MAKALAH
KAPITA SELEKTA SAINS
METODE ILMIAH
Makalah Ini Dibuat Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Sains Yang
Diampuh Oleh Ibu Erni Mohamad, S.Pd, M.Si.
DISUSUN OLEH :
JURUSAN KIMIA
PRODI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
GORONTALO
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “METODE ILMIAH”
dengan baik dan lancar.
Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Sains yang
diampuh oleh ibu Erni Mohamad, S.Pd, M.Si. sebagai syarat mengikuti kegiatan perkuliahan.
Dalam membuat makalah ini, tidak terlepas dari bimbingan berbagai pihak. Untuk itu,
penulisa mengucapkan terimakasi dan rasa hormat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan
dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Gorontalo,
15 September 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
BAB 2.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Pengertian Metode Ilmiah........................................................................................3
2.2 Langkah-Langkah Metode Ilmiah...........................................................................6
BAB 3.........................................................................................................................................9
PENUTUP.................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Metode ilmiah harus dibedakan dari tujuan dan produk ilmu pengetahuan, seperti
pengetahuan, prediksi, atau kontrol. Metode adalah cara untuk mencapai tujuan
tersebut. Metode ilmiah juga harus dibedakan dari meta-metodologi, yang mencakup
nilai-nilai dan pembenaran di balik karakterisasi tertentu dari metode ilmiah (yaitu,
metodologi) — nilai-nilai seperti objektivitas, reproduktifitas, kesederhanaan, atau
keberhasilan masa lalu. Aturan metodologi diusulkan untuk mengatur metode dan
merupakan pertanyaan meta-metodologis apakah metode yang mematuhi aturan
tersebut memenuhi nilai yang diberikan. Akhirnya, metode berbeda, sampai tingkat
tertentu, dari praktik terperinci dan kontekstual di mana metode diimplementasikan.
Yang terakhir mungkin berkisar: teknik laboratorium khusus; formalisme matematika
atau bahasa khusus lainnya yang digunakan dalam deskripsi dan penalaran; sarana
teknologi atau material lainnya; cara berkomunikasi dan berbagi hasil, baik dengan
ilmuwan lain atau dengan masyarakat luas; atau konvensi, kebiasaan, adat istiadat yang
dipaksakan, dan kontrol institusional atas bagaimana dan apa ilmu itu dilaksanakan.
Meskipun penting untuk mengenali perbedaan ini, batas-batasnya tidak jelas. Oleh
karena itu, penjelasan tentang metode tidak dapat sepenuhnya dipisahkan dari motivasi
atau pembenaran metodologis dan meta-metodologisnya. Selain itu, setiap aspek
memainkan peran penting dalam mengidentifikasi metode. Oleh karena itu, perselisihan
tentang metode telah terjadi pada tingkat detail, aturan, dan meta-aturan. Perubahan
keyakinan tentang kepastian atau falibilitas pengetahuan ilmiah, misalnya (yang
merupakan pertimbangan meta-metodologis tentang apa yang dapat kita harapkan dari
metode untuk disampaikan), berarti penekanan yang berbeda pada penalaran deduktif
dan induktif, atau pada kepentingan relatif yang melekat pada penalaran atas
pengamatan (yaitu, perbedaan metode tertentu.) Keyakinan tentang peran ilmu dalam
masyarakat akan mempengaruhi tempat seseorang memberikan nilai-nilai dalam
metode ilmiah.
1
Isu yang paling banyak membentuk perdebatan tentang metode ilmiah dalam
setengah abad terakhir ini adalah pertanyaan tentang bagaimana kita perlu bersikap
pluralis tentang metode? Kaum unifikasi terus berpegang pada satu metode yang
penting bagi sains; nihilisme adalah bentuk pluralisme radikal, yang menganggap
keefektifan resep metodologis apa pun menjadi sangat sensitif terhadap konteks
sehingga membuatnya tidak menjelaskan sendiri. Beberapa tingkat tengah pluralisme
mengenai metode yang diwujudkan dalam praktik ilmiah tampaknya tepat. Tetapi
rincian praktik ilmiah bervariasi menurut waktu dan tempat, dari lembaga ke lembaga,
lintas ilmuwan dan subjek penyelidikan mereka. Seberapa signifikan variasi untuk
memahami sains dan keberhasilannya? Berapa banyak metode yang dapat
diabstraksikan dari praktik? Entri ini menjelaskan beberapa upaya untuk
mengkarakterisasi metode atau metode ilmiah, serta argumen untuk pendekatan yang
lebih peka konteks terhadap metode yang tertanam dalam praktik ilmiah aktual
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memberikan wawasan tentang metode
ilmiah dan langkah-langkah dalam pembuat metode ilmiah untuk mahasiswa.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
terdapat antara gejala-gejala itu (Kerlinger, 1995: 17). Meskipun demikian tiap
penelitian ilmiah tidak mesti dilakukan seketat ini yaitu harus dibimbing oleh teori dan
hipotesis-hipotesis mengenai hubungan hubungan yang diduga, misalnya, penelitian
eksplorasi.
Adapun ciri penelitian ilmiah atau penelitian yang menggunakan metode ilmiah
(Kerlinger, 1995: 17; Mayer & Greenwood, 1980: 29-32; Coper dan Emory, 1996: 26;
Tuckman, 1982, Uma Sekaran, 1992: 10) adalah sebag·ai berikut:
1. Bertujuan (purposivenesSj. Kegiatan penelitian dimulai dengan penentuan maksud,
yaitu untuk memecahkan masalah tertentu yang berguna untuk pengembangan ilmu
maupun untuk pembuatan keputusan. Memusatkan pad a peningkatan komitmen
pegawai kepada organisasi, yang mana akan membantu organisasi dalam berbagai
cara. Suatu peningkatan dalam komitmen pegawai akan berarti berkurang turnover,
berkurang kemangkiran dan kemungkinan tingkat kinerja meningkat, yang
semuanya akan menguntungkan organisasi. Jadi penelitian memiliki satu fokus
tujuan.
2. Sistematik. Penelitian berlangsung dalam suatu proses yang terstruktur yang
mengikuti tahap-tahap tertentu secara berurutan dan sekuensial yang dirumuskan.
Secara jelas. Urutan tahap-tahap penelitian harus logis antara tahap yang satu dengan
tahap yang lain, sehingga memudahkan memeriksa relevansi hasil yang didapat
dengan cara yang digunakan untuk mendapatkan hasil tersebut.
3. Terorganiasi. Karena berlangsung berdasarkan tahap-tahap yang sekuensial, maka
pelaksanaannya juga terorganisasi sehingga selain penyelidik dapat memiliki
keyakinan kritis mengenai hasil penelitian juga dapat diulangi.
4. Empirik. Data utama yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah data
empiris atau yang bersumber dari pengamatan langsung terhadap gejala, orang,
benda atau peristiwa-peristiwa soaial lain. Sebab itu penelitian ilmiah telah menjadi
padanan untuk penelitian empirik.
5. Kritis dan korektif. Hasil penelitian harus terbuka untuk diperiksa atau
diuji ,terhadap realitas yang objektif melalui penelitian dan pengujian lebih lanjut.
6. Dapat diulang (reph'cability). Penelitian tentang masalah yang sama dapat diulangi
oleh orang lain terutama untuk memeriksa kebenarannya. Artinya, tahap-tahap
penelitian yang sama dapat digunakan untuk meneliti masalah yang sama di
lingkungan yang berbeda.
7. Objektivitas (objectivity). Seluruh proses penelitian, khususnya kesimpulan yang
ditarik melalui interpretasi dari hasil analisis data harus objektif, yaitu harus
berdasarkan pada fakta yang dihasilkan dari data aktual dan tidak pada subjektif
pribadi atau nilai-nilai emosional.
8. Dapat digeneralisasi (generalizabilit/J. Hasil observasi-observasi diubah ke dalam
informasi yang berarti dan kemudian dijabarkan generalisasi untuk melukiskan
gejala-gejala yang dipelajari dan juga gejala yang sama di tempat lain. Artinya,
generalisasi dari hasil penelitian menjadi teori yang dapat digunakan untuk
menjelaskan gejala yang sama. Jadi lingkup keberlakuan dari hasil penelitian dalarn
satu setting tertentu juga dapat berlaku untuk latar (setting) yang lain. Misal, jika
4
peneliti rnenemukan bahwa partisipasi dalam pengambilan keputusan meningkatkan
kornitmen keorganisasian, ini juga benar untuk organisasi lain dan bukan hanya
dalam organisasi yang diteliti.
Istilah metode secara etimologis berasal dari bahasa Yunani meta yang berarti
sesudah dan kata hodos yang berarti jalan. Jadi metode merupakan langkah-langkah
yang diambil menurut urutan tertentu, untuk mencapai pengetahuan yang telah
dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenis apa pun (Sri
Soeprapto, 2003:128).
Definisi serupa juga disampaikan Gie (1999:117), metode ilmiah adalah suatu
prosedurprosedur yang mewujudkan polapola dan tata langkah dalam melaksanakan
penelitian ilmiah. Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri (1999:101), metode
ilmiah adalah suatu rangkaian prosedur yang tertentu yang harus diikuti untuk
mendapat jawaban tertentu dari pernyataan tertentu pula. Ada juga yang mengartikan
metode ilmiah sebagai prosedur yang dipergunakan oleh para ilmuwan dalam pencarian
secara sistematis terhadap pengetahuan baru dan peninjauan kembali pengetahuan yang
telah ada. Sedikit berbeda disampaikan Geoges Kneller (dalam Dadang Suparda,
2008:42). Kneller mendefiniskan metode ilmiah adalah struktur rasional dari
penyelidikan ilmiah yang hipotesisnya disusun dan diuji.
Metode Ilmiah adalah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method)
merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis
dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan
hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji
berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Pengertian metode
ilmiah menurut beberapa ahli :
(Almack, 1939) Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis
terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. (Ostle, 1975) berpendapat
bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu
interelasi.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik benang merahnya, bahwa metode
ilmiah pada hakikatnya merupakan prosedur yang mencakup berbagai kegiatan, pikiran,
pola kerja, tata kerja, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru dan
mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.
Metode Ilmiah memiliki ciri-ciri keilmuan
1. Rasional: sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia.
2. Empiris: menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati dengan menggunakan
panca inderaSistematis: menggunakan proses dengan langkah- langkah logis.
Unsur metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
1. Karakteristik (pengamatan dan pengukuran).
5
2. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan
pengukuran).
3. Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
4. Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas.
Syarat-syarat Metode Ilmiah, diantaranya
1. Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya atau didukung metodik
fakta empiris.
2. Metodik, artinya pengetahuan ilmiah diperoleh dengan menggunakan cara- cara
tertentu yang teratur dan terkontrol.
3. Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan.
4. Universal, artinya pengetahuan tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh
seseorang atau beberapa orang saja tetapi semua orang melalui eksperimentasi yang
sama akan memperoleh hasil yang sama.
Tujuan dalam mempelajari metode ilmiah adalah salah satu bentuk harapan untuk
masa depan. Oleh karena itu, dalam penulisan ilmiah kita tidak diperbolehkan asal
menulis atau mengindahkan kaidah-kaidah dalam penulisan ilmiah. Dalam penulisan
ilmiah, kita harus mempunyai metode agar tulisan dapat dipahami dan dimengerti oleh
pembaca dikemudian hari. Berikut beberapa tujuan dalam mempelajari metode ilmiah :
1. Meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara
sistematis,
2. Meningkatkan keterampilan dalam menulis berbagai karya tulis, dan
3. Meningkatkan pengetahuan tentang mekanismen penulisan karangan ilmiah.
2.2 Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Mengenai langkah-langkah dalam metode ilmiah, ternyata belum ada kesatuan
paham dari para ilmuwan dan filsuf. Mereka mempunyai pendapat yang berbeda-beda
dan memiliki dasar yang kuat untuk metodenya tersebut. Namun dalam konteks ini
penulis berusaha untuk mensintesanya dengan mengacu pada pendapat para pakar.
Menurut J. Lachman (dalam Dadang Supardan, 2008:43) metode ilmiah mencakup:
perumusan hipotesis spesifik atau pertanyaan spesifik untuk menyelidiki, perancangan
penyelidikan, pengumpulan data, pengolahan data penggolongan data dan
pengembangan generalisasi, serta pemeriksaan kebenaran. Pendapat serupa
disampaikan Gie (1999:111) yaitu metode ilmiah mencakup meng-analisis,
mendeskripsikan, mengklasifikasikan, mengadakan pengukuran, memperbandingkan,
dan melakukan survei.
Jadi tepat apa yang disampaikan Kaplan (dalam Dadang Supardan, 2008:44), bahwa
kebenaran ilmiah itu beragam seiring dengan rentangan fenomena yang perlu dipelajari
begitu luas dan kompleks dan tidak tepat bila kita memutlakkan metode ilmiah. Namun
kita perlu memedomani metode dalam melaksanakan kinerja ilmiah, sejauh tidak
menganggap satusatunya jalan menuju kebenaran ilmiah. Sebab metode ilmiah disini
mencakup setiap teknik, metode, strategi penelitian yang digunakan para ilmuwan
6
untuk mencari dan sampai pada sesuatu ataupun penemuan kebenaran ilmiah, sejauh
hal itu dapat dipertanggungjawabkan secara empirik. Salah satu metode ilmiah yang
dapat dijadikan rujukan adalah pendapat Tyndall (dalam Jujun S. Suriasumantri,
1990:125- 129) yang dikenal dengan proses logico-hypothetico-verifikasi.
Langkah-langkahnya meliputi:
1) Perumusan masalah
2) Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis
3) Perumusan hipotesis,
4) Pengujian hipotesis, dan
5) Penarikan kesimpulan.
Langkahlangkah tersebut dapat dibagankan seperti di bawah ini.
7
secara akal, maka manusia menciptakan masalah dan mengajukan sesuatu pertanyaan
yang menurut alam pikirnya dapat dijawab.
Pengamatan dan pengumpulan data. Tahap ini merupakan sesuatu yang paling
dikenal dalam metode ilmiah, dikarenakan banyaknya kegiatan ilmiah yang diarahkan
pada pengumpulan data. Sehingga banyak orang yang menyamakan keilmiahan dengan
pengumpulan fakta. Pengamatan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung,
bahkan fakta yang teliti dimungkinkan dapat dilaksanakan dengan bantuan alat yang
dibuat manusia dengan metode ilmia.
Penyusunan dan klasifikasi data. Tahap ini menekankan dalam penyusunan fakta
dalam kelompokkelompok, jenis-jenis dan kelaskelas. Dalam cabang-cabang ilmu,
usaha untuk mengidentifikasi, menganalisasi, membandingkan dengan fakta-fakta yang
relevan disebut taksonomi.
Perumusan hipotesis. Hipotesis merupakan pernyataan sementara tentang hubungan
antara variabel. Hubungan ini diajukan dalam bentuk dugaan kerja atau teori yang
merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut.
Deduksi dan hipotesis. Hipotesis sebagai langkah penyusunan pernyataan yang logis
yang menjadi dasar untuk menarik kesimpulan atau deduksi mengenai hubungan
variabel-variabel tertentu yang diselidiki. Hipotesis dapat menolong peneliti dalam
memberikan ramalan dan menemukan fakta yang baru.
Tes dan verifikasi hipotesis. Pengujian kebenaran ilmu berarti mengetes alternatif-
alternatif hipotesis dengan pengamatan kenyataan yang sebenarnya atau melalui
eksperimen. Jika fakta tidak mendukung satu hipotesis, maka hipotesis yang lain dipilih
dan diproses ulang. Hakim yang terakhir menurut kaum empirisme adalah data empiris
yaitu kaidah yang bersifat umum/hukum/generalisasi haruslah memenuhi persyaratan
pengujian hipotesis. Sedangkan menurut kaum rasionalis, hipotesis hanya baru dapat
diterima secara keilmuan apabila konsisten dengan hipotesis-hipotesis sebelumnya
yang telah disusun dan teruji kebenarannya.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa metode itu ada hubungannnya dengan
suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu ilmu
tertentu untuk mendapatkan objek (bahan) yang diteliti..(Adi & Widodo, 2018;
Hanbury Brown, 1979; Lederman, 2006; Prihatsanti et al., 2018; Sabari, 2011; Samiha,
2017)
8
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam
penyelidikan suatu ilmu tertentu dengan mengikuti suatu struktur logis kinerja ilmiah.
Pola umum dalam metode ilmiah mencakup penentuan masalah, perumusan hipotesis,
pengumpulan data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Y. K., & Widodo, A. (2018). PEMAHAMAN HAKIKAT SAINS PADA GURU DAN
SISWA SEKOLAH DASAR. Edukasi Journal, 10(1), 55–72.
https://doi.org/10.31603/edukasi.v10i1.1831
Prihatsanti, U., Suryanto, S., & Hendriani, W. (2018). Menggunakan Studi Kasus sebagai
Metode Ilmiah dalam Psikologi. Buletin Psikologi, 26(2), 126.
https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.38895
Sabari, J. (2011). Metode Ilmiah Dalam Ilmu-Ilmu Sosial. Agastya: Jurnal Sejarah Dan
Pembelajarannya, 1(1), 117. https://doi.org/10.25273/ajsp.v1i1.140
Samiha, Y. T. (2017). Standar Menilai Teori dalam Metode Ilmiah pada Kajian Filsafat Ilmu.
Medina-Te, 12(2), 133–142.
10