Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

“METODOLOGI”

DOSEN MATA KULIAH/PENGAMPU


Prof. Dr. H. Muhammad Azis, M.Si.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7_KELAS (B)
 Kirana Azzahra_210902500014
 Leini Marselina_210902500013
 Sri Wahyuni_21090500015

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI (S1)


KELAS B

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang,Kami panjatkan puja dan puji atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkanrahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Kami, sehingga Kami
dapat menyelesaikan makalah Filsafat Ilmu ini dengan pembahasan Metodologi.
Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada Sang Pembawa
Risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya, yakni Baginda Muhammad
SAW, keluarga, para sahabat, serta pengikutnya. Semoga syafa’atnya selalu
menyertai kehidupan ini.

Makalah ini telah Kami susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuandari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar proses
pembuatannya.Untuk itu Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua
itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari susunan
kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
dan penyempurnaan makalah ini. Akhir kata Kami berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Makassar, 16 April 2022

Kelompok 7_Kelas (B)

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Pengertian Metodologi ................................................................................. 3

B. Unsur-unsur Metodologi .............................................................................. 4

C. Metodologi Ilmu Pengetahuan ................................................................... 12

D. Susunan Ilmu Pengetahuan ........................................................................ 14

E. Langkah Pengembagan Ilmu Pengetahuan ................................................ 18

BAB III ................................................................................................................. 20

PENUTUP ............................................................................................................. 20

A. Kesimpulan ................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji prihal
urutanlangkah-langkah yang ditempuh agar pengetahuan yang diperoleh
memenuhi ciri-ciri ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari
logika yangmengkaji kaidah penalaran yang tepat.
Pada dasarnya di dalam ilmu pengetahuan dalam bidang dan
disiplinapapun, baik ilmu sosial maupun ilmu-ilmu alam masing-masing
menggunakanmetode yang sama. Jika ada perbedaan, maka hal itu tergantung
pada jenis, sifat,dan bentuk objek material dan objek formal yang tercakup di
dalamnyapendekatan (approach ), sudut pandang (point of view), tujuan, dan
ruang lingkupmasing-masing disiplin itu.
Manakala kita membicarakan metodologi dan ilmu pengetahuan, maka
halyang tak kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatarbelakangi
berbagaimetode yang dipergunakan dalam aktifitas ilmiah. Asumsi-asumsi yang
dimaksudadalah pendirian atau sikap yang akan dikembangkan para ilmuwan di
dalamkegiatan ilmiah mereka.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat
dirumuskanbeberapa permasalahan, diantaranya ialah:
1. Apa pengertian dari metodologi?
2. Apa saja unsur-unsur dalam metodologi?
3. Apa itu metodologi ilmu pengetahuan?
4. Bagaimana susunan ilmu pengetahuan?
5. Seperti apa langkah-langkah dalam pengembangan ilmu pengetahuan?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari metodologi.
2. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur dalam metodologi.
3. Untuk mengetahui pengertian metodologi ilmu pengetahuan.
4. Untuk mengetahui susunan ilmu pengetahuan.
5. Untuk mengetahui seperti apa langkah-langkah dalam pengembanganilmu
pengetahuan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metodologi
Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metodologi bisa diartikan
ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Kata metode berasal dari
bahasa yunani methodos, sambungan kata depan meta (menuju, melalui,
mengikuti, sesdah) dan kata benda hodos (jalan, perjalanan, cara, arah) kata
methodos sendiri lalu berarti: penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian
ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu).
Pengertian metode berbeda dengan metodologi. Metode adalah suatu jalan,
petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis, sehingga memiliki sifat yang praktis.
Metode, menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu,
yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis
Adapun metodologi disebut juga science of methodos, yaitu ilmu yang
membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis dalam penelitian, sehingga
metodologi penelitian membahas konsep teoritis berbagai metode. Jadi
metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat
dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara filsafat termasuk dalam apa yang
dinamakan epistimologi. Epistimologi merupakan pembahasan mengenai
bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: Apakah sumber-sumber pengetahuan?
Apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Apakah manusia
dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan
yang mungkin untuk ditangkap manusia?
Dapat pula dikatakan bahwa metodologi ilmiah adalah membahas tentang
dasar-dasar filsafat ilmu dari metode penelitian, karena metodologi belum
memiliki langkah-langkah praktis, adapun derevasinya adalah pada metode
penelitian. Bagi ilmu-ilmu seperti sosiologi, antropologi, politik, komunikasi,
ekonomi, hukum, serta ilmu-ilmu kealaman, metodologi adalah merupakan dasar-
dasar filsafat ilmu dari suatu metode, atau dasar dari langkah praktis penelitian.

3
Jika dibandingkan antara metode dan metodologi, maka metodologi lebih
bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus. Dengan kata lain dapat dipahami
bahwa metodologi bersangkutan dengan jenis, sifat dan bentuk umum mengenai
cara-cara, aturan dan patokan prosedur jalannya penyelidikan, yang
mengambarkan bagaimana ilmu pengetahuan harus bekerja. Adapun metode
adalah cara kerja dan langkah-langkah khusus penyelidikan secara sistematik
menurut metodologi itu, agar tercapai suatu tujuan, yaitu kebenaran ilmiah.

B. Unsur-unsur Metodologi
Unsur-unsur metodologi sebagaimana telah dirumuskan oleh Anton
Bakker dan Achmad Charris Zubair dalam buku Metodologi Penelitian Filsafat
(1994)(5), antara lain dijelaskan sebagai berikut.
1. Interpretasi (menafsirkan)
Dalam pelaksanaan segala macam penelitian seorang peneliti akan
berhadapan dengan kenyataan. Dalam kenyataan itu dapat dibedakan beberapa
aspek. Bisa berbentuk fakta, yaitu suatu perbuatan atau kejadian-kejadian. Bisa
berbentuk data, yaitu pemberian, dalam wujud hal atau peristiwa yang disajikan;
atau pula dalam wujud sesuatu yang tercatat tentang hal, peristiwa, atau kenyataan
lain yang mengandung pengetahuan untuk dijadikan dasar keterangan selanjutnya.
Mungkin juga kenyataan berbentuk gejala, yaitu sesuatu yang tampak sebagai
tanda adanya peristiwa atau kejadian. Ketiga aspek tersebut akan mendapat titik
berat yang berbeda menurut masing-masing disiplin ilmu.
Interpretasi artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak bersifat
subjektif (menurut selera orang menafsirkan) melainkan harus bertumpu pada
evidensi objektif untuk mencapai kebenaran yang autentik. Dengan
interprestasiini diharapkan manusia dapat memperoleh pengertian, pemahaman,
atau Verstehen. Pada dasarnya interprestasi berarti tercapainya pemahaman yang
benar mengeni ekspresi manusiawi yang dipelajari. Menurut Ricoeur fakta atau
produk itu dibaca sebagai suatu naskah. Pemahaman seperti itu terjadi, jikalau
misalnya ada pemahaman mengenai:

4
 Bahasa bukan sekedar sebagai bunyi-bunyian, tetapi sebagai komunikasi;
kursi tidak semata-mata sebagai objek yang terbuat dari kayu, melainkan
sebagai kedudukan social.
 Tarian tidak hanya sebagai gerak yang bersifat biotik, tetapi sebagai
bagian dalam upacara ritual
 Kurban tidak hanya sebagai pembakaran benda, atau penyembelihan
binatang, tetapi sebagai tanda penyerahan.
Unsur interpretasi ini merupakan landasan bagi metode hermeneutika
Dalam interpretasi itu memuat hubungan-hubungan atau lingkaran-lingkaranyang
beraneka ragam, yang merupakan satuan unsur-unsur metodis. Unsur-unsur itu
menunjukkan dan menjamin, bahwa interpretasi bukan semata-mata merupakan
kegiatan manasuka, menurut selera orang yang mengadakan interpretasi,
melainkan bertumpu pada evidensi objektif, dan mencapai kebenaran otentik.

2. Deduksi dan Induksi


Dikatakan oleh Beerling, bahwa setiap ilmu terdapat penggunaan metode
induksi dan deduksi, menurut pengertian siklus empiris. Siklus empiris meliputi
bebrapa tahapan, yakni observasi, induksi, deduksi, kajian (eksperimentasi) dan
evaluasi. Tahapan itu pada dasarnya tidak berlaku secara berturut-turut melainkan
terjadi sekaligus. Akan tetapi, siklus ini diberi bentuk tersendiri dalam penelitian
filsafat, berhubungan dengan sifat-sifat objek formal yang istimewa, yaitu
manusia.
a. Metode Deduktif
Aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang
memadai dan dapat dipercaya adalah akal (rasio). Hanya pengetahuan yang
diperoleh melalui akal saja yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum
dan harus mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah.
Sedangkan pengalaman hanya dapat dipakai untuk mengukuhkan kebenaran
pengetahuan yang telah diperoleh melalui akal. Akal tidak memerlukan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan yang benar, karena akal dapat

5
menurunkan kebenaran itu dari dirinya sendiri, dengan menerapkan metode
deduktif.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan
ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan
sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap
demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru
berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Dengan demikian. maka ilmu
merupakan tubuh pengetahuan yang tersusun dan terorganisasikan dengan baik
sebab penemuan yang tidak teratur dapat diibaratkan sebagai "rumah atau batu-
bata yang bercerai-beral Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba
memberikan penjelasan yang rasional kepada obyek yang berada dalam focus
penelahaan.
Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi
tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final. Sebab sesuai dengan hakikat
rasionalisme yang bersifat pluralistic, maka dimungkinkan disusunnya berbagai
penjelasan terhadap suatu obyek pemikiran tertentu. Meskipun argumentasi secara
rasional didasarkan kepada premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya
namun dimungkinkan pula pilihan yang berbeda dari sejumlah premis ilmiah yang
tersedia yang dipergunakan dalam penyusunan argumentasi. Oleh sebab itu maka
dipergunakan pula berpikir induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran
korespondensi
b. Metode Induktif
Pemikiran empiris yang dikemukakan oleh Bacon menyatakan bahwa
manusia melalui pengalamannya dapat mengetahui benda-benda dan hukum
hukum relasi antar benda-benda. Sedangkan Hume mengemukakan sumber ilmu
pengetahuan adalah pengalaman, dengan pengamatan manusia memperoleh
kesan-kesan (impression) dan pengertian-pengertian (ideas). Pemikiran induktif
mempunyai proposisi a posteriori, sintetik yang berarti tidak dapat diuji
kebenarannya hanya dengan analitis pernyataan tapi harus diuji secara empiris.
Teori empirikal berdasarkan atas eksperimentasi. Eksperimen ilmiah telah
menunjukkan bahwa indera adalah yang memberikan persepsi persepsi yang

6
menghasilkan konsepsi-konsepsi manusia. Berpikir secara induktif dianggap lebih
luwes dibandingkan dengan deduktif karena menggunakan data-data empirik yang
tidak dipatok oleh pola apapun, dan berdasar data-data empiriklah kemudian
disusun suatu model yang menggambarkan hubungan sebab-akibat. Kaum empiris
mengembangkan pengamatannya dari pengalaman itu menjadi pengetahuan yang
cakupannya lebih luas dan umum. Namun demikian induktif ini juga mempunyai
kelemahan yang fundamental yaitu orang harus menunnggu terkumpulnya
sejumlah fakta untuk menentukan suatu pola yang tampak pada seseorang dari
alam empiris,dan apabila terjadi kesalahan dalam melakukan perumusan akan
merugikan berbagai pihak.
Namun juga harus diperhatikan bahwa eksperimen manusia, secara umum
tidak dapat membuka jalan untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan dan
realitas-realitas tanpa pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Sehingga
penggabungan antara metode deduktif dengan induktiflah yang paling tepat.
dalam rangka mencari kebenaran ilmiah. Metode ilmiah mencoba
menggabungkan berpikir deduktif dengan berpikir induktif dalam membangun
pengetahuannya. Argumentasi rasional meski didasarkan pada premis ilmiah yang
teruji kebenarannya mungkin saja terjadi kesalahan dalam penyusunan
argumentasi, sehingga untuk menghindari kesalahan tersebut perlu dipergunakan
metode induktif yang didasarkan pada kebenaran korespondensi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pandangan-pandangan Bacon bersifat
praktis, konkret, dan utilitaris. Untuk mengenal sifat-sifat segala sesuatu,
dibutuhkan penelitian-penelitian yang empiris. Pengalamanlah yang menjadi dasar
pengetahuan. Pengetahuan itu sangat penting dan sangat diperlukan oleh manusia
karena hanya dengan pengetahuanlah manusia sanggup menaklukka alam kodrat.
Menurut Bacon, logika silogistis tradisional tidak sanggup menghasilkan
penemuan-penemuan empiris. Ia mengatakan bahwa logika silogistis tradisional
hanya dapat membantu mewujudka konsekuensi deduktif dari apa yang
sebenarnya telah diketahui. Agar pengetahuan itu berkembang dan memperoleh
pengetahuan baru, metode deduktif harus ditinggalkan dan diganti dengan metode
induktif.

7
Metode induktif adalah penarikan kesimpulan dari hal-hal khusus ke hal
hal yang umum. Bacon memang bukan penemu metode induktif, namun ia
berupaya memperbaiki dan menyempurnakan metode itu melalui
pengkombinasian metode induktif tradisional dengan eksperimentasi yang cermat.

3. Koherensi Intern
Yaitu usaha untuk memahami secara benar guna memperoleh hakikat
dengan menunjukkan semua unsur structural dilihat dalam suatu struktur yang
konsisten, sehingga benar-benar merupakan internal structure atau internal
relations. walaupun mungkin terdapat semacam oposisi di antaranya, tetapi unsur-
unsur itu tidak boleh bertentangan satu sama lain. Dengan demikian akan terjadi
suatu lingkaran pemahaman antara hakikat menurut keseluruhannya dari suatu
pihak dan unsur-unsurnya dipihak lain.
Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan,
fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan
yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam
penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan (seri), keseluruhan ke
sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan (komparasi). pertentangan
(kontras), hasil (simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi),
dan waktu (kala).

4. Holistika
Holistika merupakan corak khas dan suatu kelebihan dalam konsepsi
filosofis, sebab justru filsafat berupaya mencapai kebenaran yang utuh. Dalam
penelitian filsafat ini subjek yang menjadi objek studi tidak hanya dilihat secara
atomistis, yaitu secara terisolasi dari lingkungannya, melainkan ditinjau dalam
interaksi dengan seluruh kenyataannya)
Tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai suatu kebenaran secara utuh.
Objek dilihat interaksi dengan seluruh kenyataannya. Identitas objek akan terlihat
bila ada korelasi dan komunikasi dengan lingkungnnya. Objek (manusia) hanya
dapat dipahami dengan mengamati seluruh kenyataan dalam hubungannya dengan

8
manusia, dan manusia sendiri dalam hubungannya dengan segalanya yang
mencakup hubungan aksi-reaksi sesuai dengan tema zamannya.
Maka terjadi lagi suatu lingkaran hermeunitis, yaitu antara objek penelitian
dan cakrawalanya. Penelitian filsafat harus mengupayakan menangkap interaksi
antara keunikan dan otonomi objeknya dan konteks universal lingkungan hidup
dan sejarah yang luas. Manusia dalam hakikatnya tidak bisa dipisahkan atau
diisolasikan dari yang lain. Kalau mereka dilawankan, maka perlawanan itupun
berarti: hubungan.
Pandangan menyeluruh ini juga dapat disebut totalitas, semua dipandang
dalam kesinambungannya dalam suatu totalitas. Whitehead mempergunakan kata
pikiran organis. Husserl bicara mengenai Aussenhorizont fenomena harus dilihat
dalam cakrawalanya. Hakikat atau eidos, menurut Husserl, tidak hanya meliputi
inti dan sifat-sifat pokok, melainkan juga semua relasi-relasi transcendental
dengan yang lain. Descartes bicara tentang discours, tidak ada kebenaran
terisolasi, melainkan setiap pemahaman dihubungkan dalam suatu pembicaraan
menyeluruh.

5. Kesinambungan Historis
Jika ditinjau menurut perkembangannya, manusia itu adalah makhluk.
historis. Manusia disebut demikian karena ia berkembang dalam pengalaman dan
pikiran, bersama dengan lingkungan zamannya. Masing-masing orang bergerumul
dalam relasi dengan dunianya untuk membentuk nasib sekaligus nasibnya
dibentuk oleh mereka. Dalam perkembangan pribadi itu harus dapat dipahami
melalui suatu proses kesinambungan. Rangkaian kegiatan dan peristiwa dalam
kehidupan setiap orang merupakan mata rantai yang tidak terputus. Yang baru
masih berlandaskan yang dahulu, tetapi yang lama juga mendapatkan arti dan
relevansi baru dalam perkembangaan yang lebih kemudian.
Justru dalam hubungan mata rantai itulah harkat manusia yang unik dapat
diselami. Misalnya dalam kesinambungan itu peneliti berusaha memahami
Friedrich Nietzsche, yang begitu menantang agama dan Tuhan, dan yang dengan
tubuh lemah dan sakit-sakitan mampu melawan nasib dengan pikiran-pikiran

9
penuh keberanian. Atau dalam rantai itu dicoba dipahami, mengapa Jean-Paul
Sartre melihat hidup manusia sebagai suatu konflik yang tak putus-putus, dengan
berusaha membuat orang lain menjadi objeknya, atau sebaliknya diobjekkan
sendiri.

6. Idealisasi
Idealisasi merupakan proses untuk membuat ideal, artinya upaya dalam penelitian
untuk memperoleh hasil yang ideal atau sempurna.

7. Komparasi
Adalah usaha untuk memperbandingkan sifat hakikat dalam objek
penelitian sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam. Justru perbandingan
itu dapat menentukan secara tegas kesamaan dan perbedaan sesuatu sehingga
hakikat objek dapat dipahami dengan semakin murni. Komparasi dapat diadakan
dengan objek lain yang sangat dekat dan serupa dengan objek utama. Dengan
perbandingan itu, meminimalkan perbedaan yan masih ada, banyak ditemukan
kategori dan sifat yang berlaku bagi jenis yang bersangkutan. Komparasi juga
dapat diadakan dengan objek lain yang sangat berbeda dan jauh dari objek utama.
Dalam perbandingan itu dimaksimalkan perbedaan-perbedaan yang berlaku untuk
dua objek, namun skaligus dapat ditemukan beberapa persamaan ang mungkin
sangat strategies.

8. Heuristika
Heuristik berasal dari kata Yunani, heuriskein, artinya menemukan.
Heuristik, maksudnya adalah tahap untuk mencari, menemukan, dan
mengumpulkan sumber-sumber berbagai data agar dapat mengetahui segala
bentuk peristiwa atau kejadian sejarah masa lampau yang relevan dengan
topik/judul penelitian.
Untuk melacak sumber tersebut, sejarawan harus dapat mencari di
berbagai dokumen baik melalui metode kepustakaan atau arsip nasional.
Sejarawan dapat juga mengunjungi situs sejarah atau melakukan wawancara untuk

10
melengkapi data sehingga diperoleh data yang baik dan lengkap, serta dapat
menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran. Masa lampau. yang
begitu banyak periode dan banyak bagian-bagiannya (seperti politik. ekonomi,
sosial, dan budaya) memiliki sumber data yang juga beraneka ragam sehingga
perlu adanya klasifikasi data dari banyaknya sumber tersebut.
Dokumen-dokumen yang berhasil dihimpun merupakan data yang sangat
berharga Dokumen dapat menjadi dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa
sejarah yang telah terjadi pada masa lampau. Menurut sifatnya ada dua, yaitu
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang dibuat
pada saat peristiwa terjadi, seperti dokumen laporan kolonial. Sumber primer
dibuat oleh tangan pertama, sementara sumber sekunder merupakan sumber yang
menggunakan sumber primer sebagai sumber utamanya. Jadi, dibuat oleh tangan
atau pihak kedua. Contohnya, buku, skripsi, dan tesis.

9. Analogi
Berbicara mengenai analogi adalah berbicara tentang dua hal yang
berlainan. Dua hal yang berlainan tersebut dibandingkan. Jika dalam
perbandingan itu hanya diperhatikan persamaannya saja tanpa melihat
perbedaannya, maka timbullah analogi, yakni persamaan di antara dua hal yang
berbeda.
Analogi merupakan salah satu teknik dalam proses penalaran induktif.
Sehinggga analogi kadang-kadang disebut juga sebagai analogi induktif, yaitu
proses penalaran dari satu fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan
bahwa apa yang berjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada
fenomena yang lain.(10) Persamaan hanya terdapat pada anggapan orang saja. Ini
dalam kesusastraan disebut sebagai metafora. Oleh karena orang yakin bahwa
sebetulnya memang hanya anggapan saja, kerap kali dipakai kata seakan-akan
atau seolah-olah. Yang demikian ini bukanlah analogi sebenarnya, hanya seolah
olah. Bisa dikatakan analogi jika pengertian itu menunjuk perbandingan dalam
realitas.

11
10. Deskripsi
Seluruh hasil penelitian harus dapat dideskripsikan. Data yang
dieksplisitkan memungkinkan dapat dipahami secara mantap.

C. Metodologi Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan diambil dari kata science, yang berasal dari bahasa latin
scienta dari bentuk kata scire yang berarti mempelajari atau mengetahui. limu
adalah rangkaian aktivitas manusia rasional dan konegtif dengan metode berupa
aneka dan prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan,
atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman,
memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan.
The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian
aktivitas penelaahanyang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh
pemahaman secara rasional empiris mengenal dunia ini dalam berbagai seginya,
dan seluruh pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang
dimengerti manusia.
Dalam bagan tersebut, menjelaskan bahwa ilmu harus diusahakan dengan
aktivitas manusia, aktivitas itu harus di laksanakan dengan metode tertentu dan
akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga
menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik..
Ilmu pengetahuan selalu dicirikan sebagai suatu metode. Sebagai suatu
metode, ilmu pengetahuan haruslah memiliki serangklaian proses cara kerja dan
langkah-langkah tertentu yang mewujudkan model penyelidikan ilmiah tertentu
dan tetap. Rangkaian cara kerja tersebut dalam prosedur keilmiahan disebut
sebagai metode ilmiah (scientific method) atau metodologi keilmuawan. Selain
sebagai sebuah proses kerja, metode harus menjadi semacam pola berfikir atau
penunjuk jalan bagi seorang ilmuwan.
Seorang ilmuwan akan bekerja dengan hasil yang memuaskan dalam
penelitiannya apabila telah menentukan dengan tepat metode apa yang akan

12
digunakannya. Sebagai contoh, seseorang sedang meneliti suatu ritual yang
dilakukan oleh masyarakat Tengger, maka ia harus menguasai metode dan teknik
wawancara secara mendalam (depth interview) agar mendapatkan data lengkap
terkait penelitiannya. Metode yang dilakukannya itu merupakan salah satu bagian
dari metode yang sifatnya kualitatif.
Dengan demikian, kegiatan ilmiah tidak hanya ditandai dengan aktivitas
dan kreativitas seorang ilmuwan tapi juga ditandai dengan ciri metode ilmiah atau
metodologi ilmu. Metodologi ilmu sangatlah penting dalam proses kegiatan
ilmiah. Tanpa metodologi ilmu proses kerja ilmu tidak dapat bekerja dengan baik
Dalam arti luas metodologi dipahami sebagai suatu analisis dan
penyusunan asas-asas, cara, atau proses yang mengatur penelitian ilmiah pada
umumnya serta pelaksanaannya dalam ilmu pengetahuan. Dalam kegiatan tersebut
terdapat hubungan yang sangat erat antara subjek dan (peneliti) dan objek yang
ditelitinya.
Metodologi ilmu memberikan pemahaman filosofis tentang hakikat suatu
ilmu (masalah kebenaran, objektivitas dan struktur ilmu), sedangkan metode
penelitian mengajak seorang peneliti paham dengan teknik penelitian
(menggunakan instrumen tertentu, misalnya wawancara, kuesioner, eksperimen
dan sebagainya) dan langkah-langkah kerja (mampu melakukan dengan baik dan
cermat hal-hal yang berkaitan dengan observasi, data hipotesis, teori dan
sebagainya serta sanggup membuat suatu rancangan penelitian untuk kegiatan
penelitiannya).
Penyebutan metodologi ilmu atau metodologi ilmu pengetahuan lebih
diarahkan pada context of justification yang sangat erat kaitannya dengan filsafat
ilmu pengetahuan. Mengapa? Karena pembahasan kegiatan ilmu berkaitan dengan
konsep berfikir atau pola berfikir tentang asas-asas atau paradigma yang
memayungi suatu proses kegiatan ilmiah atau struktur suatu pengetahuan yang
sedang ditelitinya. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam metodologi
ilmu adalah:

13
1. Unsur umum yang dimiliki si subjek.
2. Unsur metode penelitian atau teknik penelitian yang telah dimiliki oleh
seorang ilmuwan.
3. Kemampuan seorang peneliti atau si subjek dalm melihat suatu situasi
ilmiah dengan benar.

Adapun unsur metode penelitian atau teknik penelitian yang telah dimiliki
oleh seorang ilmuwan berupa kemampuan untuk:
a) Melakukan identifikasi dan menentukan problem atau hipotesis.
b) Merumuskan suatu konsep
c) Mampu melakukan klasifikasi.
d) Mampu melakukan komparatif dan dapat memberikan pembuktian secara
verifikasi ataupun falsifikasi.

D. Susunan Ilmu Pengetahuan


Dalam buku What is Science karya Archei J. Bahm di dalam bukunya
Muhammad Muslih bahwa secara umum membicarakan enam komponen dari
rancang bangun ilmu pengetahuan, artinya dengan enam komponen itu, sesuatu
itu bisa disebut ilmu pengetahuan, yaitu:
a) Adanya masalah (problem)
Dalam persoalan ini, Archei J. Bahm menjelaskan bahwa tidak semua
masalah menunjukkan ciri keilmiahan. Suatu masalah disebut masalah ilmiah jika
memenuhi persyaratan, yaitu bahwa masalah itu merupakan masalah yang
dihadapi dengan sikap dan metode ilmiah; Masalah yang terus mencari solusi;
Masalah yang saling berhubungan dengan masalah dan solusi ilmiah lain secara
sistematis (dan lebih memadai dalam memberikan pemahaman yang lebih besar).
Untuk itu ia menawarkan, masalah yang dapat dikomunikasikan dan capable,
yang disuguhkan dengan sikap dan metode ilmiah sebagai ilmu pengetahuan awal,
sudah pantas dikatakan "masalah ilmiah" (scientific problem).

14
b) Adanya sikap ilmiah
Sikap ilmiah, menurut Bahm paling tidak, meliputi enam karakteristik
pokok, yaitu: keingintahuan, spekulasi, kemauan untuk objektif, kemauan utnuk
menangguhkan penilaian, dan kesementaraan.
Pertama, Keingintahuan; Yang dimaksud di sini adalah keingintahuan
ilmiah, yang bertujuan untuk memahami. la berkembang dan berjalan terus
sebagai perhatian bagi penyelidikan, penelitian, pengujian, eksplorasi,
petualangan dan eksperimentasi.
Kedua, Spekulatif yang penuh arti; Yaitu diawali dengan keingintahuan
untuk mencoba memecahkan semua masalah yang ditandai dengan beberapa
usaha, termasuk usaha untuk menemukan solusi, misalnya dengan mengusulkan
satu hipotesa atau lebih. Artinya, spekulasi adalah sesuatu hal yang disengaja dan
berguna untuk mengembangkan dan mencoba membuat berbagai hipotesa.
Dengan demikian, spekulasi merupakan karakteristik yang esensial dalam sikap
ilmiah.
Ketiga, Kemauan untuk objektif di sini Archei J. Bahm menjelaskan
bahwa 'objektifitas' adalah salah satu jenis sikap subjektif. Dalam arti bahwa
objektifitas bergantung kepada eksistensinya, tidak hanya eksistensi sebuah
subyek, tetapi juga atas kemauan subyek untuk memperoleh dan mengikuti sikap
objektif, dalam arti sifat untuk memahami sifat dasar objek itu sendiri, sejauh
objek tersebut bisa dipahami dengan cara ini.
Keempat, Keterbukaan. Maksud sikap ini menyangkut kemauan untuk
bersikap terbuka. Ini termasuk kemauan untuk mempertimbangkan semua saran
yang relevan dengan hipotesis, metodologi, dan bukti yang berhubungan dengan
masalah di mana seseorang bekerja. Sikap ini harus dibarengi dengan sikap
toleran, dan bahkan menerima ide-ide baru, termasuk, tidak saja ide yang berbeda
dengan ide-idenya, tetapi juga yang kontradiksi atu yang berseberangan dengan
kesimpulan-kesimpulannya.
Kelima, Kemauan, untuk menangguhkan penilain atau menunda
keputusan. Bila penyelidikan tentang suatu objek atau masalah tidak

15
menghasilkan pemahaman atau solusi yang diinginkan, maka seseorang tidak
boleh menuntut jawaban yang lebih dari apa yang ia peroleh. Sikap ilmiah
menyangkut kemauan untuk menangguhkan penilaian sampai bisa diperolehnya
semua bukti yang diperlukan.
Keenam, Kesementaraan. Sikap kesementaraan akan selalu meragukan
validitas suatu hipotesa termasuk pengerjaannya, bahkan meragukan segala usaha
ilmiah termasuk bidang keahlian seseorang. Meskipun pengalaman perorangan
dan kelompok cenderung membenarkan keyakinan yang lebih kuat dan
memandangnya sebagai kesimpulan.

c) Menggunakan metode ilmiah


Sifat dasar metode ilmiah ini, menurut Archei J. Bahm harus dipandang
sebagai hipotesa untuk pengujian lebih lanjut. "Esensi ilmu pengetahuan adalah.
metodenya, sedang sisi yang lain, "Berkenaan dengan sifat dasar metode ilmiah.
Archel J. Bahm berpendapat bahwa metode ilmiah itu adalah satu sekaligus
banyak; dikatakan satu karena metode ilmiah, dalam penerapannya tidak ada
persoalan, sedang dikatakan banyak, karena pada kenyataannya terdapat banyak
jalan, yaitu:
a) masing-masing ilmu mempunyai metodenya sendiri-sendiri, yang paling
cocok dengan jenis masalahnya sendiri.
b) Setiap masalah particular memerlukan metode uniknya sendiri.
c) Secara historis, para ilmuwan dalam bidang yang sama dalam waktu yang
berbeda, memakai metode yang sama sekali berbeda, lantaran berbeda
dalam perkembangan teoritis dan temuan teknologis.
d) Perkembangan yang cepat dalam banyak ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin lama semakin saling bergantung dewasa ini, memerlukan
perkembangan berbagai metodologi baru yang cepat, berkenaan dengan
jenis masalah yang lebih ruwet dan dinamis.
e) Siapa saja yang concem pada metode ilmiah harus mengakui bahwa
metode ini mempunyai tahapan-tahapan yang membutuhkan metode yang
berbeda pada setiap tahapannya.

16
Secara lebih khusus, metode ilmiah meliputi lima langkah, yaitu:
 Menyadari akan masalah;
 Menguji masalah
 Mengusulkan solusi
 Menguji usulan atau proposal; dan
 Memecahkan masalah.

d) Adanya aktifitas
Ilmu pengetahuan adalah apa yang dikerjakan oleh para ilmuwan, yang
kemudian bisaa disebut dengan "riset ilmiah". Riset demikian mempunyai dua
aspek: individu dan social.
Aspek Individu, Ilmu pengetahuan adalah suatu aktifitas yang dilaku-kan
oleh orang-orang khusus. Aspek Sosial: Aktivitas ilmiah mencakup lebih banyak
dari apa yang dikerjakan oleh para ilmuwan khusus.

e) Adanya kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah pengetuan yang dihasilkan. Makanya ilmu
pengetahuan sering dipahami sebagai kumpulan pengetahuan. Ide-ide adalah ilmu
pengetahuan itu sendiri. kesimpulan pemahaman yang dicapai sebagai hasil
pemecahan masalah-adalah tujuan ilmu pengetahuan. Kesimpulan adalah akhir
atau tujuan yang membenarkan sikap, metode, dan aktifitasnya sebagai cara cara.
Kesimpulan adalah ilmu yang diselesaikan, bukan ilmu sebagai prospek atau
dalam proses.

f) Adanya pengaruh
Ilmu pengetahuan adalah apa yang digarap oleh ilmu pengetahuan. Bagian
apa yang digarap oleh ilmu pengetahuan tersebut, kemudian menimbulkan
pengaruh beraneka ragam, yang dapat dihubungkan pada dua hal, yaitu;
 Pengaruh ilmu pengetahuan terhadap teknologi dan industri, yang disebut
ilmu terapan.
 pengaruh ilmu terhadap atau dalam masyarakat dan peradaban.

17
E. Langkah Pengembagan Ilmu Pengetahuan
Nazir (1988) dalam buku Metode Penelitian, menyimpulkan bahwa
penelitian dengan menggunakan metode ilmiah, sekurang-kurangnya dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.Merumuskan serta mendefinisikan masalah
Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan
dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan, masalah tersebut didefinisikan
serta jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan.
2. Mengadakan studi kepustakaan
Langkah kedua adalah mencari data yang tersedia yang pernah ditulis
peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan, mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat
dihindari oleh seorang peneliti.
3. Memformulasikan hipotesa
Merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang
diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang
dikembangkan.
4. Menentukan model untuk menguji hipotesa
Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial
yang telah lebih berkembang, seperti ilmu ekonomi misalnya, pengujian hipotesa
didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan.
Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan
antarfenomena yang secara implisit terdapat dalam hipotesa, untuk diuji dengan
teknik statistik yang tersedia.
Pengujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan
tersebut. Data tersebut bisa saja data primer ataupun data sekunder yang akan
dikumpulkan oleh peneliti.
5. Mengumpulkan data

18
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang
merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesis perlu dikumpulkan.
Teknik pengumpulan data akan menjadi berbeda tergantung dari masalah yang
dipilih serta metode yang digunakan. Misalnya, penelitian yang menggunakan
metode percobaan, maka data diperoleh dari plot-plot percobaan yang dibuat
sendiri oleh peneliti. Penelitian yang menggunakan metode sejarah ataupun survei
normatif, data diperoleh dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada
responden, baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questionair.
6. Menyusun, menganalisa, dan memberikan interpretasi
Setelah data terkumpul, peneliti menyusun data untuk mengadakan
analisa. Sebelum analisa dilakukan, data tersebut disusun lebih dahulu untuk
mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk tabel ataupun
membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa, maka
perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.
7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari
penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan.
Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah
hipotesa benar untuk diterima, ataukah hipotesa tersebut ditolak. Apakah
hubungan-hubungan antarfenomena yang diperoleh akan berlaku secara umum
ataukah hanya berlaku pada kondisi khususnya saja.
8. Membuat laporan ilmiah
Langkah akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah
tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah
mempunyai teknik tersendiri pula.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Metodologi disebut juga science of methodos, yaitu ilmu yang
membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis dalam penelitian, sehingga
metodologi penelitian membahas konsep teoritis berbagai metode. Dapat pula
dikatakan bahwa metodologi penelitian adalah membahas tentang dasar-dasar
filsafat ilmu dari metode penelitian, karena metodologi belum memiliki langkah
langkah praktis, adapun derevasinya adalah pada metode penelitian.
Unsur-unsur metodologi meliputi interpretasi, induksi dan deduksi,
koherensi intern, holistis, kesinambungan historis, idealisasi, komparasi,
heuristika, analogikal, dan deskripsi.
Sebagai obyek ilmu pengetahuan ialah dunia fenomenal, dan metode
pendekatannya berdasarkan pengalaman (experience) dengan menggunakan
berbagai cara seperti observasi, eksperimen, survey, studi kasus, dan sebagainya.
Pengalaman-pengalaman itu diolah oleh fikiran atas dasar hukum logika yang
tertib. Data yang dikumpulkan diolah dengan cara analitis, induktif, kemudian
ditentukan relasi antara data-data, diantaranya relasi kausalitas. Konsepsi-konsepsi
dan relasi-relasi disusun menurut suatu sistem tertentu yang merupakan suatu
keseluruhan yang terintegratif.

20
DAFTAR PUSTAKA

 Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al-Ghazali:Dimensi Ontologi dan


Aksiologi. Pustaka Setia: Bandung.
 Bertens, K. 1989. Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu
Gramedia: Jakarta. Dani, Vardiansyah. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar, Indeks: Jakarta.
 Daoed, Joesoef. 1987. Pancasila Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan, dalam
Pancasila sebagai orientasi Pengembangan Ilmu, PT Badan Penerbit
Kedaulatan Rakyat: Yogyakarta.
 Dep.Dik Bud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.
Mustafa, H.A. 1997. Filsafat Islam, Pustaka Setia: Bandung. Meslen, Van.
1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita, Gramedia: Jakarta.
Muslih, Muhammad. 2004. Filsafat Ilmu; Kajian atas Asumsi Dasar
Paradigma dan Kerangka teori Ilmu Pengetahuan, Belukar. Yogyakarta.
 Mustansyir, Rizal. 2006. Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
 Runes. 1975. Dictionary of Philosophy, New Jersey. Sifat-sifat ilmu
pengetahuan http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2070 Sontag,
1987. Element og Philosophy. Charles Schibner's Son: New York.
Suriasumantri, Jujun. 1998. Filsafat limu; Sebuah Pengantar Populer, Pustaka
Sinar Harapan: Jakarta
 Salam, Burhanuddin. 1987. Logika Materil Filsafat Ilmu Pengetahuan, Renika
Cipta: Jakarta
 Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, PT Bumi Aksara: Jakarta. 2005
 Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam Bandung: Remaja
Rosdakarya,cet. VII 2007
 Wahyudi, Imam. 2007. Pengantar Epistemologi, Badan Penerbitan Filsafat
UGM: Yogyakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai