Anda di halaman 1dari 32

PENINGKATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLE NON

EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD


AMALIAH

Disusun dan diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Tindakan Kelas
Dosen Pengampu : Iyon Muhdiyati, M.Pd.

Oleh:
Hani Sanjaya NIM H.1610776

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DJUANDA
CIAWI – BOGOR
2019/1441H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat serta salam kita hanturkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student team achievement divisions) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas
IV SD Amaliah” kami susun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Penelitian Tindakan
Kelas, terimakasih kepada anggota kelompok serta pihak-pihak yang telah banyak membantu
dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
dengan kerendahan hati, kami memohon maaf, semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bogor, 15 Desember 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...............................................................Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................................7
D. Manfaat Penelitian................................................................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA...........................................................................................................8
A. Pendekatan Lingkungan dalam Pembelajaran IPA...............................................................8
B. Kerangka Berfikir...............................................................................................................15
C. Hipotesis Tindakan.............................................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................................17
A. Setting Penelitian................................................................Error! Bookmark not defined.
B. Subjek Penelitian................................................................Error! Bookmark not defined.
C. Metode Penelitian...............................................................Error! Bookmark not defined.
D. Prosedur Penelitian.............................................................................................................20
E. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data....................Error! Bookmark not defined.
F. Instrumen Penelitian...........................................................................................................22
G. Kriteria Keberhasilan Tindakan..........................................................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................1
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian.........................................................................................1
B. Deskripsi data Pra tindakan..................................................................................................1
C. Deskripsi Hasil Penelitian.....................................................................................................2
BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................................................8
A. Simpulan...............................................................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi perannannya di masa yang
akan datang. Pendidikan secara formal dapat berlangsung dalam hubungan guru dan
siswa yang dilakukan di lingkungan sekolah ataupun dapat dilakukan secara informal
di luar lingkungan sekolah seperti Bimbingan Belajar atau mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler yang diadakan sekolah diluar jam pelajaran sekolah. Dalam
pendidikan ada kegiatan mengajar yaitu kegiatan untuk membimbing anak semakin
baik. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, kegiatan mengajar hanya
bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa atau yang sering disebut
pembelajaran. Oleh karena itu penting sekali bagi guru memahami tentang proses
belajar murid, agar dapat memberikan bimbingan bagi murid-muridnya.
Menurut Hamalik (2014) Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal,
secara sistematis merencanakan bermacammacam lingkungan, yakni lingkungan
pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk
melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar,
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke arah
pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam
suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses
pembelajaran.
Hal tersebut menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyusun
dan merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Untuk
mewujudkan pendidikan yang berkualitas seperti dijelaskan di atas dalam bentuk
realitas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Perubahan paradigma pembelajaran
yang awalnya proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) berubah
menjadi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Guru
diharapkan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah tersebut agar tujuan
pendidikan nasional dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Secara umum,
sekolah dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap serta
memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup di
masyarakat. Tujuan tersebut dapat tercapai melalui pendidikan dan pengajaran dari
disiplin ilmu pengetahuan Alam (IPA).

5
Pembelajaran IPA yang berkembang saat ini khususnya di Sekolah Dasar
menuntut siswa agar menemukan masalah serta memecahkannya. Margunayasa
(2013) Dalam pembelajaran IPA guru dituntut untuk mengajak siswa memanfaatkan
alam sebagai sumber belajar. IPA memberikan banyak manfaat bagi siswa,
diantaranya siswa dapat mengenal lingkungan sekitar, mendapatkan pengalaman
langsung dengan melakukan berbagai percobaan yang terkait dengan lingkungan
hidup. IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari objek-objek alam semesta
beserta isinya. Dalam pembelajaran IPA siswa harus diberikan kesempatan untuk
mengalami dan menemukan sendiri tentang makna dari materi yang diajarkan dengan
berpikir kritis sehingga mudah dipahami siswa dalam mata pelajaran IPA. Oleh
karena itu, pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung. Pengembangan keterampilan proses sangat
menunjang dalam menggali pengetahuan siswa dari alam bebas. Dari keterampilan
proses ini dapat dikembangkan sikap ilmiah.
Kondisi yang saat ini terjadi, dalam proses pembelajaran IPA guru terlihat
lebih dominan menggunakan tehnik lama sehingga variasinya sangat kurang dan juga
minimnya penggunaan media pembelajaran. Guru juga kurang menggunakan model
pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif dan kurang termotivasi untuk belajar.
Demikian pula dengan sikap ingin tahu, tanggung jawab dan kerja sama dalam
mengerjakan tugas masih angat kurang karena kurangnya penggunaan metode, model
dan media pembelajaran yang bervariasi. Hal ini terlihat ketika siswa kelas IV belajar
materi sifat-sifat cahaya dan proses melihat cahaya pada tanggal 4 November 2019
tanpa menggunakan model pembelajaran. Jadi guru kelas hanya menjelaskan materi
dengan ceramah sehingga banyak siswa yang kurang mengerti bahkan lebih memilih
untuk bermain sendiri.
Dari uraian di atas, maka perlu adanya perubahan dalam pembelajaran IPA.
Agar pembelajaran IPA dapat efektif dan kreatif maka guru harus bisa menentukan
suatu model, karena model adalah suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Semakin tepat model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
mengajar, diharapkan semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Salah
satu model yang cocok diterapkan pada pembelajaran IPA adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode kooperatif yang paling sederhana,
dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru
menggunakan pendekatan.

6
Dengan permasalahan yang sudah ada, maka peneliti tertarik untuk melakukan
tindakan berupa model kooperatif tipe STAD pada kelas IV di SD Amaliah.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan faktor-faktor
penyebab terjadinya masalah terhadap hasil belajar IPA pada siswa SD Amaliah
antara lain:
1. Kurangnya guru yang mengetahui bahwa variasi berupa model dan media itu
sangat penting bagi siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Kurangnya guru yang menerapkan model kooperatif tipe STAD pada mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA)
3. Penyampaian materi cahaya yang monoton sehingga kurang menarik perhatian
siswa dan menyebabkan siswa merasa jenuh ketika belajar.
4. Kegiatan pembelajaran kurang bepusat pada siswa dan kurangnya interaksi antara
guru dengan siswa begitupun sebaliknya
C. Batasan Masalah
Agar masalah yang diteliti lebih terarah pada hal-hal sekitar permasalahan dan
sasaran yang dimaksud, maka masalah yang akan dibahas pada penelitian ini hanya
terbatas pada kurangnya guru yang mengetahui bahwa variasi berupa model itu sangat
penting dalam pembelajaran dan penyampaian materi yang monoton sehingga
membuat siswa jenuh.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang sudah dibatasi di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model kooperatif tipe STAD akan meningkatkan hasil belajar
IPA kelas IV SD Amaliah?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA kelas IV SD Amaliah setelah pre-test
dan post-tes?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Agar meningkatkan hasil belajar IPA kela IV di SD Amaliah Ciawi melalui model
kooperatif tipe STAD.
2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD
Amaliah setelah di adakan pre-test dan pot-test.

7
F. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Memberikan pengalaman kepada peneliti tentang salah satu metode pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa yaitu mode kooperatif.
2. Guru
Guru dapat mengetahui model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
3. Siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pendekatan Lingkungan dalam Pembelajaran IPA


1. Belajar dan Pembelajaran
Menurut Kimble (dalam Karwono:2017) belajar adalah perubahan yang relatif
permanen di dalam behavioral potentionality (potensi behavioral) sebaga akibat
dari reinforced practice (praktik yang diperkuat).
Menurut aliran Piaget (dalam Karwono:2017) faktor yang mempengaruhi
belajar adalah adaptasi yag holistic. Artinya, kognitif seorang bekerja dengan cara
melakukan penyesuaian antara informasi di luar diri yang ingin dipelajari dengan
skema/struktur mental tentang informasi tersebut yang sebelumnya pernah
dipelajari /sudah ada dalam kognitifnya dan bermakna yang datang dari dalam diri
seseorang terhadap situasi baru, sehingga mengalami perubahan yang relatif
permanen. Piaget percaya bahwa harus ada kesiapan (readiness) dan kematangan
(maturity) dalam diri seseorang sebelum perubahan terjadi. Kematangan berkaitan

8
dengan kecocokan informasi yang akan dipelajari dengan perkembangan
kognitifnya.
Jadi belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan, guru bertindak sebagai
pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan
peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Jika ada siswa yang belajar
dan guru bertindak memberi ilmu maka ada sebuah kegiatan yang sering kita
lakukan di sekolah yaitu pembelajaran.
Kata pembelajaran berasal dari kata belajar mendapat awalan “pem” dan
akhiran “an” menunjukan bahwa ada unsur dari luar (eksternal) yang bersifat
“intervensi” agar terjadi proses belajar. Jadi pembelajaran merupakan upaya
proses belajar yang bersifat internal. Dalam pembelajaran di kelas rancangan yang
digunakan untuk keperluan pembelajaran agar memperhatikan hal-hal sebagai
berikut : ciri-ciri peserta didik, perbedaan perorangan, kesiapan, motivasi belajar,
proses kognitif dalam pembelajaran, alih belajar, belajar keterapilan dan konteks
sosial untuk belajar. (Karwono:2017)
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak
sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai
produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Jadi
hakikat pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas bahwa
pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik,
dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju suatu
target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto:2014).
Pembelajaran akan terjadi ketika ada komunikasi dua arah, yang satu memberi
ilmu dan yang lain menerima ilmu. Pembelajaran dapat berlangsung bukan hanya
di sekolah saja tetapi di rumah, atau dalam kegiatan diluar sekolah, ketika ada
komunikasi dua arah maka itu yang disebut pembelajaran, tentunya dalam
pembelajaran ada perubahan yang terjadi yaitu dari tidak paham menjadi paham,
dari tidak mengerti menjadi mengerti. Pembelajaran adalah dialog interaktif,
pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif bukan mekanis seperti
halnya pengajaran. Jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik karena
pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

9
Menurut (Siregar:2010) Cooperative learning juga merupakan model
pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang
berbentuk kelompok, mempelajari materi pelajaran dan memecahkan masalah
secara kolektif kooperatif. Pendekatan belajar kooperatif menuntut adanya
modifikasi tujuan pembelajaran dari sekedar penyampaian informasi (transfer
of information) menjadi konstruktif pengetahuan (contruction of knowledge)
oleh induvidu melalui belajar kelompok.
Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme
yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Pada penelitian Piaget yang
pertama bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak. (Ratna dalam
Rusman:2014). Dalam model pembelajaran ini guru berperan sebagai
fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman
yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan
pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam
pikirannya.
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggitanya terdiri dari 4 – 6 orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen. Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Rusman (2013) Model Kooperatif tipe STAD dikembangkan
oleh Robert Slavin dan kolega-koleganya di Universitas John Hopkin.
Menurut Slavin (2013) STAD merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan salah satu model yang
banyak digunakan dalam pembelajaran kooperatif. menjelaskan bahwa
pembelajaran kooperatif dengan model STAD, siswa ditempatkan dalam
kelompok belajar kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap
kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau
variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.
Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut :
a. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi
pelajaran yang sedang dibahas.

10
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa
mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota
kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar
mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat
untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang
tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan
teman sebaya.
e. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuan.
f. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

Dalam (Siregar:2010) Model kooperatif tipe STAD (Student Team


Achievement Division) dengan prosedur sebagai berikut :
a. Sajian guru meliputi penyajian pokok permasalahan, konsep, kaidah dan
prinsip-prinsip bidang ilmu. Penyajian dalam bentuk ceramah atau tanya
jawab.
b. Diskusi kelompok dilakukan berdasarkan permasalahan yang disampaikan
oleh guru, oleh teman sekelompok siswa yang heterogen. Peran guru
mengatasi konflik antaranggota sangat diperlukan. Diskusi bertujuan untuk
mendalami topik-topik yang disajikan dosen.
c. Setelah pendalaman materi, dilakukan tes/kuis/silang tanya jawab antar
kelompoksiswa untuk mengetahui hail belajar siswa.
d. Dalam silang tanya, guru memberikan penguatan dalam dialog tersebut.
c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Karakteristik dari model pembelajaran kooperatif adalah kerjasama dalam
kelompok, tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam
pengertian penguasaan materi pembelajaran, tetapi juga ada unsur kerjasama
untuk penugasan materi tersebut. Jadi ada 3 perspektif dalam pembelajaran
kooperatif yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial dan perspektif
perkembangan kognitif.(Rusman:2014)
Karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu :
1) Pembelajaran secara tim

11
Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran
2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Manajemen disini berfungsi sebagai perencanaan pelaksanaan
seperti bagaimana langkah-langkah pembelajaran, apa tujuannya
dan bagaimana cara mencapainya.
3) Kemauan untuk bekerjasama
Keberprestasi belajaran pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberprestasi belajaran secara kelompok.
4) Keterampilan Bekerjasama
Kemampuan bekerjasama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran secara berkelompok, dengan demikian siswa
didorong untuk saling berinteraksi satu dengan yang lain dalam
kelompoknya.
3. Hasil belajar
Hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik
yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas
dipertegas oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007) yang menyatakan bahwa hasil
belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana, yang
dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu
proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan
instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam
belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional.
Menurut Purwanto (2000) “hasil belajar dari tiap-tiap topik bahan pelajaran
tidak selalu sama”. Bloom (dalam Sutrisno, 2008) menyatakan bahwa hasil belajar
tercemin dalam tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Hasil belajar akan tercermin dalam ketiga ranah itu secara simulta Nurkancana
dan Sunartana (1992) menyatakan “Hasil belajar adalah suatu tindakan atau suatu

12
proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia
mengalami proses belajar selama satu periode tertentu”.
Berdasarkan teori yang disebutkan oleh para ahli diatas hasil belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku individu seseorang melalui interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini meliputi aspek afektif (sikap),
kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (ketrampilan).
4. Pengertian IPA
IPA merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam” yang merupakan
terjemahan dari Bahasa Inggris “Natural Science”. Natural berarti alamiah atau
berhubungan dengan alam. Science berarti ilmu pengetahuan. Jadi menurut asal
katanya, IPA berarti ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa-
peristiwa di alam (Srini M. Iskandar, 1996: 2)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang
peristiwa dan gejala-gejala yang terjadi di alam ini. Dalam mempelajari ilmu
tentang alam ini tidak hanya produknya yang diperhatikan namun segi proses, dan
hasil pengembangan sikap juga diperhatikan. Menurut Sulistyorini (2007:9)
menyatakan bahwa pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk,
proses dan dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi
proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga
dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar
IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut.
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta
dengan segala isinya (Hendro Darmodjo, 1992 : 3). Menurut Nash 1963 (dalam
Hendro Darmodjo, 1992 : 3) IPA adalah cara atau metode untuk mengamati alam
yang sifatnya analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara fenomena
alam yang satu dengan fenomena alam yang lainnya. Sedangkan menurut Powler
(dalam Winaputra, 1992:122) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan
gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur dan
berlaku umum berupa kumpulan hasil observasi dan eksperimen.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta–fakta, konsep–konsep atau prinsip saja, tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006). Lebih lanjut Conant (dalam
Samatowa, 2011) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema
konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil

13
eksperimentasi dan observasi serta berguna untuk diamati dan
dieksperimentasikan lebih lanjut. IPA tidak mungkin dapat berdiri sendiri, karena
gejala alam berhubungan satu dengan yang lainnya yang tersusun dalam suatu
sistem yang saling menjelaskan dan merupakan satu kesatuan yang utuh.
Dalam (Samatowa:2011) Aplikasi teori perkembangan kognitif pada
pendidikan IPA adalah sebagai berikut :
a. Konsep IPA dapat berkembang baik hanya pengalaman langsung mendahului
pengenalan generalisasi-generalisasi abstrak. Metode seperti ini berlawanan
dengan metode tradisional, dimana konsep IPA diperkenalkan secara verbal
saja.
b. Daur belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA sebagai berikut :
1) Eksplorasi, yaitu kegiatan dimana anak mengalami atau mengindra objek
secara langsung. Pada langkah ini anak memperoleh informasi baru yang
adakalanya bertentangan dengan konsep yang telah dimilikinya.
2) Generalisasi, yaitu menarik kesimpulan dari beberapa informasi
(pengalaman) yang tampaknya bertentangan dengan yang telah dimiliki
anak.
3) Dedukasi, yaitu mengaplikasikan konsep baru (generalisasi) itu pada situasi
dan konsep baru.

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian dari Marten (2017) yang berjudul “Peningkatan Kerjasama dan Prestasi
Belajar Matematika Siswa kelas V SD Karitas Tahun Ajaran 2016/1017 Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Division (STAD). Dari penelitian ini diperoleh bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kerjasama siswa itu
terbukti dari hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan kerjasama dalam
kelompok pada pembelajaran matematika materi operasi satuan waktu.
Peningkatan ini dapat dilihat dari kondisi awal kerjasama siswa dengan skor rata-
rata 53,25 (rendah) pada siklus 1 meningkat menjai 66,97 (tinggi) kemudian pada
siklus II meningkat menjadi 75,47 (tinggi). Berdasarkan hasil penelitian tersebut
disimpulakan bahwa kerja sama siswa pada pembelajaran matematika materi
operasi satuan waktu dapat meningkat dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

14
2. Penelitian dari Samsurijal Suhu (2008) yang berjudul “Meningkatan Hasil Belajar
Siswa Melalui Model Cooperative Tipe Student Team Achievement Division
(STAD) Pada Materi Cahaya dan Sifat-SIfatnya di Kelas V SD Inpres 2 Balantak.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan kerjasama siswa itu terbukti dari hasil penelitian
menunjukan adanya peningkatan kerjasama dalam kelompok pada pembelajaran
matematika materi operasi satuan waktu. Peningkatan ini dapat dilihat dari kondisi
awal kerjasama siswa dengan rata-rata persentase 52,50% (rendah) pada siklus 1
meningkat menjai 57,14% (tinggi) kemudian pada siklus II pertemuan I
meningkat menjadi 75% (tinggi) dan terakhir yaitu siklus II pertemuan II menjadi
87,50% (tinggi). Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulakan bahwa kerja
sama siswa pada pembelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya dapat
meningkat dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Team Achievement Division).
3. Penelitian dari Arlin, Amran dan Mestawaty (2015) yang berjudul “Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Kelas V Melalui Model Kooperatif
Tipe STAD di SD Inpres 1 Ongka”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V SD Inpres 1 Ongka, pada materi perubahan wujud benda dan
peubahan sifat benda di tes awal : siswa yang tuntas 16 orang atau persentase 50%
dengan daya serap klasikal 65,47% atau nilai rata-rata 65%. Pada Siklus I
meningkat siswa yang tuntas 24 orang atau 75% dengan daya serap klasikal
75,94%. Dan pada siklus II meningkat siswa yang tuntas 30 orang atau persentase
95% dengan daya serap klasikal sebesar 87,03%. dan aktivitas guru dan siswa
pada tindakan siklus I pertemuan ke 1 dan 2 dalam kategori cukup dan baik dalam
siklus II meningkat dalam kategori baik dan sangat baik.

C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teoritik dapat disusun kerangka berfikir model
pembelajaran kooperatif pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya memberi
pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dan penerapan model pembelajaran
kooperatif diharapkan memberi pengaruh terhadap prestasi belajar IPA pada siswa
kelas IV SD Amaliah erta tujuan diadakan penelitian ini untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran dan prestasi belajar siwa mengalami peningkatan pada pelajaran IPA

15
karena sebelum penelitian dilakukan prestasi belajar siswa kurang seimbang dengan
jumlah siswa yang diatas nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi keadaan siswa dan mendorong siswa
untuk berprestasi lebih tinggi lagi. Jadi dengan model pembelajaran kooperatif dengan
materi sifat-sifat cahaya pada pelajaran IPA dapat memberi pengaruh terhadap
prestasi belajar siswa kelas IV SD Amaliah dan prestasi belajar IPA menjadi
meningkat.
Permasalahan

Model Pembelajaran Siswa kurang memahami Penyampaian materi sifat-


yang digunakan kurang materi sifat-sifat cahaya sifat cahaya monoton

Karakteristik model
pembelajaran kooperatif: Solusi
1. Pembelajaran secara team
2. Didasarkan pada
manajemen kooperatif Model Pembelajaran Kooperatif tipe
3. Kemauan untuk bekerja STAD
sama
4. Keterampilan untuk bekerja
sama Hasil Belajar IPA kelas IV

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dekripsi teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan diatas, maka
hipotesis tindakan ini adalah model pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap
prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Amaliah.

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Suharsimi
Arikunto (2007: 3) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Kemudian
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010: 9) menyebutkan bahwa PTK
merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara
merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa
dapat meningkat.

17
Wina Sanjaya (2011: 26) mengartikan bahwa PTK sebagai proses
pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya
untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan
yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari
perlakuan tersebut. Suharsimi Arikunto (2007: 17) menjelaskan bahwa dalam
penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru kelas itu
sendiri sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses
tindakan adalah peneliti. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division).

B. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
pada Model Kemmis & McTaggrat yang terdiri dari empat komponen, yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi
(reflecting).
Keterangan:
Siklus I:
Perencanaan (Planing)
Tindakan (Acting)
Pengamatan (Observing)
Refleksi (Reflecting)

Siklus II
Revisi perencanaan (Revised planning)
Tindakan (Acting)
Pengamatan (Observing)
dst. Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan gambar di atas, kegiatan dalam setiap siklus terdapat empat


komponen yang terdiri dari:
1. Planning (Perencanaan)
Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa, dan bagaimana tersebut dilakukan Perencanaan dalam penelitian ini
meliputi:
a. Peneliti menentukan cara peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA.
b. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

18
c. Peneliti menyiapkan lembar observasi mengenai aktivitas guru dan siswa
selama mengikuti pembelajaran.
2. Acting (Tindakan)
Tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu
menggunakan tindakan kelas. Guru harus ingat dan menaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan tetapi harus berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.
Pelaksana tindakan pada penelitian ini adalah guru kelas dan peneliti sebagai
pengamat.
3. Observing (Pengamatan)
Observasi (pengamatan) dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran
IPA berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Pengamatan dalam proses kegiatan pembelajaran
menggunakan Model Kooperatif tipe STAD dilakukan oleh peneliti. Kegiatan
tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang akan diolah untuk
menentukan tindakan yang akan dilaksanakan peneliti selanjutnya.
4. Reflecting (Refleksi)
Refleksi merupakan kegiatan untuk melihat berbagai kekurangan yang
dilaksanakan guru untuk selanjutnya mengenali hal-hal yang masih perlu
dilakukan pada siklus berikutnya.
C. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SD Amaliah Ciawi. Pemilihan
tempat ini didasarkan pada pertimbangan :
1. Salah satu penulis adalah guru sekolah yang bersangkutan, sehingga dapat
menghemat waktu, tenaga dan biaya.
2. Memudahkan prosedur penelitian dan perijinan.
3. Lokasi penelitian strategis dan tidak terlalu jauh sehingga dapat menghemat
waktu. Penelitian ini berlangsung selama 1 minggu, dimulai dari tanggal 4
November sampai dengan 15 November 2019.

D. Subjek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Amaliah Kecamatan Ciawi Kabupaten
Bogor pada pokok bahasan Sifat-sifat cahaya.
2. Partisipan yang terlibat

19
a. Peran peneliti: peran peneliti dalam penelitian ini sebagai pimpinan dan
perancang pelaksanaan penelitian sekaligus pembuat laporan.
b. Posisi peneliti: posisi peneliti dalam penelitian ini sebagai partisan aktif yang
ikut serta dalam melaksanakan pengamatan.

E. Prosedur Penelitian
1. Pra Penelitian
Menyusun prangkat pembelajaran, terdiri dari:
a. RPP
b. Lembar Kerja Siswa
c. Menyiapkan Instrumen Pengumpulan data
2. Tahap Pelaksanaan Penlitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk mengetahui permasalahan yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA Kelas IV SD Amaliah Ciawi, dilakukan
observasi terhadap kegiatan pembelajaran melalui langkah-langkah yang akan
dapat ditentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV SD Amaliah dalam pembelajaran IPA materi Sifat-sifat cahaya
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif maka didapat refleksi awal.
Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi dalam setiap siklus. Secara rinci prosedur penelitian
tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan
a. Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi dan
pencatatan arsip.
b. Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Kooperatif.
c. Membuat lembar observasi.
d. Menyusun dan mempersiapkan soal tes untuk siswa. Tes akan
diberikan pada setiap akhir pertemuan. Soal tes disusun oleh peneliti
dan guru kelas IV SD Amaliah Ciawi.
e. Mempersiapkan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan, dalam
hal ini menggunakan kamera untuk mendokumentasikan dalam bentuk
gambar dan vidio.
2. Tahap pelaksanaan tindakan

20
Pada tahap ini guru menerapkan langkah-langkah yang ada dalam
perencanaan dan pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap
perubahan-perubahan. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai
kolabolator yang menerapkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
dalam kegiatan pembelajaran sedangkan guru bertindak sebagai observer yang
mengamati keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif. Penelitian ini
berlangsung dalam 1 siklus, siklus I dilaksanakan pada hari Jum’at, 15
November 2019 dengan materi Sifat-sifat cahaya.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data


1. Teknik pengumpulan data
Menurut (Sugiyono:2010) terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas
data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan
data. Kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data atau disebut dengan teknik pengumpulan
data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
a. Teknik Observasi
Digunakan untuk mengamati sikap siswa dan kegiatan guru dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Teknik Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui daftar nama-nama dan
nomor absen siswa yang menjadi subjek penelitian serta mengetahui nilai
siswa sebelum dilakukan tindakan.
c. Teknik Tes
Digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar sesudah tindakan. Adapun
jenis tes yang digunakan adalah pilihan ganda dan uraian singkat. Sedangkan
sistem pemberian nilai adalah jawaban yang benar diberi skor satu sedangkan
jawaban yang salah diberi skor nol.
d. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul tidak akan bermakna tanpa analisis yakni diolah
diinterpretasikan. Oleh karena itu, pengolahan dan interpretasi data merupakan
langkah penting dalam PTK. Instrumen berupa tes digunakan untuk
mengetahui hasil belajar IPA peserta didik setelah proses belajar mengajar
yang akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan mencari rerata.

21
Sugiyono(2010) menyatakan “rata-rata didapat dengan menjumlahkan
data seluruh individu dalam kelompok kemudian dibagi dengan jumlah
individu yang ada pada kelompok tersebut”. Hal tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut :

Rata-rata kelas yang diperoleh pada tiap siklus dihitung selisihnya untuk
mengetahui peningkatan kemampuan karakter dan hasil belajar siswa. Data hasil
observasi yang menunjukkan keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif akan
dianalisis secara dekriptif kualitatif yaitu dengan menjelaskan hasil observasi
melalui kata-kata. Data tersebut dibandingkan untuk memperlihatkan pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif yang diterapkan pada saat pratindakan, siklus I.

G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cepat dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam menentukan
sumber data, jenis metode pengmpulan data dan instrumen penelitian, peneliti sangat
perlu mempertimbangkan beberapa hal lain, seperti tenaga, waktu, dana, dan faktor-
faktor pendukung maupun penghambat.

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan


Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan
rata-rata kelas pada tiap siklusnya. Penetapan indikator pencapaian ini disesuaikan
dengan kondisi sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan
belajar bergantung pada guru kelas yang secara empiris tahu betul keadaan murid-
murid di kelasnya (sesuai dengan kurikulum 2013).

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SD Amaliah Ciawi yang terletak di
Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Subyek penelitian pada penelitian tindakan kelas
ini adalah siswa kelas IV yang diampu oleh Bapak Wahyu Nusantara. Jumlah siswa di
kelas ini ada 11 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada mata pelajaran IPA kelas IV SD
Amaliah Ciawi dilaksanakan dalam satu siklus. Jadwal pelaksanaan Penelitian
tindakan kelas sebagai berikut.

No Siklus/ Hari/Tanggal Waktu


Pertemuan ke-
1 I/1 (Observasi) Rabu, 13 September 2019 09.10-10.30
2 Post test Jumat, 15 November 2019 09.10-10.30

B. Deskripsi data Pra tindakan


Data awal diperoleh dari tes pra tindakan yang akan dilaksanakan pada Kamis, 14
November 2016 yang diikuti oleh 11 siswa kelas IV SD Amaliah Ciawi. Perolehan
nilai tes hasil belajar IPA pra tindakan pada siswa kelas IV SD Amaliah Ciawi dapat
dilihat tabel. Berikut disajikan tabel data pra tindakan.

No Nama Siswa Nilai Keterangan


1. Raysha Malika 70 Tuntas
2. Rayvino Yard Sunie 30 Belum Tuntas
3. Khansa 40 Belum Tuntas
4. Kalyca Tasanee 30 Belum Tuntas
5. Najwa Natania 10 Belum Tuntas
6. Putri 20 Belum Tuntas
7. Ahmad Fajar 40 Belum Tuntas
8. Raffa Alandra 40 Belum Tuntas
9. Rayhan 70 Tuntas
10. Dafiya 70 Tuntas
11. Damai Raki 50 Belum Tuntas
No. Kriteria Jumlah anak %
1. Tuntas 2 18,18
2. Belum tuntas 9 81,82
Jumlah 100

Data dari tabel di atas mengenai hasil belajar IPA siswa pada pra tindakan dapat
diperjelas melalui grafik di bawah ini :

Pra-Test
10
8
6
4
2
0
Tuntas Belum Tuntas

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 2 siswa

atau 18,18% siswa mendapatkan nilai ≥ 65 sedangkan sebanyak 9 siswa atau 81,82%

siswa mendapatkan nilai ≤ 65. Hal ini memberikan gambaran bahwa hasil belajar

siswa pada pembelajaran IPA tentang proses mata melihat cahaya tergolong rendah

dan perlu untuk diperbaiki.

C. Deskripsi Hasil Penelitian


Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 1 siklus. Hasil penelitian pada
tiap-tiap siklus di deskripsikan sebagai berikut :
1. Observasi
Setelah kami mengamati hasil belajar siswa, serta mengingat kembali
proses pembelajaran, maupun melihat catatan harian evaluasi pada akhir pelajaran
IPA, ternyata hasil belajar siswa masih banyak masalah yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan. Masalah-masalah tersebut diantaranya yaitu banyak siswa
membicarakan hal–hal di luar materi waktu berdiskusi jadi banyak siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru sahingga tidak dapat memahami materi yang

2
diberikan guru dengan baik. Selain itu siswa juga kurang memahami bahasa/
maksud kalimat yang ada pada buku sehingga membuuta iswa enggan untuk aktiv
bertanya kepada guru.
Selain siswa, kami juga mengamati guru yang mengajar. Guru jarang
memberi tugas induvidu sehingga banyak siswa yang mengandalkan temannya
ketika mengerjakan tugas. Penjelasan guru juga tidak disertai oleh pertanyaan atau
balikan sehingga membuat siswa kurang bersemngat ketika belajar.Selain itu guru
terlalu cepat ketika menyampaikan materi kepada siswa-siswa.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP disusun sebelum
kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan. RPP disusun secara
kolaborasi dengan guru kelas IV SD Amaliah Ciawi yang kemudian
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. RPP ini berisi tentang rencana
kegiatan pembelajaran berdasarkan materi yang akan disampaikan oleh
guru yaitu materi tentang sifat-sifat cahaya. Penyusunan RPP disesuaikan
dengan langkah-langkah Pembelajaran IPA yang digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar IPA. RPP yang telah disepakati digunakan
sebagai pedoman pembelajaran IPA di kelas IV SD Amaliah Ciawi. RPP
ini disusun untuk satu kali pertemuan.
2) Membuat media
Peneliti mempersiapkan media berupa senter, plastic mika dengan
tiga jenis waarna yang berbeda, dan solatip bening. Media ini merupakan
percobaan mencampur warna.
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
Peneliti berkolaborasi dengan guru kela menyusun LKS yang
disesuaikan dengan materi pembelajaran IPA yaitu Sifat-sifat cahaya. LKS
untuk pertemuan pertama tentang bagian-bagian pada mata dan proses

3
melihat cahaya. Pertemuan kedua yaitu tentang fungsi dari bagian-bagian
pada mata dan proses indra pengelihatan dalam melihat warna
4) Menyiapkan soal Pre-test
Soal pre-test disusun oleh peneliti berkolaborasi dengan guru
disesuaikan dengan materi debit air pada pembelajaran IPA. Pelaksanaan
pre-test pada setiap awal siklus. Pre-test digunakan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang akan dipelajari.
5) Menyiapkan soal Post-test
Soal post-test disusun oleh peneliti berkolaborasi dengan guru
disesuaikan dengan materi debit air pada pembelajaran IPA. Pelaksanaan
post-test pada setiap akhir siklus. Post-test digunakan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dalam penelitian ini dilakukan sebanyak
sekali pertemuan yang dideskripsikan sebagai berikut:
Siklus I Pertemuan 1
Pertemuan pertama pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis,14
November 2019 pukul 09.10-10.30 yang dideskripsikan sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Setelah bel tanda istirahat berakhir berbunyi, siswa kelas IV
masuk ke dalam kelas. Guru selanjutnya mengkondisikan siswa untuk
menerima pelajaran dengan melakukan apersepsi dengan perintah pada
siswa “Anak-anak coba sentuh mata kalian” Semua siswa menyentuh
matanya. Guru memberikan pertanyaan, “Apakah kalian tahu pada mata
terdapat bagian-bagian, coba apa saja?” Beberapa siswa menjawab
kelopak mata, bola mata, retina. Guru bertana lagi “Tahukah kalian
prosesn indera pengelihatan dalam melihat warna?” beberapa siswa
menjawab sepengetahuannya. Guru membagikan soal untuk pre-test
kepada siswa. Setelah siswa selesai mengisi soal yang dibagikan guru,
guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa
yaitu untuk mengetahui bagian-bagian mata dan mengetahui proses

4
indera pengelihatan melihat warna. Guru menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan siswa yaitu dengan Pembelajan IPA
kooperatif.
b) Kegiatan Inti
Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Pembagian kelompok dilakukan
dengan cara berhitung berdasarkan tempat duduk siswa dari ujung kiri
barisan depan ke arah kanan seperti huruf S. Siswa berhitung dari 1
sampai 3, mulai 1 sampai 3 lagi dan seterusnya hingga 11 siswa. Siswa
yang mendapatkan angka yang sama menjadi satu kelompok.
Tahap penggunaan konteks, guru memberikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan mata untuk diselesaikan bersama
kelompoknya. Guru memberikan 2 pertanyaan mengenai masalah
kontekstual yang berkaitan dengan mata. Pertanyaan pertama adalah
“bagaimana proses indera pengelihatan dalam melihat warna?”
Pertanyaan kedua adalah “Warna apa yang terbentuk dari percampuran
cahaya berwarna merah, biru dan hijau?”. Guru meminta setiap
kelompok berusaha menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan
guru dengan pendapat mereka sendiri, dan menggunakan bahasa
mereka sendiri.
Tahap interaktivitas, siswa melakukan diskusi dengan teman
kelompoknya tentang hasil yang telah diperoleh namun masih terdapat
siswa yang tidak ikut berdiskusi di dalam kelompok. Guru meminta
salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi dengan
mempresentasikan di depan teman-temannya. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal yang belum
dipahami.
Tahap pemanfaatan hasil konstruksi siswa, guru membimbing
siswa menemukan konsep berdasarkan pada sumbangan siswa setelah
berdiskusi. Hasil yang telah diperoleh saat berdiskusi yaitu proses indra

5
pengelihatan dalam melihat warna dan percobaan menggunakan senter
dan mika warna.
Pada kegiatan akhir siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu yaitu proses indra
pengelihatan dalam melihat warna dan percobaan menggunakan senter
dan mika warna. Setelah itu guru membagikan soal post-test pada
siswa untuk mengetahui kemmapuan siswa setelah ada tindakan dan
penjelasan materi dariguru.

Setelah melalukan observasi dan siklus 1, peneliti akan memaparkan hasil


belajar siswa Hasil belajar pada siklus 1 ini diperoleh dalam sekali pertemuan.
Sebanyak 9 siswa dinyatakan tuntas, dan sebanyak 3 siswa dinyatakan belum tuntas.
Rata-rata hasil tes tersebut adalah 71,9. Berikut Data siswa dan Persentase hasil
belajar siswa pada siklus 1:
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Raysha Malika 80 Tuntas
2. Rayvino Yard Sunie 50 Belum Tuntas
3. Khansa 100 Tuntas
4. Kalyca Tasanee 60 Belum Tuntas
5. Najwa Natania 80 Tuntas
6. Putri 60 Belum Tuntas
7. Ahmad Fajar 90 Tuntas
8. Raffa Alandra 100 Tuntas
9. Rayhan 80 Tuntas
10. Dafiya 100 Tuntas
11. Damai Raki 70 Tuntas
Kategori Pra tindakan Siklus I
Sisw
Siswa % a %
Tuntas 2 18,18 8 72,73
Belum tuntas 9 81,82 3 27,27
Jumlah 11 100 11 100

6
Data dari tabel di atas mengenai hasil belajar IPA siswa pada siklus 1 dapat diperjelas
melalui grafik di bawah ini :

Post-test
10
8
6
4
2
0
Tuntas Belum tuntas

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 8 siswa

atau 72,73% siswa mendapatkan nilai ≥ 65 sedangkan sebanyak 3 siswa atau 27,27%

siswa mendapatkan nilai ≤ 65. Hal ini memberikan gambaran bahwa hasil belajar

siswa pada pembelajaran IPA tentang proses mata melihat cahaya sudah baik setelah

dilakukan tindakan di siklus 1.

7
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Amaliah Ciawi melalui Pembelajaran IPA
Kooperatif mengalami peningkatan. Pembelajaran siklus I , guru menggunakan
masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi untuk memulai pembelajaran,
siswa menggunakan mengamati gambar bagian-bagian mata yang diberikan oleh
guru, mendiskusikan hasil diskusi, dan menemukan konsep berdasarkan hasil diskusi
kemudia memperkenalkan prosedur baru untuk menyelesaikan masalah menggunakan
rumu dan dalam pengerjaannya mengaitkan konsep lain dalam IPA yang
berhubungan dengan materi. Jadi sebelum siswa langsung mrndapatkan istilah-iastiah
yang belum diketahui dan berhubungan denganmateri yang sudah terlibat langsung
dengan materi. Siswa melakukan pengaatan diskusi kelompok dalam menemukan
konsep sehingga selain membuat siswa lebih aktif maka apa yang dipelajari akan
bertahan lama pada ingatan siswa.
Peningkatan sikap siswa tersebut sejalan dengan peningkatan hasil tes yang
diperoleh. Hasil belajar mengalami peningkatan 54,55% yaitu hasil pre-test sebesar
18,18% (9 siswa) menjadi 72,73% (8 siswa). Persentasi keberhasilannya sudah
mencapai ≥75% sehingga siklus ini dihentikan. Berdasarkan hasil observasi sikap
siswa siklus I, dilihat dari beberapa aspek sikap siswa yang terdiri dari: 1) siswa telah
berusaha mengerjakan permasalahan IPA dengan pendapatnya sendiri; 2) siswa
berusaha menyelesaikan permasalahan IPA sesuai langkah-langkah yang telah
dipelajari; 3) siswa berusaha untuk bertanya apabila ada yang belum dimengerti
dalam pembelajaran IPA dan 4) siswa berusaha mengaitkan antara konsep IPA
dengan kehidupan sehari-hari diperoleh hasil rata-rata sikap siswa pada mata
pelajaran IPA mencapai 72,73% (dari 11 siswa). Berdasarkan hasil tersebut maka
sikap siswa telah dikatakan meningkat dan mencapai indikator keberhasilan yaitu
75% dari 11 siswa telah menunjukkan sikap berusaha untuk berpikir berdasakan
lembar observasi yang telah dibuat.

8
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mempunyai beberapa saran
sebagai berikut.
1. Bagi guru IPA SD Amaliah Ciawi, sebaiknya menggunakan metode Pembelajaran
IPA Kooperatif pada pembelajaran IPA selanjutnya.
2. Bagi kepala sekolah, menghimbau kepada guru untuk menggunakan metode
Pembelajaran IPA Kooperatif sebagai variasi metode pembelajaran IPA.

9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, Trianto IB. 2014. Mendesain Model Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Group
NK, Farida. 2016. Pembelajaran IPA SD. Malang:Penerbit Ediide Infografika
Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Karwono, Heni Mularsih. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Depok: PT Raja Grafindo
Persada
Maghfiroh, Leny. 2014. Penerapan Model Pembelajaran CTL untuk Meningkatan
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar. JPGSD

Vol.02 No 02. https://media.neliti.com/media/publications/252260-penerapan-


model-pembelajaran-ctl-untuk-m-dec94f04.pdf. Diakses tanggal 6 Desember
2019.
Rusman. Model-Model Pembelajaran. 2014. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Rusman. 2013. Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Sulistyorini, Sri, dan Suparno. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan
Penerapannya Dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung: AlFABETA
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Trianto IB, al-Tabany. 2014. Mendesain Model Pembelajaran . Jakarta: Prenada Media
Group

10

Anda mungkin juga menyukai