Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PROFESI KEPENDIDIKAN
“Membimbing Keberhasilan Peserta Didik”

DISUSUN OLEH:
 Kirana Azzahra_210902500014
 Leini Marselina_210902500013
 Lutfiah_210902502025
 Sri Wahyuni_210902500015
 Al-Lya Nurwulan_210902500020
 Isnayanti_210902500016
 Khaerun Nisa_210902502024
 Andi Riatmi Elfiana Safitri_210902502021

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI (S1)


KELAS B

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa karena dengan berkat Rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah “Profesi Kependidikan”. Pembahasan
materi pada makalah ini yakni Membimbing Keberhasilan Peserta
Didik”. Materi ini memaparkan berbagai hal mengenai Profesi
Kependidikan. Terutama dalam pembahasan makalah ini dibahas
mengenai bagaimana cara seorang pendidik membimbing
keberhasilan peserta didiknya.

Dalam Penulisan ini kami menyampaikan ucapan


terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami baik langsung maupun tidak langsung, sehingga
makalah ini bisa tersusun dan dapat dipergunakan oleh mahasiswa
dan pihak-pihak yang membutuhkannya

Makassar, 08 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang/Deskripsi Singkat................................................................1

B. Relevansi.......................................................................................................2

C. Indikator........................................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................4

A. Hakikat Seorang Guru Sebagai Pembimbing Peserta Didik.........................4

B. Membimbing Peserta Didik Yang Lambat Belajar.......................................6

C. Membimbing Peserta Didik Yang Cerdas Di Atas Normal..........................9

D. Individualisme Pembelajaran......................................................................13

BAB III..................................................................................................................14

PENUTUP..............................................................................................................14

A. Kesimpulan.................................................................................................14

SOAL LATIHAN..................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI......................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang/Deskripsi Singkat


Dalam paradigma baru, guru adalah individu yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan siswa dengan mengupayakan perkembangan seluruh
potensi baik kognitif, afektif dan psikomotorik, oleh sebab itu guru dipandang
sebagai faktor kunci keberhasilan siswa, karena ia berinteraksi secara langsung
dengan siswa dalam proses belajar.
Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah peserta didik
secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan.
Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan, pertama harus ada dorongan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut. Dengan kata lain untuk dapat melaksanakan
sesuatu harus ada motivasi. Begitu juga keadaannya dalam proses mengajar atau
pendidikan, peserta didik harus mempunyai motivasi untuk mengikuti kegiatan
belajar atau pendidikan yang sedang berlangsung. Hanya apabila mempunyai
motivasi yang kuat, peserta didikakan menunjukkan minatnya, aktivitasnya dan
partisipasinya dalam mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang
dilaksanakan.
Keberhasilan belajar siswa akan lebih memadai, apabila guru menerapkan
peran bimbingan dalam belajar mengajar, yang berupa upaya fasilitatif bagi
perkembangan kepribadian siswanya, serta upaya bimbingan lain untuk
membimbing siswa menentukan tujuan yang hendak dicapainya, membimbing
siswa dalam menilai keberhasilannya dalam mencapai tujuan.
Khusus dalam rangka pendidikan guru, penerapan peran bimbingan oleh
guru itu perlu ditonjolkan karena siswa perlu menghayati secara wajar manfaat
bimbingan dalam proses belajar mengajar itu. Dengan demikian, setiap guru
seyogyanya bekerjasama dengan petugas bimbingan lainnya untuk menyediakan
diri membantu siswa secara individual, dalam mengambil tanggungjawabnya
guna mengembangkan dirinya sendiri.
Untuk membuat pelajaran lebih mudah merupakan hal yang telah banyak
dilakukan oleh para pendidik. Dari siswa para pendidik telah menyadari bahwa
proses belajar banyak dipengaruhi oleh apa yang telah diketahui oleh siswa
sebelumnya, atau yang lebih dikenal dengan pengetahuan awal (prior knowledge).
Proses pendidikan di kelas berusaha untuk menjadi jembatan yang dapat
menghubungkan materi sekarang dengan materi yang lalu. Sehingga kemampuan
awal akan manjadi prasyarat untuk dapat mempelajari materi pokok selanjutnya.
Pada sisi lain ada upaya untuk menjadikan pelajaran menjadi rangkaian langkah
yang lebih sederhana yang dapat dipelajari oleh siswa, pendidik selalu berusaha
menjadikan siswa sadar akan belajar mereka sendiri. Dalam dunia pendidikan
tentu saja tidak terlepas dari faktor belajar. Belajar adalah masalah setiap orang
karena kecakapan, pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, kegemaran dan sikap
manusia terbentuk dan berkembang karena belajar. Belajar dapat terjadi di
lingkungan keluarga, masyarakat dan lembaga formal, akan tetapi tidak semua
siswa mempunyai kesadaran untuk belajar.

B. Relevansi
Adapun yang menjadi relevansi dari penulisan makalah ini adalah:
 Kita diharapkan dapat mengetahui hakikat seorang guru sebagai pembimbing
peserta didik.
 Kita dapat mengetahui usaha- usaha yang harus ditempuh oleh seorang guru
untuk membimbing keberhasilan peserta didik yang lambat belajar.
 Kita dapat mengetahui langkah- langkah apa saja yang ditempuh oleh seorang
guru untuk membimbing keberhasilan peserta didik yang memiliki kecerdasan
di atas normal.
 Mengetahui gambaran invidualisme pembelajaran
C. Indikator
Indikator makalah “Membimbing Keberhasilan Peserta Didik yaitu:
 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang hakikat seorang guru sebagai
pembimbing peserta didik.
 Mahasiswa mampu memahami bagaimana cara membimbing peserta didik
yang lambat belajar.
 Mahasiswa mampu memberikan penjelasan materi mengenai cara
membimbing peserta didik yang cerdas diatas normal.
 Mahasiswa mampu menganalisis materi mengenai Individualisme dalam
pembelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Seorang Guru Sebagai Pembimbing Peserta Didik


Kompetensi yang diperoleh seorang calon guru yang telah menempuh
pendidikan di perguruan tinggi. Calon guru tersebut ditempa dengan ilmu
pengetahuan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Selama empat tahun, calon
guru tersebut berusaha memahami dan menjiwai bekal yang diberikan dosennya.
Ketika pendidikan guru akan selesai, calon guru harus menunjukkan kompetensi
mengajar di kelas dan menulis karya ilmiah berupa skripsi. Setelah itu, barulah
status sebagai guru telah disandangnya. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa
untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah. Beberapa proses harus dilalui.
Ketika menyandang status sebagai guru, kualitasnya telah dijamin oleh perguruan
tinggi. Barulah dalam perjalanan selanjutnya, ketika berhadapan dengan para
siswa dengan berbagai karakter, potensi, dan kecerdasan, guru memang harus
membuka cakrawala wawasannya lebih luas. Perpaduan bekal sebagai guru dari
perguruan tinggi dan adaptasi terhadap kenyataan yang dihadapinya dalam proses
pembelajaran, harus dilakukan guru. Siswa adalah manusia yang memunyai aspek
kognitif, sosial, emosi, spiritual, dan lainnya, tidak dapat diperlakukan sama oleh
guru. Bagaimana guru bisa mengupayakan terjadi transformasi ilmu kepada para
siswanya dengan mudah. Hal itu berarti guru dituntut untuk aktif dan dinamis,
dengan menambah kualitas kompetensinya. Beberapa cara dapat ditempuh,
misalnya dengan menambah referensi membaca dan mengajar, melanjutkan
pendidikan strata selanjutnya ke perguruan tinggi, memunyai kelompok guru mata
pelajaran untuk selalu bertukar informasi dan pengetahuan, dan masih banyak
yang lain.
Keberhasilan siswa dalam kehidupannya juga sebenarnya tidak lepas dari
peran seorang guru. Pengamat pendidikan mengatakan bahwa keberhasilan
pendidikan dapat dilihat dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan datang.
Sekarang cobalah lihat bagaimana karakter masyarakat Indonesia saat ini. Moral
dan pandangan hidup masyarakat Indonesia tidak lebih baik. Banyak terjadi
korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam berbagai aspek kehidupan. Kalau
menggunakan pandangan ahli tentang keberhasilan pendidikan, bisa kita lihat ,
bagaimana pendidikan sepuluh tahun yang lalu dari berbagai jenjang pendidikan
di Indonesia. Guru sebagai pelaku pendidikan di sekolah, melakukan tugasnya
berdasarkan pedoman kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Jadi, dalam hal ini
pemerintah memang memunyai peran dalam pendidikan. Guru sebagai pelaku
tunggal pengajar di kelas, memang pemegang tanggung jawab tunggal terhadap
keberhasilannya membimbing anak-anak didik. Bila anak-anak tidak berhasil,
gurulah yang bersalah. Kesalahan guru dapat meliputi ketika mengajar di kelas
tidak ada persiapan (guru tidak membuat perangkat mengajar), tidak menguasai
materi pelajaran yang akan disampaikan, tidak tepat dalam menggunakan metode
dan strategi pembelajaran di kelas, membuat soal-soal evaluasi yang tidak sesuai
atau tidak berdasar kisi-kisi soal, tidak menggunakan media pembelajaran yang
sesuai, dan sebagainya. Kesalahan guru tersebut bila berlangsung rutin (setiap
mengajar di kelas), dapat dibayangkan dampaknya pada anak-anak didik.
Kompetensi siswa tidak akan terbentuk dengan baik sehingga akan memengaruhi
dalam kehidupannya seumur hidup. Kalau berkaitan dengan kegagalan dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa akan tidak terampil menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Ketika siswa tersebut nantinya berprofesi sebagai
psikiater, ia akan bermasalah saat menyimak keluhan pasien. Lain lagi saat
profesinya sebagai pengacara, ia akan bermasalah dalam hal berkomunikasi lisan.
Saat berprofesi sebagai dosen, siswa tersebut akan mengalami masalah ketika
harus membaca buku dan menulis karya ilmiah. Dengan demikian dapat
disimpulkan, guru ikut menentukan keberhasilan siswa.
Keberhasilan pembelajaran di kelas, tidak lepas dari pemahaman guru
terhadap karakter anak-anak didik. Guru secara ikhlas dapat memberikan motivasi
kepada anak-anak didik yang membutuhkannya, yang terkadang tidak
diperolehnya dari orang tua maupun lingkungan keluarganya. Pahamilah
kecerdasan mereka! Pahamilah kecenderungan otak kanan dan otak kirinya!
Pahamilah juga jenis modalitas belajar mereka, apakah visual, audio, atau
kinestetik? Dari ketiga hal tersebut, guru dengan cerdas dapat menentukan strategi
dan metode pembelajaran yang sesuai dengan jenis kecerdasan, kecenderungan
otak kanan dan kirinya, serta modalitas belajar para siswa. Guru yang baik akan
melakukan hal-hal yang terbaik untuk anak-anak didiknya. Janganlah menjunjung
subjektivitas diri terhadap karakter dan kemampuan siswa. Ukurlah siswa
berdasarkan takarannya.
Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam
membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam
membimbing peserta didik dalam pembelajaran.

B. Membimbing Peserta Didik Yang Lambat Belajar


Slow learning (lambat belajar), merupakan salah satu bentuk kesulitan
belajar. Peserta didik yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari, dan mengalami
kesulitan dalam memahami is pembelajaran serta sulit membentuk kompetensi,
dan mencapai pembelajaran yang diharapkan. Kelambanan perkembangan ini
disebabkan oleh tingkat kecerdasan atau IQ di bawah rata-rata umum atau di
bawah normal. Siswa yang slow leaner juga sering mengalami kelambanan dalam
pertumbuhan jasmaninya.
Tingkat IQ seorang anak
130 keatas Pandai sekali (genius)
110 – 129 Pandai
90 – 109 Rata-rata atau normal
70 – 89 Kurang pandai
50 – 69 Lemah ingatan
30 – 49 Debiel
Kurang dari 30 Imbeciel –ideot
Anak-anak yang digolongkan lambat belajar (slow leaner) adalah mereka yang
memiliki IQ antara 70 sampai dengan 90, yakni yang termasuk klasifikasi kurang
pandai.

Ciri-ciri peserta didik lambat belajar :


a. Lamban
Peserta didik kelompok lambat belajar lamban dalam menerima dan
mengolah pembelajaran, lamban dalam bekerja, lamban dalam memahami
isi bacaan, serta lamban dalam menganalisis, dan memecahkan masalah.
b. Kurang mampu
Peserta didik yang lamban kurang mampu berkonsentrasi , berkomunikasi
dengan orang lain, mengemukakan pendapat, serta kurang kreatif, dan
mudah lupa.
c. Tidak berprestasi
Peserta didik lambat belajar prestasi akademisnya rendah dan hasil
kerjanya tidak memuaskan.
d. Motoriknya lamban
Peserta didik lambat belajar pada umumnya lamban dalam belajar
berjalan, terlambat dalam belajar berbicara serta gerakan- gerakan ototnya
kendor dan tidak lincah.
e. Perilaku negatif.
Peserta didik kelompok lambat belajar sering melakukan perilaku kurang
baik, kebiasaan jelek dan tidak produktif.

Ø Memahami latar belakang peserta didik lambat belajar


Untuk memberikan bantuan dan bimbingan secara tepat, dan berhasil
kepada peserta didik yang lambat belajar, perlu dipahami berbagai hal yang
melatarbelakangi,dengan usaha antara lain :
a. Studi dokumentasi, mempelajari catatan-catatan pribadi, melalui :
- Buku catatan pribadi
- Dokumen perkembangan pribadi
- Catatan kesehatan

b. Mengumpulkan data baru sebagai pelengkap.


Dalam rangka memahami dan mengenal latar belakang peserta didik, sebagai
upaya melengkapi informasi yang sudah ada, perlu ditempuh cara lain di samping
mempelajari data pribadi peserta didik. Cara lain ini dapat dilakukan melalui
kegiatan sebagai berikut :
 Home visit (kunjungan rumah)
Guru melakukan kunjungan ke rumah orang tua peserta didik untuk
memahami situasi dan kondisi keluarga serta lingkungannya.
 Tes psikologi, untuk memahami kemampuan fisiknya
 Wawancara dengan orang tua dan temannya
Observasi terhadap kegiatan peserta didik pada waktuu bermain atau
bekerja melakukan tugas kelompok untuk memahami hubungan sosial
dengan teman- temannya.

Dari berbagai usaha yang dilakukan di atas akan diperoleh data yang dapat
menggambarkan latar belakang peserta didik. Perlu disadari bahwa tidak semua
data yang diperoleh relevan dengan masalah, sehingga perlu dilakukan seleksi
data. Seleksi data ini perlu dilakukan untuk memilah dan memilih data yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan dipecahkan, dengan data yang
kurang atau tidak menunjang atau tidak berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
Adapun usaha- usaha yang dilakukan untuk membimbing peserta didik
yang lambat belajar adalah;
a) Pemberian informasi tentang cara- cara belajar yang efektif, baik cara
belajar di sekolah maupun di rumah
b) Bantuan penempatan (placement), yakni penempatan peserta didik dalam
kelompok-kelompok kegiatan sesuai seperti kelompok belajar, kelompok
diskusi, dan kelompok kerja. Bantuan penempatan ini dapat pula berfungsi
sebagai perbaikan terhadap masalah dan kesulitan yang dialami peserta
didik.
c) Mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi,
mendiskusikan kesulitan-kesulitan peserta didik serta mencari cara-cara
pemecahannya, terutama berkaitan dengan cara memberikan dorongan
agar peserta didik giat belajar, dan cara-cara melayani atau
memperlakukan peserta didik di rumah.
d) Memberikan pembelajaran remidi (remidial teaching), yaitu mengadakan
pembelajaran kembali secara khusus bagi peserta didik yang lamban untuk
mengajarkan ketinggalan dari kawan-kawannya.
e) Memberikan pembelajaran yang konkrit dan aktual
f) Memberian layanan konseling bagi peserta didik yang menghadapai
kesulitan-kesulitan emosional, serta hambatan lain sesuai latar belakang
masing-masing.
g) Memberikan perhatian khusus kepada peserta didik yang lamban, dan
berusaha membangkitkan motivasi dan kreativitas belajarnya misalnya
dengan melalui hadiah dan pujian.

C. Membimbing Peserta Didik Yang Cerdas Di Atas Normal


Peserta didik yang tergolong cerdas adalah mereka yang memiliki IQ di
atas normal. Sistem pendidikan di Indonesia telah menyentuh anak-anak yang luar
biasa melalui sekolah-sekolah luar biasa atau sekolah khusus. Namun demikian,
sampai saat ini perhatian untuk menyelenggarakan pendidikan khusus kepada
anak luar biasa masih terbatas pada anak luar biasa di bawah normal.
Peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas normal terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
 Kelompok pandai sekali, dengan 1Q 130 ke atas
 Kelompok pandai dengan IQ 110- 130

Dua kelompok ini dapat dikatakan luar biasa di atas normal dengan sifat- sifat
sebagai berikut:
1. Belajar berjalan dan bicara lebih awal dan cepat menguasai kosa kata
dalam jumlah yang banyak.
2. Pertumbuhan jasmani lebih baik, otot-otot kuat, motoriknya gesit (lincah),
dan energik.
3. Haus akan ilmu pengetahuan, dan menyukai serta sering mengikuti
berbagai perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
4. Mampu secara tepat menarik suatu generalisasi, dapat mengenal hubungan
antara fakta yang satu dengan fakta yang lain.
5. Cepat dalam menerima, mengolah, memahami dan menguasai
pembelajaran, prestasinya baik sekali dalam seluruh bidang studi.
6. Memiliki rasa ingin tahu (natural curiousity) yang tinggi.
7. Cepat dan tepat dalam bertindak
8. Kurang sabar mengikuti hal- hal rutin dan monoton
9. Cenderung tidak memiliki gangguan nervus (mudah bingung)
10. Daya imajinasinya tinggi dan mampu berfikir abstrak
11. Cepat dalam bekerja dan menyelesaikan tugas sehingga banyak memiliki
waktu luang.

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam membimbing


peserta didik yang cerdas di atas normal, yaitu:
1) Perlu diupayakan untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik
agar memperoleh perkembangan yang optimal, sehingga dapat dicapai
kebahagiaan.
2) Bimbingan yang diberikan harus sesuai dengan ciri-ciri khusus serta
kebutuhan peserta didik yang cepat belajar.
3) Setiap sekolah harus diatur sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana
yang aman dan nyaman, dan memungkinkan peserta didik cepat belajar
mengembangkan seluruh aspek pribadinya.
4) Memberikan bimbingan jangan semata-mata menekankan pada
perkembangan aspek intelektualnya saja, tetapi perlu dikembangkan aspek
lain seperti sikap, nilai, mental, moral, emosional, sosial, spiritual dan
tanggung jawab.
5) Perlu dikurangi kegagalan dan pemborosan sejauh mungkin dengan jalan
mendayagunakan seluruh bakat dan kecerdasan serta krestivitas peserta
didik.

Masalah- masalah yang sering dihadapi peserta didik cepat belajar atau
cerdas di atas normal pada umumnya bersumber dari kondisi- kondisi sebagai
berikut:
a. Kurang atau tidak adanya pengertian dari pihak pendidik (guru, orang tua,
kepala sekolah, konselor), mereka tidak mengerti bagaimana
memperlakukan peserta didik yang cerdas.
b. Kurang adanya perhatian dari pihak pendidik. Perhatian pendidik umunya
ditujukan kepada peserta didik yang normal, dan peserta didik yang lambat
belajar.
c. Anggapan yang keliru dari pendidik bahwa peserta didik yang cerdas akan
mampu atau bisa memelihara, menjaga, dan mengembangkan dirinya
sendiri tanpa bombingan orang lain.
d. Kurang tanggap guru terhadap perilaku peserta didik yang cerdas, bahkan
sering dianggap mengganggu pembelajaran, atua mencemoohkan guru.
Misalnya mengajukan pertanyaan yang di luar kemempuan guru untuk
menjawabnya.

Peserta didik yang tergolong cerdas di atas normal tidak berbeda dengan
teman lain, dalam arti sebenarnya mereka juga memerlukan perhatian, perhargaan
dan kasih sayang, karena hal tersebut merupakan sebagian dari kebutuhan pokok
(basic needs). Namun demikian, dalam kenyataan apa yang dilakukan oleh
pendidik baik orang tua maupun guru kurang sekali perhatian kepada mereka. Hal
ini disebabkan oleh ketidakmengertian guru dan orang tua tentang cara
memperlakukan anak serta adanya anggapan yang keliru seperti disebutkan di
atas. Jika peserta didik cerdas tidak diperhatiakn oleh pendidik, maka akan timbul
beberapa reaksi sebagai berikut:
1. Melarikan diri, pendiam, bersifat introvert, reaksi negatif (withdraw)
2. Mencari perhatian (making attention). Dalam usaha untuk mencari
perhatian dari pendidik setelah selesai mengerjakan tugas, maka
adakalanya ditempuh dengan berteriak-teriak di kelas, membuat gaduh,
menggoda teman, meledek guru, suka mondar-mandir .
3. Berpura-pura bodoh. Hal ini dilakukan untuk menghindari disuruh
mengajar teman-temannya.

Adapun usaha- usaha yang dilakukan untuk membimbing peserta didik


yang memiliki kecerdasan di atas normal, yaitu:
a. Usaha percepatan (akselerasi), memberikan pembelajaran dengan sistem
modul, memberikan kesempatan kepada siswa cepat belajar
menyelesaikan modul sebanyak-banyaknya, tanpa menunggu kawan yang
lain. Atau memberikan naik kelas meloncat.
b. Menyediakan sekolah khusus yang menampung anak-anak cerdas atau
berkualitas tinggi, sehingga mereka akan mendapatkan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya.
c. Jika terpaksa terpaksa anak harus terintegrasi dengan anak-anak normal,
maka kepadanya perlu diberi kesempatan untuk memperdalam, dan
memperkaya pengetahuannya.
d. Menyalurkan kemampuan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan
ilmiah,mengikut sertakan dalam lomba karya ilmiah dengan demikian
kelebihan energi yang dimiliki oleh peserta didik yang cerdas di atas
normal dapat disalurkan dan akan bermanfaat.
e. Melibatkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengikuti aktivitas-aktivitas organisasi dan sosial.
f. Untuk mengurangi rasa superior (harga diri berlebih), sebaiknya guru
dalam memberikan tugas dilakukan secara proporsional.
g. Pada saat tertentu guru hendaknya memberikan reinforcement pada peserta
didik yang cerdas, hai ini dilakukan untuk meningkatkan semangat atau
motivasi untuk lebih berprestasi lagi.

D. Individualisme Pembelajaran
Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, kreatif dan
menyenangkan, hendaknya pembelajaran tidak terbatas pada pembelajaran yang
klasikal saja atau pembelajaran massal, apalagi terbatas pada empat dinding kelas,
tetapi perlu diupayakan pembelajaran yang mengarah kepada pengajaran
individual. Sehubungan dengan itu, guru perlu melakukan upaya-upaya untuk
melakukan individualisasi pembelajaran. Individualisasi pembelajaran
dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran yang dapat melayani perbedaan
peserta didik dan sesuai dengan kemampuan, tempo belajar, minat, dan nafsu
belajar masing-masing.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang guru harus mempunyai kesiapan saat berhadapan dengan peserta
didik. Karena peserta didik yang berada di depan kita ternyata memiliki berbagai
macam perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru adalah dari
tingkat IQ anak yang berbeda-beda, dari yang tertinggi sampai terendah. Hal ini
sangat mempengaruhi keberhasilan seorang guru dalam membimbing peserta
didik saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain hal itu guru juga diharapkan mampu membimbing peserta didik
agar berhasil dalam pencapaian belajarnya, dengan menggunakan berbagai macam
cara yang telah disiapkan seorang guru, serta dengan melihat situasi yang ada di
sekolah, sehingga mampu menggunakan sebuah metode yang cocok untuk kondisi
yang ada di dalam kelas.
Yang lebih diutamakan dari seorang guru adalah sebuah kesabaran yang
tinggi, dalam melaksanakan tugas mulianya, dan diharapkan bertanggung jawab
terhadap ilmu yang telah disampaikan kepada peserta didik, serta dapat
melaksanakan amanat dengan sebaik-baiknya.
Selain itu membimbing keberhasilan peserta didik dapat dilakukan
dengan:
1) Keberhasilan Pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam
membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru
dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran.
2) Untuk membimbing peserta didik yang lambat belajar, guru dan
pembimbing dituntut kesabarannya, karena ciri-ciri, sifat dan perilakunya
selalu lambat. Untuk membimbing peserta didik yang lamban ini, guru
harus mengetahui latar belakang dari peserta didik itu sendiri, misalnya
mengumpulkan dokumen atau catatan-catatan tentang pribadi anak didik,
mengunjungi rumahnya dan mewawancarai orang tua atau teman
sebayanya untuk mengetahui atau memahami latar belakang dari peserta
didik. Disamping itu, guru dapat melakukan tes psikologi terhadap anak
tersebut untuk memahami kemampuan psikisnya. Dengan demikian guru
dapat mengetahui latar belakang atau kondisi yang terjadi pada peserta
didik
3) Membimbing peserta didik yang cerdas di atas normal. Perlu diketahui
oleh pendidik, bahwa membimbing bukan hanya dilakukan kepada peserta
didik yang lambat belajar, tetapi juga pada peserta didik yang cerdas di
atas normal atau memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Karena kalau
mereka tidak di bimbing, potensi yang mereka miliki atau kemampuan
inteligensi yang mereka miliki tidak bisa berkembang. Hal ini harus
dihindari oleh pendidik guna mencegah pengaruh negatif pada peserta
didik.
4) Kebanyakan di Indonesia selama ini penyelenggaraan pendidikan yang
dilaksanakan bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi pada kuantitas.
Sehingga kelemahan yang tampak adalah belum terakomodasinya
kebutuhan individual siswa di luar kelompok siswa normal. Untuk itu
diperlukan individualisasi pembelajaran untuk memberi kesempatan
kepada peserta didik yang memiliki kemampuan yang cerdas di atas
normal.
SOAL LATIHAN

1. Upaya membimbing siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial antara


lain terlihat dalam upaya guru...
a. memberikan contoh pentingnya bersikap toleran
b. melatih siswa membuat keputusan yang diambil berdasarkan informasi
yang tepat
c. melatih bagaimana mempersiapkan kesehatan diri dan lingkungan sekitar
d. mendiskusikan bagaimana mengatasi permasalahan sosial di sekitar siswa.

2. Salah satu upaya guru dalam melaksankan langkah-langkah perbaikan


pembelajaran yang telah dirancang melalui Penelitian Tindakan Kelas antara
lain....
a. guru meyakini ada masalah dalam pembelajaran selama ini yang
memerlukan peningkatan
b. guru melakukan introspekksi terhadap kelemahan yang ada dari aspek
guru
c. guru merancang upaya latihan mengerjakan soal-soal untuk persiapan
Ujian Nasional
d. guru mengevaluasi kembali rancangan mengatasi kelemahan yang ada

3. Hasil analisis kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksankan


dapat digunakan guru untuk.....
a. mempertahankan kebiasaan mengajar karenan sudah lama dan banyak
pengalaman
b. mengusulkan penyediaan media pembelajaran yang canggih untuk
meningkatkan pembelajaran.
c. merancang ulang rancangan pembelajaran yang berdasarkan analisis
terbukti memiliki kelemahan
d. melakukan latihan tambahan berupa test untuk para siswa Upaya
merancang pengayaan bagi perserta didik yang mencapai ketuntasan
belajar optimal

4. dalam kegiatan guru sebagai berikut:


a. memberikan tambahan materi berupa sumber ajar dari pengarang yang
bereda
b. memberikan test tambahan dengan tingkat kesukaran lebih tinggi
c. memberian tambahan sumber bacaan yang lebih mendalam dan tingkat
variasi yang tinggi berikut instrumen testnya yang sesuai
d. diberikan materi bahan ajar yang lebih tinggi tingkatannya dan
mengerjakan soal-soal yang memiliki kesulitan tinggi

5. Dasar rancangan program remidi bagi peserta didik yang capaian prestasinya
di bawah ketuntasan belajar....
a. proses pengajaran remidial pada dasarnya adalah proses belajar mengajar
biasa
b. tujuan pengajaran remidial adalah sama dengan test diagnostik
c. sasaran terpenting pengajaran remidial adalah peningkatan kecerdasan
siswa
d. strategi yang dipilih hanya berbentuk test ulang

6. Salah satu prinsip merancang program temidial bagi peserta didik tampak
dalam kegiatan guru....
a. membuat rancangan pembelajaran khusus untuk siswa peserta remidial
b. menggunakan rancangan pembelajaran yang telah dibuat dengan
memperhatikan hasil temuan analisis evaluasi belajar siswa
c. menggunakan rancangan pembelajaran baru yang berbeda sama sekali
dengan rancangan yang ada.
d. merancang test ulang saja tanpa ada pengulangan penjelasan materi
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

 Lie, Anita, 2002, Cooperative Learning, mempraktikkan Cooperative


Learning di Ruang-ruang kelas, Jakarta : Grasindo
 Mulyasa, E. 2005, Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
 Samad, Sulaiman, dan Daruma, A. Razak, 2006, Profesi Keguruan,
Makassar : FIP – UNM.
 Soetjipto dan Kosasi, Raflis, 2007, Profesi Keguruan, Jakarta : Rhineka
Cipta
 Usman, Moh. Uzer, 1999, Menjadi Guru Professional, Bandung : PT
Remaja Roesdakarya

Anda mungkin juga menyukai