


























xv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aisyah Maulina
NPM : 09120147
Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar
merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Semarang, 15 Mei 2013
Yang membuat pernyataan


Aisyah Maulina
09120147








1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan ialah urusan manusia, hanya manusialah yang memiliki
pendidikan subjek dan objek pendidikan adalah manusia. Yang mendidik adalah
manusia yang dididik juga manusia. Pendidikan merupakan komunikasi cara
berada manusia, yaitu komunikasi yang otentik cara berada manusia kepada
manusia muda, agar supaya dimiliki, dilanjutkan, dan disempurnakan (Kusdaryani
dan Trimo, 2009:14).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 dalam
Kusdaryani dan trimo (2009:15) tentang Sistem Pendidikan Nasional: disebutkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Secara umum disekolah dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta
mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, tugas utama seorang guru adalah mengajar, mendidik,
dan melatih peserta didik mencapai taraf kecerdasan, ketinggian budi pekerti, dan



2

keterampilan yang optimal. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan
guru harus menguasai berbagai kemampuan dan keahlian. Guru dituntut mengusai
materi pelajaran dan mampu menyajikannya dengan baik serta mampu menilai
kinerjanya. Selain harus menguasai materi pembelajaran seorang guru juga harus
mampu menciptakan kreativitas dalam pembelajaran baik dalam alat peraga atau
juga penggunaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran hal demikian
dimaksudkan agar pembelajaran tidak monoton dan membosankan sehingga siswa
akan merasa senang dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan kedatangan
guru pun akan dirindukan.
Anak didik adalah anak muda yang belum dewasa (dalam arti ilmunya,
bukan usianya), berstatus sebagai objek sekaligus subjek dalam pendidikan yang
ingin mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang otonom, mandiri mampu
memecahkan segala masalah, dan mencapai tujuan hidupnya (Kusdaryani dan
Trimo, 2009:29).
Pada siswa Sekolah Dasar sifat kekanak-kanakan pada anak didik masih
nampak sekali, terlihat saat pembelajaran sedang berlangsung, masih banyak
siswa yang bermain sendiri atau berbicara dengan teman sebangkunya. Kegiatan
ini tidak hanya terjadi pada kelas rendah tetapi juga pada kelas tingggi. Akibatnya
materi yang diajarkan tidak dapat disampaikan secara maksimal, sehingga saat
diadakan evaluasi hasil belajar kurang dari KKM yang ditentukan.
Berbicara tentang rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belum
terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada peran
aktif peserta didik, inti persoalannya adalah pada masalah ketuntasan belajar


3

yakni pencapaian taraf pengusaan minimal yang ditetapkan bagi setiap
kompetensi secara perorangan. Masalah ketuntasan belajar merupakan masalah
yang penting, sebab menyangkut masa depan peserta didik, terutama mereka yang
mengalami kesulitan belajar (Kusdaryani dan Trimo, 2009:142).
Setiap siswa membutuhkan waktu yang berbeda untuk mencapai
ketuntasan, ada yang saat diajarkan sekali langsung bisa tanpa remidi, namun ada
juga yang sudah diajarkan berkali-kali tetap hasilnya masih belum tuntas.
Pembelajaran yang aktif dan kreatif sangatlah penting saat pembelajaran, agar
peserta didik menjadi semangat dan tidak cepat bosan. Pembelajaran yang aktif
dan kreatif bisa dengan penggunaan model atau media yang menarik. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan model pembelajaran problem posing. Problem
posing (pengajuan masalah) memberikan keluasan siswa atau peserta didik untuk
belajar secara mandiri dengan merumuskan masalahnya (lebih khusus soal)
sendiri dan menyelesaikan masalah yang diajukannya.
Berdasarkan beberapa pengamatan yang dilihat dari permasalahan
matematika di sekolah dasar kelas IV, terdapat salah satu materi yang
menyulitkan guru untuk disampaikan dalam pembelajaran. Bilangan bulat
merupakan salah satu pelajaran yang sulit dipahami oleh siswanya. Pembelajaran
bilangan bulat yang terdiri dari bilangan negatif, nol dan bilangan positif membuat
sebagian siswa terkadang sulit membedakan antar bilangan bulat positif dan
bilangan bulat negatif. Bahkan ada seorang guru yang membutuhkan waktu tiga
bulan untuk mengajarkan bilangan bulat, karena mayoritas anak-anak sangat
kesulitan memahami operasi penjumlahan bilangan positif dan negatif maupun


4

negatif dan negatif. Lebih-lebih pada operasi pengurangan. Materi pembelajaran
tersebut membuat siswa enggan untuk mempelajari apalagi memperdalam
penguasaan terhadap materi ini. Para praktisi terutama para pendidik semakin
kesulitan mengajarkan materi yang wajib diajarkan ini, sementara media
penunjang interaktif untuk mempermudah proses pembelajaran sangat jarang
dijumpai.
Penulis menggunakan model pembelajaran problem posing dan lebih
ditekankan pada hasil belajar karena pada hasil belajar matematika pada pokok
bahasan operasi hitung campuran di SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar Demak
kelas IV sangat kurang dari KKM yang diharapkan dan juga pembelajaran masih
konvensional tanpa menggunakan alat peraga, sehingga saat pembelajaran siswa
kurang aktif dan hanya mengikuti apa yang guru katakan sehingga siswa tidak
bisa mengungkapkan pendapatnya, terbukti saat penulis melakukan observasi ke
SD Negeri Wonorejo 3 Demak hasil belajar matematika kelas IV pokok bahasan
bilangan bulat campuran yaitu 62,29 padahal KKM nya adalah 65. Rata-rata
tersebut jelas kurang dari KKM yang ditentukan. Rata-rata siswa kelas IV di SD
Negeri Wonorejo 3 Karanganyar Demak masih belum bisa menjumlahkan dan
mengurangkan bilangan bulat positif dan negatif, sehingga perlu adanya perbaikan
agar hasil belajarnyanya sesuai dengan KKM yang ditentukan. Oleh karena itu
perlu adanya perbaikan terhadap hasil belajarnya sehingga penulis melakukan
penelitian dengan menggunakan model pembelajaran problem posing. Diharapkan
dengan adanya penelitian tersebut hasil belajarnya akan meningkat dan sesuai
KKM bahkan bisa diatas KKM.


5

Berdasarkan uraian diatas penulis menggunakan model pembelajaran
problem posing karena model pembelajaran ini mengharuskan siswa menyusun
pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut, diharapkan
dengan model pembelajaran problem posing siswa dilatih untuk dapat membuat
soal dan menyelesaikan soal dari informasi yang diberikan oleh guru. Dalam
penelitian ini problem posing diterapkan secara berkelompok untuk melatih siswa
aktif bekerjasama dengan teman kelompoknya agar siswa yang mengalami
kesulitan dapat berkomunikasi dengan teman yang berkemampuan lebih agar
mengetahui dan memahami masalah yang telah dibuat bersama sehingga dapat
menyelesaikan secara bersama-sama pula. Keuntungan lain dari problem posing
secara berkelompok ini adalah siswa akan merasa lebih mudah memecahkan
masalah yang dibuat dan disepakati secara bersama. Disamping itu akan
membiasakan siswa berpikir dengan menganalisis beberapa pendapat dan
akhirnya menemukan suatu solusi terbaik sehingga siswa dapat menguasai
pelajaran secara tuntas agar hasil yang diperoleh dapat meningkat. Diharapkan
dengan penggunaan model pembelajaran problem posing hasil belajar matematika
pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat tercapai
dengan maksimal sesuai KKM yang diharapkan yaitu 65.






6

B. Identifikasi Masalah
Dari hasil pengamatan penulis yang menjadi permasalahan yang
mempengaruhi hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar
Demak adalah:
1. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi bilangan bulat
sehingga berdampak pada hasil belajarnya yang kurang dari KKM yaitu 65.
2. Kurangnya variasi saat pembelajaran akibatnya siswa menjadi pasif, kurang
bersemangat sehingga keaktifan siswa (bertanya, menjawab pertanyaan)
dalam pembelajaran belum nampak.
3. Belum terlibatnya siswa dalam pembelajaran karena pembelajaran masih
didominasi oleh guru, siswa hanya bisa menerima apa yang guru berikan
sehingga siswa belum bisa menyampaikan pendapatnya dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah penulis paparkan, maka
penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu terkait rendahnya hasil belajar
siswa kelas IV dengan menggunakan model pembelajaran problem posing pada
materi operasi hitung bilangan bulat di SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar
Demak tahun pelajaran 2012/2013.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang sudah penulis batasi, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :


7

Seberapa besar pengaruh model pembelajaran Problem Posing terhadap hasil
belajar siswa pada operasi hitung bilangan bulat kelas IV SD N Wonorejo 3
Karanganyar Demak tahun pelajaran 2012/2013?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini diharapkan dapat:
Mengetahui besarnya pengaruh model pembelajaran Problem Posing terhadap
hasil belajar siswa pada operasi hitung bilangan bulat kelas IV SD N Wonorejo 3
Karanganyar Demak tahun pelajaran 2012/2013.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Dari segi teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pencapaian
tujuan pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat
memberi gambaran mengenai pengaruh model pembelajaran terhadap hasil
belajar, bahwa pembelajaran yang kreatif dan aktif itu sangat penting untuk
menunjang keberhasilan dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).
2. Dari segi praktis
a. Bagi siswa
1) Memberikan nuansa baru dalam pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa tentang bilangan bulat.


8

2) Membangkitkan minat belajar dan mengoptimalkan aktivitas siswa
sehingga penguasaan kompetensi meningkat.
3) Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan faktual.
b. Bagi guru
1) Diperolehnya suatu kreativitas variasi pembelajaran yang lebih
menekankan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006)
yang berakarkan kurikulum 2004, yakni memberi banyak keaktifan
pada siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran demi tercapainya
kompetensi dasar dalam pembelajaran matematika.
2) Mendorong agar tidak ragu mencoba variasi pembelajaran dan lebih
kreatif merancang strategi pembelajaran.
c. Bagi sekolah
1) Diperolehnya ketepatan implementasi pembelajaran sesuai dengan
tuntutan kurikulum berbasis kompetensi.
2) Memberikan sumbangan dalam perbaikan proses pembelajaran untuk
meningkatkan potensi belajar siswa yang akhirnya berpengaruh pada
mutu sekolah.

G. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat
Dalam penelitian ini hasil belajar siswa berupa angka, yang diperoleh
dari rumus yang sudah ditentukan. Jika hasil data yang diperoleh lebih dari


9

KKM itu berarti hasil belajarnya terpenuhi dan penelitian ini berhasil, namun
jika hasil belajarnya kurang dari KKM maka penelitian ini belum berhasil.
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran
menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat (Purwanto,
2009:44). Pada hasil belajar Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
masih rendah, perlu adanya perbaikan salah satunya pada proses
pembelajarannya yaitu dengan model pembelajaran Problem Posing.

2. Model Pembelajaran Problem Posing
Model pembelajaran Problem Posing dilaksanakan saat pemberian
materi operasi hitung bilangan bulat, problem posing merupakan model
pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau
memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana,
diharapkan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Posing dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga pembelajaran yang aktif
akan tercipta, siswa tidak akan bosan dan akan lebih tanggap, dengan begitu
akan mempengaruhi hasil belajarnya dan akan menjadi lebih baik.







10

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Hasil belajar Siswa
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product)
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar
dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan prilaku pada individu yang
belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil
belajar (Purwanto, 2009:44-45)
Menurut Gagne dalam Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Merujuk pemikiran gagne, hasil belajar berupa:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara
spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol,
pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang, keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan

10


11

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c. Strategis kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kegnitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom dalam Suprijono (2009:5) hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menuraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evalution (menilai). Domain
afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karaterisasi).
Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.
Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial,
menajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren dalam Suprijono


12

(2009:7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan
sikap.
Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,
hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan
sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,
melainkan komprehensif.
Menurut Gagne dalam Aunurrahman (2009: 47) menyimpulkan ada
lima macam hasil belajar:
1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan procedural yang mencakup
belajar konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui
penyajian materi di sekolah.
2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memcahkan masalah-masalah
baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu
dalam memperhatikan, belajar, mengingat dan berpikir.
3) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu
dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-infromasi yang
relevan.
4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruji tingkah laku
seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor
intelektual.


13

Belajar menimbulkan perubahan prilaku dan pembelajaran adalah usaha
mengadakan perubahan prilaku dengan mengusahakan terjadinya proses
belajar dalam diri siswa. Perubahan dalam kepribadian ditunjukkan oleh
adanya perubahan perilaku akibat belajar (Purwanto, 2009:48).
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran
menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat (Purwanto,
2009:44).
Purwanto (2009:54) menyimpulkan hasil belajar adalah hasil yang
dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil
belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil
belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan.
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas maka penulis menyimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh seseorang setelah
seseorang tersebut melakukan suatu pembelajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan.

2. Hakikat Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika sendiri berasal dari bahasa latin manhenern atau
mathema yang berarti belajar atau hal yang harus dipelajari, sedangkan
dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti yang


14

kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Kalau kita telaah, matematika
tidak hanya bergubungan dengan bilangan-bilangan serta operasinya-
operasinya, melainkan juga unsure ruang sebagai sasarannya. Kalau juga
unsur ruang ini dicakup menjadi istilah yang disebut kuantitas.
Matematika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengenal kuantitas
(Hudoyo, 1990:2).
Menurut Kline dalam Suherman (TT: 17) dalam bukunya
mengatakan pula, bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan yang
menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
matematika terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Hubungan yang ada dalam matematika memang bertalian erat
dengan kehidupan sehari-hari, misalnya saja tentang kesamaan, lebih besar
dan lebih kecil. Hubungan-hubungan itu kemudian diolah secara logika
deduktif. Karena itu dapat dikatakan bahwa matematika itu sama saja
dengan teori logika deduktif yang berkenaan dengan hubungan-hubungan
yang bebas dari isi materialnya hal-hal yang ditelaah (Hudoyo, 1990:3).
Matematika merupakan penggolongan dan penelaahan tentang
semua pola. Karena itu bentuk suatu rumus matematika lebih penting dari
simbol-simbol yang dipergunakan. Penelaahan bentuk dalam matematika
membawa matematika itu kestruktur-struktur. Jadi matematika itu dapat
pula didefinisikan sebagai penelaahan tentang struktur-struktur itu.


15

Penelaahan terhadap struktur inilah yang merupakan ciri matematika yang
berkembang sampai saat ini.
Dari uraian diatas, sasaran matematika lebih dititik beratkan ke
struktur sebab sasaran terhadap bilangan dan ruang tidak banyak artinya
lagi dalam matematika. Matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan
hubungan-hubungannya, simbol-simbol diperlukan. Simbol-simbol itu
penting untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang
ditetapkan. Secara singkat dikatakan bahwa matematika berlainan dengan
ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan
penalarannya deduktif. Hal yang demikian ini tentu saja membawa akibat
kepada bagaimana terjadinya proses belajar matematika itu.
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas maka dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat
pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis,
yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas
dan individualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika,
aljabar, geometri, dan analisis.

b. Karakteristik Belajar Matematika
Seorang akan merasa mudah memecahkan masalah dengan bantuan
matematika, karena ilmu matematika memberikan kebenaran berdasarkan
alasan logis dan sistematis. Disamping itu, matematika dapat memudahkan
dalam memcahkan masalah karena proses kerja matematika dilalui secara


16

berurut yang meliputi tahap observasi, menebak, menguji hipotesis,
mencari analogi, dan akhirnya merumuskan teorema-teorema. Selain itu,
matematika memiliki konsep struktur dan hubungan-hubungan yang
banyak menggunakan simbol. Simbol-simbol ini sangan penting dalam
membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroprasi dalam struktur-
struktur. Simbolisasi juga memberikan fasilitas komunikasi sehingga dapat
memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah informasi, dan dari
informasi inilah dapat dibentuk konsep-konsep baru. Dengan demikian,
simbol-simbol matematika sangat bermanfaat untuk mempermudah cara
kerja berfikir, karena simbol-simbol ini dapat digunakan untuk
mengomuni-kasikan ide-ide, dengan jalan memahami karakteristik
matematika seperti yang telah dikemukakan.
Menurut Hamzah (2009: 110) hakikat belajar matematika adalah
suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta
simbol-simbol, kemudian diterapkan pada dunia nyata. Menurut
Schoenfeld dalam Hamzah (2009:110) mendefinisikan bahwa belajar
matematika berkaitan dengan dengan apa yang dan bagaimana
menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah.
Sehingga dalam belajar matematika harus dilakukan secara hierarkis.
Dengan kata lain belajar matematika pada tahap yang lebih tinggi, harus
didasarkan pada tahap yang lebih rendah.




17

c. Proses Belajar Matematika
Matematika yang berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi
simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalaran deduktif,
sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi.
Karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol,
maka konsep-konsep matematika harus dipahami lebih dulu sebelum
memanipulasi simbol-simbol itu.
Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu
didasari kepada apa yang telah diketahui orang itu. Karena itu untuk
mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang
lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi
matematika tersebut.
Karena kehirarkisan matematika itu, maka belajar matematika yang
terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar. Ini berarti
proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu
sendiri dilakukan secara kontinyu. Didalam proses belajar matematika,
terjadi juga proses berfikir, sebab seseorang dikatakan berfikir bila orang
itu melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar matematika mesti
melakukan kegiatan kegiatan mental. Dalam berfikir itu, orang itu
menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah
direkam didalam fikiran orang itu sebagai pengertian-pengertian. Dari
pengertian-pengertian tersebut terbentuklah pendapat yang pada akhirnya
ditariklah kesimpulan. Tentunya kemampuan berpikir seorang itu


18

dipengaruhi oleh intelegensinya. Dengan demikian terlihat adanya kaitan
antara intelegensi dengan proses belajar matematika.
Pembelajaran logis matematis disekolah dapat dikembangkan
dengan baik, jika guru memiliki komitmen untuk menerapkan
pembelajaran yang bertujuan mengembangkan kecerdasan logis matematis
tersebut. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membangun
diskusi dengan siswa tentang berbagai kesulitan yang mereka hadapi
dalam belajar matematika.
Menurut Cockroft dalam Abdurrahman (2009: 253)
mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena 1)
selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, 2) semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, 3) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, 4) dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara, 5) meningkatkan kemampuan
berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, 6) memberikan
kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Menurut Hamzah (2009: 103) jika guru hendak menciptakan
suasana belajar yang mengoptimalkan proses pembelajaran maka perlu
dikembangkan proses belajar aktif, seperti berikut:
1) Menggunakan bermacam-macam strategi Tanya jawab.
2) Mengajukan masalah untuk dipecahkan oleh para siswa.
3) Mengonstruksi model dari konsep kunci.


19

4) Menyuruh siswa untuk menungkapkan pemahaman mereka dengan
menggunakan objek yang konkret
5) Memprediksi dan membuktikan dampak atau hasil secara logis.
6) Mempertajam pola dan hubungan dalam bermacam-macam fenomena.
7) Meminta siswa untuk mengemukakan alasan dari pernyataan dan
pendapat mereka.
8) Menyediakan kesempatan bagi para siswa untuk melakukan
pengamatan analisis.
9) Mendorong siswa untuk membangun maksud dan tujuan dari belajar.
10) Menghubungkan konsep atau proses matematis dengan mata pelajaran
lain dan juga dengan kehidupan nyata.
Menurut Bourbaki dalam Hudoyo (1990:6) struktur matematika
dasar adalah topological, yang menurut sejarah perkembangan matematika
dan yang dipelajari di sekolah adalah geometri Euclid. Menurut psikologi
anak-anak lebih mudah memahami gambar-gambar topologis lebih dulu
dari pada gambar-gambar geometri Euclid.
Lebih lanjut lagi misalnya didalam matematika, untuk menjabarkan
operasi hitung, urutan operasi adalah +, -. x dan :. Namun dalam
psikologi kognitif urutan yang direkomendasikan adalah operasi +, x,
-, dan :.
Dari uraian diatas, nampak bahwa hirarki belajar (psikologi)
tidaklah selalu seiring dan sejalan dengan matematika dalam menghadapi
situasi demikian, pengajar matematika harus menetukan pilihannya.


20

Pilihan mana yang dipilih merupakan keputusan yang menetukan
bagaimana bentuk kegiatan mengajarnya.
Dari berbagai pendapat tersebut diatas maka dapat penulis
simpulkan bahwa proses belajar mengajar matematika merupakan suatu
proses belajar yang dilakukan dengan sadar dan terarah dimana individu
belajar matematika dengan tujuan untuk melatih cara berfikir dan bernalar
serta melatih kemampuan memecahkan masalah.

3. Model Pembelajaran Problem Posing (Pengajuan Soal)
Menurut Siswono (2004: 3) dalam Suryanto menjelaskan pengajuan
soal (istilah pembentukan soal) ialah perumusan soal sederhana atau
perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih
sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi dalam pemecahan soal-soal yang
rumit. Pengertian ini menunjukkan bahwa pengajuan soal merupakan salah
satu langkah dalam rencana pemecahan masalah/soal.
Menurut Saminanto (2010:45) model pembelajaran pengajuan soal
(Problem Posing) dikembangkan oleh Lyn. D. English pada 1997 mempunyai
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat
peraga untuk memperjelas konsep saat disarankan.
b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.


21

c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 soal yang menantang, dan siswa yang
bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat dilakukan
secara berkelompok.
d. Secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya
didepan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif
berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.
e. Guru member tugas rumah secara individual.
Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut belajar
dengan cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan
salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja
materi dari guru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan
mengembangkan sendiri. Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan
pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan
siswa untuk mengerjakan soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan
model pembelajaran problem posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan
tampak dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara mandiri
maupun berkelompok. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal tersebut
dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal
yang diajukannya di depan kelas. Dengan penerapan model pembelajaran
problem posing dapat melatih siswa belajar kreatif, disiplin, dan
meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
Dari sini penulis bisa katakan bahwa problem posing merupakan suatu
pembentukan soal atau pengajuan soal yang dilakukan oleh siswa dengan cara


22

membuat soal tidak jauh beda dengan soal yang diberikan oleh guru ataupun
dari situasi dan pengalaman siswa itu sendiri.

4. Problem Posing dan Relevansinya dengan Matematika
Keterkaitan antara kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
pengajuan soal dapat dijelaskan sebagai berikut. Ketika siswa mengajukan
soal, siswa dituntut untuk memahami soal dengan baik. Hal ini merupakan
tahap pertama dalam penyelesaian masalah. Mengingat soal yang diajukan
siswa juga harus diselesaikan, tentu siswa berusaha untuk dapat membuat
perencanaan penyelesaian berupa pembuatan model matematika untuk
kemudian menyelesaikannya. Dengan mengajukan soal berarti tahap awal
dalam memecahkan masalah, yaitu memahami soal telah terlewati, sehingga
untuk menyelesaikan soal dengan tahap berikutnya akan terbuka.
Dalam pembelajaran matematika, problem posing (pengajuan soal)
menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan urutan
penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut akan dicapai jika siswa
memperkaya pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu belajar
secara mandiri. Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah
suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan
soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
Menurut Silver dan Cai dalam Siswanto (2004:5) memberikan istilah
pengajuan soal (problem posing) diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas
kognitif matematika yang berbeda, yaitu:


23

a. Pengajuan pre-solusi (presolution posing) yaitu seorang siswa membuat
soal dari situasi yang diadakan.
b. Pengajuan didalam solusi (within-solution posing), yaitu seorang siswa
merumuskan ulang soal seperti yang telah diselesaikan.
c. Pengajuan setelah solusi (pot solution posing), yaitu seorang siswa
memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah deselesaikan untuk
membuat soal yang baru.
Pengajuan soal juga merangsang peningkatan kemampuan matematika
siswa. Sebab dalam mengajukan soal siswa perlu membaca suatu informasi
yang diberikan dan mengkomunikasikan pertanyaan secara verbal maupun
tertulis.
Problem posing atau pembentukan soal adalah salah satu cara yang
efektif untuk mengembangkan keterampilan siswa guna meningkatkan
kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika.
1. Adanya korelasi positif antara kemampuan membentuk soal dan
kemampuan membentuk masalah.
2. Latihan membentuk soal merupakan cara efektif untuk meningkatkan
kreatifitas siswa dalam memecahkan suatu masalah.
Pembentukan soal merupakan bagian penting dalam pengalaman
matematika siswa dan menyarankan agar dalam pembelajaran matematika
ditekankan kegiatan pembentukan soal. Dengan demikian kemampuan
pembentukan soal sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di sekolah
sebagai usaha meningkatkan hasil pembelajaran matematika dan dapat


24

meningkatkan kemampuan siswa. Dari sini kita peroleh bahwa pembentukan
soal penting dalam pelajaran matematika guna meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa dengan membuat siswa aktif dan kreatif. Siswa dilatih
untuk belajar berfikir, jadi rasa ketergantungan dengan guru akan sedikit-demi
sedikit terkurangi.

5. Problem Posing secara Berkelompok
Pembelajaran dengan problem posing ini menekankan pada
pembentukan atau perumusan soal oleh siswa secara berkelompok. Setiap
selesai pemberian materi guru memberikan contoh tentang cara pembuatan
soal dan memberikan informasi tentang materi pembelajaran dan bagaimana
menerapkannya dalam problem posing secara berkelompok.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:166) mengemukakan bahwa
tujuan utama pembelajaran dengan cara berkelompok adalah:
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah secara rasional
b. Mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong-royong dalam
kehidupan.
c. Mendinamiskan kegiatan kelompok belajar sehingga tiap anggota merasa
diri sebagai bagian yang beftanggung jawab.
d. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-kepemimpinan pada setiap
anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.


25

Pengajuan masalah melalui kelompok dapat membantu siswa dalam
memikirkan ide secara lebih jauh antara sesama anggota didalam kelompok.
Dengan demikian pengajuan masalah secara berkelompok dapat menggali
penetahuan alasan, pandangan antara satu siswa dengan siswa yang lain
Adapun langkah-langkah belajar kelompok adalah:
Tabel 2.01
langkah-langkah belajar kelompok
Fase Tingkah laku guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan informasi kepada siswa
bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara evisien
Fase-4
Membimbing kelompok
belajar mengajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mengerjakan tugas
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing


26

kelompok-kelompok mempresentasikan hasil
pekerjaannnya
Fase-6
Member penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
hasil belajar individu atau kelompok

Jadi langkah-langkah pembelajaran problem posing secara berkelompok
adalah :
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk
belajar.
2. Guru menyajikan informasi baik secara ceramah atau tanya jawab
selanjutnya memberi contoh cara pembuatan soal dari informasi yang
diberikan.
3. Guru membentuk kelompok belajar antara 5-6 siswa tiap kelompok yang
bersifat heterogen baik kemampuan, ras dan jenis kelamin.
4. Selama kerja kelompok berlangsung guru membimbing kelompok-
kelompok yang mengalami kesulitan dalam membuat soal dan
menyelesaikannya.
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
dengan cara masing-masing kelompok mempersentasikan hasil
pekerjaannya.
6. Guru memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang telah
menyelsaikan tugas yang diberikan dengan baik.



27

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Banyak penelitian terkait model pembelajaran Problem Posing yang sudah
berhasil, namun penulis mengambil 3 contoh penelitian yang relevan sebagai
acuan dalam penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Kasmin (08319525) Peningkatan Prestasi Belajar dengan Metode Problem
Posing dan Bantuan LKS pada Materi Aritmatika Sosial bagi Siswa Kelas VII
C SMPN 1 Limbangan Tahun Pelajaran 2009/2010.
Setelah pembelajaran matematika dengan metode problem posing dilakukan
dikelas VIIC SMPN 1 Limbangan Kendal tahun pelajaran 2009/2010
diperoleh hasil yang cukup signifikan untuk meningkatkan motivasi belajar,
peningkatan keaktifan dan kemampuan mengkomunikasikan konsep yang
dipelajari. Beberapa indikator yang dicapai dalam penelitian ini adalah nilai
rata-rata kelas VIIC materi aritmatika sosial 57,18 pada siklus 1 naik menjadi
64,23 pada siklus 2, ketuntasan belajar klasikal 51,28% pada siklus 1 naik
menjadi 76,92% pada siklus 2, keaktifan siswa 62,98% naik menjadi 68,32%
pada siklus 2, keaktifan guru sebesar 70% pada siklus 1 naik menjadi 78,3%
pada siklus 2 dan tanggapan siswa tentang model pembelajaran dengan
problem posing dan bantuan LKS diperoleh 81,8% pada siklus 1 naik menjadi
86,15% pada siklus 2.
2. Mukhammad Arifin (07310636) Pengaruh Metode Pengajuan Soal (Problem
Posing) terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan Balok
Siswa Kelas I Semester II MAN I Demak Tahun Pelajaran 2008/2009.
Dari hasil analisis data tahap awal, pada uji t-matching diperoleh harga t
hitung
=


28

-1,336 dan t
tabel
= 1,98 dengan = 5% dan dk = 78. Karena t
hitung
lebih kecil
dari t
tabel
atau -1,336 < 1,98 maka H
0
diterima dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kelompok eksperimen diperoleh Lo = 0,1186 dan L = 0,140
dengan = 5% dan n = 40 ternyata Lo < L maka kelompok tersebut berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
Untuk homogenitas dengan menggunakan uji F diperoleh F
hitung
1,56.
Sedangkan dari daftar F didapat F
(0,05) (39,39)
= 1,69 karena F
hitung
< F
tabel
maka
dapat dikatakan kedua kelompok berasal dari satu populasi yang variannya
sama.
Analisis data tahap akhir menggunakan uji t yang dianalisis ternyata
diperoleh t
hitung
= 3,144 sedangkan t
tabel
= 1,98 berada diluar daerah penerima
Ho yaitu t < 1,98 dengan taraf signifikan 5% maka Ho ditolak, sehingga Ha
diterima.
Dengan demikian sesuai dengan criteria jika t
hitung
> t
tabel
maka Ho ditolak dan
Ha diterima yang berarti: ada pengaruh metode pengajuan soal (problem
posing) terhadap hasil belajar matematika pokok bahasan kubus dan balok
siswa kelas 1 semester II MAN Demak tahun pelajaran 2008/2009.

3. Noor Indah Sari (06310495) Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing
Menggunakan Media Power Point untuk Meningkatkan Kemampuan
Memecahkan Masalah Pokok Bahasan Himpunan Siswa Kelas VII A
Semester II MTs Nahdlatul Ulama Mranggen Demak Tahun Pelajaran
2009/2010.


29

Hasil penelitian tindakan ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah pada pokok bahasan himpunan yang
ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada uji
kompetensi siklus 1 dan siklus II, yaitu adanya peningkatan nilai rata-rata
siswa dari 66 menjadi 74,75 dengan prosentase ketuntasan belajar klasikal
mencapai 75% pada akhir siklus I menjadi 90% pada akhir siklus II.
Berdasarkan hasil dari lembar observasi keaktifan siswa dalam belajar
diperoleh gambaran bahwa terdapat peningkatan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dengan prosentase keaktifan 72% pada siklus I menjadi 80,45%
yang berarti keaktifan siswa siswa termasuk dalam kategori tinggi. Pada hasil
dari lembar observasi kerjasama siswa juga terlihat peningkatan kerjasama
dari 64% menjadi 85% yang termasuk dalam kategori baik sekali. Sedangkan
dari lembar minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan model problem
posing menunjukkan prosentase 78,08% yang berarti siswa mampu
menyesuaikan pembelajaran dengan menggunakan model problem posing
media power point dengan baik. Kemudian dari hasil observasi kemampuan
guru diperoleh prosentase 75% pada siklus I menjadi 90,91% pada siklus II
yang berarti bahwa guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model problem posing dengan sangat baik.
Dari keseluruhan hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model problem posing media power point
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah pada pokok bahasan himpunan.


30

Pada contoh penelitian diatas sudah membuktikan bahwa problem posing
mampu membuat siswa aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan soal dan
menyelesaikannya secara sendiri, sehingga membuat hasil belajarnya menjadi
lebih baik bila dibandingkan dengan sebelum menggunakan problem posing.
Berdasarkan acuan diatas maka penulis juga berharap penelitian ini akan berhasil
seperti penelitian-penelitian sebelumnya.

C. Kerangka Berfikir
Pelajaran matematika yang dianggap oleh sebagian besar siswa sesuatu
yang menakutkan karena dirasa selama ini pembelajaran konvensional yang
diberikan belum mampu mengakomodasi berbagai karakteristik siswa. Upaya
guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,
minat, bakat dan kebutuhan siswa perlu diwujudkan. Oleh karena itu perlu
dilakukan inovasi dalam pembelajaran sehingga dalam belajar matematika
berjalan maksimal.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran,
Problem Posing (pengajuan soal) menempati posisi yang strategis. Siswa harus
menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetail. Hal tersebut
akan dicapai jika siswa memperkaya pengetahuannya tak hanya dari guru
melainkan perlu belajar secara mandiri. Pada prinsipnya, model pembelajaran
Problem Posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa
untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
Selengkapnya dapat disimak dalam kerangka berfikir dibawah ini:


31









Gambar 2.01 Kerangka Berfikir
Dalam kerangka berfikir menunjukkan suatu proses pembelajaran
matematika yang awalnya di uji dengan pretest dengan tujuan untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa. Setelah pretest selesai dilaksanakan dan diketahui hasil
dari pretest tersebut, kemudian akan diteruskan dengan melaksanakan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem posing. Setelah dalam 3
pertemuan, kemudian dilaksanakan posttest untuk mengetahui hasil belajar
matematika siswa kelas IV SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar Demak.
Dalam penelitian ini problem posing diterapkan secara berkelompok untuk
melatih siswa aktif bekerjasama dengan teman kelompoknya agar siswa yang
mengalami kesulitan dapat berkomunikasi dengan teman yang berkemampuan
lebih agar mengetahui dan memahami masalah yang telah dibuat bersama
sehingga dapat menyelesaikan secara bersama-sama pula. Keuntungan lain dari
problem posing secara berkelompok ini adalah siswa akan merasa lebih mudah
memecahkan masalah yang dibuat dan disepakati secara bersama. Disamping itu


Pembelajaran
matematika
Pembelajaran
matematika
dengan model
Problem
Posing secara
kelompok

Posttest

Hasil belajar


Pretest



Hasil pretest


32

akan membiasakan siswa berpikir dengan menganalisis beberapa pendapat dan
akhirnya menemukan suatu solusi terbaik sehingga siswa dapat menguasai
pelajaran secara tuntas agar hasil yang diperoleh dapat meningkat.
Atas dasar pemikiran diatas maka model pembelajaran problem posing
secara berkelompok diharapkan mampu memberi pengaruh yang positif terhadap
hasil belajar matematika dibandingkan dengan model pembelajaran yang
konvensional pada siswa kelas IV SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar Demak
pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori diatas maka hipotesis alternatif yang akan diuji
kebenarannya dalam penelitian ini adalah:
H
0
: tidak ada perbedaan hasil belajar siswa antara nilai hasil pretest dan nilai
hasil posttest.
H
1
: ada perbedaan hasil belajar siswa antara nilai hasil pretest dan nilai hasil
posttest.











33

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian sangat penting untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan sebelumnya. Metode penelitian adalah cara untuk jalan
sehubungan dengan kegiatan ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara
kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Metode yang harus digunakan adalah metode tes tertulis. Adapun hal penting
dalam penelitian adalah eratnya hubungan antara metode yang digunakan dengan
obyek yang diteliti. Keberhasilan penelitian dapat diperoleh dari penentuan
metode penelitian yang akan digunakan. Terlebih tujuan penelitian secara umum
untuk mencari dan membuktikan kebenaran ilmiah. Oleh sebab itu sebelum
peneliti mengadakan penelitian, maka harus menentukan metode penelitian yang
tepat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar
Demak. Waktu pelaksanaannya yaitu dari tanggal 9 11 April 2013.

C. Variabel Penelitian
Karena dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
eksperimen maka variabelnya berbentuk variabel kontinum ratio. Varibel ratio



34

adalah variabel perbandingan. Variabel ini dalam hubungan antar-sesamanya
merupakan sekian kali (Arikunto, 2006:117).
Maka dalam penelitian ini ada variabel yang mempengaruhi dan variabel
akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas
atau independent variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak
bebas variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel (Y) (Arikunto,
2006:119).
Variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas atau independent variabel (X)
Sebagai variabel bebas yang diberi perlakuan (X) dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran problem posing.
2. Variabel terikat atau dependent variabel (Y)
Sebagai variabel responnya (Y) adalah hasil belajar siswa kelas IV
semester 2 SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar Demak tahun pelajaran
2012/2013 dalam menyelesaikan soal-soal bilangan bulat.

D. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).
Penelitian ini tidak menggunakan sempel dan sampling, hanya menggunakan
populasi. Jadi penelitian ini dinamakan penelitian populasi. Penelitian populasi
adalah penelitian yang mengenai seluruh populasinya (Soegeng, 2006: 70).


35

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV SD Negeri
Wonorejo 3 Karanganyar Demak tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 27 siswa
yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

E. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa nama-
nama siswa yang menjadi populasi atau sampel penelitian dan nilai saat
masih kelas 3 pada materi bilangan bulat yang akan digunakan untuk analisis
awal.

2. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk memperoleh nilai hasil belajar matematika
dengan instrumen berupa soal-soal tes. Soal tes terdiri dari butir-butir soal
yang masing-masing mengukur masing-masing indikator.

F. Desain/Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain/rancangan penelitian
berupa One group pretest-posttest design. Rancangan ini menggunakan kontrol
yang minimal, dengan gambar sebagai berikut:



36

Tabel 3.01
Desain Rancangan Penelitian
Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
T
1
X T
2
(Soegeng, 2006:165).
Prosedur/rancangan:
1. Lakukan tes awal T
1
untuk mengukur skor rata-rata (mean) sebelum subjek
mendapat pelajaran dengan model pembelajaran problem posing.
2. Berikan perlakuan X, yaitu model pembelajaran problem posing dalam
jangka waktu tertentu.
3. Lakukan tes akhir T
2
untuk mengukur skor rata-rata setelah subjek mendapat
perlakuan X.
4. Membandingkan T
1
dan T
2
untuk menentukan ada atau tidak ada perbedaan
sebagai akibat dari perlakuan X, yaitu pengajaran dengan model
pembelajaran problem posing.
5. Perbedaan tersebut, bila ada diuji dengan teknik statistik yang sesuai untuk
menentukan apakah perbedaan tersebut signifikansi (berarti, bermakna).
6. Memberikan tafsiran/interprestasi untuk member makna hasil pengujian
statistik.

G. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam menyimpulkan datanya agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih


37

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2006:160).
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Sebuah tes
disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk
mengukur tes tersebut valid atau taidak menggunakan rumus korelasi product
moment.
Rumus korelasi product moment:
( )( )
( ) { } ( ) { }




=
2
2
2
2
Y Y N X X N
Y X XY N
r
XY

(Arikunto, 2009:72)
Keterangan:
r
xy
= koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
N = jumlah responden
X = skor item
Y = skor total
Besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah


38

(Arikunto, 2009:75).
Berdasarkan hasil penelitian uji coba pada uji validitas dari 40 soal
yang diujikan pada 20 siswa, diperoleh 25 soal yang dinyatakan valid.
Validitas pada tiap-tiap item soal dihitung dengan menggunakan rumus
korelasi produck moment kemudian dikonsultasikan dengan tabel r produck
moment dengan N = 20 dan = 0,05 sehingga diperoleh r
tebel
= 0,444.
Apabila r
hitung
> r
tabel
maka item soal dinyatakan valid dan apabila sebaliknya,
r
hitung
< r
tabel
maka item soal tersebut dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil
analisis tes uji coba instrument, diperoleh bahwa soal yang valid yaitu nomor
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 23, 24, 27, 28, 32, 33, 35,
37, 40, dan untuk soal yang tidak valid yaitu nomor 5, 11, 12, 20, 21, 22, 25,
26, 29, 30, 31, 34, 36, 38, 39. Untuk perhitungan hasilnya dapat dilihat pada
lampiran 15 dan 16.

2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan/ ketelitian suatu alat evaluasi, reliabilitas
juga bisa dikatakan sebagai keandalan suatu tes. Untuk keperluan mencari
reliabelitas soal keseluruhan perlu juga dilakukan analisis butir soal seperti
halnya soal bentuk objektif. Skor untuk masing-masing butir soal
dicantumkan pada kolom item menurut apa adanya.
Rumus yang digunakan adalah rumus K-R. 20
|
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|

=

2
2
11
1 S
pq S
n
n
r


39

Keterangan:
r
11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 p)

pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q


n = banyaknya item
S = standar deviasi atau simpangan baku dari tes (standar deviasi
adalah akar varians)
(Arikunto, 2009:100-101).
Setelah diperoleh harga r kemudian dibandingkan dengan r
tabel
produck
moment dengan = 5%. Instrumen dikatakan reliable jika r
hitung
> r
tabel
maka
dikatakan reliable.
Berdasarkan hasil uji instrumen pada reliabilitas dengan menggunakan
K-R 20 dan diperoleh r = 0,8011. Kemudian harga r tersebut dibandingkan
dengan r
tabel
dengan n = 20. Maka diperoleh r
tabel
= 0,444. Jadi r
hitung
> r
tabel
.
Jadi dapat disimpulkan bahwa alat ukur tersebut reliable. Untuk pernitungan
hasilnya dapat dilihat pada lampiran 18.

3. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Soal yang tidak terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar


40

akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya (Arikunto, 2009:207).
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut
indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.
Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar.,
sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Didalam
istilah evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P.
Rumusnya adalah:
JS
B
P=
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Dengan klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut:
Soal dengan P 1,00 sampai dengan 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,30 sampai dengan 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,70 sampai dengan 1,00 adalah soal mudah
(Arikunto, 2009:208-210).
Berdasarkan hasil uji coba instrumen tersebut diperoleh tingkat
kesukaran soal yang bermacam-macam. Tingkat kesukaran pada soal yang
diujikan adalah sebagai berikut. Dengan kriteria mudah adalah pada soal 5,
15, 21, 30, 38, sedangkan untuk kriteria soal sedang pada nomor 1, 2, 3, 6, 7,


41

10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 34, 35,
36, 39, 40, dan kriteria untuk soal yang sukar atau sulit pada soal nomor 4, 8,
9, 24, 31, 37. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
19.

4. Daya pembeda soal
Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009:211).
Rumusnya adalah:
B A
B
B
A
A
P P
J
B
J
B
D = =
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
J
A
= banyaknya peserta kelompok atas
J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah
B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
P
B
=
A
A
J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
P
A
=
B
B
J
B
= proporsi peserta kelompok atas yang mnjawab benar (ingat, P
sebagai indeks kesukaran)
P
B
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


42

Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:
D : 0,00 0,20 : jelek
D : 0,20 0,40 : cukup
D : 0,40 0,70 : baik
D : 0,70 1,00 : baik sekali
D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai
D negatif sebaiknya dibuang saja.
(Arikunto, 2009:218).
Berdasarkan hasil uji coba instrumen juga diperoleh daya pembeda
soal. Untuk menganalisis daya pembeda pada soal uji instrumen, digunakan 4
kriteria yaitu jelek, cukup, baik dan baik sekali. Untuk kriteria jelek pada
nomor 5, 6, 11, 12, 20, 25, 26, 29, 31, 34, 36, 38, 39, sedangkan untuk kriteria
cukup pada nomor 9, 15, 21, 22, 24, 28, 30, kriteria baik pada nomor 1, 2, 4,
7, 8, 10, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 23, 27, 32, 33, 35, 37, 40, dan kriteria baik
sekali pada nomor 3. Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada
lampiran 20.

H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Awal
Sebelum memberi perlakuan kepada kelas uji, perlu dianalisis kelas
tersebut melalui uji normalitas dengan menggunakan nilai hasil pre-test
masing-masing individu. Sedangkan dalam lingkup sekolah dasar sudah
dinyatakan homogen sehingga boleh tidak menggunakan uji homogen boleh


43

menggunakan. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan uji
normalitas karena kelas sudah bisa dinyatakan sebagai homogen.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kedua
kelompok berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, pengujian ini
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji lilifoers, yaitu misalnya kita
mempunyai sampel acak dengan hasil pengamatan x
1
, x
2
, x
3
, . . .x
n
. dengan
sampel uji hipotesis:
H
0
: sampel berasal dari distribusi normal
H
1
: sampel berasal dari distribusi tidak normal.
Untuk pengujian hipotesis nol tersebut dapat ditempuh dengan langkah
sebagai berikut:
a. Pengamatan x
1
, x
2
, x
3
, . . ., x
n
dijadikan bilangan baku z
1
, z
2
, z
3
, . . . z
n

dengan menggunakan rumus zi =

( dan s masing-masing
merupakan rata-rata dan simpangan baku sempel)
b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(z
i
) = P(z z
i
).
c. Selanjutnya dihitung proporsi z
1
, z
2
, , z
3
yang lebih kecil atau sama
dengan z
i
, jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z
i
) =


d. Menghitung selisih F(z
i
) S(z
i
)
e. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut.


44

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan L
0
ini
dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar tabel uji liliefors untuk taraf
nyata yang dipilih. Kriteria adalah tolak H
0
bahwa populasi berdistribusi
normal jika L
0
L
tabel
dari daftar. (Sudjana, 2005: 466-467).

2. Analisis Akhir
Setelah kelas uji diberi perlakuan, maka dilaksanakan tes akhir. Hasil
tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji
hipotesis penelitian. Selanjutnya dilakukan uji normalitas, perlu dianalisis
juga kelas penelitian melalui uji normalitas dengan menggunakan nilai hasil
post-test masing-masing individu. Sedangkan dalam lingkup sekolah dasar
sudah dinyatakan homogen sehingga boleh tidak menggunakan uji homogen
boleh menggunakan. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan uji
normalitas karena kelas sudah bisa dinyatakan sebagai homogen.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kedua
kelompok berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, pengujian
ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji lilifoers, yaitu
misalnya kita mempunyai sampel acak dengan hasil pengamatan x
1
, x
2
,
x
3
, . . .x
n
. dengan sampel uji hipotesis:
H
0
: sampel berasal dari distribusi normal
H
1
: sampel berasal dari distribusi tidak normal.


45

Untuk pengujian hipotesis nol tersebut dapat ditempuh dengan
langkah sebagai berikut:
1) Pengamatan x
1
, x
2
, x
3
, . . ., x
n
dijadikan bilangan baku z
1
, z
2
, z
3
, . . .
z
n
dengan menggunakan rumus zi =

( dan s masing-masing
merupakan rata-rata dan simpangan baku sempel)
2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian dihitung peluang F(z
i
) = P(z z
i
).
3) Selanjutnya dihitung proporsi z
1
, z
2
, , z
3
yang lebih kecil atau
sama dengan z
i
, jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z
i
) =


4) Menghitung selisih F(z
i
) S(z
i
)
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut.
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan L
0
ini
dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar tabel uji liliefors untuk taraf
nyata yang dipilih. Kriteria adalah tolak H
0
bahwa populasi
berdistribusi normal jika L
0
L
tabel
dari daftar. (Sudjana, 2005: 466-467)

b. Uji Beda (uji t-tes)
Setelah pengumpulan data selesai maka data-data tersebut akan
dianalisis dengan uji t. Uji t untuk testing signifikansi. Adapun rumus uji
t yang digunakan adalah sebagai berikut:


46

( ) 1
2

N N
d X
Md
t
(Arikunto, 2006:306)
Keterangan:
t = koefisien perbedaan
Md = mean dari perbedaan pre test dengan post test (post test-
pre test)
xd = deviasi masing-masing subjek (d Md)
2
X d = jumlah kuadrat deviasi
N = subjek pada sampel
d.b. = ditentukan dengan N 1
Rumus mean dari perbedaan pre test dengan post test
Md =
N
d


Rumus kuadrat deviasi
( )


=
N
d
d d x
2
2 2

Keterangan:

2
d = jumlah d
2

( )
2

d = jumlah d dikuadratkan
N = jumlah sampel




47

I. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik penelitian ini adalah:
H
0
:
1
=
2
(tidak ada perbedaan hasil belajar siswa antara nilai hasil pretest
dan nilai hasil posttest).
H
1
:
1

2
(ada perbedaan hasil belajar siswa antara nilai hasil pretest dan
nilai hasil posttest).
Kriterianya
Terima H
1
jika t
hitung
> t
tabel

Tolak H
0
jika t
hitung
< t
tabel




















48

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Penelitian ini menyajikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
tentang Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 3. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik pretest posttest untuk mengetahui pengaruh dari model
pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar matematika.
Pretest dilakukan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum
mendapatkan perlakuan berupa model pembelajaran problem posing dengan cara
membagikan soal dengan jumlah 40 butir soal yang dibagikan kepada 28 siswa
kelas IV SD Negeri Wonorejo 2. Sedangkan 20 siswa diambil untuk mengerjakan
soal-soal untuk uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda soal.
Posttest dilaksanakan setelah siswa mendapatkan perlakuan berupa
pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem posing yang
dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Setelah tiga kali dilaksanakan maka post
tes dilaksanakan dengan jumlah 25 butir soal untuk mengetahui hasil belajar
matematika siswa kelas IV SD Negeri Wonorejo 3.
Berdasarkan data pretest yang ada menunjukkan bahwa 27 siswa yang
telah mengerjakan pretest mendapatkan hasil yang sangat kurang dari KKM yaitu
65, sedangkan yang tuntas hanya 7 siswa. Jika dalam prosentase hampir 25,93%
siswa telah memenuhi KKM dan 74,01% siswa belum memenuhi KKM. Melihat



49

data tersebut maka peneliti berkeinginan untuk memberikan pengajaran dengan
menggunakan model pembelajaran problem posing untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran problem posing dalam pembelajaran matematika terhadap
hasil pretest tersebut. Berikut jadwal mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran problem posing pada mata pelajaran matematika yang dilakukan
selama tiga kali pertemuan:
Tabel 4.01
Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan model problem posing
No Hari dan Tanggal Materi
1. Selasa, 9 April 2013
Pertemuan 1 KD 5.2 Menjumlahkan bilangan
bulat
2. Rabu, 10 April 2013
Pertemuan 2 KD 5.3 Mengurangkan bilangan
bulat
3. Kamis, 11 April 2013
Pertemuan 3 KD 5.4 Operasi hitung
campuran

Setelah tiga kali pertemuan selesai dilaksanakan, kegiatan terakhir adalah
dilaksanakannya posttest untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa. Data
yang didapat setelah siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran problem posing dan telah dilakukan posttes
hasil belajar matematika dapat dilihat pada tabel (lampiran 14).
Berdasarkan data posttest yang ada menunjukkan bahwa siswa yang telah
mengerjakan posttest mendapatkan hasil lebih baik setelah mendapatkan
pembelajaran dengan model pembelajaran problem posing. Hampir seluruh siswa
mendapatkan nilai lebih dari standar KKM yang ditentukan. Jika dalam prosentase


50

maka maka 81,48% siswa telah memenuhi KKM dan 18,52% siswa belum
memenuhi KKM. Data tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 55,55% dari
yang sebelumnya 25,93% menjadi 81,48%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pebelajaran menggunakan model pembelajaran problem posing berpengaruh
positif.
Hasil nilai posttest siswa lebih baik dari pada hasil pretest siswa. Hal ini
merupakan hasil dari perlakuan dalam pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran problem posing.

B. Uji Persyaratan Data
Sebelum menguji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu
uji normalitas data. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Liliofors. Hasil
selengkapnya sebagai berikut:
Uji normalitas diambil:
H
0
: sampel berasal dari distribusi normal
H
1
: sampel berasal dari distribusi tidak normal.
Dengan kriteria pengujian adalah untuk menerima atau menolak hipotesis
nol, kita bandingkan L
0
ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar tabel uji
liliefors untuk taraf nyata yang dipilih. Kriteria adalah tolak H
0
bahwa populasi
berdistribusi normal jika L
0
L
tabel
dari daftar.





51

Tabel 4.02
Daftar uji Normalitas Nilai Pretest dan Nilai Posttess
No Kemampuan L
0
L
tabel
Keterangan
1. Pretest 0,160 0,173 Normal
2. Posttest 0,153 0,173 Normal

Untuk lebih jelasnya perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada
lampiran 21 dan 22.

C. Uji Hipotesis
Pada hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas
menunjukkan berdistribusi normal. Kemudian untuk menguji perbedaan hasil
belajar maka digunakan uji t. Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya
perbedaan pada kemampuan akhir setelah peserta didik diberi perlakuan, dimana
diharapkan bila terjadi perbedaan pada kemampuan akhir adalah karena adanya
pengaruh perlakuan. Untuk mengetahui terjadi tidaknya perbedaan perlakuan
maka digunakan rumus t-test dalam pengujian hipotesis kemampuan akhir adalah
sebagai berikut:
H
0
: tidak ada perbedaan hasil belajar siswa antara nilai hasil pretest dan nilai
hasil posttest.
H
1
: ada perbedaan hasil belajar siswa antara nilai hasil pretest dan nilai hasil
posttest.




52

Tabel 4.03
Daftar Uji T (Uji Perbedaan) pretest posttest
Kelas N Md
(Mean)
d X

2

(Jumlah Kuadrat Deviasi)
t
hitung
t
tabel
Penelitian 27 12,00 1888 7,317 2,056

Pada hasil uji t diperoleh untuk = 5% dan db = N-1 = 27 1 = 26,
diperoleh t
tabel
= 2,056. Karena t
hitung
> t
tabel
maka H
1
diterima dan tolak H
0
.
Dari perhitungan diperoleh hasil t
hitung
= 7,317. Selanjutnya dengan t
tabel

pada taraf signifikan 5% dengan db = 26 yaitu sebesar 2,056, maka 7,317 > 2,
056, membuktikan ada perbedaan yang signifikan antara pretest dengan posttest.
Dengan demikian ada pengaruh model pembelajaran problem posing terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar
Demak dengan taraf signifikan 5%. Ditunjukkan dengan perhitungan uji t yang
dapat dilihat pada lampiran 23 dan 24.

D. Pembahasan
Problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan
siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut.
Tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan cara menerapkan
model pembelajaran problem posing merupakan salah satu indikator keefektifan
belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dari guru, melainkan siswa juga
berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil belajar tidak hanya


53

menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan
berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal sejenis uraian perlu
dilatih, agar penerapan model pembelajaran problem posing dapat optimal.
Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa mampu mengajukan
soal-soal secara mandiri maupun berkelompok. Kemampuan siswa untuk
mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk
menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Dengan
penerapan model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa belajar
kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh peneliti mengenai model
pembelajaran problem posing yang digunakan pada pembelajaran matematika,
terdapat perbedaan dan pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah
diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem
posing. Data penelitian menunjukkan bahwa skor nilai hasil belajar matematika
siswa sebelum mendapatkan perlakuan yaitu 1682 dengan rata-rata 62,29 dan
prosentase 25,93% dan setelah mendapatkan perlakuan berupa model
pembelajaran problem posing yaitu 2008 dengan rata-rata 74,3704 dan prosentase
81,84%.
Data tersebut kemudian diperkuat dengan hasil uji t dengan hasil t
hitung

(7,317) > t
tabel
(2, 056) dengan taraf signifikan 5% sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran problem posing
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Wonorejo 3
Karanganyar Demak.
54

54

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri Wonorejo 3
Karanganyar Demak seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Problem Posing berpengaruh besar terhadap hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Wonorejo 3 terbukti dengan hasil Pretest
dan posttest adanya kenaikan sebesar 55,55% dari 25,93% menjadi 81,48%.
2. Berdasarkan hasil analisis data, terdapat pengaruh yang signifikan dengan
model pembelajaran problem posing atas hasil belajar matematika siswa kelas
IV SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar Demak. Hal ini dilihat dari hasil uji t
dengan t
hitung
(7,317) > t
tabel
(2, 056) dengan taraf signifikan 5%. Maka ada
pengaruh signifikan model pembelajaran problem posing terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar
Demak.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis dapat memberi saran sebagai
berikut:
1. Bagi sekolah, perlu memberikan sarana dan prasarana yang baik dalam upaya
memberikan pelayanan belajar di sekolah dengan baik ditinjau dari segala

55

55

aspeknya dan lebih meningkatkan komunikasi dengan baik antara pihak
sekolah dengan pihak orangtua siswa agar mengawasi belajar siswa.
2. Bagi guru hendaknya dapat memberikan pembelajaran dengan menggunakan
model ataupun metode pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan
matematika kepada siswanya.
3. Bagi siswa, hendaknya siswa belajar lebih giat agar mendapatkan hasil belajar
yang lebih baik. Siswa harus memperhatikan dan tertib ketika pelaksanaan
pembelajaran berlangsung.
4. Hendaknya model pembelajaran Problem Posing dapat diterapkan dalam setiap
pembelajaran yang sesuai, karena selain dapat meningkatkan hasil belajar,
siswa juga akan mendapatkan variasi pembelajaran sehingga mengurangi
kejenuhan dan meningkatkan semangat siswa dalam belajar.
5. Karena pembelajaran dengan model problem posing memberikan pengaruh
yang baik terhadap hasil belajar siswa, maka hendaknya guru mampu
menerapkan pembelajaran dengan model problem posing dalam proses belajar
mengajar.
6. Hendaknya ada penelitian lanjut untuk membuktikan bahwa pembelajaran
dengan problem posing akan memberikan dampak yang baik dan
meningkatkan hasil belajar matematika untuk pokok bahasan berbeda.








56

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.


Arifin, Mukhammad. 2010. Pengaruh Metode Pengajuan Soal (Problem Posing)
terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan Balok
Siswa Kelas I Semester II MAN I Demak Tahun Pelajaran 2008/2009
Skripsi. Semarang: IKIP PGRI Semarang.


Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.


------------------------. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik VI.
Jakarta: Rineka Cipta.


Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.


Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Matematika. Malang:


Kasmin. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar dengan Metode Problem Posing dan
Bantuan LKS pada Materi Aritmatika Sosial bagi Siswa Kelas VII C
SMPN 1 Limbangan Tahun Pelajaran 2009/2010 Skripsi. Semarang: IKIP
PGRI Semarang.


Kusdaryani, Wiwik dan Trimo. 2009. Landasan Kependidikan. Semarang: IKIP
PGRI Press.


Mustaqiem, Burhan. 2008. Ayo Belajar Matematika 4 : untuk SD dan MI Kelas
IV. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.


Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar I. Yogyakarta: Pustaka Belajar.



57

Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semarang :
RaSAIL Media Group.


Sari, Noor Indah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing
Menggunakan Media Power Point untuk Meningkatkan Kemampuan
Memecahkan Masalah Pokok Bahasan Himpunan Siswa Kelas VII A
Semester II MTs Nahdlatul Ulama Mranggen Demak Tahun Pelajaran
2009/2010 Skripsi. Semarang: IKIP PGRI Semarang.


Siswono, Tatag Y.E. 2004. Problem Posing: Sebuah Alternatif Pembelajaran
yang Demokratis. Universitas Negeri Surabaya.


Soegeng, A.Y. 2006. Dasar-Dasar Penelitian Bidang Sosial, Psikologi, dan
Pendidikan. Semarang: IKIP PGRI Press.


Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.


Suherman, Erman, dkk. . . Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: UPI Press


Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM
cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


Uno. B. Hamzah dan Masri Kuadrat Umar. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam
Pembelajaran sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan.
Jakarta: Bumi Aksara.











58












58

Lampiran 1

SILABUS PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SD Negeri Wonorejo 3
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV (Empat) / 2 (Dua)
Standar Kompetensi : 5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat.
Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Alokasi
waktu
Penilaian Sumber Belajar
5.4 Melakukan
operasi hitung
campuran
Operasi
hitung
campuran
bilangan
bulat.
- Siswa mendengarkan
penjelasan guru.
- Siswa menghitung operasi
hitung campuran
penjumlahan dan
pengurangan.
- Siswa Menghitung operasi
hitung campuran dengan
bantuan garis bilangan dan
tanda kurung.
- Menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan
operasi hitung campuran.

- Siswa mengerjakan
1. Menghitung
operasi hitung
campuran
penjumlahan dan
pengurangan.
2. Menghitung
operasi hitung
campuran dengan
bantuan garis
bilangan dan
tanda kurung.
3. Menyelesaikan
masalah yang
berhubungan
dengan operasi
6 x 35
menit
- Tes tertulis
- Prosedur:
post test
- Bentuk test:
pilihan
ganda

- Diskusi
- Prosedur:
diskusi
- Bentuk test:
uraian
- Lembar
diskusi
- Matematika untuk
SD/MI kelas IV
BSE karangan
Mustaqim Burhan,
halaman: 154-156

- Matematika untuk
SD/MI kelas IV
BSE karangan Mas
Titing Sumarmi
dan Siti Kamsiyati,
halaman: 108-110.


59

evaluasi. hitung campuran.



Demak, 26 Maret 2013
Guru Kelas IV Peneliti


Kalokayati, S.Pd Aisyah Maulina
NIP. 19620929 1982011 2 003 NPM. 09120147


Mengetahui,
Kepala Sekolah SD N Wonorejo 3


Suparno, S. Pd
NIP. 19560414 197701 1 001



60

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SD N Wonorejo 3
Kelas / Semester : IV / II
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 6 x 35 menit

A. Standar Kompetensi
5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat

B. Kompetensi Dasar
5.4 Melakukan operasi hitung campuran

C. Indikator
1. Menghitung operasi hitung campuran.
2. Menjelaskan cara menghitung operasi hitung campuran.
3. Memecahkan soal yang berkaitan dengan operasi hitung campuran dalam
kehidupan sehari-hari.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui Tanya jawab, siswa dapat menghitung operasi hitung campuran
dengan benar.
2. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan cara menghitung operasi hitung
campuran dengan baik dan benar.
3. Melalui diskusi, siswa dapat memecahkan soal yang berkaitan dengan
operasi hitung campuran dalam kehidupan sehari-hari.

E. Materi Ajar
Operasi hitung bilangan bulat



61

F. Metode dan Model Pembelajaran
Metode pembelajaran : Tanya jawab
Model pembelajaran : Problem Posing

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke- 1
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengucapkan salam (iman dan takwa , religius)
2. Diawali dengan doa agar siswa siap mengikuti pelajaran (iman dan
takwa, religius)
3. Guru melakukan presensi siswa dengan cara dipanggil satu persatu
(I ntregitas dan komitmen, disiplin)
4. Guru menyiapkan kondisi fisik siswa dengan cara :
1) Guru meminta siswa menyiapkan buku pelajaran
2) Guru meminta siswa membersihkan tulisan dipapan tulis
(Responsif, peduli)
3) Memberitahukan judul materi yang akan dipelajari hari ini.
5. Apersepsi
1) Mengingat kembali konsep penjumlahan bilangan bulat.
6. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai silabus.
b. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1. Guru memperkenalkan kembali konsep penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat (profesional, kompeten)
b. Elaborasi
1. Guru menyajikan informasi baik secara ceramah atau Tanya jawab
dengan media garis bilangan selanjutnya guru memberi contoh cara
pembuatan soal dari informasi yang diberikan. (komunikatif)
2. Guru membentuk kelompok belajar antara 5-6 siswa tiap kelompok
yang bersifat heterogen baik kemampuan, ras dan jenis kelamin.
(bersahabat/komunikatif)

62

3. Selama kerja kelompok berlangsung guru membimbing kelompok-
kelompok yang mengalami kesulitan dalam membuat soal dan
menyelesaikannya. (tanggung jawab)
4. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
dengan cara masing-masing kelompok mempersentasikan hasil
pekerjaannya. (Rasa ingin tahu)
5. Kelompok yang telah selesai pertama kali diberi kesempatan tampil
kedepan untuk mengerjakan hasil diskusi kelompoknya (disiplin),
(cinta damai).
6. Kelompok yang lain memberikan nilai dan guru sebagai fasilitator
diskusi (Toleransi, tanggung jawab)
c. Konfirmasi
1. Guru memberikan reward kepada kelompok yang hasil diskusinya
paling baik berupa tanda bintang smile (menghargai prestasi)
2. Guru bertanya jawab kepada siswa tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa (profesional, komunikatif)
3. Guru memberikan penguatan baik verbal maupun non verbal pada
pesrta didik (profesional, komunikatif)
4. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang belum optimal
dalam belajar (profesional, komunikatif)
5. Peserta didik menuliskan hasil refleksi terhadap materi yang telah
disampaikan (kejujuran, keterbukaan)
c. Kegiatan Akhir
1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi (profesional,
komunikatif)
2. Memberikan evaluasi berupa PR
Guru mengakhiri atau menutup kegiatan pembelajaran dengan doa.

Pertemuan ke-2
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengucapkan salam (iman dan takwa , religius)

63

2. Diawali dengan doa agar siswa siap mengikuti pelajaran (iman dan
takwa, religius)
3. Guru melakukan presensi siswa dengan cara dipanggil satu persatu
(I ntregitas dan komitmen, disiplin)
4. Guru menyiapkan kondisi fisik siswa dengan cara :
1) Guru meminta siswa menyiapkan buku pelajaran
2) Guru meminta siswa membersihkan tulisan dipapan tulis
(Responsif, peduli)
3) Menanyakan ada PR atau tidak hari ini.
5. Apersepsi
1) Mengingat kembali konsep pengurangan dan penjumlahan bilangan
bulat.
6. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai silabus.
b. Kegiatan inti
a. Eksplorasi
1. Menanyakan kembali materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat yang telah diajarkan sebelumnya. (profesional, kompeten)
b. Elaborasi
1. Guru memberikan latihan soal sebagai pengantar pengingat kembali
materi yang telah diajarkan. (rasa ingin tahu)
2. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 soal yang menantang,dan siswa
yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. (gigih)
(disiplin) (kerja keras)
3. Secara acak setiap siswa diminta untuk menyajikan soal temuannya
didepan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara
selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa. (gigih)
(bersahabat/komunikatif)
c. Konfirmasi
1. Guru memberikan reward kepada siswa yang mampu menyajikan
soal dengan tingkat kesulitan yang menantang berupa tepuk tangan
(menghargai prestasi)

64

2. Guru bertanya jawab kepada siswa tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa (profesional, komunikatif)
3. Guru memberikan penguatan baik verbal maupun non verbal pada
pesrta didik (profesional, komunikatif)
4. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang belum optimal
dalam belajar (profesional, komunikatif)
5. Peserta didik menuliskan hasil refleksi terhadap materi yang telah
disampaikan (kejujuran, keterbukaan)
c. Kegiatan Akhir
1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi (profesional,
komunikatif)
2. Memberikan evaluasi berupa PR
3. Guru mengakhiri atau menutup kegiatan pembelajaran dengan doa.

Pertemuan ke- 3
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengucapkan salam (iman dan takwa , religius)
2. Diawali dengan doa agar siswa siap mengikuti pelajaran (iman dan
takwa, religius)
3. Guru melakukan presensi siswa dengan cara dipanggil satu persatu
(I ntregitas dan komitmen, disiplin)
4. Guru menyiapkan kondisi fisik siswa dengan cara :
1) Guru meminta siswa menyiapkan buku pelajaran
2) Guru meminta siswa membersihkan tulisan dipapan tulis
(Responsif, peduli)
3) Menanyakan ada PR atau tidak hari ini.
5. Apersepsi
1) Mengingat kembali konsep pengurangan dan penjumlahan bilangan
bulat.
6. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai silabus.


65

b. Kegiatan inti
a. Eksplorasi
1. Menanyakan kembali materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat yang telah diajarkan sebelumnya. (profesional, kompeten)
b. Elaborasi
1. Guru memberikan latihan soal sebagai pengantar pengingat kembali
materi yang telah diajarkan. (rasa ingin tahu)
2. Siswa dapat menjelaskan cara menjumlahkan dan mengurangkan:
a. Dua bilangan positif
b. Dua bilangan negatif
c. Bilangan positif dan negatif
d. Bilangan negatif dan positif
3. Siswa mampu menyelesaikan soal bilangan bulat yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari. (mandiri)
c. Konfirmasi
1. Guru bertanya jawab kepada siswa tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa (profesional, komunikatif)
2. Guru memberikan penguatan baik verbal maupun non verbal pada
pesrta didik (profesional, komunikatif)
3. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang belum optimal
dalam belajar (profesional, komunikatif)
4. Peserta didik menuliskan hasil refleksi terhadap materi yang telah
disampaikan (kejujuran, keterbukaan)
c. Kegiatan Akhir
1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi (profesional,
komunikatif)
2. Guru mengakhiri atau menutup kegiatan pembelajaran dengan doa.

H. Penilaian Hasil Belajar
Prosedur : Post tes
Jenis tes : Tertulis

66

Bentuk tes : Pilihan ganda

I. Sumber Belajar
1. Mustaqiem, Burhan. 2008. Ayo Belajar Matematika 4 : untuk SD dan MI
Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

J. Media Pembelajaran
Garis bilangan






Mengetahui, Demak, 17 Maret 2013
Guru Kelas IV Praktikan


Kalokayati, S. Pd Aisyah Maulina
NIP. 19620929 1982011 2 003 NPM. 09120147


Mengetahui,
Kepala Sekolah


Suparno, S. Pd
NIP. 19560414 197701 1 001






67

Lampiran 3


Operasi Hitung Campuran
Operasi hitung campuran yang akan kita bahas adalah operasi hitung
bilangan bulat yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan. Mari kita
perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:
Tentukan hasil operasi hitung berikut ini.
a. (4) + 12 3
b. 6 (4) + 15
Jawab:
a. (4) + 12 3

Jadi, (4) + 12 3 = 5

b. 6 (4) + (15)

Jadi, 6 (4) + (15) = 5
Selain dengan garis bilangan, operasi hitung campuran dapat dikerjakan
secara langsung seperti contoh berikut ini.
Contoh:
Tentukan hasil operasi hitung berikut ini.
a. 42 + (35) 12
b. [(50) (25)] + 45




68

Jawab:
a. 42 + (35) 12 = 42 35 12 = 7 12 = 5
b. (50) (25) + 45 = [(50) + 25] + 45 = (25) + 45 = 20

IngatJika ada soal hitung campuran ada tanda kurung ( ), maka harus dikerjakan
lebih dulu sebelum mengerjakan yang lainnya.

Pemecahan Masalah Bilangan Bulat
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai bilangan bulat.
Bagaimanakah pemecahan masalah pada bilangan bulat? Perhatikan pemecahan
masalah bilangan bulat berikut.
Contoh:
1. Suhu udara di puncak Jaya pada siang hari 18C. Menjelang tengah malam
suhu udara turun 20C. Berapa derajatkah suhu udarara puncak tersebut
pada malam hari?
Jawab:
18C 20C = 2C
Jadi, suhu puncak Jaya pada malam hari
adalah 2C.
2. Tuliskan dalam bentuk bilangan bulat keterangan berikut.
a. Suhu udara kota London 3 di bawah titik beku.
b. Suhu pendingin kulkas mencapai 10 di bawah titik beku.
Jawab:
a. Suhu udara kota London 3C.
b. Suhu pendingin kulkas 10C

69

Lampiran 4

SOAL UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN

Petunjuk mengerjakan:
1. Bacalah soal dengan teliti dan kerjakan yang kamu anggap paling mudah
terlebih dahulu.
2. Silanglah (X) salah satu dari jawaban A, B, C dan D pada lembar jawaban
yang sudah disediakan.
3. Gunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya dan gunakan kertas soal
untuk menghitung.
4. Jika ada soal yang belum jelas, silahkan ditanyakan langsung
5. Dilarang membuka catatan, menggunakan kalkulator dan bekerjasama dengan
teman.

Silanglah (X) salah satu dari jawaban A, B, C dan D yang kamu anggap
benar!
1. Hasil dari -4 + 12 3 adalah .
a. 6 b. 5 c. 4 d. 7
2. Hasil dari (-7) (-6) adalah .
a. 13 b. -1 c. 1 d. 13


3.

Diagram panah diatas menunjukkan operasi .
a. 3 7 = -4 c. 3 4 = - 7
b. (-3) + (-7) = -4 d. (-3) + 7 = -4
4. Jika -100 + p = -90 maka nilai p, adalah . . .
a. 10 b. -90 c. -10 d. 90



70

5. Hasil dari -30 + (-20) + 20 adalah . . .
a. -10 b. 30 c. -30 d. 70
6. Operasi berikut yang benar adalah . . .
a. (-9) 7 = -2 c. 10 (-5) = 5
b. (-8) (-14) = 6 d. (-5) 6 = -1
7. -20 + 30 m = 0 maka nilai m adalah . . .
a. 10 b. -20 c. 30 d. -40
8. Suhu di kota Demak 24
O
C, suhu kota Kudus 28
O
C dan suhu di kota
Semarang 34
O
C. Kota yang paling dingin adalah . . .
a. Semarang c. Yogyakarta
b. Kudus d. Demak
9. Seorang penyelam berada di kedalaman laut 15 m dari permukaan laut.
Kawannya berada diatas menara kapal yang tingginya 8 m dari permukaan
laut. Jarak ketinggian mereka adalah . . .
a. 7 meter b. -7 meter c. 23 meter d. -23 meter
10. (-30) (-30) + 30 = . . .
a. -90 b. 30 c. -30 d. 0
11. Suhu dikota Berlin -4
O
C sedangkan dikota Jakarta 32
O
C. Selisih suhu kedua
kota tersebut adalah . . .
a. 28
O
C b. -28
O
C c. 36
O
C d. -36
O
C
12. Suhu udara pada siang hari adalah 30
O
C. Selisih suhu malam hari dan siang
hari adalah 11
O
C. Berapakah suhu malam hari . . .
a. 9
O
C b. -19
O
C c. -9
O
C d. 19
O
C
13. 65 + (-20) (-150) = . . .
a. 195 b. -195 c. 230 d. -230
14. Jika suhu di kota A -30
O
C sedangkan pada kota B sebesar 20
O
C dan di kota C
suhunya mencapai 28
O
C. Selisih suhu dari kota A dan C adalah . . .
a. 58
O
C b. 78
O
C c. 18
O
C d. 38
O
C
15. 250 + (-25) (-175) = . . .
a. 50 b. 400 c. 100 d. 200

71

16. Seorang pedagang mempunyai modal Rp 250.000,00. Kemarin ia rugi sebesar
Rp 25.000,00. Hari ini mendapat laba Rp 75.000, 00. Jumlah uang sekarang
adalah . . .
a. Rp 350.000,00 c. Rp 300.000,00
b. Rp 250.000,00 d. Rp 400.000,00
17. (-233) + 233 (-333) = . . . .
a. 333 b. 33 c. 3 d. 0
18. 1.500 750 + (-750) = . . . .
a. 750 b. 500 c. 250 d. 0
19. Operasi hitung campuran yang benar adalah . . . .
a. 32 [-55 + (-23)] = -65 c. -43 + (23 45) = -65
b. 65 [32 + (-12)] = 20 d. 64 + (75 42) = -21
20. Operasi hitung yang menunjukkan nilai a = -100 adalah . . . .
a. 55 + (32 a) = 167 c. a + (226 214) = -88
b. a (290 + 105) = 77 d. 430 (a + 100) = 230
21. Sebuah bus berpenumpang 62 orang. Saat di halte Bus menurunkan 21 orang,
tak lama kemudian menaikan penumpang lagi dan sekarang jumlah
penumpang bus tersebut menjadi 39 orang. Jadi penumpang yang naik adalah .
. .
a. 4 orang b. 2 orang c. 8 orang d. 6 orang
22. Sebuah pesawat terbang berada pada ketinggian 3.000 meter diatas permukaan
laut. Seekor ikan paus berada dikedalaman 200 meter dibawah permukaan
laut. Jika pesawat itu turun sejauh 100 meter kearah permukaan laut, maka
jarak pesawat dengan ikan paus adalah . . . meter.
a. -3.100 b. -2.900 c. 2.900 d. 3.100
23. . = -19
Untuk mengisi titik-titik pada kalimat matematika diatas, yang tepat adalah . .
. .
a. 42 (-23) c. -42 (-23)
b. 42 + (-23) d. -42 + (-23)


72

24. (-168) (-18) + (-100) = . . . .
a. -250 b. 250 c. 50 d. -50
25. Operasi hitung bilangan bulat yang salah adalah . . .
a. 22 (76 + 32) = -86 c. 56 + (34 87) = 3
b. 32 (30 68) = 70 d. 78 + (102 -51) = 37
26. 776 (321) + (-201) = . . .
a. 254 b. 245 c. 235 d. 225
27. Suhu di kota Jogja pada siang hari 35
O
C. Pada malam hari suhunya turun
10
O
C. Suhu udara daerah Jogja pada malam hari adalah . . . .
a. 30 b. 25 c. 20 d. 45
28. (-50) (-25) + 45 = . . . .
a. 70 b. -30 c. 20 d. -20
29. 250 + (-75) (-125) = . . . .
a. -300 b. 200 d. -200 d. 300
30. Operasi hitung campuran yang benar adalah . . . .
a. (-21) + (-20) (-37) = 78 c. 10 2 + (-11) = 22
b. (-200) 31 + 50 = -181 d. 325 + 23 (-46) = 150
31. Suhu udara didaerah Ngaglik pada malam hari 11
O
C. Pada siang hari suhunya
naik 25
O
C. Suhu udara daerah Ngaglik pada siang hari adalah . . . .
a. 36 b. -14 c. -36 d. 14
32. Ibu membeli 50 kg gula pasir kemudian membeli lagi 5 kg. gula tersebut
digunakan untuk membuat kue 10 kg. sisa gula ibu adalah . . . kg
a. 45 b. 54 c. 65 d. 56
33. Hasil dari 45 + (-19) (-21) adalah . . . .
a. 5 b. 43 c. 47 d. 85
34. Jika 96 (-39 + b) = 85 maka nilai b adalah . . .
a. 50 b. 60 c. -50 d. -60
35. Hasil dari -21 + [40 (-28)] adalah . . .
a. 47 b. 57 c. 67 d. 77

73

36. Budi menyelam dengan kedalaman 40 meter di bawah permukaan laut
sedangkan Dimas berada di atas kapal pesiar dengan tinggi 7 meter di atas
permukaan air laut. Selisih jarak Budi dengan Dimas adalah . . .
a. 47 meter b. 33 meter c. -47 meter d. -33 meter
37. -57 + (-20 + 118) = . . .
a. -51 b.- 41 c. 51 d. 41
38. Hasil dari 210 34 (-341) adalah . . . .
a. 571 b. 517 c. 751 d. 715
39. 34 + (-56) (-212) = . . . .
a. 109 b. 190 c. 199 d. 119
40. Jika suhu di kota A -12
o
C sedangkan pada kota B sebesar 20
o
C dan di kota C
suhunya mencapai 28
o
C. Selisih suhu dari kota A dan C adalah . . .
a. 50
o
C b. 40
o
C c. 26
o
C d. 16
o
C



SELAMAT MENGERJAKAN















74

Lampiran 5
KISI-KISI SOAL INSTRUMEN UJI COBA

Sekolah : SD Negeri Wonorejo 3
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : IV/II
Tahun Pelajaran : 2012/2013
Waktu Tes : 90 menit
Bentuk Tes : Pilihan ganda
Jumlah Soal : 40
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator
Aspek Berdasarkan Taksonomi Bloom Jumlah
Soal
C1
No.
C2
No.
C3
No.

5.Menjumlahkan
dan
mengurangkan
bilangan bulat.
5.4 Melakukan
operasi
hitung
campuran
5.4.1 Menghitung operasi hitung
campuran penjumlahan dan
pengurangan.
1, 2, 5, 18,
26, 33.
13, 15, 28,
29, 39.
11
5.4.2 Menghitung operasi hitung
campuran dengan bantuan
garis bilangan dan tanda
kurung
3, 6. 4, 7, 10, 17,
19, 20, 23,
24, 25, 30,
34, 35, 37,
38
16
5.4.3 Menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan operasi
hitung campuran.
8, 11, 27 9, 12, 14, 16,
21, 22, 31, 32,
36, 40.
13
Jumlah Butir Soal 8 22 10 40

75

Lampiran 6


KUNCI JAWABAN
INSTRUMEN UJI COBA

Sekolah : SD Negeri Wonorejo 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / 2
Materi : Operasi hitung campuran
bilangan bulat
Alokasi Waktu : 90 menit

1. B
2. B
3. A
4. A
5. C
6. B
7. A
8. D
9. C
10. B
11. C
12. B
13. A
14. A
15. B
16. C
17. A
18. D
19. C
20. C
21. B
22. D
23. C
24. A
25. D
26. A
27. B
28. C
29. D
30. B
31. D
32. A
33. C
34. A
35. A
36. A
37. D
38. B
39. B
40. B










76

Lampiran 7

SOAL INSTRUMEN PENELITIAN

Petunjuk mengerjakan:
6. Bacalah soal dengan teliti dan kerjakan yang kamu anggap paling mudah
terlebih dahulu.
7. Silanglah (X) salah satu dari jawaban A, B, C dan D pada lembar jawaban
yang sudah disediakan.
8. Gunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya dan gunakan kertas soal
untuk menghitung.
9. Jika ada soal yang belum jelas, silahkan ditanyakan langsung
10. Dilarang membuka catatan, menggunakan kalkulator dan bekerjasama dengan
teman.

Silanglah (X) salah satu dari jawaban A, B, C dan D yang kamu anggap
benar!
41. Hasil dari -4 + 12 3 adalah .
b. 6 b. 5 c. 4 d. 7
42. Hasil dari (-7) (-6) adalah .
b. 13 b. -1 c. 1 d. 13


43.

Diagram panah diatas menunjukkan operasi .
c. 3 7 = -4 c. 3 4 = - 7
d. (-3) + (-7) = -4 d. (-3) + 7 = -4
44. Jika -100 + p = -90 maka nilai p, adalah . . .
b. 10 b. -90 c. -10 d. 90



77

45. Operasi berikut yang benar adalah . . .
c. (-9) 7 = -2 c. 10 (-5) = 5
d. (-8) (-14) = 6 d. (-5) 6 = -1
46. -20 + 30 m = 0 maka nilai m adalah . . .
b. 10 b. -20 c. 30 d. -40
47. Suhu di kota Demak 24
O
C, suhu kota Kudus 28
O
C dan suhu di kota
Semarang 34
O
C. Kota yang paling dingin adalah . . .
c. Semarang c. Yogyakarta
d. Kudus d. Demak
48. Seorang penyelam berada di kedalaman laut 15 m dari permukaan laut.
Kawannya berada diatas menara kapal yang tingginya 8 m dari permukaan
laut. Jarak ketinggian mereka adalah . . .
b. 7 meter b. -7 meter c. 23 meter d. -23 meter
49. (-30) (-30) + 30 = . . .
b. -90 b. 30 c. -30 d. 0
50. 65 + (-20) (-150) = . . .
b. 195 b. -195 c. 230 d. -230
51. Jika suhu di kota A -30
O
C sedangkan pada kota B sebesar 20
O
C dan di kota C
suhunya mencapai 28
O
C. Selisih suhu dari kota A dan C adalah . . .
b. 58
O
C b. 78
O
C c. 18
O
C d. 38
O
C
52. 250 + (-25) (-175) = . . .
b. 50 b. 400 c. 100 d. 200
53. Seorang pedagang mempunyai modal Rp 250.000,00. Kemarin ia rugi sebesar
Rp 25.000,00. Hari ini mendapat laba Rp 75.000, 00. Jumlah uang sekarang
adalah . . .
c. Rp 350.000,00 c. Rp 300.000,00
d. Rp 250.000,00 d. Rp 400.000,00
54. (-233) + 233 (-333) = . . . .
b. 333 b. 33 c. 3 d. 0
55. 1.500 750 + (-750) = . . . .
b. 750 b. 500 c. 250 d. 0

78

56. Operasi hitung campuran yang benar adalah . . . .
c. 32 [-55 + (-23)] = -65 c. -43 + (23 45) = -65
d. 65 [32 + (-12)] = 20 d. 64 + (75 42) = -21
57. . = -19
Untuk mengisi titik-titik pada kalimat matematika diatas, yang tepat adalah . .
. .
c. 42 (-23) c. -42 (-23)
d. 42 + (-23) d. -42 + (-23)
58. (-168) (-18) + (-100) = . . . .
b. -250 b. 250 c. 50 d. -50
59. Suhu di kota Jogja pada siang hari 35
O
C. Pada malam hari suhunya turun
10
O
C. Suhu udara daerah Jogja pada malam hari adalah . . . .
b. 30 b. 25 c. 20 d. 45
60. (-50) (-25) + 45 = . . . .
b. 70 b. -30 c. 20 d. -20
61. Ibu membeli 50 kg gula pasir kemudian membeli lagi 5 kg. gula tersebut
digunakan untuk membuat kue 10 kg. sisa gula ibu adalah . . . kg
b. 45 b. 54 c. 65 d. 56
62. Hasil dari 45 + (-19) (-21) adalah . . . .
b. 5 b. 43 c. 47 d. 85
63. Hasil dari -21 + [40 (-28)] adalah . . .
b. 47 b. 57 c. 67 d. 77
64. -57 + (-20 + 118) = . . .
b. -51 b.- 41 c. 51 d. 41
65. Jika suhu di kota A -12
o
C sedangkan pada kota B sebesar 20
o
C dan di kota C
suhunya mencapai 28
o
C. Selisih suhu dari kota A dan C adalah . . .
b. 50
o
C b. 40
o
C c. 26
o
C d. 16
o
C


SELAMAT MENGERJAKAN


79

Lampiran 8
KISI-KISI SOAL INSTRUMEN PENELITIAN

Sekolah : SD Negeri Wonorejo 3
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : IV/II
Tahun Pelajaran : 2012/2013
Waktu Tes : 90 menit
Bentuk Tes : Pilihan ganda
Jumlah Soal : 25
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator
Aspek Berdasarkan Taksonomi Bloom Jumlah
Soal
C1
No.
C2
No.
C3
No.

5.Menjumlahkan
dan
mengurangkan
bilangan bulat.
5.4
Melaku
kan
operasi
hitung
campur
an
5.4.1 Menghitung operasi hitung
campuran penjumlahan dan
pengurangan.
1, 2, 15,
22
10, 12, 20, 7
5.4.2 Menghitung operasi hitung
campuran dengan bantuan
garis bilangan dan tanda
kurung
3, 5 4, 6, 9, 14,
16, 17, 18,
23, 24,
11
5.4.3 Menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan operasi
hitung campuran.
7, 19 8, 11, 13, 21,
25
7
Jumlah Butir Soal 6 14 5 25



80

Lampiran 9

PEMBAHASAN SOAL INSTRUMEN PENELITIAN
Sekolah : SD Negeri Wonorejo 3
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / 2
Materi : Operasi hitung campuran bilangan bulat
Alokasi Waktu : 90 menit

No Pembahasan Jawaban
1. -4 + 12 3 = 5 B. 5
2. -7 (-6)
= -7 + 6
= -1
B. -1
3. Diagram panah diatas menunjukkan operasi
3 7 = -4
A. 3 7 = -4
4.

-100 + p = -90
P = -90 +100
= 10
A. 10
5. Operasi hitung campuran yang benar adalah
(-8) (-14) = 6 (-8) (-14)
= -8 + 14
= 6
B. 6
6. Nilai m adalah
-20 + 30 m = 0 -20 + 30 m
= -20 + 30 10
= 0
A. 10
7. Suhu dikota Demak 24
o
C
Suhu dikota Kudus 28
o
C
Suhu dikota Semarang 34
o
C
Kota yang paling dingin adalah yang mempunyai suhu
paling kecil yaitu Demak 24
o
C
D. Demak
8. 15 m + 8 m = 23 meter C. 23 meter
9. (-30) (-30) + 30
= -30 + 30 +30
= 30
B. 30
10. 65 + (-20) (-150)
= 65 20 + 150
= 195
A. 195
11. Suhu di kota A -30
o
C
Suhu dikota B 20
o
C
Suhu dikota C 28
o
C
Selisih suhu dari kota A dan C adalah
Suhu yang tinggi suhu yang rendah
28
o
C (-30
o
C)
= 28
o
C + 30
o
C
A. 58
o
C



81

= 58
o
C
12. 250 + (-25) (-150)
= 250 24 + 150
= 400
B. 400
13. Rp. 250.000 Rp. 25.000 + Rp. 75.000
= Rp. 300.000
C. Rp. 300.000
14. (-233) + 233 (-333)
= -233 + 233 + 333
= 333
A. 333
15. 1.500 750 + (-750)
= 1.500 750 750
= 0
D. 0
16. Operasi hitung campuran yang benar adalah
-43 + (23 45)
= -43 + (-12)
= -43 12
= -65
C. -43 + (23 45)
= -65

17. . = -19 -42 (-23)
= -42 + 23
= -19
C. -42 (-23)
18. (-168) (-18) + (-100)
= -168 + 18 100
= -250
A. -250
19. 35
o
C - 10
o
C
= 25
o
C
B. 25
o
C
20. (-50) (-25) + 45
= -50 + 25 + 45
= 20
C. 20
21. 50 kg + 5 kg 10 kg
= 45 kg
A. 45 kg
22. 45 + (-19) (-21)
= 45 19 + 21
= 47
C. 47
23. -21 + [40 (-28)]
= -21 + [40 + 28]
= -21 + 68
= 47
A. 47
24. -57 + (-20 + 118)
= -57 + 98
= 41
D. 41
25 Suhu dikota A -12
o
C
Suhu dikota B 20
o
C
Suhu dikota C 28
o
C
Selisih suhu dari kota A dan C adalah
= Suhu yang tinggi suhu yang rendah
= 28
o
C (-12
o
C)
B. 40
o
C


82

= 28
o
C + 12
o
C
= 40
o
C





83

Lampiran 10

KUNCI JAWABAN INSTRUMEN PENELITIAN

Sekolah : SD Negeri Wonorejo 3
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / 2
Materi : Operasi hitung campuran bilangan bulat

1. B 11. A 21. A
2. B 12. B 22. C
3. A 13. C 23. A
4. A 14. A 24. D
5. B 15. D 25. B
6. A 16. C
7. D 17. C
8. C 18. A
9. B 19. B
10. A 20. C




84

Lampiran 11

LEMBAR JAWAB INSTRUMEN PENELITIAN

NAMA :
NO. ABSEN :
KELAS : IV (empat)
SEKOLAH : SD N Wonorejo 3
MATA PELAJARAN : Matematika

Silanglah (X) salah satu dari jawaban A, B, C dan D yang kamu anggap benar!

NO A B C D
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

NO A B C D
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

NO A B C D
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.



85

Lampiran 12

DAFTAR NAMA SISWA KELAS IV SD NEGERI WONOREJO 3
KARANGANYAR DEMAK

NO NAMA SISWA
1. Candra Dwi Wijanarko
2. Sukriyanto
3. Ahmad Fatoni
4. Ahmad Abdul Rozik
5. Ahmad Rofik
6. Ahmad Rifai
7. Andi Sarifuddin
8. Muallimin
9. Rosyidatur Rohmah
10. Abdullah Munir
11. Dewi Sekar Sari
12. Dewi Anggraeni
13. Farida Ifania
14. Ina Ainil Muna
15. Khoirul Fajar Romadhan
16. Mariyatul Zumaroh
17. Miftahus Surur
18. Marianti
19. Moh. Adi Ardiansyah
20. Moh. Faizal Hanif
21. Muh. Mailul Khoir
22. Nor Wakhid
23. Putrid Adella


86

24. Riki Wahyu Saputra
25. Suci Budining Kiprastiyani
26. Silvia Ifrokatul Naila
27. Ardi Widiyatmoko



87

Lampiran 13
PEMBAHASAN INSTRUMEN UJI COBA

Sekolah : SD Negeri Wonorejo 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / 2
Materi : Operasi hitung campuran bilangan bulat
Alokasi Waktu : 90 menit

No Pembahasan Jawaban
1. -4 + 12 3 = 5 B. 5
2. -7 (-6)
= -7 + 6
= -1
B. -1
3. Diagram panah diatas menunjukkan operasi
3 7 = -4
B. 3 7 = -4
4.

-100 + p = -90
P = -90 +100
= 10
C. 10
5. -30 + (-20) + 20
= -30 20 +20
= -30
C. -30
6. Operasi hitung campuran yang benar adalah
(-8) (-14) = 6 (-8) (-14)
= -8 + 14
= 6
D. 6
7. Nilai m adalah
-20 + 30 m = 0 -20 + 30 m
= -20 + 30 10
= 0
A. 10
8. Suhu dikota Demak 24
o
C
Suhu dikota Kudus 28
o
C
Suhu dikota Semarang 34
o
C
Kota yang paling dingin adalah yang mempunyai suhu
paling kecil yaitu Demak 24
o
C
D. Demak
9. 15 m + 8 m = 23 meter C. 23 meter
10. (-30) (-30) + 30
= -30 + 30 +30
= 30
B. 30
11. Suhu dikota Berlin -4
o
C
Suhu dikota Jakarta 32
o
C
Selisihnya adalah 32
o
C (-4
o
C)
= 32
o
C + 4
o
C
= 36
o
C
C. 36
o
C
12. Suhu udara disiang hari 30
o
C
Selisih suhu dimalam hari 11
o
C
D. 19
o
C



88

Jawab : 30
o
C a = 11
o
C
30
o
C 19 = 11
o
C
13. 65 + (-20) (-150)
= 65 20 + 150
= 195
A. 195
14. Suhu di kota A -30
o
C
Suhu dikota B 20
o
C
Suhu dikota C 28
o
C
Selisih suhu dari kota A dan C adalah
Suhu yang tinggi suhu yang rendah
28
o
C (-30
o
C)
= 28
o
C + 30
o
C
= 58
o
C
B. 58
o
C
15. 250 + (-25) (-150)
= 250 24 + 150
= 400
B. 400
16. Rp. 250.000 Rp. 25.000 + Rp. 75.000
= Rp. 300.000
C. Rp. 300.000
17. (-233) + 233 (-333)
= -233 + 233 + 333
= 333
A. 333
18. 1.500 750 + (-750)
= 1.500 750 750
= 0
D. 0
19. Operasi hitung campuran yang benar adalah
-43 + (23 45)
= -43 + (-12)
= -43 12
= -65
C. -43 + (23 45)
= -65

20. a = -100
a + (226 214) = -88
-100 + (226 214) = -88
-100 + 12 = -88
-88 = -88
C. -88
21. Bus berpenumpang 62 orang
Menurunkan 21 orang
Menaikan lagi dan sekarang 39 orang
= 62 21- 39
= 2 orang
B. 2 orang
22. Ketinggian pesawat 3. 000 m diatas permukaan laut
Paus dikedalaman 200 m dibawah permukaan laut
Pesawat turun sejauh 100 m kearah permukaan laut
Jarak pesawat?
Jawab:
= 3000 + 200 100
= 3100
D. 3100 meter


89

23. . = -19 -42 (-23)
= -42 + 23
= -19
C. -42 (-23)
24. (-168) (-18) + (-100)
= -168 + 18 100
= -250
C. -250
25. Operasi hitung yang salah
78 + (102 51) = 37
78 + 51 = 37
129 37
D. 78 + (102 51)
= 37

26. 776 (321) + (-201)
= 455 201
= 254
A. 254
27. 35
o
C - 10
o
C
= 25
o
C
D. 25
o
C
28. (-50) (-25) + 45
= -50 + 25 + 45
= 20
C. 20
29. 250 + (-75) (-125)
= 250 75 + 125
= 300
D. 300
30. Operasi hitung yang benar
(-200) 31 + 50 = -181
-200 31 + 50 = -181
-181 = -181
C. -181
31. Suhu udara di Ngaglik di malam hari 11
o
C
Suhu disiang hari naik 25
o
C
Suhu udara didaerah Ngaglik disiang hari adalah
25
o
C - 11
o
C
= 14
o
C
D. 14
o
C
32. 50 kg + 5 kg 10 kg
= 45 kg
C. 45 kg
33. 45 + (-19) (-21)
= 45 19 + 21
= 47
C. 47
34. 96 (-39 + b) = 85
96 (-39 + 50) = 85
96 11 = 85
85 = 85
A. 85
35 -21 + [40 (-28)]
= -21 + [40 + 28]
= -21 + 68
= 47
A. 47
36 Budi menyelam kedalaman 40 m
Dimas diatas kapal dengan tinggi 7 m
Selisih jarak nya adalah
A. 47


90

40 + 7 = 47
37. -57 + (-20 + 118)
= -57 + 98
= 41
D. 41
38. 210 34 (-341)
= 210 34 + 341
= 517
B. 517
39. 34 + (-56) (-212)
= 34 56 + 212
= 190
B. 190
40. Suhu dikota A -12
o
C
Suhu dikota B 20
o
C
Suhu dikota C 28
o
C
Selisih suhu dari kota A dan C adalah
= Suhu yang tinggi suhu yang rendah
= 28
o
C (-12
o
C)
= 28
o
C + 12
o
C
= 40
o
C
D. 40
o
C




91

Lampiran 14

DAFTAR NILAI PRE TEST DAN POST TES SISWA KELAS IV SD
NEGERI WONOREJO 3 KARANGANYAR DEMAK

NO NAMA SISWA PRE TES POST TES
1. Candra Dwi Wijanarko
59 70
2. Sukriyanto
60 78
3. Ahmad Fatoni
63 72
4. Ahmad Abdul Rozik
70 80
5. Ahmad Rofik
63 72
6. Ahmad Rifai
65 82
7. Andi Sarifuddin
63 57
8. Muallimin
59 70
9. Rosyidatur Rohmah
60 70
10. Abdullah Munir
63 72
11. Dewi Sekar Sari
63 72
12. Dewi Anggraeni
57 57
13. Farida Ifania
58 72
14. Ina Ainil Muna
72 80
15. Khoirul Fajar Romadhan
59 76
16. Mariyatul Zumaroh
57 76
17. Miftahus Surur
70 84
18. Masrianti
63 76
19. Moh. Adi Ardiansyah
66 76
20. Moh. Faizal Hanif
60 76
21. Muh. Mailul Khoir
58 76
22. Nor Wakhid
61 80
23. Putrid Adella
64 80



92

24. Riki Wahyu Saputra
58 80
25. Suci Budining Kiprastiyani
65 84
26. Silvia Ifrokatul Naila
66 84
27. Ardi Widiyatmoko
60 92
Jumlah
1682 2044
Rata-rata
62.2963 75.7037




98

Lampiran 16

REKAPITULASI PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL

No
Butir
Koefisien
r
r tabel (N =
20; 5%)
Kriteria
1 0,590
0,404






























Valid
2 0,452 Valid
3 0,604 Valid
4 0,464 Valid
5 -0,02 Tidak
6 0,449 Valid
7 0,481 Valid
8 0,545 Valid
9 0,464 Valid
10 0,5 Valid
11 0,149 Tidak
12 -0,08 Tidak
13 0,625 Valid
14 0,5 Valid
15 0,536 Valid
16 0,469 Valid
17 0,486 Valid
18 0,504 Valid
19 0,476 Valid
20 -0,12 Tidak
21 0,426 Tidak
22 0,157 Tidak
23 0,674 Valid
24 0,453 Valid
25 -0,05 Tidak
26 0,007 Tidak
27 0,504 Valid
28 0,469 Valid
29 -0,21 Tidak
30 0,272 Tidak
31 0,142 Tidak



99

32 0,505









Valid
33 0,492 Valid
34 0,26 Tidak
35 0,573 Valid
36 0,117 Tidak
37 0,563 Valid
38 -0,14 Tidak
39 -0,17 Tidak
40 0,556 Valid

Berikut ini adalah contoh perhitungan salah satu butir soal.
Pada butir soal no satu diketahui :
N = 20 X = 7 X
2
= 7
Y
2
= 7025 Y = 353 XY = 159
Maka:
( )( )
( ) ( ) ( ) ( )




=
2
2
2
2
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy

] ) 353 ( ) 7025 ( 20 ][( ) 7 ( ) 7 ( 20 [
) 353 )( 7 ( ) 159 ( 20
2 2


=
] 124609 140500 ][ 49 140 [
2471 3180


=
) 15891 )( 91 (
709
=
1446081
709
=
5311 , 1202
709
=
590 , 0 =
Didapatkan r
xy
= 0,590. Kemudian pada o 5% dengan N = 20,
diperoleh r
tabel
= 0,444. Karena r
xy
> r
tabel
, maka soal no 1 valid.


100

Lampiran 18

REKAPITULASI PERHITUNGAN RELIABILITAS

No.
Proporsi
Benar
Proporsi
Salah pq
Butir (p) (q)

1. 0.35 0.65 0,23
2. 0.30 0,70 0,23
3. 0.55 0,45 0,248
4 0.20 0,80 0,16
5 0.70 0,30 0,21
6 0.45 0,55 0,248
7 0.45 0,55 0,248
8 0.25 0,75 0,188
9 0.20 0,80 0,16
10 0.50 0,50 0,25
11 0.60 0,40 0,24
12 0.35 0,65 0,228
13 0.30 0,70 0,21
14 0.50 0,50 0,25
15 0.75 0,25 0,188
16 0.30 0,70 0,21
17 0.30 0,70 0,21
18 0.40 0,60 0,24
19 0.55 0,45 0,248
20 0.50 0,50 0,25
21 0.75 0,25 0,188
22 0.35 0,65 0,228
23 0.50 0,50 0,25
24 0.25 0,75 0,188



101

25 0.40 0,60 0,24
26 0.35 0,65 0,228
27 0.30 0,70 0,21
28 0.40 0,60 0,24
29 0.55 0,45 0,248
30 0.90 0,10 0,09
31 0.25 0,75 0,188
32 0.60 0,40 0,24
33 0.55 0,45 0,248
34 0.45 0,55 0,248
35 0.30 0,70 0,21
36 0.60 0,40 0,24
37 0.20 0,80 0,16
38 0.70 0,30 0,21
39 0.40 0,60 0,24
40 0.55 0,45 0,248

Pq 8,6975



Y 353
Y 7025
N 20
Vt 39,7275
n 40
r 11 0,8011
Reliabel

Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh:
( )
N
N
Y
Y
St

=
2
2
2
k = 40


102

=
S
2

20
20
2
) 353 (
7025

p x q = 8,6975

=
S
2
39,7275
Dengan rumus kr-20 didapatkan reliabilitasnya adalah:

]
= r
(

7275 , 39
6975 , 8
1
1 40
40

r = 0,8011

Didapatkan r = 0,8011 , pada taraf = 5% dengan n = 20 diperoleh
r
tabel
= 0,444. Karena r
hitung
> r
tabel
, maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen tersebut reliabel.



104

Lampiran 19

REKAPITULASI PERHITUNGAN TARAF KESUKARAN SOAL

No.
Butir
Jumlah
Benar
P Kriteria
1 7 0,35 Sedang
2 6 0,3 Sedang
3 11 0,55 Sedang
4 3 0,2 Sukar
5 14 0,7 Mudah
6 9 0,45 Sedang
7 9 0,45 Sedang
8 5 0,25 Sukar
9 4 0,2 Sukar
10 10 0,5 Sedang
11 12 0,6 Sedang
12 7 0,35 Sedang
13 6 0,3 Sedang
14 10 0,5 Sedang
15 15 0,75 Mudah
16 6 0,3 Sedang
17 6 0,3 Sedang
18 6 0,3 Sedang
19 11 0,55 Sedang
20 10 0,5 Sedang
21 15 0,75 Mudah
22 7 0,35 Sedang
23 10 0,5 Sedang
24 5 0,25 Sukar
25 8 0,4 Sedang
26 7 0,35 Sedang
27 6 0,3 Sedang
28 6 0,3 Sedang
29 11 0,55 Sedang
30 18 0,9 Mudah
31 5 0,25 Sukar



105

32 12 0,6 Sedang
33 11 0,55 Sedang
34 9 0,45 Sedang
35 6 0,3 Sedang
36 12 0,6 Sedang
37 4 0,2 Sukar
38 14 0,7 Mudah
39 8 0,4 Sedang
40 11 0,55 Sedang
Contoh perhitungan taraf kesukaran yaitu pada tabel analisis
butir soal no 1 didapat:
B = 7, JS = 20
JS
B
P =
20
7
= P
P = 0,35
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai tingkat kesukaran
yang Sedang.



106

Lampiran 20
REKAPITULASI DAYA PEMBEDA SOAL

No. Jml. Benar Jml. Benar
Butir
Kel Atas
(BA)
Kel Bawah
(BB) DP Kriteria

1
6 1 0,5 Baik
2
5 1 0,4 Baik
3
9 2 0,7 Baik S
4
4 0 0,4 Baik
5
7 7 0,0 Jelek
6
5 4 0,1 Jelek
7
7 2 0,5 Baik
8
5 0 0,5 Baik
9
3 1 0,2 Cukup
10
7 3 0,4 Baik
11
6 6
0,0
Jelek
12
2 5 -0,3 Jelek
13
6 0 0,6 Baik
14
8 2 0,6 Baik
15
9 6 0,3 Cukup
16
5 1 0,4 Baik
17
5 1 0,4 Baik
18
5 1 0,4 Baik
19
8 3 0,5 Baik
20
3 7 -0,4 Jelek
21
9 6 0,3 Cukup
22
5 2 0,3 Jelek
23
8 2 0,6 Baik
24
4 1 0,3 Cukup
25
4 4 0,0 Jelek
26
3 4 -0,1 Jelek
27
5 1 0,4 Baik
28
4 2 0,2 Cukup
29
5 6 -0,1 Jelek
30
10 8 0,2 Cukup


107

31
3 2 0,1 Jelek
32
8 4 0,4 Baik
33
8 3 0,5 Baik
34
5 4 0,1 Jelek
35
5 1 0,4 Baik
36
6 6 0,0 Jelek
37
4 0 0,4 Baik
38
6 8 -0,2 Jelek
39
3 5 -0,2 Jelek
40
8 3 0,5 Baik


Contoh perhitungan daya pembeda dari salah satu butir soal yaitu
pada tabel analisis butir soal no 1 didapatkan :
J
A
= 10 J
B
= 10
B
A
= 6 B
B
= 1
P
A
= 0,6 P
B
= 0,1
Maka nilai daya pembeda soal no 1 adalah:
DP =
A
A
J
B
-
B A
B
B
P P
J
B
= = 0,6 0,1 = 0,5
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 memiliki daya pembeda yang
Baik.



111

Lampiran 24
UJI PERBEDAAN RATA-RATA HASIL BELAJAR

Uji Hipotesis
H
0
: t
hitung
> t
tabel
(hasil belajar posttest lebih besar dari hasil belajar pretest)
H
1
: t
hitung
< t
tabel
(belajar pretest lebih besar dari hasil belajar posttest)
Rumus
Md = 12,00
Xd = 1888
N = 27
( )
317 , 7
64 , 1
12
689 , 2
12
702
1888
12
26 27
1888
00 , 12
1
2
=
=
=
=
=

t
t
t
t
x
t
N N
d X
Md
t

Pada hasil uji t diperoleh untuk = 5% dan db = N-1 = 27 1 = 26,
diperoleh t
tabel
= 2,056. Karena t
hitung
> t
tabel
maka H
1
ditolak dan terima H
0
.
Dari perhitungan diperoleh hasil t
hitung
= 7,317. Selanjutnya dengan t
tabel

pada taraf signifikan 5% dengan db = 26 yaitu sebesar 2,056, maka 7,317 > 2,
056, membuktikan ada perbedaan yang signifikan antara pretest dengan posttest.

111


112

Dengan demikian ada pengaruh model pembelajaran problem posing terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Wonorejo 3 Karanganyar
Demak dengan taraf signifikan 5%.



113

Lampiran 25
FOTO PENELITIAN












































Gambar 1
Praktikan menjelaskan materi dengan Garis Bilangan
Gambar 2
Siswa mengerjakan latihan soal menggunakan Garis Bilangan


114















































Gambar 4
Suasana siswa berlatih membuat soal secara mandiri
Gambar 3
Siswa berkelompok mengerjakan Soal


115


































Gambar 6
Praktikan membagikan lembar Ulangan (Posttest)
Gambar 5
Siswa maju kedepan mengerjakan soal yang telah dibuatnya


117






















Gambar 8
Praktikan sebagai fasilitator ketika siswa mengalami kesulitan
dalam mengerjakan soal
Gambar 7
Siswa mengerjakan Ulangan secara mandiri

Anda mungkin juga menyukai