Anda di halaman 1dari 33

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN COOPERARTIVE LEARNING PADA PELAJARAN


IPA SISWA KELAS TAHFIDZ KELAS V SD AMALIAH

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas

Dosen Pengampu: Iyon Muhdiyati, M.Pd

Oleh :

HANI SANJAYA
(H.1610776)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR

2019

i
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat serta salam kita hanturkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata
kuliah Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Menggunakan Model Pembelajaran Cooperartive Learning Pada Siswa Kelas Tahfidz
Kelas V SD Amaliah” kami susun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Penelitian
Tindakan Kelas, terimakasih kepada anggota kelompok serta pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, dengan kerendahan hati, kami memohon maaf, semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bogor, 15 Desember 2019

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH...........................................................................................1
B. IDENTIFIKASI MASALAH.....................................................................................................3
C. PEMBATASAN MASALAH....................................................................................................4
D. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................4
E. TUJUAN PENELITIAN............................................................................................................4
F. MANFAAT PENELITIAN.......................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................................................6
A. DESEKRIPSI KONSEPTUAL VARIABEL PENELITIAN TINDAKAN..................................6
B. PENELITIAN YANG RELEVAN...............................................................................................8
C. HIPOTESIS TINDAKAN...........................................................................................................10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................................12
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN................................................................................12
B. SUBJEK PENELITIAN..........................................................................................................12
C. MODEL PENELITIAN...........................................................................................................12
D. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN...............................................................................15
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA........................................................................................16
F. INSTRUMEN PENELITIAN..................................................................................................17
G. KRITERIA KEBERHASILAN TINDAKAN..........................................................................17
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN...................................................................................18
A. SUBJEK PENELITIAN..........................................................................................................18
B. DESKRIPSI PRA SIKLUS......................................................................................................18
C. DESKRIPSI SIKLUS SATU...................................................................................................21
D. PEMBAHASAN DARI SETIAP SIKLUS..............................................................................25
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...............................................................................................26
A. SIMPULAN.............................................................................................................................26
B. SARAN...................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................28

iii
iv

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam dunia pendidikan guru atau siswa pasti selalu mengharapkan agar
setiap proses belajar mengajar dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.
Guru mengharapkan agar siswa dapat memahami setiap materi yang diajarkan,
siswapun mengharapkan agar guru dapat menyampaikan atau menjelaskan pelajaran
dengan baik, sehingga memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Akan tetapi
harapan harapan itu tidak selalu dapat terwujud. Masih banyak siswa yang kurang
memahami penjelasan guru. Ada siswa yang nilainya selalu rendah, bahkan ada siswa
yang tidak bisa mengerjakan soal atau jika mengerjakan soalpun jawabannya asal–
asalan. Semua itu menunjukkan bahwa guru harus selalu mengadakan perbaikan
secara terus menerus dalam pembelajarannya, agar masalah-masalah kesulitan belajar
siswa dapat diatasi, sehingga hasil belajar siswa mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi perannannya di masa yang
akan datang. Pendidikan secara formal dapat berlangsung dalam hubungan guru dan
siswa yang dilakukan di lingkungan sekolah ataupun dapat dilakukan secara informal
di luar lingkungan sekolah seperti Bimbingan Belajar atau mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler yang diadakan sekolah diluar jam pelajaran sekolah. Dalam
pendidikan ada kegiatan mengajar yaitu kegiatan untuk membimbing anak semakin
baik. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, kegiatan mengajar hanya
bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa atau yang sering disebut
pembelajaran. Oleh karena itu penting sekali bagi guru memahami tentang proses
belajar murid, agar dapat memberikan bimbingan bagi murid-muridnya.
Menurut Hamalik (2014) Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal,
secara sistematis merencanakan bermacammacam lingkungan, yakni lingkungan
pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk
melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar,
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke arah
pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam
suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses
pembelajaran.

1
2

Hal tersebut menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyusun
dan merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Untuk
mewujudkan pendidikan yang berkualitas seperti dijelaskan di atas dalam bentuk
realitas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Perubahan paradigma pembelajaran
yang awalnya proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) berubah
menjadi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Guru
diharapkan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah tersebut agar tujuan
pendidikan nasional dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Secara umum,
sekolah dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap serta
memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup di
masyarakat. Tujuan tersebut dapat tercapai melalui pendidikan dan pengajaran dari
disiplin ilmu pengetahuan Alam (IPA).
Pembelajaran IPA yang berkembang saat ini khususnya di Sekolah Dasar
menuntut siswa agar menemukan masalah serta memecahkannya. Margunayasa
(2013) Dalam pembelajaran IPA guru dituntut untuk mengajak siswa memanfaatkan
alam sebagai sumber belajar. IPA memberikan banyak manfaat bagi siswa,
diantaranya siswa dapat mengenal lingkungan sekitar, mendapatkan pengalaman
langsung dengan melakukan berbagai percobaan yang terkait dengan lingkungan
hidup. IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari objek-objek alam semesta
beserta isinya. Dalam pembelajaran IPA siswa harus diberikan kesempatan untuk
mengalami dan menemukan sendiri tentang makna dari materi yang diajarkan dengan
berpikir kritis sehingga mudah dipahami siswa dalam mata pelajaran IPA. Oleh
karena itu, pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung. Pengembangan keterampilan proses sangat
menunjang dalam menggali pengetahuan siswa dari alam bebas. Dari keterampilan
proses ini dapat dikembangkan sikap ilmiah.
Kondisi yang saat ini terjadi, dalam proses pembelajaran IPA guru terlihat
lebih dominan menggunakan tehnik lama sehingga variasinya sangat kurang dan juga
minimnya penggunaan media pembelajaran. Guru juga kurang menggunakan model
pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif dan kurang termotivasi untuk belajar.
Demikian pula dengan sikap ingin tahu, tanggung jawab dan kerja sama dalam
mengerjakan tugas masih angat kurang karena kurangnya penggunaan metode, model
dan media pembelajaran yang bervariasi. Hal ini terlihat ketika siswa kelas V belajar

2
3

materi sifat-sifat cahaya dan proses melihat cahaya pada tanggal 7 November 2019
tanpa menggunakan model pembelajaran. Jadi guru kelas hanya menjelaskan materi
dengan ceramah sehingga banyak siswa yang kurang mengerti bahkan lebih memilih
untuk bermain sendiri.
Dari uraian di atas, maka perlu adanya perubahan dalam pembelajaran IPA.
Agar pembelajaran IPA dapat efektif dan kreatif maka guru harus bisa menentukan
suatu model, karena model adalah suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Semakin tepat model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
mengajar, diharapkan semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Salah
satu model yang cocok diterapkan pada pembelajaran IPA adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Example non Example. Model pembelajaran kooperatif tipe ini
merupakan salah satu metode kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan
pendekatan.
Dengan permasalahan yang sudah ada, maka peneliti tertarik untuk melakukan
tindakan berupa model kooperatif tipe example non example pada kelas V di SD
Amaliah.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Setelah kami mengevaluasi dan mengamati hasil belajar siswa, serta
mengingat kembali proses pembelajaran, maupun melihat catatan harian evaluasi pada
akhir pelajaran, ternyata hasil belajar siswa masih banyak masalah yang perlu
diperbaiki dan ditingkatkan. Masalah -masalah tersebut diantaranya yaitu:
1. Siswa membicarakan hal–hal di luar materi waktu berdiskusi.
2. Siswa kurang memerhatikan penjelasan guru
3. Siswa kurang memahami bahasa/ maksud kalimat soal.
4. Siswa kurang aktif dalam diskusi kelas
5. Siswa menjawab soal asal–asalan / tidak tahu
6. Kurangnya guru yang mengetahui bahwa variasi berupa model dan media itu
sangat penting bagi siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
7. Kurangnya guru yang menerapkan model kooperatif tipe Example non example
pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
4

C. PEMBATASAN MASALAH
Agar masalah yang diteliti lebih terarah pada hal-hal sekitar permasalahan dan
sasaran yang dibahas pada penelitian ini hanya terbatas pada kurangnya guru yang
mengetahui bahwa variasi berupa model sangat penting dalam pembelajaran dan
kurangnya guru yang menerapkan model kooperatif tipe Example non Example pada
mata pelajaran IPA.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hasil analisis yang mengungkap berbagai penyebab munculnya
masalah kekurang-berhasilan pembelajaran Tematiktersebut di atas, maka masalah
yang menjadi fokus pebaikan itu dapat dirumuskan sebagai berikut:
“ Apakah model kooperatif tipe Example non Example dapat meningkatkan hasil
belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam di kelas V?”
E. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Kegiatan penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menemukan kebenaran penggunaan model pembelajaran cooperative learning dapat
menjelaskan, motivasi, memusatkan perhatian, serta membantu meningkatan
pengetahuan dan pemahaman siswa.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
a. Meningkatkan perhatiandan keterlibatan siswa keles V dalam pembelajaran
Tematik melalui penggunaan media gambar yang berkaitan dengan materi.
b. Membangkitkan motivasi siswa sehingga proses belajar mengajar pada
pelajaran Tematik akan lebih bermakna dan bergairah
c. Memusatkan perhatian siswa pada materi yang sedang diajarkan.
d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama dalam kelompok dan
dapat menerima keragaman dalam kelompok.
e. Meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran Tematik.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru yaitu dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta
membangkitkan rasa percaya diri sehingga akan selalu bergairah dan bersemangat
untuk memperbaiki pembelajarannya secara terus menerus.
5

2. Bagi siswa yaitu dapat meningkatkan pemahaman dalam menyerap materi yang
dipelajari sehingga proses dan hasil belajar pun akan lebih meningkat pula.
3. Bagi sekolah yaitu bermanfaat untuk membantu sekolah dalam mengembangkan
dan menciptakan lembaga pendidikan yang berkualitas yang akan menjadi
percontohan atau model bagi sekolah – sekolah, disamping akan terlahir guru – guru
yang profesional berpengalaman dan menjadi kepercayaan orang tua masyarakat serta
pemerintah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DESEKRIPSI KONSEPTUAL VARIABEL PENELITIAN TINDAKAN
1. Pelajaran IPA
a. Pengertian IPA
Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di sekolah dasar
(SD). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang
sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan
dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi. Pembelajaran IPA
diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan dalam kehidupan sehari-
hari.
Surahman (jurnal kreatif tadulako onlie, vol 3, no 4) Dari segi istilah, IPA
atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti ilmu tentang pengetahuan alam. Pengetahuan
Alam itu sendiri sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta
dengan segala isinya. Menurut Hendro Darmodjo (seperti dikutip surahman, Jurnal
Kreatif tadulako online, vol 3, no 4) hakekat IPA yaitu: 1) proses dari upaya manusia
untuk memahami berbagai gejala alam. Artinya bahwa diperlukan suatu cara tertentu
yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan gejala alam yang satu
dengan gejala alam yang lain sehingga keseluruhannya membentuk sudut pandang
yang baru tentang obyek yang diamati, 2) produk dari upaya manusia untuk
memahami berbagai gejala alam. Artinya produk berupa prinsip-prinsip, teori-teori,
hukum-hukum, konsep-konsep maupun fakta-fakta yang kesemuanya itu ditujukan
untuk menjelaskan tentang berbagai gejala alam, dan 3) faktor yang dapat mengubah
sikap dan pandangan manusia terhadap alam semesta, dari sudut pandang mitologis
menjadi sudut pandang ilmiah.
b. Tujuan Pembelajaran IPA
Malichah Asy’ari (Seperti dikutip Surahman, Jurnal, vol 3, no 4) menyebutkan
tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagai berikut :
1) Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA, Teknologi dan
masyarakat

6
7

2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam


sekitar,memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang akan
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari tujuan pembelajaran IPA di atas, diharapkan para siswa dapat mengenal
amal dan dapat memanfaatkan kekayaan alam, tanpa merusak alam itu sendiri
sehingga tidak merugikan mahluk lain. Ini menuntut agar pembelajaran IPA
diharapkan dapat berlangsung dengan baik sehingga tujuan pembelajaran IPA dapat
tercapai.
c. Perlunya IPA diajarkan di sekolah dasar
Samatowa (2009: 4) IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu
diperpanjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung
kepada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar
teknologi. Sedangkan teknologi disebut-sebut sebagai tulang punggung
pembangunan. Suatu teknologi tidak akan berkembang pesat jika tidak didasari
pengetahuan dasar yang memadai. Sedangkan pengetahuan dasar untuk teknologi
adalah IPA.
IPA melatih anak berfikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya
pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan
objektif. Rasional artinya masuk akal dan logis, diterima oleh akal sehat. Objektif
artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan
pengalaman pengamatan melalui panca indera.
2. Pembelajaran Cooperative Learning
a. Pendekatan Belajar Kooperatif
Pendekatan belajar kooperatif sangat dikenal pada tahun 1990-an. Oxford
Dictonary (1992) mendefinisikan kooperasi (cooperative) sebagai “bersedia untuk
membantu” (to be of assistance or be willing to assist). Kooperatif juga berarti
bekerja sama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menurut Slavin
dalam (siregar dan Nara, 2010 : 114), belajar kooperatif dapat membantu siswa
dalam mendefinisikan struktur motivasi dan organisasi untuk menumbuhkan
kemitraan yang bersifat kolaboratif (collaborative partnership).
b. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan belajar kooperatif menganut lima prinsip utama yaitu sebagai berikut:
7
8

1) Saling ketergantungan positif: arti ketergantungan dalam hal ini adalah


keberhasilan kelompok merupakan hasil kerja keras seluruh anggotanya. Setiap
anggota berperan aktif dan mempunyai andil yang sama terhadap keberhasilan
kelompok.
2) Tangguang jawab perseorangan: tangguang jawab perseorangan muncul ketika
seorang anggota kelompok bertugas untuk menyajikan yang terbaik di hadapan
guru dan teman kelas lainnya. Anggota yang tidak bertugas, dapat melakukan
pengamatan terhadap situasi kelas, kemudian mencatat hasilnya agar dapat
didiskusikan dalam kelompoknya.
3) Interaksi tatap muka : bertatap muka merupakan satu kesempatan yang baik bagi
anggota kelompok untuk berinteraksi memecahkan masalah bersama, di
samping membahas materi pelajaran. Anggota dilatih untuk menjelaskan
masalah belajar masing-masing, juga diberi kesempatan untuk mengajarkan apa
yang dikuasainya kepada teman atau kelompok.
4) Komunikasi antar anggota: model belajar kooperatif juga menghendaki agar
para anggota dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum
menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara
berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan
para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapatnya. Setiap siswa memperoleh kesempatan berlatih
mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana pendapat
orang lain tanpa menyinggung perasaan orang tersebut.
5) Evaluasi proses secara kelompok : perlu dijadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama
mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN


Penelitian yang relevan merupakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
peneliti lain yang memiliki kesamaan atau hubungan dengan penelitian saat ini oleh
peneliti. Adapun tujuannya adalah sebagai bahan perbandingan serta masukan antara
penelitian satu dengan lainnya. Berikut ini penelitian atau karya ilmiah yang relevan
dengan penelitian ini:
1. Penelitian oleh, Dinayanti dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR
SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V
SDN 20 TOLITO” Dari hasil penelitian tersebut Pelaksanaan penelitian tindakan
kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa
kelas V SDN 20 Tolitoli, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata
9

pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya ketuntasan klasikal hasil
belajar IPA. Sebelum diberikan tindakan, ketuntasan belajar siswa adalah sebesar
56.5%. Setelah tindakan pada siklus I terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar
dengan prosentase sebesar 69.6%. Pada siklus II, terjadi lagi peningkatan ketuntasan
hasil belajar dengan mencapai prosentase sebesar 91.1% atau sebanyak 21 siswa dari
23 siswa.
2. Penelitian oleh, Ary Luhviati dengan judul “PENERAPAN MODEL COOPERATIVE
LEARNING PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS
IV DI SDIT ALAM HARAPAN UMMAT KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN PELAJARAN 2015/2016” Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan
model cooperative learning pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV di
SDIT Alam Harapan Ummat Purbalingga tahun pelajaran 2015/2016, bahwa dalam
penerapan model cooperative learning di sini guru sudah menerapkan langkah-
langkah model cooperative learning sesuai yang diharapkan. Langkah-langkah model
cooperative learning terdiri dari enam tahap yaitu : 1) Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa ; 2) Meyajikan informasi; 3) Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok kooperatif; 4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar; 5) Evaluasi
3. Penelitian oleh, Devi Kurniasih dengan judul “PENINGKATAN MIINAT DAN
HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR
SHARE”. pembahasan hasil penelitian dengan melalui model pembelajaran kooperatif
tipe TPS pada siswa kelas VII SMPN 1 Banguntapan dapat disimpulkan bahwa proses
pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dilakukan
dengan beberapa tahap antara lain: (1) Siswa dibentuk kelompok secara berpasangan,
(2) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa misalnya bagaimana cara
menanggulangi pencemaran air, udara dan tanah, (3) Siswa berpikir secara individu
untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh guru, (4) Siswa berdiskusi
bersama teman pasangannya, (5) Guru membagikan LKS tiap siklus sebagai bahan
diskusi siswa, (6) Siswa mempresentasikan hasil diskusi pertanyaan dari guru dan
hasil diskusi LKS. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
juga berhasil meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa kelas VII SMP N 1
Banguntapan.
10

C. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
Berdasarkan kerangka teori berfikir di atas maka dapat diajukan hipotesis :
“Model pembelajaran cooperative learnig type example non example dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada belajaran IPA”
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian ini dilaksanakan di SD Amaliah Ciawi, Kabupaten Bogor. Waktu
penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 sejak melakukan observasi awal,
penulisan proposal sampai pelaporan laporan penelitian.

B. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Amaliah Ciawi, Bogor.

C. MODEL PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
pada Model Kemmis & McTaggrat yang terdiri dari empat komponen, yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi
(reflecting).
Keterangan:

Siklus I:

Perencanaan (Planing)

Tindakan (Acting)

Pengamatan (Observing)

Refleksi (Reflecting)

Siklus II

Revisi perencanaan (Revised planning)

Tindakan (Acting)

Pengamatan (Observing)

12
13

Refleksi (Reflecting)
14

Berdasarkan gambar di atas, kegiatan dalam setiap siklus terdapat empat

komponen yang terdiri dari:

1. Planning (Perencanaan)
Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, dimana,
oleh siapa, dan bagaimana tersebut dilakukan Perencanaan dalam penelitian
ini meliputi:
a. Peneliti menentukan cara peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model kooperatif tipe Example non Example dalam
pembelajaran IPA.
b. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Peneliti menyiapkan lembar observasi mengenai aktivitas guru dan siswa
selama mengikuti pembelajaran.
2. Acting (Tindakan)
Tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu
menggunakan tindakan kelas. Guru harus ingat dan menaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan tetapi harus berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.
Pelaksana tindakan pada penelitian ini adalah guru kelas dan peneliti sebagai
pengamat.
3. Observing (Pengamatan)
Observasi (pengamatan) dilakukan oleh peneliti selama
pembelajaran IPA berlangsung dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pengamatan dalam proses kegiatan
pembelajaran menggunakan Model Kooperatif tipe Example non Example
dilakukan oleh peneliti. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengumpulkan
data-data yang akan diolah untuk menentukan tindakan yang akan
dilaksanakan peneliti selanjutnya.
4. Reflecting (refleksi)
Refleksi merupakan kegiatan untuk melihat berbagai kekurangan yang
dilaksanakan guru untuk selanjutnya mengenali hal-hal yang masih perlu
dilakukan pada siklus berikutnya.

14
15

D. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN


1. Pra Penelitian
Menyusun prangkat pembelajaran, terdiri dari:
a. RPP
b. Lembar Kerja Siswa
c. Menyiapkan Instrumen Pengumpulan Data
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk mengetahui permasalahan yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA Kelas V SD Amaliah Ciawi, dilakukan
observasi terhadap kegiatan pembelajaran melalui langkah-langkah yang akan
dapat ditentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V SD Amaliah dalam pembelajaran IPA materi Sifat-sifat cahaya
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif maka didapat refleksi awal.
Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan refleksi dalam setiap siklus. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini
dapat dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
1) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi dan
pencatatan arsip.
2) Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Kooperatif.
3) Membuat lembar observasi.
4) Menyusun dan mempersiapkan soal tes untuk siswa. Tes akan
diberikan pada setiap akhir pertemuan. Soal tes disusun oleh peneliti
dan guru kelas IV SD Amaliah Ciawi.
5) Mempersiapkan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan, dalam
hal ini menggunakan kamera untuk mendokumentasikan dalam bentuk
gambar dan vidio.
b. Tahap pelaksanaan tindakan’
Pada tahap ini guru menerapkan langkah-langkah yang ada dalam
perencanaan dan pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap
perubahan-perubahan. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai
kolabolator yang menerapkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
16

dalam kegiatan pembelajaran sedangkan guru bertindak sebagai observer yang


mengamati keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif. Penelitian ini
berlangsung dalam 1 siklus, siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 14
November 2019 dengan materi Keseimbangan Ekosistem.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Teknik pengumpulan data
Menurut (Sugiyono:2010) terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas
data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan
data. Kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data atau disebut dengan teknik pengumpulan
data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
a. Teknik Observasi
Digunakan untuk mengamati sikap siswa dan kegiatan guru dalam
kegiatan pembelajaran.
b. Teknik Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui daftar nama-nama
dan nomor absen siswa yang menjadi subjek penelitian serta mengetahui nilai
siswa sebelum dilakukan tindakan.
c. Teknik Tes
Digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar sesudah tindakan.
Adapun jenis tes yang digunakan adalah pilihan ganda dan uraian singkat.
Sedangkan sistem pemberian nilai adalah jawaban yang benar diberi skor satu
sedangkan jawaban yang salah diberi skor nol.
d. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul tidak akan bermakna tanpa analisis yakni diolah
diinterpretasikan. Oleh karena itu, pengolahan dan interpretasi data merupakan
langkah penting dalam PTK. Instrumen berupa tes digunakan untuk
mengetahui hasil belajar IPA peserta didik setelah proses belajar mengajar
yang akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan mencari rerata.
Sugiyono(2010) menyatakan “rata-rata didapat dengan menjumlahkan data
seluruh individu dalam kelompok kemudian dibagi dengan jumlah individu
yang ada pada kelompok tersebut”. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut :
17

Rata-rata kelas yang diperoleh pada tiap siklus dihitung selisihnya


untuk mengetahui peningkatan kemampuan karakter dan hasil belajar siswa.
Data hasil observasi yang menunjukkan keterlaksanaan model pembelajaran
kooperatif akan dianalisis secara dekriptif kualitatif yaitu dengan menjelaskan
hasil observasi melalui kata-kata. Data tersebut dibandingkan untuk
memperlihatkan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif yang diterapkan
pada saat pratindakan, siklus I.

F. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cepat dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam menentukan
sumber data, jenis metode pengmpulan data dan instrumen penelitian, peneliti sangat
perlu mempertimbangkan beberapa hal lain, seperti tenaga, waktu, dana, dan faktor-
faktor pendukung maupun penghambat.

G. KRITERIA KEBERHASILAN TINDAKAN


Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan
rata-rata kelas pada tiap siklusnya. Penetapan indikator pencapaian ini disesuaikan
dengan kondisi sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan
belajar bergantung pada guru kelas yang secara empiris tahu betul keadaan murid-
murid di kelasnya (sesuai dengan kurikulum 2013).
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. SUBJEK PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V Kelas Tahfidz SD
Amaliah kecamatan Ciawi kabupaten Bogor Jawa Barat. Mata pelajaran yang menjadi
subjek penelitian yaitu mata pelajaran Tematik kurikulum 2013 yang mengampu
pelajaran IPA dan SBdP bagian Tema 5 sub tema 3 tentang Keseimbangan Ekosistem
dengan menggunakan media gambar tentang ekosistem yang menarik.
Jumlah siswa kelas V Kelas Tahfidz SD Amaliah pada saat PTK ini
dilaksanakan yaitu sebanyak 7 orang, yang terdiri dari 3 orang siswa laki-laki dan 4
orang siswa perempuan. Tingkat kemampuan para siswa bervariasi ada yang kurang
ada yang sedang dan ada pula bebera di atas rata-rata. Dari data ulang Tematik pada
pelajaran IPA pada ulangan tengah semester lalu hampir semuanya nilai di atas KKM
walaupun ada beberapa siswa yang nilainya pas KKM.
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan dalam PTK
Tematik Tema 5 sub tema 3

No Hari/Tanggal Siklus Materi


1 Senin, 11 November 2019 Pra Pemberian soal pretes pada siswa
siklus
2 Rabu, 13 November 2019 Siklus I Keseimbangan Ekosistem
3 Jumat, 15 November 2019 Siklus I Pemberian Soal

B. DESKRIPSI PRA SIKLUS


Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas di kelas IV
Kelas Tahfidz SD Amaliah, adalah sebagai berikut :
1. Rencana
Tabel I
Mata pelajaran : Tematik tema 5
Materi Pokok : Keseimbangan ekosistem
Kelas/Semester : V/1
Hari/Tanggal : Kamis, 14 November 2019

18
19

Fokus Observasi : Pengambilan nilai pre tes


20

kemuncula
Komentar
No Aspek yang di amati n
Ya Tidak
1. Kegiatan Awal
Mengungkapkan Konsep Awal
Mengkondisikan Siswa
Menyapaikan Tujuan
Respon siswa
2. Kegiatan Inti
Pembagian kertas LKS soal Pre-tes
Membantu menjawab pertanyaan yang belum
difahami
3. Kegiatan akhir
Mengumpulkan lembar LKS dari siswa

2. Deskripsi Pra Siklus

Data awal diperoleh dari tes pra siklus yang dilaksanakan pada senin, 11

November 2019 yang diikuti oleh 7 siswa kelas tahfidz kelas V SD Amaliah Ciawi.

Perolehan tes hasil belajar Tematik pra siklus pada siswa dapat dilihat pada tabel.

Berikut disajikan tabel data pra siklus.

Tabel IV

Data Prasklus

Nilai
No Nama Siswa Keterangan
Pra Siklus
1. Dzurotul Fakhira 68 BT
2. M. Fakhri Ramadhani 60 BT
3. M. Fakhri Restu W 62 BT
4. Siti Fauziah M.W 74 T
5. Siti Sarah Adzkia 60 BT

20
21

6. Nabella Naya M 60 BT
7. Wildan Zaini Rahmat 64 BT
Jumlah Nilai 448
Rata-Rata Kelas 64
Keteranga : T = Tuntas, BT = Belum Tuntas

Tabel V

Presentase Ketuntasan pra siklus

No. Kriteria Jumlah anak %

1. Tuntas 1 14,28

2. Belum tuntas 6 85,71

Jumlah 100

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai ketuntasan siswa pada pra

siklus adalah 14,28% jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang tuntas yaitu

14,28%. Oleh karenanya dipandang perlu penelitian dilanjutkan ke Siklus pertama.

Diagram 4.1
22

0
tuntas tidak tuntas

Pada diagram di atas dapat disimpulkan bahwa angka ketuntasan siswa kelas
tahfidz kelas V SD Amaliah masih banyak yang belum tuntas.

C. DESKRIPSI SIKLUS SATU


1. Perencanaan
Tabel II
Mata Pelajaran : Tematik tema 5
Materi Pokok : Keseimbangan Ekosistem
Kelas/ Semester : V/ I
Hari/ Tanggal : Jumat, 15 November 2019
Fokus Observasi : Cooperative Learning

No Aspek yang Diamati Kemunculan Komentar


. Ya Tidak
1. Kegiatan awal
1.1 Mengungkapkan konsep awal
1.2 Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
melalui tanya jawab
1.3 Menyampaikan tujuan pembelajaran
1.4 Respon siswa
23

2. Kegiatan inti
2.1 Memotivasi dan membimbing siswa dalam kerja
kelompok
2.2 Keaktifan siswa dalam kegiatan pengamatan
2.3 Menanggapi pertanyaan siswa
2.4 Keaktifan dan kerja sama siswa dalam kelompok
2.5 Komunikasi dalam kelompok
2.6 Menggunakan alat peraga
2.7 Mempresentasikan hasil diskusi
2.8 Partisipasi siswa dalam menaggapi kelompok lain
2.9 Menanggapi hasil diskusi
3. Kegiatan akhir
3.1 Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
3.2 Membimbing siswa membuat kesimpulan
3.3 Mengadakan evaluasi

2. Pengamatan
Setelah melakukan penelitian dan perbaiakan pada pembelajran dengan menggunakan
penelitian tindakan kelas, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel III
Hasil pengamatan aktivitas siswa

No Nama Siswa Pra siklus Siklus I Keterangan


1. Dzurotul Fakhira B A
2. M. Fakhri Ramadhani C B
3. M. Fakhri Restu W B A
4. Siti Fauziah M.W B B
5. Siti Sarah Adzkia B B
6. Nabella Naya Maheswara B A
7. Wildan Zaini Rahmat B A
Keterangan : A = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, D = Kurang
Aktivitas siswa pada pra siklus belum maksimal, masih banyak siswa yang
mengandalkan orang lain dan banyak bertanya ketika menjawab soal. Bahkan ada
24

yang bekerja sama dalam menjawab soal. Tapi ada siswa yang percaya diri dalam
menjawab soal. Mengenai hasil dari post tes siswa dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Mulai pada sisklus I aktivitas siswa menunjukan peningkatan. Hampir semua


siswa aktif ketika belajar dan semangat serta antusias memeprhatikan. Begitupun
ketika menjawab soal evaluasi yang diberikan mereka sangat antusia dan percaya diri
dalam menjawab soal.
Dari hasil penelitian dan pengamatan aktivitas siswa dapat diketahui
kekurangan-kekurangan sekaligus kelebihan-kelebihan dari proses pembelajaran.
Nilai evaluasi siswa pada siklus I mendapat nilai rata-rata 89,42 atau taraf serap
penguasaan materi 89,42 %. Dari 7 siswa dapat dipastikan semuanya telah berhasil
memiliki nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Maka siklus I dinilai
sudah cukup untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan tidak perlu adanya
perbaiakan. Data dapat dilihat pada tabel VI dan tabel VII di bawah ini.

Tabel VII
Nilai Evaluasi Siswa

Nilai
No Nama Siswa Keterangan
Siklus I
1. Dzurotul Fakhira 96 T
2. M. Fakhri Ramadhani 74 T
3. M. Fakhri Restu W 96 T
4. Siti Fauziah M.W 92 T
5. Siti Sarah Adzkia 82 T
6. Nabella Naya M 92 T
7. Wildan Zaini Rahmat 94 T
Jumlah Nilai 626 T
Rata-Rata Kelas 89,42 T

Tabel VIII
Data Siklus 1
25

No. Kriteria Jumlah anak %

1. Tuntas 7 100

2. Belum tuntas 0 0

Jumlah 7 100

0
tuntas belum tuntas

Pada diagram di atas dapat disimpulkan bahwa nilai ketuntasan siswa kelas
tahfidz kelas V SD Amaliah memilki perkembangan yang sangat pesat. Yang mana
keseluruhan siswa dapat meraih nilai di atas KKM
3. Refleksi
Pada pra siklus dapat diketauhi sejauh mana kemampuan dan pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru dikelas serta sejauh mana
keberhasilan peroses pembelajaran di kelas. Melalui adanya pre tes untuk menguji
pemahan siswa sebelum diberikan tindakan oleh peneliti, dari hasil yang didapat
bahwa kektuntasan belajaran siswa masih banyak yang mendapat nilai di bawak KKM
dengan presentase 64%, artinya mash ada 3 siswa yang memiliki nilai di bawah
KKM.
Pada siklus I penggunaan media dan metode pembelajaran yang tepat dengan
materi yang disampaikan dengan menarik pada siswa. Terbukti dapat meningkatkan
minat serta antusias siswa dalam pembelajaran. Sehingga berpengaruh pada hasil
eveluasi yang berikan. Dengan mendapat nila rata-rata kelas 89,42 maka apresentasi
26

keberhasil nya adalah 89,42 % sehingga dapat disimpulkan bahwa semua siswa
berhasil memperoleh nilai di atas KKM.

D. PEMBAHASAN DARI SETIAP SIKLUS


1. Pra Siklus
Hasil belajar pada tahap ini yang masih di bawah target menunjukan proses
pembelajaran yang kurang aktif dan penyampaian materi yang kurang optimal.
Sehingga diperlukannya tindakan perbaiakan pada proses pembelajaran yang
diberikan di dalam kelas pada siswa
2. Siklus I
Hasil belajar pada siklus I menunjukan kemajuan. Pengguanaan media dan
metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi dan karakteristik siswa
yang dipilih setelah melakukan pengamatan mampu meningkatkan antusias siswa dan
minat siswa pada kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat diketahui memalui hasil
evaluasi yang dilakukan pada akhir pembelajaran dengan hasil yang mengarah pada
adanya peningkatan pemahaman siswa pada materi dan juga nilai diraih berada di atas
KKM yang ditentukan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V SD Amaliah Ciawi melalui Pembelajaran
IPA Kooperatif tipe Example non Example mengalami peningkatan. Pembelajaran
siklus I , guru menggunakan masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi
untuk memulai pembelajaran, siswa menggunakan mengamati jaring-jaring
makanan yang diberikan oleh guru, mendiskusikan hasil diskusi, dan menemukan
konsep berdasarkan hasil diskusi kemudia memperkenalkan prosedur baru untuk
menyelesaikan masalah menggunakan rumu dan dalam pengerjaannya mengaitkan
konsep lain dalam IPA yang berhubungan dengan materi. Jadi sebelum siswa
langsung mendapatkan istilah-iastiah yang belum diketahui dan berhubungan
dengan materi yang sudah terlibat langsung dengan materi. Siswa melakukan
pengaatan diskusi kelompok dalam menemukan konsep sehingga selain membuat
siswa lebih aktif maka apa yang dipelajari akan bertahan lama pada ingatan siswa.
Peningkatan sikap siswa tersebut sejalan dengan peningkatan hasil tes yang
diperoleh. Hasil belajar mengalami peningkatan 54,55% yaitu hasil pre-test
sebesar 14,28% dari 7 siswa menjadi 100%. Persentasi keberhasilannya sudah
mencapai ≥75% sehingga siklus ini dihentikan. Berdasarkan hasil observasi sikap
siswa siklus I, dilihat dari beberapa aspek sikap siswa yang terdiri dari: 1) siswa
telah berusaha mengerjakan permasalahan IPA dengan pendapatnya sendiri; 2)
siswa berusaha menyelesaikan permasalahan IPA sesuai langkah-langkah yang
telah dipelajari; 3) siswa berusaha untuk bertanya apabila ada yang belum
dimengerti dalam pembelajaran IPA dan 4) siswa berusaha mengaitkan antara
konsep IPA dengan kehidupan sehari-hari diperoleh hasil rata-rata sikap siswa
pada mata pelajaran IPA mencapai 100% (dari 7 siswa). Berdasarkan hasil
tersebut maka sikap siswa telah dikatakan meningkat dan mencapai indikator
keberhasilan yaitu 75% dari 7 siswa telah menunjukkan sikap berusaha untuk
berpikir berdasakan lembar observasi yang telah dibuat.

27
28

B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mempunyai beberapa
saran sebagai berikut.
1. Bagi guru IPA SD Amaliah Ciawi, sebaiknya menggunakan metode
Pembelajaran IPA Kooperatif pada pembelajaran IPA selanjutnya.
2. Bagi kepala sekolah, menghimbau kepada guru untuk menggunakan metode
Pembelajaran IPA Kooperatif sebagai variasi metode pembelajaran IPA.
DAFTAR PUSTAKA

Dinayanati. PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL


COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT
DIVISIONS (STAD) PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 20
TOLITOLI. Jurnal Kreatif Tadulako online. Vol. 4 No 9. Hal. 186
Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Karwono, Heni Mularsih. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Depok: PT Raja

Grafindo Persada
Kurniasih, Devi.2015. PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE. Natural Jurnal

Ilmiah Pendidikan IPA, VOL. 5 No 1 bulan maret 2015. Diaskses pada hari
senin tanggal 16 desember 2019 pukul 13.00.
Luhviati, Ary. PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA
PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV DI SDIT ALAM
HARAPAN UMMAT KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN
2015/2016. Skripsi : IAIN Purwekerto. Diaskses pada hari senin tanggal 16
desember 2019 pukul 13.00.
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Indeks
Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor :

Ghaliya Indonesia
Surahman dkk. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPA POKOK BAHASAN MAKHLUK HIDUP DAN PROSES
KEHIDUPAN MELALUI MEDIA. GAMBAR KONTEKSTUAL PADA SISWA
KELAS II SD ALKHAIRAAT TOWERS. Jurnal Kreatif Todolaku Online vol. 3 No.
4 hal. 91. Diaskses pada 16 Desember 2019 pukul 13.00 WIB

29

Anda mungkin juga menyukai