Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Metode Ilmiah

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas filsafat ilmu


Dosen Pengampu
Ahmad Yani Fathur Rohman, M.Phil.

Disusun Oleh :

1. Nur Rohmat Luthfi H. (933402919)


2. Nurmatul Khasanah (933403619)
3. Mita Afitarania (933403819)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI (IAIN) KEDIRI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafaatnya di akhir nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas untuk mata kuliah FILSAFAT ILMU kami tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Kediri, 16 September 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3

A. Pengertian Metode Ilmiah................................................................................... 3


B. Unsur – Unsur .................................................................................................... 4
C. Prosedur Metode Ilmiah...................................................................................... 5
D. Sarana Metode Ilmiah......................................................................................... 7

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 16

A. Kesimpulan......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu ciri khas pada manusia adalah rasa keingintahuan pada sesuatu
dansetelah memperoleh pengetahuan tentang sesuatu maka segera
kepuasannyadisusul lagi dengan kecenderungan untuk ingin lebih tahu lagi tanpa
adakepuasan mutlak untuk menerima realitas yang dihadapi. Pengetahuan merupakan
rangkaian pemikiran yang menghubungkan antara pemikiran,renungan, gagasan
dengan fakta yang ada. Pemikiran ini dapat diilhami berdasarkan pengalaman yang
sering terjadi dan berulang-ulang dalamkehidupan. Pengetahuan dapat disebut ilmu
atau sains jika pengetahuantersebut menjelaskan suatu objek dalam hubungan
kausalitas (sebab-akibat)dengan menggunakan metode tertentu yang sistematis. Untuk
memperoleh pengetahuan yang benar dalam pengertian ilmu atau sains maka
diperlukan penelitian atau kajian dengan menggunakan metode ilmiah.
Tidak semua pengetahuan yang dikembangkan manusia dapatdikategorikan
sebagai ilmu (science). Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang menjelaskan
suatu obyek dalam hubungan kausalitasdengan menggunakan metode-metode yang
sistematis. Pengetahuan akan menjadi ilmu apabila pengetahuan tersebut disusun
berdasarkan logika-logikatertentu dan bisa diuji secara empiris melalui peristiwa yang
benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian ilmu sebagai aktivitas penelitian perlu diurai lebih lanjut agar dapat
dipahami sebagai unsur dan cirinya yang lengkap. Penelitian sebagaisuatu rangkaian
aktivitas mengandung prosedur tertentu, yakni serangkaiancara dan langkah tertib
yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara danlangkah ini dalam dunia keilmuan
disebut metode. Untuk menegaskan bidang keilmuan itu lazim dipakai istilah metode
ilmiah (scientific method). Setiap disiplin ilmu memiliki metode ilmiah yang sama,
perbedaannya terletak hanya pada teknik dan caranya saja. Dengan demikian semua
ilmu mempunyai persamaan dalam metode umum untuk mencapai pengetahuan yang
dapat dipercaya (reliable). Metode ilmiah itulah yang membedakan apakah suatu
disiplin ilmu merupakan ilmu (science) atau bukan ilmu, dengan kata lain hanya
sekedar pengetahuan saja.

3
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa metode penelitian sangat penting dalam menentukan tingkat validitas ?
2. Unsur apa yang digunakan dalam metode penelitian ?
3. Bagaimana prosedur metode ilmiah ini bekerja ?
4. Mengapa sarana metode ilmiah ini merupakan bagian terpenting dari penelitian?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dan fungsi utama dari metode penelitian
2. Mengetahui unsur apa saja yang digunakan dalam metode penelitian
3. Mengetahui prosedur yang dilakukan pada metode ilmiah
4. Mengetahui sarana yang digunakan pada metode ilmiah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Penelitian


Metode ilmu atau metode keilmuan adalah suatu cara di dalam memperoleh ilmu
atau pengetahuan baru. Metode keilmuan, dalam hal tertentu, dipandang pula sebagai
sebuah teori pengetahuan yang dipergunakan untuk memperoleh jawaban-jawaban
tertentu mengenai suatu permasalahan atau pernyataan. Hal metode keilmuan, karenanya,
lebih merupakan prosedur keilmuan yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola
kerja, tata langkah, dan cara atau teknik untuk mengembangkan pengetahuan yang ada
guna mencapai pengetahuan baru yang disebut ilmu. Asumsinya, lewat pengorganisasian
kegiatan keilmuan yang bersifat sistematis dan pengujian pengamatan serta penalaran-
penalaran logis atasnya maka manusia mampu mengumpulkan pengetahuan secara
kumulatif, walaupaun hal itu terus-menerus bertumbuh dalam kritik, koreksi, serta
penyempurnaan. Jadi, metode ilmu lebih merupakan prosedur keilmuan yang digunakan
oleh ilmuwan dalam pencarian sistematis terhadap pengetahuan baru dan meninjau
kembali pengetahuan yang telah ada.
Metode ilmu mengandung struktur-struktur rasional dari sebuah penyelidikan
ilmiah (penyelidikan keilmuan) yang melaluinya, disusun berbagai dugaan, ramalan, atau
prediksi serta pengujian-pengujian-pengujian sahih atasanya. Prosedur keilmuan yang
merupakan metode ilmu atau metode ilmiah dimaksud tidak hanya mencakup aspek
pengamatan (observasi) atau percobaan (eksperimen), namun terkait dengan aspek;
analisis, pemerian (uraian), penggolongan (klasifikasi), pengukuran, perbandingan,
pengujian, dan survei. Bahkan, prosedur keilmuan yang terkait dalam metode ilmu
dimaksud meliputi pula prosedur-prosedur logis, misalnya; induktif, deduktif, abstraksi,
dan penalaran, yang semuanya termasuk di dalam ruang lingkup metode ilmu.
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para
ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-
langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi
enam tahap, yaitu:

1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.


2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada
pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.

5
3. Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun
berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah
pustaka.
4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik untuk
menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang
objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan
dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
6. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil
percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung
hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.
7. Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh
setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :
8. Rasa ingin tahu
9. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
10. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
11. Tekun (tidak putus asa)
12. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
13. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)

B. Unsur-Unsur Metode Keilmuan (Ilmiah)

Metode ilmiah merupakan satu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran,
pola kerja, cara teknis, tata langkah untuk mengetahui pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Metode ini mengikuti prosedur-prosedur
tertentu yang sudah pasti yang sudah digunakan dalam usaha memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang dihadapi oleh seorang ilmuan. Unsur pertama dalam metode
ini, sejumlah pengamatan yang dipakai dasar untuk merumuskan masalah. Bila ada suatu
masalah dan sudah diajukan satu penyelesaian yang dimungkinkan, maka penyelesaian
yang diusulkan itu dinamakan “hipotesa”. Hipotesa adalah usulan penyelesaian yang
berupa saran daan sebagai konsekuensinya harrus dipandang bersifat sementara dan
diverifikasi. Di dalam proses menemukan hipotesa dikatakan bahwa akal keluar dari
pengalaman, mencari satu bentuk, di dalamnya disusun fakta-fakta yang sudah diketahui
dalam suatu kerangka tertentu dengan harapan fakta-fakta tersebut cocok dengan
hipotesa yang disarankan tersebut. Maka metode penalaran yang bergerak dari suatu

6
perangkat pengamatan yang khusus kearah suatu pernyataan mengenai semua
pengamatan yang sama jenisnya dikenal dengan induksi.
Jika hipotesa telah diusulkan, maka perlu diverifikasi atau perlu bahan-bahan bukti.
Sedangkan bahan bukti yang dapat memperkuat hipotesa berasal dari dua, yaitu :
a. Bahan-bahan keterangan harus diketahui harus cocok dengan hipotesa tersebut.
b. Hipotesa itu harus meramalkan bahan-bahan keterangan yang dapat diamati, yang
memang demikian keadaannya. Proses yang terjadi yang menunjukkan bahwa bahan-
bahan keterangan yang diketahui itu cocok dengan hipotesa dapat dinamakan
kalkulasi.

Jadi, kajian terhadapa hipotesa dimulai dengan pengamatan yang dilakukan secara
hati-hati, sistematis, dan secara sengaja terhadap ramalan-ramalan yang disimpulkan dari
hipotesa tertentu. Pengetahuan ilmiah adalah merupakan pengetahuan yang diperoleh
dengan menerapkan metode ilmiah. Metode keilmuan adalah merupakan bentuk
kombinasi daari pola rasionalisme dan empirisme. Metode keilmuan muncul sebagai
usaha untuk mengatasi kelemahan dari pola rasionalis maupun pola empiris, dan
dimanfaatkan sumbangan positifnya.
Unsur-unsur metode ilmiah sebagai suatu penelitian ilmiah antara lain berupa satu
prosedur sebagai berikut :
1. Perumusan masalah atas objek yang ingin diketahui.
2. Mengajukan hipotesi atau dugaan sementara atas permasalahan yang ada.
3. Menguji hipotesis dengan fakta-fakta empiris.
4. Mengambil kesimpulan atas pengujian yang telah dilakukan, apakah hipotesis
didukung oleh fakta ataukah dibantah oleh fakta.

C. Prosedur Metode Ilmiah

Jumlah langkah kegiatan ilmiah merentang dari yang paling sederhana 3 langkah
sampai 11 langkah yang cukup rumit dan terinci. Meskipun langkah-langkah tersebut di
muka dirinci dan dirumuskan secara berbedabeda, namun ternyata ada 4 hingga 5
langkah yang merupakan pola umum yang senantiasa dilaksanakan dalam penelitian.
Ketiga langkah paling singkat / sederhana untuk melakukan kegiatan ilmiah adalah
sebagai berikut:

7
1. Pertama, melakukan oberservasi atau pengamatan terhadap gejala-gajala yang ada,
baik gejala yang bersifat alami atau gejala-gejala yang muncul sebagai hasil dari
kegiatan percobaan.
2. Kedua, membuat rumusan hipotesis (pangkal duga) yang melukiskan gejala-gejala
tersebut serta sesuai dengan tubuh pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
3. Dan terakhir, mengadakan uji hipotesis, apakah hipotesis tersebut mampu membuat
gambaran yang memadai (jelas dan benar sesuai kenyataan) serta mampu meramalkan
gejala-gejala baru yang akan timbul dari observasi terhadap pengalaman kehidupan
sehari-hari yang dijalaninya atau terhadap percobaan-percobaan yang dilakukannya.

Selanjutnya kami mencoba untuk menjelaskan kelima langkah yang secara umum
dilakukan dalam kegiatan penelitian, yaitu:

1. Pertama perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris


tertentu yang ditinjau/didekati dari aspek tertentu, sehingga memiliki batas-batasnya
secara jelas dan tegas serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor atau unsur-unsur yang
terkait di dalamnya. Perumusan masalah ini merupakan pertanyaan yang memicu
orang untuk melakukan kegiatan penelitian dalam rangka untuk memperoleh
pengetahuan yang jelas dan benar sebagai jawaban terhadap permasalahan/persoalan
tersebut.
2. Kedua, penyusunan kerangka berpikir dalam usaha mengajukan hipotesis yang
merupakan argumentasi atau dasar pemikiran yang menjelaskan hubungan yang
mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk
konstelasi permasalahan.
3. Ketiga, perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan
terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya / bahannya merupakan kesimpulan
dari kerangka berpikir yang dikembangkannya. Hipotesis berfungsi sebagai penunjuk
jalan yang memungkinkan kita untuk mendapatkan jawaban. Hipotesis merupakan
penjelasan yang bersifat sementara yang dapat membantu kita dalam melakukan
penyelidikan.
4. Langkah keempat, pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta
empiris yang relevan dengan hipotesis yang diajukan, serta memperlihatkan apakah
terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Rumusan hipotesis
sebagai jawaban sementara tersebut perlu kita konfrontasikan dengan dunia empiris,
baik lewat pengamatan / observasi dalam pengalaman hidup sehari-hari atau melalui

8
percobaan-percobaan yang secara khusus dilakukan. Untuk melakukan uji hipotesis
ini tentu saja kita perlu dapat menentukan faktor-faktor apa yang dapat kita uji dalam
rangka melakukan verifikasi terhadap keseluruhan hipotesis tersebut. Fakta-fakta yang
kita perlukan untuk melakukan uji hipotesis kadang-kadang bersifat sederhana,
sehingga dapat kita tangkap secara langsung dengan pancaindera kita, tetapi
kadangkadang kita memerlukan instrumen (alat bantu) yang dapat membantu
pancaindera kita, misalnya mikroskop atau teleskop. Setelah hipotesis memberikan
jawaban sementara yang menjelaskan dengan dapat diterima akal (masuk akal) dan
tidak bersifat kontradiktif dengan pengetahuan ilmiah (body of knowledge) yang
diketahuinya, perlu ada pembuktian lebih lanjut. Konsistensi secara logis belum
cukup, masih perlu ada verifikasi secara empiris. Baru setelah penjelasan itu ternyata
didukung oleh fakta-fakta dalam dunia fisik yang nyata, maka barulah diakui dan
dipercayai kebenarannya.
5. Dan terakhir, penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah
hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian
terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis, maka hipotesis itu diterima.
Sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup
mendukung hipotesis, maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian
dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah, sebab telah memenuhi persyaratan
keilmuan, yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan
ilmiah sebelumnya, serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini harus
ditafsirkan secara pragmatis, artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang
menyatakan sebaliknya.
D. Sarana Metode Ilmiah

Sebagai proses, ilmu pengetahuan merupakan suatu rangkaian kegiatan ilmiah


yang menggunakan rasio atau pikiran dan diusahakan secara rasional, kognitif, serta
bersifat teleologis (memiliki tujuan). Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik
diperlukan sarana berpikir. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal
yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan
ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana merupakan alat yang
membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu; sarana berpikir ilmiah mempunyai

9
fungsi-fungsi yang khas dalam kaitannya dengan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana berpikir ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian sebagai kumpulan
pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah, yang menggunakan berpikir
induktif dan deduktif dalam mendapatkannya. Sarana berpikir ilmiah tidak
mempergunakan cara sebagaimana digunakan dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah.
Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapat pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa
memecahkan masalah kita sehari-hari. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan
metode ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam
melakukan fungsinya secara baik.
Pada dasarnya untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka
diperlukan pemikiran rasional, yaitu kritis, logis, dan sistematis. Dan kemampuan
berpikir tersebut sangat dibantu oleh sarana berpikir ilmiah yang berupa logika, bahasa,
matematika dan statistika. Logika merupakan alat dasar yang dipakai manusia
melakukan penalaran, dari proses mengidentifikasi, mendefinisikan, membandingkan,
pengambilan ke putusan hubungan antara satu pengertian dengan pengertian lainnya,
serta melakukann kegiatan penyimpulan. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang
dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan
alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau
dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan
berpikir induktif. Penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan
logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif,
sedangkan statistika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir induktif. Proses
pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah
yang pada hakikatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak
hipotesis yang diajukan.

A. Logika

Manusia adalah makhluk yang luhur, memiliki kelebihan daripada makhluk-


makhluk lainnya. Aktifitas yang terjadi pada makhluk-makhluk lainnya lebih ditentukan
oleh stimulus-stimulus yang berasal dari luar serta dorongan-dorongan instinktif dari
dalam dirinya. Aktifitas sebagai respon terhadap stimulus dari luar maupundorongan

10
instinktif dari dalam dirinya memang berjalan kurang lebih bersifat pasti dan sesuai
hukum yang telah tertentu dan berlaku.

Dengan inderanya (penglihatan, pendengaran, pencecapan, penciuman, perasa)


manusia melakukan pengamatan dan penyelidikan dengan teliti dan cermat. Selain
mengamati hal-hal yang telah tersedia dan terbuka, manusia juga terdorong untuk
menguak hal-hal yang masih gelap (dengan menggunakan penerangan), serta
mengungkap hal-hal yang masih tertutup dengan menguak dan membongkarnya. Dalam
rangka memperoleh pengertian dengan jelas dan benar (tidak salah) tentang suatu
hal,pertama-tama manusia perlu memperoleh pemahaman atau pengertian, yaitu
mengidentifikasikan hal-hal yang diamati dan ditemukannnya, memilah-milah unsur-
unsur yang dapat dimasukkan sebagai isi pengertian dari hal yang dimaksudkan serta
menyingkirkan unsur-unsur yang tidak dapat dimasukkannya.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkan logika
dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif
1. Logika Induktif

Induksi merupakan cara berfikir dimana ditarik kesimpulan yang bersifat umum
dari berbagai kasus yang bersifat individu. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan – pernyataan yang bersifat khas dan terbatas dalam
Menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Dalam
penarikan kesimpulan induktif walaupun premis – premisnya benar dan prosedur
penarikan kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan tersebut belum tentu
benar.Logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat peluang
bahwa untuk premis – premis tertentu dapat ditarik kesimpulan

2. Logika deduktif

Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran


induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya menggunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun
dari dua buah pertnyaan dan satu kesimpulan. Pernyataan yang mendukung
silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor
dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.

11
Pada dasarnya pengetahuan yang diambil dengan cara ini bukanlah merupakan
pengetahuan yang baru sama sekali. Akan tetapi pengetahuan yang merupakan hasil dari
penyimpulan ini tak lain hanyalah sekedar konsekuensi logis yang dihasilkan dari dua
pengetahuan yang terdapat dalam premis mayor dan premis minor yang telah diketahuai
sebelumnya.

B. Bahasa

Bahasa adalah rangkaian bunyi yang mengandung makna atau arti. Rangkaian
bunyi tersebut terdiri dari huruf-huruf tersusun menjadi kata, kata-kata tersusun
menjadi kalimat (keputusan), dan kalimat-kalimat tersusun menjadi paragraph.
Rangkaian bunyi yang mengandung arti tersebut dapat menghasilkan bahasa lisan.
Namun selain bahasa lisan, ternyata manusia juga menciptakan lambang – lambang
untuk mengungkapkan bahasa tersebut dalam tulisan, maka terciptalah bahasa tulis.
Dalam perkembangannya, manusia juga dapat menciptakan bahasa yang sudah
disepakati, dan diharapkan hanya dapat ditangkap serta dimengerti maknanya oleh
kelompok – kelompok tertentu.
Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana
untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik
berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Walaupun tampak perbedaan, pendapat ini saling melengkapi. Secara umum dapat
dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
a. koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat,
b. penetapan pemikiran dan pengungkapan,
c. penyampaian pikiran dan perasaan,
d. penyenangan jiwa, serta
e. pengurangan kegoncangan jiwa.

Menurut Halliday, sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi


bahasa adalah:
a. fungsi instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat
materi seperti makan, minum, dan sebagainya;
b. fungsi regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah
laku;

12
c. fungsi interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan
pemikiran antara seseorang dan orang lain;
d. fungsi personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan
pikiran;
e. fungsi heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai pengungkapan tabir
fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya;
f. fungsi imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang
atau gambaran-gambaran tentang penemuan seseorang dan tidak sesuai dengan
realita (dunia nyata); serta
g. fungsi representasional: penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan
wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.

Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria ataupun


langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan menguasai hal tersebut tujuan yang
akan digapai akan terwujud. Di samping menguasai langkah-langkah, tentunya
kegiatan ini dibantu oleh sarana berupa bahasa, logika matematika, dan statistika.
Berbicara masalah sarana ilmiah, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu
pertama, sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan
kumpulan pengetahuan yang didapat berdasarkan metode ilmiah, seperti
menggunakan pola berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan.
Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan
ilmiah secara baik.
Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi disifatkan
dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah. Komunikasi ilmiah ini merupakan
proses penyampaian informasi berupa pengetahuan. Untuk mencapai komunikasi
ilmiah maka bahasa digunakan harus terbebas dari unsur emotif.

C. Matematika

Matematika adalah bahasa numerik yang melambangkan serangkaian hitungan


dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
“artifisial” yang baru mempunyai arti setelahsebuah makna diberikan padanya, untuk
membantu dalam kegiatan perhitungan pengukuran. Tanpa itu maka matematika
hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.

13
Bahasa verbal seperti telah kita lihat sebelumnya mempunyai beberapa
kekurangan yang sangat mengganggu. Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat
pada bahasa maka kita berpaling kepada matematika. Dalam hal ini dapat kita katakan
bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kabur,
majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang dari matematika
dibikin secara artifisial dan individual yang merupakan perjanjian yang berlaku
khusus untuk masalah yang sedang kita kaji. Sebuah obyek yang sedang kita telaah
dapat kita lambangkan dengan apa saja sesuai dengan perjanjian kita.
Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal.
Matematika mengembangkan bahasa numerik (dengan menggunakan lambang angka)
yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dengan
bahasa verbal, bila kita membandingkan dua obyek yang berlainan. Sifat kuantitatif
dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu
memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan
masalah secara terukur lebih tepat dan cermat. Matematika memungkinkan ilmu
mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke kuantitatif. Perkembangan ini
merupakan suatu hal yang imperatif bila kita menghendaki daya prediksi dan kontrol
yang lebih tepat dan cermat dari ilmu.

D. Statistika

Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa Latin) yang
mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa
diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya, kata “statistik” diartikan sebagai
“kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif)
maupun yang tidak berwujud angka (data kuantitatif) yang mempunyai arti penting
dan kegunaan yang besar bagi suatu negara”. Namun pada perkembangan selanjutnya,
arti statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka
(kuantitatif) saja.
Ditinjau dari segi terminologi, istilah statistik terkandung berbagai macam
pengertian. Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistik,
yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan. Kedua, sebagai
kegiatan statistik atau kegiatan perstatistikan atau kegiatan penstatistikan. Ketiga,
kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistik, yaitu cara-cara tertentu yang perlu
ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan,

14
menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan
yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna
tertentu. Keempat, istilah statistik ini juga diberi pengertian sebagai “ilmu statistik”.
Ilmu statistik tidak lain adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan
mengembangkan ilmu secara ilmiah tahapantahapan yang ada dalam kegiatan
statistik.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang
sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi pula
tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Sebaliknya makin sedikit contoh yang diambil
maka makin rendah pula tingkat ketelitiannya. Karakteristik ini memungkinkan kita
untuk dapat memilih dengan saksama tingkat ketelitian yang dibutuhkan sesuai
dengan hakikat permasalahan yang dihadapi. Tiap permasalahan membutuhkan
tingkat ketelitian yang berbeda-beda.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode ilmu atau metode keilmuan adalah suatu cara di dalam memperoleh ilmu
atau pengetahuan baru. Metode ilmu mengandung struktur-struktur rasional dari sebuah
penyelidikan ilmiah (penyelidikan keilmuan) yang melaluinya, disusun berbagai dugaan,
ramalan, atau prediksi serta pengujian-pengujian-pengujian sahih atasanya. Metode Ilmiah
merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur
dan terkontrol.
Sebagai proses, ilmu pengetahuan merupakan suatu rangkaian kegiatan ilmiah
yang menggunakan rasio atau pikiran dan diusahakan secara rasional, kognitif, serta
bersifat teleologis (memiliki tujuan). Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik
diperlukan sarana berpikir. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal
yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan
ilmiah yang baik tak dapat dilakukan. Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah
untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan
mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapat pengetahuan yang memungkinkan kita
untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Lailatul, Maskhuroh. 2013. Ilmu Sebagai Prosedur (Metode Perolehan Pengetahuan Ilmiah).
MADRASAH.

Wahana, Paulus. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Pustaka Diamond.

Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor : IPB Press.

Nasution, Ahmad Taufik. 2016. Filsafat Ilmu Hakikat Mencari Pengetahuan. Yogyakarta.
Deepublish

17

Anda mungkin juga menyukai